bab iv hasil dan pembahasan 4.1 setting penelitian 4.1.1...
TRANSCRIPT
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ialah Kota Ambon yang merupakan
ibukota Provinsi Maluku. Kota Ambon terdiri dari 5
kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe luas wilayah
, Kecamatan Sirimau , Kecamatan T.
A. Baguala , Leitimur Selatan , dan
Kecamatan Teluk Ambon (Buku Putih Sanitasi
Kota Ambon, 2012).
Kecamatan T.A. Baguala tepatnya di Desa Passo
merupakan tempat tinggal riset partisipan I dan riset
partisipan II. Peneliti mendapatkan informasi mengenai
riset partisipan I dan II dari Kepala Ruang Anggrek.
Sedangkan riset partisipan III bertempat tinggal di
Kecamatan Leitimur Selatan tepatnya di Desa Larike.
Peneliti mendapatkan informasi keluarga riset partisipan
dari Kepala Ruang Akut. Rumah Sakit Khusus Daerah ini
pula digunakan peneliti untuk mewawancarai keluarga
saat keluarga berkunjung ke RS. Sudah banyak fasilitas
yang disediakan RS untuk melayani masyarakat. Dari
35
pelayanan poliklinik untuk rawat jalan, berbagai ruangan
untuk pelayanan rawat inap yang disesuaikan dengan
tingkatan atau level gangguan jiwa dan jenis kelamin
penderita. Salah satu ruangan yang menjadi tempat
wawancara peneliti adalah bangsal sub acut wanita
tepatnya di ruang Anggrek. Hanya ada tiga ruangan pada
bangsal sub acut wanita yaitu ruang anggrek yang terdiri
dari satu ruang kamar tidur berkapasitas dua puluh
tempat tidur, satu ruang makan, satu ruang dapur, satu
ruang tamu serta nurse station. Ruang kedua adalah
ruang Asoka yang terdiri dari dua ruang kamar tidur yang
berkapasitas satu kamar tidur terdapat dua belas tempat
tidur satu ruang makan, satu ruang dapur, satu ruang
tamu dan nurse station. Ketiga adalah ruang akut yang
terdiri dari dua ruang tempat tidur terdapat 20 tempat
tidur pada ruang pertama untuk jenis kelamin laki-laki dan
ruang kedua terdapat 12 tempat tidur untuk jenis kelamin
perempuan, dua ruang makan untuk pria dan wanita,
satu ruang dapur dan nurse station.
4.1.2 Proses Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang
mendeskripsikan secara detail mengenai fungsi keluarga
36
dalam memberikan dukungan sosial terhadap anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa. Penelitian
dilakukan di Kota Ambon, Provinsi Maluku. Sejak awal
Juni hingga pertengahan Juni.
Data yang diperoleh peneliti melalui proses
wawancara dengan anggota keluarga yang sebelumnya
telah bersedia menjadi riset partisipan dan
menandatangani surat persetujuan atau Informed
Consent. Alat perekam juga membantu peneliti dalam
memperoleh data. Waktu wawancara disesuaikan
dengan waktu yang telah dijadwalkan peneliti dengan
keluarga. Kegiatan ini dilakukan saat keluarga sedang
berkunjung ke Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon dan
selanjutnya di tempat tinggal pasien.
Peneliti mengawali proses penelitian dengan
mengurus surat ijin penelitian di bagian Kesatuan
bangsa dan politik (Kesbangpol) yang bertempat di
Kantor Gubernur Maluku. Dibutuhkan waktu dua hari
untuk surat ijin penelitian ini dibuat. Surat ijin ini akan
digunakan peneliti sebagai surat pengantar atau
rekomendasi penelitian yang diberikan ke Rumah Sakit
Khusus Daerah Ambon sebagai langkah awal peneliti
37
mencari data pasien (dalam hal ini adalah keluarga
pasien) yang akan menjadi riset partisipan.
Proses peneliti dalam menentukan keluarga yang
menjadi riset partisipan ialah dengan cara peneliti
mengunjungi RSKD. Melalui RS, peneliti meminta ijin
untuk mengambil data pasien yang menderita gangguan
jiwa. Namun data pasien tersebut, peneliti tidak dapat
memilih langsung tetapi dipilih oleh Kepala Ruang
Anggrek dan Kepala Ruang Acut dengan kriteria bahwa
keluarga yang dipilih adalah keluarga yang selalu
berkunjung ke RS.
Keluarga yang pertama beranggotakan enam orang
terdiri dari satu orang ayah, satu orang ibu dan empat
orang anak (tiga anak perempuan dan satu anak laki-
laki). Ibu dari keluarga ini yaitu Ny.H ialah anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa. Keluarga yang
kedua beranggotakan delapan orang terdiri dari satu
orang ayah, satu orang ibu dan enam orang anak (tiga
anak laki-laki dan tiga anak perempuan). Anak yang
berinisial An.Y adalah anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa. Keluarga yang ketiga peneliti peroleh
dari ruang Acut, dikarenakan pada ruang Anggrek tidak
38
ada lagi keluarga yang sering berkunjung, hanya
keluarga Ny.H dan keluarga An.Y. Oleh karena itu,
peneliti diminta oleh kepala ruang Anggrek untuk
meminta ijin kepada kepala ruang Acut untuk melakukan
penelitian di ruang tersebut. Peneliti meminta ijin dari
kepala ruang Acut untuk melakukan penelitian terhadap
keluarga pasien dan kemudian diberikan ijin oleh kepala
ruang untuk melakukan penelitian. Keluarga ketiga ini
beranggotakan enam orang terdiri dari satu orang ayah,
satu orang ibu, dan empat orang anak (tiga anak
perempuan dan satu anak laki-laki). Anak berinisial An.N
adalah anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
Data yang diperoleh peneliti juga merupakan hasil
observasi yang dilakukan selang beberapa hari setelah
peneliti mewawancarai keluarga. Hal-hal yang di
observasi merupakan perilaku sehari-hari yang dilakukan
keluarga selama mendampingi keluarga yang sakit saat
berada di RS. Data observasi akan dibuat dalam bentuk
deskripsi hasil pengamatan.
39
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian memaparkan mengenai tema-tema yang
diangkat dari proses reduksi tema dari data yang ditemui
selama di lapangan. Data atau hasil tersebut diperoleh peneliti
melalui proses wawancara dan observasi terhadap keluarga
yang menjadi riset partispan.
4.2.1 Identitas Partisipan Keluarga I
Nama Jenis Kelamin Umur Keterangan
Bpk. J Laki-laki 46 tahun Ayah
Ny. H Perempuan 45 tahun Ibu
An. H Perempuan 23 tahun Anak
An. I Laki-laki 16 tahun Anak
An. O Perempuan 13 tahun Anak
An. E Perempuan 7 tahun Anak
4.2.2 Dukungan Sosial I
a. Dukungan Emosional
Dalam memberikan perhatian kepada Ny.H,
keluarga memang tidak bisa maksimal lagi karena
salah satu anggota keluarga tidak dapat
40
memberikan perhatian dengan maksimal karena
sibuk dengan pekerjaan.
P:Apakah keluarga selalu meluangkan waktu berikan perhatian par mama?
An.H:Kalo perhatian diberikan. Tapi seng selalu. Papa jauh di Ternate. Keluarga lainnya juga jauh-jauh semuanya. Sebelumnya mama di Taniwel tinggal deng ade-ade saja (I.194-195).
(P:Apakah keluarga selalu meluangkan waktu memberikan perhatian kepada mama?)
(An.H:Kalau perhatian diberikan. Tapi tidak selalu. Papa jauh di Ternate. Keluarga yang lainnya juga jauh semuanya. Sebelumnya, mama tinggal di Taniwel hanya bersama adik-adik).
P:Menurut kaka, kaka deng keluarga su kasih perhatian par mama dengan maksimal kablom?
An.H:Kaka dong kasih ya semampu kaka kasih saja. Datang lia mama, bawa makanan par mama. Yang mama mau, kaka kasih ade (I.204-205).
(P:Apakah kakak dengan keluarga sudah memberikan perhatian kepada mama dengan maksimal?)
(An.H:Kaka berikan semampu kaka berikan saja. Datang jenguk mama, bawa makanan untuk mama. Yang mama mau kakak berikan adik).
Dalam keluarga hanya An.H yang dapat
memberikan perhatian dan kasih sayang kepada
Ny.H. An.H biasanya memperhatikan dengan
membawa makanan dan memberikan perhatian
41
dengan selalu mengingatkan Ny.H untuk mandi,
minum obat secara teratur.
