bab iv hasil dan pembahasanrepository.ump.ac.id/7839/5/ade rizki apriliani_bab iv.pdf · 52 bab iv...
TRANSCRIPT
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti mengulas tentang hasil penelitian disertai dengan
pembahasannya. Hasil dan pembahasan dijabarkan berdasarkan pengolahan data-
data yang berasal dari wawancara, observasi dan dokumentasi selama penelitian.
Hasil tersebut dijabarkan dengan narasi dan gambar. Ada tiga topik utama yang
akan dibahas yaitu tentang pelaksanaan sekolah inklusi di MI Salafiyah
Kebarongan, interaksi sosial anak berkebutuhan khusus dan peran guru dalam
mengembangkan kemampuan berinteraksi anak berkebutuhan khusus di sekolah
tersebut. Namun sebelumnya peneliti akan memberikan gambaran umum MI
Salafiyah Kebarongan sebagai batu pijakan pemahaman (konteks) dari ketiga
topik tersebut berupa profil sekolah, profil kepala sekolah, profil guru, profil kelas
I dan profil siswa.
A. Gambaran Umum MI Salafiyah Kebarongan
1. Profil Sekolah
MI Salafiyah Kebarongan merupakan salah satu Madrasah
Ibtidaiyah swasta yang dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Muslim
Nadziriyah yang berada di Desa Kebarongan Kemanjen Banyumas di
bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma‟arif Kabupaten Banyumas. MI
Salafiyah Kebarongan didirikan pada tanggal 27 Juli 1966 dan pada tahun
2014 telah terakreditasi A. MI Salafiyah Kebarongan berada satu
lingkungan dengan SMP Salafiyah Kebarongan.
52
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
53
Kelengkapan sarana dan prasarana di MI Salafiyah Kebarongan
Kemranjen meliputi gedung ruang kelas I-VI, ruang kepala sekolah, kantor
guru, perpustakaan, UKS, laboratorium komputer, toilet guru, toilet siswa,
kantin serta halaman yang luas untuk tempat parkir kendaraan, olahraga,
upacara dan bermain siswa. Adanya masjid juga sangat mendukung untuk
proses beribadah siswa dan guru. Tenaga pendidik dan kependidikan di MI
Salafiyah Kebarongan berjumlah 14 orang yang terdiri dari 1 Kepala
Sekolah, 6 guru kelas, 3 guru mata pelajaran, 2 guru pendamping khusus
ABK, 1 penjaga kantin dan 1 penjaga sekolah (satpam).
Sejak berdirinya, MI Salafiyah Kebarongan sudah terdapat siswa
yang memiliki kebutuhan khusus kemudian ditunjuk secara resmi oleh
Kementrian Agama Kabupaten Banyumas menjadi sekolah inklusi mulai
tahun 2016 dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam
Nomor 3211 tahun 2016 tentang Penetapan 22 Madrasah Inklusif. Di MI
Salafiyah Kebarongan terdapat 10 siswa yang memiliki kebutuhan khusus
dengan kategori kebutuhan khusus tunagrahita, hiperaktif, tunawicara,
lamban belajar, berkesulitan belajar dan tunadaksa.
2. Profil Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Ibu Amanah
adalah kepala di MI Salafiyah Kebarongan. Ibu Amanah sudah menjadi
kepala sekolah sejak tahun 2007, tepatnya sudah 11 tahun. Selain berperan
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
54
sebagai kepala sekolah, Ibu Amanah juga manjadi pendidik dengan
memberikan materi pembelajaran di beberapa kelas yang diampunya.
3. Profil Guru
Guru adalah salah satu komponen sentral dalam sistem pendidikan
yang sangat mempengaruhi kesuksesan dalam pembelajaran. Peranan
pendidik dalam pendidikan sangat penting karena pendidik adalah orang
yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dan memiliki tanggung
jawab untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan. MI
Salafiyah Kebarongan yang merupakan sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi memiliki perbedaan dari sekolah pada umumnya yang tanpa
pendidikan inklusi. Sekolah inklusi memiliki siswa berkategori reguler dan
siswa berkategori anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal itu juga
mengakibatkan keadaan guru juga berbeda. Jika disekolah tanpa
pendidikan inklusi hanya ada satu guru kelas (guru pengajar) yang
mengajar di dalam kelas, sedangkan sekolah dengan pendidikan inklusi
memiliki beberapa orang guru yang berada di dalam kelas, yaitu guru
kelas (guru pengajar) dan guru pendamping khusus ABK.
Guru kelas I Ibu Ngilmu mempunyai peran memberikan pelajaran
kepada seluruh siswa, sedangkan guru pendamping khusus seperti Ibu
Fatonah dan Ibu Pamuji berperan membantu guru kelas untuk memberikan
bimbingan, informasi dan arahan kepada siswa ABK apabila anak tersebut
tidak bisa mengikuti materi yang diberikan oleh guru kelas (guru pengajar)
dan juga untuk menggantikan tugas mengajar jika guru kelas berhalangan
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
55
hadir. Apabila ABK tersebut tidak paham dengan penjelasan guru kelas,
maka yang menjelaskan kembali materi kepada ABK adalah guru
pendamping khusus. Bisa dikatakan guru pendamping lah yang lebih
berperan di dalam kelas khususnya bagi ABK.
4. Profil Kelas I
Kondisi ruang kelas I bersih dan nyaman untuk belajar. Tempat
duduk siswa menghadap kedepan seperti biasa. Setiap harinya siswa
menempati tempat duduk yang berbeda (berganti posisi). Ruang kelas
dilengkapi kipas angin dan rak untuk meletakkan sepatu. Sirkulasi udara
dan pencahayaan di ruang kelas sangat bagus karena terdapat jendela-
jendela yang besar. Dinding kelas terpasang hasil-hasil pekerjaan siswa.
5. Profil Siswa
Siswa kelas I di MI Salafiyah Kebarongan berjumlah 29 siswa.
Dari 29 siswa tersebut, empat orang merupakan siswa ABK. Siswa yang
memiliki kebutuhan khusus yaitu Slamet (tunagrahita), Nur (hiperaktif),
Adnan (tunawicara) dan Arfah (tunagrahita). Saat peneliti pertama kali
masuk ke kelas I, siswa memberikan senyuman yang ramah dan mengajak
berjabat tangan. Karakteristik siswa kelas I aktif dalam pembelajaran.
