bab iv deskripsi lokasi penelitian a. gambaran umum kota
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Surakarta
1. Letak Geografis
Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan “Kota Solo”
terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini mempunyai luas wilayah
44.04 km2 . Kota Surakarta memiliki iklim rata-rata 26 ˚ C – 28 ˚ C,
sedangkan kelembaban udara mencapai 71 % - 87 %.
Secara Administratif Kota Surakarta mempunyai batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kota Surakarta dalam angka tahun 2012,
komposisi penduduk menurut jenis kelamin yaitu 545.653 jiwa, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
klasifikasi di antaranya, terdapat 266.724 jiwa penduduk yang berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 278.929
jiwa.
Jumlah penduduk yang ada, tersebar ke dalam 5 Kecamatan,
yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Setiap Kecamatan
membagi lagi wilayahnya ke dalam tingkat Kelurahan. Di Kota Surakarta
terdapat 51 Kelurahan, dan didalamnya terdapat sejumlah 602 Rukun
Warga (RW), 2.708 unit Rukun Tetangga (RT), dengan ditempati jumlah
130.284 Kepala Keluarga (KK). Sehingga jumlah rata-rata Kepala
Keluarga (KK) dari setiap Rukun Tetangga (RT) sebanyak 49 Kepala
Keluarga (KK).
Tabel 5
Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Kota Surakarta tahun 2012
Kecamatan Laki-laki Perempuan L + P
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
Laweyan 47.172 17,69 49.884 17,88 97.056 17,79
Serengan 25.740 9,65 27.258 9,77 52.998 9,71
Pasar Kliwon 41.115 15,41 42.238 15,14 83.353 15,28
Jebres 68.094 25,53 71.007 25,46 139.101 25,49
Banjarsari 84.603 31,72 88.542 31,74 173.145 31,73
TOTAL 266.724 100,00 278.929 100,00 545.653 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Fasilitas Kesehatan
Kota Surakarta mempunyai berbagai jenis fasilitas kesehatan
diantaranya terdiri dari :
Tabel 6
Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2012
No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah
1
2
3
4
Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Bersalin
Balai Pengobatan atau Klinik
Puskesmas
Puskesmas Tetap
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Apotik
11 buah
2 buah
13 buah
38 buah
15 buah
26 buah
15 buah
584 buah
126 buah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2012
Tabel 7
Jumlah Tenaga Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2012
No Jenis Tenaga Kesehatan Unit Kerja
Negeri
Unit Kerja
Swasta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Dokter Gigi
Perawat
Sarjana Keperawatan
Bidan
Tenaga Farmasi
Sarjana Farmasi dan Apoteker
Tenaga Sanitarian
Kesehatan Masyarakat
Tenaga Gizi
Tenaga Terapi Fisik
Tenaga Teknisi Medik
104
168
39
948
145
196
124
31
39
31
62
46
116
62
42
15
892
21
107
94
17
7
8
19
37
112
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Kota
Surakarta, tentu tidak terlepas dari hubungannya dengan Dinas Kesehatan
Kota Surakarta. Pada dasarnya segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, baik yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung berada dibawah pengawasan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta.
B. Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai tugas-tugas yang sangat
penting didalam mengembangkan program-program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Visi : Terwujudnya Masyarakat yang sehat, mandiri, dan berbudaya
Misi : a. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang paripurna
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya kesehatan
c. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini penanggulangan
penyakit
d. Meningkatkan manajemen kesehatan yang efektif, efisien, dan
akutanbilitas
e. Meningkatkan upaya promotif preventif untuk mewujudkan
budaya hidup bersih dan sehat serta kemandirian masyarakat
f. Menggerakan kemitraan dan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan
2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Bagan 3
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
KEPALA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUBBAGIAN
PERENCANAAN,
EVALUASI, DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG PROMOSI
KESEHATAN
BIDANG
PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
BIDANG UPAYA
KESEHATAN
BIDANG BINA
KESEHATAN
MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DAN KEMITRAAN
MANAJEMEN
INFORMASI
KESEHATAN
PENGEMBANGAN
PROMOSI
KESEHATAN
PENCEGAHAN
PENYAKIT DAN
PENANGGULANGAN
KLB
PENGENDALIAN
PENYAKIT
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
PELAYANAN
KESEHATAN
INFORMASI
MAKANAN,
MINUMAN, &
PERBEKALAN
KESEHATAN AKREDITASI DAN
REGISTRASI
KESEHATAN IBU
DAN ANAK
PERBAIKAN GIZI
MASYARAKAT
KESEHATAN
REMAJA DAN
LANSIA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3. Program-Program Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Terkait dengan pelaksanaan program dalam upaya pencegahan
ataupun penanggulangan epidemi HIV/AIDS di Kota Surakarta, Dinas
Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2012 telah melakukan kegiatan
antara lain :
a. Kegiatan Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi ini terkait dalam penyebarluasan ilmu
pengetahuan mengenai permasalahan seputar narkoba dan
HIV/AIDS, yang dilakukan dibeberapa Kecamatan yang ada di Kota
Surakarta, serta pada bidang pendidikan yang difokuskan bagi siswa
SLTP dan SMU Kota Surakarta. Kegiatan sosialisasi ini dimaksudkan
untuk memberikan pengetahuan yang benar mengenai sebab dan
akibat dari penyalahgunaan narkoba, beserta segala permasalahan
seputar cara penularan dan upaya menghindari terjangkitnya
HIV/AIDS.
b. Sarasehan Hari AIDS
Sarasehan ini dimaksudkan untuk mengenang Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) yang telah meninggal dunia maupun
yang masih hidup. Dalam hal ini melibatkan beberapa Kecamatan dan
Kelurahan yang ada di Kota Surakarta. Aktivitas ini juga bertujuan
untuk mengingatkan kepada masyarakat umum lainnya, tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
bahaya HIV/AIDS yang dapat mengancam keberlangsungan siklus
kehidupan umat manusia. Dengan maksud dan tujuan tersebut,
diharapkan hati nurani masyarakat tergerak untuk menjauhi segala hal
yang dapat menyebabkan terjangkitnya HIV/AIDS dan berupaya
menerapkan sikap tidak melakukan diskriminasi terhadap Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA).
