bab iv fix
TRANSCRIPT
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Profil Perusahaan
1. Informasi mengenai BNI
Bank BNI yang dalam hal ini bertindak sebagai bank yang melakukan pemisahan
adalah suatu BUMN yang berbentuk perusahaan publik yang didirikan berdasarkan
hukum dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan berkedudukan hukum
di Jakarta. Mayoritas saham BNI per 30 Juni 2009 dimiliki oleh Pemerintah Republik
Indonesia (76,36%) dan Masyarakat (23,64%).
Bank BNI adalah :
1. Merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 1.106 cabang dan
sentra kredit yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5 cabang luar negeri
(Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London), serta perwakilan di
beberapa Negara di Timur Tengah.
2. Mempunyai jaringan untuk menyalurkan kredit, yaitu 51 sentra kredit kecil
(SKC), 112 unit kredit kecil (UKC), 63 cabang stand alone, 20 sentra kredit
menengah (SKM), serta 59 cabang syariah.
3. Memiliki 2.918 jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM
Bersama, serta fasilitas phonebanking 24 jam, SMS Banking dan BNI Internet
Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan puluhan fitur.
Bagi nasabah institusi bisnis, BNI memberikan layanan cash management secara
online, trade finance, perdagangan internasional (ekspor/impor) dan
39
remittance/pengiriman uang yang didukung oleh jaringan cabang luar negeri dan +
900 bank koresponden di seluruh dunia.
Saham BNI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BBNI. Total
asset yang dikelola BNI per 31 Desember 2008 (audited) dan 30 Juni 2009
(unaudited) berjumlah Rp. 201,7 triliun dan Rp. 201,8 triliun.
b. Informasi mengenai Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997,
meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan
perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun
1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki 59
Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-
masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah
(KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah sampai tahun 2009 berjumlah 59
buah. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang
pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah
untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon
ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna melakukan
“office channelling”. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang
konvensional berjumlah 700 outlet.
40
Dual System Bank
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem
Informasi Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di
seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.
Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan
kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 sebagai Bank Syariah Terbaik.
Syariah Chanelling Outlet
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI
konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-
cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO).
Saat ini seluruh cabang BNI di seluruh Indonesia telah dilengkapi dengan layanan
pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk
melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau
menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan
menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (islamic Banking)
Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat
mengunjungi cabang BNI terdekat.
Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan rekening
syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini terus
meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan dan kinerja
sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
41
Produk Inovatif Sesuai Syariah
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti
jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang
mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah
tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh
golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang
nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk,
baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan
penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual,
dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar
modal pada suatu usaha yang disepakati.
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung
bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak sebagai
pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -
sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya
melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung
42
tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati.
4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara
Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam
pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa
yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
B. Analisis Internal
1. Analisis Visi dan Misi Perusahaan
Pemisahan Unit Usaha Syariah menjadi bank baru yang berbasiskan pada prinsip
Islam, merupakan langkah strategis yang perlu mendapatkan komitmen dari
seluruh stakeholders.
Hal ini sejalan dengan Visi dan Misi Bank Umum Syariah (BUS) baru, yaitu :
a. Visi BNI Syariah
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan
menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
Berdasarkan visi yang dimiliki perusahaan seperti tersebut diatas dan berdasarkan
pengertian visi, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
43
1. Visi perusahaan sudah cukup baik yaitu merupakan komitmen manajemen
perusahaan untuk memberikan layanan dan kinerja yang unggul baik kepada
nasabah maupun kepada seluruh stakeholders dengan bisnis yang sesuai kaidah
Islam.
2. Dengan memiliki visi tersebut, BNI Syariah akan terus berusaha memperbaiki
diri dalam menghadapi persaingan yang terus berkembang dan terus
menyempurnakan sistem yang ada saat ini kearah yang lebih baik lagi.
b. Misi BNI Syariah
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan
layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank
syariah kebanggaan anak negeri.
Misi tersebut diatas dijabarkan menjadi :
1. Memberikan solusi bagi umat untuk kebutuhan jasa perbankan
2. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor
3. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi.
4. Menjadi acuan penyelenggaraan organisasi yang amanah.
Berdasarkan misi yang dimiliki perusahaan dan berdasarkan pengertian misi maka
dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Misi yang dimiliki perusahaan sudah cukup bagus yaitu dapat dijadikan pedoman
atau jalan untuk menuju kondisi perusahaan dimasa mendatang dan juga
menciptakan nilai bagi seluruh stakeholders.
44
2. Misi BNI Syariah juga merupakan pernyataan sikap dari manajemen dan karyawan
untuk melaksanakan kepercayaan nasabah dan selalu berorientasi kepada
pelanggan.
3. Dari misi tersebut juga merupakan pernyataan sikap majajemen dan karyawan
untuk terus menerus meningkatkan kinerja dan layanan kepada nasabah.
4. Manajemen perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada seluruh
stakeholders, sehingga mendapatkan manfaat yang maksimal.
2. Nilai-nilai Perusahaan
Nilai-nilai yang berlaku di BNI Syariah merupakan hasil adopsi dari nilai-nilai
korporasi BNI yang dituangkan dalam prinsip “46”, yaitu Profesionalisme,
Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan tiada henti. Nilai-nilai tersebut
sejalan dan konsisten dengan kepribadian dan perilaku Rasulullah SAW yang
meliputi Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.
Prinsip 46 merupakan tuntunan perilaku insan BNI, terdiri dari :
4 (empat) Nilai Budaya Kerja dan 6 (enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI,
yaitu :
1. Profesionalisme :
a. Meningkatkan kompetensi dan memberikan
hasil terbaik
2. Integritas
a. Jujur, tulus dan ikhlas
b. Disiplin, konsisten dan bertanggung jawab.
45
3. Orientasi Pelanggan
a. Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis
4. Perbaikan Tiada Henti
a. Senantiasa melakukan penyempurnaan
b. Kreatif dan inovatif
Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan
bertindak bagi seluruh insan BNI
3. Analisis Rantai Nilai (Value Chain)
b. Aktifitas Primer
1. Logistik Masuk (Inbound Logistic)
Bank syariah termasuk industri dalam bentuk bisnis jasa, dalam hal ini tidak
terdapat bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi. Logistik masuk dalam
perbankan adalah :
a. Pengelolaan likuiditas yang sehat, yang terdiri dari kas, giro pada bank lain
dan Bank Indonesia, efek-efek, portofolio Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) dan obligasi.
b. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda (KYC/Know Your
Customer) merupakan penanganan uang yang masuk.
2. Kegiatan Operasi
46
Pemenuhan kegiatan primer ini sangatlah tergantung dari pencapaian yang
dilakukan oleh logistik masuk. Kegiatan operasional ini termasuk didalamnya
adalah :
a. Pemeliharaan rekening skala besar maupun kecil, kliring, setoran, penarikan
transfer dan sebagainya.
b. Quality Assurance yang mengawasi dan memantau jalannya operasi agar
sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia.
c. Pemantauan pembiayaan
d. Program Anti Pencucian Uang dan Kenali Nasabah Anda.
3. Logistik Keluar
Kegiatan yang termasuk dalam logistik keluar adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen.
Yang termasuk dalam logistic keluar adalah :
a. 759 kantor cabang syariah, kantor cabang pembantu dan layanan office
channeling cabang konvensional di hampir seluruh kota di Indonesia, 2.918
jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,
dengan 95 fitur transaksi pada ATM.
b. Fasilitas phonebanking 24 jam.
c. E-banking yang meliputi layanan SMS Banking, mobile banking dan BNI
Internet Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan puluhan fitur.
d. Jalur distribusi pelayanan yang seimbang antara cabang konvensional dan
syariah.
4. Pemasaran dan Penjualan
47
Pemasaran dan penjualan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengarahan
konsumen agar tertarik untuk membeli produk.
Kegiatan pemasaran dan penjualan dalam perbankan meliputi :
a. Tersedianya customer service dan information center yang cukup untuk
menyampaikan informasi bagi konsumen dan calon konsumen.
b. Strategi periklanan yang gencar di media televisi, Koran, majalah dan
internet. Selain itu adanya Corporate Social Responsibility (CSR) yang
antara lain berupa pengembangan dana qardh / dana sosial sebagai dana
bergulir kepada masyarakat di lingkungan kantor cabang BNI Syariah yang
bertujuan untuk mengembangkan usaha kecil serta meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
c. Lengkapnya fasilitas dan layanan bank yang diimbangi dengan
perkembangan teknologi merupakan nilai tambah bagi BNI Syariah.
d. Penawaran nisbah bagi hasil yang cukup tinggi dan special nisbah untuk
produk simpanan dengan kriteria tertentu.
e. Penataan lokasi kantor cabang dan ATM yang strategis, agar dapat berfungsi
lebih efektif sebagai penyedia produk dan layanan perbankan konsumen.
f. Tersedianya kantor cabang prima yang khusus melayani transaksi dan
menawarkan produk investasi bagi nasabah-nasabah besar dengan fasilitas
yang lebih mudah dan bersifat personal.
g. Produk-produk pembiayaan consumer yang inovatif dan kompetitif.
5. Pelayanan
48
Aktivitas pelayanan dalam hal ini sangat penting dalam mempertahankan nasabah
yang telah ada dan menarik nasabah baru, antara lain adalah :
a. Layanan setoran, penarikan, kliring, transfer.
b. Kartu pembiayaan Hasanah Card
c. Electronic banking : ATM BNI Syariah, SMS Banking, mobile banking,
internet banking.
d. Layanan informasi phone banking 24 jam
e. Fasilitas pembiayaan : KPR Syariah; Oto Syariah; Fleksi Syariah, Tunas
Usaha Syariah; Wira Usaha Syariah; pembiayaan proyek modal
kerja/musyarakah.
f. Layanan lainnya : Safe Deposit Box, Gadai Emas Syariah, Bank Garansi
c. Aktivitas Pendukung
1. Infrastruktur Perusahaan
Aktivitas pendukung ini tidak kalah pentingnya dalam memberikan value bagi
organisasi. Dalam infrastruktur perusahaan yang akan memberikan value yang
akan diterima oleh konsumen dan pada gilirannya akan memberikan margin yang
lebih besar bagi perusahaan. Termasuk dalam aktivitas ini adalah: keuangan,
perencanaan, auditor, dan manajemen perusahaan. Keuangan dalam hal ini adalah
yang berhubungan dengan kepentingan BNI Syariah sebagai sebuah entitas
perusahaan, dimana ia harus mengelola pengeluaran dan pemasukan yang baik
agar tercipta value yang dapat bermanfaat bagi perusahaan.
Antara lain adalah :
49
a. Management Information System, Accounting Operation, Financial, Human
Resources Department.
b. Layanan perbankan elektronik, seperti jaringan ATM dan perbankan yang
luas (759 kantor cabang syariah, kantor cabang pembantu dan layanan office
channeling cabang konvensional di hamper seluruh kota di Indonesia, 2.918
jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,
c. Pengawasan internal : Branch Quality Assurance, Regional Quality
Assurance, Satuan Pengawasan Intern, Divisi Audit Internal
d. Group Syariah Financing risk, Divisi Produk dan Kebijakan Pembiayaan,
Divisi Komersial, Divisi Kartu Pembiayaan, Divisi Perbankan Ritel, Divisi
Tresuri, Dana dan Internasional, Divisi Manajemen Risiko, Divisi
Pembiayaan Khusus, Divisi Teknologi, Divisi Perencanaan, Divisi
Komunikasi dan Umum serta Divisi Hukum dan Kepatuhan.
e. Komite-komite : Komite Audit, Komite Remunerasi dan Nominasi, Komite
Pemantauan Risiko, Komite SDM, Komite Modal dan Investasi, Komite
Kebijakan dan Risiko serta Komite Aset Liabilities.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan ini meliputi aktivitas yang berhubungan dalam recruitment,
pengembangan karyawan, pemberian motivasi kepada karyawan, termasuk juga
dalam hal memberikan sanksi dan hukuman kepada karyawan.
a. Adanya Divisi Sumber Daya Manusia yang bertanggung jawab atas
pengembangan dan pelaksanaan program-program pengembangan SDM,
50
antara lain Officer Development Program, Manager Development Program
dan pelatihan-pelatihan seperti selling skill, massive training layanan dan
lain-lain.