B. Pelaksanaan Sekolah Inklusi di MI Salafiyah Kebarongan
Pelaksanaan merupakan segala usaha yang dilakukan untuk
mewujudkan semua rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan pelaksanaan sekolah inklusi meliputi aspek persiapan
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
56
pembelajaran kelas inklusi, pengelolaan kelas inklusi dan kendala di kelas
inklusi serta cara mengatasi.
1. Persiapan Pembelajaran Kelas Inklusi
Persiapan pembelajaran kelas inklusi meliputi aspek penyusunan
silabus, penyusunan RPP/PPI, penyusunan materi, media dan metode
pembelajaran. Persiapan pembelajaran di MI Salafiyah Kebarongan
berupa penyusunan silabus, RPP, materi, media dan metode
pembelajaran. Guru dalam menyusun silabus, RPP, materi dan media
pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler di MI
Salafiyah Kebarongan masih disamakan. Hal ini disampaikan oleh kepala
sekolah yang menjelaskan bahwa:
“Masih dalam persiapan artinya sedang dibuatkan kurikulum
yang sesuai dengan inklusi, sementara masih menggunakan
kurikulum biasa hanya diselipkan beberapa untuk kebutuhan
anak-anak yang berkebutuhan khusus.” (Ibu Amanah, 10 April
2018)
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah, kurikulum yang digunakan oleh
MI Salafiyah Kebarongan untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus
masih menggunakan kurikulum biasa antara siswa reguler dan siswa
ABK masih disamakan akan tetapi dalam proses pembelajarannya
diselipkan beberapa untuk kebutuhan ABK. Dari pihak sekolah sedang
membuatkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan ABK.
Untuk materi yang diajarkan di kelas telah disesuaikan dengan
materi pelajaran pada umumnya. Tetapi materi yang diajarkan untuk
siswa ABK pada kelas formal tetap sama, walaupun demikian tingkat
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
57
pemberian tugas dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
ABK. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah ibu Amanah bahwa:
”Perlakuan sama seperti siswa normal pada umumnya, hanya
kebetulan jika ABK mengganggu dikelas maka bisa
dimasukkan ke ruang sumber atau ke tempat lain untuk
mengikuti pelajaran dan pelajaran itu tidak harus sama
walaupun materi sama misalnya siswa normal bisa menuliskan
1 kalimat dan untuk yang ABK paling bisa menyusun 1 kata
nah itu nilainya sudah sama mba.” (Ibu Amanah, 10 April
2018)
Ibu Amanah menerangkan bahwa materi pembelajaran disesuaikan
dengan kemampuan ABK jika siswa normal dapat menyusun 1 kalimat
lain dengan siswa ABK paling hanya bisa menyusun 1 kata nilainya
sudah sama. Namun demikian materi pembelajaran untuk ABK dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan pemahaman ABK juga diusahakan
agar tidak jauh tertinggal dengan siswa normal lainnya. Hal ini berguna
agar ABK dapat memahami pembelajaran yang disampaikan dengan baik
meskipun sedikit demi sedikit. Masing-masing siswa ABK mendapatkan
pendidikan khusus sesuai dengan potensinya, sehingga mereka dapat
mengembangkan potensi masing-masing dan dapat eksis dan harmonis
dalam lingkungan sosialnya.
Teknik yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, guru di MI
Salafiyah Kebarongan memperhatikan gaya belajar siswa untuk
menentukan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini
disampaikan oleh kepala sekolah yang menjelaskan bahwa:
“Teknik mengajar seperti biasa, untuk yang berkebutuhan
khusus memang ada guru pendamping paling yang spesial
untuk ABK kalau ditunjuk dia tetep maju walaupun salah tetap
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
58
diberikan applause agar anak merasa senang dan percaya diri.”
(Ibu Amanah, 10 April 2018)
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah, diketahui bahwa teknik dalam
pembelajaran masih seperti biasa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
pengamatan yang menunjukkan bahwa guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran masih menggunakan ceramah, demonstrasi dan praktik
langsung. (Observasi, 28 Maret-18 April 2018). Pemberian applause saat
siswa ABK percaya diri dan berani saat menunjukkan kemampuan
dirinya juga dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa Ibu Ngilmu
memberikan applause kepada ABK Nur dengan mengucapkan “Iya, Nur
pintar sudah selesai.” (Observasi, 31 Maret 2018)
2. Pengelolaan Kelas Inklusi
Persiapan pembelajaran kelas inklusi meliputi aspek jumlah siswa
berkebutuhan khusus, klasifikasi siswa berkebutuhan khusus, bakat siswa
berkebutuhan khusus, kegiatan siswa berkebutuhan khusus, bentuk
koordinasi antar tenaga pendidik kelas inklusi, perlakuan guru terhadap
siswa, penataan kelas inklusi, dan respon siswa. Terkait pengelolaan
kelas inklusi di MI Salafiyah Kebarongan, diketahui bahwa jumlah siswa
berkebutuhan khusus hanya terdapat 11 siswa berkebutuhan khusus yang
tersebar kedalam beberapa kelas. Kategori siswa berkebutuhan khusus
yang ada di MI Salafiyah Kebarongan yaitu tunagrahita, hiperaktif,
tunawicara, lamban belajar, berkesulitan belajar dan tunadaksa. Di kelas I
terdapat empat siswa ABK yaitu Adnan (tunawicara), Nur (hiperaktif),
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
59
Slamet dan Arfah (tunagrahita). (Data diperoleh dari Form Isian
Madrasah Inklusi MI Salafiyah Kebarongan).
Keempat siswa ABK di kelas I MI Salafiyah Kebarongan tersebut,
jika dilihat dari pengamatan guru, bakatnya sudah terlihat. Seperti yang
disampaikan kepala sekolah bahwa:
“Programnya ya disesuaikan dengan potensi dan bakat yang
dimiliki oleh setiap ABK.” (Ibu Amanah, 10 April 2018)
Kepala sekolah menjelaskan bahwa untuk program yang sekolah lakukan
yaitu disesuikan dengan potensi dan bakat yang dimiliki ABK.
