bab iv hasil penelitian dan pembahasan · 2016. 8. 25. · soal evaluasi yang digunakan adalah soal...
TRANSCRIPT
-
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Pelaksanaan Prasiklus
Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Ngajaran 3 tergolong rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama
sehari pada tanggal 1 Februari 2013 melalui wawancara secara lisan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru dalam sehari-hari
sering atau sebagian besar dilakukan secara ceramah atau konvensional.
Pembelajaran IPA masih teacher center, dalam kegiatan pembelajaran sebagian
besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian
diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mempunyai
kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki. Guru pernah
melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan kelompok, namun
kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara bekerjasama
tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam kelompok. Guru
lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga partisipasi yang berupa hasil
belajar siswa masih rendah. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana
pembelajaran tampak kaku, berdampak pada hasil belajar IPA siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan kurang tanggap dalam menerima materi pembelajaran.
Berdasarkan data hasil belajar pra siklus, jika dianalisis berdasarkan nilai
hasil belajar pra siklus dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
-
52
Tabel 11
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPA Siswa Kelas 4 sebelum Tindakan
( Prasiklus)
No Interval Frekuensi Persentase (%)
Mencapai KKM 60
1 59 10 47,7 % Tidak Tuntas
Jumlah 21 100 % Rata – rata 67.28
Nilai Terendah 40 Nilai Tertinggi 94
Diketahui Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai
> 59 sebanyak 47,7 % atau 10 siswa, yang mendapat nilai 66 – 71 sebanyak 9,5 %
atau 2 siswa, yang mendapat nilai 72 - 71 sebanyak 9,5 % atau 2 siswa, yang
mendapat nilai 78-83 sebanyak 4,7 % atau 1 siswa, dan yang mendapat nilai
-
53
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) data hasil
perolehan nilai sebelum tindakan yang tuntas dan belum tuntas disajikan dalam
bentuk tabel 12 sebagai berikut.
Tabel 12 Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (Prasiklus)
NO Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)
1 Tuntas 11 52,3 (%) 2 Tidak Tuntas 10 47,7 (%) Jumlah 21 100 ( %)
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui dari tabel 12
bahwa siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau ≥60 sebanyak 11 siswa
dengan persentase 52,3%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM atau ≤60 sebanyak 10 siswa dengan persentase 47,7%. Ketuntasan belajar
siswa disajikan dalam bentuk diagram lingkaran seperti pada gambar 4 berikut.
Gambar 4 Persentase Ketuntasan Nilai Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan persentase nilai ulangan harian IPA siswa kelas IV SD Negeri
Ngajaran 03 yang dijadikan sebagai nilai prasiklus dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM ≥60) dapat dikatakan hasil belajar siswa masih rendah dan
rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, metode
pembelajaran yang masih ceramah, pembelajaran masih berpusat pada guru, guru
kurang memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat siswa
47,70%52,30%
Persentase Nilai Prasiklus Tuntas Belum Tuntas
-
54
menjadi jenuh, membosankan, siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti
proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam memberikan ilmu
pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif dan
berakibat pada hasil belajar masih menjadi rendah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ngajaran 03 Semester II
Tahun Pelajaran 2003/2014, penulis akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang akan
dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II dengan Standar Kompetensi
yang sama dan dengan Kompetensi Dasar yang bebeda dapat dilihat pada tabel 13
berikut ini:
Tabel 13
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Siklus I dan II
Standar Kompetensi
Kompetensi Standar
Siklus 1 Siklus 2
9.Memahami perubahan
kenampakan permukaan bumi dan
benda langit.
9.1
Mendiskripsi
kan
perubahan
kenampakan
bumi
9.2
Mendiskripsi
kan posisi
bulan dan
kenampakan
bumi dari
hari ke hari.
-
55
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat macam sub bab yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) yang
mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada
bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai
apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan
observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.
4.1.1.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaaan tindakan dilaksanakan dari tanggal 1 Februari sampai 20
Maret 2013. Diawali pada tanggal 1 Februari yaitu dilaksanakan persiapan
sebelum penelitian dengan berkunjung ke SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang menyerahkan surat perijinan. Pada tanggal 1
Februari 2014 dan 15 Maret 2013 dilaksanakan validasi instrumen di kelas 5 SD
Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Soal evaluasi yang
digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 40 soal, tahap pemilihan 40 soal
tersebut pertama-tama diawali dengan membaca materi yang akan diajarkan
sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tahap kedua adalah membuat
kisi-kisi soal, lalu membuat 20 butir soal siklus I dan 20 butir soal siklus II.