Masyarakat seharusnya mengetahui bahwa sebenarnya yang
dibasmi bukanlah orang yang mengidap HIV/AIDS akan tetapi virus
dari HIV/AIDS itu sendiri. Sehingga masyarakat juga diharapkan
untuk tidak melihat sebelah mata terhadap orang-orang yang terkena
HIV/AIDS, akan tetapi ikut serta dalam memberikan dukungan bagi
mereka, karena pada dasarnya mereka juga manusia yang butuh hidup
seperti layaknya manusia lain.
c. Zero Survai HIV/AIDS
Kegiatan ini mendasarkan pada proses pengambian sampel
darah kepada masyarakat umum yang tergolong berisiko tinggi dalam
penularan HIV/AIDS di Kota Surakarta.
d. Sosialisasi Organisasi Masyarakat
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS, sangat diperlukan bagi
masyarakat. Hal ini dikarenakan agar masyarakat senantiasa peduli
dengan isu-isu HIV/AIDS, serta dalam rangka mewujudkan
pelaksanaan upaya pencegahan maupun penanggulangan penyebaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
HIV/AIDS di Kota Surakarta. Upaya tersebut salah satunya
melibatkan kegiatan sosialisasi diberbagai organisasi masyarakat.
Kegiatan tersebut dirasa lebih efektif dan efisien untuk dilakukan,
karena pelaksanaannya akan melibatkan jumlah anggota masyarakat
yang tidak sedikit, sehingga dalam proses transfer ilmu pengetahuan
mengenai HIV/AIDS akan lebih cepat terealisasikan.
e. Transportasi ke Klinik VCT dan Layanan VCT Mobile
Upaya penyediaan alat transportasi bagi orang yang
tergolong berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, dirasa
sangat diperlukan apabila orang yang risti tersebut telah dalam
kondisi yang benar-benar membutuhkan penanganan yang khusus
dan serius. Namun transportasi dalam wujud pelayanan rujukan ke
klinik VCT yang ada, dirasa belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai
dengan harapan dari berbagai pihak.
Sehingga baru-baru ini Dinas Kesehatan bekerja sama
dengan LSM Spek HAM serta WPA di beberapa Kelurahan
menyediakan layanan VCT Mobile ke beberapa tempat dengan
masyarakat yang beresiko tinggi di antaranya adalah di wilayah
Kelurahan Kestalan. Dengan tujuan agar masyarakat risti lebih
antusias untuk memeriksakan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
f. Pemberian Makanan Tambahan Bagi ODHA
Kegiatan dalam upaya pemberian makanan tambahan bagi
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), didasarkan pada kondisi dari
mereka, yang senantiasa membutuhkan asupan makanan yang lebih
dibandingkan orang normal lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi fisik
seorang ODHA, telah mengalami tingkat penurunan kesehatan yang
drastis, yang memungkinkan hilangnya sebagian sistem kekebalan
tubuh yang dimiliki. Dengan alasan tersebut, menjadikan mereka
harus senantiasa memperhatikan kondisi asupan makanannya,
setidaknya untuk menjaga sistem imunnya agar dapat berfungsi
walaupun dengan risiko tidak bekerja secara normal kembali.
g. Pelatihan
Dinas kesehatan juga berupaya mengadakan kegiatan-
kegiatan yang berbasis pelaksanaan pelatihan-pelatihan dalam rangka
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS. Dan juga
bekerja sama dengan Dinas Sosial untuk mengadakan pelatihan
keterampilan bagi beberapa wanita pekerja seks untuk sebagai bekal
skill agar bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai pekerja seks.
h. Pertemuan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Surakarta
Pertemuan ini membahas mengenai segala permasalahan
seputar HIV/AIDS, baik dalam segi penanganannya maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pelaksanaan kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah Kota
Surakarta.
i. Pembuatan Leaflet atau Pamflet
Pembuatan leaflet atau pamflet ini dengan maksud agar
masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Sehingga masyarakat senantiasa dapat merespon segala hal yang
berkaitan seputar HIV/AIDS, baik dalam upaya penyebaran,
pecegahan HIV/AIDS maupun penanganannya bagi seseorang yang
terlanjur terjangkit HIV/AIDS.
Segala usaha dalam menangani permasalahan penyebaran
maupun upaya menghindari tertularnya HIV/AIDS, tidak dapat hanya
mengandalkan pada Dinas Kesehatan, namun kerjasama yang dilakukan
dengan berbagai Dinas atau Instansi yang terkait dengan penangganan
seputar HIV/AIDS perlu dilakukan, mengingat segala permasalahan
HIV/AIDS tidak hanya menjadi tugas dari Dinas Kesehatan saja akan
tetapi telah menjadi tugas dari berbagai Instansi ataupun Dinas yang ada
di Kota Surakarta.