Contohnya ABK Nur sangat pintar untuk menghafal sesuatu maka
diarahkan dan dibimbing untuk dapat menghafal suratan pendek Al-
Qur‟an. ABK Adnan memiliki bakat di bidang olahraga seperti
bulutangkis maka guru olahraga membimbing Adnan untuk menekuni
bidang tersebut.
Saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, bentuk koordinasi antar
tenaga pendidik di MI Salafiyah Kebarongan di dalam kelas dilakukan
oleh tiga guru, yaitu guru kelas dan dua guru pendamping khusus ABK.
Kerjasama antara guru kelas dan guru khusus sangat diperlukan guna
meningkatkan proses pembelajaran untuk siswa ABK. Seperti yang
disampaikan oleh guru khusus Ibu Fatonah dan Ibu Pamuji bahwa:
“Tentu ada kerjasama mba” (Ibu Fatonah, 12 April 2018)
“Saling membantu antara guru khusus dan umum.
Kerjasamanya bisa dalam penilaian, dalam pelaksanaan dikelas
saling bekerjasama untuk saling membantu dalam
mengkondisikan siswa.” (Ibu Pamuji, 13 April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
60
Berdasarkan penjelasan guru khusus tersebut, bahwa di kelas I dalam
proses pembelajaran tentu ada kerjasama antara guru kelas dan guru
khusus. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dalam hal penilaian,
pengkondisian siswa ABK saat jalannya proses pembelajaran.
Kemudian bentuk perlakuan guru terhadap siswa ABK dan siswa
reguler di kelas inklusi, secara umum dalam proses pembelajaran semua
pelayanan masih disamakan tanpa adanya perbedaan. Seperti yang
disampaikan oleh kepala sekolah ibu Amanah bahwa:
“Dalam 1 kelas dibiasakan untuk selalu bersama-sama sehingga
tidak ada perbedaan jadi siswa normal paham kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan ABK sehingga mereka tidak merasa
terganggu oleh keberadaan ABK dan memahami kemampuan
ABK yang memang seperti itu keadaannya.” (Ibu Amanah, 10
April 2018)
Ibu Amanah menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran siswa
normal dan ABK harus selalu bersama-sama agar setiap anggota kelas
saling menghargai kondisi satu sama lain sehingga tercipta suatu kelas
yang nyaman bagi siswa normal dan ABK. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil pengamatan bahwa guru lebih memperhatikan siswa ABK dan
selalu mengajaknya berkomunikasi. Guru sering mengajak siswa ABK
bicara dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan terkait kegiatan
yang sudah ABK lakukan. (Observasi, 28 Maret-18 April).
Penataan ruang kelas inklusi di kelas I MI Salafiyah Kebarongan
berdasarkan hasil pengamatan sudah dibuat senyaman mungkin oleh guru
agar siswa ABK dan siswa reguler merasa nyaman dan senang ketika
belajar di kelas. Penataan ruang kelas inklusi kelas I MI Salafiyah
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
61
Kebarongan sudah terlengkapi dengan sarana prasarana kelas seperti
buku, media pembelajaran, dan alat kebersihan. Lalu, untuk penataan
tempat duduk di kelas I masih terfokus menghadap ke depan papan tulis.
Walaupun tempat duduk masih terfokus ke depan, setiap harinya siswa
bergantian tempat duduk sehingga siswa tidak bosan dan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Keberadaan siswa berkebutuhan khusus di dalam kelas tentu
memberikan suasana yang berbeda. Terutama pada saat pembelajaran
berlangsung, respon siswa berkebutuhan khusus berbeda dengan siswa
reguler, masing-masing siswa memiliki tingkat daya nalar yang berbeda.
Siswa reguler dalam kegiatan pembelajaran dapat berperan aktif,
sementara siswa ABK belum terlihat aktif dan masih memerlukan
penekanan berulang tekait materi yang sedng dibahas oleh guru. Respon
siswa reguler di MI Salafiyah Kebarongan terhadap keberadaan siswa
ABK mereka memberikan respon positif. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa siswa reguler dan siswa
ABK selalu bermain dan bekerjasama baik di dalam kelas maupun diluar
kelas. Walaupun siswa ABK terkadang menjahili siswa reguler tetapi
mereka tidak memberikan perlawanan akan tetapi memberikan suatu
pengertian-pengertian kepada ABK bahwa hal tersebut tidak boleh
dilakukan. (Observasi, 28 Maret-18 April 2018). Guru khusus Ibu
Fatonah juga menjelaskan bahwa:
“Selalu melibatkan siswa normal didalam kelas, diluar kelas
jajan dan bermain bareng tidak hanya dengan teman 1 kelas,
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
62
tetapi ABK dikenalkan dengan kakak-kakak kelas sehingga
mereka mengenal dan mengetahui bahwa anak tersebut
memiliki keistimewaan sehingga kakak kelas dapat
memperlakukan ABK dengan baik dan menyayangi ABK” (Ibu
Fatonah, 12 April 2018)
Berdasarkan penjelasan guru khusus tersebut, dapat diketahui bahwa
guru khusus selalu melibatkan siswa reguler dalam semua kegiatan ABK.
Diharapkan semua anggota sekolah dapat mengenal dan mengetahui
bahwa siswa ABK memiliki keistimewaan sehingga semua anggota
sekolah dapat memahami dan memberikan respon yang baik terhadap
keberadaan siswa ABK dengan memperlakukan dan menyayangi siswa
ABK dengan baik.
3. Kendala Kelas Inklusi dan Cara Mengatasi
Kendala kelas inklusi dan cara mengatasi meliputi aspek kendala
yang dialami guru dalam kegiatan belajar mengajar dan cara guru
mengatasi kendala tersebut. Kendala pertama disampaikan oleh kepala
sekolah bahwa:
“Kadang belum menguasai dan terampil banget dalam
mengatasi ABK karena masih belajar”. (Ibu Amanah, 10 April
2018)
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah, dapat diketahui bahwa beliau
belum sepenuhnya menguasai dan terampil dalam mengatasi berbagai
karakteristik siswa ABK karena pelaksanaan sekolah inklusi di MI
Salafiyah Kebarongan baru berjalan 2 tahun sejak ditunjuk oleh
Kementrian Agama sebagai sekolah inklusi pada tahun 2016.