Langkah ketiga dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada SD Negeri Ngajaran
03 Kecamatan tetapi pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari kelas yang akan
dikenai tindakan yaitu di kelas 5. Setelah mendapatkan soal yang valid kemudian
soal tersebut dipilih kembali masing-masing 20 soal siklus I dan 20 soal siklus II.
Pemilihan dilakukan dengan cara mencari tingkat kesukaran soal dimana soal
yang bagus adalah soal yang memiliki indeks kesukaran. Lembar observasi
keaktifan belajar dibuat berdasarkan indikator keaktifan siswa. Sebelum tindakan
juga harus menyusun lembar observasi guru keterlaksanaan sintaks Numbered
Heads Togetherberdasarkan sintaks pembelajaran metode Numbered Heads
Together.
-
56
RPP siklus pertama disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar
kompetensi memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda
langit, kompetensi dasar mendiskripsikan perubahan kenampakan bumi. Pada
pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui
penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran
pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Perencanaan tindakan siklus I yang terdiri
dari 3 pertemuan, pada saat tindakan dilakukan dengan cara menerapkan langkah-
langkah metode Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga
melakukan sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus. Setelah pembuatan RPP,
kemudian RPP beserta sintaks dari metode Numbered Heads Together
dikonsultasikan kepada guru kelas 4 SD Negeri Ngajaran 03 yang akan mengajar
yaitu bapak Badarudini. Selain berkonsultasi RPP, dilakukan pula diskusi dengan
guru kelas mengenai sintaks dari metode agar guru kelas matang dalam
memahami sintaks dari metode dan benar-benar bisa mewakili tindakan. Guru
kelas mudah memahami sintaks setelah diberi penjelasan, karena sintaks dari
metode Numbered Heads Together hampir serupa dengan metode diskusi
kelompok hanya pada Numbered Heads Together terdapat tahap penomoran siswa
dan pemanggilan nomor secara acak.
Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama satu minggu meliputi
lembar soal untuk diskusi, nomor kepala, alat peraga dan lembar soal evaluasi.
Nomor kepala dibuat sebanyak 21 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 4.
Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan
diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang
dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-alat
peraga yaitu gambar permukaan laut ketika pasang dan surut, dan gambar-gambar
hal-hal yang dapat merubah kenampakan bumi. Alat peraga gambar dibuat sendiri
dengan kertas karton besar yang disiapkan sebelum melakukan tindakan.
Melakukan konsultasi tanggal pelaksanaan penelitian kepada pihak sekolah dan
guru, dan akhirnya pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari senin tanggal 3 April 2014, pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 4 April 2014, dan pertemuan ketiga pada tanggal 5 April 2014.
-
57
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap
pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain
penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 3 April 2014 pada
mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan
bumi. Pada pertemuan pertama terdapat tiga indikator pembelajaran yang
disampaikan yaitu Menyebutkan unsur-unsur muka bumi, Mendeskripsikan
perubahan kenampakan bumi, Menyebutkan unsur-unsur yang dapat mengubah
muka bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar perubahan kenampakan bumi
yang dipengaruhi oleh bulan kepada siswa dan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi dan
memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah metode
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Guru menjelaskan sekilas
tentang teori terbentuknya bumi serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar
siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-tama
adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai
dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 3 kelompok
terdiri dari 5 orang siswa dan 1 kelompok terdiri 6 siswa. Pembentukan kelompok
dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat
bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah
penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota
kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing
kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian
tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk
dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada
saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa
-
58
dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru
memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil
nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya
adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya tadi maju kemudian
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah
memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas, pada kegiatan penutup guru membimbing
siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.
Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan
Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari berikutnya
dengan menyampaikan 2 indikator yaitu Menyebutkan dampak yang ditimbulkan
akibat perubahan kenampakan bumi, Menyebutkan cara mengatasi akibat dari
perubahan kenampakan bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran
yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada
siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan
pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Di dalam kegiatan inti guru
melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan perubahan kenampakan
bumi. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan
pertemuan pertama. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan
kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered
Heads Together siswa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 3 kelompok terdiri dari 5
orang siswa dan satu kelompok terdiri 6 siswa. Pembentukan kelompok dilakukan
secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama
-
59
dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran
anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,
karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok
mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru
memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh
setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi
kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam
melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil
salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil diskusi. Tahap selanjutnya adalah menjawab
pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan
teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap
selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan
temannya kemudian membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila
salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup
guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru
menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru
memberikan informasi pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada
pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.