P:Selain dari pihak RS yang mengingatkan mama
untuk membersihkan diri, apakah keluarga juga
mengambil bagian mengingatkan mama selalu
untuk membersihkan diri?
An.H: Soal bersih-bersih diri, mama itu orangnya
paling bersih. Saling mengingatkan untuk mandi
pun beta jaga kas inga mama (I.208-210).
(P:Selain dari pihak RS yang mengingatkan mama untuk membersihkan diri, apakah keluarga juga mengambil bagian untuk selalu mengingatkan mama dalam membersihkan diri?)
(An.H:Soal membersihkan diri, mama orangnya paling bersih. Saling mengingatkan untuk mandi, saya juga selalu mengingatkan mama).
P:Untuk minum obat, kaka juga rajin kasih ingat mama kaseng?
An.H:Kalo obat pasti dan itu penting e ade. Karna kalo mama lupa minum obat saja, kemungkinan besar akan kambuh lagi. Jadi beta slalu kasih inga mama soal apapun ade. Beta mau mama cepat sembuh. Jadi apapun beta lakukan par mama. Kas inga antua segala macam. Dari yang tadi ade tanya itu, makan, obat, mandi, samua beta kasih inga mama (I.214-215).
(P:Apakah kakak rajin mengingatkan mama untuk minum obat?)
(An.H:Kalau obat pasti dan itu penting adik. Karena kalau mama lupa minum obat saja, kemungkinan besar akan kambuh lagi. Jadi saya selalu mengingatkan mama tentang apapun adik. Saya mau mama cepat sembuh. Jadi apapun saya lakukan untuk mama. Mengingatkan mama tentang apapun. Dari
42
yang adik tanya tentang makan, obat, mandi, semuanya saya selalu mengingatkan mama).
Dengan kondisi yang dialami Ny.H, An.H selalu
menanyakan perasaan yang dimiliki Ny.H saat
berada di RS. Agar An.H mengerti dan tahu apa
yang sedang diarasakan oleh Ny.H dan An.H
berusaha supaya Ny.H mau cerita tentang apa
yang sedang dirasakannya.
P: Kaka dong pernah tanya mama pung perasaan seng kaka?
An.H:Kalo soal perasaan tu, beta tanya ade. katong lebih banyak pikir mama perasaan. Makanya selain ada penjelasan dari RS tantang pasien-pasien beta juga jelaskan par mama. Pertama tentang image RS yang awalnya adalah RSJ skarang su jadi RSKD (I.244-255).
(P:Apakah kakak pernah menanyakan tentang perasaannya?)
(An.H:Kalau mengenai perasaan, saya bertanya pada mama. Kita lebih banyak memikirkan perasaan mama. Oleh karena itu, selain ada penjelasan dari RS tentang pasien-pasien saya juga jelaskan untuk mama. Pertama tentang gambaran RS yang awalnya RSJ sekarang sudah menjadi RSKD).
P:Kalo kaka tanya mama perasaan, mama biasanya bilang apa?
An.H:Mama bilang, mama seng saki. Mama mau pulang lia ade-ade dong. Mama kalo bilang bagitu, katong perasaan su sedih lai to ade. Seng tega lai dengar mama bilang bagitu. Tapi demi kesembuhan mama, dokter lebih tau to ade. Mama
43
memang harus nginap katong mau bilang apa? (I.259-260).
(P:Jika kakak menanyakan perasaan mama, mama biasanya bilang apa?)
(An.H:Mama bilang mama tidak sakit. Mama mau pulang lihat adik-adik. Kalau mama bilang seperti itu, perasaan saya menjadi sedih, tidak tega mendengar mama bilang seperti itu. Tapi demi kesembuhan, dokter lebih mengetahui. Mama memang harus tinggal di RS kami mau bilang apa).
P:Bagaimana keluarga menanggapi mama pung keluhan saat berada di RS?
An.H:Yang tadi kaka su bilang. Kaka dong samuanya seng tega lai pas dengar mama bilang mau pulang. Kaka sandiri saja datang jenguk mama lalu mau pulang pi kasih tinggal mama sandiri di RS saja berat. Tapi demi kesembuhan mama, dokter lebih tau to ade. Mama memang harus nginap, katong mau bilang apa? Yang pasti semuanya sedih tapi katong percayakan semuanya ke dokter (I.324-325).
(P:Bagaimana keluarga menanggapi keluhan yang dirasakan mama saat berada di RS?)
(An.H:Yang sudah kakak bilang. Kaka semuanya tidak tega saat dengar mama bilang mau pulang. Kakak sendiri datang jenguk mama terus mau pulang tinggalkan mama sendiri di RS terasa berat. Tapi demi kesembuhan, dokter yang lebih tau. Mama memang harus tinggal. Kami mau bilang apa? Semuanya pasti sedih tapi kami percayakan semuanya ke dokter)
b. Dukungan Informasi
An.H mengetahui jika Ny.H menderita
gangguan jiwa, An.H ingin membawa Ny.H ke RS
44
untuk menanggulangi sakit yang diderita Ny.H
namun dengan keadaan keluarga yang masih
tinggal di desa, keluarga masih tinggal dengan
budaya yang lama sehingga ketika Ny.H menderita
gangguan jiwa, keluarga masih menganggap
bahwa itu bagian dari hal-hal yang tidak baik,
bahkan itu merupakan kesahalan dari orang tua
terdahulu.
P:Bagaimana keluarga memberikan informasi mengenai penanggulan mama pung sakit sakarang ini?
An.H:Kalau dari keluarga papa, dong bilang orang biking mama, bulan baru lah, mengingat katong kan masih tinggal di kampong to ade. Jadi kepercayaan itu masih ada. Tapi kalo dari kaka pribadi, kaka cuman mau bawa mama ke RS. Karna kaka sandiri su seng percaya bagitu-bagitu lai. Kalo dari keluarga mama, ada yang berpikir mungkin ada kesalahan dari orang tua dahulu yang harus di cari tau, diakuin dan sombayang kasih selesaikan akang to ade. Jadi pengobatannya selain dari dokter, juga koreksi katong pung kehidupan dan minta ampun ke Tuhan (I.264-265).
(P:Bagaimana keluarga memberikan informasi mengenai penanggulan penyakit yang diderita mama sekarang ini?)
(An.H:Kalau dari keluarga papa, mereka bilang ada guna-guna, bulan baru, mengingat kami masih tinggal di desa adik. Jadi kepercayaan itu masih ada. Tapi, kalau dari kaka secara pribadi, kaka hanya mau mama dibawa ke RS. Karena kaka sendiri sudah tidak percaya seperti itu. Kalau dari keluarga mama, ada yang berpikir mungkin ada kesalahan dari orang tua dahulu yang harus di cari tau, diakuin
45
dan berdoa supaya diselesaikan. Jadi pengobatannya selain dari dokter, juga mengoreksi kehidupan kami dan minta maaf kepada Tuhan).
Dengan kondisi Ny. H sekarang, An.H selalu
megingatkan Ny.H untuk jangan banyak berpikir,
memberikan nasehat agar makan dan minum obat
secara teratur. Dan An.H selalu menyarankan Ny.H
untuk menonton dan membaca koran tentang
kesehatan.
P:Ada hal-hal yang keluarga sampaikan par mama berkaitan deng mama pung kesehatan kaseng?
An.H:Ada to ade. Kaka bilang jang pikiran-pikiran. Hidup itu santai saja. Kalo mama pikiran nanti mama seng sembuh-sembuh deng mama harus rajin minum obat (I.269-270).
(P:Ada hal-hal yang keluarga sampaikan untuk mama berkaitan dengan kesehatannya?)
(An.H:Ada adik. Kakak bilang jangan banyak pikir. Hidup itu santai saja. Kalau mama banyak pikir nanti mama tidak sembuh-sembuh, mama harus rajin minum obat).
P:Apakah dari keluarga megingatkan mama untuk belajar hal-hal yang baru atau menyarankan mama untuk menonton, baca koran atau sebagainya?
An.H:Kaka juga bilang buat mama seperti itu, cuma tidak ada tv untuk pasien-pasien jadi dong seng bisa nonton tapi ada juga kan rehabilitas yang dilakukan dari pihak RS to. Keluarga juga dilarang jenguk pasien sering-sering. Karena mereka bukan seperti orang sakit pada umumnya, mereka masih bisa beraktifitas sendiri. Kadang juga katong datang besuk, seng dapa lai. Karna mama dong ada iko rehabilitasi. Kalo ade jaga dapa kaka di RS itu
46
karna kaka yang bandel. Kaka seng mau mama berpikir kalau katong su lupa mama. Makanya setiap hari kaka usahakan datang lia mama, biar capat-capat saja lalu pulang (I.278-180).