3. Pengembangan Teknologi
Pengembangan peralatan, software, hardware, prosedur, di dalam transformasi
produk dari input menjadi output.
a. Teknologi yang canggih yaitu ICONS (Integrated Centralized online system)
dimana seluruh kantor cabang dan layanan terhubung secara online dan real
time, juga informasi dan komunikasi antara kantor pusat dan cabang dapat
terupdate secara real time jaringan internet.
b. Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, Call Center
c. Peningkatan fitur layanan bernilai tambah di ATM
4. Pembelian (Procurement)
Aktivitasnya antara lain adalah :
a. Struktur pendanaan yang berasal dari pihak ketiga berupa rekening tabungan,
giro atau deposito.
b. Dari margin pembiayaan, obligasi syariah/sukuk, provisi dan komisi lainnya,
transaksi mata uang asing.
51
Gambar 4.1. Analisis Value Chain BNI Syariah
52
4. Strategi BNI Syariah
Gambar 4.2. Strategi BNI Syariah
4 tema strategi BNI Syariah, yaitu :
1. Part of the whole : BNI Syariah sebagai bagian dari produk dan layanan yang
diberikan BNI kepada pelanggan.
2. Autonomy : didirikan dengan tujuan otonomi, BNI Syariah selalu dikelola dalam
grup dengan tujuan bisa lebih independen.
53
3. Leveraging on conventional : BNI Syariah dibangun dengan dasar kompetensi
dari konvensional, dengan produk yang sama , meningkatkan kebijakan yang ada
dan dengan memanfaatkan saluran distribusi konvensional.
4. Matching industry : BNI Syariah diharapkan dapat mencapai 5% dari total asset
BNI dan 5% dari total dana BNI di tahun 2010 sesuai dengan target BI.
Sesuai dengan Kebijakan Umum Direksi (KUD), arah perusahaan untuk tahun 2010
adalah : “Stabilisasi proses transisi menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dan
membangun landasan yang kuat untuk pertumbuhan kedepan”.
Sedangkan sasaran perusahaan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Laba sebelum pajak minimal sebesar Rp. 186 milyar.
2. ROA (Return on Asset) minimal sebesar 3,7%
3. ROE (Return on Equity) minimal sebesar 18,6%
4. NIM (Net Interest Margin) minimal sebesar 6,2%
5. CAR (Capital Adequacy Ratio) minimal sebesar 17,1%
6. NPF-Gross (Non Performing Funding) maksimal sebesar 4,0%
7. BOPO (rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional)
maksimal sebesar 63%
8. Pertumbuhan pembiayaan minimal menjadi sebesar Rp.4.580 milyar
b. Pembiayaan middle minimal sebesar Rp. 880 milyar
c. Pembiayaan retail minimal sebesar Rp. 1.177 milyar
d. Pembiayaan consumer minimal menjadi sebesar Rp. 2.523 milyar
9. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) minimal menjadi sebesar Rp. 4.506 milyar
a. Giro minimal menjadi sebesar Rp. 513 milyar
54
b. Tabungan minimal menjadi sebesar Rp. 1.680 milyar
c. Deposito minimal menjadi sebesar Rp. 2.312 milyar
10. Coverage ratio minimal sebesar Rp. 100%
11. Mempertahankan peringkat layanan 3 besar MRI (Market Research Indonesia)
Strategi bisnis perusahaan tahun 2010 adalah :
1. Memelihara kualitas asset dan memaksimalkan tingkat recovery rate (collection)
dari pembiayaan yang telah dihapus buku.
2. Meningkatkan produktivitas cabang dan outlet, khususnya dalam penghimpunan
dana murah.
3. Memelihara tingkat profitabilitas, dengan mengalokasikan ekspansi pembiayaan
khususnya pada segmen ritel.
Sedangkan strategi manajemen untuk tahun 2010 adalah :
1. Menjaga stabilitas operasional khususnya melalui :
a. Pemenuhan kebutuhan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan,
dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi.
b. Membangun sinergi yang harmonis dengan BNI, dalam hal pemanfaatan
fungsi-fungsi penunjang (IT, jaringan, dsb)
2. Melengkapi infrastruktur baik software, hardware dan humanware untuk
melengkapi kebutuhan operasional sebagai BUS, maupun kebutuhan
pertumbuhan ditahun berikutnya.
55
3. Mengembangkan produk-produk inovatif dan mengejar kepemimpinan pasar pada
segmen ritel dan transaksional.
5. Strategi Spin Off
a. Alasan dilakukannya Spin Off
BNI Syariah melakukan spin off dengan beberapa alasan sebagai berikut :
1. Memanfaatkan first mover advantage, persiapan untuk menghadapi pemain baru
di tengah kondisi pasar yang sedang konsolidasi.
2. Menciptakan profil pasar untuk menjaring investor potensial baik domestik
maupun global.
3. Pengelolaan unit usaha lebih bersifat independen dan strategis.
4. Semakin mudah berkompetisi, semakin lincah dan fleksibel dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis kedepannya.
5. Pemisahan akan mendorong berjalannya praktek-praktek terbaik (market best
practice) dalam pengelolaan bsinis BUS sehingga pada gilirannnya akan
menciptakan efisiensi dan produktifitas bisnis yang lebih baik.
b. Tujuan dari spin off tersebut adalah :
1. Untuk memperbesar kapasitas.
2. Untuk memperbesar fleksibilitas dalam pengelolaan bisnis.
3. Untuk menangkap peluang pasar dengan memperbaiki cara berkompetisi.
56
c. Sedangkan alasan pemilihaan spin off dengan modal sendiri, antara lain adalah :
1. Modal yang dibutuhkan lebih kecil (minimal Rp. 500 milyar)
2. Proses lebih cepat.
3. IT dapat dilaksanakan secara parallel
4. Controlling tetap di Bank BNI
5. Meminimalkan resistensi pegawai
6. Sejalan dengan Corporate Plan UUS BNI
7. Akselerasi pengembangan usaha lebih mudah dilakukan
8. Biaya pengembangan kedepan lebih terencana.
9. Strategi office channeling dapat terus dilanjutkan.
Spin off sebagai Corporate Action dan Strategi Pengembangan BNI Syariah, Spin
Off merupakan tahapan pemantapan SBU yang telah direncanakan sejak lama pada
Corporate Plan BNI Syariah. Rencana tsb telah mendapatkan keputusan Dekom cf.
Surat No.DK/059 tanggal 30 April 2008.
d. BNI melakukan spin off UUS dengan harapan dapat memberi manfaat, antara
lain adalah :
1. Akselerasi pengembangan usaha syariah akan lebih mudah dilakukan melalui
Bank Umum Syariah (BUS) baru yang akan didirikan, sehingga perkembangan
bisnis menjadi lebih cepat.
a. Pengelolaan unit usaha lebih bersifat independen dan strategik.
b. Semakin mudah berkompetisi, kian lincah dan fleksibel dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis kedepannya.
57
2. Meningkatkan kualitas kepercayaan dan citra.
c. Bank yang terbentuk akan memiliki reputasi yang tinggi dan pemahaman
yang mendalam dari aspek produk dan layanan syariah.
d. Produk dan layanan yang dikembangkan akan kian fokus sesuai dengan
segemn usahanya di bidang UMKM dan konsumen.
3. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Pemisahan akan mendorong berjalannya praktek-praktek terbaik (market best
practice) dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
dalam pengelolaan bisnis BUS sehingga pada gilirannya akan menciptakan
efisiensi dan produktifitas bisnis yang lebih baik.
4. Meningkatkan struktur permodalan.
Memungkinkan BUS baru dapat melakukan kerjasama strategis secara lebih
efektif dengan pihak ketiga, termasuk didalamnya untuk meningkatkan
permodalan guna mengantisipasi dan memanfaatkan peluang bisnis kedepan.
5. Memberikan manfaat bagi pemegang saham dan regulator
a. Memberikan dampak positif pada nilai saham perusahaan.
b. Menjadi faktor pendorong pengembangan industry perbankan syariah secara
umum.
c. Mendorong percepatan API (Arsitektur Perbankan Indonesia)
6. Mendukung rencana percepatan pertumbuhan perbankan syariah.
e. Dari sisi BNI yang melakukan pemisahan terdapat 2 pendorong alasan
dilakukannya spin off , yakni yang menyangkut aspek :
58
a. Aspek eksternal, terdiri dari :
1. Aspek regulasi yang kian kondusif dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008, UU No.19 Tahun
2008 tanggal 7 Mei 2008 mengenai Surat Berharga Syariah Negara, PBI
tentang Bank Umum Syariah dan dalam pembahasan berupa penyempurnaan
ketentuan pajak termasuk pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap
produk yang berdasarkan prinsip jual beli serta kemudahan bank untuk
melakukan spin off unit syariahnya. Hal tersebut merupakan langkah strategis
bagi perkembangan industri perbankan syariah di masa depan.
2. Dari sisi pertumbuhan industri, dalam 5 tahun terakhir perbankan syariah
menunjukkan angka pertumbuhan yang sangat signifikan dimana total
pembiayaan, dana dan asset bertumbuh sebesar 34% pertahun (tabel 4.1) Hal
ini jauh melampaui pertumbuhan angka perbankan konvensional sebesar 19%
dan 25% masing-masing untuk dana dan kredit pada periode yang sama.
Namun demikian jika dibandingkan dengan potensi pasar yang ada, maka
peluang pengembangan syariah masih sangat terbuka luas. Saat ini kontribusi
pangsa pasar perbankan syariah baru sekitar 2% dari total perbankan nacional.
3. Dari sisi kesadaran konsumen yang kian meningkat, dari hasil survey yang
dilakukan di tahun 2000 – 2001 di beberapa propinsi di Jawa dan Sumatera
bahwa nasabah masih meragukan kemurnian prinsip syariah terhadap bank
syariah yang dioperasikan secara dual banking system (UUS). Untuk
menghindari keragu-raguan dan persepsi masyarakat tersebut, maka
59
kedepannya pengelolaan usaha syariah oleh UUS seyogyanya dikonversi
menjadi Bank Umum Syariah (BUS).
b. Aspek Internal
Dari aspek internal UUS yang dimiliki oleh bank yang melakukan pemisahan,
pada saat pendiriannya telah dirancang sedemikian rupa untuk dilakukan
pemisahan. Oleh karenanya dalam pengembangan bisnisnya UUS yang dimiliki
telah memiliki infrastruktur dalam bentuk sistem, prosedur dan pengambilan
keputusan yang independen.
6. Analisis Bidang Fungsional
a. Pertumbuhan Kinerja UUS BNI tahun 2004-2008
60
Gambar 4.3. Grafik Kinerja BNI Syariah tahun 2004 - 2008
61
Tabel 4.1. Pertumbuhan Kinerja BNI Syariah
(dalam miliar rupiah)
2004 2005 2006 2007 2008 CAGR
Pembiayaan 690,0 835,0 1.133,0 1.801,0 3.132,0 47%
Dana 780,0 856,0 1.125,0 1.800,0 3.173,0 44%
Asset 1.124,0 1.331,0 1.469,0 2.547,0 4.012,0 34%
Net Margin & Profit Sharing 53.5 70.7 96.7 108.5 191.2 37%
Fee based 14.2 31.3 14.6 22.2 40.3 30%
Opr.Revenue 67.7 102.0 111.3 130.7 231.5 36%
Opex 26.8 59.2 88.6 102.0 119.3 45%
Gross Profit 40.9 42.8 22.7 28.7 112.2 29%
PPAP (8.0) (35.9) (9.2) (9.2) (77.6) 76%
Net Non Opr.Profit (0.1) - 1.8 (0.2) (0.4) 41%
Current Year Profit 32.8 6.9 15.3 19.3 34.2 71%
Dari Gambar 4.3 dan Tabel 4.1 tersebut diatas dapat dilihat kinerja laba rugi BNI Syariah
sebagai berikut :
1. Pembiayaan meningkat 47% dengan focus pada pembiayaan UMKM dan segmen
consumer.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 44% pertahun
3. Jumlah modal cenderung tetap. Hal tersebut dapat menjadi hambatan bagi UUS BNI
untuk tumbuh lebih lanjut, disisi lain potensi pasar terus tumbuh dan persaingan
semakin ketat.
4. Laba dalam 4 tahun terakhir terus meningkat secara signifikan
62
b. Permodalan dan kepemilikan
Modal BUS akan berasal dari dari Bank BNI sebesar 99,9% dan 0,1% dari PT. BNI
Life Insurance yang diperkirakan sebesar Rp. 750 milyar.
c. Segmentasi Bisnis BUS
1. Dalam jangka pendek :
a. BUS akan tetap fokus pada segmen broad retail, dengan memanfaatkan
platform dan kompetensi yang dimiliki. Hal tersebut juga sejalan dengan
proses dan tahapan penyusunan risk infrastructure BUS.
b. Produk dan jasa yang ditawarkan adalah produk-produk retail dan UKM (usaha
kecil dan menengah)
2. Dalam jangka menengah BUS mulai masuk ke segmen baru yakni selected
corporate/wholesale dan investment banking sebagai opsi, yang dapat dipercepat
dengan melakukan kerjasama sinergis dengan investor yang memiliki pengalaman
global dan kompetensi di segmen tersebut, seperti dengan BNI Securities ataupun
global partner.
