bab iv hasil dan pembahasan customer package goodsthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00040-mn...
TRANSCRIPT
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan
PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods
multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai
dirintis hingga saat ini. Sejarah Unilever dimulai pada tahun 1930 sebagai
penggabungan dari 2 perusahaan besar yaitu Level Brothers (asal inggris)
dengan Margarine Unie (asal Belanda) menjadi satu perusahaan yang diberi
nama Unilever. Kantor pusat perusahaan ini terletak pada masing-masing
negara asalnya yaitu Unilever Limited di London, Inggris dan Unilever NV di
Rotterdam, Belanda.
Pada tanggal 5 desember 1930, PT Unilever mulai mengembangkan
sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan pabrik sabun (Lever’s zeepfabriken
NV) yang berlokasi di Angke, Jakarta. Kemudian pengembangan dilanjutkan
dengan mendirikan pabrik margarin pada tahun 1931 dan pabrik makanan
pada tahun 1936 dengan nama Van den Bergh’s Fabrieken pada lokasi yang
sama. Pada tahun 1941, PT Unilever membuka pabrik personal & soap di
surabaya. Dalam perkembangannya, Unilever di Indonesia mendapat pasar
yang cukup besar dan mendominasi sebagian besar pasar untuk pulau jawa.
PT. Unilever mulai melakukan ekspansi usahanya dengan mendirikan pabrik
NSD (Non Soap Detergent) di Angke, mengambil alih pabrik milik
73
perusahaan Eropa yaitu archa. Dengan pengalaman dan manajemen yang baik
serta didukung oleh posisi pasar yang mendukung, PT Unilever Indoneisa
tumbuh dan berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
dengan cakupan distribusi yang mencapai hampir seluruh wilayah Indonesia.
Hingga tahun 1980, PT Unilever mengadakan suatu merger besar di Indonesia
antara pabrik-pabriknya yang beroperasi di Indonesia menjadi satu
manajemen di bawah naungan PT Unilever Indonesia. Satu tahun kemudian,
didukung oleh perkembangan pesat perusahaan, PT Unilever Indonesia
melakukan go public dengan penawaran 15% sahamnya pada investor dalam
negeri.
Pabrik terakhir PT Unilever yang didirikan di Indonesia adalah pabrik
Walls yang berlokasi di kawasan industri Jababeka Cikarang, Bekasi. Pabrik
yang berlokasi di Angke ditutup dan dipindah lokasikan ke kawasan industri
Jababeka. Hal ini dilakukan karena kawasan Angke sudah dipadati penduduk
dan jika PT Unilever terus beroperasi di wilayah tersebut dikhawatirkan akan
menggangu komunitas kehidupan yang ada. Selain itu, alasan potensi
ekspansi di masa yang akan datang juga melatarbelakangi pemindahan pabrik
ke kawasan industri Jababeka tersebut.
74
PT Unilever Indonesia Tbk. Sampai saat ini mempunyai lokasi 2
pabrik utama yang terletak di kawan industri Jababeka dan Rungkut,
Surabaya. Perusahaan ini terbagi menjadi beberapa divisi besar, yaitu :
1) Divisi Makanan
Divisi makanan yang berlokasi di kawasan Jababeka ini terbagi
menjadi 2 divisi utama, yaitu Divisi SCC & C (Spread Cooking Category &
Culinery), di mana bagian ini memproduksi produk-produk yang dapat
dikonsumsi langsung dan juga sebagai bahan dasar penunjang masakan,
seperti Blue Band, Royco, Knoor, Tara Nasiku, Kecap Bango, Mie and Mie,
Lipton Ice Tea, dll. Selain untuk dikonsumsi rumah tangga, Unilever juga
memproduksi produk-produk untuk kalangan industri dan usaha.
2) Divisi Tbb (Tea Bag & Beverage)
Divisi ini memproduksi berbagai teh dalam berbagai kemasan, dengan
bahan baku dasar daun teh. Sebagai contoh Sari Wangi, Lipton, Bussels,
Chyosa, dan Lan-cho.