(P:Apakah dari keluarga megingatkan mama untuk belajar hal-hal yang baru atau menyarankan mama untuk menonton, baca koran atau sebagainya?)
(An.H:Kaka juga bilang buat mama seperti itu, cuma tidak ada tv untuk pasien-pasien jadi mereka tidak bisa nonton tapi ada juga rehabilitasi yang dilakukan dari pihak RS. Keluarga juga dilarang jenguk pasien terlalu sering. Karena mereka bukan seperti orang sakit pada umumnya, mereka masih bisa beraktifitas sendiri. Terkadang datang besuk, sudah tidak bisa lagi. Karena mama ada ikut rehabilitasi. Kalo adik sering lihat kaka di RS itu karena kakak yang bandel. Setiap hari kaka usahakan datang jenguk mama, biar hanya sebentar saja terus pulang).
c. Dukungan Instrumental
An.H selalu berusaha untuk memenuhi setiap
kebutuhan Ny.H baik kebutuhan makanan, pakaian,
dan perlengkapan lainnya.
P:Lalu bagaimana deng mama pung peralatan membersihkan diri dan pakaian bersih yang setiap hari kaka bawa par mama?
An.H:Peralatan membersihkan diri, seng perlu ditanya lai ade. itu wajib disediakan. Bukan wajib lagi, kebutuhan samua tu ade. Kalo pakaian bersih, kaka jaga bawa mama pakaian ganti itu. Pakaian kotor kaka bawa pulang cuci dirumah ade (I.288-290).
47
(P:Bagaimana dengan peralatan membersihkan diri dan pakaian bersih yang setiap hari kakak bawa untuk mama?)
(An.H:Peralatan membersihkan diri, tidak perlu ditanya lagi adik, itu wajib disediakan. Bukan wajib lagi, Itu kebutuhan semuanya adik. Kalau pakaian bersih, kakak sering bawa mama pakaian ganti. Pakaian kotor, kakak bawa pulang cuci dirumah adik).
Keluarga berusaha untuk tidak membeda-
bedakan diantara keluarga, ketika keluarga
berusaha ingin memberikan sesuatu untuk Ny.H
maka yang lain (anak-anak) juga tidak ketinggalan.
Seluruh kebutuhan Ny.H selalu terpenuhi dalam
pemberian dukungan materi, tetapi ketika suami
Ny.H berhenti bekerja dan tidak mempunyai uang,
maka barang yang dibelikan dijual lagi untuk
kebutuhan kuliah An.H.
P:Keluarga suka bali mama pung barang yang paling mama suka seng kaka?
An.H:Kalo bali, biasanya bali mama pung kalung kaseng anting. Bukan mama saja tapi beta juga dengan ade-ade. Itu waktu papa masih kerja di Ternate di perusahan tambang. Tapi pas papa stop kerja empat bulan terakhir ini dan sekarang sudah jadi serabutan, su seng bali barang-barang berharga lai (I.294-295)
(P:Apakah keluarga suka beli barang-barang yang paling mama suka?)
48
(An.H:Kalau beli, biasanya beli kalung atau anting. Bukan hanya mama saja tapi saya dan adik-adik juga. Itu saat papa masih kerja di Ternate di perusahaan tambang. Tapi saat papa berhenti kerja empat bulan terakhir ini dan sekarang sudah menajdi serabutan, sudah tidak beli barang-barang berharga lagi).
Keluarga selalu memperhatikan kebersihan diri
dari Ny.H, sehingga setiap kali berkunjung An.H
selalu membawa pakaian yang bersih dan pantas
kepada Ny.H.
P:Setiap hari kaka juga bawa pakaian par mama?
An.H:Iya, ade. kaka jaga bawa mama pakian bersih trus (I.304-305).
(P:Setiap hari kakak bawa pakaian untuk mama?)
(An.H:Iya adik. Kakak bawa mama pakaian bersih setiap hari).
d. Dukungan Penghargaan
Melihat stigma masyarakat tentang gangguan
jiwa, keluarga Ny.H ada yang mengasingkan Ny.H
dari kehidupan keluarganya tetapi ada juga yang
tidak dan ada yang menganggap bahwa Ny.H
merupakan aib dari keluarga.
P:Adakah keluarga yang mengasingkan mama dari keluarga pung kehidupan seng kaka?
49
An.H:Hanya mama punya ade laki-laki tu saja ade. Bisa dibilang antua asingkan mama. Tapi keluarga yang laeng seng ade (I.308-310).
(P:Adakah keluarga mengasingkan mama dari kehidupan keluarga?).
(An.H:Hanya adik laki-laki dari mama saja. Bisa dibilang adik laki-lakinya itu mengasingkan mama. Tapi keluarga yang lain tidak adik).
P:Apakah keluarga menganggap bahwa mama sakit seperti ini merupakan aib bagi keluarga?
An.H:Iya ade. Ada keluarga yang menganggap kalo mama ini biking malu-malu dong ade. Seng samua keluarga e, tapi ada (I.314-315).
(P:Apakah keluarga menganggap bahwa mama sakit seperti ini merupakan aib bagi keluarga?)
(An.H:Iya adik. Ada keluarga yang menganggap kalau mama memalukan keluarga. Tidak semua keluarga tapi ada).
Meskipun dari keluarga ada yang
mengasingkan Ny.H dan menganggap bahwa Ny.H
merupakan aib dari keluarga mereka, tetapi An.H
tidak malu untuk memperkenal Ny.H kepada orang
lain diluar sebagai bagian dari keluarga An.H.
P:Sebelum mama sakit dan saat mama ada di RS sampe skarang, pernah keluarga mengenalkan mama dengan orang lain diluar sebagai bagian dari keluarga kaseng kaka?
An.H:Mama sebelum sakit itu mama juga harus kanal setiap orang yang kaka kanal to ade. Kaya tamang-tamang, dosen-dosen atau siapapun itu, mama harus kanal. Saat mama sakit, untuk kaka
50
pribadi kalo ada yang datang, kenalkan saja. seng perlu malu deng mama pung sakit. Kalo sebagian keluarganya kaka, dari pihak mama ada yang malu ade. Tapi kalo samua orang malu deng mama, sapalai yang mau lia mama (I.227-230)
(P:Sebelum mama sakit dan saat mama ada di RS sampai sekarang ini, pernahkah keluarga mengenalkan mama dengan orang lain diluar sebagai bagian dari keluarga atau tidak?)
(An.H:Sebelum mama sakit, mama juga harus kenal setiap orang yang saya kenal. Seperti teman-teman, dosen-dosen atau siapapun itu mama harus kenal. Saat mama sakit, untuk kaka secara pribadi kalau ada yang datang, kenalkan saja. tidak perlu malu dengan sakit yang mama derita. Kalau sebagain keluarga kaka, dari pihak mama ada yang malu. Tapi kalau semua orang malu dengan mama, siapa lagi yang mau lihat mama).
Dalam memberikan dorongan, An.H mengaku
selalu memberikan dorongan dan menyemangati
Ny.H ketika sedih. Dorongan yang diberikan An.H
supaya Ny.H cepat sembuh. An.H juga mengaku
memberikan pujian yang positif ketika mamanya
Ny.H melakukan hal yang benar.
P:Kalo mama minum obat teratur, kaka dong biasanya memberikan pujian par mama kaseng?
An.H:Beta selalu bilang mantap. Minum obat biar mama istirahat teratur deng seng talalu banya pikiran, mama juga bisa tenang supaya mama cepat bae, lalu mau pulang (I.319-320).
51
(P:Kalau mama minum obat dengn teratur, kakak biasanya memberikan pujian atau tidak?).
(An.H:Saya selalu bilang mantap. Minum obat biar mama istirahat teratur dan tidak terlalu banyak pikiran, mama juga bisa tenang supaya mama cepat sembuh, lalu mau pulang).
P:Keluarga ada yang menyemangati mama seng disaat mama sedih?
An.H:Itu pasti. Kalo lia mama muka su seng enak, beta pasti tanya, mama ada kanapa? Nanti mama bilang mama inga ade-ade dong (I.324-325).
(P:Keluarga ada yang menyemangati mama disaat sedih atau tidak?).