3. Dalam jangka menengah – panjang, sejalan dengan size modal yang dimiliki, BUS
akan mengembangkan produknya pada segmen korporat dan pasar modal, dengan
mengingat :
a. Semakin jenuhnya pasar syariah sehingga menekan yield.
b. Persaingan yang kian ketat di segmen retail dan UKM
c. Infrastruktur risiko yang memadai.
63
c. Kinerja Manajemen
Sedangkan analisis dari sisi kinerja Manajemen, UUS BNI sampai dengan saat ini
telah memiliki :
1. 59 Kantor Cabang (Kantor Cabang Utama Syariah dan Kantor Cabang Pembantu
Syariah)
2. 700 SCO (Syariah Channeling Outlet) di seluruh Indonesia.
3. 2.918 jaringan ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 10.500 ATM Bersama,
dengan 95 fitur transaksi pada ATM.
4. Fasilitas layanan lainnya, seperti SDB (Safe Deposit Box), Kartu Pembiayaan
Hasanah dan Gadai Emas Syariah.
5. Sistem dan prosedur yang telah lengkap dan operasional
6. Dukungan IT yang handal yaitu ICONS (Integrated Centralized Online System).
Sistem IT dan jaringan akan tetap menggunakan IT BNI dengan cost sharing yang
dituangkan dalam SLA.
7. Nasabah yang berjumlah 295.116 nasabah
8. Karyawan yang berjumlah 597 karyawan yang professional.
d. Tahapan proses hukum spin off adalah :
1. Persetujuan dari Komisaris atas hal-hal sebagai berikut (cfm. Pasal 12
ayat 5 AD BNI)
2. Pengumuman kepada masyarakat
64
3. Pengumuman kepada karyawan sehubungan dengan rencana pengalihan
(spin off).
4. Pemanggilan kepada pemegang saham untuk pelaksanan RUPS.
5. Laporan kepada Bapepam
6. Persetujuan dari RUPS
a. Persetujuan dari para Kreditor, jika diperlukan.
b. Penyusunan rancangan Akta Pendirian dan Anggaran Dasar.
7. Permohonan Ijin prinsip kepada Bank Indonesia, berikut dokumen
pendukung yang ditentukan dalam SEBI
8. Pendirian badan hukum Perseroan Terbatas, dengan membuat Akte
Pendirian dalam Akte Notaris cfm. Pasal 7 UU PT
9. Pengajuan ijin usaha.
10. Pengesahan dan pengumuman Perseroan di Berita Negara dan Tanda
Daftar Perseroan.
11. Pelaksanaan spin off dan penyusunan Akta Pemisahan Usaha Syariah
beserta pengalihan aktiva dan pasiva BNI Syariah dari BNI kepada Bank
Umum Syariah Baru.
C. Analisis Eksternal
4. Karakteristik Industri
Karakteristik industri perbankan syariah dimana perusahaan melakukan kegiatan
bisnisnya merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi
pengembangan usaha.
65
Sesuai dengan survey yang dilakukan oleh majalah Investor edisi September 2009 yang
berdasar pada rangkuman pendapat dari nara sumber/pakar pelaku industri syariah di
Indonesia terdapat beberapa potensi dari industri Syariah di Indonesia, yaitu :
1. Jumlah penduduk muslim yang besar dan angka konsumsi yang bertumbuh tinggi.
2. Semakin banyak bank syariah yang beroperasi.
3. Komitmen Bank Indonesia dalam mengembangkan industri perbankan syariah.
4. Diterbitkannya sukuk pemerintah di dalam negeri dan sukuk global menarik
perhatian pemodal global dan domestic.
5. Beroperasinya lembaga-lembaga pendidikan syariah dan jurusan ekonomi syariah
di sejumlah universitas untuk mengisi kebutuhan SDM syariah.
6. Pertumbuhan indicator keuangan syariah di Indonesia yang tinggi dibandingkan
dengan Negara lain, dan lolosnya Indonesia dari pengaruh signifikan krisis global.
Sedangkan kendala yang dijumpai dalan industri Syariah di Indonesia adalah :
1. Stagnasi pertumbuhan bank dan multifinance syariah di semester I 2009.
2. Pengenaan pajak PPN untuk transaksi syariah.
3. Peraturan di industri keuangan (perizinan, akuntansi dan pajak) secara umum
masih dibuat berdasarkan paradigma konvensional, belum seluruhnya
mengakomodasi dual system.
4. Instrumen syariah belum variatif. Contohnya, pasar uang antar bank syariah yang
masih terbatas.
5. Produk syariah yang dikembangkan hanya sebatas label bukan esensi penggunaan
system syariah.
66
6. Komitmen pemerintah untuk memperbesar pangsa pasar syariah masih minim.
Adapun poin-poin yang perlu diperhatikan adalah:
a. Market Size and growth rate
Untuk mengetahui seberapa besar pasar dan pertumbuhan industri perbankan
syariah, berikut disampaikan perkembangan kinerja Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1.
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Perkembangan Kinerja Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
NO. INDIKATOR
TAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
JUNI
2009
1 ASET (Rp Miliar) 7.859 15.326 20.880 26.772 36.538 49.555 55.238
2 DPK (Rp Miliar) 5.725 11.862 15.584 20.672 28.012 36.852 42.103
3
PEMBIAYAAN (Rp
Miliar) 5.530 11.490 15.232 20.445 27.944 38.195 42.195
4 ROA (%) 1,52 3,38 1,35 1,55 2,07 1,42 2,16
5 ROE (%) N/A N/A 26,71 36,94 53,91 37,94 56,06
6 NPF (%) 2,34 2,35 2,82 4,75 4,05 3,95 4,39
7 FDR (%) 96,90 96,86 97,75 98,90 99,76 103,65 100,22
8 BOPO (%) N/A N/A 78,91 76,77 76,54 81,75 73,56
9 Jumlah Bank
a. Bank Umum Syariah 2 3 3 3 3 5 5
b. Unit Usaha Syariah 8 15 19 20 26 27 25
c. BPR Syariah 84 88 92 105 114 131 133
Total 94 106 114 128 143 163 163
67
10
Total Aset Bank (Rp
Miliar) 1.213.518 1.272.081 1.469.827 1.693.850 1.986.501 2.310.557 2.496.194
11 Pangsa Pasar Syariah thd 0,65 1,20 1,42 1,58 1,84 2,14 2,21
Total Aset Bank (%)
Sumber : Majalah Investor Edisi XI/195 September 2009
Tabel 4.2. tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja bank-bank syariah dari tahun 2003
sampau bulan Juni 2009 telah menunjukkan peningkatan, sejalan dengan membaiknya
kondisi perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari pertumbuhan asset perbankan syariah
yang pada tahun 2003 sebesar 7.859 miliar menjadi 55.238 miliar di bulan Juni 2009 atau
meningkat sebesar 600% dalam jangka waktu 5 tahun.jumlah penjualan kartu kredit pada
tahun 2001 yang jumlahnya sebesar 2,264 ribu menjadi sebesar 5,269 ribu rupiah di
tahun 2005, atau sudah lebih dari dua kali lipat dalam waktu 5 tahun.
Pangsa pasar perbankan syariah juga meningkat dari 0.65% di tahun 2003 menjadi 2.21%
dari total asset perbankan di bulan Juni 2009. dan dengan adanya rencana pendirian
beberapa Bank Umum Syariah, yaitu dengan cara spin off unit usaha syariah (UUS) atau
membeli bank yang kemudian diubah menjadi bank syariah, maka asset perbankan
syariah akan mengalami peningkatan.
b. Scope of competitive rivalry
Industri perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.
negara-negara ASEAN telah mengalami perkembangan yang pesat. Pasar perbankan
syariah terbesar di Asia ada di Indonesia. Dua faktor pendukungnya yakni populasi
masyarakat muslim terbesar dan potensi pasar yang cukup besar. Namun secara global,
68
pertumbuhan pasar perbankan di Indonesia cukup kecil dan juga secara nasional masih
harus digenjot lagi.
Potensi tingginya pertumbuhan bank syariah di Tanah Air karena faktor regulasi yang
mendukung. Di antaranya adalah Undang-undang Perbankan Syariah, sukuk atau Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan penghapusan pajak ganda (double tax).
Hal itu, didukung juga faktor demografis penduduk Indonesia yang sangat besar. Dalam
konteks ASEAN, penduduk Indonesia terbesar mencapai 240 juta jiwa dan 80%-nya atau
192 juta jiwa beragama Islam. Sedangkan Malaysia hanya 23 juta jiwa.
Secara nominal, aset perbankan di Indonesia sangat kecil. Namun, berbicara angka
pertumbuhan bank syariah di Indonesia jauh lebih maju dan mampu berkembang lebih
pesat dibandingkan negara lain
c. Number of rivals
Seperti terlihat pada Table 4.2 di atas, sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 27 buah dan BPR Syariah
sebanyak 131 buah. Mengingat potensi penduduk muslim di Indonesia sangat besar dan
pangsa pasar perbankan syariah masih kecil dibandingkan dengan perbankan
konvensional, maka terlihat bahwa pangsa pasar perbankan syariah masih sangat besar.
Oleh karena itulah terjadi persaingan besar-besaran bagi para pelaku perbankan syariah
dalam menjaring konsumen sebanyak-banyaknya dengan menggunakan berbagai cara.
d. Buyer needs and industry requirements
69
Dengan semakin banyaknya bank-bank konvensional yang mendirikan Unit Usaha
Syariah ataupun mendirikan Bank Umum Syariah, maka konsumen mempunyai banyak
pilihan untuk memilih. Konsumen biasanya memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Keamanan.
Konsumen akan lebih memilih bank milik pemerintah atau BUMN dibandingkan
bank swasta. Karena Bank Pemerintah mempunyai posisi yang lebih kuat
dibandingkan bank swasta. Selain itu bank dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sehingga penabung merasa aman karena uangnya tidak akan
hilang.
Meningkatnya kejahatan perbank baik melalui penipuan ataupun dengan
kejahatan ATM menjadikan faktor kemanan tersebut sebagai salah satu faktor
yang menjadi pertimbangan bagi konsumen. Adanya fasilitas keamanan dari
risiko kejahatan perbankan, seperti misalnya penipuan atau penggandaan ATM
maka telah dilakukan pengamanan dengan penerbitan ATM dengan chip yang
setidaknya dapat memperkecil tindakan kejahatan yang mungkin terjadi.
2. Kenyamanan
Mengapa nasabah memilih bertransaksi dan menabung di bank-bank besar seperti
BNI, Mandiri atau BCA, karena mereka nyaman bisa ambil uang dimana saja,
kapan saja oleh siapa saja melalui ATM, EDC, mobile banking untuk keperluan
transfer, remitansi dan berbagai tagihan dll, untuk itu diperlukan teknologi yang
canggih dan pengaturan yang benar agar risiko- risiko yang ada terjaga dengan
baik.
3. Keuntungan.
70
Khususnya deposan bank dapat hadiah seperti hadiah umroh dari Bank Muamalat
atau emas dari BRI Syariah, atau adanya pemberian bagi hasil yang lebih
menguntungkan.
4. Akses/Access
Konsumen biasanya memilih layanan perbankan yang memiliki jaringan luas,
online dan real time, baik untuk layanan transaksi di kantor layanan maupun
layanan untuk transaksi melalui ATM, Internet Banking, SMS Banking maupun
layanan untuk transaksi auto debet dan auto kredit untuk pembayaran tagihan-
tagihan atau pembayaran gaji dll.
5. Biaya/Cost
Konsumen selalu mengharapkan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan uang
yang akan dikeluarkannya. Biasanya mereka mengharapkan biaya administrasi
yang rendah, keuntungan bagi hasil yang tinggi dan kemudahan untuk
bertransaksi.
6. Layanan/Service
Konsumen mengharapkan bank dapat memberikan pelayanan secara lengkap
meliputi layanan informasi 24 jam, layanan pengaduan dan penyelesaian,
sehingga konsumen dapat dengan segera memperoleh layanan yang cepat dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan yaitu dengan layanan Teleplus 24 jam
serta bila ada komplain nasabah dapat segera tertangani dengan cepat.
e. Production capacity
Produk perbankan syariah yang dibutuhkan nasabah sangat mempengaruhi
perkembangan pasar perbankan syariah. Produk perbankan syariah dalam system
71
ekonomi islam saat ini sangat menarik dan penting, karena saat ini produk perbankan
syariah yang sesuai dengan syariat islam saat ini tengah berkembang di berbagai Negara
yang mempraktekkan system ekonomi kapitalis seperti Indonesia.
