bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripsi ......menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan...
TRANSCRIPT
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini, peneliti terlebih dahulu
melakukan observasi pada siswa kelas 2 SD Negeri Jrahi 02. Setelah dilakukan observasi
diperoleh data hasil belajar muatan Matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat melalui
tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Destribusi Frekuensi Nilai Muatan Matematika Pra Siklus
No Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) 1. 45 – 53 6 33,33
2. 54 – 63 6 33,33
3. 64 – 73 5 27,78
4. 74 – 83 1 5,55
Jumlah Siswa 18 100
Rata-rata 60
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 45
Pada tabel 4.1 dapat dilihat hasil belajar muatan Matematika yang diperoleh siswa
sebelum tindakan dilaksanakan. Nilai antara 45-53 frekuensinya ada 6 dengan persentase
33,33%, nilai antara 54-63 frekuensinya ada 6 dengan persentase 33,33%, nilai antara 64-
73 frekuensinya ada 5 dengan persentase 27,78%, dan nilai antara 74-83 frekuensinya
ada 1 dengan persentase 5,55%. Dari daftar nilai sebelum tindakan nilai tertinggi adalah
80 atau 3,20, nilai terendah adalah 45 atau 1,80, dan rata-rata kelas 60 atau 2,40.
Dari data hasil belajar yang diperoleh dapat diketahui jumlah siswa yang belum
mencapai kriteria ketuntasanan minimal (KKM) yang telah ditentukan yakni ≥68 ada 12
siswa atau 66,67%, sedangkan yang sudah mencapai atau melebihi KKM ≥68 ada 6
siswa 33,33%.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 68) data hasil perolehan nilai
pada kondisi awal atau sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
44
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar KKM Banyak Siswa Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 68 6 33,33%
2. Belum Tuntas < 68 12 66,67%
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum tindakan dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
≥68 atau 2,72) sejumlah 12 siswa atau 66,67%, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sejumlah 6 siswa atau 33,33%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel
4.2 dapat dilihat pada diagram 4.1.
Diagram 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Muatan Matematika pada Kondisi Awal
Berdasarkan data siswa kelas 2 SDN Jrahi 02, maka peneliti melakukan Penelitian
Tindakan Kelas. Dalam PTK ini, peneliti melakukan 2 siklus untuk meningkatkan hasil
belajar muatan Matematika siswa kelas 2. Adapun model pembelajaran yang akan
diterapkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Tuntas Belum Tuntas
33,33%
66,67%
45
4.2 Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 14 November 2014 pada subtema
“Kegiatan Ekstrakurikulerku” pembelajaran 1 dengan alokasi waktu 175 menit (5 x jam
pelajaran). Kompetensi dasar muatan Matematika membahas tentang “Mengenal nilai
tukar antar pecahan uang”.
4.2.1 Rencana Tindakan
Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, dilakukan persiapan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya yakni dengan membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I, lembar kerja kelompok, lembar
observasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dirancang dengan dengan
Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” pembelajaran 1, kemudian menentukan tujuan
pembelajaran dengan model Problem Based learning (PBL).
Selanjutnya menetapkan lama waktu yang diperlukan dan teknik pembelajaran
sesuai dengan model PBL yang meliputi 5 tahap. Tahap 1 yaitu dilakukan penyampaian
masalah yang akan dipecahkan. Tahap 2 adalah membentuk kelompok yang terdiri dari 5
siswa dan menyiapkan buku sumber. Tahap 3 yaitu setiap kelompok melakukan diskusi
untuk memecahkan masalah dengan bantuan lembar diskusi. Tahap 4 yaitu setiap
kelompok melakukan presentasi. Tahap 5 yaitu guru dan siswa melakukan tanya jawab.
Setelah selesai pembahasan materi guru dan siswa akan menarik kesimpulan mengenai
apa yang telah dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru akan memberikan pemantapan
dan tindak lanjut kepada siswa.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
Tahap 1 : Orientasi siswa pada situasi masalah
a) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing.
b) Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
46
c) Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Aku dan
Sekolahku”.
d) Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar.
1) Pada awal pembelajaran, siswa mengamati gambar upacara siaga dalam kegiatan
pramuka dan bermain kereta api dengan teliti (mengamati).
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok beranggotakan 6 siswa.
