bab iv hasil dan pembahasan customer package goodsthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00040-mn...

43
72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga saat ini. Sejarah Unilever dimulai pada tahun 1930 sebagai penggabungan dari 2 perusahaan besar yaitu Level Brothers (asal inggris) dengan Margarine Unie (asal Belanda) menjadi satu perusahaan yang diberi nama Unilever. Kantor pusat perusahaan ini terletak pada masing-masing negara asalnya yaitu Unilever Limited di London, Inggris dan Unilever NV di Rotterdam, Belanda. Pada tanggal 5 desember 1930, PT Unilever mulai mengembangkan sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan pabrik sabun (Lever’s zeepfabriken NV) yang berlokasi di Angke, Jakarta. Kemudian pengembangan dilanjutkan dengan mendirikan pabrik margarin pada tahun 1931 dan pabrik makanan pada tahun 1936 dengan nama Van den Bergh’s Fabrieken pada lokasi yang sama. Pada tahun 1941, PT Unilever membuka pabrik personal & soap di surabaya. Dalam perkembangannya, Unilever di Indonesia mendapat pasar yang cukup besar dan mendominasi sebagian besar pasar untuk pulau jawa. PT. Unilever mulai melakukan ekspansi usahanya dengan mendirikan pabrik NSD (Non Soap Detergent) di Angke, mengambil alih pabrik milik

Upload: hoangkhanh

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

72

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan

PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods

multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai

dirintis hingga saat ini. Sejarah Unilever dimulai pada tahun 1930 sebagai

penggabungan dari 2 perusahaan besar yaitu Level Brothers (asal inggris)

dengan Margarine Unie (asal Belanda) menjadi satu perusahaan yang diberi

nama Unilever. Kantor pusat perusahaan ini terletak pada masing-masing

negara asalnya yaitu Unilever Limited di London, Inggris dan Unilever NV di

Rotterdam, Belanda.

Pada tanggal 5 desember 1930, PT Unilever mulai mengembangkan

sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan pabrik sabun (Lever’s zeepfabriken

NV) yang berlokasi di Angke, Jakarta. Kemudian pengembangan dilanjutkan

dengan mendirikan pabrik margarin pada tahun 1931 dan pabrik makanan

pada tahun 1936 dengan nama Van den Bergh’s Fabrieken pada lokasi yang

sama. Pada tahun 1941, PT Unilever membuka pabrik personal & soap di

surabaya. Dalam perkembangannya, Unilever di Indonesia mendapat pasar

yang cukup besar dan mendominasi sebagian besar pasar untuk pulau jawa.

PT. Unilever mulai melakukan ekspansi usahanya dengan mendirikan pabrik

NSD (Non Soap Detergent) di Angke, mengambil alih pabrik milik

73

perusahaan Eropa yaitu archa. Dengan pengalaman dan manajemen yang baik

serta didukung oleh posisi pasar yang mendukung, PT Unilever Indoneisa

tumbuh dan berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia

dengan cakupan distribusi yang mencapai hampir seluruh wilayah Indonesia.

Hingga tahun 1980, PT Unilever mengadakan suatu merger besar di Indonesia

antara pabrik-pabriknya yang beroperasi di Indonesia menjadi satu

manajemen di bawah naungan PT Unilever Indonesia. Satu tahun kemudian,

didukung oleh perkembangan pesat perusahaan, PT Unilever Indonesia

melakukan go public dengan penawaran 15% sahamnya pada investor dalam

negeri.

Pabrik terakhir PT Unilever yang didirikan di Indonesia adalah pabrik

Walls yang berlokasi di kawasan industri Jababeka Cikarang, Bekasi. Pabrik

yang berlokasi di Angke ditutup dan dipindah lokasikan ke kawasan industri

Jababeka. Hal ini dilakukan karena kawasan Angke sudah dipadati penduduk

dan jika PT Unilever terus beroperasi di wilayah tersebut dikhawatirkan akan

menggangu komunitas kehidupan yang ada. Selain itu, alasan potensi

ekspansi di masa yang akan datang juga melatarbelakangi pemindahan pabrik

ke kawasan industri Jababeka tersebut.

74

PT Unilever Indonesia Tbk. Sampai saat ini mempunyai lokasi 2

pabrik utama yang terletak di kawan industri Jababeka dan Rungkut,

Surabaya. Perusahaan ini terbagi menjadi beberapa divisi besar, yaitu :

1) Divisi Makanan

Divisi makanan yang berlokasi di kawasan Jababeka ini terbagi

menjadi 2 divisi utama, yaitu Divisi SCC & C (Spread Cooking Category &

Culinery), di mana bagian ini memproduksi produk-produk yang dapat

dikonsumsi langsung dan juga sebagai bahan dasar penunjang masakan,

seperti Blue Band, Royco, Knoor, Tara Nasiku, Kecap Bango, Mie and Mie,

Lipton Ice Tea, dll. Selain untuk dikonsumsi rumah tangga, Unilever juga

memproduksi produk-produk untuk kalangan industri dan usaha.

2) Divisi Tbb (Tea Bag & Beverage)

Divisi ini memproduksi berbagai teh dalam berbagai kemasan, dengan

bahan baku dasar daun teh. Sebagai contoh Sari Wangi, Lipton, Bussels,

Chyosa, dan Lan-cho.

3) Divisi Es Krim

Pabrik ini berdiri pada tahun 1992 dengan rumah tunggal berlabel

“WALL’S”, yang berlokasi tepat di sebelah pabrik food yang ada di Cikarang.

Salah satu unggulan Wall’s adalah Magnum yang mengusai pangsa pasar es

krim di indonesia.

75

4) Divisi Personal Care

Pabrik ini terletak di Rungkut, Surabaya. Pabrik ini memproduksi

berbagai macam produk perawatan tubuh dan kosmetik, diantaranya : pasta

gigi (Pepsodent, Close Up), sabun mandi (Lux, Lifebouy), shampoo (Sunsilk,

Clear, Brisk), parfum (Axe), lotion (Citra, Vaselin), rangkaian produk

kecantikan (Pond’s) serta rangkaian produk perawatan bayi (Cuddle).

5) Divisi Home Appliance

Pabrik ini berlokasi di Jababeka, cikarang. Pabrik yang dikategorikan

sebagai pabrik NSD (Non Soapy Detergent) ini menghasilkan produk

utamanya yaitu Rinso. Disamping produk utama tersebut, terdapat produk-

produk lain yang diproduksi Unilever di luar pabrik NSD, seperti 3M yang

memproduksi Molto, Super Pel, Trika, Refresh dan Sunlight.

4.1.1. Visi dan Misi PT Unilever Indonesia Tbk.

PT Unilever Indonesia Tbk. yang telah menjadi suatu perusahaan

manufaktur yang bertaraf internasional mempunyai visi, misi dan nilai yang

selalu dipegang untuk mengembangkan sayapnya ke dunia persaingan bebas,

antara lain :

1) Visi

Kami berusaha menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.

76

2) Misi

• Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi

kebutuhan dan aspirasi konsumen

• Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas

• Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses

• Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang

tinggi

• Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan

dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang

saham

• Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada

masyarakat dan lingkungan hidup.

4.1.2. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan

manajemen yang baik dan terarah. Salah satu fungsi manajemen itu adalah

pengorganisasian, yaitu suatu proses penentuan dan pengelompokan peraturan

dan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

menempatkan orang-orang pada tanggung jawab masing-masing bagian

sehingga mempermudah pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan

meminta tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada masing-

77

masing bagian, menetapkan wewenang secara langusng didelegasikan kepada

setiap individu yang akan melakukan aktivitas.

Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut, PT Unilever

Indonesia Tbk. dalam kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana

yang diharapkan oleh sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi PT

Unilever Indonesia sebagai berikut :

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia Tbk

Sumber : PT Unilever Indonesia Tbk.

Presiden Direktur

Sekretaris Perusahaan Audit Internal

Direktur Foods

Direktur home & Personal

Care

Direktur Human

Resource & Corporate

Direktur Supply Chain

Direktur Ice Cream & Marketing

Service

Direktur Customer

Development

78

4.1.3. Deskripsi Tugas

1) Presiden Direktur

Presiden direktur bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan

direksi dalam menjalankan perseroan, untuk melakukan tugas-tugas lain

sebagimana ditentukan oleh rapat umum pemegang saham tahunan dari waktu

ke waktu dan memberi nasihat kepada direksi serta melakukan lain-lain

seperti ditentukan dalam anggaran dasar perseroan.

2) Dewan Komisaris

Tugas utama dewan komisaris adalah mengawasi direksi dalam

menjalankan kegiatan dan mengelola perusahaan. Sesuai dengan peraturan

yang berlaku, dewan komisaris memiliki sepuluh anggota dewan komisaris

yang terdiri dari satu orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris

dan tiga anggota komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan direksi

dan dewan komisaris atau pemegang saham pengendali.

3) Dewan direksi

Dewan direksi terdiri dari satu orang presiden direktur dan empat

orang direktur. Tugas utama direksi adalah menentukan usaha sebagai

pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara

penuh dan tanggung jawab terhadap pemegang perusahaan secara

keseluruhan, menentukan kebijakan yang berlandaskan perusahaan,

melakukan pernjadwalan seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari

direksi adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar.

79

4) Sekretaris

Tanggung jawab sekretaris perusahaan antara lain :

(1) Membantu kepatuhan perseroan terhadap undang-undang

perseroan terbatas, anggaran dasar ketentuan modal dan peraturan

lain yang terkait, dan hubungan erat dengan corporate legal

service.

(2) Melakukan komunikasi secara berkala dengan instansi pemerintah

dan para pelaku pasar modal yang berhubungan dengan

permasalahan tata kelola perusahaan, tindakan korporasi dan

transaksi material.

(3) Memberikan informasi terkini mengenai perseroan kepada para

pemegang saham, media, investor, analis dan masyarakat umum

secara rutin.

(4) Menghadiri semua rapat direksi dan dewan direksi dan mencatat

risalah rapat : memberitahukan kepada direksi dan dewan

komisaris tentang perubahan aturan dan implikasinya.

5) Audit Internal

Unit audit internal dipimpin oleh group audit manager, dibantu oleh

beberapa auditor internal dan diatur dengan piagam audit internal. Piagam

tersebut menjelaskan struktur unit audit internal, kewajiban dan tanggung

jawab auditor internal dan semua anggota unit audit internal setuju untuk

memenuhi sesuai dengan prinsip bisnis Unilever.

80

4.2. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan

menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, domisili dan jumlah konsumsi

produk es krim magnum.

1) Berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin dari 100 orang responden maka didapat

data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Demografi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 40 40%

Perempuan 60 60% Jumlah 100 100%

Sumber : Hasil pengolahan data, 2012

81

Gambar 4.2. Grafik profil responden berdasarkan jenis kelamin

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak

konsumen es krim magnum adalah perempuan sebanyak 60%, sedangkan

laki-laki 40%.

82

2) Berdasarkan tingkatan usia

Berdasarkan tingkatan usia dari 100 orang responden maka didapatkan

data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Demografi responden berdasarkan usia

Tingkatan usia Jumlah Persentase

< 21 12 12%

21 – 25 40 40%

26 – 30 24 24%

31 – 35 14 14%

> 35 10 10%

Total 100 100%

Sumber : Hasil pengolahan data, 2012

83

Gambar 4.3 Grafik profil responden berdasarkan tingkatan usia

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata

konsumen es krim magnum adalah berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 40%,

sedangkan urutan kedua adalah responden dengan usia 26-30 tahun yaitu

sebesar 24%.

12

4024

14

10

Tingkatan Usia

< 21

21 - 25

26 - 30

31 - 35

84

3) Berdasarkan pendidikan

Berdasarkan tingkatan pendidikan dari 100 responden maka didapat

data sebagai berikut :

Tabel 4.3 Demografi berdasarkan pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentasi SMP 10 10% SMA/sederajat 25 25% Akademi/ Diploma 15 15% Sarjana 35 35% Lainnya 15 15%

Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012

85

Gambar 4.4 Grafik profil responden berdasarkan pendidikan

Sumber : hasil pengolah data, 2012

Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa

sebanyak 35% konsumen es krim magnum berpendidikan sarjana (S1),

sedangkan urutan kedua adalah responden berpendidikan SMA sebesar 25%

86

4) Berdasarkan domisili

Berdasarkan tempat domisili dari 100 responden maka didapat data

sebagai berikut :

Tabel 4.4 demografi berdasarkan domisili

Domisili Jumlah Persentase Jakarta barat 32 32% Jakarta pusat 8 8% Jakarta utara 7 7% Jakarta timur 25 25% Jakarta selatan 28 28%

Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012

87

Gambar 4.5 grafik profil responden berdasarkan domisili

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa

sebesar 32% konsumen es krim magnum berdomisili di Jakarta barat,

sedangkan ururtan kedua adalah responden yang berdomisili di Jakarta selatan

yaitu sebesar 28%.

88

5) Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu

Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu dari 100 responden

maka didapat data sebagai berikut :

Tabel 4.5 demografi berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu

Jumlah konsumsi/minggu Jumlah Persentase 1 – 3 batang/minggu 63 63% 4 – 6 batang/minggu 27 27% 7 – 9 batang/minggu 8 8% 10 – 12 batang/minggu 2 2% > 12 batang/minggu 0 0%

Total 100 100% Sumber : hasil pengolahan data, 2012

89

Gambar 4.6 Grafik profil responden berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa

sebanyak 63% responden mengkonsumsi es krim 1-3 batang/minggu.

Sedangkan di urutan kedua adalah responden mengkonsumsi 4-6

batang/minggu sebesar 27%.

4.3. Analisis Deskriptif

Untuk mengukur tanggapan responden yang diperoleh dari

pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam kuesioner, maka setiap jawaban

diberi skor. Skor yang diberikan adalah sesuai dengan skala likert, yaitu :

• Sangat setuju (SS) = 5

• Setuju (S) = 4

• Biasa saja (BS) = 3

90

• Tidak setuju (TS) = 2

• Sangat tidak setuju (STS) = 1

Untuk menghadapi bilangan pecahan dalam menginterprestasikan

hasil jawaban konsumen, maka dapat digunakan skala numeric linier dengan

cara mencari rentang skalanya terlebih dahulu seperti rumus sebagai berikut :

Keterangan :

m = angka tertinggi dalam pengukuran (5)

n = angka terendah dalam pengukuran (1)

b = banyaknya kelas yang terbentuk

dengan rumus di atas, maka rentang skala dapat dihitung sebagai

berikut :

RS = 0,8

Rentang skala 0,8, maka skala numeriknya adalah sebagai berikut :

• Sangat tidak setuju : 1 < x < 1,8

• Tidak setuju : 1,8 < x < 2,6

• Biasa saja : 2,6 < x < 3,4

• Setuju : 3,4 < x < 4,2

91

• Sangat setuju : diatas 4,2

4.3.1. Hasil Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Marketing Mix

Dibawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor

marketing mix yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada

responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan

untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor marketing

mix yang mempengaruhi harga dan permintaan es krim magnum.

Tabel 4.6 Penilaian Konsumen Mengenai faktor marketing mix

Variabel No butir

pernyataan Skot total

Jumlah responden

Rata-rata interprestasi

Marketing Mix

1 320 100 3,2 Biasa saja 2 306 100 3.06 Biasa saja 3 367 100 3.67 Setuju 4 339 100 3,39 Setuju 5 345 100 3,45 Setuju 6 349 100 3,49 Setuju 7 306 100 3,06 Biasa saja 8 340 100 3,4 Setuju 9 295 100 2,95 Biasa saja 10 353 100 3,53 Setuju

Rata-rata variabel 3.32 Biasa saja Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel 4.19 diatas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa

rata-rata penilaian konsumen terhadap marketing mix adalah sebesar 3.32,

92

yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan marketing mix es krim

magnum adalah biasa saja.

4.3.2. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Perilaku Konsumen

Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai perilaku

konsumen es krim magnum yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan

kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan

digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor

perilaku konsumen es krim magnum.

Tabel 4.7 Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Perilaku Konsumen

Variabel No butir pernyataan

Skor total

Jumlah responden

Rata-rata

interprestasi

Perilaku konsumen

11 313 100 3,13 Biasa saja 12 295 100 2,95 Biasa saja 13 260 100 2,6 Biasa saja 14 276 100 2,76 Biasa saja 15 295 100 2,95 Biasa saja 16 297 100 2,97 Biasa saja 17 331 100 3,31 Biasa saja 18 315 100 3,15 Biasa saja 19 328 100 3,28 Biasa saja 20 295 100 2,95 Biasa saja 21 302 100 3,02 Biasa saja 22 301 100 3,01 Biasa saja 23 313 100 3,13 Biasa saja 24 331 100 3,31 Biasa saja 25 338 100 3,38 Biasa saja 26 301 100 3,01 Biasa saja 27 310 100 3,1 Biasa saja 28 291 100 2,91 Biasa saja

Rata-rata variabel 3,04 Biasa saja Sumber : hasil pengolahan data,2012

93

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, secara keseluruhan menunjukkan

bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar

3,04 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan perilaku konsumen

es krim magnum adalah biasa saja.

4.3.3. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Citra Perusahaan

Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai citra

perusahaan yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk

mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor citra perusahaan.

Tabel 4.8 Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Citra Perusahaan

Variabel No butir

pernyataan Skor total

Jumlah responden

Rata-rata

interprestasi

Citra perusahaan

29 297 100 2,97 Biasa saja 30 328 100 3,28 Biasa saja 31 287 100 2,87 Biasa saja 32 247 100 2,47 Biasa saja

Rata-rata variabel 2.9 Biasa saja Sumber : hasil pengolahn data, 2012

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, secara keseluruhan menunjukkan

bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap citra perusahaan adalah sebesar

94

2,9 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan citra perusahaan es

krim magnum adalah biasa saja.

4.3.4. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional

Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor

permintaan non-fungsional yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan

kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan

digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor

permintaan non-fungsional.

Tabel 4.9 Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional

Variabel No butir

pernyataan Skor total

Jumlah responden

Rata-rata

interprestasi

Permintaan non-fungsional

33 250 100 2,5 Tidak setuju 34 287 100 2,87 Biasa saja 35 328 100 3,28 Biasa saja

Rata-rata variabel 2,88 Biasa saja Sumber : hasil pengolah data, 2012

Berdasarkan tabel 4.22 di atas, secara keseluruhan menunjukkan

bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar

2,88 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan permintaan non-

fungsional adalah biasa saja.

95

4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas untuk setiap instrumen dilakukan dengan terlebih dahulu

dicari korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan

cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan

jumlah tiap skor butir pernyataan. Untuk menghitung validitas, alat ukur yang

digunakan adalah rumus Pearson Product Moment, uji validitas menggunakan

tingkat kepercayaan 95%, di mana df = n-2. Nilai n adalah data sebanyak 100

jawaban kuesioner. Jadi nilai df = 98, sehingga didapat nilai Rtabel = 0,17.

Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai

berikut :

• Jika Rhitung positif, serta Rhitung > 0,17 maka butir pernyataan tersebut valid

• Jika Rhitung negatif, serta Rhitung < 0,17 maka butir pernyataan tersebut tidak

valid.

Nilai Rhasil didapat dari hasil perhitungan korelasi Pearson Product

Moment antara skor tiap butir pernyataan dengan skor total.

Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

• Jika Cronbach Alpha > Rtabel, maka dapat dikatakan reliabel

• Jika Cronbach Alpha < Rtabel, maka dapat dikatakan tidak reliabel.

96

4.4.1. Uji Reliabilitas

Untuk variabel-variabel pembentuk faktor diukur melalui pernyataan

1-35, dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,881 35

Berdasarkan Reliability Statistics di atas, nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0.881 yang berarti bahwa konstruk pernyatan yang merupakan

pembentuk faktor adalah reliabel. Jadi responden menunjukkan kestabilan dan

memiliki konsistensi yang tinggi dalam menjawab konstruk-konstruk

pernyataan yang merupakan dimensi variabel-variabel pembentuk faktor yang

disusun dalam bentuk kuesioner.

97

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Marketing Mix

Untuk variabel marketing mix diukur melalui pernyataan 1 – 10.

Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11 Validitas Variabel Marketing Mix

Pernyataan Rhitung Keterangan 1 ,570 Valid 2 ,394 Valid 3 ,353 Valid 4 ,421 Valid 5 ,235 Valid 6 ,196 Valid 7 ,394 Valid 8 ,343 Valid 9 ,441 Valid

10 ,333 Valid Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Untuk pengujian menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan

membandingkan nilai Rtabel untuk degree of freedom = n – k, dalam hal ini

100 – 2 atau 98 dan satu daerah sisi pengujian dengan alpha 0,05 didapat Rtabel

0,17. Jika Rhitung untuk R tiap butir pernyataan bernilai positif dan lebih besar

dari Rtabel (dilihat dari kolom corrected item-total correlation), maka butir

pernyataan tersebut dikatakan valid.

98

Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian kolom

corrected item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing

butir pernyataan sebagai indikator variabel marketing mix. Nilai Rhitung

masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar

dari Rtabel 0,17, maka dapat disimpulkan ke 11 butir pernyataan dikatakan

valid.

99

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Perilaku Konsumen

Untuk variabel perilaku konsumen diukur dari pernyataan 11 – 28.

Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12 Validitas Variabel Perilaku Konsumen

Pernyataan Rhitung Keterangan 11 ,459 Valid 12 ,441 Valid 13 ,474 Valid 14 ,415 Valid 15 ,392 Valid 16 ,406 Valid 17 ,501 Valid 18 ,480 Valid 19 ,406 Valid 20 ,392 Valid 21 ,313 Valid 22 ,233 Valid 23 ,459 Valid 24 ,501 Valid 25 ,211 Valid 26 ,322 Valid 27 ,358 Valid 28 ,191 Valid

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected

item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir

pernyataan sebagai indikator variabel perilaku konsumen. Nilai Rhitung masing-

100

masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel

0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 11 – 28 dikatakan valid.

4.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Citra Perusahaan

Untuk variabel citra perusahaan diukur melalui pernyataan 29 – 32.

Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Validitas Variabel Citra Perusahaan

Pernyataan Rhitung keterangan 29 ,406 Valid 30 ,365 Valid 31 ,461 Valid 32 ,485 Valid

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected

item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing butir

pernyataan sebagai indikator variabel citra perusahaan. Nilai Rhitung masing-

masing butir pernyataan ternyata bernilai positif dengan nilainya lebih besar

dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 29 – 32 dikatakan valid.

101

4.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Permintaan Non-fungsional

Untuk variabel permintaan non-fungsional diukur melalui pernyataan

33 – 35. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.14 Validitas Variabel Permintaan Non-fungsional

Pernyataan Rhitung Keterangan 33 ,545 Valid 34 ,461 Valid 35 ,365 Valid

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected

item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir

pernyataan sebagai indikator variabel permintaan non-fungsional. Nilai Rhitung

masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar

dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 33 – 35 dikatakan valid.

102

4.5. Analisis Faktor

Untuk dapat dilakukan analisis faktor, persyaratan pokok yang harus

dipenuhi ialah Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus diatas 0,5.

Tabel 4.15 MSA I

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,647

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 596,533

df 45

Sig. ,000 Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas, angka KMO measure of

sampling adequacy sebesar 0,674 dengan signifikansi sebesar 0,000. Angka

0,674 berada di atas 0,5 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Maka variabel dan data yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis dengan

analisis faktor.

Ketentuan di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

• Jika angka Sig < 0,05 maka variabel dapat dianalisa lebih lanjut

• Jika angka Sig > 0,05 maka variabel tidak dapat dianalis lebih lanjut

Besarnya angka MSA ialah antara 0 – 1, jika digunakan dalam

menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut :

103

• Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan

• Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat

dianalisis lebih lanjut

• Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak

dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

Hasil analisis awal menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan

yang diteliti sebagai berikut :

Variabel MSA Keterangan Sosial 0,849 Dapat dianalisis Promosi 0,790 Dapat dianalisis Budaya 0,781 Dapat dianalisis Pribadi 0,764 Dapat dianalisis Psikologis 0,698 Dapat dianalisis Non-fungsional 0,638 Dapat dianalisis Citra perusahaan 0,618 Dapat dianalisis Produk 0,549 Dapat dianalisis Harga 0,528 Dapat dianalisis Distribusi 0,422 Tidak dapat dianalisi

Jika dilihat dari hasil analisis tersebut maka, pernyataan-pernyataan

yang mempunyai MSA > 0,05 ialah pernyataan tentang produk, budaya,

psikologis, pribadi, non-fungsional, harga, promosi, sosial dan citra

perusahaan tanpa distribusi. Untuk keperluan analisis lebih lanjut perlu

dilakukan proses analisa ulang dengan cara yang sama dengan mengeluarkan

atau membuang pernyataan tentang distribusi.

Setelah data diolah dengan membuang distribusi, maka analisis kedua

menunjukkan nilai-nilai sebagai berikut :

104

Tabel 4.16 MSA II

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,705

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 446,485

df 36

Sig. ,000 Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Hasil analisa kedua menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan

yang diteliti sebagai berikut :

Tabel 4.17 MSA I dan MSA II

Pernyataann MSA I MSA II Produk 0,549 0,792 Harga 0,528 0,687 Promosi 0,790 0,807 Distribusi 0,422 0 Budaya 0,781 0,751 Psikologis 0,698 0,672 Pribadi 0,764 0,753 Sosial 0,849 0,919 Citra perusahaan 0,618 0,598 Non fungsional 0,638 0,621

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

105

Pada tabel di atas menunjukkan MSA sudah melebihi 0,05 untuk

semua sub-variabel setelah dibuang distribusi dan hasilnya dapat diproses dan

diolah lebih lanjut.

4.6. Analisis Uji Communalities

Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam

persentase). Tabel communalities menerangkan berapa persen faktor atau

variabel baru yang terbentuk dari analisis faktor dapat menerangkan varians

dari variabel tersebut. Dengan ketentuan bahwa semakin besar communalities

sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang

terbentuk.

Tabel 4.18 Communalities

Communalities

Initial Extraction

Non_fungsi 1,000 ,855

Citra 1,000 ,833

Pribadi 1,000 ,686

Psikologis 1,000 ,661

Budaya 1,000 ,537

Produk 1,000 ,502

Promosi 1,000 ,489

Sosial 1,000 ,467

106

Harga 1,000 ,423

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa variabel produk diperoleh

nilai communalities extraction sebesar 0,502 yang berarti 50,2% faktor yang

terbentuk mampu menerangkan varians dari variabel produk. Sedangkan

untuk faktor harga diperoleh nilai communalities extraction sebesar 0,423

yang berarti 42,3% faktor yang terbentuk mampu menerangkan varians dari

variabel atribut harga. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya.

107

4.7. Analisis Uji Total Varians dan Diagram Scree Plot

Pada tabel total variance explained, semua variabel yang dianalisis

ternyata dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu eigenvalues yang

menunjukkan angka lebih besar dari 1. Dengan demikian berarti terdapat 2

faktor yang terbentuk.

Tabel 4.19 Total Variance Explained

Total Variance Explained

Componen

t Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Rotation Sums of Squared

Loadings

Total

% of

Varianc

e

Cumulativ

e % Total

% of

Varianc

e

Cumulativ

e % Total

% of

Varianc

e

Cumulativ

e %

dimension0

1 4,16

4

46,271 46,271 4,16

4

46,271 46,271 2,76

1

30,676 30,676

2 1,28

9

14,317 60,589 1,28

9

14,317 60,589 2,69

2

29,913 60,589

3 ,874 9,714 70,303

4 ,751 8,342 78,645

108

5 ,640 7,107 85,752

6 ,565 6,278 92,030

7 ,424 4,712 96,742

8 ,214 2,375 99,117

9 ,079 ,883 100,000

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kedua faktor yang >

1 dapat menjelaskan 60,589% dari semua variabel asli.

Tabel total varience explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang

didapat dengan perhitungan angka, pada diagram scree plot akan ditampilkan

dalam bentuk grafik. Diagram scree plot dapat membantu dalam menentukan

jumlah optimum dari banyaknya faktor yang terbentuk. Terlihat bahwa

terdapat 2 faktor yang mempunyai nilai eigenvalue di atas 1.

Gambar 4.7 Diagram Scree Plot

109

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

4.8. Pengujian Component Matrix

Setelah diketahui dua faktor adalah jumlah yang paling optimal, tabel

component matrix menunjukkan distribusi kesembilan variabel tersebut pada

dua faktor yang terbentuk. Angka-angka yang ada pada tabel component

matrix disebut factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antar suatu

variabel dengan faktor 1 atau faktor 2.

110

Penentuan variabel yang masuk masing-masing faktor dilakukan

dengan membandingkan besar korelasi pada setiap baris tanpa melihat tanda

(+/-). Ketentuan korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

• Angka korelasi < 0,5 � korelasi lemah

• Angka korelasi > 0,5 � korelasi kuat

Tabel 4.20 Component Matrix

Component Matrix a

Component

1 2

produk ,632 ,320

harga ,519 ,392

promosi ,696 -,064

budaya ,698 -,223

111

psikologis ,777 ,239

pribadi ,794 ,238

sosial ,484 ,482

citra ,749 -,522

non_fungsi ,703 -,601

Sumber : hasil pengolahan data,2012

Dengan melihat tabel 4.20 di atas, pada variabel produk angka factor

loadings terbesar ada pada Component nomor 1, maka variabel produk bisa

dimasukkan sebagai komponen faktor 1. Pada variabel non-fungsional,

korelasi antara variabel tersebut dengan faktor 1 adalah 0,703 (cukup kuat),

sedang korelasinya dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu sebesar 0,601.

Berdasarkan data tersebut, terlihat tidak ada korelasi yang berbeda dengan

jelas, maka perlu dilakukan proses rotasi (rotation) dengan tujuan agar

semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke faktor 1 atau

faktor 2.

4.9. Pengujian Rotated Component Matrix

Setelah melakukan rotasi untuk mengetahui distribusi variabel yang

lebih jelas dan nyata, dengan menggunakan bantuan program SPSS, didapat

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.21

112

Rotated Component Matrix Rotated Component Matrix a

Component

1 2

produk ,228 ,671

harga ,098 ,643

promosi ,543 ,440

budaya ,655 ,329

psikologis ,390 ,714

pribadi ,402 ,725

sosial ,010 ,683

citra ,901 ,150

non_fungsi ,923 ,062 Sumber : hasil pengolahan data,2012

Dengan melihat tabel 4.21 di atas, maka dapat disimpulkan variabel

yang masuk kedalam faktor 1 dan faktor 2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.22

Pengelompokan Faktor Faktor 1 Component Faktor 2 Component

Promosi 0,543 Produk 0,671 Budaya 0,655 Harga 0,643 Citra Perusahaan 0,901 Psikologis 0,714

Permintaan non-fungsional 0,923 Pribadi 0,725

Sosial 0,683 Sumber : hasil pengolahan data,2012

4.10. Korelasi Kanonikal

Setelah melakukan proses memfaktorkan didapat 2 faktor yang

terbentuk, selanjutnya dilakukan proses korelasi kanonikal untuk mengetahui

hubungan antar faktor yang dominan mempengaruhi faktor lainnya. Dengan

bantuan SPSS, didapat hasil sebagai berikut :

113

Tabel 4.23 Dimension Reduction Analysis

Roots Wilks L. F Hypoth.DF Error DF Sig. of F

1 TO 4 ,38323 5,07639 20,00 302,76 ,000

2 TO 4 ,71340 2,76499 12,00 243,70 ,002

3 TO 4 ,98232 ,27779 6,00 186,00 ,947

4 TO 4 ,99917 ,03911 2,00 94,00 ,962

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Berdasarkan tabel 4.23 diatas jika dilihat dari kolom SIG OF F, yang

menguji signifikansi CANONICAL FUNCTION. Terlihat Function 1 angka

signifikansi adalah 0,000 sedangkan function 2 angka signifikansi adalah

0,002. Dari hasil tersebut terlihat bahwa karena angka sig function 1 dan 2

jauh dibawah 0,05 maka secara individu adalah signifikansi, dan bisa diproses

lebih lanjut.

Tabel 4.24 Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables

Variabel 1 2

X1 -,63272 ,00601

X2 -,10136 -,95857

114

X3 -1,11306 1,46314

X4 ,72045 -,87049

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Tabel 4.25 Standardized canonical coefficients for COVARIATES

Covariate CAN VAR

Y1 -,67144 ,07851

Y2 -,35594 -,33132

Y3 -,91921 ,18080

Y4 -,87728 -,45016

Y5 -,41092 -,08847

Sumber : hasil pengolahan data, 2012

Terlihat deretan angka korelasi antara masing-masing variabel dengan

variatnya. Untuk variabel dependen, empat angka korelasi sama tingginya,

karena di atas 0,5 yakni 0,63272 , -0,95857 , 1,46314 , -0,87049. Sedang

untuk variabel independen ( Covariates), angka korelasi diatas 0,5 hanya ada

tiga variabel yakni produk, psikologis, pribadi.