bab iv fix

112
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Profil Perusahaan 1. Informasi mengenai BNI Bank BNI yang dalam hal ini bertindak sebagai bank yang melakukan pemisahan adalah suatu BUMN yang berbentuk perusahaan publik yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan berkedudukan hukum di Jakarta. Mayoritas saham BNI per 30 Juni 2009 dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (76,36%) dan Masyarakat (23,64%). Bank BNI adalah : 1. Merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 1.106 cabang dan sentra kredit yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5 cabang luar negeri (Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London), serta perwakilan di beberapa Negara di Timur Tengah. 2. Mempunyai jaringan untuk menyalurkan kredit, yaitu 51 sentra kredit kecil (SKC), 112 unit kredit kecil (UKC), 39

Upload: diah-fakhmawati

Post on 03-Jul-2015

571 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV FIX

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Profil Perusahaan

1. Informasi mengenai BNI

Bank BNI yang dalam hal ini bertindak sebagai bank yang melakukan pemisahan

adalah suatu BUMN yang berbentuk perusahaan publik yang didirikan berdasarkan

hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan berkedudukan hukum

di Jakarta. Mayoritas saham BNI per 30 Juni 2009 dimiliki oleh Pemerintah Republik

Indonesia (76,36%) dan Masyarakat (23,64%).

Bank BNI adalah :

1. Merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 1.106 cabang dan

sentra kredit yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5 cabang luar negeri

(Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London), serta perwakilan di

beberapa Negara di Timur Tengah.

2. Mempunyai jaringan untuk menyalurkan kredit, yaitu 51 sentra kredit kecil

(SKC), 112 unit kredit kecil (UKC), 63 cabang stand alone, 20 sentra kredit

menengah (SKM), serta 59 cabang syariah.

3. Memiliki 2.918 jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM

Bersama, serta fasilitas phonebanking 24 jam, SMS Banking dan BNI Internet

Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan puluhan fitur.

Bagi nasabah institusi bisnis, BNI memberikan layanan cash management secara

online, trade finance, perdagangan internasional (ekspor/impor) dan

39

Page 2: BAB IV FIX

remittance/pengiriman uang yang didukung oleh jaringan cabang luar negeri dan +

900 bank koresponden di seluruh dunia.

Saham BNI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BBNI. Total

asset yang dikelola BNI per 31 Desember 2008 (audited) dan 30 Juni 2009

(unaudited) berjumlah Rp. 201,7 triliun dan Rp. 201,8 triliun.

b. Informasi mengenai Unit Usaha Syariah (UUS) BNI

Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997,

meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan

perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun

1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.

Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan

Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki 59

Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-

masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah

(KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah sampai tahun 2009 berjumlah 59

buah. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang

pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah

untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon

ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna melakukan

“office channelling”. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang

konvensional berjumlah 700 outlet.

40

Page 3: BAB IV FIX

Dual System Bank

Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem

Informasi Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di

seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.

Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan

kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 sebagai Bank Syariah Terbaik.

Syariah Chanelling Outlet

Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI

konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-

cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO).

Saat ini seluruh cabang BNI di seluruh Indonesia telah dilengkapi dengan layanan

pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk

melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau

menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan

menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (islamic Banking)

Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat

mengunjungi cabang BNI terdekat.

Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan rekening

syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini terus

meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan dan kinerja

sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

41

Page 4: BAB IV FIX

Produk Inovatif Sesuai Syariah

BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti

jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang

mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.

BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah

tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh

golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang

nyaman, adil, dan modern.

Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk,

baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan

penyempurnaan pada fitur-fiturnya.

Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:

1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual,

dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.

2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan

nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar

modal pada suatu usaha yang disepakati.

3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung

bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak sebagai

pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -

sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya

melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung

42

Page 5: BAB IV FIX

tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan

nisbah yang telah disepakati.

4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara

Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam

pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.

5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa

yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,

namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah

barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

B. Analisis Internal

1. Analisis Visi dan Misi Perusahaan

Pemisahan Unit Usaha Syariah menjadi bank baru yang berbasiskan pada prinsip

Islam, merupakan langkah strategis yang perlu mendapatkan komitmen dari

seluruh stakeholders.

Hal ini sejalan dengan Visi dan Misi Bank Umum Syariah (BUS) baru, yaitu :

a. Visi BNI Syariah

Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan

menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

Berdasarkan visi yang dimiliki perusahaan seperti tersebut diatas dan berdasarkan

pengertian visi, maka dapat dianalisis sebagai berikut :

43

Page 6: BAB IV FIX

1. Visi perusahaan sudah cukup baik yaitu merupakan komitmen manajemen

perusahaan untuk memberikan layanan dan kinerja yang unggul baik kepada

nasabah maupun kepada seluruh stakeholders dengan bisnis yang sesuai kaidah

Islam.

2. Dengan memiliki visi tersebut, BNI Syariah akan terus berusaha memperbaiki

diri dalam menghadapi persaingan yang terus berkembang dan terus

menyempurnakan sistem yang ada saat ini kearah yang lebih baik lagi.

b. Misi BNI Syariah

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan

layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank

syariah kebanggaan anak negeri.

Misi tersebut diatas dijabarkan menjadi :

1. Memberikan solusi bagi umat untuk kebutuhan jasa perbankan

2. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor

3. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi.

4. Menjadi acuan penyelenggaraan organisasi yang amanah.

Berdasarkan misi yang dimiliki perusahaan dan berdasarkan pengertian misi maka

dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Misi yang dimiliki perusahaan sudah cukup bagus yaitu dapat dijadikan pedoman

atau jalan untuk menuju kondisi perusahaan dimasa mendatang dan juga

menciptakan nilai bagi seluruh stakeholders.

44

Page 7: BAB IV FIX

2. Misi BNI Syariah juga merupakan pernyataan sikap dari manajemen dan karyawan

untuk melaksanakan kepercayaan nasabah dan selalu berorientasi kepada

pelanggan.

3. Dari misi tersebut juga merupakan pernyataan sikap majajemen dan karyawan

untuk terus menerus meningkatkan kinerja dan layanan kepada nasabah.

4. Manajemen perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada seluruh

stakeholders, sehingga mendapatkan manfaat yang maksimal.

2. Nilai-nilai Perusahaan

Nilai-nilai yang berlaku di BNI Syariah merupakan hasil adopsi dari nilai-nilai

korporasi BNI yang dituangkan dalam prinsip “46”, yaitu Profesionalisme,

Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan tiada henti. Nilai-nilai tersebut

sejalan dan konsisten dengan kepribadian dan perilaku Rasulullah SAW yang

meliputi Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.

Prinsip 46 merupakan tuntunan perilaku insan BNI, terdiri dari :

4 (empat) Nilai Budaya Kerja dan 6 (enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI,

yaitu :

1. Profesionalisme :

a. Meningkatkan kompetensi dan memberikan

hasil terbaik

2. Integritas

a. Jujur, tulus dan ikhlas

b. Disiplin, konsisten dan bertanggung jawab.

45

Page 8: BAB IV FIX

3. Orientasi Pelanggan

a. Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis

4. Perbaikan Tiada Henti

a. Senantiasa melakukan penyempurnaan

b. Kreatif dan inovatif

Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan

bertindak bagi seluruh insan BNI

3. Analisis Rantai Nilai (Value Chain)

b. Aktifitas Primer

1. Logistik Masuk (Inbound Logistic)

Bank syariah termasuk industri dalam bentuk bisnis jasa, dalam hal ini tidak

terdapat bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi. Logistik masuk dalam

perbankan adalah :

a. Pengelolaan likuiditas yang sehat, yang terdiri dari kas, giro pada bank lain

dan Bank Indonesia, efek-efek, portofolio Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

(SWBI) dan obligasi.

b. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda (KYC/Know Your

Customer) merupakan penanganan uang yang masuk.

2. Kegiatan Operasi

46

Page 9: BAB IV FIX

Pemenuhan kegiatan primer ini sangatlah tergantung dari pencapaian yang

dilakukan oleh logistik masuk. Kegiatan operasional ini termasuk didalamnya

adalah :

a. Pemeliharaan rekening skala besar maupun kecil, kliring, setoran, penarikan

transfer dan sebagainya.

b. Quality Assurance yang mengawasi dan memantau jalannya operasi agar

sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia.

c. Pemantauan pembiayaan

d. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda.

3. Logistik Keluar

Kegiatan yang termasuk dalam logistik keluar adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen.

Yang termasuk dalam logistic keluar adalah :

a. 759 kantor cabang syariah, kantor cabang pembantu dan layanan office

channeling cabang konvensional di hampir seluruh kota di Indonesia, 2.918

jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,

dengan 95 fitur transaksi pada ATM.

b. Fasilitas phonebanking 24 jam.

c. E-banking yang meliputi layanan SMS Banking, mobile banking dan BNI

Internet Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan puluhan fitur.

d. Jalur distribusi pelayanan yang seimbang antara cabang konvensional dan

syariah.

4. Pemasaran dan Penjualan

47

Page 10: BAB IV FIX

Pemasaran dan penjualan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengarahan

konsumen agar tertarik untuk membeli produk.

Kegiatan pemasaran dan penjualan dalam perbankan meliputi :

a. Tersedianya customer service dan information center yang cukup untuk

menyampaikan informasi bagi konsumen dan calon konsumen.

b. Strategi periklanan yang gencar di media televisi, Koran, majalah dan

internet. Selain itu adanya Corporate Social Responsibility (CSR) yang

antara lain berupa pengembangan dana qardh / dana sosial sebagai dana

bergulir kepada masyarakat di lingkungan kantor cabang BNI Syariah yang

bertujuan untuk mengembangkan usaha kecil serta meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

c. Lengkapnya fasilitas dan layanan bank yang diimbangi dengan

perkembangan teknologi merupakan nilai tambah bagi BNI Syariah.

d. Penawaran nisbah bagi hasil yang cukup tinggi dan special nisbah untuk

produk simpanan dengan kriteria tertentu.

e. Penataan lokasi kantor cabang dan ATM yang strategis, agar dapat berfungsi

lebih efektif sebagai penyedia produk dan layanan perbankan konsumen.

f. Tersedianya kantor cabang prima yang khusus melayani transaksi dan

menawarkan produk investasi bagi nasabah-nasabah besar dengan fasilitas

yang lebih mudah dan bersifat personal.

g. Produk-produk pembiayaan consumer yang inovatif dan kompetitif.

5. Pelayanan

48

Page 11: BAB IV FIX

Aktivitas pelayanan dalam hal ini sangat penting dalam mempertahankan nasabah

yang telah ada dan menarik nasabah baru, antara lain adalah :

a. Layanan setoran, penarikan, kliring, transfer.

b. Kartu pembiayaan Hasanah Card

c. Electronic banking : ATM BNI Syariah, SMS Banking, mobile banking,

internet banking.

d. Layanan informasi phone banking 24 jam

e. Fasilitas pembiayaan : KPR Syariah; Oto Syariah; Fleksi Syariah, Tunas

Usaha Syariah; Wira Usaha Syariah; pembiayaan proyek modal

kerja/musyarakah.

f. Layanan lainnya : Safe Deposit Box, Gadai Emas Syariah, Bank Garansi

c. Aktivitas Pendukung

1. Infrastruktur Perusahaan

Aktivitas pendukung ini tidak kalah pentingnya dalam memberikan value bagi

organisasi. Dalam infrastruktur perusahaan yang akan memberikan value yang

akan diterima oleh konsumen dan pada gilirannya akan memberikan margin yang

lebih besar bagi perusahaan. Termasuk dalam aktivitas ini adalah: keuangan,

perencanaan, auditor, dan manajemen perusahaan. Keuangan dalam hal ini adalah

yang berhubungan dengan kepentingan BNI Syariah sebagai sebuah entitas

perusahaan, dimana ia harus mengelola pengeluaran dan pemasukan yang baik

agar tercipta value yang dapat bermanfaat bagi perusahaan.

Antara lain adalah :

49

Page 12: BAB IV FIX

a. Management Information System, Accounting Operation, Financial, Human

Resources Department.

b. Layanan perbankan elektronik, seperti jaringan ATM dan perbankan yang

luas (759 kantor cabang syariah, kantor cabang pembantu dan layanan office

channeling cabang konvensional di hamper seluruh kota di Indonesia, 2.918

jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,

c. Pengawasan internal : Branch Quality Assurance, Regional Quality

Assurance, Satuan Pengawasan Intern, Divisi Audit Internal

d. Group Syariah Financing risk, Divisi Produk dan Kebijakan Pembiayaan,

Divisi Komersial, Divisi Kartu Pembiayaan, Divisi Perbankan Ritel, Divisi

Tresuri, Dana dan Internasional, Divisi Manajemen Risiko, Divisi

Pembiayaan Khusus, Divisi Teknologi, Divisi Perencanaan, Divisi

Komunikasi dan Umum serta Divisi Hukum dan Kepatuhan.

e. Komite-komite : Komite Audit, Komite Remunerasi dan Nominasi, Komite

Pemantauan Risiko, Komite SDM, Komite Modal dan Investasi, Komite

Kebijakan dan Risiko serta Komite Aset Liabilities.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kegiatan ini meliputi aktivitas yang berhubungan dalam recruitment,

pengembangan karyawan, pemberian motivasi kepada karyawan, termasuk juga

dalam hal memberikan sanksi dan hukuman kepada karyawan.

a. Adanya Divisi Sumber Daya Manusia yang bertanggung jawab atas

pengembangan dan pelaksanaan program-program pengembangan SDM,

50

Page 13: BAB IV FIX

antara lain Officer Development Program, Manager Development Program

dan pelatihan-pelatihan seperti selling skill, massive training layanan dan

lain-lain.