3) Divisi Es Krim
Pabrik ini berdiri pada tahun 1992 dengan rumah tunggal berlabel
“WALL’S”, yang berlokasi tepat di sebelah pabrik food yang ada di Cikarang.
Salah satu unggulan Wall’s adalah Magnum yang mengusai pangsa pasar es
krim di indonesia.
75
4) Divisi Personal Care
Pabrik ini terletak di Rungkut, Surabaya. Pabrik ini memproduksi
berbagai macam produk perawatan tubuh dan kosmetik, diantaranya : pasta
gigi (Pepsodent, Close Up), sabun mandi (Lux, Lifebouy), shampoo (Sunsilk,
Clear, Brisk), parfum (Axe), lotion (Citra, Vaselin), rangkaian produk
kecantikan (Pond’s) serta rangkaian produk perawatan bayi (Cuddle).
5) Divisi Home Appliance
Pabrik ini berlokasi di Jababeka, cikarang. Pabrik yang dikategorikan
sebagai pabrik NSD (Non Soapy Detergent) ini menghasilkan produk
utamanya yaitu Rinso. Disamping produk utama tersebut, terdapat produk-
produk lain yang diproduksi Unilever di luar pabrik NSD, seperti 3M yang
memproduksi Molto, Super Pel, Trika, Refresh dan Sunlight.
4.1.1. Visi dan Misi PT Unilever Indonesia Tbk.
PT Unilever Indonesia Tbk. yang telah menjadi suatu perusahaan
manufaktur yang bertaraf internasional mempunyai visi, misi dan nilai yang
selalu dipegang untuk mengembangkan sayapnya ke dunia persaingan bebas,
antara lain :
1) Visi
Kami berusaha menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
76
2) Misi
• Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi
kebutuhan dan aspirasi konsumen
• Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas
• Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses
• Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang
tinggi
• Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan
dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang
saham
• Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada
masyarakat dan lingkungan hidup.
4.1.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan
manajemen yang baik dan terarah. Salah satu fungsi manajemen itu adalah
pengorganisasian, yaitu suatu proses penentuan dan pengelompokan peraturan
dan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada tanggung jawab masing-masing bagian
sehingga mempermudah pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan
meminta tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada masing-
77
masing bagian, menetapkan wewenang secara langusng didelegasikan kepada
setiap individu yang akan melakukan aktivitas.
Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut, PT Unilever
Indonesia Tbk. dalam kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana
yang diharapkan oleh sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi PT
Unilever Indonesia sebagai berikut :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber : PT Unilever Indonesia Tbk.
Presiden Direktur
Sekretaris Perusahaan Audit Internal
Direktur Foods
Direktur home & Personal
Care
Direktur Human
Resource & Corporate
Direktur Supply Chain
Direktur Ice Cream & Marketing
Service
Direktur Customer
Development
78
4.1.3. Deskripsi Tugas
1) Presiden Direktur
Presiden direktur bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan
direksi dalam menjalankan perseroan, untuk melakukan tugas-tugas lain
sebagimana ditentukan oleh rapat umum pemegang saham tahunan dari waktu
ke waktu dan memberi nasihat kepada direksi serta melakukan lain-lain
seperti ditentukan dalam anggaran dasar perseroan.
2) Dewan Komisaris
Tugas utama dewan komisaris adalah mengawasi direksi dalam
menjalankan kegiatan dan mengelola perusahaan. Sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dewan komisaris memiliki sepuluh anggota dewan komisaris
yang terdiri dari satu orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris
dan tiga anggota komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan direksi
dan dewan komisaris atau pemegang saham pengendali.
3) Dewan direksi
Dewan direksi terdiri dari satu orang presiden direktur dan empat
orang direktur. Tugas utama direksi adalah menentukan usaha sebagai
pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara
penuh dan tanggung jawab terhadap pemegang perusahaan secara
keseluruhan, menentukan kebijakan yang berlandaskan perusahaan,
melakukan pernjadwalan seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari
direksi adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar.
