bab iv perubahan sosial ekonomi masyarakat pembatik di ... · sosial ekonomi masyarakat pembatik di...
TRANSCRIPT
82
BAB IV
PERUBAHAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PEMBATIK DI DESA GIRILAYU
KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR
A. Perubahan Sosial
1. Pembentukan Desa Vokasi Girilayu
Sesuai dengan misi kabupaten Karanganyar dalam mensejahterakan rakyat
melalui keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang
bertumpu pada kemandirian, peningkatan kualitas SDM. Batik Girilayu juga
menjadi sasaran utama, pemberdayaan dilakukan terhadap para pengrajin batik
melalui sosialisasi dan bantuan-bantuan modal, serta pelatihan-pelatihan
pengembangan batik dalam segi pemasaran dan penggunaan untuk mendukung
pengembangan desa wisata di Karanganyar.
Tahun 2013 ada pembinaan-pembinaan dari pemerintah kepada
masyarakat Girilayu mulai terlihat dengan berdirinya koperasi Vokasi, di dalam
koperasi tersebut merupakan bantuan nyata pemerintah, terdapat aktifitas-aktifitas
tentang penyuluhan, pembuatan seni kerajinan batik hingga finishing sehingga
tidak terikat oleh perusahaan besar di Surakarta dalam proses finishing. Koperasi
vokasi memberikan pelatihan kepada para pengrajin batik, di sana juga terdapat
alat-alat untuk memproduksi batik dari pemolaan, pemalaman hingga proses
finishing sehingga masyarakat yang tergabung bisa mengembangkan keahlianya
dan tidak harus tergantung perusahaan besar di Surakarta.
Dalam rangka mengatasi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan
serta mengembangkan potensi desa agar memiliki komparatif perlu
83
mengembangkan model pendidikan non formal (PNF) melalui rintisan desa
Vokasi. Bahwa untuk maksud tersebut perlu ditetapkan dengan keputusan kepala
desa Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
Tugas penyelenggara Desa Vokasi adalah :
a. Mengembangkan Desa Vokasi dalam rangka mengatasi pengangguran
dan mengetaskan kemiskinan serta memberdayakan masyarakat
melalui kegiatan pembelajaran ketrampilan yang berbasis kearifan
lokal.
b. Mengembangkan dan mengarahkan program pendidikan non formal
yang diprioritaskan bagi warga masyarakat yang kurang
beruntung(Usia produktif,menggangur,miskin).
c. Mengembangkan potensi lokal agar memiliki keunggulan komparatif
melalui proses belajar,sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.
Penyelenggaraan kursus kewirausahaan Desa Vokasi sebagai penanggung
jawab adalah kepala desa Girilayu. Anggaran biaya dalam pelaksanaan kegiatan
Desa Vokasi di Girilayu ini dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
daerah Propinsi Jawa Tengah tahun 2013.1
Sebelum mendapat bantuan dari pemerintah dan banyaknya Sosialisasi di
Girilayu sendiri hanya merupakan pembuatan batik setengah jadi, belum dapat
membuat batik secara jadi seperti kampung batik laweyan di Solo, hal tersebut
dikarenakan rendahnya kualitas SDM dan terbatasnya modal usaha. Setelah
1 Keputusan Kepala Desa Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten
Karanganyar Nomor: 420/41/II/2013.
84
UNESCO pada tahun 2008 mengesahkan batik sebagai warisan budaya Indonesia,
batik kembali eksis dalam budaya Indonesia dan pasarannya semakin diminati
masyarakat. Banyak upaya untuk mengembangkan indutri batik, tidak terkecuali
di Girilayu. Banyaknya minat masyarakat mendorong pemerintah untuk
mendongkrak ekonomi daerah dengan pengembangan kerajinan batik di Girilayu,
sosialisasi dan bantuan banyak diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang
terkenal sangat halus. Upaya pengembangan batik Girilayu dengan berdirinya
koperasi vokasi desa, yaitu koperasi milik desa Girilayu yang mengelola hasil
batik serta pemasaran batik Girilayu yang di bentuk pada tahun 2013, meskipun
baru dibentuk, koperasi vokasi tersebut merupakan tonggak kemajuan desa
Girilayu dalam seni kerajinan batik.2
Desa Vokasi yang ada di Girilayu memiliki sarana dan prasarana sebagai
pendukung pelaksanaan kegiatan yang dijalankan oleh Desa Vokasi. Sarana dan
prasarana tersebut berupa Gedung lembaga dengan luas tanah 311,3660 ha, luas
bangunan 500 m2 status kepemilikan bangunan adalah milik Desa Girilayu.