Pada pertemuan ketiga akan melakukan evaluasi dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada pertemuan 1 dan 2. Pada kegiatan awal guru membuka
pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali
sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan
melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Kemudian siswa
diberikan sal dan mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh
seluruh siswa yang berjumlah 21 orang. Guru menanyakan kepada siswa tentang
kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru
membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa
-
60
supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang
peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal
evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi
dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.
4.1.1.3 Observasi
Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan
untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan
keseluruhan sintaks metode ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi
guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa
pada kegiatan inti dari langkah-langkah Numbered Heads Together, ada beberapa
poin yang tidak terlaksana, tetapi pada sintaks yang terlaksana tersebut masih
terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah terlaksana adalah
guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota
kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan
pemanggilan nomor, dan membimbing siswa menjawab pertanyaan. Sintaks yang
belum terlaksana yaitu pada tahap menanggapi jawaban dan membuat
kesimpulan. Guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing siswa
untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau
kurang terhadap materi yang telah di bahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh
data bahwa pada sintaks Numbered Heads Together terdapat 1 beberapa sintaks
terlaksana tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang
sudah terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok,
penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok,
melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan dan
memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban. Pada
pertemuan pertama masih terdapat 1 sintaks yang belum terlaksana yaitu pada
tahap membuat kesimpulan. Guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki
-
61
atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi
yang telah di bahas.
4.1.1.4 Refleksi
Berdasarkan observasi siklus I pelaksanaan tindakan dengan metode
Numbered Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan
guru kelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together
diantaranya siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh, materi pelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran daripada sebelum menggunakan Numbered Heads Together. Selain
kelebihan masih terdapat beberapa kekurangan selama pembelajaran Siklus I
antara lain sebagai berikut :
a) Pada pertemuan pertama dan kedua guru belum melaksanakan sintaks
menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan, dalam arti guru belum
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban
yang disampaikan dan belum membimbing membuat kesimpulan. Hal ini
disebabkan waktu pembelajaran hampir habis karena waktu terbuang pada
kegiatan diskusi yang dilakukan siswa. Guru pada awal pembelajaran tidak
menyampaikan lamanya waktu siswa untuk berdiskusi, sehingga siswa lama
dalam melakukan diskusi.
b) Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga proses pembentukan kelompok
menimbulkan sedikit keributan di kelas karena siswa cenderung ingin
memilih kelompok sendiri.
c) Pada tahap pemberian nomor berlangsung lama, dikarenakan siswa belum
terbiasa untuk belajar membentuk kelompok dengan diberi nomor kepala.
d) Pada saat diskusi, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik
karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang
cenderung bekerja sendiri.
e) Pada saat pemanggilan nomor ada nomor yang sudah disebut tetapi
disebutkan lagi oleh guru karena guru tidak hafal dengan nomor yang telah
disebut.
-
62
f) Kegiatan pembimbingan terhadap kelompok selalu dilakukan oleh guru,
tetapi banyaknya kelompok dalam kelas menyebabkan pembimbingan kurang
merata.
g) Siswa masih malu - malu atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan
gagasan/soal masalah yang sedang diskusikan karena siswa tidak terbiasa
maju menyampaikan jawaban di depan kelas.
Dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka dapat diperbaiki pada
siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada siklus I tidak terjadi
pada siklus II adalah:
a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan menyampaikan lamanya
waktu diskusi kelompok sehingga semua sintaks dapat terlaksana.
b) Guru harus bersikap tegas dengan siswa yang memilih anggota kelompok
sendiri dan sebaiknya proses pembentukan kelompok dilakukan sebelum
pelaksanaan, sehingga tidak menghabiskan waktu lama pada saat
pembelajaran.
c) Agar saat pemberian nomor tidak berlangsung lama, guru harus mengelola
waktu sebaik mungkin dengan meminta perwakilan kelompok untuk
memberikan nomor kepada anggotanya.
d) Guru lebih merata dalam melakukan bimbingan diskusi sehingga apabila ada
anggota kelompok siswa yang pasif dan yang cenderung bekerja sendiri dapat
diberi pengarahan.
e) Guru mencatat nomor yang telah dipanggil misalnya pada catatan kecil, agar
nomor yang tidak disebutkan lagi oleh guru
f) Guru menciptakan suasana yang menyenangkan, guru harus lebih memotivasi
siswa untuk aktif dengan pemberian ganjaran jika jawaban siswa benar
sehingga siswa tidak malu-malu dalam mengemukakan jawaban.