(An.H:Itu pasti. Kalau melihat wajah mama sudah murung, saya pasti tanya, mama kenapa? Nanti mama bilang mama ingat adik-adik).
P:Apakah keluarga memberikan dorongan par mama supaya cepat sembuh?
An.H:Soal dorongan pasti to ade. Sapa juga yang seng mau dia mama cepat sembuh. Apapun kaka lakukan ade, supaya mama bae capat. Datang di RS ada suster yang marah, karna datang su lewat jam berkunjung kaka seng pastiu lai ade yang penting kaka datang lia mama (sambil tertawa). Apalae skarang ni kaka balom dapa karja to, jadi kaka waktu full samua par mama saja. Supaya jang mama pikir katong lupa mama. Kalo seng datang lia mama sahari saja, mama su pikir kalo katong su seng pastiu deng antua lai (sambil tertawa) (I.334-335).
(P:Apakah keluarga memberikan dorongan untuk mama supaya cepat sembuh?)
(An.H:Soal dorongan itu pasti. Siapa juga yang tidak mau mamaya cepat sembuh. Apapun kakak lakukan, supaya mama cepat sembuh. Datang di RS ada suster yang marah karena datang sudah lewat jam berkunjung kaka tidak
52
peduli lagi yang penting kakak datang lihat mama (sambil tertawa). Apalagi sekarang ini kakak belum dapat kerjaan juga, jadi kakak waktu semuanya untuk mama. Supaya jangan mama berpikir kalau saya lupa mama. Kalau tidak datang lihat mama sehari saja, mama sudah berpikir kalau saya sudah tidak peduli lagi dengan mama).
4.2.3 Identitas partisipan keluarga II
Nama Jenis Kelamin
Umur Keterangan
Bpk. E Laki-laki 64 tahun Ayah
Ny. M Perempuan 62 tahun Ibu
An. A Laki-laki 35 tahun Anak
An. F Perempuan 32 tahun Anak
An. E Perempuan 28 tahun Anak
An. H Laki-laki 26 tahun Anak
An. I Laki-laki 22 tahun Anak
An. Y Perempuan 22 tahun Anak
4.2.4 Dukungan Sosial II
a. Dukungan Emosional
Keluarga mengaku berimpati dan merasa
kasihan kepada Y dan dalam memberikan dukungan,
53
keluarga selalu membagi dan meluangkan waktu
untuk memberikan perhatian kepada Y.
P: Saat Y bilang bagitu apa tanggapan kaka?
E:Kasihan skali ade. Y dari dolo mau kuliah tapi su di akhir seng abis bagini kan, sapa yang seng kasihan to ade. Apalai kaka pung ade parampuang sandiri ni (II.644-645).
(P:Saat Y bilang seperti itu, apa tanggapan kakak?)
(E:Kakak kasihan adik. Y dari dulu mau kuliah tapi sudah di akhir tidak selesai siapa yang tidak kasihan. Apalagi Y ini adalah adik perempuan kakak sendiri).
P:Berapa banyak waktu yang kaka habiskan dengan Y?
E:Ade, tiap hari kaka datang lia Y disini. Karna kaka pikir, papa deng mama kurang kasih perhatian par Y jadi kaka abiskan waktu di RS saat jam besuk deng Y ade. Katong dudu carita-carita sampe jam besuk abis baru kaka pulang (II.449-450).
(P:Berapa banyak waktu yang kaka habiskan bersama Y).
(E:Adik, setiap hari kakak datang besuk Y disini. Karena kaka pikir, papa dan mama kurang berikan perhatian untuk Y jadi kakak menghabiskan waktu di RS saat jam besuk dengan Y. Kami duduk bercerita sampai jam besuk selesai, setelah itu kaka pulang).
P:Bagaimana kaka membagi perhatian, bagi kasih sayang antara kaka pung suami, anak, deng Y?
E:Kaka itu yang penting pagi-pagi urus kaka pung ana dolo to, dia kan harus pi skolah. Kaka pung suami juga harus pi kerja, jadi kaka harus lia samua dolo, baru kaka bisa datang lia Y disini. Sambil urus samua-samua yang ada dirumah, kaka tunggu jam besuk lai to baru kaka datang (II.444-445).
54
(P:Bagaimana kakak membagi perhatian, bagi kasih sayang antara suami, anak dan Y).
(E:Setiap pagi yang pertama lihat anak dulu, dia harus ke sekolah. Suami saya juga harus kerja, Jadi saya lihat semua dulu, setelah itu datang besuk Y disini. Sambil beres-beres semua yang ada dirumah, saya menunggu jam besuk juga baru saya datang).
Dalam memberikan dukungan kepada Y,
dukungan dari E sebagai keluarga sangat penting.
Keluarga selalu mengingatkan Y untuk minum obat
secara teratur.
P:Apa kaka juga selalu mengingatkan Y minum obat secara teratur?
E:Kasi inga tarus ade, supaya Y cepat sembuh to. Kalo seng minum kan nanti seng sembuh-sembuh (II.594-595).
(P:Apakah kakak selalu mengingatkan Y untuk minum obat secara teratur?)
(E:Kaka selalu mengingatkan terus adik. Supaya Y cepat sembuh. Kalau tidak minum obat pasti tidak sembuh).
Selain banyak dukungan yang diberikan
keluarga untuk Y, keluarga juga selalu mengingatkan
Y untuk membersihkan diri dan keluarga selalu
mengarahkan Y untuk menjaga kesehatannya dengan
berpola hidup bersih.
55
P:Apakah keluarga selalu kasi ingat Y untuk membersihkan diri setiap hari?
E:Katong jaga bilang Y mandi tapi samua tergantung Y saja to. Katong bilang, tapi kalo Y seng mau iko jua katong seng bisa paksa to, apalai deng kondisi kaya bagini. Jadi semua terpulang par Y saja. Nanti selanjutnya dari pihak RS yang urus Y to ade (II.589-590).
(P:Apakah keluarga selalu mengingatkan Y untuk membersihkan diri setiap hari?)
(E:Kami selalu bilang Y mandi tapi semua tergantung Y saja. Kami bilang, tapi kalau Y tidak mau ikut juga kami tidak bisa memaksa, apalagi dengan keadaan seperti ini. Jadi semua terserah Y saja. Selanjtnya dari pihak RS yang mengurusinya).
P:Lalu biasanya keluarga mengarahkan Y supaya selalu menjaga kesehatan kaseng kaka?
E:Kalo di RS katong pasti kasi inga to ade. Tapi kalo su dirumah, kan su sembuh jadi Y su tau diri par jaga kesehatan. Tapi kadang-kadang kalau lia jam su mau galap sadiki, lalu dia blom mandi kaka langsung bilang dia mandi (II.599-600).
(P:Apakah keluarga selalu mengarahkan Y supaya selalu menjaga kesehatan?)
(E:Kalau di RS kami selalu mengingatkannya adik. Tapi kalau sudah kembali kerumah, artinya sudah sembuh jadi Y sudah tahu untuk menjaga kesehatannya sendiri. Tapi kadang-kadang kalau saya lihat jam dan sudah malam terus Y belum mandi, saya langsung bilang Y untuk mandi).
Dalam hal ini, keluarga juga selalu
mengingatkan Y dengan hal-hal yang menyenangkan
56
agar Y tidak terlalu memikirkan hal-hal yang dapat
membuatnya menjadi marah.
P:Kaka selalu datang besuk disini apakah kaka selalu mengingatkan Y dengan hal-hal yang menyenangkan kaseng kaka?
E:Kasih inga ade, supaya Y jang pikir apa-apa. Kalo kaka datang lia Y, katong dudu carita yang sanang-sanang saja sampe jam besuk abis kaka baru kaka pulang (II.604-605).
(P:Ketika kakak selalu datang besuk Y disini, apakah kakak selalu mengingatkan Y dengan hal-hal yang menyenangkan?)
(E:Kakak selalu mengingatkannya, supaya Y jangan terlalu banyak berpikir. Kalau saya datang besuk Y, kami duduk bercerita yang membuat senang saja sampai jam besuk selesai, barulah saya pulang).
b. Dukungan Informasi
Mengetahui bahwa Y sangat membutuhkan
dukungan dari keluarga untuk proses penyembuhan,
maka riset partisipan ketika mengetahui bahwa
saudaranya Y marah-marah dan suka membanting
barang-barang dirumah, maka keluarga langsung
membawanya ke RSKD.
P:Dari keluarga ada yang memberikan informasi mengenai penanggulangan Y pung sakit ni seng kaka?