Tempat penyelenggaraan kegiatan berada di Gedung perkantoran balai desa,
sarana belajar berupa meja belajar sejumlah 100, papan tulis berjumlah 1 dan
lemari 1. Desa vokasi memiliki kegiatan yang bertujuan untuk memajukan
pengrajin batik di Girilayu. Kegiatan Desa Vokasi yang terkait dengan
kewirausahaan adalah Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu.
Kewirausaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu memiliki tujuan yaitu;
1) Mengurangi pengangguran
2 Wawancara dengan Katmo pada tanggal 16 Februari 2015.
85
2) Peningkatan pendapatan
3) Menciptakan lapangan pekerjaan
4) Mengurangi kemiskinan
5) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berwirausahaa
6) Membangun kemitraan usaha bersama
Hasil yang diharapkan dengan diadakannya kegiatan Kewirausahaan Desa
(KWD) Vokasi Girilayu adalah :
1) Pembelajaran kewirausahaan Desa Vokasi dengan ketranmpilan
unggulan lokal Batik.
2) Terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat
3) Peningkatan kesejahteraan, peningkatan pendapatan
4) Mengurangi pengangguran
5) Mengurangi kemiskinan
6) Peningkatan kemampuan managemen kewirausahaan Desa Vokasi
Girilayu.3
Kewirausahaan Desa Vokasi diikuti oleh warga masyarakat khususnya
pengrajin batik di Girilayu. Mekanisme dalam penunjukkan warga belajar yang
tergabung dalam KWD Vokasi Girilayu adalah atas koordinasi oleh perangkat
desa yang ada di Girilayu. Kewirausahaan Desa Vokasi dalam pelaksanaan
kegiatannya terdiri dari beberapa kelompok sesuai kesepakatan dalam rapat
koordinasi antara pengrajin batik dengan pihak Desa Vokasi yang di damping oleh
perangkat desa Girilayu. Berdasarkan kesepakatan di dalam rapat tersebut
3 Arsip Desa Vokasi
86
selanjutnya dijadikan pedoman dalam menentukan siapa saja yang menjadi warga
belajar KWD Vokasi Girilayu dan jabatan apa saja yang dibutuhkan dalam
kelompok KWD Desa Vokasi.4 Untuk mengetahui Daftar warga belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih dapat dilihat di
dalam tabel 1 s/d 5.
Tabel 5
Daftar Warga Belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kelompok I : Liris Kenanga