-
63
4.1.2 Pelaksanaan Siklus II
Pada bagian pelaksanaan siklus II terdiri dari empat macam sub bab yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) yang
mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada
bagian pelaksanaan siklus II akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai
apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan
observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.
4.1.2.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan siklus II digunakan untuk memperbaiki kekurangan
pada siklus I. Peneliti berdiskusi bersama guru kelas tentang hal-hal yang harus
diperbaiki dan dipersiapkan pada siklus II. Melihat hasil belajar siswa siklus 1
belum mencapai indikator keberhasilan maka dilaksanakan perbaikan di siklus II.
RPP siklus kedua yang telah disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar
kompetensi memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit
kompetensi dasar Mendiskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari
ke hari. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi
melalui penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir
pembelajaran pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Persiapan tindakan siklus II
yang terdiri dari 3 pertemuan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks
metode Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga melakukan
sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus.
Persiapan perlengkapan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, nomor
kepala dan lembar observasi dipersiapkan sebelum melaksanakan siklus II. Nomor
kepala dibuat sebanyak 21 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 4.
Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan
diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang
dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor disiapkan pula alat-alat
peraga untuk siklus II seperti gambar daur air dan gambar kerusakan alam. Alat
-
64
peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton besar yang disiapkan sehari
sebelum melakukan tindakan. Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari senin tanggal 7 April 2014, pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 8 April 2014, dan pertemuan ketiga pada tanggal 9 April 2014.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap
pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain
penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 3 April 2014 pada
mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan
bumi. Pada pertemuan pertama terdapat tiga indikator pembelajaran yang
disampaikan yaitu Menyebutkan unsur-unsur muka bumi, Mendeskripsikan
perubahan kenampakan bumi, Menyebutkan unsur-unsur yang dapat mengubah
muka bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar perubahan kenampakan bumi
yang dipengaruhi oleh bulan kepada siswa dan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi dan
memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah metode
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Guru menjelaskan sekilas
tentang teori terbentuknya bumi serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar
siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-tama
adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai
dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 3 kelompok
terdiri dari 5 orang siswa dan 1 kelompok terdiri 6 siswa. Pembentukan kelompok
dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat
bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah
penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota
kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing
-
65
kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian
tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk
dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada
saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa
dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru
memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil
nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya
adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya tadi maju kemudian
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah
memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas, pada kegiatan penutup guru membimbing
siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.
Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan
Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari berikutnya
dengan menyampaikan 2 indikator yaitu Menyebutkan dampak yang ditimbulkan
akibat perubahan kenampakan bumi, Menyebutkan cara mengatasi akibat dari
perubahan kenampakan bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran
yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada
siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan
pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Di dalam kegiatan inti guru
melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan perubahan kenampakan
bumi. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan
pertemuan pertama. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan
-
66
kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered
Heads Together siswa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 3 kelompok terdiri dari 5
orang siswa dan satu kelompok terdiri 6 siswa. Pembentukan kelompok dilakukan
secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama
dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran
anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,
karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok
mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru
memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh
setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi
kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam
melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil
salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil diskusi. Tahap selanjutnya adalah menjawab
pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan
teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap
selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan
temannya kemudian membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila
salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup
guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru
menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru
memberikan informasi pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada
pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.
Pada pertemuan ketiga akan melakukan evaluasi dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada pertemuan 1 dan 2. Pada kegiatan awal guru membuka
pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali
sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan
melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Kemudian siswa
-
67
diberikan sal dan mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh
seluruh siswa yang berjumlah 21 orang. Guru menanyakan kepada siswa tentang
kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru
membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa
supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang
peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal
evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi
dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.