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
63
Kendala kedua yaitu daya tangkap siswa ABK dalam menerima
materi pembelajaran masih kurang. Hal tersebut disampaikan oleh guru
kelas I bahwa:
“Kendalanya tentu banyak mba, memberikan pemahaman ke
ABK sulit jadi harus mengulang-ulang materi pembelajaran,
mengkondisikan ABK saat pembelajaran, mengoptimalisasi
kemampuan ABK supaya bisa dan mau untuk belajar”. (Ibu
Ngilmu, 11 April 2018)
Berdasarkan penjelasan guru kelas I dapat diketahui bahwa beliau dalam
memberikan materi pembelajaran harus melakukan pengulangan agar
siswa ABK paham maksud dari apa yang beliau sampaikan. Faktor dari
dalam diri siswa berupa kemauan dan semangat untuk bisa lebih maju
dalam belajar juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan
belajar agar guru dapat mengoptimalkan kemampuan yang ada dalam diri
ABK.
Contoh kurangnya kemauan dari dalam diri siswa berkebutuhan
khusus tersebut dapat dilihat pada saat peneliti melakukan pengamatan
pada ABK Adnan. Adnan tidak betah duduk berlama-lama di dalam kelas
saat kegiatan belajar berlangsung dan memilih keluar kelas untuk
bermain bulutangkis. (Observasi, 28 Maret 2018)
Kendala berikutnya yaitu keterbatasan kemampuan yang dimiliki
oleh guru. Hal tersebut disampaikan oleh guru khusus ibu Fatonah dan
ibu Pamuji bahwa:
“Mungkin kalau anak tunawicara, saya belum tau cara
berkomunikasinya misalnya dia menyampaikan apa tapi saya
belum bisa menangkap apa yang dia inginkan terus yang susah
lagi saat pembelajaran karena tidak bisa mengucapkan secara
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
64
lisan. Slamet belum bisa diarahkan dan memperhatikan guru
dikelas belum bisa, Nur bisa mengikuti kegiatan
pembelajaran.” (Ibu Fatonah, 12 April 2018)
”Kendalanya banyak mba, terkadang tidak paham apa yang
ABK katakan dan akhirnya dia marah-marah. kemudian
keinginan dia ingin ini itu ya kita tidak tahu contohnya Adnan
hanya bisa dengan “hah heh” terkadang kita tidak paham
keinginan dia, seperti Slamet kurang „cetha‟, kalau Nur kadang
tidak jelas mesti kalau ada orang sedang berbicara apa pasti
Nur selalu bertanya kok seperti ini kok seperti itu jadi kita
harus bisa memberikan alasan-alasan supaya dia itu tahu.” (Ibu
Pamuji, 13 April 2018)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa terkadang guru
tidak paham apa maksud dari keinginan ABK karena keterbatasan ABK
dalam pengucapan yang kurang jelas sehingga guru harus mengulang
kembali perkataan ABK agar maksud dan tujuan ABK dapat
tersampaikan dengan jelas.
Kendala selanjutnya yaitu pengkondisian siswa ABK. Siswa ABK
saat kegiatan pembelajaran sering membuat keributan terutama saat Nur
dan Slamet duduk saling berdekatan maka mereka akan bertengkar dan
mengganggu siswa yang lainnya.
Kemudian cara guru dalam mengatasi kendala-kendala yang ada
yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
jalannya proses pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh kepala
sekolah bahwa:
“Sarana dan prasarana sudah ada terkait dengan inklusi yaitu
adanya alat peraga seperti buku-buku dan mainan, ada bidang
miring untuk membantu ABK berjalan, ditoilet ada alat untuk
berpegangan tangan yang dibutuhkan untuk ABK.” (Ibu Amanah,
10 April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
65
Kepala sekolah menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang
disediakan oleh MI Salafiyah Kebarongan untuk ABK sudah disediakan
untuk menunjang kebutuhan siswa ABK selama mengikuti kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Kemudian cara guru untuk memberikan pemahaman materi
pembelajaran kepada siswa ABK dengan sabar dan telaten untuk terus
membimbing ABK sehingga ABK paham dan memiliki semangat untuk
dapat belajar lebih maju. Seperti yang disampaikan oleh guru kelas I
bahwa:
“Harus telaten, sabar, tidak mudah menyerah, untuk selalu
memberikan yang terbaik.” (Ibu Ngilmu, 11 April 2018).
Berdasarkan penjelasan tersebut, beliau selalu mengusahakan segala cara
untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada ABK, dengan
sabar dan telaten untuk memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan
kepada siswa ABK untuk lebih semangat dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, cara mengatasi keterbatasan kemampuan yang
dimiliki oleh guru yaitu dengan mengikuti beberapa pelatihan-pelatihan
terkait pelaksanaan sekolah inklusi dan siswa ABK. Seperti yang
disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:
“Dengan cara pelatihan-pelatihan mba. Semua guru, komite dan
yayasan sudah mengikuti pelatihan terkait dengan ABK.” (Ibu
Amanah, 10 April 2018)
Kepala sekolah menjelaskan bahwa semua guru yang ada di MI Salafiyah
Kebarongan sudah mengikuti pelatihan-pelatihan terkait inklusi.
Pelatihan-pelatihan tersebut di dapat dari hasil mengikuti workshop,
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
66
diklat, seminar inklusi, study banding dan lesson study internal sekolah.
Guru khusus ibu Fatonah juga menyampaikan bahwa:
“Pendidikan secara khusus saya tidak punya tetapi sejak MI
Salafiyah Kebarongan menjadi sekolah inklusi memang saya
beberapa kali mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pendidikan
inklusi dan praktik langsung mencoba mengajar di kelas
yang ada siswa ABKnya di MI Keji.” (Ibu Fatonah, 12 April
2018)
Ibu Fatonah menjelaskan bahwa beliau memang bukan lulusan dari
PGSLB akan tetapi setelah MI Salafiyah Kebarongan dijadikan sekolah
inklusi beliau mengikuti beberapa pelatihan-pelatihan dan praktik
langsung mencoba mengajar di kelas yang ada siswa ABK di MI Keji.