79
4) Sekretaris
Tanggung jawab sekretaris perusahaan antara lain :
(1) Membantu kepatuhan perseroan terhadap undang-undang
perseroan terbatas, anggaran dasar ketentuan modal dan peraturan
lain yang terkait, dan hubungan erat dengan corporate legal
service.
(2) Melakukan komunikasi secara berkala dengan instansi pemerintah
dan para pelaku pasar modal yang berhubungan dengan
permasalahan tata kelola perusahaan, tindakan korporasi dan
transaksi material.
(3) Memberikan informasi terkini mengenai perseroan kepada para
pemegang saham, media, investor, analis dan masyarakat umum
secara rutin.
(4) Menghadiri semua rapat direksi dan dewan direksi dan mencatat
risalah rapat : memberitahukan kepada direksi dan dewan
komisaris tentang perubahan aturan dan implikasinya.
5) Audit Internal
Unit audit internal dipimpin oleh group audit manager, dibantu oleh
beberapa auditor internal dan diatur dengan piagam audit internal. Piagam
tersebut menjelaskan struktur unit audit internal, kewajiban dan tanggung
jawab auditor internal dan semua anggota unit audit internal setuju untuk
memenuhi sesuai dengan prinsip bisnis Unilever.
80
4.2. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan
menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, domisili dan jumlah konsumsi
produk es krim magnum.
1) Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dari 100 orang responden maka didapat
data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Demografi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 40 40%
Perempuan 60 60% Jumlah 100 100%
Sumber : Hasil pengolahan data, 2012
81
Gambar 4.2. Grafik profil responden berdasarkan jenis kelamin
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak
konsumen es krim magnum adalah perempuan sebanyak 60%, sedangkan
laki-laki 40%.
82
2) Berdasarkan tingkatan usia
Berdasarkan tingkatan usia dari 100 orang responden maka didapatkan
data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Demografi responden berdasarkan usia
Tingkatan usia Jumlah Persentase
< 21 12 12%
21 – 25 40 40%
26 – 30 24 24%
31 – 35 14 14%
> 35 10 10%
Total 100 100%
Sumber : Hasil pengolahan data, 2012
83
Gambar 4.3 Grafik profil responden berdasarkan tingkatan usia
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata
konsumen es krim magnum adalah berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 40%,
sedangkan urutan kedua adalah responden dengan usia 26-30 tahun yaitu
sebesar 24%.
12
4024
14
10
Tingkatan Usia
< 21
21 - 25
26 - 30
31 - 35
84
3) Berdasarkan pendidikan
Berdasarkan tingkatan pendidikan dari 100 responden maka didapat
data sebagai berikut :
Tabel 4.3 Demografi berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentasi SMP 10 10% SMA/sederajat 25 25% Akademi/ Diploma 15 15% Sarjana 35 35% Lainnya 15 15%
Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012
85
Gambar 4.4 Grafik profil responden berdasarkan pendidikan
Sumber : hasil pengolah data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 35% konsumen es krim magnum berpendidikan sarjana (S1),
sedangkan urutan kedua adalah responden berpendidikan SMA sebesar 25%
86
4) Berdasarkan domisili
Berdasarkan tempat domisili dari 100 responden maka didapat data
sebagai berikut :
Tabel 4.4 demografi berdasarkan domisili
Domisili Jumlah Persentase Jakarta barat 32 32% Jakarta pusat 8 8% Jakarta utara 7 7% Jakarta timur 25 25% Jakarta selatan 28 28%
Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012
87
Gambar 4.5 grafik profil responden berdasarkan domisili
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sebesar 32% konsumen es krim magnum berdomisili di Jakarta barat,
sedangkan ururtan kedua adalah responden yang berdomisili di Jakarta selatan
yaitu sebesar 28%.
88
5) Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu dari 100 responden
maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 4.5 demografi berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Jumlah konsumsi/minggu Jumlah Persentase 1 – 3 batang/minggu 63 63% 4 – 6 batang/minggu 27 27% 7 – 9 batang/minggu 8 8% 10 – 12 batang/minggu 2 2% > 12 batang/minggu 0 0%
Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012
89
Gambar 4.6 Grafik profil responden berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 63% responden mengkonsumsi es krim 1-3 batang/minggu.
Sedangkan di urutan kedua adalah responden mengkonsumsi 4-6
batang/minggu sebesar 27%.
4.3. Analisis Deskriptif
Untuk mengukur tanggapan responden yang diperoleh dari
pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam kuesioner, maka setiap jawaban
diberi skor. Skor yang diberikan adalah sesuai dengan skala likert, yaitu :
• Sangat setuju (SS) = 5
• Setuju (S) = 4
• Biasa saja (BS) = 3
90
• Tidak setuju (TS) = 2
• Sangat tidak setuju (STS) = 1
Untuk menghadapi bilangan pecahan dalam menginterprestasikan
hasil jawaban konsumen, maka dapat digunakan skala numeric linier dengan
cara mencari rentang skalanya terlebih dahulu seperti rumus sebagai berikut :
Keterangan :
m = angka tertinggi dalam pengukuran (5)
n = angka terendah dalam pengukuran (1)
b = banyaknya kelas yang terbentuk
dengan rumus di atas, maka rentang skala dapat dihitung sebagai
berikut :
RS = 0,8
Rentang skala 0,8, maka skala numeriknya adalah sebagai berikut :
• Sangat tidak setuju : 1 < x < 1,8
• Tidak setuju : 1,8 < x < 2,6
• Biasa saja : 2,6 < x < 3,4
• Setuju : 3,4 < x < 4,2
91
• Sangat setuju : diatas 4,2
4.3.1. Hasil Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Marketing Mix
Dibawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor
marketing mix yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada
responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan
untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor marketing
mix yang mempengaruhi harga dan permintaan es krim magnum.
Tabel 4.6 Penilaian Konsumen Mengenai faktor marketing mix
Variabel No butir
pernyataan Skot total
Jumlah responden
Rata-rata interprestasi
Marketing Mix
1 320 100 3,2 Biasa saja 2 306 100 3.06 Biasa saja 3 367 100 3.67 Setuju 4 339 100 3,39 Setuju 5 345 100 3,45 Setuju 6 349 100 3,49 Setuju 7 306 100 3,06 Biasa saja 8 340 100 3,4 Setuju 9 295 100 2,95 Biasa saja 10 353 100 3,53 Setuju
Rata-rata variabel 3.32 Biasa saja Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel 4.19 diatas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa
rata-rata penilaian konsumen terhadap marketing mix adalah sebesar 3.32,
92
yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan marketing mix es krim
magnum adalah biasa saja.
4.3.2. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Perilaku Konsumen
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai perilaku
konsumen es krim magnum yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan
kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan
digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor
perilaku konsumen es krim magnum.
Tabel 4.7 Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Perilaku Konsumen
Variabel No butir pernyataan
Skor total
Jumlah responden
Rata-rata
interprestasi
Perilaku konsumen
11 313 100 3,13 Biasa saja 12 295 100 2,95 Biasa saja 13 260 100 2,6 Biasa saja 14 276 100 2,76 Biasa saja 15 295 100 2,95 Biasa saja 16 297 100 2,97 Biasa saja 17 331 100 3,31 Biasa saja 18 315 100 3,15 Biasa saja 19 328 100 3,28 Biasa saja 20 295 100 2,95 Biasa saja 21 302 100 3,02 Biasa saja 22 301 100 3,01 Biasa saja 23 313 100 3,13 Biasa saja 24 331 100 3,31 Biasa saja 25 338 100 3,38 Biasa saja 26 301 100 3,01 Biasa saja 27 310 100 3,1 Biasa saja 28 291 100 2,91 Biasa saja
Rata-rata variabel 3,04 Biasa saja Sumber : hasil pengolahan data,2012
93
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, secara keseluruhan menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar
3,04 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan perilaku konsumen
es krim magnum adalah biasa saja.
4.3.3. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Citra Perusahaan
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai citra
perusahaan yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden.
Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk
mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor citra perusahaan.
Tabel 4.8 Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Citra Perusahaan
Variabel No butir
pernyataan Skor total
Jumlah responden
Rata-rata
interprestasi
Citra perusahaan
29 297 100 2,97 Biasa saja 30 328 100 3,28 Biasa saja 31 287 100 2,87 Biasa saja 32 247 100 2,47 Biasa saja
Rata-rata variabel 2.9 Biasa saja Sumber : hasil pengolahn data, 2012
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, secara keseluruhan menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap citra perusahaan adalah sebesar
94
2,9 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan citra perusahaan es
krim magnum adalah biasa saja.
4.3.4. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor
permintaan non-fungsional yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan
kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan
digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor
permintaan non-fungsional.
Tabel 4.9 Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional
Variabel No butir
pernyataan Skor total
Jumlah responden
Rata-rata
interprestasi
Permintaan non-fungsional
33 250 100 2,5 Tidak setuju 34 287 100 2,87 Biasa saja 35 328 100 3,28 Biasa saja
Rata-rata variabel 2,88 Biasa saja Sumber : hasil pengolah data, 2012
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, secara keseluruhan menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar
2,88 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan permintaan non-
fungsional adalah biasa saja.
95
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas untuk setiap instrumen dilakukan dengan terlebih dahulu
dicari korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan
cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir pernyataan. Untuk menghitung validitas, alat ukur yang
digunakan adalah rumus Pearson Product Moment, uji validitas menggunakan
tingkat kepercayaan 95%, di mana df = n-2. Nilai n adalah data sebanyak 100
jawaban kuesioner. Jadi nilai df = 98, sehingga didapat nilai Rtabel = 0,17.
Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai
berikut :
• Jika Rhitung positif, serta Rhitung > 0,17 maka butir pernyataan tersebut valid
• Jika Rhitung negatif, serta Rhitung < 0,17 maka butir pernyataan tersebut tidak
valid.
Nilai Rhasil didapat dari hasil perhitungan korelasi Pearson Product
Moment antara skor tiap butir pernyataan dengan skor total.
Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut :
• Jika Cronbach Alpha > Rtabel, maka dapat dikatakan reliabel
• Jika Cronbach Alpha < Rtabel, maka dapat dikatakan tidak reliabel.
96
4.4.1. Uji Reliabilitas
Untuk variabel-variabel pembentuk faktor diukur melalui pernyataan
1-35, dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,881 35
Berdasarkan Reliability Statistics di atas, nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0.881 yang berarti bahwa konstruk pernyatan yang merupakan
pembentuk faktor adalah reliabel. Jadi responden menunjukkan kestabilan dan
memiliki konsistensi yang tinggi dalam menjawab konstruk-konstruk
pernyataan yang merupakan dimensi variabel-variabel pembentuk faktor yang
disusun dalam bentuk kuesioner.
97
4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Marketing Mix
Untuk variabel marketing mix diukur melalui pernyataan 1 – 10.
Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11 Validitas Variabel Marketing Mix
Pernyataan Rhitung Keterangan 1 ,570 Valid 2 ,394 Valid 3 ,353 Valid 4 ,421 Valid 5 ,235 Valid 6 ,196 Valid 7 ,394 Valid 8 ,343 Valid 9 ,441 Valid
10 ,333 Valid Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Untuk pengujian menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan
membandingkan nilai Rtabel untuk degree of freedom = n – k, dalam hal ini
100 – 2 atau 98 dan satu daerah sisi pengujian dengan alpha 0,05 didapat Rtabel
0,17. Jika Rhitung untuk R tiap butir pernyataan bernilai positif dan lebih besar
dari Rtabel (dilihat dari kolom corrected item-total correlation), maka butir
pernyataan tersebut dikatakan valid.
98
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian kolom
corrected item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing
butir pernyataan sebagai indikator variabel marketing mix. Nilai Rhitung
masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar
dari Rtabel 0,17, maka dapat disimpulkan ke 11 butir pernyataan dikatakan
valid.