Diharapkan dengan banyaknya Instansi atau Dinas yang
menangani permasalahan tersebut, maka kinerja program-program yang
mengarah pada penanganan HIV/AIDS dapat lebih efektif dan efisien.
Kerja sama tersebut telah terangkum dalam satu lembaga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
menanganinya yaitu Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD)
Kota Surakarta.
C. Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Surakarta
Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2006 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dibentuk untuk meningkatkan
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang lebih intensif,
menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Hal ini tentunya membutuhkan
komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang lebih terarah.
1. Fokus kerja Komisi Penanggulangan AIDS Nasional saat ini adalah :
a. Mengurangi laju penularan HIV/AIDS secepat mungkin, tetapi juga
tetap memperhatikan upaya jangka panjang melalui penguatan sistem
dan kebijakan penanggulangan.
b. Meningkatkan efektifitas koordinasi dan menyusun Strategi Nasional
serta Rencana Kerja Nasional tahun 2007 – 2012 yang diharapkan
menjadi kesepakatan dan acuan bersama, oleh semua stakeholders
tingkat Nasional maupun Daerah.
c. Melanjutkan dan makin meningkatkan program peningkatan
kemampuan (capacity building) dan konsultasi dengan pemerintah
daerah untuk mendukung pengembangan dan pelaksanaan program,
kebijakan, dan peraturan-peraturan daerah yang efektif yang dilandasi
kearifan dan budaya lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
d. Melakukan upaya scalling up dari semua kegiatan pencegahan untuk
mencapai minimal 60% populasi rawan, perawatan, dukungan dan
pengobatan bagi semua yang membutuhkan.
e. Ikut membantu Pemerintah Indonesia sebagai negara anggota PBB
yang bermartabat, untuk memenuhi berbagai komitmen Internasional.
( http://www.aidsindonesia.or.id/index )
Semua hal yang akan diupayakan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional tentu membutuhkan daya dan dana yang
luar biasa besar, karena itu sangat mengharapkan dukungan dari berbagai
pihak. Maka keterkaitan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah sangat
berperan penting dalam mewujutkan tujuan Komisi Penanggulangan
AIDS secara Nasional.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Landasan Hukum Komisi Penanggulangan AIDS
Daerah (KPAD) Kota Surakarta Menurut Rencana Strategis
Penanggulangan HIV/AIDS Kota Surakarta Tahun 2007-2011 KPAD
Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Visi : Terkendalinya penyebaran HIV/AIDS di Kota Surakarta
b. Misi : 1) Mendorong dan meningkatkan peran serta semua pihak
dalam menanggulangi HIV/AIDS.
2) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
HIV/AIDS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Menciptakan perilaku sehat dan aman dari risiko
penularan HIV/AIDS.
4) Peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi ODHA.
5) Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
c. Tujuan :
Menguraikan langkah terpilih guna mencapai tujuan upaya
penanggulangan HIV/AIDS dengan menjadikan kegiatan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan pelaksanaan penanggulangan
HIV/AIDS di Kota Surakarta.
d. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam menjalankan program dalam
kegiatan penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta antara lain
sebagai berikut :
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 tentang koordinasi
kegiatan Instansi Vertikal di daerah.
3) Keputusan Presiden RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi
Penanggulangan AIDS.
4) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraaan Rakyat.
3. Kegiatan yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota
Surakarta diantaranya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
a. Menetapkan kebijakan.
b. Langkah strategis.
c. Koordinasi pelaksanaan kegiatan.
d. Menyebarluaskan informasi:
1) Kerjasama regional dan internasional
2) Pengelolaan data dan informasi
3) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
4) Memberikan arahan kepada Komisi Penanggulangan AIDS
Propinsi dan Kabupaten atau Kota.
e. Mengadakan kerjasama regional dalam rencana penanggulangan
HIV/AIDS.
f. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan
HIV/AIDS kepada aparat dan masyarakat.
g. Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat Pemerintahan Desa
atau Kelurahan dalam Penanggulangan HIV/AIDS.
h. Mendorong terbentuknya LSM terkait dalam penanggulangan
HIV/AIDS.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan
HIV/AIDS serta menyampaikan laporan secara bertahap dan
berjenjang kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
4. Struktur Organisasi beserta Susunan Keanggotaan Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Struktur Organisasi beserta Susunan Keanggotaan Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Surakarta adalah sebagai
berikut :Bagan 4
Struktur Organisasi Komisi Penanggulangan
AIDS Daerah (KPAD) Kota Surakarta
Ketua
Walikota Surakarta
Ketua Pelaksana I
Wakil Walikota Surakarta
Ketua Pelaksana II
Sekretaris Daerah Kota Surakarta
Ketua pelaksana III
Asisten Ekonomi,
Pembanguan Dan
Kesejahteraan Rakyat
Wakil Ketua I
Kepala Badan
Pemberdayaan
Masyarakat, PP, PA,
dan KB
Wakil Ketua II
Kepala Dinas
Kesehatan Kota
Surakarta
Sekretaris I
Tenaga Penuh Waktu
Drs. Harjoso Soepodo, SH,
MM
Wakil Sekretaris I
Ka. Bapermas, PP, PA,
dan KB
Kota Surakarta
Wakil Sekretaris II
Ka. Bid P2PL pada
DKK Surakarta
Penasehat
Muspida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Susunan Keanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD)
Kota Surakarta
a. Penasehat : Muspida Kota Surakarta
b. Ketua : Wali Kota Surakarta
c. Wakil Ketua : Wakil Wali Kota Surakarta
d. Panitia Pengarah :
1) Ketua
2) Wakil Ketua
3) Sekretaris
4) Anggota :
Pengelola Administrasi Dan
Keuangan
Hariyanti, AMD
Pengelola Program dan
Monev
Drs. Parwoto Mujiono
POKJA I
Pencegahan &
Penjangkauan
Koordinator Ka.