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
a) Siswa dibimbing menganalisa gambar dengan teliti, dan membuat pertanyaan
berdasarkan gambar (menanya).
b) Siswa menjawab pertanyaan temannya dengan bahasa sendiri, siswa yang lain
mengomentari jawaban temannya (mengasosiasikan).
c) Siswa mengelompokkan aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila
(mengasosiasikan).
d) Siswa membaca langkah-langkah bermain kereta api (mengkomunikasikan)
e) Siswa kembali mengamati gambar bermain kereta api dengan teliti sesuai peran
masing-masing (mengamati).
f) Siswa bermain kereta api sambil menyanyikan lagu “Kereta Apiku”
(mengumpulkan informasi).
g) Setelah bermain, guru perlu memberikan pertanyaan terkait permainan yang
telah dilakukan yang diarahkan pada sikap kebersamaan, misalnya:
1) Bagaimana perasaanmu ketika bermain kereta api?
2) Sikap apa yang kamu tunjukkan ketika bermain? (mengumpulkan
informasi/eksperimen).
h) Siswa menyanyikan kembali lagu kereta apiku diiringi alat musik ritmis
(mengumpulkan informasi/eksperimen).
47
i) Siswa dikenalkan dengan pecahan uang melalui kegiatan permainan kereta api
(penjual karcis) (mengasosiasikan).
j) Siswa mengamati berbagai pecahan uang dengan teliti (mengamati).
k) Siswa menyebutkan berbagai bentuk penukaran pecahan uang sampai dengan
Rp500 (mengkomunikasikan).
l) Siswa dalam kelompok mengerjakan soal-soal yeng berhubungan dengan
bentuk penukaran pecahan uang (mengumpulkan informasi).
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
a) Siswa menyampaikan hasil pekerjaannya ke depan kelas (mengkomunikasikan).
b) Siswa yang lain menanggapi hasil pekerjaan siswa yang tampil (menanya)
c) Dengan mengacu jawaban yang disampaikan kelompok dan tanya jawab
mengenai jawaban yang seharusnya, guru memberikan penguatan terhadap
jawaban kelompok
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
a) Guru dan siswa membuat penguatan atau kesimpulan materi yang telah
dipelajari hari ini.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru memberikan tes formatif untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa.
b) Siswa mengerjakan ter formatif secara individual.
c) Melakukan penilaian hasil belajar
d) Guru mengucapkan salam penutup dan mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
4.2.3 Hasil Tindakan
Setelah melakukan pembelajaran siklus I maka diperoleh data sebagai berikut:
4.2.3.1 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung maka dapat disajikan data dalam tabel 4.3 sebagai berikut:
48
Tabel 4.3
Hasil Observasi Keterampilan Saintifik Siklus I
No
Keterangan Skor Jumlah
Skor
Persentase 1 2 3 4
1. Mengamati 3 5 6 4 47 65,28%
2. Menanya 2 6 8 2 46 64%
3. Mengumpulkan Informasi 3 4 6 5 49 68%
4. Mengasosiasikan 3 6 5 4 46 64%
5. Mengkomunikasikan 2 3 7 6 53 73,61%
Dari tabel 4.3 dapat dilihat hasil observasi keterampilan saintifik pada siklus I
penguasaan keterampilan mengamati sebesar 65,28%, keterampilan menanya sebesar
64%, keterampilan mengumpulkan informasi sebesar 68%, keterampilan mengasosiasikan
sebesar 64%, sedangkan untuk keterampilan mengkomunikasikan sebesar 73,61%.
Sedangkan untuk melihat hasil observasi siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Siswa Siklus I
No
Kegiatan Skor Jumlah
Skor 1 2 3 4
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah - - 2 2 14
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar - 1 - 1 6
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- 2 2 - 10
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
- - 2 - 6
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- 2 - - 4
Total Skor 40
Persentase 71,43%
Kategori Baik
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil observasi siswa pada siklus I dari 5
tahapan PBL dengan total 14 aspek yang diamati diperoleh persentase sebesar 71,43%
dan termasuk kategori baik. Untuk aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5.