99
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Perilaku Konsumen
Untuk variabel perilaku konsumen diukur dari pernyataan 11 – 28.
Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12 Validitas Variabel Perilaku Konsumen
Pernyataan Rhitung Keterangan 11 ,459 Valid 12 ,441 Valid 13 ,474 Valid 14 ,415 Valid 15 ,392 Valid 16 ,406 Valid 17 ,501 Valid 18 ,480 Valid 19 ,406 Valid 20 ,392 Valid 21 ,313 Valid 22 ,233 Valid 23 ,459 Valid 24 ,501 Valid 25 ,211 Valid 26 ,322 Valid 27 ,358 Valid 28 ,191 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir
pernyataan sebagai indikator variabel perilaku konsumen. Nilai Rhitung masing-
100
masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel
0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 11 – 28 dikatakan valid.
4.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Citra Perusahaan
Untuk variabel citra perusahaan diukur melalui pernyataan 29 – 32.
Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.13 Validitas Variabel Citra Perusahaan
Pernyataan Rhitung keterangan 29 ,406 Valid 30 ,365 Valid 31 ,461 Valid 32 ,485 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing butir
pernyataan sebagai indikator variabel citra perusahaan. Nilai Rhitung masing-
masing butir pernyataan ternyata bernilai positif dengan nilainya lebih besar
dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 29 – 32 dikatakan valid.
101
4.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Permintaan Non-fungsional
Untuk variabel permintaan non-fungsional diukur melalui pernyataan
33 – 35. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.14 Validitas Variabel Permintaan Non-fungsional
Pernyataan Rhitung Keterangan 33 ,545 Valid 34 ,461 Valid 35 ,365 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir
pernyataan sebagai indikator variabel permintaan non-fungsional. Nilai Rhitung
masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar
dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 33 – 35 dikatakan valid.
102
4.5. Analisis Faktor
Untuk dapat dilakukan analisis faktor, persyaratan pokok yang harus
dipenuhi ialah Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus diatas 0,5.
Tabel 4.15 MSA I
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,647
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 596,533
df 45
Sig. ,000 Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas, angka KMO measure of
sampling adequacy sebesar 0,674 dengan signifikansi sebesar 0,000. Angka
0,674 berada di atas 0,5 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.
Maka variabel dan data yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis dengan
analisis faktor.
Ketentuan di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
• Jika angka Sig < 0,05 maka variabel dapat dianalisa lebih lanjut
• Jika angka Sig > 0,05 maka variabel tidak dapat dianalis lebih lanjut
Besarnya angka MSA ialah antara 0 – 1, jika digunakan dalam
menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut :
103
• Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan
• Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut
• Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Hasil analisis awal menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan
yang diteliti sebagai berikut :
Variabel MSA Keterangan Sosial 0,849 Dapat dianalisis Promosi 0,790 Dapat dianalisis Budaya 0,781 Dapat dianalisis Pribadi 0,764 Dapat dianalisis Psikologis 0,698 Dapat dianalisis Non-fungsional 0,638 Dapat dianalisis Citra perusahaan 0,618 Dapat dianalisis Produk 0,549 Dapat dianalisis Harga 0,528 Dapat dianalisis Distribusi 0,422 Tidak dapat dianalisi
Jika dilihat dari hasil analisis tersebut maka, pernyataan-pernyataan
yang mempunyai MSA > 0,05 ialah pernyataan tentang produk, budaya,
psikologis, pribadi, non-fungsional, harga, promosi, sosial dan citra
perusahaan tanpa distribusi. Untuk keperluan analisis lebih lanjut perlu
dilakukan proses analisa ulang dengan cara yang sama dengan mengeluarkan
atau membuang pernyataan tentang distribusi.