3. Pengembangan Teknologi

Pengembangan peralatan, software, hardware, prosedur, di dalam transformasi

produk dari input menjadi output.

a. Teknologi yang canggih yaitu ICONS (Integrated Centralized online system)

dimana seluruh kantor cabang dan layanan terhubung secara online dan real

time, juga informasi dan komunikasi antara kantor pusat dan cabang dapat

terupdate secara real time jaringan internet.

b. Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, Call Center

c. Peningkatan fitur layanan bernilai tambah di ATM

4. Pembelian (Procurement)

Aktivitasnya antara lain adalah :

a. Struktur pendanaan yang berasal dari pihak ketiga berupa rekening tabungan,

giro atau deposito.

b. Dari margin pembiayaan, obligasi syariah/sukuk, provisi dan komisi lainnya,

transaksi mata uang asing.

51

Page 14: BAB IV FIX

Gambar 4.1. Analisis Value Chain BNI Syariah

52

Page 15: BAB IV FIX

4. Strategi BNI Syariah

Gambar 4.2. Strategi BNI Syariah

4 tema strategi BNI Syariah, yaitu :

1. Part of the whole : BNI Syariah sebagai bagian dari produk dan layanan yang

diberikan BNI kepada pelanggan.

2. Autonomy : didirikan dengan tujuan otonomi, BNI Syariah selalu dikelola dalam

grup dengan tujuan bisa lebih independen.

53

Page 16: BAB IV FIX

3. Leveraging on conventional : BNI Syariah dibangun dengan dasar kompetensi

dari konvensional, dengan produk yang sama , meningkatkan kebijakan yang ada

dan dengan memanfaatkan saluran distribusi konvensional.

4. Matching industry : BNI Syariah diharapkan dapat mencapai 5% dari total asset

BNI dan 5% dari total dana BNI di tahun 2010 sesuai dengan target BI.

Sesuai dengan Kebijakan Umum Direksi (KUD), arah perusahaan untuk tahun 2010

adalah : “Stabilisasi proses transisi menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dan

membangun landasan yang kuat untuk pertumbuhan kedepan”.

Sedangkan sasaran perusahaan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Laba sebelum pajak minimal sebesar Rp. 186 milyar.

2. ROA (Return on Asset) minimal sebesar 3,7%

3. ROE (Return on Equity) minimal sebesar 18,6%

4. NIM (Net Interest Margin) minimal sebesar 6,2%

5. CAR (Capital Adequacy Ratio) minimal sebesar 17,1%

6. NPF-Gross (Non Performing Funding) maksimal sebesar 4,0%

7. BOPO (rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional)

maksimal sebesar 63%

8. Pertumbuhan pembiayaan minimal menjadi sebesar Rp.4.580 milyar

b. Pembiayaan middle minimal sebesar Rp. 880 milyar

c. Pembiayaan retail minimal sebesar Rp. 1.177 milyar

d. Pembiayaan consumer minimal menjadi sebesar Rp. 2.523 milyar

9. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) minimal menjadi sebesar Rp. 4.506 milyar

a. Giro minimal menjadi sebesar Rp. 513 milyar

54

Page 17: BAB IV FIX

b. Tabungan minimal menjadi sebesar Rp. 1.680 milyar

c. Deposito minimal menjadi sebesar Rp. 2.312 milyar

10. Coverage ratio minimal sebesar Rp. 100%

11. Mempertahankan peringkat layanan 3 besar MRI (Market Research Indonesia)

Strategi bisnis perusahaan tahun 2010 adalah :

1. Memelihara kualitas asset dan memaksimalkan tingkat recovery rate (collection)

dari pembiayaan yang telah dihapus buku.

2. Meningkatkan produktivitas cabang dan outlet, khususnya dalam penghimpunan

dana murah.

3. Memelihara tingkat profitabilitas, dengan mengalokasikan ekspansi pembiayaan

khususnya pada segmen ritel.

Sedangkan strategi manajemen untuk tahun 2010 adalah :

1. Menjaga stabilitas operasional khususnya melalui :

a. Pemenuhan kebutuhan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan,

dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi.

b. Membangun sinergi yang harmonis dengan BNI, dalam hal pemanfaatan

fungsi-fungsi penunjang (IT, jaringan, dsb)

2. Melengkapi infrastruktur baik software, hardware dan humanware untuk

melengkapi kebutuhan operasional sebagai BUS, maupun kebutuhan

pertumbuhan ditahun berikutnya.

55

Page 18: BAB IV FIX

3. Mengembangkan produk-produk inovatif dan mengejar kepemimpinan pasar pada

segmen ritel dan transaksional.

5. Strategi Spin Off

a. Alasan dilakukannya Spin Off

BNI Syariah melakukan spin off dengan beberapa alasan sebagai berikut :

1. Memanfaatkan first mover advantage, persiapan untuk menghadapi pemain baru

di tengah kondisi pasar yang sedang konsolidasi.

2. Menciptakan profil pasar untuk menjaring investor potensial baik domestik

maupun global.

3. Pengelolaan unit usaha lebih bersifat independen dan strategis.

4. Semakin mudah berkompetisi, semakin lincah dan fleksibel dalam mengambil

keputusan-keputusan bisnis kedepannya.

5. Pemisahan akan mendorong berjalannya praktek-praktek terbaik (market best

practice) dalam pengelolaan bsinis BUS sehingga pada gilirannnya akan

menciptakan efisiensi dan produktifitas bisnis yang lebih baik.

b. Tujuan dari spin off tersebut adalah :

1. Untuk memperbesar kapasitas.

2. Untuk memperbesar fleksibilitas dalam pengelolaan bisnis.

3. Untuk menangkap peluang pasar dengan memperbaiki cara berkompetisi.

56

Page 19: BAB IV FIX

c. Sedangkan alasan pemilihaan spin off dengan modal sendiri, antara lain adalah :

1. Modal yang dibutuhkan lebih kecil (minimal Rp. 500 milyar)

2. Proses lebih cepat.

3. IT dapat dilaksanakan secara parallel

4. Controlling tetap di Bank BNI

5. Meminimalkan resistensi pegawai

6. Sejalan dengan Corporate Plan UUS BNI

7. Akselerasi pengembangan usaha lebih mudah dilakukan

8. Biaya pengembangan kedepan lebih terencana.

9. Strategi office channeling dapat terus dilanjutkan.

Spin off sebagai Corporate Action dan Strategi Pengembangan BNI Syariah, Spin

Off merupakan tahapan pemantapan SBU yang telah direncanakan sejak lama pada

Corporate Plan BNI Syariah. Rencana tsb telah mendapatkan keputusan Dekom cf.

Surat No.DK/059 tanggal 30 April 2008.

d. BNI melakukan spin off UUS dengan harapan dapat memberi manfaat, antara

lain adalah :

1. Akselerasi pengembangan usaha syariah akan lebih mudah dilakukan melalui

Bank Umum Syariah (BUS) baru yang akan didirikan, sehingga perkembangan

bisnis menjadi lebih cepat.

a. Pengelolaan unit usaha lebih bersifat independen dan strategik.

b. Semakin mudah berkompetisi, kian lincah dan fleksibel dalam mengambil

keputusan-keputusan bisnis kedepannya.

57

Page 20: BAB IV FIX

2. Meningkatkan kualitas kepercayaan dan citra.

c. Bank yang terbentuk akan memiliki reputasi yang tinggi dan pemahaman

yang mendalam dari aspek produk dan layanan syariah.

d. Produk dan layanan yang dikembangkan akan kian fokus sesuai dengan

segemn usahanya di bidang UMKM dan konsumen.

3. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Pemisahan akan mendorong berjalannya praktek-praktek terbaik (market best

practice) dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

dalam pengelolaan bisnis BUS sehingga pada gilirannya akan menciptakan

efisiensi dan produktifitas bisnis yang lebih baik.

4. Meningkatkan struktur permodalan.

Memungkinkan BUS baru dapat melakukan kerjasama strategis secara lebih

efektif dengan pihak ketiga, termasuk didalamnya untuk meningkatkan

permodalan guna mengantisipasi dan memanfaatkan peluang bisnis kedepan.

5. Memberikan manfaat bagi pemegang saham dan regulator

a. Memberikan dampak positif pada nilai saham perusahaan.

b. Menjadi faktor pendorong pengembangan industry perbankan syariah secara

umum.

c. Mendorong percepatan API (Arsitektur Perbankan Indonesia)

6. Mendukung rencana percepatan pertumbuhan perbankan syariah.

e. Dari sisi BNI yang melakukan pemisahan terdapat 2 pendorong alasan

dilakukannya spin off , yakni yang menyangkut aspek :

58

Page 21: BAB IV FIX

a. Aspek eksternal, terdiri dari :

1. Aspek regulasi yang kian kondusif dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008, UU No.19 Tahun

2008 tanggal 7 Mei 2008 mengenai Surat Berharga Syariah Negara, PBI

tentang Bank Umum Syariah dan dalam pembahasan berupa penyempurnaan

ketentuan pajak termasuk pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap

produk yang berdasarkan prinsip jual beli serta kemudahan bank untuk

melakukan spin off unit syariahnya. Hal tersebut merupakan langkah strategis

bagi perkembangan industri perbankan syariah di masa depan.

2. Dari sisi pertumbuhan industri, dalam 5 tahun terakhir perbankan syariah

menunjukkan angka pertumbuhan yang sangat signifikan dimana total

pembiayaan, dana dan asset bertumbuh sebesar 34% pertahun (tabel 4.1) Hal

ini jauh melampaui pertumbuhan angka perbankan konvensional sebesar 19%

dan 25% masing-masing untuk dana dan kredit pada periode yang sama.

Namun demikian jika dibandingkan dengan potensi pasar yang ada, maka

peluang pengembangan syariah masih sangat terbuka luas. Saat ini kontribusi

pangsa pasar perbankan syariah baru sekitar 2% dari total perbankan nacional.

3. Dari sisi kesadaran konsumen yang kian meningkat, dari hasil survey yang

dilakukan di tahun 2000 – 2001 di beberapa propinsi di Jawa dan Sumatera

bahwa nasabah masih meragukan kemurnian prinsip syariah terhadap bank

syariah yang dioperasikan secara dual banking system (UUS). Untuk

menghindari keragu-raguan dan persepsi masyarakat tersebut, maka

59

Page 22: BAB IV FIX

kedepannya pengelolaan usaha syariah oleh UUS seyogyanya dikonversi

menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

b. Aspek Internal

Dari aspek internal UUS yang dimiliki oleh bank yang melakukan pemisahan,

pada saat pendiriannya telah dirancang sedemikian rupa untuk dilakukan

pemisahan. Oleh karenanya dalam pengembangan bisnisnya UUS yang dimiliki

telah memiliki infrastruktur dalam bentuk sistem, prosedur dan pengambilan

keputusan yang independen.

6. Analisis Bidang Fungsional

a. Pertumbuhan Kinerja UUS BNI tahun 2004-2008

60

Page 23: BAB IV FIX

Gambar 4.3. Grafik Kinerja BNI Syariah tahun 2004 - 2008

61

Page 24: BAB IV FIX

Tabel 4.1. Pertumbuhan Kinerja BNI Syariah

(dalam miliar rupiah)

  2004 2005 2006 2007 2008 CAGR

Pembiayaan 690,0 835,0 1.133,0 1.801,0 3.132,0 47%

Dana 780,0 856,0 1.125,0 1.800,0 3.173,0 44%

Asset 1.124,0 1.331,0 1.469,0 2.547,0 4.012,0 34%

Net Margin & Profit Sharing 53.5 70.7 96.7 108.5 191.2 37%

Fee based 14.2 31.3 14.6 22.2 40.3 30%

Opr.Revenue 67.7 102.0 111.3 130.7 231.5 36%

Opex 26.8 59.2 88.6 102.0 119.3 45%

Gross Profit 40.9 42.8 22.7 28.7 112.2 29%

PPAP (8.0) (35.9) (9.2) (9.2) (77.6) 76%

Net Non Opr.Profit (0.1) - 1.8 (0.2) (0.4) 41%

Current Year Profit 32.8 6.9 15.3 19.3 34.2 71%

Dari Gambar 4.3 dan Tabel 4.1 tersebut diatas dapat dilihat kinerja laba rugi BNI Syariah

sebagai berikut :

1. Pembiayaan meningkat 47% dengan focus pada pembiayaan UMKM dan segmen

consumer.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 44% pertahun

3. Jumlah modal cenderung tetap. Hal tersebut dapat menjadi hambatan bagi UUS BNI

untuk tumbuh lebih lanjut, disisi lain potensi pasar terus tumbuh dan persaingan

semakin ketat.