49
Tabel 4.5
Hasil Observasi Guru Siklus I
No
Kegiatan
Skor Jumlah Skor 1 2 3 4
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah - - 2 2 14
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar - 1 1 7
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- 4 - 12
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
- 1 1 - 5
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- 2 - - 4
Total Skor 42
Persentase 75%
Kategori Baik
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil observasi guru pada siklus I dari 5 tahapan
PBL dengan total 14 aspek yang diamati diperoleh persentase sebesar 75% dan termasuk
kategori baik.
4.2.3.2 Hasil Belajar Siklus I
Setelah melakukan pembelajaran siklus I, nilai yang diperoleh siswa pada muatan
Matematika dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Destribusi Frekuensi Nilai Muatan Matematika Siklus I
No Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
1. 50 – 58 2 11,11
2. 59 – 67 5 27,78
3. 68 – 76 5 27,78
4. 77 – 85 3 16,67
5. 86 – 94 3 16,67
Jumlah Siswa 18 100
Rata-rata 70
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
50
Pada tabel 4.6 dapat dilihat hasil belajar muatan Matematika yang diperoleh siswa
setelah siklus I dilaksanakan. Nilai antara 50-58 frekuensinya ada 2 dengan persentase
11,11%, nilai antara 59-67 frekuensinya ada 5 dengan persentase 27,78%, nilai antara 68-
76 frekuensinya ada 5 dengan persentase 27,78%, nilai antara 77-85 frekuensinya ada 3
dengan persentase 16,67%, dan nilai antara 86-94 frekuensinya ada 3 dengan persentase
16,67%. Dari daftar nilai siswa pada siklus I, nilai tertinggi adalah 90 atau 3,60, nilai
terendah 50 atau 2,00, dan rata-rata kelas adalah 70 atau 2,80.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥68) data hasil perolehan nilai
pada siklus I dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan yang belum tuntas dalam tabel
4.7.
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Muatan Matematika Pada Siklus I
No Ketuntasan KKM Banyak Siswa Persentase
1. Tuntas ≥ 68 (2,72) 11 61,11%
2. Belum Tuntas < 68 (2,72) 7 38,89%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥68 atau 2,72) atau belum tuntas sejumlah
7 siswa atau 38,89% sedangkan yang sudah mencapai KKM atau tuntas sejumlah 11
siswa dengan persentase 61,11%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.7 dapat dilihat
pada diagram 4.2.
Diagram 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Muatan Matematika pada Siklus I
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Tuntas Belum Tuntas
61,11%
38,89%
51
Dari diagram 4.2 dapat dilihat bahwa masih terdapat 38,89% siswa yang belum
tuntas dari 18 siswa. Berarti indikator kinerja dalam penelitian ini belum tercapai karena
indikator kinerja penelitian dapat tercapai apabila ketuntasan hasil belajar mencapai 75%
dari jumlah siswa, sedangkan pada siklus I ketuntasan hasil belajar hanya 61,11% dari 18
siswa. Maka dari itu, untuk memantapkan hasil siklus I akan dilanjutkan pada siklus II
sebagai pemantapan.
4.2.4 Refleksi
Dari hasil pelaksanaan siklus I, telah terjadi peningkatan hasil belajar muatan
Matematika walaupun masih terdapat 38.89% siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = 68). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada kondisi
awal sejumlah 6 siswa atau 33,33% sudah mencapai KKM dan 12 siswa atau 66,67%
belum mencapai KKM dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45. Sedangkan hasil
belajar siswa pada siklus I yang sudah mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 61,11%
dan yang belum tuntas KKM sejumlah 7 siswa atau 38,89% dengan nilai tertinggi 90 dan
nilai terendah 60. Dari perolehan hasil belajar pada kondisi awal tersebut masih terdapat
siklus I tersebut, siswa yang sudah mencapai KKM meningkat dari yang semula 6 siswa
menjadi 11 siswa. Dari peningkatan tersebut terdapat kekurangan dan kelebihan pada
siklus I. Berdasarkan kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II
dan kelebihan pada siklus I tetap dipertahankan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi
yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
A. Kelebihan
1) Siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
2) Siswa mau untuk melakukan diskusi kelompok.
3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan berdiskusi, presentasi, tanya
jawab, dll.
4) Dengan mememecahkan masalah yang ada siswa lebih memahami materi yang
dipelajari.
B. Hambatan
1) Penerapan model PBL dalam proses pembelajaran belum terbiasa dilaksanakan
siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa masih sulit mengikuti.