Lokasi Kelompok : Wetankali Rt 04, Rw. II, Girilayu, Matesih, Karanganyar
No Nama Alamat Tempat
Tanggal Lahir
Keterangan
1 Kalimatu sa’diyah Wetankali Rt 04, Girilayu Kediri, 26-11-1972 Ketua
2 Sekti Lestari Kauman Rt 05, Girilayu Kra, 22-04-1973 Sekretaris
3 Wijiatmi Wetankali Rt 05, Girilayu Kra, 30-09-1965 Bendahara
4 Suginah Jinarum Rt 02, Girilayu Kra, 02-07-1977 Anggota
5 Umi Rahayu Wetankali Rt 06, Girilayu Kra, 17-11-1950 Anggota
6 Sunarni Kauman Rt 07, Girilayu Kra, 31-12-1945 Anggota
7 Martini Wetankali Rt 05, Girilayu Kra, 19-09-1970 Anggota
8 Nyanik Sularni Wetankali Rt 04, Girilayu Kra, 02-05-1978 Anggota
9 Sariyem Babadan Rt 08, Girilayu Kra, 24-05-1972 Anggota
10 Sri Hartati Kauman Rt 07, Girilayu Kra-19-02-1955 Anggota
Sumber : Arsip Desa Vokasi Girilayu
4 Wawancara dengan Kalimatu sa’diyah pada tanggal 18 Februari 2015.
87
Tabel 6
Daftar Warga Belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kelompok II : Merak Mulya
Lokasi Kelompok : Merakan Rt. 03 Rw. IV, Girilayu, Matesih, Karanganyar
No Nama Alamat Tempat
Tanggal Lahir
Keterangan
1 Dwi Sunarni Ngadirojo Rt 03,
Girilayu
Kra,01-01-1979 Ketua
2 Wahyuni Ngadirojo Rt 03,
Girilayu
Kra, 22-01-1976 Sekretaris
3 Agustina Ngadirojo Rt 03,
Girilayu
Kra, 04-08-1976 Bendahara
4 Maryatun Ngadirojo Rt 03,
Girilayu
Kra, 20-11-1964 Anggota
5 Pani Ngadirojo Rt 03,
Girilayu
Kra, 11-10-1967 Anggota
6 Lantari Rotogondang Rt 05,
Girilayu
Kra, 31-12-1973 Anggota
7 Darso Suwito Merakan Rt 03,
Girilayu
Kra, 30-11-1956 Anggota
8 Siti Maimunah Rotogondang Kidul Rt
04, Girilayu
Kra, 20-10-1968 Anggota
9 Wariyah
Sartoyo
Merakan Rt 01,
Girilayu
Kra, 31-12-1964 Anggota
10 Sariyem Silomirah Kra,17-11-1969 Anggota
Sumber : Arsip Desa Vokasi Girilayu
88
Tabel 7
Daftar Warga Belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kelompok III : Gunung Sari
Lokasi Kelompok : Seberan Rt. 01 Rw VIII, Girilayu, Matesih, Karanganyar
No Nama Alamat Tempat Tanggal
Lahir
Keterangan
1 Rini Setyowati Wetankali Rt 05,
Girilayu
Kra,17-06-1992 Ketua
2 Siti Asiyah Seberan Rt 01,
Girilayu
Kra, 17-12-1975 Sekretaris
3 Suginem Seberan Rt 01,
Girilayu
Kra, 03-12-1976 Bendahara
4 Tugiyatmi Seberan Rt 01,
Girilayu
Kra, 18-04-1972 Anggota
5 Semiyati Sumengguh Rt 06,
Girilayu
Kra, 14-04-1973 Anggota
6 Sutamti Madang Rt 04,
Girilayu
Kra, 31-02-1992 Anggota
7 Hartati Sumengguh Rt 06,
Girilayu
Kra, 10-11-1982 Anggota
8 Sugiyem Seberan Rt 01,
Girilayu
Kra, 20-02-1969 Anggota
9 Warti Madang Rt 04,
Girilayu
Kra, 31-12-1975 Anggota
10 Sukatmi Sumengguh Rt 06,
Girilayu
Kra,12-05-1984 Anggota
Sumber : Arsip Desa Vokasi Girilayu
89
Tabel 8
Daftar Warga Belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kelompok IV : Giri Mulyo
Lokasi Kelompok : Girilayu Rt. 04 Rw VI, Girilayu, Matesih, Karanganyar
No Nama Alamat Tempat Tanggal
Lahir
Keterangan
1 Sarmiyanti Girilayu Rt04,
Girilayu
Kra,23-04-1969 Ketua
2 Sukarni Tompe Rt 06, Girilayu Kra, 15-09-1974 Sekretaris
3 Sutini Tukrejo Rt 04,
Girilayu
Kra, 26-09-1980 Bendahara
4 Suwarni Girilayu Rt04,
Girilayu
Kra, 31-12-1959 Anggota
5 Wartini Girilayu Rt04,
Girilayu
Kra, 07-12-1988 Anggota
6 Sri Lestari Girilayu Rt02,
Girilayu
Kra, 29-08-1978 Anggota
7 Muryati Girilayu Rt04,
Girilayu
Kra, 20-01-1975 Anggota
8 Lasmini Girilayu Rt06,
Girilayu
Kra, 04-12-1983 Anggota
9 Saminem Girilayu Tengah Rt01,
Girilayu
Kra, 31-12-1964 Anggota
10 Sarikem Girilayu Rt04,
Girilayu
Kra,15-05-1973 Anggota
Sumber : Arsip Desa Vokasi Girilayu
90
Tabel 9
Daftar Warga Belajar
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Kelompok V : Canting Kuncoro
Lokasi Kelompok : Bati Rt. 06 Rw XII, Girilayu, Matesih, Karanganyar
No Nama Alamat Tempat Tanggal
Lahir
Keterangan
1 Ngadiyem Bati Rt 05, Girilayu Kra,23-04-1975 Ketua
2 Paikem Plombokan Rt 02,
Girilayu
Kra, 31-12-1944 Sekretaris
3 Sri Lestari Domplang Rt 02,
Girilayu
Kra, 24-07-1965 Bendahara
4 Pariyem Plombokan Rt 02,
Girilayu
Kra, 31-12-1957 Anggota
5 Pariyem Plombokan Rt 02,
Girilayu
Kra, 31-12-1960 Anggota
6 Kasiyem Plombokan Rt 02,
Girilayu
Kra, 30-07-1966 Anggota
7 Sri Windari Plombokan Rt 02,
Girilayu
Kra, 31-12-1962 Anggota
8 Wahyuni Bati Rt 05, Girilayu Kra, 31-12-1963 Anggota