4.1.2.3 Observasi
Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan
untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan
keseluruhan sintaks metode ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi
guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa
pada kegiatan inti dari langkah-langkah Numbered Heads Together, ada beberapa
poin yang tidak terlaksana, tetapi pada sintaks yang terlaksana tersebut masih
terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah terlaksana adalah
guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota
kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan
pemanggilan nomor, dan membimbing siswa menjawab pertanyaan. Sintaks yang
belum terlaksana yaitu pada tahap menanggapi jawaban dan membuat
kesimpulan. Guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing siswa
untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau
kurang terhadap materi yang telah di bahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh
data bahwa pada sintaks Numbered Heads Together terdapat 1 beberapa sintaks
terlaksana tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang
sudah terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok,
penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok,
melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan dan
-
68
memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban. Pada
pertemuan pertama masih terdapat 1 sintaks yang belum terlaksana yaitu pada
tahap membuat kesimpulan. Guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki
atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi
yang telah di bahas.
Hasil observasi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran pada siklus II
yang terdiri dari 3 pertemuan diperoleh bahwa ada beberapa langkah
pembelajaran Numbered Heads Together semua langkah sudah terlaksanakan oleh
guru. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, melakukan
pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan
kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing
siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat salah atau
kurang terhadap materi yang dibahas.
4.1.2.4 Refleksi
Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan guru kelas,
maka dapat disimpulkan selama proses belajar mengajar siklus II guru telah
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Berdasakan data hasil pengamatan
diketahui bahwa kegiatan pembelajaran tampak lebih hidup dengan adanya
interaksi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa, siswa terlihat lebih aktif
dalam berkomunikasi ketika diskusi. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi baik.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bagian hasil penelitian , akan diuraikan tentang data dan analisis data.
Masing-masing akan dijelaskan tentang data siklus I dan data siklus II yang terdiri
dari data hasil belajar siswa.
4.2.1 Deskripsi Data
Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi data.
Pada sub bab ini deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri
dari data hasil belajar siswa. Kemudian disajikan juga data siklus II yang
mencakup data hasil belajar siswa.
-
69
4.2.1.1 Data Siklus I
Data hasil tes siklus I diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan
pada akhir siklus (pertemuan ketiga). Lebih jelasnya nilai hasil tes siswa dapat
dilihat pada tabel 14 berikut ini:
Tabel 14
Hasil belajar siswa pra siklus dan siklus I
No
Nama Siswa
Nilai Siswa Kriteria Pra siklus Siklus I
1 A 57 60 Tuntas 2 MFT 49 50 Tidak Tuntas 3 AA 49 95 Tuntas 4 AVT 91 80 Tuntas 5 ASM 94 95 Tuntas 6 AYM 55 70 Tuntas 7 EAW 45 100 Tuntas 8 EF 89 80 Tuntas 9 FS 71 95 Tuntas
10 GAP 94 83 Tuntas 11 HP 86 50 Tidak Tuntas 12 IS 50 80 Tuntas 13 NV 91 90 Tuntas 14 RY 40 78 Tuntas 15 RDP 77 55 Tidak Tuntas 16 RNH 55 85 Tuntas 17 S 77 85 Tuntas 18 TAP 49 90 Tuntas 19 TS 43 85 Tuntas 20 YS 71 55 Tidak Tuntas 21 BHK 80 75 Tuntas
Rata-rata kelas 67,28 77,90
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat perbandingan nilai antara prasiklus dan
siklus I pada pelaksanaan siklus I masih terdapat siswa yang tuntas dan sementara
masih ada siswa yang tidak tuntas, dilihat dari kriteria ketuntasan minimal
(KKM=60) terdapat 17 siswa yang sudah memenuhi KKM dan 4 siswa yang di
bawah nilai KKM yang ditetapkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
15 berikut ini:
-
70
Tabel 15
Rekapitulasi Nilai IPA Siswa Kelas 4 sesudah Tindakan (Siklus I)
No Interval Frekuensi Persentase (%)
Mencapai KKM 60
1 90-100 6 28,55 % Tuntas 2 84 –89 3 14,25 % Tuntas 3 78 – 83 5 23,8 % Tuntas 4 72 – 77 1 4,8 % Tuntas 5 66 – 71 1 4,8 % Tuntas 6 60 – 65 1 4,8 % Tuntas 7 >59 4 19 % Tidak Tuntas
Jumlah 21 100 % Rata – rata 77,90
Nilai Terendah 50 Nilai Tertinggi 100 Hasil nilai tes siklus 1 yang terdapat dalam tabel 15 terlihat jelas
perbandingannya bahwa tabel 15 menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai
90-100 berjumlah 28,55% atau 6 siswa, yang mendapat nilai 84-89 berjumlah
14,25% atau 3 siswa, yang mendapat nilai 78-83 berjumlah 23,8% atau 5 siswa,
yang mendapat nilai 72-77 berjumlah 4,8% atau 1 siswa, yang mendapat nilai 66-
71 berjumlah 4,8% atau 1 siswa, yang mendapat nilai 60-65 berjumlah 4,8 % atau
1 siswa dan siswa yang mendapat nilai >59 berjumlah 19% atau 4 siswa.