52
2) Masih mengalami kesulitan pengarahan pembelajaran dalam setiap kegiatan
karena siswa belum terbiasanya dengan model pembelajaran PBL.
3) Karena jarang dilakukan diskusi kelompok, ada beberapa siswa yang tidak ikut
dalam diskusi dan ribut sendiri.
4) Saat presentasi ke depan kelas, banyak dari siswa yang merasa malu dan takut.
5) Dalam menjelaskan dan menyampaikan gagasannya siswa masih ragu karena
takut salah.
C. Penyelesaian
1) Saat proses pembelajaran diperlukan pengarahan serta bimbingan agar dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa dapat memahami apa yang harus
mereka lakukan.
2) Guru harus lebih memahami karakter siswa.
3) Agar setiap anak fokus pada diskusi maka lembar kerja akan dibuat semenarik
mungkin dengan gambar agar siswa lebih tertarik.
4) Diberikan motivasi dan dibimbing dalam presentasi yang dilakukan serta
memberi pengarahan ke siswa lainnya untuk mendengarkan presentasi dari
temannya.
5) Siswa diberikan motivasi untuk berani dalam menyampaikan gagasannya
dengan tidak memberi hukuman jika salah.
4.3 Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 November 2014 pada subtema
“Kegiatan Ekstrakurikulerku” pembelajaran 6 dengan alokasi waktu 175 menit (5 x jam
pelajaran). Kompetensi dasar muatan Matematika membahas tentang “Mengenal nilai
tukar antar pecahan uang”.
4.3.1 Rencana Tindakan
Setelah dilaksanakan siklus I yang dilanjutkan refleksi dapat diketahui bahwa
terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penerapan PBL pada proses pembelajaran.
Melihat kekurangan dan keberhasilan dalam siklus I maka dilaksanakan siklus II.
Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut
dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap rencana
53
tindakan ini adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II,
lembar kerja kelompok, lembar observasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus II dirancang dengan dengan Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” pembelajaran 6,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan model Problem Based learning (PBL).
Selanjutnya menetapkan lama waktu yang diperlukan dan teknik pembelajaran
sesuai dengan model PBL yang meliputi 5 tahap. Tahap 1 yaitu dilakukan penyampaian
masalah yang akan dipecahkan. Tahap 2 adalah membentuk kelompok yang terdiri dari 5
siswa dan menyiapkan buku sumber. Tahap 3 yaitu setiap kelompok melakukan diskusi
untuk memecahkan masalah dengan bantuan lembar diskusi. Tahap 4 yaitu setiap
kelompok melakukan presentasi. Tahap 5 yaitu guru dan siswa melakukan tanya jawab.
Setelah selesai pembahasan materi guru dan siswa akan menarik kesimpulan mengenai
apa yang telah dipelajari. Setelah menarik kesimpulan guru akan memberikan pemantapan
dan tindak lanjut kepada siswa.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah
a) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa untuk berdoa sesuai
dengan agamanya masing-masing
b) Guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran.
c) Guru mengecek kehadiran siswa, kerapian, dan mengatur tempat duduk agar
sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
d) Melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar Dayu sedang memberi
makan ayam.
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar.
a) Guru membimbing siswa untuk menemukan makna yang terkandung pada
gambar.
b) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok heterogen yang beranggotakan 6
siswa.
54
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
a) Guru membimbing siswa membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan
temannya sesuai dengan gambar.
b) Siswa membaca teks wacana yang berhubungan dengan sikap hidup bersatu
dan menjelaskan akibat hidup tidak bersatu dengan kalimat sendiri.
c) Siswa mengamati gambar ayam yang hidup bersatu.
d) Menyanyikan lagu berjudul Kukuruyuk dan bertanya jawab mengenai lagu
Kukuruyuk.
e) Menyanyikan kembali lagu Kukuruyuk dengan diiringi alat musik ritmis.
f) Siswa mengamati gambar ayam mengepakkan sayap dan menirukannya.
g) Siswa diarahkan menghubungkan pembelajaran sebelumnya tentang pecahan
uang.
h) Siswa dalam kelompok berlatih mengerjakan soal yang berhubungan dengan
pecahan uang.
i) Siswa dalam kelompok mengerjakan soal-soal yeng berhubungan dengan bentuk
penukaran pecahan uang (mengumpulkan informasi).
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
a) Siswa menyampaikan hasil pekerjaannya ke depan kelas (mengkomunikasikan).
b) Siswa yang lain menanggapi hasil pekerjaan siswa yang tampil (menanya)
c) Dengan mengacu jawaban yang disampaikan kelompok dan tanya jawab
mengenai jawaban yang seharusnya, guru memberikan penguatan terhadap
jawaban kelompok
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
a) Guru dan siswa membuat penguatan atau kesimpulan materi yang telah
dipelajari hari ini.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru memberikan tes formatif untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa.
b) Siswa mengerjakan ter formatif secara individual.
c) Melakukan penilaian hasil belajar
d) Guru mengucapkan salam penutup dan mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
55
4.3.3 Hasil Tindakan
Setelah melaksanakan pembelajaran siklus II maka diperoleh data sebagai
berikut:
4.3.3.1 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung maka dapat disajikan data dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Observasi Keterampilan Saintifik Siklus II
No
Keterangan
Skor Jumlah
Skor
Persentase 1 2 3 4
1. Mengamati - 3 9 6 57 79,17%
2. Menanya - 2 10 6 58 80,56%
3. Mengumpulkan Informasi - 3 8 7 58 80,56%
4. Mengasosiasikan - 3 9 6 57 79,17%
5. Mengkomunikasikan - 1 10 7 60 83,33%
Dari tabel 4.8 dapat dilihat hasil observasi keterampilan saintifik pada siklus II
penguasaan keterampilan mengamati sebesar 79,17%, keterampilan menanya sebesar
80,56%, keterampilan mengumpulkan informasi sebesar 80,56%, keterampilan
mengasosiasikan sebesar 79,17%, dan untuk keterampilan mengkomunikasikan sebesar
83,33%. Indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai karena indikator kinerja
penelitian dapat tercapai apabila penguasaan keterampilan saintifik mencapai 75% dari
jumlah siswa, sedangkan pada siklus II penguasaan dari 5 keterampilan saintifik
semuanya ≥75%.
Sedangkan untuk melihat aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut.
56
Tabel 4.9
Hasil Observasi Siswa Siklus II
No
Kegiatan
Skor Jumlah Skor 1 2 3 4
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah - - - 4 16
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar - - 1 1 7
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- - 3 1 13
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya - - 1 1 7
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- - 1 1 7
Total Skor 50
Persentase 89,28%
Kategori Sangat Baik
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil observasi siswa pada siklus II dari 5
tahapan PBL dengan total 14 aspek yang diamati diperoleh persentase sebesar 89,28%
dan termasuk kategori sangat baik.
Sedangkan untuk aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Guru Siklus II
No
Kegiatan
Skor Jumlah Skor 1 2 3 4
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah - - - 4 16
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar - - 2 8
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- - 1 3 15
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
- - 1 1 7
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- - 2 - 6
Total Skor 52
Persentase 92,85%
Kategori Sangat Baik
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil observasi guru pada siklus II dari 5
tahapan PBL dengan total 14 aspek yang diamati diperoleh persentase sebesar 92,85%
dan termasuk kategori sangat baik.
57
4.3.3.2 Hasil Belajar Siklus II
Setelah melakukan pembelajaran siklus II, nilai yang diperoleh siswa pada muatan
Matematika dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Destribusi Frekuensi Nilai Muatan Matematika Siklus II
No Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
1. 60 – 67 2 11,11
2. 68 – 75 4 22,22
3. 76 – 83 5 27,78
4. 84 – 91 4 22,22
5. 92 – 100 3 16,67
Jumlah Siswa 18 100
Rata-rata 81
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil belajar muatan Matematika yang diperoleh
siswa setelah siklus II dilaksanakan. Nilai antara 60-67 frekuensinya ada 2 dengan
persentase 11,11%, nilai antara 68-75 frekuensinya ada 4 dengan persentase 22,22%,
nilai antara 76-83 frekuensinya ada 5 dengan persentase 27,78%, nilai antara 84-91
frekuensinya ada 4 dengan persentase 22,22%, dan nilai antara 92-100 frekuensinya ada
3 dengan persentase 16,67%. Dari daftar nilai siswa pada siklus II, nilai tertinggi adalah
100 atau 4,00, nilai terendah 60 atau 2,40, dan rata-rata kelas adalah 81 atau 3,24.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥68) data hasil perolehan nilai
pada siklus II dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan yang belum tuntas dalam tabel
4.12.
Tabel 4.12
Ketuntasan Belajar Muatan Matematika Pada Siklus II
No Ketuntasan KKM Banyak Siswa Persentase
1. Tuntas ≥ 68 (2,72) 16 88,89%
2. Belum Tuntas < 68 (2,72) 2 11,11%
Jumlah 18 100%
58
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥68 atau 2,72) atau belum tuntas sejumlah
2 siswa atau 11,11% sedangkan yang sudah mencapai KKM atau tuntas sejumlah 16
siswa dengan persentase 88,89%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.12 dapat dilihat
pada diagram 4.3.
Diagram 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Muatan Matematika pada Siklus II
Dari diagram 4.3 dapat dilihat bahwa dari 18 siswa, 16 siswa atau 88,89% sudah
tuntas mencapai KKM (≥68 atau 2,72), sedangkan 2 siswa atau 11,11% belum tuntas
KKM. Indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai karena indikator kinerja
penelitian dapat tercapai apabila ketuntasan hasil belajar mencapai 75% dari jumlah siswa,
sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar dari 18 siswa sudah 16 siswa atau
88,89% tuntas. Maka dari itu, penelitiaan sudah berhasil dilaksanakan.
4.3.4 Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selanjutnya dilakukan refleksi atas segala kegiatan
yang dilakukan pada proses pembelajaran. Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus
II dan hasil nilai siswa siklus II digunakan sebagai acuan dalam melakukan refleksi.
Refleksi ini selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perbaikan dan perbandingkan
apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran dengan model PBL sudah sesuai
dengan indikator kinerja yang diinginkan atau belum. Berdasarkan hasil analisis data yang
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Tuntas Belum Tuntas
88,89%
11,11%
59
diperoleh berdasarkan observasi pada siklus II disetiap pertemuan maka hasil refleksi
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
A. Kelebihan
1) Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.
2) Semua siswa aktif melakukan diskusi kelompok, meski ada beberapa yang
masih ribut sendiri tapi jauh lebih baik dari siklus I.
3) Siswa aktif dalam pembelajaran.
4) Siswa berani maju kedepan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
5) Siswa mulai dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari
sehingga mereka lebih paham materi.
6) Adanya motivasi yang membuat siswa lebih aktif.
B. Hambatan
1) Guru masih memgalami sedikit kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran
dalam setiap kegiatan.
C. Penyelesaian
1) Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
4.4 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan saintifik siswa selama proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tabel perbandingan persentase hasil observasi
siswa saintifik yang diperoleh pada saat dilakukan pengamatan pada siklus I dan siklus II
sebagai berikut :
Tabel 4.13
Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Saintifik pada Siklus I dan Siklus II
No
Keterangan
Persentase Hasil Observasi Keterampilan Saintifik
Siklus I Siklus II
1. Mengamati 65,28% 79,17%
2. Menanya 64% 80,56%
3. Mengumpulkan Informasi 68% 80,56%
4. Mengasosiasikan 64% 79,17%
5. Mengkomunikasikan 73,61% 83,33%
60
Dari tabel 4.13 dapat dilihat adanya peningkatan hasil observasi keterampilan
saintifik pada semua kriteria. Keterampilan mengamati pada siklus I sebesar 65,28%, pada
siklus II meningkat menjadi 79,17%. Keterampilan menanya pada siklus I sebesar 64%,
pada siklus II meningkat menjadi 80,56%. Keterampilan mengumpulkan informasi pada
siklus I sebesar 68%, pada siklus II meningkat menjadi 80,56%. Keterampilan
mengasosiasi pada siklus I sebesar 64%, pada siklus II meningkat menjadi 79,17%.