Setelah data diolah dengan membuang distribusi, maka analisis kedua
menunjukkan nilai-nilai sebagai berikut :
104
Tabel 4.16 MSA II
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,705
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 446,485
df 36
Sig. ,000 Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Hasil analisa kedua menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan
yang diteliti sebagai berikut :
Tabel 4.17 MSA I dan MSA II
Pernyataann MSA I MSA II Produk 0,549 0,792 Harga 0,528 0,687 Promosi 0,790 0,807 Distribusi 0,422 0 Budaya 0,781 0,751 Psikologis 0,698 0,672 Pribadi 0,764 0,753 Sosial 0,849 0,919 Citra perusahaan 0,618 0,598 Non fungsional 0,638 0,621
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
105
Pada tabel di atas menunjukkan MSA sudah melebihi 0,05 untuk
semua sub-variabel setelah dibuang distribusi dan hasilnya dapat diproses dan
diolah lebih lanjut.
4.6. Analisis Uji Communalities
Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam
persentase). Tabel communalities menerangkan berapa persen faktor atau
variabel baru yang terbentuk dari analisis faktor dapat menerangkan varians
dari variabel tersebut. Dengan ketentuan bahwa semakin besar communalities
sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang
terbentuk.
Tabel 4.18 Communalities
Communalities
Initial Extraction
Non_fungsi 1,000 ,855
Citra 1,000 ,833
Pribadi 1,000 ,686
Psikologis 1,000 ,661
Budaya 1,000 ,537
Produk 1,000 ,502
Promosi 1,000 ,489
Sosial 1,000 ,467
106
Harga 1,000 ,423
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa variabel produk diperoleh
nilai communalities extraction sebesar 0,502 yang berarti 50,2% faktor yang
terbentuk mampu menerangkan varians dari variabel produk. Sedangkan
untuk faktor harga diperoleh nilai communalities extraction sebesar 0,423
yang berarti 42,3% faktor yang terbentuk mampu menerangkan varians dari
variabel atribut harga. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya.
107
4.7. Analisis Uji Total Varians dan Diagram Scree Plot
Pada tabel total variance explained, semua variabel yang dianalisis
ternyata dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu eigenvalues yang
menunjukkan angka lebih besar dari 1. Dengan demikian berarti terdapat 2
faktor yang terbentuk.
Tabel 4.19 Total Variance Explained
Total Variance Explained
Componen
t Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared
Loadings
Rotation Sums of Squared
Loadings
Total
% of
Varianc
e
Cumulativ
e % Total
% of
Varianc
e
Cumulativ
e % Total
% of
Varianc
e
Cumulativ
e %
dimension0
1 4,16
4
46,271 46,271 4,16
4
46,271 46,271 2,76
1
30,676 30,676
2 1,28
9
14,317 60,589 1,28
9
14,317 60,589 2,69
2
29,913 60,589
3 ,874 9,714 70,303
4 ,751 8,342 78,645
108
5 ,640 7,107 85,752
6 ,565 6,278 92,030
7 ,424 4,712 96,742
8 ,214 2,375 99,117
9 ,079 ,883 100,000
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kedua faktor yang >
1 dapat menjelaskan 60,589% dari semua variabel asli.
Tabel total varience explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka, pada diagram scree plot akan ditampilkan
dalam bentuk grafik. Diagram scree plot dapat membantu dalam menentukan
jumlah optimum dari banyaknya faktor yang terbentuk. Terlihat bahwa
terdapat 2 faktor yang mempunyai nilai eigenvalue di atas 1.
Gambar 4.7 Diagram Scree Plot
109
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
4.8. Pengujian Component Matrix
Setelah diketahui dua faktor adalah jumlah yang paling optimal, tabel
component matrix menunjukkan distribusi kesembilan variabel tersebut pada
dua faktor yang terbentuk. Angka-angka yang ada pada tabel component
matrix disebut factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antar suatu
variabel dengan faktor 1 atau faktor 2.