9 Parmi Domplang Rt 02,
Girilayu
Kra,03-12-1962 Anggota
10 Narni Talun Rt 03, Girilayu Kra,15-05-1977 Anggota
Sumber : Arsip Desa Vokasi Girilayu
Terdapat lima kelompok yang menjadi anggota dalam kegiatan
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu. Masing-masing kelompok
berjumlah 10 anggota dengan jabatan masing-masing yaitu, 1 Ketua, 1 sekretaris,
91
1 bendahara dan 7 anggota. Masing-masing anggota memiliki nama kelompok
sendiri-sendiri, sesuai dengan kesepakatan di dalam rapat pembentukan kelompok
yang diadakan oleh pengurus Desa Vokasi dengan calon peserta. Pemilihan
jabatan di dalam anggota di pilih berdasarkan musyawayah. Pemilihan warga
belajar yang mengikuti kegiatan Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu
merata hampir di semua wilayah dusun di Girilayu. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari kesenjangan antara warga dan juga agar tujuan dari diadakannya
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu dapat segera tercapai di semua
wilayah Girilayu.5
Gambar 7
Tempat Pelatihan Desa Vokasi
5 Wawancara dengan Erna pada tanggal 5 Maret2015.
92
Beberapa kegiatan sudah dijalankan di dalam Kewirausahaan Desa
(KWD) Vokasi Girilayu diantaranya tutorial tentang keahlian dalam Batik,
Pewarnaan dan mbabar. Setiap materi yang diajarkan di KWD Vokasi Girilayu di
ajarkan oleh seorang pemateri. Untuk keahlian dalam membatik sebagai pemateri
adalah Bambang Mintarjo, A.md yang berasal dari Kauman, Girilayu. Keahlian
dalam pewarnaan diajarkan oleh Katno yang berasal dari Solo, sedangkan untuk
keahlian mbabar diajarkan oleh Sugiyem yang berasal dari Merakan, Girilayu.
Kegiatan tutorial dengan beberapa keahlian yang sudah diajarkan diharapkan agar
pengrajin batik dapat memproduksi kain batik sampai pada kain batik jadi
sehingga dapat melakukan pemasaran sendiri dengan keuntungan yang lebih jika
dibandingkan hanya selesai pada tahap pencantingan saja.6
Sesuai dengan tujuan dari diadakannya kegiatan Kewirausahaan Desa
(KWD) Vokasi Girilayu adalah agar masyarakat pengrajin batik di Girilayu
mendapatkan keahlian untuk managemen kewirausahaan batik yang
dihasilkannya. Selain itu juga agar tercipta koordinasi yang baik antara pengrajin
batik sehingga dapat saling bertukar informasi untuk memajukan pengrajin batik
di Girilayu. Adanya Desa Vokasi Girilayu dapat meningkatkan interaksi baik
antara pemangku jabatan di Girilayu seperti perangkat-perangkat Desa Girilayu,
maupun antara para pengrajin batik yang ada di Girilayu. Peningkatan interaksi
sosial yang ada di Girilayu memberikan keuntungan positif dalam kemajuan
pengrajin batik Girilayu. Pertemuan-pertemuan yang diadakan di tiap kelompok
selain untuk peningkatan kemampuan dalam memproduksi batik juga membahas
6 Wawancara dengan Slamet pada tanggal 16 Februari 2015.
93
permasalahan-permasalahan lain terkait dengan pengrajin batik di Girilayu.
Adanya koordinasi-koordinasi di dalam kelompok maupun antar kelompok yang
ada, memberikan dampak positif bahwa kondisi kemajuan pengrajin batik di
Girilayu adalah permasalahan bersama yang harus di selesaikan secara bersama-
sama. 7
2. Peningkatan Interaksi Sosial
Pada dasarnya manusia merupakan makluk sosial, artinya bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka manusia
perlu berinteraksi dengan orang lain. Antara manusia yang satu dengan yang
lainnya saling membutuhkan, pada dasarnya manusia mempunyai keinginan untuk
menjadi satu dengan orang lain. hal ini mendorong terjadinya proses interaksi
dalam pergaulan sehari-hari.8
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa
tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di
dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial
itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang
ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi
masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat
lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk
7Wawancara dengan Bambang Mintarjo, A. md pada tanggal 5 Maret
2015. 8Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengatar
Sosiologi Pembangunan, (Jakarta : Raja Gravindo, 1984) hlm. 138.