Untuk lebih jelasnya data nilai dapat dilihat pada data distribusi frekuensi
diagram batang pada gambar 5 berikut ini:
Gambar 5
Hasil perolehan nilai Siklus I
0
1
2
3
4
5
6
Jum
lah
Sisw
a
Nilai
-
71
4.2.1.2 Data Siklus 2
Data hasil tes siklus II diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan
pada akhir siklus (pertemuan ketiga). Lebih jelasnya nilai hasil tes siswa dapat
dilihat pada tabel 16 berikut ini:
Tabel 16
Hasil belajar siswa pra siklus, siklus I dan siklus II
No
Nama Siswa
Nilai Siswa Kriteria Pra siklus Siklus I Siklus II
1 A 57 60 80 Tuntas 2 MFT 49 50 55 Tidak Tuntas 3 AA 49 95 100 Tuntas 4 AVT 91 80 100 Tuntas 5 ASM 94 95 100 Tuntas 6 AYM 55 70 80 Tuntas 7 EAW 45 100 100 Tuntas 8 EF 89 80 95 Tuntas 9 FS 71 95 100 Tuntas
10 GAP 94 83 95 Tuntas 11 HP 86 50 90 Tuntas 12 IS 50 80 95 Tuntas 13 NV 91 90 95 Tuntas 14 RY 40 78 90 Tuntas 15 RDP 77 55 80 Tuntas 16 RNH 55 85 90 Tuntas 17 S 77 85 90 Tuntas 18 TAP 49 90 90 Tuntas 19 TS 43 85 95 Tuntas 20 YS 71 55 95 Tuntas 21 BHK 80 75 100 Tuntas
Rata-rata kelas 67,28 77,90 95,2
Dapat dilihat pada tabel 16 diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus I dan siklus II. Untuk hasil belajar siswa yang berada pada
kriteria ketuntasan minimal (KKM=60) terdapat 20 siswa dari keseluruhan siswa
kelas 4 yang berjumlah 21 siswa yang berarti seluruh siswa telah tuntas meskipun
masih ada 1 siswa yang belum tuntas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
17 berikut ini:
-
72
Tabel 17
Rekapitulasi Nilai IPA Siswa Kelas 4 siklus II
No Interval Frekuensi Persentase (%)
Mencapai KKM 60
1 90-100 17 81 % Tuntas 2 84 –89 0 0 % Tuntas 3 78 – 83 3 14,2 % Tuntas 4 72 – 77 0 0 % Tuntas 5 66 – 71 0 0 % Tuntas 6 60 – 65 0 0 % Tuntas 7 >59 1 4,8 % Tidak Tuntas
Jumlah 21 100 % Rata – rata 95,2
Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 100 Hasil nilai tes siklus II yang terdapat dalam tabel 17 terlihat jelas
perbandingannya bahwa tabel 17 menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai
90-100 berjumlah 81% atau 17 siswa, yang mendapat nilai 78-83 berjumlah
14,2% atau 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai >59 berjumlah 4,8% atau 1
siswa.
Untuk lebih jelasnya data nilai dapat dilihat pada data distribusi frekuensi
diagram batang pada gambar 6 berikut ini:
Gambar 6 Hasil perolehan nilai siklus II
02468
1012141618
Jum
lah
Sisw
a
Nilai
-
73
Dengan melihat gambar diagram 6 dapat diketahui hasil analisis siklus II
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM yaitu 60
sebanyak 1 siswa, sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 20
siswa.
4.2.2 Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis ketuntasan dan
analisis komparatif.