110
Penentuan variabel yang masuk masing-masing faktor dilakukan
dengan membandingkan besar korelasi pada setiap baris tanpa melihat tanda
(+/-). Ketentuan korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Angka korelasi < 0,5 � korelasi lemah
• Angka korelasi > 0,5 � korelasi kuat
Tabel 4.20 Component Matrix
Component Matrix a
Component
1 2
produk ,632 ,320
harga ,519 ,392
promosi ,696 -,064
budaya ,698 -,223
111
psikologis ,777 ,239
pribadi ,794 ,238
sosial ,484 ,482
citra ,749 -,522
non_fungsi ,703 -,601
Sumber : hasil pengolahan data,2012
Dengan melihat tabel 4.20 di atas, pada variabel produk angka factor
loadings terbesar ada pada Component nomor 1, maka variabel produk bisa
dimasukkan sebagai komponen faktor 1. Pada variabel non-fungsional,
korelasi antara variabel tersebut dengan faktor 1 adalah 0,703 (cukup kuat),
sedang korelasinya dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu sebesar 0,601.
Berdasarkan data tersebut, terlihat tidak ada korelasi yang berbeda dengan
jelas, maka perlu dilakukan proses rotasi (rotation) dengan tujuan agar
semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke faktor 1 atau
faktor 2.
4.9. Pengujian Rotated Component Matrix
Setelah melakukan rotasi untuk mengetahui distribusi variabel yang
lebih jelas dan nyata, dengan menggunakan bantuan program SPSS, didapat
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.21
112
Rotated Component Matrix Rotated Component Matrix a
Component
1 2
produk ,228 ,671
harga ,098 ,643
promosi ,543 ,440
budaya ,655 ,329
psikologis ,390 ,714
pribadi ,402 ,725
sosial ,010 ,683
citra ,901 ,150
non_fungsi ,923 ,062 Sumber : hasil pengolahan data,2012
Dengan melihat tabel 4.21 di atas, maka dapat disimpulkan variabel
yang masuk kedalam faktor 1 dan faktor 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22
Pengelompokan Faktor Faktor 1 Component Faktor 2 Component
Promosi 0,543 Produk 0,671 Budaya 0,655 Harga 0,643 Citra Perusahaan 0,901 Psikologis 0,714
Permintaan non-fungsional 0,923 Pribadi 0,725
Sosial 0,683 Sumber : hasil pengolahan data,2012
4.10. Korelasi Kanonikal
Setelah melakukan proses memfaktorkan didapat 2 faktor yang
terbentuk, selanjutnya dilakukan proses korelasi kanonikal untuk mengetahui
hubungan antar faktor yang dominan mempengaruhi faktor lainnya. Dengan
bantuan SPSS, didapat hasil sebagai berikut :
113
Tabel 4.23 Dimension Reduction Analysis
Roots Wilks L. F Hypoth.DF Error DF Sig. of F
1 TO 4 ,38323 5,07639 20,00 302,76 ,000
2 TO 4 ,71340 2,76499 12,00 243,70 ,002
3 TO 4 ,98232 ,27779 6,00 186,00 ,947
4 TO 4 ,99917 ,03911 2,00 94,00 ,962
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel 4.23 diatas jika dilihat dari kolom SIG OF F, yang
menguji signifikansi CANONICAL FUNCTION. Terlihat Function 1 angka
signifikansi adalah 0,000 sedangkan function 2 angka signifikansi adalah
0,002. Dari hasil tersebut terlihat bahwa karena angka sig function 1 dan 2
jauh dibawah 0,05 maka secara individu adalah signifikansi, dan bisa diproses
lebih lanjut.
Tabel 4.24 Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables
Variabel 1 2
X1 -,63272 ,00601
X2 -,10136 -,95857
114
X3 -1,11306 1,46314
X4 ,72045 -,87049
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Tabel 4.25 Standardized canonical coefficients for COVARIATES
Covariate CAN VAR
Y1 -,67144 ,07851
Y2 -,35594 -,33132
Y3 -,91921 ,18080
Y4 -,87728 -,45016
Y5 -,41092 -,08847
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Terlihat deretan angka korelasi antara masing-masing variabel dengan
variatnya. Untuk variabel dependen, empat angka korelasi sama tingginya,
karena di atas 0,5 yakni 0,63272 , -0,95857 , 1,46314 , -0,87049. Sedang
untuk variabel independen ( Covariates), angka korelasi diatas 0,5 hanya ada
tiga variabel yakni produk, psikologis, pribadi.