Cara untuk mengkondisikan siswa jika membuat gaduh yaitu
dengan cara memberikan teguran dan nasehat kepada siswa ABK. Jika
teguran dan nasehat masih belum bisa mengatasi sepenuhnya maka guru
khusus memisahkan tempat duduk yang berjauhan agar tidak terjadi
perselisihan lagi sehingga kondisi kelas menjadi kondusif kembali.
Kalaupun ABK belum bisa diam maka guru khusus membawa ABK
keluar kelas agar tidak mengganggu proses pembelajaran. (Observasi 4
April 2018)
Berdasarkan pembahasan pada sub bab ini, pelaksanaan sekolah
inklusi di MI Salafiyah Kebarongan sudah baik dan berjalan dengan
lancar. Pihak sekolah sedang membuat kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan belajar ABK. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan
oleh Maftuhatin (2012 : 2017-208) bahwa penyesuaian kurikulum
dilakukan dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar yang
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
67
disesuaikan dengan kemampuan anak. MI Salafiyah Kebarongan dalam
pengelolaan kelas inklusi tentu tidak selalu berjalan dengan lancar. Akan
tetapi guru selalu berusaha dan bekerjasama dalam memberikan
pelayanan yang terbaik untuk siswa reguler dan siswa ABK. Hal tersebut
sesuai dengan yang disampaikan oleh Budiyanto (2005: 41)
menyebutkan bahwa terdapat 3 prinsip dalam pendidikan inklusi salah
satunya yaitu guru bekerjasama dan mendapat pengetahuan pendidikan
umum, khusus, dan teknik belajar individu serta keperluan-keperluan
pelatihan dan bagaimana mengapresiasikan keanekaragaman dan
perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas. Artinya setiap guru
berusaha untuk dapat mendampingi berbagai perbedaan yang dimiliki
setiap individu anak melalui berbagai ilmu yang dimiliki. Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat Ambar (2005: 115) bahwa terdapat
10 elemen yang memungkinkan pendidikan inklusi dapat dilaksanakan
yaitu sikap positif terhadap keberagaman, Interaksi promotif, Kompetensi
akademik dan sosial yang seimbang, Pembelajaran adaptif, Konsultasi
kolaboratif, Hidup dan belajar dalam masyarakat, Hubungan kemitraan
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, Pemahaman kebutuhan
individual siswa, Belajar dan berpikir independen, Prinsip belajar
sepanjang hayat.
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
68
C. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi MI
Salafiyah Kebarongan
Kemampuan berinteraksi merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi siswa ABK untuk dapat menyesuaikan diri. Pada dasarnya setiap anak
berkebutuhan khusus menunjukkan interaksi sosial yang berbeda-beda. Fakta
dilapangan menunjukkan bahwa ada anak berkebutuhan khusus yang bisa
berinteraksi dengan guru dan teman-temannya, namun ada pula anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan ketika berinteraksi dengan
guru dan teman-temannya.
Di kelas I terdapat anak berkebutuhan khusus dengan berbagai kriteria
dengan nama samaran Adnan (Tunawicara), Nur (Hiperaktif), Slamet
(Tunagrahita), Arfah (Tunagrahita). Adnan adalah satu-satunya siswa di kelas
I yang memiliki kelainan tunawicara. Meskipun Adnan tidak bisa berbicara,
Adnan memiliki rasa percaya diri ketika berinteraksi dengan teman-teman
dikelasnya, baik teman yang normal maupun yang berkebutuhan khusus.
Adnan tidak malu ataupun takut ketika berhadapan dengan teman-temannya.
Selain itu, Adnan senang bermain dan bercanda dengan teman-temannya.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa Adnan sering mengajak
teman-temannya untuk bermain bulutangkis dan sepakbola. (Observasi, 28
Maret 2018) Seperti yang disampaikan guru khusus ibu Pamuji bahwa:
“Adnan dia bisa dengan mengajak teman-temannya bermain walaupun
susah berbicara tapi dia biasanya bemain bola bareng ya walaupun
sosialnya terbatas karena tidak dapat berbicara tapi kan ditunjukkan
dengan sikap dan perilakunya.” (Ibu Pamuji, 13 April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
69
Ibu Pamuji menjelaskan bahwa meskipun Adnan tidak dapat berbicara namun
Adnan dapat menunjukkan sikap dan perilaku yang baik kepada teman-
temanya sehingga Adnan dapat percaya diri dalam berinteraksi dan bermain
dengan teman-temannya.
Dalam berinteraksi dengan guru, Adnan tidak mengalami kesulitan.
Artinya, Adnan tidak takut untuk berkomunikasi dengan gurunya. Hal
tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa ketika Adnan kesulitan
dalam mengerjakan tugas dari guru maka Adnan mendekati guru khusus ibu
Pamuji atau ibu Fatonah dan menyodorkan tugasnya dengan maksud agar
guru khusus membantu menyelesaikan tugasnya.
Nur merupakan siswa yang memiliki gangguan ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu gangguan perhatian dan cenderung
hiperaktif. Akan tetapi Nur sangat percaya diri dan rasa ingin tahunya sangat
tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa Nur selalu
bertanya terkait pernyataan yang dilontarkan oleh orang lain. Dalam
berinteraksi dengan teman-temannya Nur tidak mengalami kesulitan. Nur
mampu berinteraksi dengan teman-temannya layaknya seperti anak normal.
Nur bermain dan bercanda dengan teman-temannya tanpa mengalami
kesulitan. Diperkuat dengan hasil observasi bahwa rasa percaya diri Nur
ditunjukkan pada saat Nur berani untuk memimpin baris-berbaris di depan
kelas saat bel masuk pembelajaran pertama dimulai dan pada saat Nur
memimpin teman-temannya untuk berdoa sebelum pembelajaran dimulai.
(Observasi, 28 Maret-18 April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
70
Hasil dokumentasi pada saat Nur menyiapkan baris-berbaris dapat
terlihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Nur menyiapkan baris-berbaris.
Gambar 4.1 Menunjukkan bahwa Nur memiliki rasa percaya diri
untuk dapat memimpin teman-temannya berbaris sebelum masuk ke dalam
ruang kelas untuk mengikuti kegiatan belajar.
Dalam proses pembelajaran rasa ingin tahu Nur sangat tinggi. Nur
sering bertanya kepada guru kelas dan guru khusus. Nur tidak mengalami
kesulitan dan tidak takut untuk berinteraksi dan bertanya dengan guru. Akan
tetapi dalam proses pembelajaran Nur tidak fokus karena terlalu banyak
bergerak jadi Nur kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Seperti yang
disampaikan ibu guru Pamuji bahwa:
“Nur dia hiperaktif sebenarnya dia bisa tapi karena kebanyakan gerak
jadi dia kurang berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran,” (Ibu
Pamuji, 13 April 2013)
Ibu guru Pamuji menjelaskan bahwa sebenarnya Nur dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik akan tetapi Nur terlalu banyak gerak sehingga sulit
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
71
berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Seperti yang dikemukakan
oleh Wiyani (2014: 164) ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian
(attention problems) disertai dengan perilaku yang berlebihan (hyperactive)
yang dialami seorang individu. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Ratih
dan Afin (2016: 55) bahwa anak penyandang ADHD terlihat sulit
berkonsentrasi atau fokus pada suatu kegiatan dan apabila melakukan satu
tugas cenderung sulit untuk selesai.
Walaupun Nur sulit berkonsentrasi dalam belajar, Nur selalu
merespon pertanyaan dari guru dan Nur mampu menjawab pertanyaan
tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa pada saat
pelajaran Bahasa Arab Nur dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru dengan lantang dan percaya diri. (Observasi, 31 Maret 2018). Terkadang
Nur yang selalu bertanya kepada guru mengenai sesuatu hal yang ingin
diketahuinya. Nur juga mempunyai kelebihan yaitu Nur dapat dengan mudah
menghafal sesuatu. Pada saat peneliti berinteraksi dengan Nur, peneliti
mencoba mengetes hafalan suratan pendek yang sudah Nur hafalkan.
Ternyata Nur dapat menghafal beberapa suratan pendek yang ada dalam juz
amma dan beberapa nama-nama benda dalam bahasa Arab bahkan nama
panjang teman-teman satu kelasnya pun Nur hafal. Seperti yang disampaikan
oleh ratih dan Afin (2016: 55) bahwa mudah lupa bagi anak ADHD bisa jadi
tidak berlaku bagi kegiatan akademis, misalnya menghafal pelajaran.
Siswa kelas I yang memiliki kebutuhan khusus lainnya yaitu Slamet
dan Arfah yang teridentifikasi tunagrahita sedang. Slamet mempunyai sifat
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
72
yang periang. Ketika di dalam kelas, Slamet selalu berinteraksi dengan
teman-temannya. Slamet mampu berinteraksi dengan teman-temannya
selayaknya anak normal lainnya akan tetapi pengucapan Slamet kurang jelas
atau belum cetha. (Observasi, 23 Maret-18 April 2018) Slamet juga belum
bisa mengendalikan diri, Slamet sering merebut sesuatu milik temannya tanpa
meminta izin terlebih dahulu. Seperti yang disampaikan oleh ibu guru
Fatonah bahwa:
“Slamet suka heboh sendiri belum bisa mengendalikan diri.” (Ibu
Fatonah, 12 April 2018)
Ibu Fatonah menjelaskan bahwa Slamet belum bisa mengendalikan
dirinya sendiri, Slamet suka merebut barang milik orang lain dengan paksa
dan Slamet juga heboh sendiri bisa melakukan apapun yang Slamet inginkan,
baik itu terhadap temannya atau gurunya sendiri. Guru Pamuji juga
menjelaskan bahwa:
“Slamet belum bisa mengendalikan diri jadi suka merebut barang
milik temannya dan belum tahu mana yang bahaya mana yang tidak.”
(Ibu Pamuji, 13 April 2018)
Ibu guru Pamuji menjelaskan hal yang sama dengan ibu guru Fatonah
bahwa Slamet memang masih belum bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Slamet sering merebut barang milik temannya dan barang itu harus
didapatkan jika tidak maka Slamet akan marah dan bertindak sesuai yang
diinginkannya. Slamet juga belum tahu mana yang bahaya mana yang tidak,
sehingga guru harus memberikan beberapa pengertian-pengertian terhadap
Slamet. Diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa Slamet terkadang
menjahili dan mengambil barang milik temannya seperti tas dan alat tulis.
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
73
Jika ditanya oleh guru atau peneliti maka Slamet akan menjawab “pinjam
bu”. (Observasi, 4 April 2018)
Ketika proses pembelajaran, dari hasil pengamatan Slamet cenderung
mudah bosan dan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Slamet lebih memilih meninggalkannya atau mengajak guru pendamping
untuk menggambar atau bernyanyi. (Observasi 23 Maret-18 April 2018)
Seperti yang disampaikan oleh Ratih dan Afin (2016: 46) bahwa anak
tunagrahita tidak mampu memikirkan permasalahan yang berbelit dan
abstrak. Lemah dalam pelajaran yang bersifat akademik, seperti menulis,
membaca, berhitung dan turunannya.
Dalam berinteraksi dengan guru, Slamet juga tidak mengalami
kesulitan. Hanya saja pengucapan Slamet kurang jelas atau kurang cetha
sehingga sesekali guru harus mengulang apa yang diucapkan Slamet agar
tahu apa yang dimaksud oleh Slamet. Begitu juga dalam berinteraksi dengan
peneliti, Slamet tidak mengalami kesulitan. Slamet sangat terbuka dengan
orang baru. Slamet sering mendekati peneliti untuk meminta bantuan dalam
mengerjakan tugas dari guru atau tugas yang lainnya. Berikut penggalan
dialog antara Slamet dengan peneliti:
Slamet : (membawa tas milik temannya) Bu, eja. Ini eja bu.
(menunjukkan warna yang ada di tas yang dibawa)
Peneliti : eja ? oh iya sini eja sama bu guru. Ini warna apa?
Slamet : Merah. Eja bu.
Peneliti : Me Ra H. MERAH. Yee Slamet pintar.
(Observasi, 4 April 2018)
Berbeda dengan Slamet, Arfah mempunyai sifat yang pendiam. Arfah
sedikit mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan teman-temannya. Tetapi
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
74
kesulitan tersebut tidak menghalangi Arfah untuk akrab dengan teman-
temannya. Ketika di dalam kelas, Arfah selalu duduk berpindah-pindah sesuai
dengan keinginan Arfah. Terkadang Arfah duduk sebangku bertiga dengan
teman yang lainnya. Teman Arfah juga tidak keberatan jika Arfah ingin
duduk bersama mereka. Teman Arfah juga sering membantu Arfah jika
mengalami kesulitan jika mendapatkan tugas dari guru ataupun tugas lainnya.
(Observasi, 23 Maret-18 April 2018)
Diperkuat dengan dokumentasi Arfah sedang belajar bersama
temannya yang terlihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Arfah sedang belajar dibantu oleh temannya.
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa adanya kerjasama yang terjalin
antara siswa normal dengan siswa ABK saat kesulitan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Dalam berinteraksi dengan guru, Arfah juga sedikit mengalami
kesulitan. Ketika dalam proses pembelajaran jika guru bertanya kepada
Arfah, Arfah hanya sesekali mampu menjawab dan respon Arfah hanya
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
75
tersenyum kemudian fokus dengan apa yang sedang Arfah lakukan. Kadang-
kadang Arfah mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
dengan dibantu oleh ibunya atau guru khusus yang mendampingi Arfah.
Diperkuat dari hasil pengamatan pada saat guru menanyakan terkait nilai
yang diperoleh Arfah dapat menyebutkan nilai yang diperolehnya.
(Observasi, 5 April 2018)
Pada saat kegiatan pembelajaran di luar kelas seperti olahraga, Arfah
dapat mengikuti arahan yang diberikan oleh guru walaupun tidak sepenuhnya
melakukan gerakan tersebut. Diperkuat dengan hasil dokumentasi pada
gambar 4.3
Gambar 4.3 Arfah dibantu oleh guru saat melakukan kegiatan olahraga.
Gambar 4.3 memperlihatkan saat kegiatan olahraga, Arfah dibantu
oleh guru dalam melakukan latihan.
Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa setiap ABK
menunjukkan interaksi sosial yang berbeda-beda. Adnan, Nur, Slamet dan
Arfah mampu menjalin kontak sosial dan komunikasi dengan teman maupun
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
76
guru di sekolah dengan wajar layaknya anak-anak normal melakukan
interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (2006;98)
bahwa kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi
sosial. Dalam interaksi tersebut pasti ada konflik antara siswa ABK dan siswa
normal, akan tetapi siswa normal berusaha untuk mengerti akan kekurangan
yang dimiliki siswa ABK sehingga siswa normal dapat memahami dan
menghargai ABK, tidak membeda-bedakan dan saling membantu baik dalam
proses pembelajaran maupun diluar jam pelajaran.
D. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi MI Salafiyah Kebarongan
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Setiap guru juga memiliki peranannya masing-masing yang berbeda antara
satu dengan yang lain terutama dalam mengembangkan kemampuan
berinteraksi anak berkebutuhan khusus. Seperti yang dikemukakan oleh
Djamarah (2010:43-49) Banyak peran yang diperlukan guru sebagai pendidik,
atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Peran guru sangat
penting dalam mengembangkan kemampuan berinteraksi ABK di sekolah.
Apabila guru mendidik siswa dengan baik, peduli, penuh kasih sayang maka
kemampuan ABK dalam berinteraksi akan optimal, namun jika guru acuh tak
acuh dengan keadaan siswa maka siswa akan mengalami banyak hambatan
dalam berinteraksi di sekolah. Pada sub bab ini, dijelaskan peran guru
pendamping khusus dalam mengembangkan kemampuan berinteraksi anak
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
77
berkebutuhan khusus. Berikut merupakan peran guru dalam meningkatkan
kemampuan berinteraksi siswa ABK di MI Salafiyah Kebarongan:
1. Selalu melibatkan seluruh anggota sekolah dalam interaksi yang
dilakukan ABK.
Dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial siswa ABK,
guru selalu melibatkan semua anggota sekolah. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Amanah:
“ABK dibiasakan untuk bergaul dengan siswa normal lainnya. Jadi
siswa normal bisa menghargai ABK dan ABK juga tidak minder
dan percaya diri untuk bergaul dengan siswa lain”. (Ibu Amanah,
10 April 2018)
Ibu Amanah menjelaskan bahwa siswa ABK selalu dibiasakan untuk
bergaul bersama-sama dengan siswa lainnya untuk melatih rasa percaya
diri siswa ABK sehingga ABK dapat berinteraksi dengan baik dan siswa
normal pun menghargai kehadiran ABK dilingkungan sekolahnya. Guru
kelas I juga menyampaikan hal yang sama bahwa:
“Selalu melibatkan siswa normal, melibatkan guru khusus dan
guru-guru lainnya untuk selalu berinteraksi dengan ABK.” (Ibu
Ngilmu, 11 April 2018)
Ibu Ngilmu juga menyampaikan pendapat yang senada yaitu selalu
melibatkan semua anggota sekolah dalam meningkatkan interaksi sosial
ABK. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa setiap pagi
siswa ABK selalu berjabat tangan dengan guru dan teman-temannya,
kemudian saat pulang sekolah ABK Slamet selalu berpamitan ke kantor
guru untuk berjabat tangan dan pamit pulang. (Observasi, 23 Maret-18
April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
78
Sebagai guru pendamping khusus ibu Fatonah dan ibu Pamuji
menyampaikan bahwa:
“Selalu melibatkan siswa normal didalam kelas, diluar kelas jajan
dan bermain bareng tidak hanya dengan teman 1 kelas, tetapi ABK
dikenalkan dengan kakak-kakak kelas sehingga mereka mengenal
dan mengetahui bahwa anak tersebut memiliki keistimewaan
sehingga kakak kelas dapat memperlakukan ABK dengan baik dan
menyayangi ABK.” (Ibu Fatonah, 12 April 2018)
“Dikembangkannya ya kita mengajarkan untuk berinteraksi dengan
teman-teman yang lain dan dengan guru, misalnya saat istirahat
dibiarkan untuk bermain dengan teman-teman yang lain seperti apa
interaksinya, dengan guru kalau mau pulang dibiasakan untuk
berjabat tangan dan pamit sehingga dia mampu berinteraksi dan
mengenal semua guru yang ada.” (Ibu Pamuji, 13 April 2013)
Guru khusus menjelaskan bahwa dalam mengembangkan kemampuan
berinteraksi sosial siswa ABK selalu melibatkan siswa dengan cara
membiarkan siswa ABK bermain bersama sehingga tidak ada perbedaan
diantara mereka dan memperkenalkan siswa ABK dengan kakak-kakak
kelas sehingga mereka mengenal dan dapat menyayangi ABK .