4. Laba dalam 4 tahun terakhir terus meningkat secara signifikan

62

Page 25: BAB IV FIX

b. Permodalan dan kepemilikan

Modal BUS akan berasal dari dari Bank BNI sebesar 99,9% dan 0,1% dari PT. BNI

Life Insurance yang diperkirakan sebesar Rp. 750 milyar.

c. Segmentasi Bisnis BUS

1. Dalam jangka pendek :

a. BUS akan tetap fokus pada segmen broad retail, dengan memanfaatkan

platform dan kompetensi yang dimiliki. Hal tersebut juga sejalan dengan

proses dan tahapan penyusunan risk infrastructure BUS.

b. Produk dan jasa yang ditawarkan adalah produk-produk retail dan UKM (usaha

kecil dan menengah)

2. Dalam jangka menengah BUS mulai masuk ke segmen baru yakni selected

corporate/wholesale dan investment banking sebagai opsi, yang dapat dipercepat

dengan melakukan kerjasama sinergis dengan investor yang memiliki pengalaman

global dan kompetensi di segmen tersebut, seperti dengan BNI Securities ataupun

global partner.

3. Dalam jangka menengah – panjang, sejalan dengan size modal yang dimiliki, BUS

akan mengembangkan produknya pada segmen korporat dan pasar modal, dengan

mengingat :

a. Semakin jenuhnya pasar syariah sehingga menekan yield.

b. Persaingan yang kian ketat di segmen retail dan UKM

c. Infrastruktur risiko yang memadai.

63

Page 26: BAB IV FIX

c. Kinerja Manajemen

Sedangkan analisis dari sisi kinerja Manajemen, UUS BNI sampai dengan saat ini

telah memiliki :

1. 59 Kantor Cabang (Kantor Cabang Utama Syariah dan Kantor Cabang Pembantu

Syariah)

2. 700 SCO (Syariah Channeling Outlet) di seluruh Indonesia.

3. 2.918 jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,

dengan 95 fitur transaksi pada ATM.

4. Fasilitas layanan lainnya, seperti SDB (Safe Deposit Box), Kartu Pembiayaan

Hasanah dan Gadai Emas Syariah.

5. Sistem dan prosedur yang telah lengkap dan operasional

6. Dukungan IT yang handal yaitu ICONS (Integrated Centralized Online System).

Sistem IT dan jaringan akan tetap menggunakan IT BNI dengan cost sharing yang

dituangkan dalam SLA.

7. Nasabah yang berjumlah 295.116 nasabah

8. Karyawan yang berjumlah 597 karyawan yang professional.

d. Tahapan proses hukum spin off adalah :

1. Persetujuan dari Komisaris atas hal-hal sebagai berikut (cfm. Pasal 12

ayat 5 AD BNI)

2. Pengumuman kepada masyarakat

64

Page 27: BAB IV FIX

3. Pengumuman kepada karyawan sehubungan dengan rencana pengalihan

(spin off).

4. Pemanggilan kepada pemegang saham untuk pelaksanan RUPS.

5. Laporan kepada Bapepam

6. Persetujuan dari RUPS

a. Persetujuan dari para Kreditor, jika diperlukan.

b. Penyusunan rancangan Akta Pendirian dan Anggaran Dasar.

7. Permohonan Ijin prinsip kepada Bank Indonesia, berikut dokumen

pendukung yang ditentukan dalam SEBI

8. Pendirian badan hukum Perseroan Terbatas, dengan membuat Akte

Pendirian dalam Akte Notaris cfm. Pasal 7 UU PT

9. Pengajuan ijin usaha.

10. Pengesahan dan pengumuman Perseroan di Berita Negara dan Tanda

Daftar Perseroan.

11. Pelaksanaan spin off dan penyusunan Akta Pemisahan Usaha Syariah

beserta pengalihan aktiva dan pasiva BNI Syariah dari BNI kepada Bank

Umum Syariah Baru.

C. Analisis Eksternal

4. Karakteristik Industri

Karakteristik industri perbankan syariah dimana perusahaan melakukan kegiatan

bisnisnya merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi

pengembangan usaha.

65

Page 28: BAB IV FIX

Sesuai dengan survey yang dilakukan oleh majalah Investor edisi September 2009 yang

berdasar pada rangkuman pendapat dari nara sumber/pakar pelaku industri syariah di

Indonesia terdapat beberapa potensi dari industri Syariah di Indonesia, yaitu :

1. Jumlah penduduk muslim yang besar dan angka konsumsi yang bertumbuh tinggi.

2. Semakin banyak bank syariah yang beroperasi.

3. Komitmen Bank Indonesia dalam mengembangkan industri perbankan syariah.

4. Diterbitkannya sukuk pemerintah di dalam negeri dan sukuk global menarik

perhatian pemodal global dan domestic.

5. Beroperasinya lembaga-lembaga pendidikan syariah dan jurusan ekonomi syariah

di sejumlah universitas untuk mengisi kebutuhan SDM syariah.

6. Pertumbuhan indicator keuangan syariah di Indonesia yang tinggi dibandingkan

dengan Negara lain, dan lolosnya Indonesia dari pengaruh signifikan krisis global.

Sedangkan kendala yang dijumpai dalan industri Syariah di Indonesia adalah :

1. Stagnasi pertumbuhan bank dan multifinance syariah di semester I 2009.

2. Pengenaan pajak PPN untuk transaksi syariah.

3. Peraturan di industri keuangan (perizinan, akuntansi dan pajak) secara umum

masih dibuat berdasarkan paradigma konvensional, belum seluruhnya

mengakomodasi dual system.

4. Instrumen syariah belum variatif. Contohnya, pasar uang antar bank syariah yang

masih terbatas.

5. Produk syariah yang dikembangkan hanya sebatas label bukan esensi penggunaan

system syariah.

66

Page 29: BAB IV FIX

6. Komitmen pemerintah untuk memperbesar pangsa pasar syariah masih minim.

Adapun poin-poin yang perlu diperhatikan adalah:

a. Market Size and growth rate

Untuk mengetahui seberapa besar pasar dan pertumbuhan industri perbankan

syariah, berikut disampaikan perkembangan kinerja Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1.

sebagai berikut:

Tabel 4.2. Perkembangan Kinerja Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

NO. INDIKATOR

TAHUN

2003 2004 2005 2006 2007 2008

JUNI

2009

1 ASET (Rp Miliar) 7.859 15.326 20.880 26.772 36.538 49.555 55.238

2 DPK (Rp Miliar) 5.725 11.862 15.584 20.672 28.012 36.852 42.103

3

PEMBIAYAAN (Rp

Miliar) 5.530 11.490 15.232 20.445 27.944 38.195 42.195

4 ROA (%) 1,52 3,38 1,35 1,55 2,07 1,42 2,16

5 ROE (%) N/A N/A 26,71 36,94 53,91 37,94 56,06

6 NPF (%) 2,34 2,35 2,82 4,75 4,05 3,95 4,39

7 FDR (%) 96,90 96,86 97,75 98,90 99,76 103,65 100,22

8 BOPO (%) N/A N/A 78,91 76,77 76,54 81,75 73,56

9 Jumlah Bank              

  a. Bank Umum Syariah 2 3 3 3 3 5 5

  b. Unit Usaha Syariah 8 15 19 20 26 27 25

  c. BPR Syariah 84 88 92 105 114 131 133

  Total 94 106 114 128 143 163 163

67

Page 30: BAB IV FIX

10

Total Aset Bank (Rp

Miliar) 1.213.518 1.272.081 1.469.827 1.693.850 1.986.501 2.310.557 2.496.194

11 Pangsa Pasar Syariah thd 0,65 1,20 1,42 1,58 1,84 2,14 2,21

  Total Aset Bank (%)

Sumber : Majalah Investor Edisi XI/195 September 2009

Tabel 4.2. tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja bank-bank syariah dari tahun 2003

sampau bulan Juni 2009 telah menunjukkan peningkatan, sejalan dengan membaiknya

kondisi perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari pertumbuhan asset perbankan syariah

yang pada tahun 2003 sebesar 7.859 miliar menjadi 55.238 miliar di bulan Juni 2009 atau

meningkat sebesar 600% dalam jangka waktu 5 tahun.jumlah penjualan kartu kredit pada

tahun 2001 yang jumlahnya sebesar 2,264 ribu menjadi sebesar 5,269 ribu rupiah di

tahun 2005, atau sudah lebih dari dua kali lipat dalam waktu 5 tahun.

Pangsa pasar perbankan syariah juga meningkat dari 0.65% di tahun 2003 menjadi 2.21%

dari total asset perbankan di bulan Juni 2009. dan dengan adanya rencana pendirian

beberapa Bank Umum Syariah, yaitu dengan cara spin off unit usaha syariah (UUS) atau

membeli bank yang kemudian diubah menjadi bank syariah, maka asset perbankan

syariah akan mengalami peningkatan.

b. Scope of competitive rivalry

Industri perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

negara-negara ASEAN telah mengalami perkembangan yang pesat. Pasar perbankan

syariah terbesar di Asia ada di Indonesia. Dua faktor pendukungnya yakni populasi

masyarakat muslim terbesar dan potensi pasar yang cukup besar. Namun secara global,

68

Page 31: BAB IV FIX

pertumbuhan pasar perbankan di Indonesia cukup kecil dan juga secara nasional masih

harus digenjot lagi.

Potensi tingginya pertumbuhan bank syariah di Tanah Air karena faktor regulasi yang

mendukung. Di antaranya adalah Undang-undang Perbankan Syariah, sukuk atau Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) dan penghapusan pajak ganda (double tax).

Hal itu, didukung juga faktor demografis penduduk Indonesia yang sangat besar. Dalam

konteks ASEAN, penduduk Indonesia terbesar mencapai 240 juta jiwa dan 80%-nya atau

192 juta jiwa beragama Islam. Sedangkan Malaysia hanya 23 juta jiwa.

Secara nominal, aset perbankan di Indonesia sangat kecil. Namun, berbicara angka

pertumbuhan bank syariah di Indonesia jauh lebih maju dan mampu berkembang lebih

pesat dibandingkan negara lain

c. Number of rivals

Seperti terlihat pada Table 4.2 di atas, sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank

Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 27 buah dan BPR Syariah

sebanyak 131 buah. Mengingat potensi penduduk muslim di Indonesia sangat besar dan

pangsa pasar perbankan syariah masih kecil dibandingkan dengan perbankan

konvensional, maka terlihat bahwa pangsa pasar perbankan syariah masih sangat besar.

Oleh karena itulah terjadi persaingan besar-besaran bagi para pelaku perbankan syariah

dalam menjaring konsumen sebanyak-banyaknya dengan menggunakan berbagai cara.

d. Buyer needs and industry requirements

69

Page 32: BAB IV FIX

Dengan semakin banyaknya bank-bank konvensional yang mendirikan Unit Usaha

Syariah ataupun mendirikan Bank Umum Syariah, maka konsumen mempunyai banyak

pilihan untuk memilih. Konsumen biasanya memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Keamanan.

Konsumen akan lebih memilih bank milik pemerintah atau BUMN dibandingkan

bank swasta. Karena Bank Pemerintah mempunyai posisi yang lebih kuat

dibandingkan bank swasta. Selain itu bank dijamin oleh Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) sehingga penabung merasa aman karena uangnya tidak akan

hilang.

Meningkatnya kejahatan perbank baik melalui penipuan ataupun dengan

kejahatan ATM menjadikan faktor kemanan tersebut sebagai salah satu faktor

yang menjadi pertimbangan bagi konsumen. Adanya fasilitas keamanan dari

risiko kejahatan perbankan, seperti misalnya penipuan atau penggandaan ATM

maka telah dilakukan pengamanan dengan penerbitan ATM dengan chip yang

setidaknya dapat memperkecil tindakan kejahatan yang mungkin terjadi.

2. Kenyamanan

Mengapa nasabah memilih bertransaksi dan menabung di bank-bank besar seperti

BNI, Mandiri atau BCA, karena mereka nyaman bisa ambil uang dimana saja,

kapan saja oleh siapa saja melalui ATM, EDC, mobile banking untuk keperluan

transfer, remitansi dan berbagai tagihan dll, untuk itu diperlukan teknologi yang

canggih dan pengaturan yang benar agar risiko- risiko yang ada terjaga dengan

baik.

3. Keuntungan.

70

Page 33: BAB IV FIX

Khususnya deposan bank dapat hadiah seperti hadiah umroh dari Bank Muamalat

atau emas dari BRI Syariah, atau adanya pemberian bagi hasil yang lebih

menguntungkan.

4. Akses/Access

Konsumen biasanya memilih layanan perbankan yang memiliki jaringan luas,

online dan real time, baik untuk layanan transaksi di kantor layanan maupun

layanan untuk transaksi melalui ATM, Internet Banking, SMS Banking maupun

layanan untuk transaksi auto debet dan auto kredit untuk pembayaran tagihan-

tagihan atau pembayaran gaji dll.