Sejalan dengan tumbuh kembangnya pasar perbankan syariah harus pula
didukung oleh perkembangan dalam fikih Muamalat, MUI dan para kyai harus bekerja
sama merumuskan kaidah-kaidah fikih muamalat agar produk-produk dan jasa perbankan
syariah dapat lebih ditingkatkan kapasitasnya dan inovatif.
Perbankan syariah juga harus dapat melakukan dan melayani semua transaksi
yang dilakukan oleh perbankan konvensional, seperti transaksi Swap, Option, Export
Import, future trading dan lain-lain. Hal tersebut merupakan suatu tantangan bagi
perbankan syariah.
Beragamnya produk perbankan syariah akan memacu pertumbuhan perbankan
syariah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan semakin meningkatnya ketertarikan
masyarakat Islam dalam bertransaksi melalui bank syariah. Tiap-tiap bank syariah
semakin berlomba-lomba untuk bisa meraih sedikit pangsa pasar yang ada dalam industri
perbankan syariah ini. Pengukuran kapasitas produksi dalam industri perbankan syariah
hanya akan mencapai titik maksimal apabila inovasi produk, teknologi informasi atau
regulator dalam hal ini BI dalam memberikan kemudahan dalam regulasi perbankan
syariah dalam pengambangan produk perbankan syariah. Sehingga produk-produk
perbankan syariah dapat lebih berkembanga kapasitasnya dan dapat memenuhi kebutuhan
nasabah bank syariah.
f. Pace of technology change
72
Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan itu menuntut bank-
bank syariah untuk semakin meningkatkan layanan transaksi perbankannya dalam hal
kemudahan transaksi dan keamanan dalam penggunaan teknologi layanan transaksinya.
Saat ini banyak sekali kejadian cyber fraud yang merugikan konsumen atau yang masih
cukup konvensional adalah dengan melakukan pemalsuan ATM dan penipuan melalui
SMS banking.
Dalam kasus pemalsuan ATM, hal tersebut dapat dilakukan dengan meng-copy
pita magnetik yang ada di balik setiap ATM. Sebenarnya untuk mencegah hal itu terjadi,
saat ini teknologinya telah ada yaitu dengan menggunakan sistem chip. Sebagian besar
negara sudah menggunakan standart chip tersebut, tetapi regulator BI tidak dapat
memaksa penggunaan teknologi tertentu karena Indonesia menggunakan prinsip open
technology. Bagi lembaga perbankan, kelambatan migrasi ke standar chip hanya akan
menyebabkan institusinya harus mengandung kerugian jika terjadi fraud. Sedangkan bagi
nasabah kelambatan migrasi standar ini akan menyebabkan terjadinya penggandaan ATM
seperti yang telah terjadi baru-baru ini.
g. Vertical integration
Vertical integration yang bisa dilakukan oleh bank-bank syariah adalah dengan
cara membeli cabang-cabang konvensional yang tidak begitu berkembang dari induknya
untuk dijadikan cabang bank syariah. Disamping akan menghemat biaya juga akan
menjaga nasabah tidak berpindah ke bank lain, karena bank syariah tersebut masih satu
induk dengan bank konvensional yang dijadikan syariah. Dengan melakukan integrasi
vertical tersebut, terjadi cost efficiency yang menguntungkan perusahaan.
73
h. Product innovation
Bisnis syariah di Indonesia masih lambat berkembang karena kurang inovatif. Hal
tersebut dapat dilihat berdasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan dan produk bisnis
syariah umumnya mengacu pada bisnis konvensional. Hal pokok yang membedakannya
hanya unsur riba atau bunga, yang memang diharamkan dalam system syariah.
Dalam perbankan syariah, kegiatan bank syariah tidak banyak berbeda dengan
bank konvensional. Hanya istilahnya saja yang berbeda. Misalnya, kalau di bank
konvensional ada tabungan dan deposito, maka di bank syariah ada tabungan syariah dan
deposito syariah.
Inovasi di kalangan pelaku industri perbankan syariah untuk menggaet nasabah
tiada henti. Jenis-jenis produk syariah pun beragam. Tidak hanya sekadar tabungan,
deposito, giro, tetapi juga sudah merambah penyediaan kartu kredit berbasis syariah
dengan menggunakan brand Islamic Banking (IB). Begitu juga dari sisi pembiayaan.
Selain kredit modal kerja,konsumsi, perbankan syariah juga menyediakan kredit
pemilikan rumah yang menggunakan mekanisme bagi hasil.Justru, ada beberapa item
produk bank syariah yang tidak mampu disediakan bank konvensional.
Produk gadai syariah misalnya, pada bank konvensional tidak dikenal sistem
pegadaian. Hingga saat ini,jasa gadai yang ditawarkan bank syariah masih sebatas untuk
gadai emas. Beberapa bank syariah yang telah menawarkan jenis jasa ini di antaranya
BNI Syariah dan Bank Muamalat. Artinya, berbagai inovasi yang dilakukan semakin
menegaskan bahwa bank syariah tak kalah dibanding bank konvensional. Kini dengan
berbagai macam inovasi dan penawaran produk, perbankan syariah bahkan mampu
74
mewujudkan misinya untuk menjadi bukan sekadar biasa (beyond banking).
i. Degree of product differentiation
Saat ini, setiap pelaku perbankan berlomba-lomba mencontoh strategi yang
dikerjakan oleh bank pendahulunya, bank konvensional maupun bank syariah. Seperti
misalnya, bank-bank syariah yang mencontoh produk-produk bank-bank konvensional
yang kemudian dimodifikasi sehingga dapat memenuhi prinsip-prinsip perbankan
syariah.
Karena masing-masing bank saling mengikuti pendahulunya dan mengeluarkan
produk dengan ciri yang sama, maka tingkat product differentiation produk perbankan ini
bisa dikatakan cukup rendah. Rendahnya tingkat differensiasi produk ini memberikan
kemudahan pada bank-bank lain yang ingin ikut berpartisipasi dalam persaingan
perbankan syariah.
j. Economics of scale
Merujuk pada data kependudukan dan ekonomi diketahui bahwa penduduk
Indonesia berjumlah 240 juta , dimana dari 86% adalah penduduk muslim dan merupakan
Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Meskipun GDP (Gross Domestic
Product) hanya USD 3,900 per kapita, ternyata Indonesia hanya mempunyai rasio jumlah
asset perbankan disbanding GDP muslim dewasa hanya 1%. Rasio ini sekaligus
mengkonfirmasi data Bank Indonesia yang menyatakan baru 1% potensi nasabah muslim
75
yang menempatkan dananya di perbankan syariah. Maka prospek indsutri perbankan
syariah masih sangat menjanjikan.
k. Learning and experience curve effects
Saat ini para pelaku perbankan syariah berlomba-lomba mengeluarkan berbagai
macam strategi untuk dapat meraih konsumen sebanyak-banyaknya. Mulai dari besarnya
bagi hasil yang dijanjikan hingga tawaran hadiah di muka bagi penabung yang
menempatkan dananya dalam jangka waktu tertentu.
Sejumlah promosi yang dilakukan itu pun diikuti oleh bank-bank Syariah lainnya.
Begitu juga promosi yang dilakukan yang tidak berhubungan dengan keuntungan yang
didapat oleh nasabah, melainkan inovasi produk, seperti layanan gadai syariah yang
didasarkan pada produk gadai dari pegadaian syariah dan juga produk Kartu Pembiayaan
Syariah seperti Hasanah Card milik BNI Syariah. Oleh karena itu, learning dan
experience curve effects dalam industri perbankan syariah pun bisa dikatakan cukup
tinggi.
2. Analisis Five Forces
1. Persaingan antar perusahaan-perusahaan dalam Industri (rivalry among existing
firms)
a. Pelaku Industri
Sesuai dengan info Bank Indonesia per Januari 2010 terdapat 10 Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah yang bersaing pada Industri Perbankan Syariah, dan
sesuai dengan survey yang dilakukan oleh majalah Investor edisi September 2009 dengan
76
peringkat sesuai asset adalah sebagai berikut :Bank Syariah Mandiri; Bank Muamalat,
BNI Syariah; Bank Syariah Mega Indonesia; BTN Syariah; Bank CIMB Niaga Syariah;
Bank Permata Syariah; Danamon Syariah; Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin.
Bank Syariah Mandiri mempunyai asset terbesar dibandingkan perbankan syariah
lainnya, yaitu sebesar 17 triliun atau sebesar 34% dari total asset perbankan syariah.
Pemeringkatan tersebut dilakukan dalam upaya mendorong pertumbuhan bisnis syariah
dan meningkatkan sosialisasi masyarakat. Pemeringkatan dilakukan dengan
menggunakan penilaian kuantitatif berdasarkaj kinerja financial, yaitu dengan dengan 17
indikator termasuk CAR (capital adequacy ratio), NPF (non performance financing),
ROA (return on asset), ROE (return on equity), FDR (financing to deposit ratio),
pertumbuhan pembiayaan, return mudarabah, return ijaroh.
Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah Indonesia jumlah pelaku
dalam industri perbankan syariah di Indonesia masih terbatas, sehingga masih ada
peluang masuknya pelaku lokal dalam jangka waktu dekat. Seperti misalnya jumlah Bank
Umum Syariah (BUS) yang pada tahun 2009 sebanyak 5 BUS, maka pada tahun 2010 ini
akan berdiri 5 BUS baru yaitu antara lain BNI Syariah yang melakukan spin off dan
kemudian berdiri sendiri menjadi BUS, Bank Jabar-Banten Syariah, BCA Syariah,
Victoria Syariah, dan Maybank Syariah. Dengan semakin banyaknya BUS yang
beroperasi maka akan memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.
Sampai saat ini jaringan kantor bank-bank syariah di Indonesia masih sangat
terbatas, yaitu hanya terdapat pada ibukota propinsi di tiap daerah. Sehingga diharapkan
segera meningkat setelah dikeluarkannya ketentuan jaringan kantor dari Bank Indonesia.
77
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Indonesia, pembukaan cabang baru berdampak signifikan terhadap penghimpunan DPK
dan penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan data publikasi BI hingga November 2009, industri perbankan syariah
Indonesia memiliki sebanyak 749 jaringan. Jaringan itu terdiri dari 254 kantor cabang
syariah (KCS), 262 kantor cabang pembantu syariah (KCPS), 28 unit pelayanan syariah
(UPS), dan 205 kantor kas syariah (KKS). Bila dibandingkan periode sama 2008, jumlah
jaringan itu mengalami kenaikan sekitar 33 persen. Sepanjang Januari-November tahun
lalu, pertumbuhan penambahan jaringan rata-rata per bulan sekitar 2,7 persen.
Dalam memperluas jaringan, terdapat beberapa faktor yan perlu diperhatikan bank
syariah. Pertama, bank syariah harus memastikan ketersediaan sumber daya manusia
berkualitas, penambahan jumlah SDM berkualitas jauh lebih susah dibanding dengan
membuka jaringan.
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah efisiensi. Hal ini terkait dengan
beban manajerial manajemen pusat bank syariah. Perluasan jaringan otomatis menambah
beban manajerial manajemen pusat dan bisa semakin tidak terkontrol, hal tersebut tidak
baik untuk kinerja bank. Sehingga efisiensi harus bisa dikelola dengan baik.
b. Tingkat Pertumbuhan Industri
Selama 17 (tujuh belas) tahun keberadaan perbankan syariah sejak didirikannya
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 merupakan masa yang cukup mature untuk
mengevaluasi keberadaan dan juga performance dari industri perbankan syariah di
Indonesia. Dengan adanya 5 Bank Umum Syariah, 127 Unit Usaha Syariah dan 131 BPR
78
Syariah terlihat bahwa besarnya peran industri perbankan syariah terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia terutama pada sektor riil.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia
memang cukup tinggi. Baik dilihat dari sisi asset, jumlah dana pihak ketiga (DPK),
permodalan, maupun dana yang disalurkan. Angkanya berkisar 35-35%, padahal di
Negara lain pertumbuhannya tidak lebih dari 20%. Tetapi pertumbuhan tersebut
melambat pada semester pertama (bulan Juni) tahun 2009, bahkan nyaris stagnan.