E:Katong dalam rumah langsung bawa ka RS saja biar Y ditangani dokter langsung to (II.654-655).
57
(P:Adakah yang memberikan informasi mengenai penanggulangan gangguan jiwa terhadap Y?)
(E:Kami yang berada dirumah langsung membawanya ke RS biar Y langsung ditangani oleh dokter).
P:Adakah keluarga yang memberitahukan hal-hal yang berkaitan tentang Y pung kesehatan?
E:Kalo dari awal kan katong tau jang sampe Y ni gila karna marah-marah dalam rumah, banting barang-barang, tapi katong seng langsung bilang par Y, takutnya Y lebe tamba marah lai. Jadi katong alasan jalan-jalan deng Y lalu bawa langsung RS. Biar kepastian mengenai Y pung kesehatan kan langsung dari dokter. Setelah itu baru kaka dong kasi penjelasan par Y bahwa Y harus tinggal di RS (II.659-660).
(P:Adakah dari keluarga yang memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan Y?)
(E:Kalau dari awal kami tahu bahwa Y ini gila karena marah-marah di dalam rumah, banting barang-barang, tapi kami tidak langsung sampaikan untuk Y, takutnya Y lebih marah lagi. Jadi kami memberikan alasan ingin jalan-jalan dengan Y kemudian bawa Y langsung RS. Biar kepastian langsung dari dokter mengenai kesehatan Y. Setelah itu barulah kami berikan penjelasan untuk Y bahwa Y memang harus tinggal di RS).
Dengan kepribadian yang dimiliki Y sering
marah-marah, maka keluarga berusaha untuk
mendorong Y bisa berinteraksi dengan orang lain dan
selalu memberikan nasihat kepada Y untuk makan
dan minum obat secara teratur.
58
P:Dengan kondisi Y yang suka marah-marah, bagaimana keluarga mendorong Y bisa berinteraksi dengan pasien yang lain di RS?
E:Kaka bicara dengan Y, tenangkan Y bae-bae dolo to. Kaka jaga bilang kalo dong itu Y pung tamang-tamang, jadi seng bole marah-marah. Kalo marah-marah nanti suster deng mantri bale marah se. Harus bae-bae deng dong, masa jadi perempuan harus marah-marah tarus, itu kan seng bagus (II.678-680).
(P:Dengan kondisi Y yang suka marah-marah, bagaimana keluarga mendorong Y bisa berinteraksi dengan orang lain di RS?)
(E:Saya bicara dengan Y, tenangkan Y lebih dulu. Saya juga bilang kalau mereka (pasie yang lain) itu teman-temannga Y, jadi tidak boleh marah-marah. Kalau marah-marah nanti suster dan mantri balik marah Y. Harus baik dengan mereka (pasien yang lain), jadi perempuan harus marah terus itu tidak baik).
P:Apakah kaka selalu memberikan nasihat kepada Y agar makan dan minum obat secara teratur?
E:Iya ade. Kaka bilang par Y, makan itu yang banyak abis makan minum obat teratur. Kalau rajin minum obat, bisa bae capat biar bisa pulang ka rumah. Kalo seng minum obat, nanti tinggal di RS lebih lama lai (II.669-670).
(P:Apakah kakak selalu memberikan nasihat kepada Y agar makan dan minum obat secara teratur?)
(E:Iya adik. Saya sampaikan untuk Y, makan yang banyak setelah makan minum obat yang teratur. Kalau rajin minum obat, bisa cepat sembuh biar bisa pulang ke rumah. Kalau tidak minum obat, nanti akan tinggal di RS lebih lama lagi).
59
c. Dukungan Instrumental
Keluarga selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan Y, misalnya memberikan barang dan
makanan yang disukai Y, menyediakan peralatan
membersihkan diri, memberikan pakaian yang pantas
kepada Y.
P:Ada barang-barang yang Y paling suka lalu kaka dong biasa bali par Y seng kaka?
E:Ada ade, pernah kaka bali Y boneka. Karna dia paleng suka dengan boneka (II.684-685)
(P:Adakah dari kaka keluarga membelikan barang yang paling Y sukai?).
(E:Ada. Pernah kakak belikan boneka untuk Y. Karena dia paling senang dengan boneka).
P:Apa kaka dong jaga bawa datang makanan yang paling Y suka?
E:Y tu suka biskuat, susu ultra, makanan-makanan ringan saja, minuman-minuman kaka jaga bali lalu bawa datang deng Y pung makanan siang skali (II.739-740).
(P:Apakah keluarga sering membawa makanan yang paling Y suka?)
(E: Y itu suka biskuat, susu ultra, makanan-makanan ringan saja, minuman-minuman saya beli terus bawa datang bersama dengan makanan siang untuk Y).
P:Bagaimana dengan peralatan membersihkan diri? Apakah kaka juga menyediakannya untuk Y?
E:Pasti itu ade, kaka siap peralatan mandi samua, sabong mandi, odol gigi, sikat gigi. Kaka bawa datang
60
ka RS. Tapi Y mau membersihkan diri samua tergantung Y to, katong seng bisa paksa (II.699-700).
(P:Bagaimana dengan peralatan membersihkan diri? Apakah keluarga juga menyediakannya untuk Y?
(E:Pasti adik, saya siapkan peralatan mandi semua, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi. Saya bawa datang ke RS. Tapi Y mau membersihkan diri semua tergantung Y juga, kami tidak bisa memaksanya).
P:Lalu kalo pakaian yang bersih? Kaka bawa juga tiap hari?
E:Seperti ade liat kamareng, kaka datang ka RS bawa pakaian bersih par Y. Nanti Y pakaian kotor, kaka bawa pulang cuci nanti bawa yang laeng lai yang bersih. Karna suster-suster bilang Y ni tiap saat ganti baju tarus (sambil tertawa) (II.704-705).
(P:Apakah keluarga juga membawa pakaian bersih untuk Y setiap hari?)
(E:Seperti yang adik lihat kemarin, saya datang ke RS bawa pakaian bersih untuk Y. Nanti pakaian kotornya, saya bawa pulang cuci nanti bawa yang lain lagi yang bersih. Karena suster-suster bilang kalau Y ini setiap saat ganti baju (sambil tertawa).
d. Dukungan Penghargaan
Keluarga sadar dengan kondisi Y sekarang dan
adanya stigma dari masyarakat mengenai gangguan
jiwa maka keluarga harus memberikan dukungan atau
dorongan kepada Y. Dalam hal ini keluarga tidak
menganggap bahwa Y adalah aib dari keluarga
61
mereka dan mereka juga tidak mengasingkan Y dari
kehidupan mereka.
P:Dengan Y ada di RS seperti ini apakah kaka dong mengasingkan Y dari kaka dong pung kehidupan keluarga?
E:Seng pernah ade. Katong selalu dekat dengan Y. Kalo katong mengasingkan Y dari katong pung kehidupan, katong seng mungkin datang besuk Y tiap hari di RS to. Mungkin katong akan kasi tinggal Y di RS saja. Tapi karna su masuk RS bagini, katong harus lia tarus, harus datang jenguk to (II.709-710).
(P:Ketika Y berada di RS apakah kakak mengasingkan Y dari kehidupan keluarga?)
(E:Tidak pernah. Kami selalu dekat dengan Y. Kalau kami mengasingkan Y dari kehidupan kami, kami tidak mungkin datang besuk Y setiap hari di RS. Mungkin kami akan biarkan Y di RS saja. Tapi karena sudah masuk RS, kami harus lihat terus, harus datang jenguk).
P:Dari keluarga, ada yang menganggap bahwa Y ni merupakan aib dari keluarga?
E:Katong seng anggap Y ni aib dari kaluarga, yang katong tau Y katong pung sudara parampuang, itu saja ade (II.714-715).
(P:Adakah keluarga menganggap bahwa Y merupakan aib dari keluarga?)
(E:kami tidak menganggap Y adalah aib dari keluarga, yang kami tau Y adalah saudara perempuan kami. Hanya itu).
Keluarga mengetahui tentang pentingnya
memberikan pujian terhadap Y, sehubungan dengan
62
kondisinya. Sehingga setiap Y minum obat, maka
keluarga selalu memberikan pujian kepada Y.
P:Apakah keluarga memuji jika Y minum obat dengan teratur?
E:Kaka jaga tanya suster Y su minum obat kablom? Kalo suster bilang sudah, kaka bilang par Y hebat su minum obat. Minum obat yang teratur supaya cepat sembuh lalu mau kaluar dari RS (II.719-720)
(P:Apakah keluarga memuji jika Y minum obat dengan teratur?)
(E:Saya sering bertanya pada suster Y sudah minum obata atau belum? Kalau suster mengatakan sudah, saya bilang untuk Y hebat sudah minum obat. Minum obat yang teratur supaya cepat sembuh lalu mau keluar dari RS).
Demi kesembuhan Y, maka keluarga selalu
menyemangati dan memberikan dukungan agar Y
cepat sembuh.
P:Kalo Y sedih, kaka dong menyemangati Y kaseng?
E:Kasi semangat to, jang talalu sedih deng jang talalu pikiran (II.729-730)
(P:Kalau Y sedih, apakah kakak selalu menyemangati Y?)
(E:Saya berikan semangat, jangan terlalu sedih dan jangan terlalu pikiran).
P:Adakah dorongan dari keluarga par Y supaya cepat sembuh?
E:Pasti kasi dorongan ade. kaka hanya bilang jang pikiran, kalo ada yang bilang bagini deng bagitu, Y jang percaya, jang dengar orang, dengar katong saja,
63
dengar dokter, suster deng mantri dong bilang apa, baru iko. Kalo lain dari itu, jang dengar (II.744-745)
(P:Adakah dorongan dari keluarga untuk Y supaya Y cepat sembuh?)
(E:Pasti berikan dorongan. Saya hanya bilang jangan pikiran, kalau ada yang bilang begini dan begitu, Y jangan percaya, jangan dengan orang lain, dengar kami saja, dengar dokter, suster, dan mantri, mereka bilang apa baru ikut mereka. Kalau lain dari keluarga, dokter, suster dan mantri jangan dengar).
4.2.5 Identitas Partisipan Keluarga III
Nama Jenis Kelamin Umur Keterangan
Bpk.B Laki-laki 45 Tahun Ayah
Ny.S Perempuan 44 Tahun Ibu
An.N Perempuan 19 Tahun Anak
An.A Perempuan 15 Tahun Anak
An.U Laki-laki 14 Tahun Anak
An.I Perempuan 9 Tahun Anak
4.2.6 Dukungan Sosial III
a. Dukungan Emosional
Partisipan adalah ayah dari An.N sendiri.
Bapak B mengatakan bahwa selalu meluangkan waktu
untuk memberikan perhatian untuk An.N. Akan tetapi
64
partispan mengatakan bahwa Ibu dari An.N tidak
pernah datang dan meluangkan waktu untuk An.N
dikarenakan harus mengurus anak-anaknya yang lain.
P:Jadi om, bagaimana keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian par An.N?
Bpk.B:Tiap hari nona. Yang om su jelaskan kamareng tu. Bawa makanan par dia tiap pagi deng sore. Keluarga yang lain sering datang (III.994-995).
(P:Bagaimana keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada An.N)
(Bpk.B:Setiap hari saya datang. Yang sudah saya jelaskan kemarin, saya datang membawa makanan untuk N saat pagi dan sore hari. Keluarga yang lain juga sering datang lihat An.N).
P:Trus bagaimana deng tanta? Tanta seng datang lia N disini om?
Bpk.B:Tanta ada urus N pung adi-adi lai, dong kalo pulang skolah kan harus ada makanan par dong makan, tanta harus lia dong. Tanta juga harus bajual tiap hari to, jadi kalo ada waktu tanta datang lia N di RS (III.1004-1005)
(P:Bagaimana dengan tante? Apakah tante tidak datang menjenguk An.N di RS?)
(Bpk.B:Tante mengurusi adik-adiknya An.N. Mereka kalau pulang sekolah haraus ada makan untuk mereka makan, tante harus lihat mereka. Tante juga harus berjual setiap hari, jadi kalau ada waktu tante datang besuk An.N di RS).
Dalam hal memberikan dukungan, bapak B
merasa sudah memberikan yang terbaik untuk
65
anaknya An.N dengan selalu mengingatkan An.N
untuk membersihkan diri, mengingatkan An.N dengan
hal-hal yang menyenangkan serta keluarga sering
menanyakan perasaan yang dimiliki oleh An.N.
P:Dalam memberikan dukungan untuk N apakah om merasa bahwa sudah memberikan yang terbaik?
Bpk.B:Iya. Memberikan dukungan om merasa sudah berusaha memberikan yang terbaik (III.1014-1015)
(P:Apakah om merasa bahwa dalam memberikan dukungan sudah melakukan yang terbaik?)
(Bpk.B: Iya. Memberikan dukungan saya merasa sudah berusaha memberikan yang terbaik).
P:Apakah om sering mengingatkan N untuk membersihkan diri dua kali sehari om?
Bpk.B:Iya. Selalu nona, setiap kali om jenguk N om selalu kasih ingat untuk mandi, sisir rambut deng pake baju yang bersih (III.1018-1020).
(P:Apakah om sering mengingatkan An.N untuk membersihkan diri dua kali sehari om?)
(Bpk.B:Iya. Selalu nona (peneliti), setiap kali saya jenguk An.N saya selalu mengingatkannya untu mandi, sisir rambut, dan memakai baju yang bersih).
P:Apakah om selalu mengingatkan N dengan hal-hal yang menyenangkan om?
Bpk.B:Iya, om bilang minum obat supaya sehat, keluar lalu papa beli se hape (III.1034-1035).
(P:Apakah om selalu mengingatkan An.N dengan hal-hal yang menyenangkan?)
66
(Bpk.B:Iya. Saya bilang minum obat supaya sehat, keluar dan papa beli handphone untuk kamu).
P:Dari om, tanta deng keluarga besar ada yang menanyakan N pung perasaan saat ini kaseng om saat berada di RS?
Bpk.B:Iya om sering tanya deng om sering kasi kuat dia pung perasaan supaya dia cepat sembuh, supaya cepat pulang, jangan pikir-pikir kasana kamari, bagitu nona (III.153-155).
(P:Dari keluarga besar adakah yang menanyakan perasaan yang dimiliki oleh An.N saat berada di RS?)
(Bpk.B:Iya, om sering bertanya tentang perasaannya dan om sering menguatkan perasaannya agar dia cepat sembuh, cepat pulang, dan jangan banyak berpikir).
b. Dukungan Informasi
Keluarga mengerti dengan kondisi An.N yang
sangat membutuhkan bantuan, nasihat, dorongan, dan
petunjuk. Partisipan mengatakan sudah berulang kali
memberikan nasihat dan arahan kepada An.N.
P:Apakah keluarga juga mengingatkan N minum obat secara teratur kaseng om?
Bpk.B:Iya nona. Om kalo datang om tanya su minum obat kablom. Kata sudah. Om jaga tanya mantri, suster kalo N ni su minum obat batul kaseng (III.1024-1025).
(P:Apakah keluarga juga mengingatkan An.N minum obat secara teratur?)
67
(Bpk.B:Iya nona (peneliti). Saya kalau datang saya tanya, sudah minum obat atau belum. Saya juga tanya mantri, suster kalau An.N betul minum obat atau tidak?).
P:Om selalu mengarahkan N untuk selalu menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih kaseng om?
Bpk.B:Iya. Om itu jaga bilang mandi, sisir rambut pake baju yang bersih yang om su bilang tadi (III.1029-1030).
(P:Apakah om selalu mengarahkan An.N untuk selalu menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih atau tidak?)
(Bpk.B:Iya. Saya selalu bilang mandi, sisir rambut, pakai baju bersih yang sudah saya sampaikan tadi).
Keluarga juga sudah memberitahukan An.N
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatannya
serta menyarakan An.N untuk belajar tentang hal-hal
yang baru, menonton televisi atau melihat media
massa lainnya. Akan tetapi partisipan mengakui
bahwa, semuanya terbatas. Karena televisi hanya
berada di ruang perawat.
P:Apakah keluarga memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan N punya kesehatan om?
Bpk.B:Iya nona.
P:Seperti apa om?
Bpk.B:Om hanya kasi ingat tarus supaya mandi setiap hari pagi deng sore, rajin minum obat supaya cepat sembuh lalu mau kaluar (III.178-185).
68
(P:Apakah keluarga memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatannya An.N?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti)
(P:Seperti apa om?)
(Bpk.B:Saya selalu mengingatkanya untuk mandi setiap hari pagi dan sore, rajin minum obat supaya cepat sembuh dan mau keluar dari RS).
P:Ada yang dari keluarga selalu mengingatkan N belajar hal yang baru atau menonton tv kah atau membaca koran?
Bpk.B:Iya nona, cuma seng ada tv untuk pasien mau nonton, hanya ada di ruang suster deng mantri di dalam saja. (III.1088-1090).
(P:Adakah diantara keluarga yang selalu mengingatkan An.N untuk belajar hal yang baru atau menonton televisi atau membaca koran?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti), cuma tidak ada telvisi untuk pasien nonton, hanya ada di ruang suster dan mantri saja)
c. Dukungan Instrumental
Untuk membantu kesembuhan An.N, keluarga
selalu membantu An.N dalam berinteraksi dengan
orang lain saat berada di RS.
P:Keluarga sering mengajak N berinteraksi dengan orang lain kaseng om?
Bpk.B:Sebelum N saki jiwa, tadi om su bilang dia pi iko dia tamang yang bidan desa itu baku bantu, pi pengajian, acara-acara deng kegiatan desa juga ikut jadi interaksi baik dengan warga. Kalo yang sakarang ini, om jaga datang lia dia dudu carita deng suster
69
deng mantri, om kasih tinggal saja supaya bertukar pikiran deng pendapat to (III.1119-1120).
(P:Keluarga sering mengajak An.N berinteraksi dengan orang lain atau tidak?)
(Bpk.B:Sebelum N sakit jiwa, tadi saya sudah sampaikan N pergi ikut temannya yang bidan desa itu membantu temannya, pergi pengajian, mengikuti acara-acara dan kegiatan di desa. Jadi interaksi baik dengan warga. Kalau sekarang ini, saya datang terus lihat N sementara duduk bercerita dengan suster dan mantri, saya membiarkannya saja agar supaya dapat bertukar pikiran dan pendapat juga).
Dalam memenuhi semua kebutuhan hidup
An.N, partisipan dan keluarga menyediakan semua
kebutuhan An.N baik itu peralatan membersihkan diri,
pakaian maupun makanan.
P:Lalu bagaimana dengan peralatan membersihkan diri bagi N om?
Bpk.B:Peralatan membersihkan diri itu om bawa dari rumah kasi par dia di RS. Supaya dia rajin mandi, rajin sisir rambut, deng om suruh pake pakaian yang bersih (III.1109-1110).
(P:Bagaimana denan peralatan membersihkan diri bagi An.N om? Apakah om bawa sendiri atau dari pihak RS yang menyediakan semuanya?).
(Bpk.B:Peralatan membersihkan diri itu, saya bawa dari rumah dan memberikannya untuk An.N di RS. Supaya dia rajin mandi, rajin sisir rambut, dam saya menyuruhnya menggunakan pakaian yang bersih).
P:Jadi om juga bawa N pung pakaian yang bersih kah om?
70
Bpk.B:Iya nona. Om bawa pakaian par dia. Nanti dia pakaian kotor om bawa pulang par tanta dirumah bacuci (III.1114-1115).
(P:Apakah om juga membawa pakaian yang berih untuk An.N?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti). Saya membawanya pakaian. Pakaian kotornya saya bawa pulang untuk tante basuh pakaian kotor An.N dirumah).
d. Dukungan Penghargaan
Partisipan bapak B merasa senang jika An.N
bisa melakukan hal-hal yang baik dan benar dan
bapak B selalu memberikan apresiasi kepada An.N,
misalnya dengan memberikan suatu pujian.
P:Kalo N minum obat teratur, biasanya om memuji N kaseng?
Bpk.B:Om bilang N pintar, kalo minum obat, sembuh, kaluar om bali hape (III.1134-1135).
(P:Kalau An.N minum obat teratur, biasanya om memberikan pujian untuk N tidak?).
(Bpk.B:Saya bilang An.N itu pintar, kalau minum obat, sembuh, keluar saya belikan hape).
P:Atau saat N melakukan hal yang benar, om dong memberikan hadiah par N kaseng?
Bpk.B:Iya nona. Kalo melakukan hal yang benar kaya minum obat teratur, makan teratur, semuanya teratur om bilang beso om bawa makanan yang paling N suka (III.1139-1140).
71
(P:Saat An.N melakukan hal yang benar, apakah om memberikan hadiah untuk N?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti). Kalau melakukan hal yang benar seperti minum obat teratur, makan teratur, semuanya teratur, saya bilang besok saya bawa makanan yang paling An.N suka).
Dengan keadaan yang dialami An.N, keluarga
bapak B tidak mengasingkan An.N dari keluarga dan
tidak menganggap An.N merupakan aib dari keluarga.
Akan tetapi, bapak B selalu memberikan dorongan
untuk An.N dan selalu menyemangatinya disaat An.N
sedang sedih.
P:Dengan N ada di RS, apakah keluarga mengasingkan N dari om dong pung keluarga?
Bpk.B:Seng ada nona. Om sayang om pung ana-ana samua. Jadi om seng pernah mengasingkan sapa-sapa. Om pung keluarga deng tanta pung keluarga kalo datang lia dia jua, dong sayang dia. Dong seng mengasingkan dia dari dong pung kehidupan keluarga. Kalo katong mengasingkan dia, seng mungkin katong datang jenguk dia disini to. Apalai om yang datang jenguk dia tiap hari ni nona (III.1124-1125).
(P:Apakah keluarga mengasingkan An.N dari kehidupan keluarga?)
(Bpk.B:Tidak nona (peneliti). Saya sayang anak-anak saya semuanya. Jadi saya tidak pernah mengasingkan diantara anak-anak saya. Keluarga besar An.N dari saya dan dari Ibunya An.N kalau mereka datang besuk An.N, mereka menyayanginya. Mereak tidak mengasingkan dia dari kehidupan keluarga. Kalau kami mengasingkannya, tidak mungkin
72
kami datang jenguk An.N di RS. Apalagi saya yang datang jenguk An.N setiap hari).
P:Atau om, ada yang menganggap N ini merupakan aib dari om pung keluarga, entah itu om pung keluarga besar atau tanta pung keluarga besar.
Bpk.B:Seng nona. Om deng tanta sayang dia, keluarga lain juga sayang dia. Seng ada yang anggap kalo dia itu aib dari keluarga kami. Seng ada (III.1128-1130).
(P:Adakah yang menganggap An.N merupakan aib dari keluarga besarnya om dan tante?)
(Bpk.B:Tidak nona (peneliti). Saya dan tante sayang An.N, keluarga lainnya juga sayang dia. Tidak ada yang menganggap kalau N itu aib dari keluarga kami. Tidak ada).
P:Apakah keluarga selalu menyemangati N saat N sedang sedih om?
Bpk.B:Iya. Saat dia sedih pasti om tanya kanapa. Om kasi semangat dia, supaya jang sedih jang nanti biking dia par tamba pikiran lai to (III.1149-1150).
(P:Apakah keluarga selalu menyemangati An.N saat An.N sedang sedih?)
(Bpk.B:Iya, saat An.N sedih pasti om akan tanya kenapa?. Saya memberikannya semangat agar jangan sedih jangan sampai buat An.N menjadi pikiran lagi).
P:Apakah keluarga memberikan dorongan buat N supaya cepat sembuh om?
Bpk.B:Iya nona. Itu pasti. Karna om juga mau dia cepat keluar dari RS. Sudah dua tahun ini skarang dia ada di RS. Om deng tanta juga berdoa par dia selalu (III.1164-1165).
(P:Apakah keluarga memberikan dorongan untuk An.N supayacepat sembuh)
(P:Iya nona (peneliti). Karena saya juga mau An.N cepat keluar RS. Sudah dua tahun An.N
73
ada di RS. Saya dan tante juga selalu berdoa untuk An.N).
4.4 Pembahasan
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi
faktor kunci dalam penyembuhan klien penderita gangguan
jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan
sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering
menjadi bagian penting dalam penyembuhan (Kumfo, 1995
dalam Videback, 2008). Jadi keluarga sangat berperan penting
dalam memberikan berbagai dukungan bagi penyembuhan
klien. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah
menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh
kehangatan, dukungan, cinta, dan penerimaan (Friedman,
1998). Dukungan sosial yang diberikan menguatkan
kepercayaan diri, dan harga diri klien serta sebagai penguatan
secara interpersonal terutama dalam menyelesaikan masalah
(Videback, 2008).
Komponen-komponen dukungan keluarga yaitu dukungan
emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental,
dukungan penghargaan (Menurut Cohan dan Mc Kay, (1984)
dalam Niven, 2000)). Menurut Brehm dan Kassin (1993)
pemberian kasih sayang merupakan salah satu bentuk
74
dukungan sosial yang berupa bantuan fisik, yaitu interaksi
mendalam yang mencakup pemberian kasih sayang dan
kesediaan mendengarkan permasalahan. Dalam dukungan
emosional hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kasih sayang,
perhatian, kepedulian dan empati (Yosep, 2007). Jadi,
dukungan kasih sayang dari keluarga sangat dibutuhkan dalam
proses pemulihan. Keberadaan keluarga dapat membuat rasa
aman dan nyaman sehingga menambah kepercayaan diri
karena meyakini bahwa ada keluarga yang selalu mencintai,
memperhatikannya dan selalu siap untuk memberi dukungan.
Pada ketiga riset partisipan dari hasil penelitian ini adalah
keluarga tidak memberikan dukungan emosional secara
maksimal kepada klien. Dari hasil wawancara yang menjadi
alasan keluarga tidak bisa memberikan perhatian, kasih
sayang, dan kepedulian yang maksimal adalah sebagian
anggota pada partisipan I dan III keluarga terlalu sibuk dengan
pekerjaan masing-masing dan partisipan II sebagian anggota
keluarga tidak memberikan dukungan dikarenakan faktor
ekonomi dan jarak tempuh yang jauh sehingga bentuk
kepedulian dan kasih sayang yang ditunjukan kepada klien
yaitu hanya dilakukan sebagian anggota keluarga yang selalu
menjenguk klien di RS setiap hari dan membawa makanan
serta pakaian bersih kepada klien. Jika fokus keluarga dalam
75
memberikan kasih sayang dan bentuk kepedulian hanya dalam
memberikan makanan dan memberikan pakaian yang bersih
maka hal itu tidak akan adanya pemulihan secara bertahap
kepada klien, karena tidak adanya hubungan langsung secara
pribadi.
Dalam hasil penelitian ketiga riset partisipan yang anggota
keluarganya menderita gangguan jiwa, tidak mengalami
adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini juga karena
dukungan emosional yang tidak bisa maksimal diberikan oleh
keluarga kepada klien, seperti yang diungkapkan oleh
Buchanan (1995) bahwa individu yang mendapat dukungan
emosional telah terbukti jauh lebih sehat daripada individu yang
tidak mendapat dukungan (dalam Videback, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Papastavrou (2010)
bahwa merawat individu dengan gangguan jiwa adalah situasi
yang sangat kompleks yang dapat mengakibatkan emosional,
fisik, beban sosial, dan ekonomi bagi keluarga. Dengan beban
yang dirasakan keluarga, dapat mempengaruhi keluarga dalam
memberikan pelayanan, keluarga tidak bisa memberikan
dukungan yang efesien untuk memberikan layanan yang
memuaskan. Dalam hasil penelitian pada riset partisipan I, II
dan III dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
76
jiwa, tidak bisa dilakukan dengan maksimal dan efisien
dikarenakan anggota keluarga yang lain sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing dan juga faktor ekonomi serta
jarak yang jauh, mengakibatkan sebagian anggota keluarga
tidak dapat merawat dalam memberikan dukungan emosional
pada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
Pada pasien gangguan jiwa lingkungan keluarga berperan
dalam merawat untuk meningkatkan keyakinan pasien akan
kesembuhan dirinya, peran keluarga yang baik dengan
memberikan motivasi dalam proses penyembuhan dan
rehabilitasi diri, karena dengan suasana di dalam keluarga
yang mendukung maka akan menciptakan perasaan positif dan
perasaan berarti bagi klien itu sendiri (Nurdiana, 2007).
Peran keluarga dalam menangani anggota keluarganya yang
menderita gangguan jiwa mempunyai peran yang diharapkan
dapat dilakukan untuk meningkatkan optimalisasi kesembuhan
pasien. Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan
perawatan. Peran keluarga penting untuk memantau
kebutuhan pasien. Tugas keluarga biasanya memenuhi
kebutuhan harian yang tidak bisa dipenuhi pasien secara
mandiri (Marsh., dkk, 2012).
77
Knisely dan Northouse (1994) dalam Videback (2008)
mengungkapkan dengan meminta serta menerima dukungan
sosial keluarga ketika penderita membutuhkan, merupakan
langkah vital dalam proses penyembuhan. Dukungan sosial
yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya
masalah akibat tekanan yang dihadapi. Oleh karena itu, sangat
diperlukan dukungan dari keluarga berupa nasihat ataupun
arahan, supaya dapat membantu dalam proses pemulihan
secara bertahap.
Menurut Cohan dan Mc Kay, (1984) dalam Niven, (2000)
dukungan informasi meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari
masalah yang dihadapi klien di rumah atau rumah sakit jiwa,
memberikan nasihat, pengarahan, saran, atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dalam penelitian
ini, riset partisipan I, II dan III memberikan nasihat atau arahan
untuk minum obat, makan secara teratur, mengingatkan klien
untuk menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih. Akan
tetapi belum ada perubahan dalam pemulihan terhadap klien,
namum ketiga riset partisipan tetap memberikan nasihat dan
dukungan kepada klien setiap berkunjung ke RS, sekalipun
hanya riset partisipan seorang diri yang memberikan dukungan
kepada klien.
78
Pentingnya peran keluarga dalam gangguan jiwa dapat
dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan
tempat dimana individu melalui hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Kedua, keluarga merupakan “institusi”
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan
mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku (Clement
dan Buchanan, 1982). Menurut Stuart dan Sundeen (1995)
dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah, jika ada
dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi
untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Dari
hasil penelitian ketiga partisipan memiliki pengalaman yang
sama dalam memberikan motivasi dan nasihat, dimana semua
partisipan memberikan dukungan terhadap anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Dalam hal ini, dukungan yang
sudah diberikan oleh keluarga termasuk dukungan untuk selalu
minum obat, makan teratur, menjaga kesehatan dan lainnya.
Jadi untuk pemulihan secara bertahap keluarga harus terus
memberikan motivasi atau dukungan secara perlahan.
Dukungan Instrumental meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan
menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material
berupa bantuan nyata (Instrumental Support atau Material
79
Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan
membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya
bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan
sehari-hari menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan
merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan
masalah (Cohan dan Mc Kay, (1984) dalam Niven (2000)).
Dalam penelitian ini, partisipan I, II, dan III selalu menyediakan
semua kebutuhan klien. Dalam membantu kesembuhan
anggota keluarga yang sakit ketiga partisipan selalu
mendukung, hal ini dikarenakan partisipan sebagai pemberi
dukungan ingin agar anggota keluarganya cepat sembuh dan
cepat keluar dari RS. Dalam hal ini keluarga menyediakan
semua kebutuhan klien dari peralatan membersihkan diri,
memberikan pakaian yang bersih serta memberikan barang
yang disukai oleh klien.
Setiap satu kegiatan yang klien bisa lakukan, penilaian
positif sangat penting diberikan guna untuk membangun
kepercayaan diri, akan tetapi dari semua dukungan yang
diberikan keluarga, dukungan penghargaan atau penilaian
adalah hal yang paling jarang diberikan. Hal ini disebabkan
keluarga merasa tidak terbiasa untuk mengungkapkannya
(Wurtiningsih, 2012). Dalam dukungan penghargaan tugas
keluarga adalah keluarga bertindak sebagai sebuah umpan
80
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah
sebagai sumber dan validator sementara. Menurut House
penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain
berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini
bisa positif dan negatif yang berpengaruhnya sangat berarti
bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga
maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif
(dalam Setiadi, 2008). Untuk itu, penilaian yang positif sangat
penting diberikan keluarga kepada klien gangguan jiwa untuk
membantu dalam proses pemulihan secara bertahap.
Ketiga riset partisipan mengatakan jika klien melakukan hal
yang benar atau minum obat secara teratur maka mereka
selalu memberikan pujian. Bahkan partispan III mengatakan,
jika minum obat teratur dan sembuh maka akan diberikan
handphone hal itu dilakukan untuk membuat klien merasa
senang agar klien selalu minum obat. Memberikan umpan balik
terhadap gangguan jiwa hal itu merupakan menguatkan upaya
klien untuk berinteraksi dengan orang lain dan memberikan
informasi yang positif yang spesifik tentang perbaikan perilaku,
dengan adanya penilaian positif dapat meningkatkan tingkat
harga diri. Selain itu juga, memberikan pujian terhadap orang
lain dapat meningkatkan perasaan yang positif (Videback,
2008).