94
mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun
bertukar pikiran.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi,
interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya
komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada
kehidupan bersama. jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain
maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa
adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang
lain tidak dapat disebut interaksi.9
Peningkatan interaksi sosial terjadi di dalam masyarakat pengrajin batik
Girilayu. Adanya desa vokasi memberikan pengaruh positif terhadap komunikasi
antara pengrajin batik di Girilayu. Di bentuknya kelompok-kelompok di dalam
pelaksanaan kegiatan KWD Vokasi Girilayu secara tidak langsung meningkatkan
interaksi sosial antara masyarakat pembatik baik di dalam kelompok maupun
antara kelompok yang ada. Komunikasi yang terjadi membahas terkait dengan
materi-materi yang diajarkan di dalam KWD maupun usaha-usaha untuk
memajukan pengrajin batik di Girilayu. Peningkatan interaksi sosial di dalam
masyarakat batik Girilayu mampu menciptakan kesadaran bahwa untuk
9 Wikipedia.org/wiki/interaksi_sosial diakses pada tanggal 15 April 2015
jam 01.00 WIB.
95
meningkatkan kondisi kerajinan batik di Girilayu haruslah di fikirkan dan
diusahakan bersama.10
Kelompok-kelompok yang dibentuk di dalam kegiatan KWD Vokasi
Girilayu di ikuti oleh pengrajin batik yang ada di seluruh dusun di Girilayu.
Hubungan-hubungan dan komunikasi yang sebelumnya berjalan seadanya,
selanjutnya di munculkan hubungan dan komunikasi yang terjadwal dengan
adanya jadwal kegiatan dan koordinasi dalam kelompok KWD Vokasi Girilayu.
Banyak keuntungan yang dihasilkan setelah adanya peningkatan interaksi sosial.
Adanya informasi terkait dengan pengrajin batik dapat segera diketahui oleh
seluruh pengrajin batik di Girilayu. Informasi yang disampaikan semisal terkait
dengan kenaikan upah, tempat pembelian bahan-bahan batik yang lebih murah,
cara-cara memasarkan hasil batiknya dan lain sebagainya.11
3. Peningkatan Mobilitas Sosial
Di dalam masyarakat baik yang masih bersifat tradisional maupun
masyarakat yang sudah modern akan dijumpai adanya stratifikasi atau pelapisan
sosial, hanya jarak tingkatan antara yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
Nampak.12
Menurut Soerjono Soekanto, pelapisan sosial yang terjadi pada
masyarakat di karenakan adanya suatu yang dihargai oleh masyarakat karena
mempunyai nilai lebih, misalnya kekayaan materiil, kekuasaan, prestise,
10
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 April 2015. 11
Wawancara dengan Bambang Mintarjo, A.md pada tanggal 17 April
2015. 12
Abu Ahmadi, Pengantar Sosiologi, (Semarang : Romadhani, 1982), hlm.
82.
96
ketrampilan, hak-hak istimewa, kesempatan mengadakan pertemuan dengan
tokoh-tokoh penting dan lain-lain.13
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang
satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W.
Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata.
Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah
strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada
pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih
tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial
dari strata lain yang lebih tinggi.14
Masyarakat Girilayu merupakan masyarakat dengan model sistem
stratifikasi terbuka. Adanya peningkatan mobilitas sosial di Girilayu terjadi karena
adanya ketrampilan yang lebih dari beberapa pengrajin batik di Girilayu. Adanya
13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Radjawali,
1987), hlm. 207. 14
id.m.wikipedia.org/wiki/gerak_sosial diakses pada tanggal 17 April 2015
jam 01.00 WIB.