Bid. Program
Kesehatan DKK
Kota Surakarta
POKJA II
Pelayanan
Kesehatan dan
dukungan
Koordinator VCT
Dr. Moewardi
POKJA III
Reduktion
Ka. Bid Upaya
Kesehatan DKK
Kota Surakarta
POKJA IV
Pemberdayaan
Coordinator Ka.
Bapermas
Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a) Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta
b) Kepala DKRPP dan KB
c) Kepala Dinas Kependudukan
d) Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
e) Dinas Pendidikan dan Olah raga
f) Dinas Tenaga Kerja
g) DLLAJ
h) BIK
i) Badan Narkoba
j) Kepala Bagian Hukum dan HAM
k) Kepala Kantor Keuangan Kota Surakarta
l) Kepala Badan Pusat Statistik
m) Direktur RS. Dr Moewardi
RS. Jiwa Surakarta
n) UPTD RS Daerah Kota Surakarta
Unsur-unsur yang terkait dalam usaha untuk mengetahui status
kesehatan seseorang yang terindikasikan tertular virus HIV/AIDS atau
tidak, maka perlu melakukan pengecekkan dengan cara VCT dimana di
Kota Surakarta ini yang melayani tes tersebut adalah Rumah Sakit dr.
Moewardi dan Rumah Sakit dr. Oen. Namun kini telah diupayakan
perluasan program VCT yang ditempatkan pada salah beberapa
Puskesmas di Kota Surakarta, yang menawarkan pelayanan VCT yaitu
Puskesmas Manahan yang berlokasi di Kelurahan Manahan, Kecamatan
Banjarsari dan Puskemasmas Sangkrah yang berada di Kelurahan
Sangkrah, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Pada awal pelaksanaan
VCT Mobile di Kelurahan Kastalan, Dinas Kesehatan menurunkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
petugas medis dari Puskesmas Manahan, namun karena pelayanan dari
petugas medis yang dirasa kurang nyaman bagi para WPS, akhirnya
layanan VCT mobile di Kelurahan Kestalan kini dilaksanakan oleh
petugas medis dari Puskesmas Sangkrah.
D. Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah
1. Puskesmas Manahan
a. Visi dan Misi Puskesmas Manahan adalah sebagai berikut :
1) Visi : Terwujudnya derajad kesehatan masyarakat yang optimal
dengan didukung pelayanan kesehatan yang memadai
dalam rangka menghadapi era globalisasi.
2) Misi :
a) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
b) Meningkatkan Keterdiaan Sarana dan Prasarana.
c) Meningkatkan Mutu Pelayanan kesehatan di Puskesmas
Menuju Puskesmas Swadaya.
d) Mewujudkan Puskesmas Sayang Keluarga.
b. Jenis Penyakit Pasien yang Berobat di Puskesmas Manahan Surakarta
Puskesmas Manahan memiliki berbagai poli diantaranya
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Poli Umum, dan Poli Gigi serta yang
membedakan dari puskesmas yang lain yaitu, ada penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
layanan yaitu tes sukarela dalam rangka untuk mengetahui status
kesehatan seseorang terkait apakah berisiko tinggi tertular HIV/AIDS
atau tidak atau disebut juga dengan Voluntary Counseling and
Testing (VCT).
Puskesmas Manahan tetap eksis karena didukung oleh
pegawai-pegawai yang bersumber daya manusia relatif memenuhi
standar, dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari jenis ketenagakerjaan.
c. Jenis Ketenagakerjaan Puskesmas Manahan
Jenis ketenagakerjaan Puskesmas Manahan dapat dilihat
dari tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8
Jumlah dan Jenis Ketenagakerjaan Puskesmas Manahan Surakarta
Pegawai Jumlah
Medis
Dokter Umum
Dokter Gigi
3
-
Para Medis Keperawatan
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
7
4
1
Para Medis Non Perawat
Sanitarian
Pelaksanaan Gizi
Asisten Apoteker
Analis/Pelaku Laboratorium
1
1
2
1
Pekarya Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pekarya Kesehatan
Juru Imunisasi
5
2
Tata Usaha
Pelaksana Tata Usaha
Pengemudi
4
1
Tenaga Harian Lepas
Honorer
4
Total 36
Sumber : Puskesmas Manahan Surakarta, 2013
2. Puskesmas Sangkrah
Secara umum Puskesmas Sangkrah memiliki Visi, Misi, dan
tujuan, serta struktur yang sama dengan Puskesmas Manahan karena
masih berada di bawah wilayah kerja Dinas Kesehatan Surakarta.
Puskemas Sangkrah berada di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon. Untuk
layanan VCT di Puskesmas Sangkrah ini baru dibuka pada tahun 2008.
Pemilihan layanan VCT mobile ke pekerja seks di wilayah Kelurahan
Kestalan baru dimulai sejak tahun 2012. VCT mobile dari Puskesmas
Sangkrah dipilih karena adanya ketidaknyamanan atas pelayanan yang
dilakukan oleh petugas medis pada klinik VCT mobile dari Puskesmas
Manahan. Klinik VCT di Puskesmas Sangkrah dibuka karena memang
sudah target dari Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kota Surakarta untuk pencegahan dini penyebaran virus HIV di Kota
Surakarta yang tiap tahun semakin meningkat jumlahnya.