Sedangkan keterampilan mengkomunikasikan pada siklus I sebesar 73,61%, pada siklus II
meningkat menjadi 83,33%.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tabel perbandingan persentase hasil observasi
aktivitas belajar siswa yang diperoleh pada saat dilakukan pengamatan pada siklus I dan
siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.14
Perbandingan Hasil Observasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No
Kegiatan
Persentase Hasil Observasi Siswa
Siklus I Siklus II
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah 71,43% 89,28%
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Kategori Baik Sangat Baik
Dari tabel 4.14 terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil observasi siswa di semua
tahapan PBL. Pada siklus I sebesar 71,43% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus
II sebesar 89,28% dengan kategori sangat baik. Dari hasil data tersebut terlihat bahwa
terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan kinerja guru pada saat diterapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Keberhasilan kinerja guru tersebut dapat dilihat pada tabel perbandingan
61
hasil observasi aktivitas guru dengan kategori sangat baik pada siklus I dan siklus II
berikut:
Tabel 4.15
Perbandingan Hasil Observasi Guru pada Siklus I dan Siklus II
No
Kegiatan
Persentase Hasil Observasi Guru
Siklus I Siklus II
1. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah
2. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar 75% 92,85%
3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Kategori Baik Sangat Baik
Dari tabel 4.15 terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase kinerja guru dalam
menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi guru pada siklus I
sebesar 75% kegiatan terlaksana dengan kategori baik, pada siklus II meningkat menjadi
92,85% kegiatan terlaksana dengan kategori sangat baik.
Sedangkan hasil belajar muatan Matematika sebelum tindakan, siklus I dan siklus
II juga mengalami peningkatan. hal tersebut dapat dilihat pada tabel perbandingan
ketuntasan hasil belajar berikut :
Tabel 4.16
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Muatan Matematika Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
% Jumlah Siswa
%
Tuntas (≥68 atau 2,72) 6 33,33 11 61,11 16 88,89
Belum Tuntas (<68 atau 2,72) 12 66,67 7 38,89 2 11,11
Rata-rata 60 70 81,11
Nilai Tertinggi 80 90 100
Nilai Terendah 45 50 60
Dari tabel 4.16 di atas terlihat adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa
pada muatan Matematika. Sebelum dilaksanakan tindakan hanya terdapat 6 atau 33,33%
62
siswa yang tuntas dan 12 atau 66,67% siswa yang belum tuntas, pada siklus I meningkat
menjadi 11 atau 61,11 siswa yang tuntas dan 7 atau 38,89% yang belum tuntas, pada
siklus II ketuntasan hasil belajar muatan Matematika meningkat menjadi 16 atau 88,89%
siswa tuntas dan 2 atau 11,11% siswa yang belum tuntas. Hal ini dapat digambarkan pada
diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar muatan Matematika berikut ini.
Diagram 4.4 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Muatan Matematika Sebelum
Tindakan, Siklus I dan Siklus II
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas 2 SD
Negeri Jrahi 02 Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014/2015
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terbukti telah
terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari persentase
ketuntasan hasil belajar siswa pada muatan Matematika dari sebelum dilaksanakan
tindakan penelitian sampai pada tahap pelaksanaan siklus II. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dian Mala Sari dkk, Sukarman, dan Nanik Siswidyawati
dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut juga mengindikasikan
terjadinya peningkatan hasil belajar dengan menggunakam model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada proses pembelajarannya.
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
33,33%
61,11%
88,89%
66,67%
38,89%
11,11%
Tuntas
Belum Tuntas
63
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan model Problem Based
Learning (PBL) dapat mengubah pola pikir siswa yang awal mulanya malas berpikir kritis,
kreatif, dan analistis menjadi selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru, kemudian
melakukan penelusuran ilmiah sehingga memperoleh kesimpulan sediri melalui
pembuktian yang nyata secara berkelompok dimana guru hanya bertindak sebagai
fasilitator. Hal ini yang menjadikan siswa menjadi terbiasa dan tidak merasa kesulitan
untuk memecahkan masalah mulai dari yang mudah seperti masalah dalam tes formatif
yang diberikan dalam penelitian sampai dengan masalah yang lebih kompleks seperti
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Perubahan pola pikir inilah yang
mengakibatkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Selain terjadi peningkatan hasil belajar, setelah dilaksanakan observasi terhadap
aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini juga mengalami peningkatan kinerja pada tiap
siklus yang dilaksanakan.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan saintifik maka hasil
belajar muatan Matematika Subtema “Kegiatan Ekstrakurikulerku” pada siswa kelas 2 SD
Negeri Jrahi 02 Tahun Pelajaran 2014 / 2015 akan meningkat.