97
KWD Vokasi Girilayu yang memberikan pelatihan-pelatihan tentang ketrampilan
membatik memberikan dampak pada peningkatan mobilitas sosial. Pemateri
dalam kegiatan peningkatan kretrampilan membatik di serahkan kepada pengrajin
lokal Girilayu untuk memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok yang
sudah dibentuk di dalam kegiatan KWD Vokasi Girilayu. Pemateri-pemateri
tersebut dianggap memiliki ketrampilan lebih di dalam menghasilkan batik yang
bekualitas tinggi. Pemateri-pemateri yang ada dalam kegiatan KWD Vokasi
Girilayu mendapatkan penghargaan lebih diantara kalangan pengrajin batik yang
ada di Girilayu karena ketrampilannya.15
Ketua kelompok yang ada dalm kegiatan
KWD Vokasi Girilayu mendapatkan penghargaan lebih di kalangan masyarakat
pengrajin batik Girilayu karena kemampuannya dalam memimpin kelompok yang
dibentuk. Penghargaan tersebut terjadi dikarenakan ketua kelompok lebih banyak
berinteraksi dengan pihak pengurus Desa Vokasi sehinggaketua lebih banyak
memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan kelompok maupun
berkaitan dengan peningkatan aktivitas membatik di Girilayu. Ketua kelompok
meskipun apabila di lihat dari tingkat pendidikannya yang relatif rendah,
memperoleh penghargaan lebih karena kepemimpinannya dalam kelompok.16
15
Wawancara dengan Kalimatu sa’diyah pada tanggal 18 April2015 16
Wawancara dengan Bambang Mintarjo, A.md pada tanggal 15 April
2015.
98
B. Perubahan Ekonomi
Aktivitas membatik di Girilayu merupakan kegiatan sampingan untuk
memberikan tambahan pemasukan bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Mayoritas masyarakat di Girilayu adalah seorang petani, baik petani pemilik
maupun petani penggarap. Kegiatan membatik mayoritas dilakukan oleh ibu-ibu
rumah tangga. Upah yang diperoleh dari membatik dipakai untuk mencukupi
kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan pemasukan dari pertanian di tabung untuk
mencukupi kebutuhan-kebutuhan tak terduga. Aktivitas membatik dirasakan
keuntungannya bagi pengrajin batik di Girilayu. Aktivitas membatik memberika
pemasukan tambahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Girilayu.
Upah yang diperoleh dari hasil membatik sangatlah dirasakan keuntungannya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Girilayu. Aktivitas pertanian dengan
perolehan hasil panen yang tidak pasti akibat terpengaruh baik cuaca maupun
hama sehingga hasil pertanian bersifat tidak tetap dengan adanya upah membatik
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.17
Batik di Girilayu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian
masyarakat di Girilayu, khususnya masyarakat pengrajin batik. Naik turunnya
permintaan dalam pesanan batik membawa pengaruh pada pemasukan pengrajin
batik di Girilayu.18
Setelah UNESCO pada tahun 2008 mengesahkan batik sebagai
warisan budaya Indonesia, batik kembali eksis dalam budaya Indonesia dan
pasarannya semakin diminati masyarakat. Banyak upaya untuk mengembangkan
indutri batik, tidak terkecuali di Girilayu. Banyaknya minat masyarakat
17
Wawancara dengan Lasmini pada tanggal 18 Februari2015. 18
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015.
99
mendorong pemerintah untuk mendongkrak ekonomi daerah dengan
pengembangan kerajinan batik di Girilayu, sosialisasi dan bantuan banyak
diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang terkenal sangat halus.
1. Kenaikan Upah
Perhatian pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono terhadap batik cukup tinggi. Hari Batik Nasional secara
resmi ditetapkan pemerintah mulai tanggal 2 Oktober 2009. Penetapan ini
kemudian disusul dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009
tentang Hari Batik Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 November 2009. Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari
langkah United Nations Educational Scientific Cultural Organisation (UNESCO),
Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi persoalan pendidikan dan
kebudayaan, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpeaces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) milik Indonesia.
Pengakuan dari dunia International terhadap keberadaan batik
berpengaruh terhadap naiknya permintaan batik tulis di wilayah kerajinan batik di
Girilayu. Terjadi tambahan jumlah pesanan dari perusahaan-perusahaan yang
biasanya memesan batik di Girilayu. Kenaikan jumlah pesanan tersebut membawa
keuntungan ekonomi bagi pengrajin batik di Girilayu. Sebelum UNESCO
menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia pesanan batik di setiap
pengrajin berkisar antara 4 sampai dengan 5 batik tiap bulannya, namun setelah
UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya Indonesia, pesanan yang
100
dikerjakan oleh pengrajin batik di Girilayu bertambah menjadi 6 sampai dengan 7
pesanan setiap bulannya.
Di tetapkannya hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009
membawa pengaruh besar bagi pengrajin batik di Girilayu. Pemerintah dengan
kebijakan memetapkan hari batik nasional memberikan pengaruh positif pada
keberadaan batik tulis di Indonesia. Munculnya kembali rasa kebanggaan
menggunakan batik tulis bagi warga Indonesia memberikan keuntungan bagi para
pengrajin batik di Girilayu. Setelah penetapan hari batik nasional sebagai tindak
lanjut dari adanya pengakuan dari UNESCO, mampu mendongkrak permintaan
pesanan batik tulis di wilayah Girilayu. .19
Adanya peningkatan jumlah pesanan
batik tulis di Girilayu memberikan tambahan pemasukan upah yang diperoleh
oleh pengrajin batik di Girilayu. Untuk mengetahui kenaikan upah yang diperoleh
pengrajin batik di Girilayu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat di lihat di
dalam tabel 6.