5. Biaya/Cost

Konsumen selalu mengharapkan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan uang

yang akan dikeluarkannya. Biasanya mereka mengharapkan biaya administrasi

yang rendah, keuntungan bagi hasil yang tinggi dan kemudahan untuk

bertransaksi.

6. Layanan/Service

Konsumen mengharapkan bank dapat memberikan pelayanan secara lengkap

meliputi layanan informasi 24 jam, layanan pengaduan dan penyelesaian,

sehingga konsumen dapat dengan segera memperoleh layanan yang cepat dalam

memperoleh informasi yang dibutuhkan yaitu dengan layanan Teleplus 24 jam

serta bila ada komplain nasabah dapat segera tertangani dengan cepat.

e. Production capacity

Produk perbankan syariah yang dibutuhkan nasabah sangat mempengaruhi

perkembangan pasar perbankan syariah. Produk perbankan syariah dalam system

71

Page 34: BAB IV FIX

ekonomi islam saat ini sangat menarik dan penting, karena saat ini produk perbankan

syariah yang sesuai dengan syariat islam saat ini tengah berkembang di berbagai Negara

yang mempraktekkan system ekonomi kapitalis seperti Indonesia.

Sejalan dengan tumbuh kembangnya pasar perbankan syariah harus pula

didukung oleh perkembangan dalam fikih Muamalat, MUI dan para kyai harus bekerja

sama merumuskan kaidah-kaidah fikih muamalat agar produk-produk dan jasa perbankan

syariah dapat lebih ditingkatkan kapasitasnya dan inovatif.

Perbankan syariah juga harus dapat melakukan dan melayani semua transaksi

yang dilakukan oleh perbankan konvensional, seperti transaksi Swap, Option, Export

Import, future trading dan lain-lain. Hal tersebut merupakan suatu tantangan bagi

perbankan syariah.

Beragamnya produk perbankan syariah akan memacu pertumbuhan perbankan

syariah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan semakin meningkatnya ketertarikan

masyarakat Islam dalam bertransaksi melalui bank syariah. Tiap-tiap bank syariah

semakin berlomba-lomba untuk bisa meraih sedikit pangsa pasar yang ada dalam industri

perbankan syariah ini. Pengukuran kapasitas produksi dalam industri perbankan syariah

hanya akan mencapai titik maksimal apabila inovasi produk, teknologi informasi atau

regulator dalam hal ini BI dalam memberikan kemudahan dalam regulasi perbankan

syariah dalam pengambangan produk perbankan syariah. Sehingga produk-produk

perbankan syariah dapat lebih berkembanga kapasitasnya dan dapat memenuhi kebutuhan

nasabah bank syariah.

f. Pace of technology change

72

Page 35: BAB IV FIX

Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan itu menuntut bank-

bank syariah untuk semakin meningkatkan layanan transaksi perbankannya dalam hal

kemudahan transaksi dan keamanan dalam penggunaan teknologi layanan transaksinya.

Saat ini banyak sekali kejadian cyber fraud yang merugikan konsumen atau yang masih

cukup konvensional adalah dengan melakukan pemalsuan ATM dan penipuan melalui

SMS banking.

Dalam kasus pemalsuan ATM, hal tersebut dapat dilakukan dengan meng-copy

pita magnetik yang ada di balik setiap ATM. Sebenarnya untuk mencegah hal itu terjadi,

saat ini teknologinya telah ada yaitu dengan menggunakan sistem chip. Sebagian besar

negara sudah menggunakan standart chip tersebut, tetapi regulator BI tidak dapat

memaksa penggunaan teknologi tertentu karena Indonesia menggunakan prinsip open

technology. Bagi lembaga perbankan, kelambatan migrasi ke standar chip hanya akan

menyebabkan institusinya harus mengandung kerugian jika terjadi fraud. Sedangkan bagi

nasabah kelambatan migrasi standar ini akan menyebabkan terjadinya penggandaan ATM

seperti yang telah terjadi baru-baru ini.

g. Vertical integration

Vertical integration yang bisa dilakukan oleh bank-bank syariah adalah dengan

cara membeli cabang-cabang konvensional yang tidak begitu berkembang dari induknya

untuk dijadikan cabang bank syariah. Disamping akan menghemat biaya juga akan

menjaga nasabah tidak berpindah ke bank lain, karena bank syariah tersebut masih satu

induk dengan bank konvensional yang dijadikan syariah. Dengan melakukan integrasi

vertical tersebut, terjadi cost efficiency yang menguntungkan perusahaan.

73

Page 36: BAB IV FIX

h. Product innovation

Bisnis syariah di Indonesia masih lambat berkembang karena kurang inovatif. Hal

tersebut dapat dilihat berdasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan dan produk bisnis

syariah umumnya mengacu pada bisnis konvensional. Hal pokok yang membedakannya

hanya unsur riba atau bunga, yang memang diharamkan dalam system syariah.

Dalam perbankan syariah, kegiatan bank syariah tidak banyak berbeda dengan

bank konvensional. Hanya istilahnya saja yang berbeda. Misalnya, kalau di bank

konvensional ada tabungan dan deposito, maka di bank syariah ada tabungan syariah dan

deposito syariah.

Inovasi di kalangan pelaku industri perbankan syariah untuk menggaet nasabah

tiada henti. Jenis-jenis produk syariah pun beragam. Tidak hanya sekadar tabungan,

deposito, giro, tetapi juga sudah merambah penyediaan kartu kredit berbasis syariah

dengan menggunakan brand Islamic Banking (IB). Begitu juga dari sisi pembiayaan.

Selain kredit modal kerja,konsumsi, perbankan syariah juga menyediakan kredit

pemilikan rumah yang menggunakan mekanisme bagi hasil.Justru, ada beberapa item

produk bank syariah yang tidak mampu disediakan bank konvensional.

Produk gadai syariah misalnya, pada bank konvensional tidak dikenal sistem

pegadaian. Hingga saat ini,jasa gadai yang ditawarkan bank syariah masih sebatas untuk

gadai emas. Beberapa bank syariah yang telah menawarkan jenis jasa ini di antaranya

BNI Syariah dan Bank Muamalat. Artinya, berbagai inovasi yang dilakukan semakin

menegaskan bahwa bank syariah tak kalah dibanding bank konvensional. Kini dengan

berbagai macam inovasi dan penawaran produk, perbankan syariah bahkan mampu

74

Page 37: BAB IV FIX

mewujudkan misinya untuk menjadi bukan sekadar biasa (beyond banking).

i. Degree of product differentiation

Saat ini, setiap pelaku perbankan berlomba-lomba mencontoh strategi yang

dikerjakan oleh bank pendahulunya, bank konvensional maupun bank syariah. Seperti

misalnya, bank-bank syariah yang mencontoh produk-produk bank-bank konvensional

yang kemudian dimodifikasi sehingga dapat memenuhi prinsip-prinsip perbankan

syariah.

Karena masing-masing bank saling mengikuti pendahulunya dan mengeluarkan

produk dengan ciri yang sama, maka tingkat product differentiation produk perbankan ini

bisa dikatakan cukup rendah. Rendahnya tingkat differensiasi produk ini memberikan

kemudahan pada bank-bank lain yang ingin ikut berpartisipasi dalam persaingan

perbankan syariah.

j. Economics of scale

Merujuk pada data kependudukan dan ekonomi diketahui bahwa penduduk

Indonesia berjumlah 240 juta , dimana dari 86% adalah penduduk muslim dan merupakan

Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Meskipun GDP (Gross Domestic

Product) hanya USD 3,900 per kapita, ternyata Indonesia hanya mempunyai rasio jumlah

asset perbankan disbanding GDP muslim dewasa hanya 1%. Rasio ini sekaligus

mengkonfirmasi data Bank Indonesia yang menyatakan baru 1% potensi nasabah muslim

75

Page 38: BAB IV FIX

yang menempatkan dananya di perbankan syariah. Maka prospek indsutri perbankan

syariah masih sangat menjanjikan.

k. Learning and experience curve effects

Saat ini para pelaku perbankan syariah berlomba-lomba mengeluarkan berbagai

macam strategi untuk dapat meraih konsumen sebanyak-banyaknya. Mulai dari besarnya

bagi hasil yang dijanjikan hingga tawaran hadiah di muka bagi penabung yang

menempatkan dananya dalam jangka waktu tertentu.

Sejumlah promosi yang dilakukan itu pun diikuti oleh bank-bank Syariah lainnya.

Begitu juga promosi yang dilakukan yang tidak berhubungan dengan keuntungan yang

didapat oleh nasabah, melainkan inovasi produk, seperti layanan gadai syariah yang

didasarkan pada produk gadai dari pegadaian syariah dan juga produk Kartu Pembiayaan

Syariah seperti Hasanah Card milik BNI Syariah. Oleh karena itu, learning dan

experience curve effects dalam industri perbankan syariah pun bisa dikatakan cukup

tinggi.

2. Analisis Five Forces

1. Persaingan antar perusahaan-perusahaan dalam Industri (rivalry among existing

firms)

a. Pelaku Industri

Sesuai dengan info Bank Indonesia per Januari 2010 terdapat 10 Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah yang bersaing pada Industri Perbankan Syariah, dan

sesuai dengan survey yang dilakukan oleh majalah Investor edisi September 2009 dengan

76

Page 39: BAB IV FIX

peringkat sesuai asset adalah sebagai berikut :Bank Syariah Mandiri; Bank Muamalat,

BNI Syariah; Bank Syariah Mega Indonesia; BTN Syariah; Bank CIMB Niaga Syariah;

Bank Permata Syariah; Danamon Syariah; Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin.

Bank Syariah Mandiri mempunyai asset terbesar dibandingkan perbankan syariah

lainnya, yaitu sebesar 17 triliun atau sebesar 34% dari total asset perbankan syariah.

Pemeringkatan tersebut dilakukan dalam upaya mendorong pertumbuhan bisnis syariah

dan meningkatkan sosialisasi masyarakat. Pemeringkatan dilakukan dengan

menggunakan penilaian kuantitatif berdasarkaj kinerja financial, yaitu dengan dengan 17

indikator termasuk CAR (capital adequacy ratio), NPF (non performance financing),

ROA (return on asset), ROE (return on equity), FDR (financing to deposit ratio),

pertumbuhan pembiayaan, return mudarabah, return ijaroh.

Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah Indonesia jumlah pelaku

dalam industri perbankan syariah di Indonesia masih terbatas, sehingga masih ada

peluang masuknya pelaku lokal dalam jangka waktu dekat. Seperti misalnya jumlah Bank

Umum Syariah (BUS) yang pada tahun 2009 sebanyak 5 BUS, maka pada tahun 2010 ini

akan berdiri 5 BUS baru yaitu antara lain BNI Syariah yang melakukan spin off dan

kemudian berdiri sendiri menjadi BUS, Bank Jabar-Banten Syariah, BCA Syariah,

Victoria Syariah, dan Maybank Syariah. Dengan semakin banyaknya BUS yang

beroperasi maka akan memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.

Sampai saat ini jaringan kantor bank-bank syariah di Indonesia masih sangat

terbatas, yaitu hanya terdapat pada ibukota propinsi di tiap daerah. Sehingga diharapkan

segera meningkat setelah dikeluarkannya ketentuan jaringan kantor dari Bank Indonesia.

77

Page 40: BAB IV FIX

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

Indonesia, pembukaan cabang baru berdampak signifikan terhadap penghimpunan DPK

dan penyaluran pembiayaan.

Berdasarkan data publikasi BI hingga November 2009, industri perbankan syariah

Indonesia memiliki sebanyak 749 jaringan. Jaringan itu terdiri dari 254 kantor cabang

syariah (KCS), 262 kantor cabang pembantu syariah (KCPS), 28 unit pelayanan syariah

(UPS), dan 205 kantor kas syariah (KKS). Bila dibandingkan periode sama 2008, jumlah

jaringan itu mengalami kenaikan sekitar 33 persen. Sepanjang Januari-November tahun

lalu, pertumbuhan penambahan jaringan rata-rata per bulan sekitar 2,7 persen.

Dalam memperluas jaringan, terdapat beberapa faktor yan perlu diperhatikan bank

syariah. Pertama, bank syariah harus memastikan ketersediaan sumber daya manusia

berkualitas, penambahan jumlah SDM berkualitas jauh lebih susah dibanding dengan

membuka jaringan.

Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah efisiensi. Hal ini terkait dengan

beban manajerial manajemen pusat bank syariah. Perluasan jaringan otomatis menambah

beban manajerial manajemen pusat dan bisa semakin tidak terkontrol, hal tersebut tidak

baik untuk kinerja bank. Sehingga efisiensi harus bisa dikelola dengan baik.

b. Tingkat Pertumbuhan Industri

Selama 17 (tujuh belas) tahun keberadaan perbankan syariah sejak didirikannya

Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 merupakan masa yang cukup mature untuk

mengevaluasi keberadaan dan juga performance dari industri perbankan syariah di

Indonesia. Dengan adanya 5 Bank Umum Syariah, 127 Unit Usaha Syariah dan 131 BPR

78

Page 41: BAB IV FIX

Syariah terlihat bahwa besarnya peran industri perbankan syariah terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia terutama pada sektor riil.

Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia

memang cukup tinggi. Baik dilihat dari sisi asset, jumlah dana pihak ketiga (DPK),

permodalan, maupun dana yang disalurkan. Angkanya berkisar 35-35%, padahal di

Negara lain pertumbuhannya tidak lebih dari 20%. Tetapi pertumbuhan tersebut

melambat pada semester pertama (bulan Juni) tahun 2009, bahkan nyaris stagnan.

Dari data Bank Indonesia, asset perbankan syariah per Juni 2009 sebesar Rp.55,23

triliun, atau meningkat Rp. 5,68 triliun dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar Rp.49,55

triliun. Namun jika dibandingkan dengan dengan total asset perbankan nasional, angka

ini relatif kecil. Dengan angka asset perbankan nasional tahun 2008 sebesar Rp.2.310

triliun, berarti asset perbankan syariah hanya 2,1% dari asset perbankan nasional.

Sedangkan asset pembiayaan syariah adalah sebesar 3 % (Rp. 42,20 triliun) dari total

pembiayaan di Indonesia (Rp. 1.335,04 triliun).

Dari data Bank Indonesia, diketahui bahwa hampir seluruh dana masyarakat yang

diserap perbankan syariah telah dikucurkan melalui pembiayaan. Yaitu rasio pembiayaan

terhadap penghimpunan dana (financing to deposit ratio / FDR) bank syariah per bulan

Juni 2009 sebesar 100,22%. Dengan penghimpunan dana Juni sebesar Rp. 42,103 triliun,

sementara pembiayaan sebesar Rp. 42,195 triliun, hal tersebut masih rawan terjadi

ketidakseimbangan likuiditas.

c. Tingkat differensiasi dan biaya peralihan

79

Page 42: BAB IV FIX

Instrumen dan produk bank syariah yang selama ini digunakan Bank Syariah

masih terbatas pada bentuk-bentuk klasik yang dimodifikasi atau meniru instrument dan

produk bank konvensional, padahal Islam tidak pernah membatasi dan menentukan

instrument dan produk tertentu dalam perbankan syariah. Dan diantara persaingan

perbankan syariah di Indonesia macam produk dan instrumennya hampir sama sehingga

tingkat diferensiasi produk perbankan syariah sangat rendah. Untuk itu perbankan syariah

di Indonesia harus dapat mengembangkan instrument dan produk perbankan syariah

sehingga bank-bank syariah harus dapat berinovasi dan berkreasi dalam pengembangan

produknya.

Menilik dari jenis produk dan fasilitas yang ditawarkan bank-bank syariah hampir

sama, yang sedikit membedakan adalah dalam hal besar bagi hasil dan tarif margin

pembiayaan yang ditawarkan, itupun bedanya antar bank-bank syariah sangat kecil

perbedaaanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat diferensiasi dan biaya peralihannya

rendah.

d. Biaya Tetap

Biaya tetap dalam hal pengelolaan produk tabungan dan pembiayaan untuk setiap bank

syariah hampir sama, apalagi dengan adanya produk Tabungan IB (Islamic Bank) yang

diwajibkan oleh Bank Indonesia dimana tabungan tersebut ditujukan agar produk bank

syariah dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tabungan IB tersebut diseragamkan

oleh BI dalam hal minimal saldo dan tidak ada biaya pengelolaannya, Sehingga bank

harus bersaing dalam hal fasilitasnya, misalnya BNI Syariah memberikan fasilitas kartu

80

Page 43: BAB IV FIX

ATM untuk Tabungan IB tersebut sedangkan bank-bank lain termasuk bank

konvensional tidak memberikan fasilitas tersebut.

e. Peningkatan Kapasitas

Pasar perbanksan syariah masih sangat luas, dengan semakin terbukannya

informasi dan wawasan masyarakat tentang perbankan syariah maka kebutuhan akan

produk perbankan syariah yang beragam akan semakin disadari oleh konsumen. Jumlah

penduduk muslim di Indonesia yang sangat besar akan menjadikan Indonesia sebagai

pangsa pasar terbaik untuk perbankan syariah dalam meningkatkan kapasitas produk-

produk perbankan syariah.

f. Exit Barriers

Bisnis perbankan syariah adalah bisnis yang sarat dengan regulasi perbankan

syariah yang sangat ketat, karena semua produk yang dibuat harus melalui pengawasan

Dewan SyariahBank Indonesia. Produk perbankan syariah disamping memenuhi aturan-

aturan perbankan Bank Indonesia secara umum, juga harus memenuhi syarat fikih

muamalat Islam.

Bisnis perbankan syariah dibangun dengan investasi yang cukup besar, baik

investasi dalam hal modal, sumber daya manusia maupun teknologi. Sehingga exit

barrier untuk bisnis perbankan syariah cenderung tinggi, yang meningkatkan persaingan

di industri ini.

81

Page 44: BAB IV FIX

2. Ancaman Pendatang Baru (Threats of new Entrant)

a. Skala Ekonomis

Untuk bisa menembus pasar perbankan syariah di tengah persaingan antar bank-

bank syariah sendiri maupun dengan bank-bank konvensional sangat tidak mudah.

Infrastruktur yang diperlukan sangat tinggi, mengingat tingkat teknologi yang dibutuhkan

harus mampu memberi keamanan, kemudahan, kecepatan dan kenyamanan konsumen.

Terlebih lagi, dengan semakin meningkatnya tingkat kejahatan internet yang

menyebabkan terjadinya transaksi ATM dengan penggandaan ATM, maka bank-bank

syariah harus benar-benar dapat memberi jaminan keamana atas uang nasabah yang

disimpan di bank. Selain itu factor kemudahan bertransaksi dimanapaun nasabah berada

akan sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu bank, juga factor kecepatan

bertransaksi yang dipengaruhi adanya teknologi yang bagus serta kenyamanan nasabah

dalam bertransaksi di bank syariah. Keempat hal tersebut tentu saja membutuhkan biaya

yang cukup tinggi, sehingga tidak mudah untuk memasuki pasar perbankan syariah di

Indonesia.

b. Diferensiasi produk

Tingkat differensiasi produk dalam industri perbankan syariah ini cukup rendah,

artinya hampir semua bank-bank syariah menawarkan produk dan fasilitas yang hampir

sama, sehingga produk baru yang ditawarkan suatu bank syaraiah akan segera diikuti

oleh bank syariah lain. Untuk itu tiap bank syariah harus mampu untuk selalu inovatif

membuat suatu produk baru yang berbeda dengan produk-produk perbankan syariah yang

82

Page 45: BAB IV FIX

sudah ada. Contohnya BNI Syariah yang sudah menjadi pelopor untuk membuat produk

Gadai Emas Syariah dan kartu pembiayaan syariah Hasanah Card.

c. Kebutuhan modal

Besarnya kebutuhan modal bagi bank syariah cukup memnjadi hambatan untuk

masuk kedalam industri perbankan syariah. Perbankan syariah membutuhkan suntikan

modal yang cukup besar agar tetap dapat beroperasi sesuai dengan koridor kehati-hatian

dalam aspek permodalan. Jika tidak dilakukan tindakan penguatan modal, permasalahan

ini di kemudian hari akan menghambat laju pertumbuhan perbankan syariah.

Tetapi dengan diterbitkannya peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank

Umum Syariah modal untuk pendirian Bank Umum Syariah melalui spin off diturunkan

menjadi 500 miliar akan memberi peluang berkembangnya perbankan syariah di

Indonesia,

d. Biaya beralih pemasok (Switching cost)

Biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah bank syariah untuk berpindah dari

satu produk suatu bank syariah ke produk bank syariah lainnya cenderung rendah.

Terlebih dengan adanya produk tabunganku dari Bank Indonesia yang merupakan produk

tabungan yang wajib di dikeluarkan baik oleh bank konvensional maupun bank syariah.

Produk tabungan tersebut ditujukan agar masyarakat Indonesia mengenal produk

perbankan, sehingga hanya dengan nominal kecil (yaitu saldo minimal Rp.20.000) dan

tidak dikenakan biaya pengelolaan rekening seseorang dapat membuka tabungan di bank.

83

Page 46: BAB IV FIX

e. Saluran Distribusi

Dengan diberlakukannya kebijakan Bank Indonesia tentang office channeling

maka dapat dikatakan saluran distribusi untuk produk perbankan syariah yang kantor

cabangnya hanya di kota-kota besar atau ibukota propinsi dapat menjangkau kota-kota

kecil lainnya dengan office channeling dimana cabang-cabang konvensional BNI dapat

melayani transaksi perbankan syariah.

f. Kebijakan Pemerintah

Pengembangan perbankan syariah tidak terlepas dari aspek kebijakan pemerintah.

Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat pertumbuhan

perbankan syariah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat mendesak

dipenuhi, seperti amandemen UU Perpajakan, UU Perbankan Syariah dan UU tentang

sukuk. Sehingga adanya Peraturan Bank Indonesia mengenai Perbankan Syariah akan

sangat mempengaruhi perkembangan perbankan syariah di Indonesia

Berdasarkan analisa diatas, maka dapat dikatakan bahwa Ancaman pendatang baru

adalah tinggi.

3. Ancaman produk pengganti (Threats of substitute product)

Produk-produk bank syariah sebagian besar adalah adopsi dari produk-produk

bank konvensional. Sehingga produk bank konvensional merupakan substitusi dominant

dari produk perbankan syariah. Perbedaan mendasar dari produk perbankan syariah

adalah terpenuhinya aspek syariah perdagangan Islam dalam produk-produk tersebut.

84

Page 47: BAB IV FIX

Sehinggga untuk nasabah-nasabah yang kurang memahami hal tersebut akan

menganggap sama antara produk perbankan konvensional dan produk perbankan syariah.

Oleh karena itu bisa dikatakan ancaman produk pengganti cukup tinggi.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyer)

Kekuatan tawar pembeli dalam perbankan syariah cukup tinggi, karena bank-bank

syariah menawarkan berbagai kelebihan atau iming-iming yang sangat menarik, misalnya

Bank Muamalat dengan memberikan hadiah umroh bagi penabungnya.

a. Sensitivitas harga

Sesuai dengan ulasan sebelumnya dimana dikatakan switching cost dalam industri

perbankan syariah adalah sangat rendah, yaitu dengan adanya produk tabunganku dari

Bank Indonesia yang berstandar sama dalam harga. Dengan kenyataan ini berarti

konsumen akan cenderung mencari biaya termurah dan fasilitas paling lengkap karena

tidak adanya perbedaan yang mencolok antara satu produk bank syariah dengan produk

bank syariah lainnya.

b. Kekuatan tawar menawar relatif

Kemudahan konsumen bank syariah untuk berpindah dari satu bank syariah ke

bank syariah lain, atau bahkan dari bank syariah ke bank konvensional menjadikan

kekuatan tawar relative dari konsumen menjadi tinggi. Terlebih lagi dengan penawaran

dari bank syariah yang memberikan bagi hasil tinggi dan hadiah-hadiah tertentu, yang

memudahkan konsumen untuk berpindah dari satu bank ke bank yang lain.

85

Page 48: BAB IV FIX

Berdasarkan kedua hal tersebut, terlihat bahwa kekuatan tawar menawar pembeli cukup

tinggi.

5. Kekuatan tawar menawar pemasok (Bargaining power of supplier)

Pemasok dalam industri perbankan syariah yang produk-produknya dibatasi oleh

peraturan bank Indonesia tentang perbankan syariah dan produk yang dikeluarkan harus

seijin (dengan pengawasan) Dewan Pengawas Syariah Bank Indonesia,dan untuk

memenuhi kebutuhan nasabah akan kecepatan dan kemudahan bertransaksi diperlukan

teknologi yang sampai saat ini memerlukan biaya tinggi. Begitu juga dalam operasional

bank yang sangat tergantung kepada kecepatan dan kecanggihan teknologi yang

digunakan. Sehingga peranan teknologi yang dalam hal ini disediakan oleh pihak ketiga

atau vendor (disebut juga sebagai pemasok) sangat berpengaruh pada daya saing

perbankan. Hal tersebut menjadikan tingkat kekuatan tawar menawar pemasok tinggi.

Tabel 4.3. Analisis Five Forces dalam Industri Perbankan Syariah

KekuatanTingkat ancaman terhadap Profit

Persaingan antar perusahaan-perusahaan dalam industri (Rivalry Among Existing Firms)

Tinggi

Ancaman Pendatang Baru (Threats of new Entrant)

Tinggi

Ancaman Produk pengganti (Threats of substitute product)

Tinggi

Kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyer)

Tinggi

Kekuatan tawar menawar penjual (Bargaining Power of Supplier)

Tinggi

86

Page 49: BAB IV FIX

Dari analisis terhadap lima kekuatan bersaing dalam industri perbankan syariah tersebut

di atas maka dapat disimpulkan bahwa industri perbankan syariah merupakan industri

yang memiliki daya tarik yang cukup, dengan rincian analisis sebagai berikut:

a. Persaingan dalam industri perbankan syariah sangat tinggi, sebagai akibat

besarnya pangsa pasar perbankan syariah khususnya dalam bidang consumer

banking dan besarnya pertumbuhan jumlah penduduk muslim Indonesia tiap

tahunnya yang menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang menggiurkan.