Berkaitan dengan pelaksanaan program VCT di Puskesmas
Manahan dan Puskesmas Sangkrah, perlu adanya kerjasama dengan
lembaga lain untuk mendapatkan klien dalam rangka mengefektifkan
program tersebut. Untuk itu kerjasama tersebut dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Lembaga Swadaya Masyarakat seperti LSM Spek HAM dan juga dengan
Pokja Kelurahan Kestalan.
E. Gambaran Umum Kelurahan Kestalan
1. Keadaan Geografis
Kelurahan Kestalan merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.
Kecamatan Banjarsari menempati wilayah 33,63% dari luas wilayah Kota
Surakarta yang berkisar antara 4.404,06 Hektar. Adapun batas-batas
wilayah lokasi kelurahan Kestalan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gilingan
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Punggawan
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ketelan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Stabelan
2. Keadaan Demografi
Keadaan demografi pada dasarnya menggambarkan mengenai
keadaan penduduk dan jumlah penduduk. Adapun di Kecamatan
Banjarsari di tahun 2013 terdapat penduduk, yang berjenis kelamin laki-
laki sejumlah 80.843 jiwa dan perempuan sejumlah 82.649 jiwa,
sehingga total penduduk Kecamatan Banjarsari mencapai 163.492 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sementara itu jika melihat salah satu bagian dari wilayah
Kecamatan Banjarsari yaitu khususnya pada penduduk Kelurahan
Kestalan, maka jumlah penduduk sampai akhir bulan Oktober 2013
menurut data monografi antara lain sejumlah 3.137 jiwa. Dengan
distribusi penduduk laki-laki 1.481 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
perempuan mencapai 1.656 jiwa. Dari jumlah tersebut terdapat 11 jiwa
yang mempunyai status Warga Negara Asing (WNA), diantaranya
terdapat 5 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 jiwa berjenis
kelamin perempuan, dengan klasifikasi Kewarganegaraan seperti, China,
Arab, India dan lain-lain. Adapun dari jumlah penduduk tersebut terdapat
28 Unit Rukun Tetangga (RT) dan sejumlah 6 Unit Rukun Warga (RW),
dengan jumlah 931 Kepala keluarga (KK).
a. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Menurut laporan monografi Kelurahan Kestalan pada bulan
Oktober 2013 terdapat peningkatan dalam segi jumlah penduduknya,
dikarenakan ada kelahiran sebanyak 2 jiwa laki-laki dan 1 jiwa
perempuan. Dan pendatang yang berpindah tempat tinggal ke
Kelurahan Kestalan sebanyak 12 jiwa diantaranya 3 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 9 orang diantaranya berjenis kelamin
perempuan, sedangkan tingkat berkurangnya penduduk yang
dikarenakan kematian, ada 2 orang perempuan saja dan yang
berpindah juga ada 2 orang perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Masing-masing dari jumlah penduduk, baik yang berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan ditambah dengan 11 orang
warga negara asing, maka penduduk Kelurahan Kestalan bulan
Oktober 2013 mencapai, sejumlah 1.481 jiwa penduduk laki-laki dan
1.656 jiwa penduduk perempuan, sehingga total keseluruhan
penduduk Kelurahan Kestalan sejumlah 3.137 jiwa, yang
terkonsentrasi pada 28 Rukun Tetangga (RT), 6 Rukun Warga (RW)
serta dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 931 KK.
Tabel 9
Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Akhir Bulan Oktober 2013
Kelompok
Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
(n) % (n) % (n) %
0 --- 4
5 --- 9
10 --- 14
15 --- 19
20 --- 24
25 --- 29
30 --- 39
40 --- 49
50 --- 59
60 +
178
111
119
152
110
131
271
194
157
102
12,02
7,49
8,03
10,26
7,43
8,85
18,30
13,10
7,36
6,89
195
134
109
141
161
139
291
203
132
155
11,78
8,09
6,58
8,52
9,72
8,39
17,57
12,26
7,73
9,36
373
245
228
293
271
270
562
397
289
257
11,89
7,81
7,27
9,34
8,64
8,61
17,92
12,65
7,68
8,19
JUMLAH 1.481 100 1.656 100 3.137 100
Sumber : Laporan Monografi Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta, Oktober 2013
Berdasarkan kelompok umur, penduduk dikategorikan
menjadi 3 golongan yaitu :
1) Golongan balita , penduduk yang berumur 0-5 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2) Golongan anak, penduduk yang berumur 5-18 tahun.
3) Golongan dewasa, penduduk yang berumur 19-59 tahun.
4) Golongan tua, penduduk yang berumur 60 tahun keatas.
Dari data tersebut diatas dapat diketahui bahwa
pertumbuhan jumlah penduduk Kelurahan Kestalan ternyata tidak
begitu signifikan, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
penduduk yang berusia dewasa, menempati urutan pertama dari
distribusi penduduk menurut tingkat usia. Sedangkan jumlah balita
masih dalam perhitungan normal jauh di bawah usia dewasa. Hal ini
juga berkaitan dengan pengetahuan dan tindakan yang berhubungan
dengan permasalahan Keluarga Berencana (KB) yang mendapat
respon cukup baik oleh kaum perempuan maupun laki-laki.
b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan walaupun tergolong kebutuhan
sekunder, namun peranannya bagi kelangsungan hidup umat manusia
dapat menjanjikan dalam berbagai hal, semisal pendidikan dapat
merubah peradaban manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial,
budaya serta yang bersangkutan dengan permasalahan kesehatan.