Hasil wawancara dan observasi tersebut sesuai dengan pendapat
Skortjen 2013 bahwa peran guru pendamping khusus yaitu memilih dan
melibatkan teman seumur untuk kegiatan sosialisasinya. Pendapat senada
juga disampaikan oleh Al-Ghazali (2013: 116) peran guru sebagai
organisator yaitu memberikan perlakuan baik, menciptakan lingkungan
yang nyaman dan menyenangkan tanpa adanya rasa saling membedakan
antara satu dengan yang lain sehingga setiap anggota sekolah saling
mengargai, menyayangi satu sama lain.
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
79
2. Membuat program yang sesuai dengan potensi dan bakat siswa ABK.
Program yang dibuat oleh guru disesuaikan dengan potensi dan
bakat yang dimiliki ABK. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah
bahwa:
“Programnya ya disesuaikan dengan potensi dan bakat yang
dimiliki oleh setiap ABK.” (Ibu Amanah, 10 April 2018)
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah bahwa program-program tersebut
disesuaikan dengan bakat yang dimiliki ABK. Hal senada juga
disampaikan oleh guru khusus ibu Fatonah bahwa:
“Diarahkan sesuai minat dan bakatnya. Tetapi tidak hanya guru
pendamping khusus saja dalam mengembangkannya semua guru
juga mempunyai kewajiban yang sama untuk mengarahkan siswa
ABK.” (Ibu Fatonah, 12 April 2018)
Ibu Fatonah menjelaskan bahwa dalam mengembangkan kemampuan
ABK tidak hanya guru pendamping khusus saja yang berperan akan
tetapi semua guru yang ada di MI Salafiyah Kebarongan juga memiliki
kewajiban yang sama untuk mengarahkan dan membimbing siswa ABK.
Penjelasan tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa Adnan
mempunyai bakat di bidang olahraga yaitu bulutangkis dan guru olahraga
berusaha melatih Adnan untuk dapat mengembangkan kemampuannya
tersebut.
Guru kelas I juga mempunyai program khusus yang ingin
diterapkan kepada siswa ABK. Guru kelas I menjelaskan bahwa:
“Saya mempunyai program khusus yaitu menekankan kepada
siswa ABK untuk dapat hafalan suratan pendek Al-Qur‟an.” (Ibu
Ngilmu, 11 April 2018)
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
80
Ibu Ngilmu menjelaskan bahwa beliau memiliki prorgam khusus yaitu
menekankan siswa ABK untuk dapat menghafal suratan pendek AL-
Qur‟an. Penjelasan tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa
siswa ABK Nur sudah dapat menghafal beberapa suratan pendek Al-
Qur‟an dan dapat menghafal dan mengucapkan Asmaul Husna yang
dilakukan setiap pagi sebelum proses pembelajaran dimulai. (Observasi
23 Maret-18 April 2018)
Hasil wawancara dan observasi tersebut sesuai dengan pendapat
Skjorten dkk, (2013) bahwa peran yang dilakukan oleh guru yaitu
mempersiapkan anak berkebutuhan khusus pada kondisi rutinitas yang
berubah positif. Diperkuat dengan Al-Ghazali (2013:116) bahwa guru
berperan sebagai fasilitator dengan menyediakan fasilitas yang
memudahkan belajar anak didik, kemudian sebagai pembimbing untuk
mengarahkan anak didiknya terhadap potensinya sehingga mereka
menjadi manusia dewasa yang sempurna, baik ilmu dan akhlaknya.
Berdasarkan pembahasan di atas, peran guru dalam meningkatkan
interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus di MI Salafiyah Kebarongan
sudah cukup baik. Peran tersebut diantaranya yaitu sebagai organisator,
selalu melibatkan semua anggota sekolah dalam mengembangkan
kemampuan interaksi sosial siswa ABK dan membuat program yang
sesuai dengan potensi dan bakat siswa ABK. peran tersebut akan berjalan
maksimal jika dilakukan secara bersama-sama atau saling bekerjasama
antara kepala sekolah, guru kelas, guru khusus dan guru lainnya. Seperti
yang dikemukakan oleh Al-Ghazali (2013:116) bahwa guru harus
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018
81
memberikan peranan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Peran tersebut
diantaranya yaitu sebagai korektor atau evaluator, sebagai informator,
sebagai inspirator, sebagai organisator, sebagai motivator, sebagai
inisiator, sebagai fasilitator, sebagai pembimbing dan sebagai supervisor.
Dengan perannya tersebut guru berusaha menciptakan suasana belajar
yang nyaman dan ramah sehingga kemampuan ABK dalam berinteraksi
akan optimal. peran guru pendamping khusus menurut Skjorten dkk,
dalam pengantar pendidikan inklusif (2003) yaitu: Mendampingi guru
kelas dalam menyiapkan kegiatan yang berkaitan dengan materi belajar,
mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugasnya
dengan memberikan instruksi yang singkat dan jelas. memilih dan
melibatkan teman seumur untuk kegiatan sosialisasinya, menyusun
kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.
mempersiapkan anak berkebutuhan khusus pada kondisi rutinitas yang
berubah positif, menekankan keberhasilan anak berkebutuhan khusus dan
pemberian reward yang sesuai dan pemberian konsekwensi terhadap
perilaku yang tidak sesuai, meminimalisasi kegagalan anak berkebutuhan
khusus, memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada anak
berkebutuhan khusus, menjalankan individual program pembelajaran
yang terindividualkan (PPI). Peran tersebut harus selalu ditingkatkan oleh
semua guru, jika guru acuh tak acuh maka siswa akan mengalami banyak
hambatan dalam berinteraksi di sekolah.
Interaksi Sosial Anak... Ade Rizki Apriliani, FKIP UMP, 2018