19
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
101
Tabel 10
Upah Pengrajin Batik Di Girilayu Tahun 2009-2013
Tahun Rata-rata Upah batik
tulis motif biasa
(Rupiah)
Rata-rata Upah batik
tulis motif rumit
(Rupiah)
Waktu selesai
produksi motif
biasa
Waktu selesai
produksi motif
rumit
2009 100.000 s/d
150.000
250.000 s/d
350.000
4-7 hari 2-4 minggu
2010 100.000 s/d
150.000
250.000 s/d
350.000
4-7 hari 2-4 minggu
2011 100.000 s/d
150.000
250.000 s/d
350.000
4-7 hari 2-4 minggu
2012 100.000 s/d
150.000
250.000 s/d
350.000
4-7 hari 2-4 minggu
2013 200.000 s/d
300.000
400.000 s/d
500.000
4-7 hari 2-4 minggu
Sumber : Data wawancara
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa terdapat dua pengelempokan batik
berdasarkan tingkat kerumitan motif batik yang akan di buat yaitu motif batik
biasa dan motif batik rumit. Waktu penyelesaikan dalam produksi batik antara
motif batik biasa dengan motif batik rumit sangatlah lama. Motif batik biasa
membutuhkan waktu penyelesaian antara empat sampai dengan tujuh hari,
sedangkan untuk memproduksi batik dengan motif rumit memerlukan waktu
antara dua sampai dengan empat minggu. Tahun 2009 dan 2012 rata-rata upah
yang di peroleh dalam pembuatan batik dengan motif biasa berkisar antara Rp.
100.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- sedangkan untuk upah dalam pembuatan
batik dengan motif rumit sekitar Rp. 250.000,- sampai dengan Rp. 350.000,-.
102
Perbedaan harga antara motif batik biasa dengan motif batik rumit adalah
berdasarkan pertimbangan waktu penyelesaiannya. Batik dengan motif biasa
dalam satu bulan pengrajin batik dapat memproduksi sekitar empat sampai dengan
enam batik sesuai dengan pesanan yang ada, sedangkan untuk motif batik rumit
dalam satu bulan memproduksi batik dengan jumlah 2 batik saja. Perbedaan
waktu yang cukup lama tersebut mengakibatkan pesanan batik dengan motif rumit
lebih malah jika dibandingkan dengan motif batik biasa.20
Tahun 2013 terjadi kenaikan upah baik untuk pesanan batik dengan motif
biasa maupun motif batik rumit. Tahun sebelumnya upah yang diperoleh dari
pesanan batik motif biasa sekitar Rp 100.000,- sampai dengan Rp.150.000,-
sedangkan untuk motif batik rumit antara Rp.250.000,- sampai dengan
Rp.350.000. Pada tahun sampai 2013 perubahan upah untuk motif batik biasa
adalah Rp. 200.000,- sampai dengan Rp.300.000,- sedangkan untuk motif batik
rumit menjadi Rp. 400. 000,- sampai dengan Rp. 500. 000,-. Waktu poduksi yang
dibutuhkan antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 rata-rata adalah sama.
Tidak semua pengrajin batik di Girilayu mau dan dapat mengerjakan batik
dengan motif rumit. Kerumitan batik menjadi pertimbangan pengrajin di Girilayu
untuk menerima pesanan dari pihak pemesan karena hal tersebut nantinya akan
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya jumlah batik yang dihasilkan dan akan
berpengaruh terhadap upah yang di peroleh setiap bulannya. Batik dengan motif
rumit biasanya dikerjakan oleh pengrajin batik yang sudah berumur tua. Hal
tersebut dikarenakan motif batik rumit memerlukan ketelatenan dan kesabaran
20
Wawancara dengan Waliyah pada tanggal 17 Februari 2015.
103
yang lebih dalam proses produksinya. Tidak semua pengrajin batik di Girilayu
dapat mengerjakan batik dengan motif rumit dan dengan hasil yang maksimal.