Dari data Bank Indonesia, asset perbankan syariah per Juni 2009 sebesar Rp.55,23
triliun, atau meningkat Rp. 5,68 triliun dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar Rp.49,55
triliun. Namun jika dibandingkan dengan dengan total asset perbankan nasional, angka
ini relatif kecil. Dengan angka asset perbankan nasional tahun 2008 sebesar Rp.2.310
triliun, berarti asset perbankan syariah hanya 2,1% dari asset perbankan nasional.
Sedangkan asset pembiayaan syariah adalah sebesar 3 % (Rp. 42,20 triliun) dari total
pembiayaan di Indonesia (Rp. 1.335,04 triliun).
Dari data Bank Indonesia, diketahui bahwa hampir seluruh dana masyarakat yang
diserap perbankan syariah telah dikucurkan melalui pembiayaan. Yaitu rasio pembiayaan
terhadap penghimpunan dana (financing to deposit ratio / FDR) bank syariah per bulan
Juni 2009 sebesar 100,22%. Dengan penghimpunan dana Juni sebesar Rp. 42,103 triliun,
sementara pembiayaan sebesar Rp. 42,195 triliun, hal tersebut masih rawan terjadi
ketidakseimbangan likuiditas.
c. Tingkat differensiasi dan biaya peralihan
79
Instrumen dan produk bank syariah yang selama ini digunakan Bank Syariah
masih terbatas pada bentuk-bentuk klasik yang dimodifikasi atau meniru instrument dan
produk bank konvensional, padahal Islam tidak pernah membatasi dan menentukan
instrument dan produk tertentu dalam perbankan syariah. Dan diantara persaingan
perbankan syariah di Indonesia macam produk dan instrumennya hampir sama sehingga
tingkat diferensiasi produk perbankan syariah sangat rendah. Untuk itu perbankan syariah
di Indonesia harus dapat mengembangkan instrument dan produk perbankan syariah
sehingga bank-bank syariah harus dapat berinovasi dan berkreasi dalam pengembangan
produknya.
Menilik dari jenis produk dan fasilitas yang ditawarkan bank-bank syariah hampir
sama, yang sedikit membedakan adalah dalam hal besar bagi hasil dan tarif margin
pembiayaan yang ditawarkan, itupun bedanya antar bank-bank syariah sangat kecil
perbedaaanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat diferensiasi dan biaya peralihannya
rendah.
d. Biaya Tetap
Biaya tetap dalam hal pengelolaan produk tabungan dan pembiayaan untuk setiap bank
syariah hampir sama, apalagi dengan adanya produk Tabungan IB (Islamic Bank) yang
diwajibkan oleh Bank Indonesia dimana tabungan tersebut ditujukan agar produk bank
syariah dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tabungan IB tersebut diseragamkan
oleh BI dalam hal minimal saldo dan tidak ada biaya pengelolaannya, Sehingga bank
harus bersaing dalam hal fasilitasnya, misalnya BNI Syariah memberikan fasilitas kartu
80
ATM untuk Tabungan IB tersebut sedangkan bank-bank lain termasuk bank
konvensional tidak memberikan fasilitas tersebut.
e. Peningkatan Kapasitas
Pasar perbanksan syariah masih sangat luas, dengan semakin terbukannya
informasi dan wawasan masyarakat tentang perbankan syariah maka kebutuhan akan
produk perbankan syariah yang beragam akan semakin disadari oleh konsumen. Jumlah
penduduk muslim di Indonesia yang sangat besar akan menjadikan Indonesia sebagai
pangsa pasar terbaik untuk perbankan syariah dalam meningkatkan kapasitas produk-
produk perbankan syariah.
f. Exit Barriers
Bisnis perbankan syariah adalah bisnis yang sarat dengan regulasi perbankan
syariah yang sangat ketat, karena semua produk yang dibuat harus melalui pengawasan
Dewan SyariahBank Indonesia. Produk perbankan syariah disamping memenuhi aturan-
aturan perbankan Bank Indonesia secara umum, juga harus memenuhi syarat fikih
muamalat Islam.
Bisnis perbankan syariah dibangun dengan investasi yang cukup besar, baik
investasi dalam hal modal, sumber daya manusia maupun teknologi. Sehingga exit
barrier untuk bisnis perbankan syariah cenderung tinggi, yang meningkatkan persaingan
di industri ini.
81
2. Ancaman Pendatang Baru (Threats of new Entrant)
a. Skala Ekonomis
Untuk bisa menembus pasar perbankan syariah di tengah persaingan antar bank-
bank syariah sendiri maupun dengan bank-bank konvensional sangat tidak mudah.
Infrastruktur yang diperlukan sangat tinggi, mengingat tingkat teknologi yang dibutuhkan
harus mampu memberi keamanan, kemudahan, kecepatan dan kenyamanan konsumen.
Terlebih lagi, dengan semakin meningkatnya tingkat kejahatan internet yang
menyebabkan terjadinya transaksi ATM dengan penggandaan ATM, maka bank-bank
syariah harus benar-benar dapat memberi jaminan keamana atas uang nasabah yang
disimpan di bank. Selain itu factor kemudahan bertransaksi dimanapaun nasabah berada
akan sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu bank, juga factor kecepatan
bertransaksi yang dipengaruhi adanya teknologi yang bagus serta kenyamanan nasabah
dalam bertransaksi di bank syariah. Keempat hal tersebut tentu saja membutuhkan biaya
yang cukup tinggi, sehingga tidak mudah untuk memasuki pasar perbankan syariah di
Indonesia.
b. Diferensiasi produk
Tingkat differensiasi produk dalam industri perbankan syariah ini cukup rendah,
artinya hampir semua bank-bank syariah menawarkan produk dan fasilitas yang hampir
sama, sehingga produk baru yang ditawarkan suatu bank syaraiah akan segera diikuti
oleh bank syariah lain. Untuk itu tiap bank syariah harus mampu untuk selalu inovatif
membuat suatu produk baru yang berbeda dengan produk-produk perbankan syariah yang
82
sudah ada. Contohnya BNI Syariah yang sudah menjadi pelopor untuk membuat produk
Gadai Emas Syariah dan kartu pembiayaan syariah Hasanah Card.
c. Kebutuhan modal
Besarnya kebutuhan modal bagi bank syariah cukup memnjadi hambatan untuk
masuk kedalam industri perbankan syariah. Perbankan syariah membutuhkan suntikan
modal yang cukup besar agar tetap dapat beroperasi sesuai dengan koridor kehati-hatian
dalam aspek permodalan. Jika tidak dilakukan tindakan penguatan modal, permasalahan
ini di kemudian hari akan menghambat laju pertumbuhan perbankan syariah.
Tetapi dengan diterbitkannya peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank
Umum Syariah modal untuk pendirian Bank Umum Syariah melalui spin off diturunkan
menjadi 500 miliar akan memberi peluang berkembangnya perbankan syariah di
Indonesia,
d. Biaya beralih pemasok (Switching cost)
Biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah bank syariah untuk berpindah dari
satu produk suatu bank syariah ke produk bank syariah lainnya cenderung rendah.
Terlebih dengan adanya produk tabunganku dari Bank Indonesia yang merupakan produk
tabungan yang wajib di dikeluarkan baik oleh bank konvensional maupun bank syariah.
Produk tabungan tersebut ditujukan agar masyarakat Indonesia mengenal produk
perbankan, sehingga hanya dengan nominal kecil (yaitu saldo minimal Rp.20.000) dan
tidak dikenakan biaya pengelolaan rekening seseorang dapat membuka tabungan di bank.
83
e. Saluran Distribusi
Dengan diberlakukannya kebijakan Bank Indonesia tentang office channeling
maka dapat dikatakan saluran distribusi untuk produk perbankan syariah yang kantor
cabangnya hanya di kota-kota besar atau ibukota propinsi dapat menjangkau kota-kota
kecil lainnya dengan office channeling dimana cabang-cabang konvensional BNI dapat
melayani transaksi perbankan syariah.
f. Kebijakan Pemerintah
Pengembangan perbankan syariah tidak terlepas dari aspek kebijakan pemerintah.
Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat pertumbuhan
perbankan syariah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat mendesak
dipenuhi, seperti amandemen UU Perpajakan, UU Perbankan Syariah dan UU tentang
sukuk. Sehingga adanya Peraturan Bank Indonesia mengenai Perbankan Syariah akan
sangat mempengaruhi perkembangan perbankan syariah di Indonesia
Berdasarkan analisa diatas, maka dapat dikatakan bahwa Ancaman pendatang baru
adalah tinggi.
3. Ancaman produk pengganti (Threats of substitute product)
Produk-produk bank syariah sebagian besar adalah adopsi dari produk-produk
bank konvensional. Sehingga produk bank konvensional merupakan substitusi dominant
dari produk perbankan syariah. Perbedaan mendasar dari produk perbankan syariah
adalah terpenuhinya aspek syariah perdagangan Islam dalam produk-produk tersebut.
84
Sehinggga untuk nasabah-nasabah yang kurang memahami hal tersebut akan
menganggap sama antara produk perbankan konvensional dan produk perbankan syariah.
Oleh karena itu bisa dikatakan ancaman produk pengganti cukup tinggi.
4. Kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyer)
Kekuatan tawar pembeli dalam perbankan syariah cukup tinggi, karena bank-bank
syariah menawarkan berbagai kelebihan atau iming-iming yang sangat menarik, misalnya
Bank Muamalat dengan memberikan hadiah umroh bagi penabungnya.
a. Sensitivitas harga
Sesuai dengan ulasan sebelumnya dimana dikatakan switching cost dalam industri
perbankan syariah adalah sangat rendah, yaitu dengan adanya produk tabunganku dari
Bank Indonesia yang berstandar sama dalam harga. Dengan kenyataan ini berarti
konsumen akan cenderung mencari biaya termurah dan fasilitas paling lengkap karena
tidak adanya perbedaan yang mencolok antara satu produk bank syariah dengan produk
bank syariah lainnya.
b. Kekuatan tawar menawar relatif
Kemudahan konsumen bank syariah untuk berpindah dari satu bank syariah ke
bank syariah lain, atau bahkan dari bank syariah ke bank konvensional menjadikan
kekuatan tawar relative dari konsumen menjadi tinggi. Terlebih lagi dengan penawaran
dari bank syariah yang memberikan bagi hasil tinggi dan hadiah-hadiah tertentu, yang
memudahkan konsumen untuk berpindah dari satu bank ke bank yang lain.
85
Berdasarkan kedua hal tersebut, terlihat bahwa kekuatan tawar menawar pembeli cukup
tinggi.
5. Kekuatan tawar menawar pemasok (Bargaining power of supplier)
Pemasok dalam industri perbankan syariah yang produk-produknya dibatasi oleh
peraturan bank Indonesia tentang perbankan syariah dan produk yang dikeluarkan harus
seijin (dengan pengawasan) Dewan Pengawas Syariah Bank Indonesia,dan untuk
memenuhi kebutuhan nasabah akan kecepatan dan kemudahan bertransaksi diperlukan
teknologi yang sampai saat ini memerlukan biaya tinggi. Begitu juga dalam operasional
bank yang sangat tergantung kepada kecepatan dan kecanggihan teknologi yang
digunakan. Sehingga peranan teknologi yang dalam hal ini disediakan oleh pihak ketiga
atau vendor (disebut juga sebagai pemasok) sangat berpengaruh pada daya saing
perbankan. Hal tersebut menjadikan tingkat kekuatan tawar menawar pemasok tinggi.
Tabel 4.3. Analisis Five Forces dalam Industri Perbankan Syariah
KekuatanTingkat ancaman terhadap Profit
Persaingan antar perusahaan-perusahaan dalam industri (Rivalry Among Existing Firms)
Tinggi
Ancaman Pendatang Baru (Threats of new Entrant)
Tinggi
Ancaman Produk pengganti (Threats of substitute product)
Tinggi
Kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyer)
Tinggi
Kekuatan tawar menawar penjual (Bargaining Power of Supplier)
Tinggi
86
Dari analisis terhadap lima kekuatan bersaing dalam industri perbankan syariah tersebut
di atas maka dapat disimpulkan bahwa industri perbankan syariah merupakan industri
yang memiliki daya tarik yang cukup, dengan rincian analisis sebagai berikut:
a. Persaingan dalam industri perbankan syariah sangat tinggi, sebagai akibat
besarnya pangsa pasar perbankan syariah khususnya dalam bidang consumer
banking dan besarnya pertumbuhan jumlah penduduk muslim Indonesia tiap
tahunnya yang menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang menggiurkan.
Oleh karena itu, para pemain perbankan syariah di waktu mendatang akan
bersaing lebih ketat untuk memperebutkan pangsa pasarnya.
b. Hambatan masuk pada industri perbankan syariah cukup tinggi sebagai akibat dari
persyaratan kapital yang besar, biaya pengalihan yang tinggi, perlunya akses
saluran distribusi, produk berteknologi dan efek pembelajaran dan pengalaman.