Dari berbagai aspek pentingnya pendidikan tersebut, maka tingkat
pendidikan penduduk Kelurahan Kestalan, dapat ditunjukkan pada
tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 10
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
(Bagi Umur 5 tahun keatas)
Tingkat Pendidikan Frekuensi %
Tamat Akademik/Perguruan Tinggi
Tamat SLTA/SMU
Tamat SLTP/SMP
Tamat SD
Tidak tamat SD
Belum Tamat SD
Tidak Sekolah
166
566
525
780
515
171
41
6,00
20,48
19,00
28,22
18,63
6,19
1,48
Jumlah 2.764 100
Sumber : Laporan Monografi Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta, Oktober 2013
Berdasarkan tabel 10 diatas yaitu dari laporan monografi
Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, ternyata
pandangan tentang arti pentingnya sebuah pendidikan belum
sepenuhnya dimiliki oleh setiap orang terutama bagi penduduk
Kelurahan Manahan, hal ini terlihat pada tingkat pendidikan
penduduk Kelurahan Kestalan dengan keterangan tidak tamat SD saja
mencapai 515 orang dan ditambah lagi dengan penduduk yang tidak
bersekolah sejumlah 42 orang. Walaupun Kelurahan Kestalan telah
termasuk kedalam salah satu wilayah sentral Kota Surakarta yaitu
dengan adanya Stasiun Balapan dan dikelilingi dengan berbagai
instansi pendidikan ataupun perkantoran, namun ternyata pemerataan
tingkat pendidikan bagi penduduk Kestalan belum sepenuhnya
terlihat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Keadaan tersebut bisa jadi karena kendala dalam segi
keterbatasan mengakses sarana pendidikan terkait dengan masalah
perekonomian yang dimiliki, ataupun berdasarkan perbedaan tingkat
motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam kaitannya dengan
bagaimana cara memaknai arti pentingnya sebuah pendidikan.
c. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
Berbagai variasi jenis mata pencaharian penduduk,
selayaknya seperti ciri-ciri kota yang telah mengarah pada sebagian
besar penduduk Kelurahan Kestalan, dengan heterogennya jenis
pekerjaan yang ada dapat diperlihatkan seperti pada tabel dibawah
ini:
Tabel 11
Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Kestalan Surakarta
(Bagi Umur 10 tahun keatas)
No Jenis Mata Pencaharian Frekuensi %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Petani sendiri
Buruh Tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh industri
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Pegawai Negeri
Pensiunan
Lain-lain
0
0
0
152
252
695
509
306
113
159
333
0
0
0
6,03
10,00
27,59
20,21
12,15
4,49
6,31
13,22
Jumlah 2.519 100
Sumber : Laporan Monografi Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta, Oktober 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dari data yang ada terlihat bahwa heterogennya jenis
pekerjaan penduduk Kelurahan Kestalan, lebih mengarah kepada
indikator dari terbentuknya sebuah perkotaan, hal ini didukung
dengan semakin sempitnya areal lahan yang dialih fungsikan menjadi
area pemukiman penduduk. Serta adanya cerminan bahwa penduduk
Kelurahan Kestalan tidak ada yang berprofesi sebagai petani atau
buruh tani. Kiranya penduduk telah merambah bidangnya kejenis
pekerjaan yang bukan berdasarkan penggelolaan tanah pertanian.
Keterlibatan perubahan zaman yang ada, yang mengarah
kepada tahap modernisasi, dimana tenaga kerja dalam kegiatan
industri yang digantikan dengan tenaga mesin, ternyata belum
mampu diterapkan di negara Indonesia secara luas, hal ini karena
keterbatasan dana yang ada untuk mendapatkan sarana dan prasarana
tersebut. Serta dengan alasan jumlah penduduk Indonesia yang begitu
banyak, sehingga masih mengedepankan produksi dengan melibatkan
penggunaan tenaga manusia sebagai sarana pelaku kegiatan industri.
Penduduk Kelurahan Kestalan sebagian besar berminat pada
kegiatan perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
jumlah pedagang di kalangan masyarakat Kestalan yang jumlahnya
mencapai 509 orang. Namun matapencaharian terbesar di kelurahan
kestalan yang terbanyak adalah sebagai buruh, baik buruh bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
maupun buruh industri. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian di
Kelurahan Kestalan ternyata masih rendah.
d. Banyaknya Pemeluk Agama
Memeluk suatu agama adalah kebutuhan setiap manusia,
karena dengan memeluk sebuah agama, maka alur kehidupan yang
dilalui dapat mengarahkan diri seseorang menuju jalan yang benar,
atau jika agama dilihat secara sosiologis, maka agama dapat
menjadikan kontrol bagi diri seseorang dan diharapkan peran adanya
agama dapat berujung pada terciptanya kontrol sosial bagi setiap
pemeluknya sehingga dapat menjadikan kestabilan dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti halnya pada penduduk Kelurahan Kestalan
yang terlihat dibawah ini :
Tabel 12
Banyaknya Pemeluk Agama
Agama Frekuensi %
Islam
Kristen Katholik
Kristen Protestan
Budha
Hindu
Konghucu
1.937
577
610
9
4
0
61,75
18,39
19,44
0,13
0,29
0
Jumlah 3.137 100
Sumber : Laporan Monografi Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta, Oktober 2013
Kemajemukan agama yang ada di Kelurahan Kestalan begitu
terlihat pada data yang ada diatas, hal ini menunjukkan bukti bahwa
perbedaan beragama bukan merupakan kendala dalam berinteraksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
antar sesama manusia, karena setiap pemeluk agama mempunyai hak
yang sama didalam melakukan ibadah dan menjalankan
keyakinannya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terkait dengan keyakinan akan agama yang dianut tersebut, individu
akan dapat bertambah tentram batinnya bahkan sampai pada
munculnya motivasi diri dalam berbagai hal, sekalipun itu bagi
seseorang yang dalam keadaan terhimpit akan berbagai persoalan
semisal.
e. Sarana Kesehatan
Kelurahan Kestalan memiliki berbagai fasilitas yang
melengkapainya, baik yang berupa fasilitas umum, antara lain
fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, fasilitas jalan raya, serta
fasilitas kesehatan. Akan tetapi untuk fasilitas kesehatan Kelurahan
Kestalan masih kurang lengkap karena belum tersedia bangunan
Puskesmas tetap untuk masyarakatnya. Untuk layanan kesehatan
masyarakat Kelurahan Kestalan masih harus ke Puskesmas Stabelan
yang berada di sebelah timur dari Kelurahan Kestalan. Namun sejak
tahun 2009 Dinas Kesehatan Kota Surakarta menyediakan layanan
Puskesmas keliling bagi masyarakat di wilayah Kelurahan Kestalan.
Puskesmas Keliling tersebut berada di bawah wilayah kerja dari
Puskesmas Pedaringan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Untuk layanan HIV/AIDS dan IMS, masyarakat Kelurahan
Kestalan diarahkan ke Puskesmas Manahan, karena Puskesmas
Manahan adalah puskesmas pertama di Kota Surakarta yang memiliki
layanan VCT dan juga tes IMS. Tetapi sejak tahun 2012, layanan
VCT dipindahkan ke Puskesmas Sangkrah dengan layanan mobile
yang secara berkala datang ke wilayah Kelurahan Kestalan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan Dinas Kesehatan berkoordinasi
dengan Pokja Penanggulangan HIV/AIDS Kelurahan Kestalan.
f. Sarana Umum
Di wilayah Kelurahan Kestalan terdapat cukup banyak
sarana umum yang memiliki skala besar di Kota Surakarta, antara lain
ada Pasar Legi yang lokasinya persis di sebelah timur Kelurahan
kestalan. Kemudian ada Stasiun Balapan yang merupakan stasiun
terbesar di Kota Surakarta. Dan juga sangat banyak terdapat hotel dan
losmen di wilayah Kelurahan Kestalan, terutama di daerah dekat
stasiun. Kemunculan hotel dan losmen di wilayah Kestalan sendiri
awalnya sebenarnya dikarenakan keberadaan stasiun Balapan.
Di wilayah Kelurahan Kestalan sedikitnya terdapat 25 hotel
dan losmen yang letaknya hampir berdekatan, bahkan banyak yang
sejajar. Ada yang berada di jalan utama (jalan Gajah Mada, Jalan
Monginsidi, dan jalan Abdurrahman), antara lain Hotel Seribu, Hotel
Jayakarta, Hotel Subur, Hotel Bintang, Hotel Kalimantan, Hotel
Melati, Hotel Pojok, Losmen Widodo, dan yang terbaru ada Hotel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Pose Inn yang memiliki kelas sampai bintang empat. Selain itu, masih
banyak hotel dan losmen yang letaknya masuk ke dalam gang. Usaha
hotel di Wilayah Kestalan memang dianggap menjanjikan karena
letaknya strategis, yakni berada di tengah kota dan sangat dekat
dengan stasiun dan tidak terlalu jauh dengan terminal. Dari hotel-
hotel inilah awalnya yang memunculkan adanya prostitusi di wilayah
Kelurahan Kestalan.
Perkembangan Hotel di wilayah sekitar Stasiun Balapan ini
mulai muncul sekitar tahun 1960-an. Dimana saat itu hotel mejadi
tempat istirahat bagi para penumpang kereta api yang masuk di Kota
Surakarta. Jadwal kereta api yang memiliki jeda cukup lama
membuat hotel menjadi tempat yang tepat untuk menunggu jadwal
kereta berikutnya. Prostitusi sendiri muncul atas permintaan para
tamu hotel yang merupakan penumpang dari kereta api. Awalnya
banyak permintaan untuk pemijatan, namun seiring berjalannya
waktu banyak dari mereka yang meminta jasa seksual. Sehingga dari
sinilah perkembangan prostitusi di wilayah Kelurahan Kestalan terus
berkembang.
Hingga saat ini, hotel dan losmen yang ada di wilayah
Kelurahan Kestalan ini malah dimanfaatkan sebagai tempat transaksi
seksual oleh para pekerja seks yang berada di sekitarnya. Dan bisnis
ini menjadi bisnis yang subur bagi pengelola hotel, meskipun tamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang datang bukan lagi dari penumpang kereta, tetapi memang tamu
yang datang untuk kebutuhan seksual semata.
F. Gambaran Umum LSM SPEK-HAM
SPEK-HAM atau Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan
Hak Asasi Manusia merupakan sebuah organisasi nirlaba dan non partisan
yang berpusat di Kota Solo, Jawa Tengah. SPEK-HAM merupakan
perkumpulan yang didirikan aktivis gerakan mahasiswa dan aktivis
organisasi sosial dengan menjujung sifat-sifat pluralis dan berkomitmen pada
penegakan Hak Asasi Manusia khususnya Hak Asasi Perempuan. SPEK-
HAM didirikan pertama kali dengan bentuk yayasan pada tanggal 20
November 1998 terdaftar pada Akta Notaris No. 4, tanggal 6 Januari 1999
oleh kantor Notaris Sunarto, S.H di Jl. Prof. Dr. Supomo 20 A Surakarta.
Berdasarkan hasil Musyawarah Anggota SPEK-HAM pada 28 April – 1 Mei
2006, SPEK-HAM berubah menjadi perhimpunan yang dicatatkan dalam
Akta Notaris No. 115 tanggal 14 Mei 2007 oleh kantor notaris yang sama.
SPEK-HAM didirikan sebagai upaya untuk ambil bagian dalam proses
perubahan sosial menuju tatanan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.
Dalam menjalankan aktivitas SPEK-HAM selalu berlandaskan pada
perspektif gender, HAM dan menjunjung tinggi pluralisme. Fokus aktivitas
SPEK-HAM adalah melakukan pendampingan dan bekerja sama dengan
korban kekerasan berbasis gender dalam pendidikan publik yang kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
sebagai upaya pencegahan kekerasan. Konsep pembangunan yang hanya
berpihak pada akumulasi modal dan kebutuhan pasar menyebabkan
kebutuhan dasar masyarakat tidak menjadi prioritas. Berbagai bentuk
ketidakadilan yang merupakan muara atas situasi kemiskinan pun terciptakan
oleh model pembangunan semacam itu. Dalam situasi ini, kelompok
perempuan yang secara kultural terdiskriminasi menjadi bagian paling
menderita dan terlemahkan oleh negara. Apalagi, di antara kelompok
masyarakat termiskinkan lainnya, perempuan selalu ditempatkan di posisi
paling pinggir.
Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia
(SPEK-HAM) Solo, adalah sebuah organisasi non profit, independen,
mandiri, yang merupakan kumpulan orang-orang berlatar belakang gerakan
mahasiswa, organisasi sosial, serta bersifat pluralis, dengan komitmen pada
penegakan Hak Asasi Manusia khususnya Hak Asasi Perempuan. Didirikan
pertama kali pada tanggal 20 November 1998 serta terdaftar pada Akta
Notaris No. 4, tanggal 6 Januari 1999 oleh kantor Notaris Sunarto, S.H di Jl.
Prof. Dr. Supomo 20 A Surakarta dalam bentuk Yayasan.
Kami menyadari bahwa terjadinya berbagai bentuk ketidakadilan di
masyarakat. Dan pada kenyataannya problem sosial, ekonomi, politik, dan
budaya di masyarakat masih menempatkan perempuan dalam posisi paling
terpinggirkan diantara kelompok masyarakat yang termiskinkan. Hal ini
disebabkan oleh konsep pembangunan yang berpihak pada kekuatan modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dan pasar. Akumulasi modal dan kebutuhan pasar terbukti gagal
menyelesaikan berbagai persoalan kebutuhan dasar dan hak dasar
masyarakat, persoalan dominasi ideologi/budaya, persoalan kelas, gender,
dan lingkungan. Kebutuhan dasar dan hak dasar masyarakat tidak menjadi
prioritas untuk dipenuhi, sehingga berbagai bentuk ketidakadilan menjadi
muara atas situasi kemiskinan yang diciptakan. Dalam situasi ini, kelompok
perempuan yang secara kultural dan struktural terdiskriminasi menjadi
bagian paling menderita dan terlemahkan oleh Negara.
Untuk itu sejak awal berdirinya, SPEK-HAM telah melakukan
berbagai upaya penguatan dan pembangunan kesadaran masyarakat sipil.
Upaya-upaya ini dilakukan sebagai komitmen organisasi untuk ikut
berkontribusi dalam proses perubahan sosial menuju tatanan masyarakat
yang lebih adil dan bermartabat, dengan menggunakan perspektif gender, hak
asasi manusia, pluralisme, dan keseimbangan lingkungan sebagai landasan
gerak organisasi dalam memperjuangkan visi, misi, dan tujuannya.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut di atas, SPEK-HAM melihat
perjuangan untuk mendapatkan hak-hak dan pemenuhan atas kebutuhan
dasar masyarakat merupakan mandat organisasi. SPEK-HAM merumuskan
tiga strategi utama, yaitu: pengorganisasian kelompok masyarakat miskin,
pendidikan kritis untuk perubahan pola pikir, dan advokasi untuk pemenuhan
kebutuhan dasar dan perlindungan hak dasar masyarakat sipil. Dari semua
tahapan tersebut di atas, proses pembangunan gerakan sosial menuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
masyarakat yang berkeadilan sosial dengan menggunakan perspektif gender,
hak asasi manusia, pluralisme, dan lingkungan, menjadi dimensi terpenting.
Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya LSM Spek-HAM adalah sebagai
berikut:
a. Visi : SPEK-HAM menjadi organisasi pelopor gerakan perempuan
dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar dan hak
dasar masyarakat miskin, khususnya perempuan.
b. Misi :
1) Memperjuangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar, terutama
dalam bidang pangan, kesehatan, dan pendidikan.
2) Memobilisasi sumberdaya lokal untuk memperbaiki tatanan sosial
terutama dalam bidang kesehatan, pangan, dan pendidikan.
3) Mengembangkan kompetensi organisasi dan menggalang kerjasama
untuk mewujudkan kemandirian organisasi.
c. Tujuan : Melakukan proses pendampingan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat rentan melalui berbagai aktivitas
keswadayaan.