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan data hasil tes IPA siklus I maka dilakukuan analisis dengan
membandingkan nilai (KKM=60). Siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau
yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah (KKM=60).
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus 1 tersaji pada tabel 18 berikut ini:
Tabel 18
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4
Siklus 1
Keterangan
Siklus I Jumlah siswa %
Tidak Tuntas 4 19 % Tuntas 17 81 % Jumlah 21 100 % Rata-rata 77,90 Nilai Tertinggi 50 Nilai terendah 100
Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 21 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran terdapat 17 siswa (81%) tuntas atau mampu mencapai KKM (60)
dan 4 siswa (19%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi
yang dicapai siswa adalah 100 dan nilai terendah 50 dengan nilai rata-rata kelas
adalah 77,90 %. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus I kelas 4 SDN Ngajaran 03
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini:
-
74
Gambar 7
Diagram ketuntasan hasil belajar siswa siklus I
Berdasarkan gambar 7 diagram ketuntasan hasil belajar siklus I dapat
diketahui dari 21 siswa jumlah kelas 4 SDN Ngajaran 03 kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang sebanyak 17 siswa yang tuntas dengan persentase 81% dan
4 siswa belum tuntas dengan persentase 19%
4.2.2.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan data hasil tes IPA siklus II maka dilakukuan analisis dengan
membandingkan nilai (KKM=60). Siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau
yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah (KKM=60).
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus II tersaji pada tabel 19 berikut ini:
Tabel 19
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4
Siklus II
Keterangan
Siklus I Jumlah siswa %
Tidak Tuntas 1 4,8 % Tuntas 20 95,2 % Jumlah 21 100 % Rata-rata 95,2 Nilai Tertinggi 55 Nilai terendah 100
81%
19%
Tuntas Belum Tuntas
-
75
Berdasarkan tabel 19 terlihat bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 21 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran terdapat 20 siswa (95,2%) tuntas atau mampu mencapai KKM (60)
dan 1 siswa (4,8%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi
yang dicapai siswa adalah 100 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas
adalah 95,2 %. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus I kelas 4 SDN Ngajaran 03
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini.
Gambar 8
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan pada gambar 8 dapat diketahui bahwa siswa yang belum tuntas
atau di bawah nilai KKM yaitu 60 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,8%,
sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya dan sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 60 sebanyak 20 siswa dengan persentase 95,2% yang
berarti indikator kinerja penelitian pada siklus II telah tercapai dengan baik.
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 4 SDN Ngajaran
03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun pelajaran
2013/2014. Perbandingan hasil belajar siswa disajikan pada tabel 20 berikut ini :
95,2%
4,8%
Tuntas Belum Tuntas
-
76
Tabel 20
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
NO
Ketuntasan
Pra siklus Siklus I Siklus II Jumlah Siswa
Persen (%)
Jumlah Siswa
Persen (%)
Jumlah Siswa
Persen (%)
1 Tuntas 11 52,30 % 17 81 % 20 95,2% 2 Tidak Tuntas 10 47,70 % 4 19% 1 4,8
Jumlah 21 100 % 21 100% 21 100% Nilai tertinggi 94 100 100 Nilai terendah 40 50 55
Rata-rata 67,28 77,90 95,2 Dari tabel 20 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari
pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 11 siswa (52,30%), pada siklus I mencapai 17 siswa (19%)
dan pada siklus II menjadi 20 siswa (95,2%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun pada saat prasiklus terdapat 10 siswa (47,70%), pada siklus I
masih ada 4 siswa (19%) dan pada siklus II masih ada 1 siswa (4,8%) belum
tuntas. Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 94, siklus I
meningkat menjadi 100 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah
pada pra siklus 40, siklus 1 menjadi 50 dan siklus II nilai terendah 55. Rata-rata
siswa dari prasiklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 67,28
menjadi 77,90 ke siklus I naik sebesar 10,62 dan pada siklus II menjadi 95,2 atau
naik sebesar 13,29. Untuk lebih jelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa dari pra siklus sampai dengan siklus II disajikan dalam gambar 9
berikut ini :
-
77
Gambar 9 Analisis komperatif ketuntasan Hasil Belajar IPA
Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 9 dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.