Tindakan pemerintah dalam industri perbankan syariah pun selama ini terlihat
mendukung tingginya hambatan masuk ini.
c. Kekuatan pemasok dalam industri perbankan syariah relatif tinggi, karena
kebutuhan bank akan adanya teknologi yang cepat dan akurat dalam
operasionalnya.
d. Ketersediaan produk substitusi dalam industri perbankan syariah sangat banyak,
namun demikian, dua faktor utama yang paling dilihat oleh konsumen dalam
memilih produk perbankan syariah adalah akses dan layanan yang diberikan oleh
bank syariah tersebut .
e. Kekuatan pembeli dalam industri perbankan syariah sangat tinggi mengingat
masih seragamnya jenis produk bank syariah dan kemiripannya dengan produk
87
bank konvensional. Banyaknya bank syariah yang menawarkan produk yang
hampir sama tersebut, sehingga industri perbankan syariah ini bisa dinilai sebagai
buyer’s market.
3. Driving Forces Analysis
Perlu kiranya mengetahui kekuatan-kekuatan yang dominan yang dapat
mempengaruhi, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi industri secara
keseluruhan adalah:
1. Pertumbuhan Internet dan aplikasinya
Perkembangan teknologi internet semakin memudahkan seseorang untuk
melakukan transaksi sangat mempengaruhi perkembangan industri perbankan
syariah. Saat ini transaksi perbankan sudah dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja, yaitu dengan menggunakan fasilitas internet banking. Sehingga
konsumen bisa setiap saat bertransaksi tanpa harus datang ke kantor bank, karena
dengan menggunakan internet konsumen dapat melakukan transaksi perbankan
baik mengetahui informasi saldo rekening mapun melakukan transfer uang. tentu
saja pihak bank tidak akan melupakan segi keamanan dari transaksi melalui
teknologi internet tersebut. Hal ini penting mengingat cyber fraud yang banyak
terjadi dan sempat menyebabkan menurunnya penggunaan internet untuk
melakukan transaksi internet banking.
2. Meningkatnya globalisasi dalam industri
Industri perbankan syariah di Indonesia diharapkan akan terus berkembang
meskipun kondisi perekonomian global saat ini kurang mendukung pertumbuhan
88
bisnis perbankan syariah. Runtuhnya beberapa institusi keuangan konvensional
seharusnya bisa dijadikan suatu peluang bagi perbankan syariah untuk dapat
memberikan solusi keuangaan terbaik bagi semua kalangan, baik bagi orang
muslim maupun non muslim.
3. Perubahan dalam pertumbuhan jangka panjang industri
Industri perbankan syariah di Indonesia berkembang sangat pesat selama lebih
dari 1 dekade. Meskipun telah ada institusi keuangan yang beroperasi dengan
system profit sharing, tetapi secara formal baru diakui oleh pemerintah melalui
Undang-Undang Perbankan No. 7/1992. Dengan peraturan ini dimulailah era dual
system banking. Industri perbankan syariah di Indonesia diperkirakan masih
mengalami peningkatan asset sebesar 22,3% untuk Bank Umum Syariah dan
33,1% untuk Unit Usaha Syariah (info BI) , terlebih lagi dengan semakin
meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang perbankan syariah
masyarakat Indonesia yang juga mengarah pada semakin meningkatnya kesadaran
konsumen akan perbankan syariah. Dengan melihat berbagai factor tersebut maka
kesempatan untuk memperluas pasar perbankan syariah masih sangat besar.
4. Inovasi produk
Menurut penilaian Bank Indonesia, 70% fasilitas produk perbankan syariah
kurang inovatif, sehingga belum bisa menopang pertumbuhan asset karena tidak
menyentuh kebutuhan semua lini dunia usaha. Untuk itu bank syariah harus bisa
membuat terobosan produk keuangan bagi kebutuhan dunia usaha, sehingga bisa
diserap pasar dan memperbesar protofolio industri perbankan syariah. Terdapat
hubungan yang kuat antara inovasi produk dengan pengembangan pasar
89
perbankan syariah. Semakin inovatif bank syariah membuat produk, semakin
cepat pula pasar perbankan syariah berkembang. Maka lemahnya inovasi produk
bank syariah akan membuat lambatnya pengembangan pasar.
Dalam melakukan inovasi produk, bank-bank syariah seharusnya memperhatikan
poin-poin berikut, yaitu :
a. Inovasi produk sejatinya dikembangkan dengan dukungan teknologi informasi
dan telekomunikasi yang semakin canggih, sehingga mempermudah urusan
konsumen dan meningkatkan efisiensi kegiatan usaha konsumen. Tanpa teknologi
canggih, bank-bank syariah akan kalah bersaing dengan bank-bank konvensional.
b. Keharusan perbankan syariah dalam memahami karakter bisnis sektor riil. Jadi
supaya produk bisa berkembang perlu adanya pemahaman banker akan sektor riil
secara variatif, perdagangan, industri manufaktur, infrastruktur, pertambangan,
telekomunikasi, properti, pertanian, peternakan, perikanan dan lain sebagainya.
Pengembangan produk bank syariah kearah sektor riil sangat penting karena bisa
melindungi perekonomian domestik dan meningkatkan kemampuan ekonomi
rakyat.
c. Untuk mengembangkan produk-produk yang bervariasi dan menarik, bank
syariah di Indonesia harus dapat membangun hubungan kerjasama atau berafiliasi
dengan lembaga-lembaga keuangan internasional. Kerjasama tersebut akan
bermanfaat dalam pengembangan produk-produk bank syariah.
d. Dalam melakukan inovasi produk diperlukan efisiensi dan efektivitas dalam
pengembangan produk-produknya. Inovasi harus memperhatikan aspek harga,
sehingga tetap bersaing dengan harga yang ditawarkan produk bank konvensional.
90
e. Dalam melakukan inovasi produk perlu diperhatikan pencitraan, posisioning dan
diferensiasi.
f. Dalam melakukan inovasi produk, terutama produk yang berasal dari luar negeri
atau dari pengembangan fikih muamalah kontemporer, harus mengusulkan
pemberian fatwa dari Dewan Syariah Nasional MUI.
5. Perubahan teknologi
Perubahan teknologi yang semakin pesat tentu saja akan mempengaruhi
perkembangan Perbankan syariah. Dukungan teknologi informasi yang memadai
mutlak diperlukan oleh bank syariah untuk melayani dan memberikan kemudahan
bagi nasabahnya. Tanpa bantuan IT (Information Technology) yang canggih, bank
syariah akan ketinggalan jaman dan ditinggalkan nasabahnya. Kecenderungan
nasabah bank saat ini adalah memilih bank yang sudah online dan mempunyai
ATM yang jaringannya luas dan fiturnya lengkap. Di era telekomunikasi canggih
ini, bank yang menguasai IT yang up to date sesuai dengan kehendak nasabah dan
karakteristik bank syariah.
Namun masalahnya, teknologi perbankan sangat rumit, mahal dan hampir
seluruhnya dipengaruhi oleh pihak ketiga atau pihak di luar bank, termasuk
vendor dari luar negeri. Hal tersebut memberatkan bank-bank syariah yang
mempunyai budget IT terbatas. Sehingga ujung-ujungnya akan membuat layanan
bank syariah menjadi mahal harganya dan nasabah yang terkena imbasnya. Untuk
itu diperlukan suatu arsitektur perbankan Indonesia (ATPI) yang dapat
mengangkat posisi tawar bank terhadap vendor karena memungkinkan bank
saling berbagi berbagi sumber daya teknologi, bank bisa saling berkolaborasi
91
memanfaatkan sumber daya teknologi informasi untuk mencapai kebutuhan
kepatuhan (compliance). Pada saat yang sama, mereka tetap saling berkompetisi
melalui beragam produk dan jasa.
6. Inovasi Pemasaran
Berbagai macam usaha dilakukan untuk menarik pelanggan potensialnya, salah
satunya dengan melakukan inovasi pemasaran yang sangat manarik belakangan
ini. Upaya-upaya yang dilakukan industri perbankan syariah saat ini selain cara-
cara konvensional yaitu dengan menyebarkan tim marketing yang melakukan
presentasi kepada calon-calon nasabah potensial, program kerjasama dengan
pihak ketiga seperti kartu pegawai ataupun kartu keanggotaan yang berfungsi juga
sebagai kartu ATM, menjaring nasabah pada event-event syariah yang potensial
seperti event pameran syariah yang bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi
Syariah (MES), secara aktif mengedukasi pengetahuan tentang perbankan syariah
kepada masyarakat melalui internet, Koran, radio maupun televisi.
7. Kebijakan Pemerintah
Bank Indonesia selaku bank sentral turut serta dalam mendorong pertumbuhan
bank syariah. Bank Indonesia mengeluarkan program-program sebagai strategi
dalam mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia, yaitu :
Program akselerasi dan IB Marketing Campaign 2008
Program ini telah dicanangkan pada akhir tahun 2006. Sebagai bagian dari
program tersebut pada tanggal 19 Januari 2008 di Festival Ekonomi Syariah
secara resmi Deputy Gubernur Bank Indonesia Siti Ch. Fadjriah telah
meluncurkan program iB Marketing Champaign 2008 dan mencanangkan
92
perumusan Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Program
tersebut merupakan serangkaian kegiatan komunikasi/sosialisasi dalam rangka
meningkatkan public awareness, yang tidak hanya melibatkan Bank
Indonesia, namun dengan menyertakan industri perbankan syariah. Dengan
adanya program ini diharapkan terjadi keselarasan dan sinergi antara
kebijakan dan program BI dengan industri dalam meningkatkan awareness
publik mengenai bank syariah.
Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dirumuskan dalam
kerangka program akselerasi pengembangan pasar perbankan syariah
Indonesia, sebagai upaya untuk menunjukkan keatraktifan pasar perbankan
syariah Indonesia, Bank Indonesia telah menetapkan visi 2010 pengembangan
pasar perbankan syariah di Indonesia – sebagai perbankan syariah terkemuka
di ASEAN dan penetapan target pencapaian secara bertahap, yaitu :
Fase I (2008) : “Membangun Pemahaman Perbankan Syariah Sebagai
Lebih dari Sekedar Bank (Beyond Banking)”, pencapaian target asset
sebesar Rp.50 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan sebesar 40%.
Fase II (2009) : “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai
Perbankan Syariah Paling Atraktif di ASEAN”, Pencapaian target
asset sebesar Rp.87 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industry
sebesar 75%.
Fase III (2010): “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai
Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN”, Pencapaian target asset
sebesar Rp.124 triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industri
93
sebesar 81%. Untuk mewujudkan visi baru pengembangan pasar perlu
dilakukan serangkaian program utama pelaksanaan Grand Strategy
pengembangan pasar, yaitu :
1. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek
positioning, differentiation dan branding. Positioning baru bank
syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua
belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif
dengan produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten
dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-
date dan user friendly, serta adanya tenaga ahli investasi keuangan
syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah
bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking.
2. Program Pengembangan Segmen Pasar Perbankan Syariah, yaitu
dengan pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa
bank syariah sebagai layanan universal bank atau bank bagi semua
lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi
masing-masing bank syariah.
3. Program Pengembangan Produk, yaitu program yang diarahkan
kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan
value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan
jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk
yang mudah dipahami.
94
4. Program Peningkatan Pelayanan, yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu
memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah
secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah.
5. Program Sosialisasi dan komunikasi, yaitu melakukan sosialisasi
dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui
berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung
(media cetak, elektronik, online/website), yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa
perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
4. Analisis Key Success Factor
1. Technology Related
Industri perbankan merupakan industri yang padat teknologi. Implementasi
strategi bisnis dan keinginan untuk mampu bersaing antar bank syariah
maupun dengan perbankan konvensional menuntut adanya perubahan
teknologi informasi (TI). Hal ini diperlukan agar perbankan syariah dapat
memiliki value yang dapat diandalkan sesuai dengan konsep beyond banking
yang diusung oleh industri perbankan syariah nasional. Untuk menjawab
tantangan bisnis ke depan, saat ini hampir seluruh Bank Umum Syariah
melaksanakan investasi untuk pengadaan infrastruktur TI baru. Tetapi
mengingat investasi TI memerlukan alokasi sumber daya yang cukup besar
95
serta membutuhkan proses dan integrasi sistem yang cukup lama, sampai
dapat diimplementasikan dengan baik, maka investasi TI harus dianalisis dan
dimonitor seperti halnya investasi lainnya terutama terkait dengan efisiensi
dan return yang dapat diberikan. Pengembangan TI yang dilaksanakan oleh
Bank Umum Syariah pada umumnya dilakukan oleh bank tersebut secara
mandiri dengan menggunakan sistem TI yang sudah teruji di pasaran atau
melalui pengembangan secara intern oleh tenaga ahli sendiri yang dimiliki
bank. Pengembangan TI oleh Unit Usaha Syariah (UUS) umumnya
merupakan proses reengineering berupa penambahan modul-modul syariah
pada sistem core banking yang telah dimiliki bank induk, sehingga
memberikan kehandalan yang sama dengan bank induk, baik dari aspek
availability, confidentiality, validity maupun security. Pemanfaatan TI bank
induk juga menjadi solusi terbaik atas keterbatasan anggaran investasi TI
maupun sumber daya yang dimiliki. Secara umum penguatan TI perbankan
syariah telah berhasil memberikan fee based income yang baik bagi perbankan
syariah yaitu berupa fee dari transaksi-transaksi internet banking, mobile
banking dan ATM.
Penggunaan teknologi informasi perbankan yang semakin kompleks
memerlukan manajemen risiko yang memadai, Bank Indonesia melalui PBI
No. 9/15/PBI/2007 tentang Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi
Informasi oleh Bank Umum, telah mengatur agar perbankan termasuk bank-
bank syariah dapat melakukan mitigasi risiko atas penyelenggaraan TI.
Selama tahun 2009 Bank Indonesia telah melakukan pemantauan dan
96
pemeriksaan TI bagi bank-bank syariah untuk menjaga kualitas dan keamanan
transaksi dan informasi. Terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan,
Bank Indonesia telah meminta bank melakukan tindak lanjut dan memerikan
komitmen untuk perbaikan kedepan.
2. Kemampuan beroperasi dengan efisien (Manufacturing Related)
Keberhasilan Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah yang
merupakan tiga besar bank syariah di Indonesia disebabkan karena bank-bank
syariah ini dapat menghasilkan produk yang inovatif, memiliki harga yang
kompetitif dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, hal-hal tersebut adalah
bentuk dari keberhasilan efisiensi manufaktur perbankan syariah. Semakin
efisien suatu perusahaan, maka biaya yang timbul pun akan semakin rendah,
sehingga memberikan peluang untuk menawarkan yang lebih baik kepada
konsumen.
Efisiensi juga dilihat dari penyaluran dana pembiayaan syariah bagi
masyarakat. Efisiensi bank syariah ditunjukkan oleh rasio pembiayaan
dibandingkan dengan DPK (FDR/financing to deposit ratio). Menurut
penelitian dari Bank Indonesia pada tahun 2008, bank syariah lebih efisien
dibandingkan dengan bank konvensional, artinya FDR bank syariah lebih
tinggi dbandingkan dengan rasio penyaluran kredit (LDR/Loan to deposit)
bank konvensional.
97
3. Kepemilikan Saluran Distribusi yang Luas (Distribution Related)
Saluran distribusi yang luas sangat dibutuhkan dalam industri perbankan
syariah untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Dengan memiliki penyebaran
saluran distribusi yang luas, komunikasi antara pemain industri dengan
konsumen menjadi lebih intensif dan hal ini merupakan kunci keberhasilan
dan loyalitas pelanggan.
Menyebarkan unit pelayanan bank syariah sampai ke pelosok daerah adalah
sebuah keharusan jika ingin melakukan penetrasi pasar dengan baik.
Dibutuhkan modal yang tidak sedikit jika harus dilakukan secara serentak atau
bersamaan. Paling tidak dibutuhkan waktu dan dilakukan secara bertahap atau
bisa juga dengan melakukan sistem office channeling.
4. Pemasaran yang Aktif dan Kreatif (Marketing Related)
Proses pemasaran yang sangat aktif pun dijalankan oleh para pemain di
industri perbankan syariah ini. Berbagai macam promosi bisa terlihat di
berbagai macam media, baik suratkabar ataupun melalui internet.
Dalam marketing, efektivitas sebuah iklan seringkali digunakan untuk
menanamkan “brand image” atau agar lebih dikenal keberadaannya. Ketika
“brand image” sudah tertanam dibenak masyarakat umum, maka menjual
sebuah produk, baik itu dalam bentuk barang maupun jasa akan terasa menjadi
jauh lebih mudah.
Kurangnya sosialisasi atau promosi yang dilakukan bank-bank syariah bisa
menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan perbankan syariah di
98
Indonesia pada saat ini. Diperlukan biaya yang besar untuk melakukan
kegiatan promosi atau sejenisnya.
Menurut Hermawan Kartajaya (2008) ada 4 (empat) karakteristik marketing
syariah, yaitu teistis (religius), etis (beretika), realistis (fleksibel), dan
humanistis (manusiawi). Teistis, artinya seorang marketer syariah harus
senantiasa membentengi dirinya dengan nilai-nilai spiritual, karena
lingkungan pemasaran memang selalu ’akrab’ dengan suap (riswah), wanita,
korupsi, dan kolusi. Karena itu marketer syariah perlu ketahanan moral, dia
harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dia harus selalu mengingat
masa depan istri dan anaknya, dia pun harus meyakini jikalau seluruh gerak-
geriknya senantiasa diawasi oleh Sang Khaliq. Allah berfirman, ”Barang siapa
yang melakukan sesuatu kebaikan sebesar biji atom sekalipun, maka dia akan
melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan sesuatu kejahatan sebesar atom
sekalipun, maka dia akan melihatnya pula”. Etis (beretika) artinya
mengedepankan masalah akhlak, etika dan moral menjadi sangat penting bagi
para marketer. Kalau saja dalam diri pelaku bisnis dan para profesional
terdapat nilai-nilai moral, maka kasus Enron, Worlcom, Global Crossing di
tingkat dunia, dan di Indonesia kasus penyimpangan BLBI, Bank Mandiri,
Jamsostek, DAU Depag, KPU, Kasus Gubernur, Bupati, DPRD yang sedang
disidangkan, tentu tidak akan terjadi
99
5. Strategic Group Map
Untuk mengetahui posisi pemain dalam industri perbankan syariah, maka para
pemain dipisahkan dalam grup-grup strategic, dan selanjutnya digambarkan dalam peta
grup strategic. Pemisahan para pemain tersebut dalam grup strategik dimaksudkan agar
para pemain dalam industri perbankan syariah tersebut dapat diketahui secara jelas
dimana peta atau posisi daya saing masing-masing dalam industri perbankan syariah.
Dalam analisis ini variabel-variabel yang dipergunakan untuk identifikasi posisi daya
saing dalam industry perbankan syariah adalah :
a. Akses
Akses yang dimiliki oleh suatu bank syariah merupakan salah satu factor yang
paling dicari oleh konsumen. Akses yang luas akan memiliki daya saing yang kuat dalam
industri perbankan syariah. Hal ini disebabkan karena dengan adanya akses yang luas dan
mampu mencapai berbagai pelosok daerah, maka bank syariah tersebut dapat melayani
transaksi perbankan syariah yang dibutuhkan masyarakat daerah tersebut. Selain itu
dengan kemudahan akses yang lebih luas maka pengembangan jaringan pangsa pasar kan
lebih cepat dan tentu saja akan memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di industry
perbankan Indonesia, juga dapat mencapai tingkat efisiensi yang lebih besar.
b. Layanan
Layanan yang diberikan merupakan salah satu penentu ketika konsumen memilih
produk bank syariah. Semakin banyak fasilitas layanan yang diberikan dan semakin
bagus kualitas layanan suatu bank, maka akan semakin banyak nasabah yang tertarik
untuk menjadi nasabah bank syariah dan memperkuat posisi daya saingnya dalam
industri perbankan syariah.
100
Dibawah ini akan dijelaskan analisis para pemain industri perbankan syariah sesuai
peringkat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tanggal 29 Januari 2010, yaitu:
1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Bank Muamalat Indonesia (BMI) tengah berupaya optimal untuk memenangkan
persaingan dalam hal kualitas layanan. Langkah tersebut dilakukannya melalui
peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), peremajaan fisik,
perbaikan layanan yang focus pada kecepatan, penguatan Teknologi Informasi
(TI), perbaikan risk management dan peningkatan Good Corporate Governance
(GCG). Untuk memuluskan langkah tersebut, memasuki awal tahun 2010 ini BMI
berencana melakukan penambahan modal hingga Rp. 1 triliun. Dengan aksi ini,
BMI diharapkan makin kompetitif di pasar perbankan syariah. Sampai dengan
akhir tahun 2008 BMI telah membukukan asset sebesar Rp.12,5 triliun dan
menguasai 31,65% pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. BMI
mempunyai 218 kantor layanan dan dukungan outlet System Online Payment
Point (SOPP) Kantor Pos yang mencapai 3000 se Indonesia.
2. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Bank Syariah Mandiri (BSM) optimis mampu mencatatkan pertumbuhan hingga
40% pada tahun 2010. Untuk mencapainya, saat ini BSM berencana menambah
130 kantor cabang baru di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009 BSM telah
membuka 376 outlet baru. Langkah ini akan makin memantapkan posisi BSM
sebagai bank syariah dengan jaringan terluas di Indonesia. Sama halnya dengan
BMI, BSM pun berencana menambah kapasitasnya demi menghadapi persaingan
pada tahun 2010 ini. Bank Mandiri sebagai induk perusahaannya sudah
101
berkomitmen untuk menyuntikkan dana sebesar Rp. 500 miliar kepada BSM.
Untuk tahun 2010 BSM tidak berencana meningkatkan target dana pihak ketiga
(DPK) nya. Karena sampai dengan akhir tahun 2008 BSM telah mencapai asset
sebesar Rp. 17,1 triliun. Komposisi terbesar berasal dari dana consumer sebesar
62,62%, sementara sisanya 39,38% merupakan dana investasi. BSM telah meraih
35,97% pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.
3. BNI Syariah
BNI Syariah baru saja meningkatkan kapasitasnya dalam bisnis industry
perbankan syariah di Indonesia dengan melakukan spin off dari Unit Usaha
Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Bank BNI telah menyiapkan
modal hingga Rp. 1 triliun untuk melancarkan misi tersebut.
Disamping mengembangkan pasar yang selama ini menjadi segmennya, yaitu ritel
dan usaha kecil menengah (UKM), ke depan BNI akan focus pada segmen
korporasi. Langkah strategi lain juga akan ditempuh BNI tahun ini dengan
mengundang investor asing dari Timur Tengah. Sebelum di-spin off, UUS BNI
memiliki 59 kantor cabang dan kantor cabang pembantu syariah, dan asset yang
dimiliki sebesar Rp. 4 triliun (meraih pangsa pasar sebesar 6%)
4. Bank CIMB Niaga Syariah
Bank CIMB Niaga Syariah melakukan perluasan jaringan masuk dalam rencana
pengembangan bisnis. Bank yang telah memiliki 10 kantor cabang dengan 505
unit office chanelling ini akan kembali membuka 11 kantor cabang syariahnya.
Selain memperluas jaringan, bank ini juga akan memperluas segmentasi pasarnya.
102
Dalam hal pelayanan demi menjaga loyalitas nasabahnya, Bank CIMB Niaga
Syariah merupakan satu dari sedikit bank yang telah andal dalam layanan berbasis
teknologi informasi (TI). Dengan segala kemampuan dan kekuatan yang
dimilikinya, bank ini menargetkan pencapaian laba hingga Rp. 58 miliar pada
tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut Bank CIMB Niaga Syariah juga akan
bekerja sama dengan unit pembayaran mikro. Sampai dengan akhir tahun 2008
asset Bank CIMB Niaga Syariah adalah sebesar Rp. 1,3 triliun dan meraih 1,99%
pangsa pasar perbankan syariah Indonesia.
5. Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) telah berhasil menggenjot dana
nasabahnya, yaitu terlihat pada kuartal ketiga 2009 bank ini berhasil
memperlihatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang fantastis mencapai
61,81%. Dengan angka tersebut BSMI menguasai 7,87% pangsa DPK syariah di
Indonesia.
Masih dalam upaya meningkatkan kembali DPK-nya tahun 2010 ini, BSMI akan
menggenjot dananya melalui Tabungan Haji IB Mega Syariah. Jika tahun lalu
BSMI menargetkan Rp. 20 miliar melalui produk ini, tahun 2010 angka yang
dipasang BSMI adalah Rp. 100 miliar. BSMI sendiri menargetkan tabungan ini
dapat menjaring 3.000 nasabah setiap tahun. BSMI mempunyai asset di tahun
2008 sebesar Rp. 3 triliun dan meraih 8,8% pangsa pasar perbankan syariah di
Indonesia
6. Bank Danamon Syariah
103
Danamon Syariah tampaknya tidak main-main dalam menggarap bisnis
syariahnya. Rencana spin off dalam waktu tiga tahun mendatang menjadi salah
satu bukti. Bahkan, jika pertumbuhan asetnya bagus, bukan tidak mungkin spin
off bakal terjadi dua tahun lagi. Rencana spin off juga menjadi bukti bahwa
Danamon Syariah terus memperbaiki pelayanan untuk nasabahnya. Sepanjang
proses spin off yang ditargetkan dua hingga tiga tahun tersebut, banyak hal yang
tentu akan terus diperbaiki pihak manajemen Bank Danamon Syariah.
Bank Danamon Syariah berada di peringkat ke enam, jika dilihat dari performa
overall loyalty program-nya, khususnya tabungan syariah Bank Danamon Syariah
menempati posisi kelima. Berarti bisa dibilang bahwa program-program yang
dijalankan bank ini dalam produknya itu cukup inovatif dan beragam.
Di tahun 2008 Danamon Syariah membukukan asset sebesar Rp. 1 triliun dan
meraih pangsa pasar sebesar 1,83% perbankan syariah di Indonesia.
7. Bank Syariah Bukopin
Secara keseluruhan performa loyalty index tabungan syariah milik Bank Syariah
Bukopin (BSB) meningkat. Dalam IBLI (Islamic Banking Loyalty Index) 2010,
prosentase untuk loyalty index BSB sebesar 73,1%. Bisa jadi kenaikan tersebut
disumbang dari performa loyalty program pada tabungannya.
Masuknya BSB dalam top loyalty program tersebut tentu tak lepas dari
beragamnya produk tabungan yang dimiliki. Saat ini BSB memiliki tiga jenis
produk tabungan, yaitu Tabungan iB Rencana, iB Siaga Bisnis, dan iB Siaga.
Tabungan iB Siaga Bisnis BSB akan membidik nasabah ritel.
104
Bermodalkan hal tersebut, tidak heran jika BSB memasang target perolehan dana
pihak ketiga (DPK) pada 2010 sebesar 30%. Pertumbuhan DPK ini akan dicapai
dengan menggenjot tabungan dan giro. Hingga November 2009 tercatat total asset
BSB sebesar Rp. 1,95 triliun dengan total pembiayaan sebesar Rp. 1,32 triliun dan
DPK sebesar Rp. 1,19 triliun.
8. BTN Syariah
Sejak didirikan pada tahun 2005, Bank Tabungan Negara Syariah terus berbenah
diri demi meningkatkan kualitas pelayanan untuk para nasabahnya. Hasilnya bank
ini pun kembali masuk dalam jajaran 10 besar customer satisfaction index yang
diadakan MarkPlus Insight. Adapun untuk loyalty index tabungan syariah secara
keseluruhan, BTN Syariah mengantongi nilai 72,8%.
Sejalan dengan hasil riset tersebut, beberapa komponen rapor kinerja BTN
Syariah meningkat cukup signifikan. Dana pihak ketiga (DPK) misalnya, tumbuh
cukup tinggi. Per September 2009 DPK BTN Syariah sebesar Rp.1,22 triliun, naik
93,79% (year on year) dari Rp. 627,53 miliar di tahun 2008. Sementara asetnya
tumbuh 39,38% menjadi Rp. 2,05 triliun per September 2009 dari Rp.1,6 triliun di
akhir tahun 2008.
9. Bank Syariah BRI
Bank Syariah BRI meningkatkan layanan terhadap nasabahnya dengan membuat
produk layanan eGlobal Transfer yang dirilis pada Juni 2009, yang merupakan
layanan pengiriman uang (remittance) bersifat global dan cepat (real time).
Dengan layanan ini lalu lintas keuangan yang dilakukan tenaga kerja Indonesia
105
(TKI) di luar negeri menjadi lancar. Bisa jadi, kehadiran layanan ini member
dampak yang tidak sedikit bagi bisnis Bank Syariah BRI.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Syariah BRI secara year on year per
September 2009 mencapai 2.052,98%. Peningkatan ini mungkin juga didorong
loyalty program yang dilakukan Bank Syariah BRI. Berdasarkan riset MarkPlus
Insight, overall loyalty index tabungan syariah Bank Syariah BRI mengantongi
nilai 72,3%. Per akhir tahun 2008 total asset Bank Syariah BRI sebesar Rp. 983
miliar.
10. BII Maybank Syariah
BII Maybank Syariah meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah dengan
membuka layanan office chanelling. Pada Oktober 2009 BII Maybank Syariah
menambah tujuh office chanelling di tujuh kantor cabang yang berada di wilayah
Jawa Tengah dan Jawa Barat, penambahan office chanelling ini sekaligus
membuktikan komitmennya untuk mengembangkan perbankan syariah secara
strategis, bersinergi dengan jaringan cabang dan elektronik bank
konvensionalnya.
Secara keseluruhan, loyalty idenx tabungan BII Maybank Syariah dalam IBLI
2010 mencapai 71,3% dan per September 2009 memiliki asset Rp. 491,56 miliar,
DPK sebesar Rp. 315,92 miliar dan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp.
395,95 miliar.
106
107
D. Peluang dan Ancaman
Berdasarkan analisa tersebut diatas, dilakukan identifikasi terhadap apa yang menjadi
peluang dan ancaman BNI Syariah dalam mengimplementasikan strategi spin off.
1. Peluang dalam Industri Perbankan Syariah
a. Pangsa Pasar yang masih luas
Jumlah nasabah bank syariah sampai dengan akhir tahun 2008 baru sekitar 2
juta orang. Padahal jumlah penduduk umat Islam Indonesia potensial untuk
menjadi konsumen bank syariah lebih dari 100 juta orang. Dengan demikian,
mayoritas umat Islam belum berhubungan dengan bank syariah.
b. Peningkatan Teknologi
Dengan berkembangnya kemajuan dan kecepatan teknologi yang sangat
pendukung operasional perbankan dapat mendorong berkembangnya
perbankan syariah.
c. Pertumbuhan perbankan syariah yang sangat pesat di Indonesia
d. Kebijakan pemerintah / Bank Indonesia.
Dengan adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah dalam hal
peraturan-peraturan yang semakin mendorong tumbuhnya perbankan syariah.
e. Masih sedikitnya pemain dalam persaingan perbankan syariah di Indonesia.
f. Tidak dikhususkan hanya untuk orang Islam saja yang bisa bertransaksi di
perbankan syariah.
2. Ancaman dalam Industri Perbankan Syariah
a. Teknologi bank pesaing yang lebih canggih.
108
b. Produk bank pesaing yang lebih variatif dan inovatif.
c. Produk sejenis yang menawarkan banyak keunggulan.
d. Kekuatan konsumen untuk memilih bank cukup tinggi.
e. Ancaman hadirnya bank syariah asing.
f. Pesaing dari dalam negeri tidak hanya terdiri dari bank-bank syariah tapi juga
bank konvensional.
E. Usulan Strategi setelah Spin Off
Dalam program akselerasi perbankan syariah, Bank Indonesia telah mencanangkan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penguatan Kelembagaan
a. Melakukan review peraturan yang sifatnya menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bank syariah
b. Evaluasi dan penyempurnaan ketentuan menganai jaringan kantor, office
channeling
2. Pengembangan Produk dan Peningkatan Layanan
a. Lebih mengefisienkan/mempercepat proses perizinan produk
b. Melakukan koordinasi untuk mempercepat proses penyusunan fatwa
produk baru oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)
c. Melakukan kajian pengembangan produk bersama bank syariah lain
d. Mendorong aliansi strategis antar bank syariah dan/atau dengan bank
konvensional dalam sharing teknologi informasi
109
e. Pengembangan instrument pasar keuangan dan fasilitas bank sentral untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas
f. Pengkajian dan memfasilitasi pembentukan lembaga riset fiqh untuk
mendukung pengembangan produk keuangan syariah
g. Meningkatkan standard kualitas layanan (service exellent)
3. Intensifikasi Edukasi dan Aliansi Mitra Strategis
a. Mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga untuk sosialisasi perbankan
syariah
b. Mengadakan aliansi dengan MUI dan lembaga lainnya (seperti Perguruan
Tinggi, lembaga training)
c. Meningkatkan iklan layanan masyarakat dengan bekerja sama dengan
mitra strategis (seperti Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah)
d. Melakukan sosialisasi kepada asosiasi industry/Kadin/kelompok bisnis,
media masa, organisasi massa Islam, untuk mendorong kemitraan dengan
bank syariah dalam pengelolaan keuangan
4. Peningkatan Peran Pemerintah dan Penguatan Kerangka Hukum Bank
Syariah
a. Melakukan upaya persuasive mendorong pemerintah/BUMN/BUMD
untuk memanfaatkan jasa bank syariah, termasuk menempatkan sebagian
anggaran belanja pemerintahnya.
b. Mendorong pengesahan RUU Perbankan Syariah, RUU Sukuk Negara dll
110
c. Memfasilitasi bertemunya investor internasional, pengusaha nasional dan
pemilik proyek yang memerlukan pembiayaan skema syariah dalam forum
investor.
d. Meningkatkan pengelolaan dana-dana sosial dari zakat, infak, sodaqoh
baik dari dalam negeri maupun luar negeri melalui bank syariah
e. Lebih meningkatkan kerja sama teknis untuk pengembangan model
pembiayaan syariah untuk berbagai program pemerintah (penjaminan
pembiayaan usaha tani, KUT, program pengentasan kemiskinan, UMKM
dan pembiayaan infrastruktur)
5. Penguatan SDM
a. Peningkatan pelaksanaan transparansi dan good corporate governance
b. Sertifikasi direksi
c. Peningkatan kompetensi seperti training pembiayaan, training layanan,
seminar dan lain-lain
6. Penguatan Pengawasan
a. Penguatan sistem pengawasan bank syariah berbasis risiko, yaitu dengan
penyusunan pedoman pengawasan intern
b. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas bank syariah, dengan
program up-grading/sertifikasi pengawas dan penguatan sistem
pengawasan
111
Dengan melihat uraian-uraian diatas, maka usulan strategi setelah spin off BNI
Syariah untuk meningkatkan pangsa pasar adalah sebagai berikut :
1. Produk
BNI Syariah harus dapat menciptakan produk dana dan pembiayaan yang inovatif
dan yang paling banyak memberikan benefit kepada konsumen, juga dapat
disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju. Produk tersebut juga harus
memperhatikan biaya/tariff sehingga tidak kalah bersaing/kompetitif dengan bank
syariah lainnya.
2. Layanan
Layanan yang cepat dan lengkap juga harus terus ditingkatkan, yaitu dengan
meningkatkan indeks kualitas layanan. Hal tersebut dilakukan dengan cara
melakukan role play.
3. Jaringan
Memperluas jaringan kantor cabang ke daerah-daerah yang selama ini masih
dilayani oleh jaringan office channeling dari cabang konvensional, yang
layanannya masih terbatas pada pembukaan rekening dan transaksi kas saja.
Sehingga layanan pembiayaan belum dapat diakomodasi oleh SCO.
4. Aliansi strategis
Yaitu dengan menjalin kerjasama dengan banyak pihak, misalnya dengan Badan
Wakaf Indonesia, Perguruan Tinggi, asuransi ataupun dengan anak perusahaan
BNI lainnya seperti BNI Life.
5. Pemasaran
112
a. Dengan melakukan kegiatan promosi yang terpadu dan efektif. Misalnya
dengan bekerja sama dengan BNI konvensional.
b. Dengan memilih lokasi kantor cabang yang tepat sesuai dengan pasar yang
dituju.
5. Edukasi dan sosialisasi
Dengan mengadakan acara berupa talk show baik di televise, radio maupun di
acara seminar di lembaga pendidikan ataupun pameran-pameran syariah yang
diadakan oleh Bank Indonesia.
6. Sumber Daya Manusia
a. BNI Syariah harus terus meningkatkan kualitas SDM nya melalui pendidikan
dan pelatihan secara berkesinambungan, seminar-seminar ataupun kursus-
kursus yang mendukung pengetahuan pegawai tentang perbankan syariah.
b. Memberikan sistem remunerasi yang kompetitif
c. Memberikan reward dan punishment yang tepat.
7. Meningkatkan kualitas pembiayaan, yaitu dengan menerapkan prinsip kehati-
hatian/prudent. Hal tersebut penting untuk mengurangi risiko pembiayaan
bermasalah (NPF / Non Performing Finance)
113