Oleh karena itu, para pemain perbankan syariah di waktu mendatang akan

bersaing lebih ketat untuk memperebutkan pangsa pasarnya.

b. Hambatan masuk pada industri perbankan syariah cukup tinggi sebagai akibat dari

persyaratan kapital yang besar, biaya pengalihan yang tinggi, perlunya akses

saluran distribusi, produk berteknologi dan efek pembelajaran dan pengalaman.

Tindakan pemerintah dalam industri perbankan syariah pun selama ini terlihat

mendukung tingginya hambatan masuk ini.

c. Kekuatan pemasok dalam industri perbankan syariah relatif tinggi, karena

kebutuhan bank akan adanya teknologi yang cepat dan akurat dalam

operasionalnya.

d. Ketersediaan produk substitusi dalam industri perbankan syariah sangat banyak,

namun demikian, dua faktor utama yang paling dilihat oleh konsumen dalam

memilih produk perbankan syariah adalah akses dan layanan yang diberikan oleh

bank syariah tersebut .

e. Kekuatan pembeli dalam industri perbankan syariah sangat tinggi mengingat

masih seragamnya jenis produk bank syariah dan kemiripannya dengan produk

87

Page 50: BAB IV FIX

bank konvensional. Banyaknya bank syariah yang menawarkan produk yang

hampir sama tersebut, sehingga industri perbankan syariah ini bisa dinilai sebagai

buyer’s market.

3. Driving Forces Analysis

Perlu kiranya mengetahui kekuatan-kekuatan yang dominan yang dapat

mempengaruhi, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi industri secara

keseluruhan adalah:

1. Pertumbuhan Internet dan aplikasinya

Perkembangan teknologi internet semakin memudahkan seseorang untuk

melakukan transaksi sangat mempengaruhi perkembangan industri perbankan

syariah. Saat ini transaksi perbankan sudah dapat dilakukan dimana saja dan

kapan saja, yaitu dengan menggunakan fasilitas internet banking. Sehingga

konsumen bisa setiap saat bertransaksi tanpa harus datang ke kantor bank, karena

dengan menggunakan internet konsumen dapat melakukan transaksi perbankan

baik mengetahui informasi saldo rekening mapun melakukan transfer uang. tentu

saja pihak bank tidak akan melupakan segi keamanan dari transaksi melalui

teknologi internet tersebut. Hal ini penting mengingat cyber fraud yang banyak

terjadi dan sempat menyebabkan menurunnya penggunaan internet untuk

melakukan transaksi internet banking.

2. Meningkatnya globalisasi dalam industri

Industri perbankan syariah di Indonesia diharapkan akan terus berkembang

meskipun kondisi perekonomian global saat ini kurang mendukung pertumbuhan

88

Page 51: BAB IV FIX

bisnis perbankan syariah. Runtuhnya beberapa institusi keuangan konvensional

seharusnya bisa dijadikan suatu peluang bagi perbankan syariah untuk dapat

memberikan solusi keuangaan terbaik bagi semua kalangan, baik bagi orang

muslim maupun non muslim.

3. Perubahan dalam pertumbuhan jangka panjang industri

Industri perbankan syariah di Indonesia berkembang sangat pesat selama lebih

dari 1 dekade. Meskipun telah ada institusi keuangan yang beroperasi dengan

system profit sharing, tetapi secara formal baru diakui oleh pemerintah melalui

Undang-Undang Perbankan No. 7/1992. Dengan peraturan ini dimulailah era dual

system banking. Industri perbankan syariah di Indonesia diperkirakan masih

mengalami peningkatan asset sebesar 22,3% untuk Bank Umum Syariah dan

33,1% untuk Unit Usaha Syariah (info BI) , terlebih lagi dengan semakin

meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang perbankan syariah

masyarakat Indonesia yang juga mengarah pada semakin meningkatnya kesadaran

konsumen akan perbankan syariah. Dengan melihat berbagai factor tersebut maka

kesempatan untuk memperluas pasar perbankan syariah masih sangat besar.

4. Inovasi produk

Menurut penilaian Bank Indonesia, 70% fasilitas produk perbankan syariah

kurang inovatif, sehingga belum bisa menopang pertumbuhan asset karena tidak

menyentuh kebutuhan semua lini dunia usaha. Untuk itu bank syariah harus bisa

membuat terobosan produk keuangan bagi kebutuhan dunia usaha, sehingga bisa

diserap pasar dan memperbesar protofolio industri perbankan syariah. Terdapat

hubungan yang kuat antara inovasi produk dengan pengembangan pasar

89

Page 52: BAB IV FIX

perbankan syariah. Semakin inovatif bank syariah membuat produk, semakin

cepat pula pasar perbankan syariah berkembang. Maka lemahnya inovasi produk

bank syariah akan membuat lambatnya pengembangan pasar.

Dalam melakukan inovasi produk, bank-bank syariah seharusnya memperhatikan

poin-poin berikut, yaitu :

a. Inovasi produk sejatinya dikembangkan dengan dukungan teknologi informasi

dan telekomunikasi yang semakin canggih, sehingga mempermudah urusan

konsumen dan meningkatkan efisiensi kegiatan usaha konsumen. Tanpa teknologi

canggih, bank-bank syariah akan kalah bersaing dengan bank-bank konvensional.

b. Keharusan perbankan syariah dalam memahami karakter bisnis sektor riil. Jadi

supaya produk bisa berkembang perlu adanya pemahaman banker akan sektor riil

secara variatif, perdagangan, industri manufaktur, infrastruktur, pertambangan,

telekomunikasi, properti, pertanian, peternakan, perikanan dan lain sebagainya.

Pengembangan produk bank syariah kearah sektor riil sangat penting karena bisa

melindungi perekonomian domestik dan meningkatkan kemampuan ekonomi

rakyat.

c. Untuk mengembangkan produk-produk yang bervariasi dan menarik, bank

syariah di Indonesia harus dapat membangun hubungan kerjasama atau berafiliasi

dengan lembaga-lembaga keuangan internasional. Kerjasama tersebut akan

bermanfaat dalam pengembangan produk-produk bank syariah.

d. Dalam melakukan inovasi produk diperlukan efisiensi dan efektivitas dalam

pengembangan produk-produknya. Inovasi harus memperhatikan aspek harga,

sehingga tetap bersaing dengan harga yang ditawarkan produk bank konvensional.

90

Page 53: BAB IV FIX

e. Dalam melakukan inovasi produk perlu diperhatikan pencitraan, posisioning dan

diferensiasi.

f. Dalam melakukan inovasi produk, terutama produk yang berasal dari luar negeri

atau dari pengembangan fikih muamalah kontemporer, harus mengusulkan

pemberian fatwa dari Dewan Syariah Nasional MUI.

5. Perubahan teknologi

Perubahan teknologi yang semakin pesat tentu saja akan mempengaruhi

perkembangan Perbankan syariah. Dukungan teknologi informasi yang memadai

mutlak diperlukan oleh bank syariah untuk melayani dan memberikan kemudahan

bagi nasabahnya. Tanpa bantuan IT (Information Technology) yang canggih, bank

syariah akan ketinggalan jaman dan ditinggalkan nasabahnya. Kecenderungan

nasabah bank saat ini adalah memilih bank yang sudah online dan mempunyai

ATM yang jaringannya luas dan fiturnya lengkap. Di era telekomunikasi canggih

ini, bank yang menguasai IT yang up to date sesuai dengan kehendak nasabah dan

karakteristik bank syariah.

Namun masalahnya, teknologi perbankan sangat rumit, mahal dan hampir

seluruhnya dipengaruhi oleh pihak ketiga atau pihak di luar bank, termasuk

vendor dari luar negeri. Hal tersebut memberatkan bank-bank syariah yang

mempunyai budget IT terbatas. Sehingga ujung-ujungnya akan membuat layanan

bank syariah menjadi mahal harganya dan nasabah yang terkena imbasnya. Untuk

itu diperlukan suatu arsitektur perbankan Indonesia (ATPI) yang dapat

mengangkat posisi tawar bank terhadap vendor karena memungkinkan bank

saling berbagi berbagi sumber daya teknologi, bank bisa saling berkolaborasi

91

Page 54: BAB IV FIX

memanfaatkan sumber daya teknologi informasi untuk mencapai kebutuhan

kepatuhan (compliance). Pada saat yang sama, mereka tetap saling berkompetisi

melalui beragam produk dan jasa.

6. Inovasi Pemasaran

Berbagai macam usaha dilakukan untuk menarik pelanggan potensialnya, salah

satunya dengan melakukan inovasi pemasaran yang sangat manarik belakangan

ini. Upaya-upaya yang dilakukan industri perbankan syariah saat ini selain cara-

cara konvensional yaitu dengan menyebarkan tim marketing yang melakukan

presentasi kepada calon-calon nasabah potensial, program kerjasama dengan

pihak ketiga seperti kartu pegawai ataupun kartu keanggotaan yang berfungsi juga

sebagai kartu ATM, menjaring nasabah pada event-event syariah yang potensial

seperti event pameran syariah yang bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi

Syariah (MES), secara aktif mengedukasi pengetahuan tentang perbankan syariah

kepada masyarakat melalui internet, Koran, radio maupun televisi.

7. Kebijakan Pemerintah

Bank Indonesia selaku bank sentral turut serta dalam mendorong pertumbuhan

bank syariah. Bank Indonesia mengeluarkan program-program sebagai strategi

dalam mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia, yaitu :

Program akselerasi dan IB Marketing Campaign 2008

Program ini telah dicanangkan pada akhir tahun 2006. Sebagai bagian dari

program tersebut pada tanggal 19 Januari 2008 di Festival Ekonomi Syariah

secara resmi Deputy Gubernur Bank Indonesia Siti Ch. Fadjriah telah

meluncurkan program iB Marketing Champaign 2008 dan mencanangkan

92

Page 55: BAB IV FIX

perumusan Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Program

tersebut merupakan serangkaian kegiatan komunikasi/sosialisasi dalam rangka

meningkatkan public awareness, yang tidak hanya melibatkan Bank

Indonesia, namun dengan menyertakan industri perbankan syariah. Dengan

adanya program ini diharapkan terjadi keselarasan dan sinergi antara

kebijakan dan program BI dengan industri dalam meningkatkan awareness

publik mengenai bank syariah.

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dirumuskan dalam

kerangka program akselerasi pengembangan pasar perbankan syariah

Indonesia, sebagai upaya untuk menunjukkan keatraktifan pasar perbankan

syariah Indonesia, Bank Indonesia telah menetapkan visi 2010 pengembangan

pasar perbankan syariah di Indonesia – sebagai perbankan syariah terkemuka

di ASEAN dan penetapan target pencapaian secara bertahap, yaitu :

Fase I (2008) : “Membangun Pemahaman Perbankan Syariah Sebagai

Lebih dari Sekedar Bank (Beyond Banking)”, pencapaian target asset

sebesar Rp.50 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan sebesar 40%.

Fase II (2009) : “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai

Perbankan Syariah Paling Atraktif di ASEAN”, Pencapaian target

asset sebesar Rp.87 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industry

sebesar 75%.

Fase III (2010): “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai

Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN”, Pencapaian target asset

sebesar Rp.124 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industri

93

Page 56: BAB IV FIX

sebesar 81%. Untuk mewujudkan visi baru pengembangan pasar perlu

dilakukan serangkaian program utama pelaksanaan Grand Strategy

pengembangan pasar, yaitu :

1. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek

positioning, differentiation dan branding. Positioning baru bank

syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua

belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif

dengan produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten

dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-

date dan user friendly, serta adanya tenaga ahli investasi keuangan

syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah

bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking.

2. Program Pengembangan Segmen Pasar Perbankan Syariah, yaitu

dengan pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar

perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa

bank syariah sebagai layanan universal bank atau bank bagi semua

lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi

masing-masing bank syariah.

3. Program Pengembangan Produk, yaitu program yang diarahkan

kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan

value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan

jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk

yang mudah dipahami.

94

Page 57: BAB IV FIX

4. Program Peningkatan Pelayanan, yang didukung oleh SDM yang

kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu

memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu

mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah

secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah.

5. Program Sosialisasi dan komunikasi, yaitu melakukan sosialisasi

dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui

berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung

(media cetak, elektronik, online/website), yang bertujuan untuk

memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa

perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

4. Analisis Key Success Factor

1. Technology Related

Industri perbankan merupakan industri yang padat teknologi. Implementasi

strategi bisnis dan keinginan untuk mampu bersaing antar bank syariah

maupun dengan perbankan konvensional menuntut adanya perubahan

teknologi informasi (TI). Hal ini diperlukan agar perbankan syariah dapat

memiliki value yang dapat diandalkan sesuai dengan konsep beyond banking

yang diusung oleh industri perbankan syariah nasional. Untuk menjawab

tantangan bisnis ke depan, saat ini hampir seluruh Bank Umum Syariah

melaksanakan investasi untuk pengadaan infrastruktur TI baru. Tetapi

mengingat investasi TI memerlukan alokasi sumber daya yang cukup besar

95

Page 58: BAB IV FIX

serta membutuhkan proses dan integrasi sistem yang cukup lama, sampai

dapat diimplementasikan dengan baik, maka investasi TI harus dianalisis dan

dimonitor seperti halnya investasi lainnya terutama terkait dengan efisiensi

dan return yang dapat diberikan. Pengembangan TI yang dilaksanakan oleh

Bank Umum Syariah pada umumnya dilakukan oleh bank tersebut secara

mandiri dengan menggunakan sistem TI yang sudah teruji di pasaran atau

melalui pengembangan secara intern oleh tenaga ahli sendiri yang dimiliki

bank. Pengembangan TI oleh Unit Usaha Syariah (UUS) umumnya

merupakan proses reengineering berupa penambahan modul-modul syariah

pada sistem core banking yang telah dimiliki bank induk, sehingga

memberikan kehandalan yang sama dengan bank induk, baik dari aspek

availability, confidentiality, validity maupun security. Pemanfaatan TI bank

induk juga menjadi solusi terbaik atas keterbatasan anggaran investasi TI

maupun sumber daya yang dimiliki. Secara umum penguatan TI perbankan

syariah telah berhasil memberikan fee based income yang baik bagi perbankan

syariah yaitu berupa fee dari transaksi-transaksi internet banking, mobile

banking dan ATM.

Penggunaan teknologi informasi perbankan yang semakin kompleks

memerlukan manajemen risiko yang memadai, Bank Indonesia melalui PBI

No. 9/15/PBI/2007 tentang Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi

Informasi oleh Bank Umum, telah mengatur agar perbankan termasuk bank-

bank syariah dapat melakukan mitigasi risiko atas penyelenggaraan TI.

Selama tahun 2009 Bank Indonesia telah melakukan pemantauan dan

96

Page 59: BAB IV FIX

pemeriksaan TI bagi bank-bank syariah untuk menjaga kualitas dan keamanan

transaksi dan informasi. Terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan,

Bank Indonesia telah meminta bank melakukan tindak lanjut dan memerikan

komitmen untuk perbaikan kedepan.

2. Kemampuan beroperasi dengan efisien (Manufacturing Related)

Keberhasilan Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah yang

merupakan tiga besar bank syariah di Indonesia disebabkan karena bank-bank

syariah ini dapat menghasilkan produk yang inovatif, memiliki harga yang

kompetitif dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, hal-hal tersebut adalah

bentuk dari keberhasilan efisiensi manufaktur perbankan syariah. Semakin

efisien suatu perusahaan, maka biaya yang timbul pun akan semakin rendah,

sehingga memberikan peluang untuk menawarkan yang lebih baik kepada

konsumen.

Efisiensi juga dilihat dari penyaluran dana pembiayaan syariah bagi

masyarakat. Efisiensi bank syariah ditunjukkan oleh rasio pembiayaan

dibandingkan dengan DPK (FDR/financing to deposit ratio). Menurut

penelitian dari Bank Indonesia pada tahun 2008, bank syariah lebih efisien

dibandingkan dengan bank konvensional, artinya FDR bank syariah lebih

tinggi dbandingkan dengan rasio penyaluran kredit (LDR/Loan to deposit)

bank konvensional.

97

Page 60: BAB IV FIX

3. Kepemilikan Saluran Distribusi yang Luas (Distribution Related)

Saluran distribusi yang luas sangat dibutuhkan dalam industri perbankan

syariah untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Dengan memiliki penyebaran

saluran distribusi yang luas, komunikasi antara pemain industri dengan

konsumen menjadi lebih intensif dan hal ini merupakan kunci keberhasilan

dan loyalitas pelanggan.

Menyebarkan unit pelayanan bank syariah sampai ke pelosok daerah adalah

sebuah keharusan jika ingin melakukan penetrasi pasar dengan baik.

Dibutuhkan modal yang tidak sedikit jika harus dilakukan secara serentak atau

bersamaan. Paling tidak dibutuhkan waktu dan dilakukan secara bertahap atau

bisa juga dengan melakukan sistem office channeling.

4. Pemasaran yang Aktif dan Kreatif (Marketing Related)

Proses pemasaran yang sangat aktif pun dijalankan oleh para pemain di

industri perbankan syariah ini. Berbagai macam promosi bisa terlihat di

berbagai macam media, baik suratkabar ataupun melalui internet.

Dalam marketing, efektivitas sebuah iklan seringkali digunakan untuk

menanamkan “brand image” atau agar lebih dikenal keberadaannya. Ketika

“brand image” sudah tertanam dibenak masyarakat umum, maka menjual

sebuah produk, baik itu dalam bentuk barang maupun jasa akan terasa menjadi

jauh lebih mudah.

Kurangnya sosialisasi atau promosi yang dilakukan bank-bank syariah bisa

menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan perbankan syariah di

98

Page 61: BAB IV FIX

Indonesia pada saat ini. Diperlukan biaya yang besar untuk melakukan

kegiatan promosi atau sejenisnya.

Menurut Hermawan Kartajaya (2008) ada 4 (empat) karakteristik marketing

syariah, yaitu teistis (religius), etis (beretika), realistis (fleksibel), dan

humanistis (manusiawi). Teistis, artinya seorang marketer syariah harus

senantiasa membentengi dirinya dengan nilai-nilai spiritual, karena

lingkungan pemasaran memang selalu ’akrab’ dengan suap (riswah), wanita,

korupsi, dan kolusi. Karena itu marketer syariah perlu ketahanan moral, dia

harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dia harus selalu mengingat

masa depan istri dan anaknya, dia pun harus meyakini jikalau seluruh gerak-

geriknya senantiasa diawasi oleh Sang Khaliq. Allah berfirman, ”Barang siapa

yang melakukan sesuatu kebaikan sebesar biji atom sekalipun, maka dia akan

melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan sesuatu kejahatan sebesar atom

sekalipun, maka dia akan melihatnya pula”. Etis (beretika) artinya

mengedepankan masalah akhlak, etika dan moral menjadi sangat penting bagi

para marketer. Kalau saja dalam diri pelaku bisnis dan para profesional

terdapat nilai-nilai moral, maka kasus Enron, Worlcom, Global Crossing di

tingkat dunia, dan di Indonesia kasus penyimpangan BLBI, Bank Mandiri,

Jamsostek, DAU Depag, KPU, Kasus Gubernur, Bupati, DPRD yang sedang

disidangkan, tentu tidak akan terjadi

99

Page 62: BAB IV FIX

5. Strategic Group Map

Untuk mengetahui posisi pemain dalam industri perbankan syariah, maka para

pemain dipisahkan dalam grup-grup strategic, dan selanjutnya digambarkan dalam peta

grup strategic. Pemisahan para pemain tersebut dalam grup strategik dimaksudkan agar

para pemain dalam industri perbankan syariah tersebut dapat diketahui secara jelas

dimana peta atau posisi daya saing masing-masing dalam industri perbankan syariah.

Dalam analisis ini variabel-variabel yang dipergunakan untuk identifikasi posisi daya

saing dalam industry perbankan syariah adalah :

a. Akses

Akses yang dimiliki oleh suatu bank syariah merupakan salah satu factor yang

paling dicari oleh konsumen. Akses yang luas akan memiliki daya saing yang kuat dalam

industri perbankan syariah. Hal ini disebabkan karena dengan adanya akses yang luas dan

mampu mencapai berbagai pelosok daerah, maka bank syariah tersebut dapat melayani

transaksi perbankan syariah yang dibutuhkan masyarakat daerah tersebut. Selain itu

dengan kemudahan akses yang lebih luas maka pengembangan jaringan pangsa pasar kan

lebih cepat dan tentu saja akan memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di industry

perbankan Indonesia, juga dapat mencapai tingkat efisiensi yang lebih besar.

b. Layanan

Layanan yang diberikan merupakan salah satu penentu ketika konsumen memilih

produk bank syariah. Semakin banyak fasilitas layanan yang diberikan dan semakin

bagus kualitas layanan suatu bank, maka akan semakin banyak nasabah yang tertarik

untuk menjadi nasabah bank syariah dan memperkuat posisi daya saingnya dalam

industri perbankan syariah.

100

Page 63: BAB IV FIX

Dibawah ini akan dijelaskan analisis para pemain industri perbankan syariah sesuai

peringkat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tanggal 29 Januari 2010, yaitu:

1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Bank Muamalat Indonesia (BMI) tengah berupaya optimal untuk memenangkan

persaingan dalam hal kualitas layanan. Langkah tersebut dilakukannya melalui

peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), peremajaan fisik,

perbaikan layanan yang focus pada kecepatan, penguatan Teknologi Informasi

(TI), perbaikan risk management dan peningkatan Good Corporate Governance

(GCG). Untuk memuluskan langkah tersebut, memasuki awal tahun 2010 ini BMI

berencana melakukan penambahan modal hingga Rp. 1 triliun. Dengan aksi ini,

BMI diharapkan makin kompetitif di pasar perbankan syariah. Sampai dengan

akhir tahun 2008 BMI telah membukukan asset sebesar Rp.12,5 triliun dan

menguasai 31,65% pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. BMI

mempunyai 218 kantor layanan dan dukungan outlet System Online Payment

Point (SOPP) Kantor Pos yang mencapai 3000 se Indonesia.

2. Bank Syariah Mandiri (BSM)

Bank Syariah Mandiri (BSM) optimis mampu mencatatkan pertumbuhan hingga

40% pada tahun 2010. Untuk mencapainya, saat ini BSM berencana menambah

130 kantor cabang baru di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009 BSM telah

membuka 376 outlet baru. Langkah ini akan makin memantapkan posisi BSM

sebagai bank syariah dengan jaringan terluas di Indonesia. Sama halnya dengan

BMI, BSM pun berencana menambah kapasitasnya demi menghadapi persaingan

pada tahun 2010 ini. Bank Mandiri sebagai induk perusahaannya sudah

101

Page 64: BAB IV FIX

berkomitmen untuk menyuntikkan dana sebesar Rp. 500 miliar kepada BSM.

Untuk tahun 2010 BSM tidak berencana meningkatkan target dana pihak ketiga

(DPK) nya. Karena sampai dengan akhir tahun 2008 BSM telah mencapai asset

sebesar Rp. 17,1 triliun. Komposisi terbesar berasal dari dana consumer sebesar

62,62%, sementara sisanya 39,38% merupakan dana investasi. BSM telah meraih

35,97% pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.

3. BNI Syariah

BNI Syariah baru saja meningkatkan kapasitasnya dalam bisnis industry

perbankan syariah di Indonesia dengan melakukan spin off dari Unit Usaha

Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Bank BNI telah menyiapkan

modal hingga Rp. 1 triliun untuk melancarkan misi tersebut.

Disamping mengembangkan pasar yang selama ini menjadi segmennya, yaitu ritel

dan usaha kecil menengah (UKM), ke depan BNI akan focus pada segmen

korporasi. Langkah strategi lain juga akan ditempuh BNI tahun ini dengan

mengundang investor asing dari Timur Tengah. Sebelum di-spin off, UUS BNI

memiliki 59 kantor cabang dan kantor cabang pembantu syariah, dan asset yang

dimiliki sebesar Rp. 4 triliun (meraih pangsa pasar sebesar 6%)

4. Bank CIMB Niaga Syariah

Bank CIMB Niaga Syariah melakukan perluasan jaringan masuk dalam rencana

pengembangan bisnis. Bank yang telah memiliki 10 kantor cabang dengan 505

unit office chanelling ini akan kembali membuka 11 kantor cabang syariahnya.

Selain memperluas jaringan, bank ini juga akan memperluas segmentasi pasarnya.

102

Page 65: BAB IV FIX

Dalam hal pelayanan demi menjaga loyalitas nasabahnya, Bank CIMB Niaga

Syariah merupakan satu dari sedikit bank yang telah andal dalam layanan berbasis

teknologi informasi (TI). Dengan segala kemampuan dan kekuatan yang

dimilikinya, bank ini menargetkan pencapaian laba hingga Rp. 58 miliar pada

tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut Bank CIMB Niaga Syariah juga akan

bekerja sama dengan unit pembayaran mikro. Sampai dengan akhir tahun 2008

asset Bank CIMB Niaga Syariah adalah sebesar Rp. 1,3 triliun dan meraih 1,99%

pangsa pasar perbankan syariah Indonesia.

5. Bank Syariah Mega Indonesia

Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) telah berhasil menggenjot dana

nasabahnya, yaitu terlihat pada kuartal ketiga 2009 bank ini berhasil

memperlihatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang fantastis mencapai

61,81%. Dengan angka tersebut BSMI menguasai 7,87% pangsa DPK syariah di

Indonesia.

Masih dalam upaya meningkatkan kembali DPK-nya tahun 2010 ini, BSMI akan

menggenjot dananya melalui Tabungan Haji IB Mega Syariah. Jika tahun lalu

BSMI menargetkan Rp. 20 miliar melalui produk ini, tahun 2010 angka yang

dipasang BSMI adalah Rp. 100 miliar. BSMI sendiri menargetkan tabungan ini

dapat menjaring 3.000 nasabah setiap tahun. BSMI mempunyai asset di tahun

2008 sebesar Rp. 3 triliun dan meraih 8,8% pangsa pasar perbankan syariah di

Indonesia

6. Bank Danamon Syariah

103

Page 66: BAB IV FIX

Danamon Syariah tampaknya tidak main-main dalam menggarap bisnis

syariahnya. Rencana spin off dalam waktu tiga tahun mendatang menjadi salah

satu bukti. Bahkan, jika pertumbuhan asetnya bagus, bukan tidak mungkin spin

off bakal terjadi dua tahun lagi. Rencana spin off juga menjadi bukti bahwa

Danamon Syariah terus memperbaiki pelayanan untuk nasabahnya. Sepanjang

proses spin off yang ditargetkan dua hingga tiga tahun tersebut, banyak hal yang

tentu akan terus diperbaiki pihak manajemen Bank Danamon Syariah.

Bank Danamon Syariah berada di peringkat ke enam, jika dilihat dari performa

overall loyalty program-nya, khususnya tabungan syariah Bank Danamon Syariah

menempati posisi kelima. Berarti bisa dibilang bahwa program-program yang

dijalankan bank ini dalam produknya itu cukup inovatif dan beragam.

Di tahun 2008 Danamon Syariah membukukan asset sebesar Rp. 1 triliun dan

meraih pangsa pasar sebesar 1,83% perbankan syariah di Indonesia.

7. Bank Syariah Bukopin

Secara keseluruhan performa loyalty index tabungan syariah milik Bank Syariah

Bukopin (BSB) meningkat. Dalam IBLI (Islamic Banking Loyalty Index) 2010,

prosentase untuk loyalty index BSB sebesar 73,1%. Bisa jadi kenaikan tersebut

disumbang dari performa loyalty program pada tabungannya.

Masuknya BSB dalam top loyalty program tersebut tentu tak lepas dari

beragamnya produk tabungan yang dimiliki. Saat ini BSB memiliki tiga jenis

produk tabungan, yaitu Tabungan iB Rencana, iB Siaga Bisnis, dan iB Siaga.

Tabungan iB Siaga Bisnis BSB akan membidik nasabah ritel.

104

Page 67: BAB IV FIX

Bermodalkan hal tersebut, tidak heran jika BSB memasang target perolehan dana

pihak ketiga (DPK) pada 2010 sebesar 30%. Pertumbuhan DPK ini akan dicapai

dengan menggenjot tabungan dan giro. Hingga November 2009 tercatat total asset

BSB sebesar Rp. 1,95 triliun dengan total pembiayaan sebesar Rp. 1,32 triliun dan

DPK sebesar Rp. 1,19 triliun.

8. BTN Syariah

Sejak didirikan pada tahun 2005, Bank Tabungan Negara Syariah terus berbenah

diri demi meningkatkan kualitas pelayanan untuk para nasabahnya. Hasilnya bank

ini pun kembali masuk dalam jajaran 10 besar customer satisfaction index yang

diadakan MarkPlus Insight. Adapun untuk loyalty index tabungan syariah secara

keseluruhan, BTN Syariah mengantongi nilai 72,8%.

Sejalan dengan hasil riset tersebut, beberapa komponen rapor kinerja BTN

Syariah meningkat cukup signifikan. Dana pihak ketiga (DPK) misalnya, tumbuh

cukup tinggi. Per September 2009 DPK BTN Syariah sebesar Rp.1,22 triliun, naik

93,79% (year on year) dari Rp. 627,53 miliar di tahun 2008. Sementara asetnya

tumbuh 39,38% menjadi Rp. 2,05 triliun per September 2009 dari Rp.1,6 triliun di

akhir tahun 2008.

9. Bank Syariah BRI

Bank Syariah BRI meningkatkan layanan terhadap nasabahnya dengan membuat

produk layanan eGlobal Transfer yang dirilis pada Juni 2009, yang merupakan

layanan pengiriman uang (remittance) bersifat global dan cepat (real time).

Dengan layanan ini lalu lintas keuangan yang dilakukan tenaga kerja Indonesia

105

Page 68: BAB IV FIX

(TKI) di luar negeri menjadi lancar. Bisa jadi, kehadiran layanan ini member

dampak yang tidak sedikit bagi bisnis Bank Syariah BRI.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Syariah BRI secara year on year per

September 2009 mencapai 2.052,98%. Peningkatan ini mungkin juga didorong

loyalty program yang dilakukan Bank Syariah BRI. Berdasarkan riset MarkPlus

Insight, overall loyalty index tabungan syariah Bank Syariah BRI mengantongi

nilai 72,3%. Per akhir tahun 2008 total asset Bank Syariah BRI sebesar Rp. 983

miliar.

10. BII Maybank Syariah

BII Maybank Syariah meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah dengan

membuka layanan office chanelling. Pada Oktober 2009 BII Maybank Syariah

menambah tujuh office chanelling di tujuh kantor cabang yang berada di wilayah

Jawa Tengah dan Jawa Barat, penambahan office chanelling ini sekaligus

membuktikan komitmennya untuk mengembangkan perbankan syariah secara

strategis, bersinergi dengan jaringan cabang dan elektronik bank

konvensionalnya.

Secara keseluruhan, loyalty idenx tabungan BII Maybank Syariah dalam IBLI

2010 mencapai 71,3% dan per September 2009 memiliki asset Rp. 491,56 miliar,

DPK sebesar Rp. 315,92 miliar dan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp.

395,95 miliar.

106

Page 69: BAB IV FIX

107

Page 70: BAB IV FIX

D. Peluang dan Ancaman

Berdasarkan analisa tersebut diatas, dilakukan identifikasi terhadap apa yang menjadi

peluang dan ancaman BNI Syariah dalam mengimplementasikan strategi spin off.

1. Peluang dalam Industri Perbankan Syariah

a. Pangsa Pasar yang masih luas

Jumlah nasabah bank syariah sampai dengan akhir tahun 2008 baru sekitar 2

juta orang. Padahal jumlah penduduk umat Islam Indonesia potensial untuk

menjadi konsumen bank syariah lebih dari 100 juta orang. Dengan demikian,

mayoritas umat Islam belum berhubungan dengan bank syariah.

b. Peningkatan Teknologi

Dengan berkembangnya kemajuan dan kecepatan teknologi yang sangat

pendukung operasional perbankan dapat mendorong berkembangnya

perbankan syariah.

c. Pertumbuhan perbankan syariah yang sangat pesat di Indonesia

d. Kebijakan pemerintah / Bank Indonesia.

Dengan adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah dalam hal

peraturan-peraturan yang semakin mendorong tumbuhnya perbankan syariah.

e. Masih sedikitnya pemain dalam persaingan perbankan syariah di Indonesia.

f. Tidak dikhususkan hanya untuk orang Islam saja yang bisa bertransaksi di

perbankan syariah.

2. Ancaman dalam Industri Perbankan Syariah

a. Teknologi bank pesaing yang lebih canggih.

108

Page 71: BAB IV FIX

b. Produk bank pesaing yang lebih variatif dan inovatif.

c. Produk sejenis yang menawarkan banyak keunggulan.

d. Kekuatan konsumen untuk memilih bank cukup tinggi.

e. Ancaman hadirnya bank syariah asing.

f. Pesaing dari dalam negeri tidak hanya terdiri dari bank-bank syariah tapi juga

bank konvensional.

E. Usulan Strategi setelah Spin Off

Dalam program akselerasi perbankan syariah, Bank Indonesia telah mencanangkan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penguatan Kelembagaan

a. Melakukan review peraturan yang sifatnya menghambat pertumbuhan dan

perkembangan bank syariah

b. Evaluasi dan penyempurnaan ketentuan menganai jaringan kantor, office

channeling

2. Pengembangan Produk dan Peningkatan Layanan

a. Lebih mengefisienkan/mempercepat proses perizinan produk

b. Melakukan koordinasi untuk mempercepat proses penyusunan fatwa

produk baru oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)

c. Melakukan kajian pengembangan produk bersama bank syariah lain

d. Mendorong aliansi strategis antar bank syariah dan/atau dengan bank

konvensional dalam sharing teknologi informasi

109

Page 72: BAB IV FIX

e. Pengembangan instrument pasar keuangan dan fasilitas bank sentral untuk

meningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas

f. Pengkajian dan memfasilitasi pembentukan lembaga riset fiqh untuk

mendukung pengembangan produk keuangan syariah

g. Meningkatkan standard kualitas layanan (service exellent)

3. Intensifikasi Edukasi dan Aliansi Mitra Strategis

a. Mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga untuk sosialisasi perbankan

syariah

b. Mengadakan aliansi dengan MUI dan lembaga lainnya (seperti Perguruan

Tinggi, lembaga training)

c. Meningkatkan iklan layanan masyarakat dengan bekerja sama dengan

mitra strategis (seperti Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah)

d. Melakukan sosialisasi kepada asosiasi industry/Kadin/kelompok bisnis,

media masa, organisasi massa Islam, untuk mendorong kemitraan dengan

bank syariah dalam pengelolaan keuangan

4. Peningkatan Peran Pemerintah dan Penguatan Kerangka Hukum Bank

Syariah

a. Melakukan upaya persuasive mendorong pemerintah/BUMN/BUMD

untuk memanfaatkan jasa bank syariah, termasuk menempatkan sebagian

anggaran belanja pemerintahnya.

b. Mendorong pengesahan RUU Perbankan Syariah, RUU Sukuk Negara dll

110

Page 73: BAB IV FIX

c. Memfasilitasi bertemunya investor internasional, pengusaha nasional dan

pemilik proyek yang memerlukan pembiayaan skema syariah dalam forum

investor.

d. Meningkatkan pengelolaan dana-dana sosial dari zakat, infak, sodaqoh

baik dari dalam negeri maupun luar negeri melalui bank syariah

e. Lebih meningkatkan kerja sama teknis untuk pengembangan model

pembiayaan syariah untuk berbagai program pemerintah (penjaminan

pembiayaan usaha tani, KUT, program pengentasan kemiskinan, UMKM

dan pembiayaan infrastruktur)

5. Penguatan SDM

a. Peningkatan pelaksanaan transparansi dan good corporate governance

b. Sertifikasi direksi

c. Peningkatan kompetensi seperti training pembiayaan, training layanan,

seminar dan lain-lain

6. Penguatan Pengawasan

a. Penguatan sistem pengawasan bank syariah berbasis risiko, yaitu dengan

penyusunan pedoman pengawasan intern

b. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas bank syariah, dengan

program up-grading/sertifikasi pengawas dan penguatan sistem

pengawasan

111

Page 74: BAB IV FIX

Dengan melihat uraian-uraian diatas, maka usulan strategi setelah spin off BNI

Syariah untuk meningkatkan pangsa pasar adalah sebagai berikut :

1. Produk

BNI Syariah harus dapat menciptakan produk dana dan pembiayaan yang inovatif

dan yang paling banyak memberikan benefit kepada konsumen, juga dapat

disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju. Produk tersebut juga harus

memperhatikan biaya/tariff sehingga tidak kalah bersaing/kompetitif dengan bank

syariah lainnya.

2. Layanan

Layanan yang cepat dan lengkap juga harus terus ditingkatkan, yaitu dengan

meningkatkan indeks kualitas layanan. Hal tersebut dilakukan dengan cara

melakukan role play.

3. Jaringan

Memperluas jaringan kantor cabang ke daerah-daerah yang selama ini masih

dilayani oleh jaringan office channeling dari cabang konvensional, yang

layanannya masih terbatas pada pembukaan rekening dan transaksi kas saja.

Sehingga layanan pembiayaan belum dapat diakomodasi oleh SCO.

4. Aliansi strategis

Yaitu dengan menjalin kerjasama dengan banyak pihak, misalnya dengan Badan

Wakaf Indonesia, Perguruan Tinggi, asuransi ataupun dengan anak perusahaan

BNI lainnya seperti BNI Life.

5. Pemasaran

112

Page 75: BAB IV FIX

a. Dengan melakukan kegiatan promosi yang terpadu dan efektif. Misalnya

dengan bekerja sama dengan BNI konvensional.

b. Dengan memilih lokasi kantor cabang yang tepat sesuai dengan pasar yang

dituju.

5. Edukasi dan sosialisasi

Dengan mengadakan acara berupa talk show baik di televise, radio maupun di

acara seminar di lembaga pendidikan ataupun pameran-pameran syariah yang

diadakan oleh Bank Indonesia.

6. Sumber Daya Manusia

a. BNI Syariah harus terus meningkatkan kualitas SDM nya melalui pendidikan

dan pelatihan secara berkesinambungan, seminar-seminar ataupun kursus-

kursus yang mendukung pengetahuan pegawai tentang perbankan syariah.

b. Memberikan sistem remunerasi yang kompetitif

c. Memberikan reward dan punishment yang tepat.

7. Meningkatkan kualitas pembiayaan, yaitu dengan menerapkan prinsip kehati-

hatian/prudent. Hal tersebut penting untuk mengurangi risiko pembiayaan

bermasalah (NPF / Non Performing Finance)

113