Pada saat pra siklus ke siklus I besarnya peningkatan adalah dari 52,30% menjadi
81%, dari siklus I ke siklus II adalah 81% menjadi 95,2%. Sedangkan siswa yang
tidak tuntas jumlahnya menurun pada saat pra siklus 47,70% belum tuntas, pada
siklus I menurun menjadi 19% yang belum tuntas dan pada siklus II menurun lagi
menjadi 4,8%.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa
kelas 4 SDN Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada mata
pelajaran IPA, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together.
Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 4 SDN Ngajaran
03Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPA, dapat
diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
Numbered Heads Together. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai
siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di atas
Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 60) atau dikatakan tuntas adalah 11 siswa
(52,30%) kemudian meningkat pada siklus I terdapat 17 siswa (81%) dan
0
10
2011 10
17
4
20
1
SebelumTindakan (Prasiklus)
Siklus I Siklus II
-
78
meningkat lagi pada siklus II sehingga menjadi 17 siswa (77,90%). Pada pra
siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan
Minimal (KKM 60) atau dikatakan tidak tuntas adalah 10 siswa (47,70%)
kemudian menurun pada siklus I sebesar 6 sehingga menjadi 4 siswa (19%). Pada
siklus I siswa tuntas belajar adalah 17 siswa (81%) lebih rendah dari indikator
keberhasilan yang ditentukan yaitu 85% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus I
hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan,
berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat disebabkan
karena guru masih belum bisa mengelola waktu pembelajaran dengan baik
terutama pada kegiatan diskusi kelompok. Pada siklus I saat diskusi kelompok,
kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik karena masih terdapat
anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.
Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga
diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar
IPA siswa. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan
Minimal (KKM 60) atau dikatakan tuntas adalah 11 siswa (52,30%) kemudian
meningkat pada siklus II sebesar 17 siswa (81%) sehingga menjadi 20 siswa
(95,2%). Pada siklus I diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori
Ketuntasan Minimal (KKM 60) atau dikatakan tidak tuntas adalah 4 siswa (19%)
kemudian menurun pada siklus II sebesar 3 siswa sehingga menjadi 1 siswa
(4,8%). Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 17 siswa (95,2%) lebih tinggi
dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 85% siswa tuntas belajar. Jadi
pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan yang berarti melalui penerapan metode Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada siklus II menunjukkan
masih terdapat 1 siswa yang tidak tuntas, yaitu Muhammad Fani T. Setelah
melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran
maka dapat diketahui bahwa siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari
memang memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerap materi dibandingkan
dengan teman-temannya, Muhammad Fani T adalah siswa yang pendiam dan
-
79
pasif di kelas 4 Muhammad juga termasuk siswa yang belum lancar dalam
membaca.
Pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan
yang ditentukan dengan tercapainya 20 siswa tuntas (95,2%), artinya melalui
penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Arends
(2008:6) bahwa pembelajaran kooperatif mendukung perkembangan intelegensi
interpersonal, interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Ibrahim (2000:28) juga mengemukakan tujuan yang
hendak dicapai dalam Numberd Heads Together salah satunya adalah hasil belajar
akademik stuktural.MenurutZuhdi (2010:65)Numbered Heads Together memiliki
kelebihan lain yaitu siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
dan siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut
terealisasi dari siswa yang berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya
dalam kegiatan diskusi, pada saat pelaksanaan tindakan semakin terlihat siswa
saling mengajari satu sama lain karena setiap siswa merasa harus siap menguasai
materi dengan adanya pemanggilan nomor secara acak. Apabila ada anggota yang
mengalami kesulitan, siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai
sehingga setiap siswa dapat lebih memahami materi. Kelebihan tersebut
terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa dapat lebih
memahami materi sehingga hasil belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar
siswa tercapai.
Hasil belajar siklus II siswa yang tuntas adalah 20 siswa (95,2%), hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang
menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SDN Banyumudal 01Kabupaten
Wonosobo Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Yuni Winarti diperoleh hasil bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar,
yakni dari 53,13% sebelum siklus, meningkat menjadi 66,25 % pada siklus I dan
100% pada siklus II. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuni Winarti mencapai hasil yang berbeda yaitu dalam
-
80
penelitian ini siswa yang tuntas adalah 100% sedangkan dalam penelitian ini
siswa yang tuntas mencapai 90%. Hal tersebut dapat disebabkan karena setiap SD
mempunyai karakteristik siswa yang berbeda-beda sehingga hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti, tetapi pada
dasarnya hasil penelitian yang diperoleh sama yaitu dengan penerapan Numbered
Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA.