bab iii perkembangan industri batik girilayu … · 2019-08-01 · 41 bab iii perkembangan industri...
TRANSCRIPT
41
BAB III
PERKEMBANGAN
INDUSTRI BATIK GIRILAYU KECAMATAN MATESIH
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009-2013
A. Sekilas Tentang Batik
Batik (atau kata batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti
menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan
oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan
masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist
dyeing”. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-
perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini1.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga
keratin Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang
Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali
diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu
1 Dwi Prasetyo, Pembuatan Batik Tulis, (Surakarta: Deriko, 2008), hlm.
1.
42
memakai batik pada Konferensi PBB. Batik Tulis adalah karya seni batik kain
yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan dengan alat
canting dengan cara dituliskan atau digambarkan dengan malam atau lilin diatas
kain. Membatik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sangat tinggi nilainya.
Karena dalam proses pembuatannya membutuhkan suatu konsentrasi yang tinggi
dan waktu serta proses yang panjang. Batik tulis biasanya ditulis di atas kain putih
(mori) dengan menggunakan canting untuk menggambarkan motif atau corak
batik dengan malam, sehingga lilin (malam) meresap kedalam serat kain. kain
yang telah dilukis dicelup pada larutan warna sesuai dengan keinginan.2
Seni batik lahir dari konsepsi estetika Jawa adiluhung yang berarti indah
dan tinggi. Seni kerajinan batik di Indonesia berkaitan erat dengan tradisi sosial
yang berlaku di dalam suatu lingkungan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari
penyajian bentuk coraknya dan oleh karena itulah perkembangan batik senantiasa
sejalan dengan pendukungnya. Rancangan dan motif yang diciptakan oleh
seniman batik didapat dari ilham yang tidak lepas dari kehidupan keagamaan,
kebudayaan bangsa pada umumnya, serta dari keadaan alam Indonesia. Sehingga
sampai dewasa inipun batik dirasakan sebagai kebanggan tradisi mempunyai
unsur-unsur dalam bentuk proporsi, warna serta garis yang diekspresikan dalam
bentuk motif, pola dan ornamen yang penuh dengan makna simbolis, magis, dan
perlambangan.3
Setiap penciptaan motif batik klasik pada mulanya selalu diciptakan
2ibid, hlm. 2.
3Yayasan Harapan Kita, Indonesia Indah Batik 8, (Jakarta: BP 3
TMII.1998), hlm. 7.
43
dengan makna simbolisme dalam falsafah Jawa. Maksud dari usaha penciptaan
pada jaman itu agar memberi kesejahteraan, ketenteraman, kewibawaan dan
kemuliaan serta memberi tanda status sosial bagi si pemakai dalam masyarakat.
Motif batik tidak dibuat secara sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan
yang ketat. Hal ini dapat dipahami karena pembuatan batik yang sering
dihubungkan dengan mitologi, harapan-harapan, penanda gender, status sosial,
anggota klan, bahkan dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Motif batik Jawa
mempunyai hubungan dengan status sosial, kepercayaan, dan harapan bagi si
pemakai.4
Tradisi membatik yang ada di Girilayu terjadi secara turun temurun dari
keluarga. Sejak Kecil anak-anak di Girilayu sudah dikenalkan dengan aktivitas
membatik baik mulai dari tahap hanya melihat sampai ikut terlibat dalam proses
pembuatan. Mayoritas perempuan-perempuan di Girilayu melakukan aktivitas
membatik sebagai penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Wilayah Girilayu terkenal dengan batik tulis dengan kualitas yang halus,
walaupun Girilayu belum memiliki ciri motif sendiri. Batik-batik yang dihasilkan
di Girilayu dilihat dari motifnya adalah motif-motif pakem, namun
perkembangannya sudah mulai menggarap batik dengan motif diluar pakem yang
ada.5
4 Djoko Dwiyanto & DS Nugrahani. 2000. Perubahan Konsep Gender
Dalam Seni Batik Tradisional Pedalaman dan Pesisiran. (Yogyakarta: Pusat
Studi Wanita UGM, 2001), Hlm, 3 5 Wawancara dengan Harni pada tanggal 17 Februari 2015.
44
B. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2009 – 2013
1. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2009
Desa Girilayu sebagai salah satu desa yang menghasilkan produk batik
tulis yang secara kualitas tergolong bagus. Batik yang dihasilkan di wilayah Desa
Girilayu adalah batik halus yang memiliki kualitas tinggi karena melalui
penchanthingan oleh pengrajin yang telkah turun temurun mengerjakan batik.
Motif batik yang berada di sentra pembatikan Girilayu banyak sekali. Motif-motif
yang dihasilkan oleh pembatik Girilayu sebagian besar mendapat pengaruh
langsung dari motif batik Surakarta. Tahun 2009 pengrajin batik mengerjakan
batik sebagian besar adalah pesanan dari wilayah lain, terbesar adalah pesanan
dari masyarakat wilayah Surakarta.
Kualitas yang bagus dari para pengrajin batik di Desa Girilayu
menghasilkan daya tarik kuat bagi masyarakat diluar wilayah Desa Girilayu untuk
menchanthingkan batiknya kepada pengrajin batik di Desa Girilayu. Beberapa
perusahaan-perusahaan batik besar di Surakarta bekerjasama dengan para
pengrajin batik di Desa Girilayu untuk menchanthingkan batiknya untuk dijual
kembali. Harga yang di pathok oleh pengrajin batik di Desa Girilayu adalah
berdasarkan tingkat kerumitan desain dan teknik pembatikan. Pekerjaan membatik
merupakan pekerjaan sampingan bagi masyarakat Desa Girilayu, sehingga proses
pembatikan memerlukan waktu agak lama, sekitar dua minggu sampai dengan
satu bulan.6
6 Wawancara dengan Sularsih pada tanggal 17 Februari 2015
45
a. Tenaga Kerja
Pengrajin batik di Girilayu mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang
mencari tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan
membatik. Kebutuhan sehari-hari untuk kebutuhan konsumsi makanan harian
diperoleh dengan membuat batik–batik pesanan dari pengusaha batik diluar
Girilayu. Selain ibu-ibu rumah tangga juga warga yang masih bersekolah baik
masih SMP maupun SMA juga ikut mengerjakan batik untuk pemasukan
tambahan diluar dari pemberian orang tuanya. Dapat dikatakan bahwa tenaga
membatik di Girilayu mayoritas adalah perempuan.7
Pekerjaan sebagai pembatik di Girilayu sebagian besar belum menjadi
pekerjaan yang utama bagi masyarakat di Girilayu. Membatik hanya sebagai
usaha sambilan, sedangkan pekerjaan pokok mereka adalah bertani. Perempuan
sebagai ibu rumah tangga mencari pemasukan tambahan dari membatik
sedangkan pria sebagai kepala rumah tangga bekerja diluar kegiatan membatik.
Mayoritas bapak-bapak di Girilayu tidak terlibat dalam aktivitas membatik secara
langsung, mayoritas mereka berusaha sebagai petani, baik petani pemilik maupun
penggarap sawah. Ketika hasil pertanian mereka kurang maksimal, kebutuhan
mereka sudah terpenuhi dari upah tambahan dari membatik. Sedangkan ketika
panenan mereka mengalami panen raya, uang hasil dari pertanian dapat ditabung
tanpa dikurangi untuk keperluan sehari-hari mereka, sehingga membatik
merupakan kegiatan yang mendorong kesejahteraan di Girilayu.8
7 Wawancara dengan Waliyah pada tanggal 17 Februari 2015
8 Wawancara dengan Harni pada tanggal 17 Februari 2015
46
Pada dasarnya industri rumah tangga yang tradisional adalah serupa
dengan pertanian tradisional yaitu sangat padat karya, naik turun kegiatannya
menurut musim-musim tertentu, pada dasarnya lemah dan tidak dinamis
organisasinya serta tingkat operasinya yang sangat kecil. Industri seperti ini
biasanya dipandang sebagai kerja sambilan disamping bercocok tanam. Industri
rumah tangga dipandang sebagai kegiatan selingan yang menghasilkan uang agar
memberikan pendapatan yang lebih baik sepanjang tahun.9
Berdasarkan usia pembatik di Girilayu sangat bervariatif, hal ini
disebabkan tidak ada aturan tentang usia sebagai pertimbangan boleh tidaknya
melakukan aktivitas membatik. Namun kebanyakan tenaga kerja pembatik utama
di Girilayu adalah ibu-ibu rumah tangga. Remaja yang usianya belum menikah
atau masih sekolah, membatik hanya untuk mengisi kesibukan diluar aktivitas
sekolah. Tenaga kerja yang sudah ahli membatik biasanya menggarap motif-motif
batik yang pakem dengan tingkat kerumitan yang lebih. Sedangkan untuk motif-
motif batik dengan motif yang tidak begitu rumit di kerjakan oleh pembatik-
pembatik yang usianya masih remaja. Hal tersebut dikarenakan pembatik yang
sudah lama dirasa lebih sabar dan telaten menggarap motif yang rumit jika
dibandingkan pembatik yang masih usia remaja.10
Tenaga kerja membatik di Girilayu memperoleh ketrampilan membatik
sebagian besar adalah karena warisan ketrampilan yang sudah diajarkan
keluarganya secara turun temurun. Ketrampilan membatik sudah dimiliki oleh
9 Clifford Geertz Penjaja dan Raja, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1992), hlm. 70. 10
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015
47
anak-anak di Desa Girilayu karena sejak kecil mereka sudah diajari cara
membatik. Orang tua mereka meyakini bahwa kemampuan membatik bagi warga
Girilayu khususnya kaum perempuan dapat menjadi bekal untuk memenuhi
kebutuhan hidup untuk membantu pemasukan dari suami. Namun dari tahun 2009
terjadi penurunan minat membatik remaja-remaja di Girilayu. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, generasi muda di Girilayu khusunya kaum perempuan
sangat antusias menggeluti ketrampilan membatik. Hal tersebut terjadi seiring
dengan pergeseran pola pikir generasi-generasi muda di Girilayu yang lebih
berminat untuk pergi merantau.11
b. Alat
Dalam pembatikan dibutuhkan beberapa bahan dan alat untuk membatik,
diantaranya :
1. Malam (khusus untuk membatik)
Malam merupakan bahan untuk membuat pola pada kain batik. Malam
biasanya terbuat dari bahan wax resist (lilin). Kadang pula terdapat campuran
dari bahan BPM (Paraffin/Kendal), yang merupakan sisa/ampas dari
pembuatan minyak goring, Gondorukem (getah pohon pinus) dan Damar
(getah dari pohon meranti).
2. Soda ash
Soda ash merupakan bahan kimia yang berfungsi sebagai penguat warna pada
batik dan untuk menghindari kelunturan.
3. Pewarna kain
11
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
48
Bahan pewarna yang digunakan dalam pembuatan batik biasanya memakai
Napthol, Indigosol, atau Remasol yang berupa serbuk. Cara pemakainannya
biasa dengan dulitan/kuas atau juga dengan celupan.
4. Kain
Kain yang digunakan untuk membatik biasanya adalah kain yang terbuat dari
bahan dasar kapas atau yang biasanya disebut sebagai kain mori. Dewasa ini
batik biasa juga dibuat dari atas kain sutra, polyester, rayon dan bahan sintetis
lain.
5. Canting
Canting merupakan sebuah alat untuk membatik, terbuat dari bambu/kayu,
berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut. Canting ini berfungsi seperti
sebuah pulpen. Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas,
untuk membuat motif atau corak pada kain batik. Canting ada beberapa
ukuran seperti halnya ukuran pensil. Untuk canting ukurannya 1, 2, 3 atau
biasa disebut cecekan untuk isen-isen motif, klowongan untuk garis motif
(contour), dan tembokan untuk ngeblok.
6. Wajan (Khusus membatik)
Biasanya wajan untuk membatik ini terbuat dari bahan kuningan atau
tembaga yang mudah menyerap panas. Fungsi dari wajan ini adalah tempat
untuk memanaskan „malam‟ atau lilin yang digunakan untuk membatik.
7. Kompor
49
Kompor ini digunakan untuk memanaskan wajan sebagai tempat pemanasan
lilin atau malam. 12
Bahan dan alat yang digunakan oleh pembatik-pembatik yang ada di
Girilayu tidak semuanya dipenuhi sendiri. Bahan seperti kain dan malam
kebanyakan sudah disetor dari pihak pemesan batik. Pemesan batik sudah
mengetahui kalau mereka akan menggarapkan pesanan batiknya ke pembatik di
Girilayu biasanya juga membawa malam dan kain batik sendiri. Hal tersebut
terjadi karena biasanya pihak pemesan sudah menjadi langganan tetap sehingga
mereka mau menyiapkan malam untuk kepentingan mereka juga. Canting dan
wajan merupakan alat baku untuk membatik. Pembatik di Desa Girilayu sudah
memilikinya sejak dulu, karena membatik adalah kegiatan yang terjadi secara
turun temurun, sehingga alat-alat pokok membatik sudah mereka miliki sejak
lama. Namun ketika aslat-alat tersebut sudah rusak atau tidak layak digunakan
lagi maka mereka membeli sendiri.13
Sejak tahun 2009 masyarakat pembatik di Desa Girilayu tidak banyak
yang memproses batikan sampai tahap pewarnaan, kebanyakan sampai tahap
menchanting saja. Bahan-bahan dalam proses pewarnaan dilakukan sendiri oleh
pihak pemesan, dan biasanya pemesan batik di Girilayu adalah perusahaan-
perusahaan batik. namun ada juga pembatik yang mereka membuat sampai tahap
pewarnaan, dan kebanyakan batik tersebut akan dijual oleh pembatik itu sendiri.
Kompor yang digunakan untuk membatik sejak tahun 2009 mayoritas
menggunakan kompor gas tabung 3 kg. Sebelumnya mereka menggunakan
12
ibid, hlm 4. 13
Wawancara dengan Hartati pada tanggal 18 Februari 2015
50
kompor minyak tanah, namun setelah harga minyak tanah mahal, mereka beralih
menggunakan kompor gas yang dikecilkan nyala apinya. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mengurangi biaya pengeluaran dalam membatik.14
c. Motif
Pembatik di Desa Girilayu dalam membuat batik dimulai dengan
aktivitas membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan
motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka
untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti
motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dibuat di Desa Girilayu dapat
dibagi menjadi dua, yaitu : batik klasik, yang banyak bermain dengan symbol-
simbol, dan batik pesisiran dengan cirri khas natural seperti gambar bunga dan
kupu-kupu. Dalam membuat desain atau motif ini menggunakan pensil. Motif
batik yang dibuat di Desa Girilayu tidak bersifat pekem. Pemesan batik biasanya
sudah membawa contoh pola batik sendiri sesuai keinginan mereka sendiri.
Biasanya pemesan membawa gambar berupa foto atau mengambil contoh dari
buku-buku. Girilayu sendiri sampai tahun 2009 belum memiliki ciri khusus dalam
hal motif batik. 15
Motif batik yang dibuat di Desa Girilayu ada juga yang berwujud motif
pakem, seperti motif mega mendung, truntum, kawung, parang, wahyu tumurun,
sidomukti dan sebagainya. Ditinjau dari segi motifnya ada dua jenis batik, yaitu
batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional adalah jenis batik yang motif
dan gayanya terikat pada suatu aturan dan isen-isen tertentu, seperti motif
14
Wawancara dengan Lasmini pada tanggal 18 Februari 2015. 15
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
51
sidomukti, sidoluhur, parang rusak, dan sebagainya. Batik modern adalah semua
jenis batik yang telah menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi
tersebut.16
Untuk mengetahui motif-motif batik yang biasanya dibuat di Desa
Girilayu dapat dilihat dalam gambar 1-6.
Gambar 1.
Motif Batik Kawung
Sumber:www. motif+batik+kawung&oq=motif+batik+kawung
Batik kawung merupakan salah satu jenis batik tradisional Jawa.
Motifnya yang sangat sederhana, yang berupa lingkaran-lingkaran putih diatas
warna dasar coklat tua mencerminkan kesederhanaan.17
Motif batik kawung
memiliki pola bulatan yang mirip dengan buah kawung (sejenis buah kelapa atau
sering juga disebut sebagai buah kolang-kaling) yang tertata rapi secara geometris.
16
Susanto SK., Batik Modern, (Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan, 1975). hlm. 73. 17Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 23.
52
Dalam bentuk lain, motif batik kawung ini juga direpresentasikan sebagai gambar
bunga teratai dengan empat helai daun bunga yang sedang merekah.18
Motif batik kawung biasanya membutuhkan waktu produksi tidak terlalu
lama. Motif batik Kawung jika dilihat dari sisi desain, tergolong batik dengan
desain yang tidak begitu rumit sehingga waktu dalam mencantingpun tidak terlalu
lama. Biasanya rata-rata pembatik di Desa Girilayu mencanting batik dengan
motif kawung memerlukan waktu lima sampai tujuh hari. Sedangkan untuk motif
dengan desain yang rumit membutuhkan waktu sampai dengan satu bulan.19
Gambar 2.
Motif Batik Sidomukti
Sumber : www. motif+batik+sidomukti&oq=motif+batik+sidomukti
Motif Sidomukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada
acara perkawinan, dinamakan juga sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus
atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadi
18
www.batik tulis.com/blok/macam-macam motif batik. diakses pada
tanggal 5 Maret 2015 pukul 13.30 WIB. 19
Wawancara dengan Rini Setyowati pada tanggal 18 Februari 2015.
53
dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik,
penuh kebahagiaan untuk kedua mempelai.20
Motif batik Sido Mukti merupakan
motif batik yang dibuat berasal dari pewarna soga alam. Seringkali digunakan
untuk busana pengantin dalam upacara pernikahan. Unsur motif batik Sidomukti
yang terkandung didalamnya yaitu motif garda. Motif yang memiliki awalan sido
merupakan jenis motif yang banyak digunakan oleh para pengrajin batik. Kata
“sido” itu sendiri memiliki arti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, jenis
batik yang memiliki awalan sido mengandung harapan agar apa yang diinginkan
bisa terlaksana. Salah satunya adalah batik sidomukti yang memiliki harapan
untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.21
Gambar 3.
Batik Mega Mendung
Sumber : www. motif+batik+mega mendung&oq=motif+batik+mega mendung
Hampir di Seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang
khas, tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan
Pekalongan. Tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah
dibanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah Cirebon terdapat
20
Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 19. 21www.batik tulis.com/blok/macam-macam motif batik. diakses pada
tanggal 5 Maret 2015 pukul 13.30 WIB.
54
pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar
negeri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina
yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam sejarah diterangkan
bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon
menikah dengan seorang putrid Cina bernama Ong Tie. Istri belia ini sangat
menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada
keramik yang dibawa dari negeri Cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif
batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik
Mega Mendung atau awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk
maupun warnanya bergaya selera Cina. Motif mega mendung melambangkan
pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi
kehidupan. Motif ini di dominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru
tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan,
pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin
cerahnya kehidupan.22
Gambar 4
Motif Batik Wahyu Tumurun
Sumber : www. motif+batik+wahyu tumurun&oq=motif+batik+wahyu tumurun
22
Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 18.
55
Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang
sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya
yang mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan
polanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol dengan tambahan motif
sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa
diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang membubuhkan
berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih
dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasai motif bunga yang bersebaran atau
truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi
dalam motif utama wahyu tumurun.
Batik wahyu tumurun sudah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah
Jogjakarta kemudian menyebar ke berbagai daerah. Dimasing-masing daerah
inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di
Jogjakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung
merak dianggap sebagai symbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif
batik. Sedangkan di Solo penggantian burung merak dengan burung phoenix ini
dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.
Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi
tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan
kemuliaan. Filosofinya menggambarkan penghargaan agar para pemakainya
mendapat petunjuk, berkat, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan
Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-
cita, kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti
56
pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir datin dalam kehidupan
berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga
selama-lamanya. Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat
motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam
upacara pernikahan adat Jawa.23
Gambar 5
Motif Batik Truntum
Sumber : www. motif+batik+truntum&oq=motif+batik+truntum
Motif batik truntum merupakan symbol dari cinta yang bersemi kembali.
Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.
Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh
Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan
menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar Ratu
membuat motif berbentuk bintang-bintang dilangit yang kelam, yang selama ini
menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik
perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat
pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang
Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali.
23fitinline.com/article/read/keunikan- makna- filosofi- batik- klasik-
motif- wahyu-tumurun di akses pada tanggal 5 Maret 2015 jam 02.00 WIB.
57
Berkat motif ini cinta Raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga
motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi
kembali.24
Motif truntum bermakna cinta yang tumbuh kembali. Motif batik truntum
sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin
terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum
biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah
agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.
Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua
mempelai untuk memasuki kehidupan baru.25
Gambar 6.
Motif Batik Parang
Sumber : www. motif+batik+parang&oq=motif+batik+parang
Batik parang pertama kali digunakan secara ekslusif oleh bangsawan di
Jawa Tengah. Batik ini mempunyai beberapa bentuk yang mengandung arti
24
Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 20. 25id.m.wikipedia.org/ wiki/ batik_truntum diakses pada tanggal 5 Maret
2015 Jam 02.00 WIB.
58
tersendiri. Seperti “batuan kasar”, “pola pisau”, atau daun patah”. Desain batik
parang terdiri dari garis miring tipis yang bersegmen seperti pisau tersusun dalam
ikatan paralel secara diagonal. Batik parang biasanya diselingi dengan ikatan yang
lebih sempit dengan warna kontras yang lebih gelap yang berisi bagian motif yang
lain seperti garis memanjang yang disebut dengan mlinjon.26
Batik parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di
Indonesia. Parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng. Perengan
menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.
Susunan motif S jalin menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan.
Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan
semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang
sudah ada sejak zaman keratin Mataram Kartasura (Solo). Batik parang
mempunyai makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam
filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua.
Batik parang ini memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat
ombak laut yang tidak pernah berhenti bergerak.
Batik parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik
dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan,
maupun bentuk pertalian keluarga. Batik parang bahkan menggambarkan kain
yang belum rusak, baik dalam arti memperbaiki diri, kesejahteraan upaya mereka,
serta bentuk hubungan dimana batik parang dimasa lalu adalah hadiah yang mulia
untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, pola berisi dewan orang tua untuk
26
Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 24.
59
melanjutkan perjuangan parang dilanjutkan. Garis diagonal lurus melambangkan
penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya.
Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan dan
kontinuitas antara pekerja dengan pekerja lain. Batik parang biasanya digunakan
untuk acara pembukaan, misalnya Senopati yang ingin pergi berperang agar
pulang membawa kemenangan.27
Berbagai motif sudah banyak dibuat oleh
Banyak pembatik di Desa Girilayu. Namun belum ada motif batik yang
menunjukkan ciri dari batik Girilayu.28
d. Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri
menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai
tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi
penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain.29
Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan
27
id.m.wikipedia.org/ wiki/ batik_parang diakses pada tanggal 5 Maret
2015 Jam 02.00 WIB. 28
Wawancara dengan Kalimatu sadiyah pada tanggal 18 Februari 2015. 29
Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol), (Jakarta: Prenhallindo, 1997), hlm, 5.
60
pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan
manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang
menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan
harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang
(promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar.30
Hasil produksi batik di Girilayu sebagian besar adalah pesanan dari
pengusaha batik di luar wilayah Girilayu. Batik-batik yang sudah jadi tidak perlu
dipasarkan sendiri sehingga masyarakat pembatik di Girilayu lebih fokus dalam
hal produksi batik. Pembatik di Girilayu tidak mengurusi dalam hal promosi,
menetapkan harga, dan distribusi atas produk batik yang mereka hasilkan. Produk
batik yang dihasilkan oleh pembatik digirilayu masih sebatas sampai proses
pencantingan saja. Pemasaran hasil dari membatik tidak lagi diurusi oleh
pembatik Girilayu. Batik yang sudah jadi biasanya diambil sendiri oleh pihak
pemesan batik. Namun terkadang adapula dari pihak pemesan ingin agar batik-
batik yang sudah jadi dikirim langsung kepada pihak pemesan. Dalam proses
distribusi hasil batik, masyarakat pembatik di Desa Girilayu tidak banyak ikut
mengurusinya. Pihak pemesan sudah mengatur semua keperluan setelah proses
pencantingan dari para pembatik selesai. 31
Dalam hal promosi terkait dengan hasil batik masyarakat di Desa
Girilayu, tidak banyak ikut berperan. Promosi batik atas hasil batikan masyarakat
Girilayu masih sangat terbatas. Masyarakat umumnya tidak banyak mengetahui
30
id.m.wikipedia.org/wiki/pemasaran. diakses pada tanggal 8 Maret 2015
jam 03.00 WIB. 31
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015.
61
batik-batik hasil cantingan dari Desa Girilayu. Batik-batik yang dibuat oleh
masyarakat Desa Girilayu sebagian besar adalah pesanan dari pengusaha-
pengusaha batik diluar wilayah Desa Girilayu. Sebagian besar batik hasil dari
cantingan masyarakat Desa Girilayu, sedelah jadi dan siap dijual, tidak sedikit
yang menjual dengan menempelkan merek dari pihak pemesan sehingga nama
Desa Girilayu kurang banyak dikenal hasil batikannya oleh masyarakat umum di
luar Girilayu. Masyarakat pengrajin batik di Desa Girilayu masih bersifat pasif
dalam hal mempromosikan batik wilayah mereka sendiri. Pengrajin batik di Desa
Girilayu hanyalah berfokus untuk membuat cantingan batik dan belum banyak
yang mengusahakan untuk meningkatkan promosi atas hasil batikan mereka. 32
Pembatik di Desa Girilayu dalam memproses batik hanya sampai pada
tahap setengah jadi, belum dapat membuat batik secara jadi seperti kampung batik
laweyan di Solo. Hal tersebut terjadi karena masih rendahnya kualitas SDM dan
terbatasnya modal usaha. Setelah UNESCO pada tahun 2008 mengesahkan batik
sebagai warisan budaya Indonesia, batik kembali eksis dalam budaya Indonesia
dan pasarannya semakin diminati masyarakat. Banyak upaya untuk
mengembangkan indutri batik, tidak terkecuali di Girilayu. Banyaknya minat
masyarakat mendorong pemerintah untuk mendongkrak ekonomi daerah dengan
pengembangan kerajinan batik di Girilayu, sosialisasi dan bantuan banyak
diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang terkenal sangat halus.
Perhatian pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono terhadap batik cukup tinggi. Hari Batik Nasional secara
32
Wawancara dengan Siti Aisyah pada tanggal 18 Februari 2015.
62
resmi ditetapkan pemerintah mulai tanggal 2 Oktober 2009. Penetapan ini
kemudian disusul dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009
tentang Hari Batik Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 November 2009. Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari
langkah United Nations Educational Scientific Cultural Organisation (UNESCO),
Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi persoalan pendidikan dan
kebudayaan, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpeaces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) milik Indonesia.
UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan
symbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai
meninggal, bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa
keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain batik. Pakaian dengan
corak sehari-hari dipakai secara rutin dalam kegiatan sehari-hari bahkan dalam
kegiatan bisnis dan akademis, sememtara itu berbagai corak tertentu lainnya
dipakai dalam upacara pernikahan, kehamilan, juga dalam kesenian wayang, dan
berbagai penampilan kesenian lainnya. Kain batik bahkan memainkan peran
utama dalam ritual tertentu.
Proses pengukuhan batik Indonesia berjalan cukup panjang. Berawal
pada 3 September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada
tanggal 9 Januari 2009. Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh
UNESCO di paris pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009. Hingga akhisrnya pada
Jum‟at, 2 Oktober 2009, dalam konferensi warisan budaya dunia di Abu Dhabi,
63
Uni Emirat Arab, 28 September-2 Oktober 2009, UNESCO mengeluarkan
keputusan bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia. Sebelumnya sempat
terjadi sengketa hak cipta antara Pemerintah Indonesia dengan Malaysia.
Pengukuhan United Nations Educational scientific Cultural Organization
(UNESCO) terhadap batik Indonesia ke dalam daftar Representatif Budaya tak
benda warisan manusia merupakan pengukuhan internasional terhadap mata
budaya Indonesia. Dengan adanya pengukuhan tersebut, citra positif dan martabat
bangsa Indonesia akan meningkat di forum internasional serta menumbuhkan
kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan
Indonesia.33
Pengukuhan dari UNESCO tentang batik sebagai warisan budaya
bangsa Indonesia memiliki dampak meningkatnya permintaan pesanan batik di
Desa Girilayu. Semakin meningkatnya popularitas batik tulis di lingkup Nasional
maupun masyarakat Internasional mendongkrak permintaan batik di Desa
Girilayu.34
e. Upah
Upah yang diperoleh oleh pengrajin batik di Girilayu sangat bervariatif
tergantung dari kehalusan karya batikan dari pembatik tersebut. Selain dilihat dari
hasilnya, besarnya upah dari membatik juga tergantung dari motif yang dibuat.
Apabila motif yang dipesan memiliki tingkat kerumitan yang lebih dan
membutuhkan waktu produksi yang agak lama, maka upah yang diperoleh pun
semakin besar. Sedangkan motif batik dengan tingkat kerumitan sedang, upah
33
Eka Wahyu Hariyadi, Industri Batik di Desa Sidomukti Kabupaten
Magetan Tahun 1960-2012, Skripsi, FSSR,2014, hlm, 65-66. 34
Wawancara dengan Kalimatu sadiyah pada tanggal 18 Februari 2015.
64
yang di dapat oleh pengrajin pun juga tidak besar. Namun untuk mengerjakan
batik dengan motif rumit dengan motif biasa, pembatik di Girilayu lebih memilih
menggarap motif yang biasa. Hal tersebut dipertimbangkan atas waktu yang
dibutuhkan untuk membuat motif yang rumit butuh waktu agak lama, sedangkan
motif biasa tidak terlalu lama sehingga bisa menyelesaikan hasil batikan lebih
banyak.35
Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa berkisar
antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk motif batik
yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp.
350. 000,-. Untuk motif biasa waktu produksi yang dibutuhkan sekitar 5 sampai
dengan 7 hari, sedangkan untuk motif rumit membutuhkan waktu 10 sampai
dengan 30 hari waktu produksi. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi pengrajin
batik untuk memilih-milih pesanan mereka dengan pertimbangan waktu produksi.
Upah yang diperoleh dari membatik diberikan setelah batik tersebut selesai di
canting. 36
Waktu dalam pemberian upah berbeda-beda sesuai dengan aturan yang
dimiliki pihak pemesan. Biasanya ada yang memberikan DP terlebih dahulu, ada
yang membayar ketika batik sudah di canting selesai adapula yang memberikan
upah diawal dengan pertimbangan agar dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pengrajin sehari-hari. Biasanya pemesan yang memberikan upah di
awal pemesanan adalah pengusaha-pengusaha batik yang sudah menjadi
35
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015 36
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
65
langganan tetap cukup lama. Sehingga mereka menyadari dengan memberikan
upah di awal dapat membantu kebutuhan sehari-hari pembatiknya.37
Dalam satu bulan biasanya pengrajin batik memperoleh uang sebesar Rp
600. 000,- sampai dengan Rp. 750 000,- tergantung dari kemampuan membatik
pengrajin itu sendiri. Penghasilan per bulan dari membatik dirasakan banyak
sekali manfaatnya, karena dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Pemasukan dari usaha lain diluar aktivitas membatik dipakai untuk kebutuhan
jangka panjang semisal untuk menguliahkan anak mereka, untuk membeli motor,
untuk membangun rumah dan lain sebagainya. Upah dari membatik sangat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Girilayu.38
2. Perkembangan Industri batik Girilayu tahun 2010
a. Tenaga Kerja
Tahun 2010 mengenai tenaga kerja pembatik di Girilayu tidak banyak
mengalami perubahan. Mayoritas tenaga kerja yang mengerjakan batik adalah
ibu-ibu rumah tangga yang mencari pekerjaan sampingan untuk tambahan
pemasukan mereka. Tenaga kerja membatik di Girilayu berasal dari warga
masyarakat Girilayu sendiri. Tenaga kerja membatik di Girilayu adalah mayoritas
ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di Girilayu. Mereka mengerjakan aktivitas
membatik di dalam rumah mereka sendiri-sendiri. Setelah adanya ketetapan dari
UNESCO mempengaruhi semangat dari pembatik di Girilayu. Meningkatnya
penghargaan masyarakat luas terhadap batik tulis semakin menambah pemasukan
dari pembatik di Girilayu. Batikan yang dihasilkannyanya pun semakin
37
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015 38
Wawancara dengan Kasiyem pada tanggal 17 Februari 2015
66
meningkat, tahun 2009 biasanya satu pengrajin menghasilkan batikan antara 4
sampai dengan 5 batik, setelah adanya peningkatan permintaan dari masyarakat
luas, tahun 2010 dalam satu bulan pengrajin batik mampu menghasilkan 5 sampai
6 batik tulis dengan motif yang tidak terlalu rumit.39
Tenaga kerja membatik memperoleh kemampuan membatik berdasarkan
atas apa yang sudah diajarkan oleh keluarga mereka sejak kecil. Kemampuan
yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut di manfaatkan oleh pengrajin
batik di Girilayu dalam meproduksi batik tulis. Belum ada pendidikan secara
formal terkait dengan keterampilan dalam membatik dari para pengrajin batik di
Girilayu. Pengetahuan dalam menghasilkan batik tulis yang diajarkan keluarga
mereka sebagai patokan dalam membatik. Tenaga kerja membatik di Girilayu
mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang sudah lama menghasilkan batik tulis.
Ketrampilan membatik sudah dimiliki mereka sejak kecil. Batik yang
dihasilkannya pun cenderung memiliki kualitas yang bagus.40
b. Alat
Peralatan yang digunakan untuk keperluan membatik pada tahun 2010
tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan taun 2009, peralatan yang
dipakai untuk membatik oleh pengrajin batik Girilayu adalah alat-alat batik seperti
umumnya yang dipakai oleh pengrajin batik di wilayah lain. Tidak ada peralatan
khusus yang dipakai oleh pembatik di Girilayu. Hasil batikan adalah berdasarkan
kreativitas dari pengrajin, dan tidak terlalu bergantung pada peralatan membatik
yang modern seperti canting elektronik. Canting elektronik memang sudah
39
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015 40
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015
67
dikenal oleh pengrajin batik di Girilayu dari tahun 2009, namun tidak banyak
yang menggunakan canting elektronik tersebut karena kurang terbiasa dan malah
dianggap membuat kaku dalam proses mencanting. Faktor kebiasaan menjadi
landasan utama terutama dalam hal penggunaan alat-alat membatik di Girilayu.
Kemampuan membatik oleh pengrajin di Girilayu diperoleh secara turun-temurun,
sehingga para pengrajin lebih cenderung menyukai menggunakan peralatan yang
sudah diajarkan oleh keluarga mereka sejak dulu.41
c. Motif
Motif batik yang dikerjakan di Girilayu tidak mengalami perubahan
karena motif-motif yang di buat adalah berdasarkan pesanan dari pihak pemesan.
Biasanya motif-motif yang dipesan adalah motif-motif pakem yang sudah ada
sejak dulu. Motif yang menunjukkan ciri dari batik Girilayu belum terlihat. Tahun
2010 tidak ada motif yang menunjukkan ciri khas dari batik Girilayu. Pihak
pemesan yang membuat batik di Girilayu memberikan contoh batik berupa
gambar, foto, bahkan berupa batik yang sudah jadi untuk di contoh dan dibuat
ulang.42
d. Pemasaran
Pemasaran dari hasil batik Girilayu pada tahun 2010 tidak banyak
mengalami perubahan. Hasil dari membatik pengrajin di Girilayu dipasarkan oleh
pengusaha-pengusaha batik di luar wilayah Girilayu berdasarkan atas pesanan
mereka. Peran pengrajin dalam pemasaran tidak begitu terlihat, Pengrajin
cenderung berfokus pada mencanting batik pesanan dari pelanggan-pelanggan
41
Wawancara dengan Hartati pada tanggal 18 Februari 2015 42
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
68
mereka. Penjualan langsung yang dilakukan oleh pengrajin sendiri tidaklah begitu
terlihat, sebagian besar hasil batik dipasarkan oleh pihak pemesan, misalnya
Danar Hadi, Batik Semar dan perusahaan-perusaan batik di luar wilayah Girilayu.
Pemasaran yang di dominasi oleh pengusaha-pengusaha batik di luar
Girilayu membawa keuntungan dan juga kerugian. Keuntungan yang diperoleh
adalah setiap batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik di Girilayu langsung
dapat terjual sehingga dapat langsung memperoleh hasil, sedangkan kerugiannya
adalah harga batik yang diperoleh oleh para pengrajin batik atas hasil batikannya
tidak dapat maksimal jika dibandingkan mereka melakukan pemasaran sendiri dan
menjualnya sendiri. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak lama, sehingga sudah
terbentuk kebiasaan bahwa dengan membatik saja sudah memperoleh penghasilan
tanpa mau memikirkan sisi pemasaran atas batik yang dihasilkannya.43
e. Upah
Upah yang diperoleh oleh pengrajin batik di Girilayu sangat bervariatif
sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah berdasarkan atas hasil dari
batikan yang dihasilkan. Motif berpengaruh terhadap upah atau honor dari
membatik. Upah yang diperoleh di tahun 2010 mengalami peningkatan, karena
adanya peningkatan permintaan batik dari pengusaha-pengusaha batik yang
biasanya memesan batik di Girilayu. Peningkatan tersebut cukup member
keuntungan bagi pengrajin batik di Girilayu. Dengan semakin bertambahnya
pesanan maka akan bertambah pula upah yang diperoleh setiap bulannya. Untuk
besarnya upah dalam membatik tidak mengalami kenaikan, karena kenaikan upah
43
Wawancara dengan Rini Setyowati pada tanggal 18 Februari 2015
69
dalam membatik disesuaikan berdasarkan atas halus dan tidaknya hasil batikan
yang dihasilkan. Ketika hasil dari batikan para pengrajin kualitasnya bagus, secara
otomatis mereka akan menaikkan biaya upah membatik mereka, tentunya atas
kesepakatan antara pengrajin dengan pihak pemesan. Tahun 2010 upah membatik
sama besarnya dengan upah di tahun 2009. Untuk upah yang dihasilkan dari
membatik dengan motif biasa berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp.
150. 000,- sedangkan untuk motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar
antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp. 350. 000,-. Namun di tahun 2010 upah
yang dihasilkan oleh beberapa pembatik mengalami peningkatan karena naiknya
jumlah pesanan batik. Tidak ada data tertulis yang menyebutkan jumlah pesanan
batikan di Girilayu. Namun dengan adanya kenaikan permintaan dari pemesan
memberi keuntungan yang lebih jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya. 44
3. Perkembangan Industri batik Girilayu tahun 2011
a. Tenaga Kerja
Tahun 2011 tenaga kerja membatik yang ada di wilayah Girilayu tidak
banyak mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Tenaga kerja yang
ada adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Girilayu. Aktivitas
membatik menjadi kegiatan kerja sampingan untuk memberikan tambahan
pemasukan kepada keluarganya. Tenaga kerja yang adal di Girilayu dilihat dari
usianya sangatlah bervariatif, namun mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang
membuat batik di rumahnya masing-masing. Tidak ada tenaga kerja yang berasal
dari luar Girilayu, wilayah Girilayu yang sudah banyak tersedia tenaga kerja
44
Wawancara dengan Suginem pada tanggal 17 Februari 2015
70
membatik mampu mencukupi pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang
memesankan batiknya di Girilayu. 45
b. Alat
Peralatan yang digunakan untuk membatik pada tahun 2011 tidak
mengalami perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Canting yang digunakan
untuk membatik adalah canting-canting biasa dipakai oleh pembatik umumnya
diluar wilayah Girilayu. Peralatan-peralatan modern lainnya tidak dipakai di
Girilayu, semisal peralatan untuk memproduksi batik Printing. Peralatan yang
digunakan di Girilayu adalah peralatan-peralatan membatik untuk membuat batik
tulis, karena Girilayu dikenal lewat batik tulisnya. proses pembuatan batik
printing tidak ada di wilayah Girilayu.46
c. Motif
Motif batik yang dibuat di Girilayu tahun 2011 sama dengan motif batik
yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya. Motif batik yang dibuat di Girilayu
sepenuhnya adalah motif-motif batik berdasarkan atas pesanan dari pengusaha-
pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. Biasanya motif-motif
batik yang dibuat di Girilayu adalah motif-motif batik pakem yang sudah ada.
Motif-motif diluar pakem juga di produksi di Girilayu, tergantung dari keinginan
dari pihak pemesan. Belum adanya motif khusus yang mencirikan batik Girilayu.
Pihak pemesan biasanya membawakan contoh baik berupa foto, gambar dari buku
maupun batik yang sudah ada untuk di jadikan contoh motifnya.47
45
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015 46
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015 47
Wawancara dengan Lasmini pada tanggal 18 Februari 2015
71
d. Pemasaran
Pemasaran hasil batik yang ada di Girilayu tidak mengalami perubahan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengrajin batik cenderung berfokus pada proses
pembuatan batik dan kurang begitu memperhatikan proses pemasaran. Hal itu
terjadi karena batik-batik yang dibuat oleh pengrajin batik di Girilayu adalah
batik-batik pesanan dari pelanggan-pelanggan mereka masing-masing, sehingga
ketika batik sudah jadi, langsung di ambil oleh pihak pemesan. Produksi batik-
batik di Girilayu tidak sampai pada proses sampai jadi, kalaupun ada yang
membuat sampai jadi itu tidak banyak. Kebanyakan pihak pemesan hanya
memesan batiknya hanya sampai tahap pencantingan. Untuk pewarnaan sampai
tahap finishing tidak dikerjakan di Girilayu. Kondisi seperti itu membuat para
pengrajin tidak begitu memperhatikan proses pemasaran.48
e. Upah
Upah yang diperoleh dalam proses pembuatan batik oleh pengrain tidak
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah yang di peroleh pengrajin sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dari pengrajin itu sendiri dalam menghasilkan
kualitas batik yang halus. Kenaikan upah batik di Girilayu tidak ada yang
mengatur secara pastinya, sehingga antara pengrajin satu dengan pengrajin
lainnya berbeda dalam penentuan upah. Namun yang terjadi di Girilayu, karena
dari pihak pemesan adalah langganan yang sudah lama memesan batik di
Girilayu, upah yang diperoleh tersebut adalah berdasarkan kesepakatan antara
pihak pemesan dengan pengrajin pada waktu penyerahan contoh motif batik yang
48
Wawancara dengan Katmo pada tanggal 16 Februari 2015
72
akan dibuat. Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa
berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk
motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai
dengan Rp. 350. 000,-.49
4. Perkembangan Industri Batik Girilayu tahun 2012
a. Tenaga Kerja
Tahun 2012 tenaga kerja membatik yang ada di wilayah Girilayu tidak
banyak mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Tenaga kerja yang
ada adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Girilayu. Aktivitas
membatik menjadi kegiatan kerja sampingan untuk memberikan tambahan
pemasukan kepada keluarganya. Tenaga kerja yang ada di Girilayu dilihat dari
usianya sangatlah bervariatif, namun mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang
membuat batik di rumahnya masing-masing. Tidak ada tenaga kerja yang berasal
dari luar Girilayu, wilayah Girilayu yang sudah banyak tersedia tenaga kerja
membatik mampu mencukupi pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang
memesankan batiknya di Girilayu. 50
b. Alat
Peralatan yang digunakan untuk membatik pada tahun 2012 tidak
mengalami perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Canting yang digunakan
untuk membatik adalah canting-canting biasa dipakai oleh pembatik umumnya
diluar wilayah Girilayu. Peralatan-peralatan modern lainnya tidak dipakai di
Girilayu, misalnya peralatan untuk memproduksi batik Printing. Peralatan yang
49
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015 50
Wawancara dengan Siti Aisyah pada tanggal 18 Februari 2015
73
digunakan di Girilayu adalah peralatan-peralatan membatik untuk membuat batik
tulis, karena Girilayu dikenal lewat batik tulisnya. Proses pembuatan batik
printing tidak ada di wilayah Girilayu.51
c. Motif
Motif batik yang dibuat di Girilayu tahun 2012 sama dengan motif batik
yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya. Motif batik yang dibuat di Girilayu
sepenuhnya adalah motif-motif batik berdasarkan atas pesanan dari pengusaha-
pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. Biasanya motif-motif
batik yang dibuat di Girilayu adalah motif-motif batik pakem yang sudah ada.
Motif-motif di luar pakem juga diproduksi di Girilayu, tergantung dari keinginan
dari pihak pemesan. Belum adanya motif khusus yang mencirikan batik Girilayu.
Pihak pemesan biasanya membawakan contoh baik berupa foto, gambar dari buku
maupun batik yang sudah ada untuk dijadikan contoh motifnya.52
d. Pemasaran
Tahun 2012 pemasaran hasil batik yang ada di Girilayu tidak mengalami
perubahan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengrajin batik cenderung berfokus
pada proses pembuatan batik dan kurang begitu memperhatikan proses
pemasaran. Hal itu terjadi karena batik-batik yang dibuat doleh pengrajin batik di
Girilayu adalah batik-batik pesanan dari pelanggan-pelanggan mereka masing-
masing, sehingga ketika batik sudah jadi, langsung diambil oleh pihak pemesan.
Produksi batik-batik di Girilayu tidak sampai pada proses sampai jadi, kalaupun
ada yang membuat sampai jadi itu tidak banyak. Kebanyakan pihak pemesan
51
Wawancara dengan Katmo pada tanggal 16 Februari 2015 52
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
74
hanya memesan batiknya sampai tahap pencantingan. Untuk pewarnaan sampai
tahap finishing tidak dikerjakan di Girilayu. Kondisi seperti itu membuat para
pengrajin tidak begitu memperhatikan proses pemasaran.53
e. Upah
Tahun 2012 upah yang diperoleh dalam proses pembuatan batik oleh
pengrajin tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah yang di peroleh
pengrajin sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari pengrajin itu sendiri dalam
menghasilkan kualitas batik yang halus. Kenaikan upah batik di Girilayu tidak ada
yang mengatur secara pastinya, sehingga antara pengrajin satu dengan pengrajin
lainnya berbeda dalam penentuan upah. Namun yang terjadi di Girilayu, karena
dari pihak pemesan adalah langganan yang sudah lama memesan batik di
Girilayu, upah yang diperoleh tersebut adalah berdasarkan kesepakatan antara
pihak pemesan dengan pengrajin pada waktu penyerahan contoh motif batik yang
akan dibuat. Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa
berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk
motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai
dengan Rp. 350. 000,-.54
5. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2013
Setelah UNESCO mengesahkan batik sebagai warisan budaya Indonesia,
batik kembali eksis dalam budaya Indonesia dan pasarannya semakin diminati
masyarakat. Banyak upaya untuk mengembangkan indutri batik, tidak terkecuali
di Girilayu. Banyaknya minat masyarakat mendorong pemerintah untuk
53
Wawancara dengan Katmo pada tanggal 16 Februari 2015 54
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
75
mendongkrak ekonomi daerah dengan pengembangan kerajinan batik di Girilayu,
sosialisasi dan bantuan banyak diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang
terkenal sangat halus. Upaya pengembangan batik Girilayu juga banyak
dikembangkan, berdirinya koperasi vokasi desa, yaitu koperasi milik desa
Girilayu yang mengelola hasil batik serta pemasaran batik Girilayu yang di bentuk
pada tahun 2013, meskipun baru dibentuk, koperasi vokasi tersebut merupakan
tonggak kemajuan desa Girilayu dalam seni kerajinan batik.
Batik merupakan warisan dari nenek moyang yang telah berkembang
sejalan dengan proses waktu, ada kalanya industrinya mengalami pasang surut.
Untuk itu dilakukan usaha-usaha dalam mengembangkan dan melestarikannya
agar tidak begitu saja tertelan budaya bangsa lain. Pemerintah Karanganyar
mempunyai rencana pembangunan jangka panjang. Maksud dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) ialah menyediakan sebuah
dokumen perencanaan komprehensif 5 (lima) tahunan yang akan digunakan dalam
rencana kerja daerah sesuai dengan ketentuan daerah dengan ketentuan undang-
undang nomor 17 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional
dan undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pembangunan daerah.55
a. Tenaga Kerja
Jumlah pengrajin di Girilayu tidak diketahui berapa banyak, karena tidak
ada data tertulis. Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa jumlah pengrajin
batik di Girilayu mengalami peningkatan jumlah. Hal tersebut didorong dengan
55
Endang Widyastuty, Dkk, Laporan Pengembangan Seni Kerajinan
Batik Girilayu Menuju Ekonomi Kreatif Untuk Memberdayakan Dan Mendukung
Pengembangan Pariwisata Karanganyar, (Surakarta: LPPM UNS, 2012), hlm.
52.
76
adanya dukungan dari pemerintah terkait dengan pembuatan Desa Vokasi
Girilayu. Dengan dibentuknya Desa Vokasi secara tidak langsung meningkatkan
minat pembatik untuk tetap meningkatkan produktivitas mereka. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelum adanya Desa Vokasi, pengrajin batik di Girilayu merasa
kurang mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah daerah.56
Meningkatnya jumlah tenaga kerja membatik tersebut semakin
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Girilayu. Dengan adanya pengakuan
dari dunia Internasional terkait dengan batik sebagai warisan Indonesia semakin
menambah antusiasme masyarakat umum untuk mencintai batik. Terjadinya
peningkatan jumlah pesanan batik di Girilayu akibat pengakuan dari UNESCO
tersebut semakin menambah semangat masyarakat pengrajin batik di Girilayu
untuk selalu berusaha sebagai penghasil batik.57
b. Alat
Peralatan yang digunakan untuk keperluan membatik tidak berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya dari pihak pengurus Desa Vokasi sempat
membuat batik printing, namun tidak di produksi oleh pengrajin batik lainnya.
Karena pengrajin batik lainnya menyadari bahwa wilayah batik Girilayu terkenal
karena hasil batik tulisnya yang halus. Peralatan – peralatan yang digunakan
masih seperti tahun-tahun sebelumnya. untuk canthing yang digunakannya pun
masih canthing manual, walaupun seiring dengan perkembangan jaman sudah ada
chanting elektronik dengan menggunakan listrik.58
56
Wawancara dengan Slamet pada tanggal 16 Februari 2015 57
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015 58
Wawancara dengan Waliyah pada tanggal 17 Februari 2015
77
Pengrajin batik di Girilayu sudah menganggap bahwa batik merupakan
bagian dari kehidupan mereka. Dengan menggunakan peralatan seadanya yang
sudah diajarkan oleh keluarganya secara turun temurun sudah dianggapnya cukup.
Pengrajin-pengrajin batik di Girilayu tidak terlalu bergantung pada alat-alat yang
modern dalam membuat batik tulis. Mereka lebih senang menggunakan peralatan
yang sudah biasanya mereka gunakan untuk membatik. Adanya Desa Vokasi,
sudah mulai ada pelatihan-pelatihan mengenai pengenalan alat-alat modern dalam
proses produksi batik, namun masyarakat pengrajin batik di Girilayu lebih merasa
mantap menggunakan cara-cara dan alat-alat yang sudah diajarkan oleh keluarga
mereka secara turun temurun. 59
c. Motif
Sebelum adanya Desa Vokasi Motif batik yang dibuat di Girilayu tidak
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Motif yang dibuat adalah berdasarkan
pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang menyetor sample gambar ataupun
desain. Selain itu batik dengan motif pakem juga dibuat di Girilayu seperti motif
mega mendung, truntum, kawung, parang, wahyu tumurun, sidomukti dan
sebagainya.. Motif yang menunjukkan ciri dari identitas Girilayu belum ada.
Semua motif batik yang dibuat adalah berdasarkan pesanan baik motif pakem
ataupun motif diluar pakem yang ada.60
Ditinjau dari segi motifnya ada dua jenis
batik, yaitu batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional adalah jenis batik
yang motif dan gayanya terikat pada suatu aturan dan isen-isen tertentu, seperti
motif sidomukti, sidoluhur, parang rusak, dan sebagainya. Batik modern adalah
59
Wawancara dengan Harni pada tanggal 17 Februari 2015 60
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015
78
semua jenis batik yang telah menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi
tersebut.61
Setelah adanya Desa Vokasi masyarakat pengrajin batik di Girilayu
Memperoleh penyuluhan tentang cara-cara pembuatan batik dan motif-motif batik
kreasi baru. Hal tersebut meningkatkan ketrampilan pengrajin batik di Girilayu
untuk lebih dapat menciptakan motif-motif baru diluar pakem untuk menjawab
perkembangan jaman. Namun tidak terlepas dari citra yang sudah dibentuk oleh
masyarakat pengrajin batik di Girilayu dalam hal halusnya pengerjaan motif batik
Pakem. Hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri atas hasil batik yang
dihasilkan di Girilayu dalam hal pemasaran.62
d. Pemasaran
Setelah adanya pengakuan dari UNESCO terkait dengan peranan batik di
Indonesia, wilayah Desa Girilayu memperoleh dampak positif dari pengukuhan
tersebut. Peranan pengrajin batik di Indonesia mulai terangkat keberadaannya.
Pemerintah pusat maupun daerah mulai memberikan apresiasi untuk peningkatan
kondisi pengrajin batik di wilayahnya. Selain itu banyak akademisi yang mulai
giat meneliti tentang eksistensi pengrajin batik di Desa Girilayu. Dalam penelitian
yang diadakan oleh tim peneliti dari Institute Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada
tahun 2013 dengan topik kegiatan desain wayang pada batik rakyat Eks-
61
Susanto SK, Sewan, Batik Modern, (Yogyakarta: Balai Penelitian
Batik dan Kerajinan, 1975). 62
Wawancara dengan Erna pada tanggal 5 Maret 2015
79
Karesidenan Surakarta sebagai sumber ide pendampingan usaha kecil berbasis
pendidikan karakter untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.63
Penelitian tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan batik rakyat eks-
Karesidenan Surakarta kepada masyarakat. Selain beberapa hasil batik rakyat
yang telah menjadi corak khas wilayah, juga akan disosialisasikan hasil inovasi
motif batik rakyat, yaitu batik wayang dengan setting batik rakyat. Batik wayang
rakyat ini dapat diproduksi dalam bentuk batik tulis, batik cap, batik printing,
ataupun batik kombinasi antara tulis dan cap ataupun tulis dan printing.
Menumbuhkan pemasaran batik rakyat dalam skala wilayah Kabupaten ataupun
lintas Kabupaten. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempubikasikan sentra-
sentra batik rakyat dalam bentuk leaflet, buku, dan website. Para pembatik rakyat
diberikan spirit untuk dapat memasarkan hasil-hasil batik mereka. 64
Hasil penelitian tersebut menghasilkan buku panduan wisata kampung
batik rakyat eks karesidenan Surakarta termasuk wilayah Desa Girilayu. Dengan
adanya buku panduan tersebut informasi-informasi tentang hasil batik di Desa
Girilayu dapat diketahui oleh masyarakat di luar Karesidenan Surakarta maupun
masyarakat umum lainnya. Penelitian tersebut juga menerbitkan artikel ilmiah
dalam jurnal nasional. Pengaruh positif dirasakan dengan adanya penelitian
tersebut. Wilayah Desa Batik di Girilayu kini mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Peranan akademisi dalam mendongkrak promosi atas hasil kreativitas masyarakat
63
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015. 64
Dr. Sugeng Nugroho, Desain Wayang Pada Batik Rakyat Eks-
Karesidenan Surakarta Sebagai Sumber Ide Pendampingan Usaha Kecil Berbasis
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat, ISI
Surakarta, 2013, hlm. 14.
80
di Girilayu berupa batik dirasakan keuntungannya. Dengan penerbitan buku
panduan wisata batik eks-Karesidenan Surakarta dapat mengenalkan batik
Girilayu kepada khalayak ramai. 65
e. Upah
Seiring dengan meningkatnya skill dari pengrajin batik generasi baru di
Girilayu meningkatkan jumlah upah yang diperoleh oleh para pengrajin. Adanya
keperdulian pemerintah dalam pembentukan Desa Vokasi memberikan pelatihan-
pelatihan bagi pengrajin batik. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap
pengrajin batik yang generasi muda dalam peningkatan skill mereka dalam
membatik, karena mereka memperoleh pelatihan secara rutin. Untuk pengrajin
batik yang usia membatik sudah puluhan tahun dalam skill tidak banyak terbantu
oleh adanya pelatihan yang diadakan oleh Desa Vokasi. Hal tersebut dikarenakan
hasil dari batikan pengrajin batik yang sudah berpengalaman sangatlah halus dan
bagus sehingga tidak perlu lagi mendapatkan pelatihan dalam skill membatik.66
Upah yang diperoleh jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
mengalami peningkatan jumlah. Upah setiap menggarap batik dengan motif tidak
begitu rumit berkisar antara Rp. 200. 000,- sampai dengan Rp. 300. 000,-, untuk
batik dengan motif yang rumit berkisar antara Rp. 400. 000,- sampai dengan Rp.
500, 000,-. Peningkatan upah dalam membatik tersebut membawa keuntungan
bagi pengrajin batik di Girilayu. Adanya kenaikan upah tersebut dipengaruhi oleh
patokan harga yang diberikan pihak pemesan yang berkoordinasi dengan pengepul
batik di Girilayu. Untuk kesepakatan harga bersama antara semua pihak pengrajin
65
Wawancara dengan Sugiarto pada tanggal 16 Februari 2015. 66
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
81
belumlah ada. Hal tersebut karena ukuran skill pengrajin batik di Girilayu
berbeda-beda, bahkan ada pengrajin batik yang memiliki patokan harga sendiri
karena memiliki skill membatik yang bagus.67
67
Wawancara dengan Sugiarto pada tanggal 16 Februari 2015.