Kebanyakan pengrajin batik di Girilayu lebih suka mengerjakan batik dengan
motif yang tidak begitu rumit. Hal tersebut dikarenakan mengerjakan batik dengan
motif yang tidak begitu rumit, proses produksinya tidak begitu lama sehingga
akan lebih cepat memperoleh uang upah secara kontan. Selain itu dengan
mengerjakan pesanan motif batik yang tidak terlalu rumit akan lebih banyak
mengerjakan beberapa pesanan, sehingga jika di hitung pemasukan per bulannya
akan lebih tinggi. 21
2. Kenaikan Jumlah Pesanan Batik
Batik yang di produksi di wilayah Girilayu adalah batik batik setengah
jadi. Pihak pemesan biasanya memesan batik hanya sampai pada tahap proses
pencantingan saja. Proses selanjutnya dilakukan sendiri oleh pihak pemesan
ataupun di kerjakan di luar wilayah Girilayu. Hal tersebut dikarenakan masih
terbatasnya kemampuan dari pengrajin batik di Girilayu dalam memproduksi batik
sampai selesai. Terdapat beberapa pengrajin batik yang sudah bisa memproses
batik sampai batik itu jadi dan siap dipakai. Namun merekapun juga mengerjakan
pesanan hanya sampai pada proses pencantingan. Girilayu dikenal dengan proses
pencantingan batik tulis yang halus. Kualitas pencantingan yang dihasilkan oleh
pengrajin batik di Girilayu dikenal oleh pengusaha-pengusaha batik di luar
21
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
104
girilayu memeliki kualitas yang halus, khusunya pengusaha-pengusaha batik di
wilayah Surakarta.22
Pada tahun 2013 di bentuk Desa Vokasi di Girilayu yang banyak
memberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan proses produksi batik. Desa
Vokasi Girilayu memberikan pelatihan terkait dengan proses produksi batik
sampai batik itu siap di pasarkan. Hal tersebut memberikan keuntungan bagi
pengrajin batik di Girilayu. Selain memberikan pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan proses produksi batik sampai tahap siap pakai, Desa Vokasi juga
memberikan pengertahuan terkait dengan Kewirausahaan. Di bentuknya
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada pengrajin-pengrajin batik di Girilayu yang berkaitan dengan
kewirausahaan.23
Pembentukan Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu memberikan
banyak keuntungan. Pengrajin-pengrajin batik yang ada di Girilayu memperoleh
kemampuan untuk memproduksi batik sampai tahap siap pakai. Dasar-dasar
dalam proses pencantingan sudah dimiliki oleh pengrajin-pengrajin batik di
Girilayu, sehingga lebih mudah dan cepat menyerap materi-materi yang di berikan
di dalam KWD Vokasi Girilayu. Selain keahlian untuk memproduksi sampai siap
pakai, pengrajin batik di Girilayu dibagi kedalam kelompok-kelompok warga
belajar yang berjumlah sepuluh orang dalam satu kelompok. Untuk mengetahui
kelompok-kelompok belajar di KWD Vokasi Girilayu dapat di lihat di dalam tabel
22
Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015. 23
Wawancara dengan Bambang Mintarjo, A.md pada tanggal 05 Maret
2015.
105
1 s/d 5. Kelompok-kelompok warga belajar tersebut dibentuk selain sebagai
kelompok belajar juga sebagai tim untuk secara bersama-sama memajukan batik
tulis di Girilayu.24
KWD Vokasi Girilayu memberikan pengetahuan dalam hal proses
pemasaran. Pemasaran batik yanga ada di girilayu cenderung bersifat statis.
Sebagian besar pesanan-pesanan batik yang di kerjakan oleh pengrajin batik di
Girilayu adalah pesanan dari pengusaha-pengusaha batik sehingga tahap
pemasaran tidak di perhatikan oleh pengrajin batik Girilayu. Setelah pengrajin
batik di Girilayu dapat memproses batik sampai pada batik siap pakai akan lebih
mudah dalam memasarkan. Di bentuknya Desa Vokasi di Girilayu mampu
meningkatkan jumlah pesanan batik di Girilayu. 25
Pesanan-pesanan batik di Girilayu yang sebelumnya hanya pada proses
pencantingan, sedikit demi sedikit sudah ada pemesan dari wilayah luar Girilayu
yang memesan batik sampai batik itu siap pakai. Hal tersebut memberikan
keuntungan bagi pengrajin batik Girilayu. Hasil dari batik pengrajin batik di
Girilayu dapat dirasakan lebih maksimal jika dibandingkan hanya pada tahap
proses pencantingan saja. keuntungan yang diperoleh saat mengerjakan pesanan
batik hanya pada tahap pencantingan tidaklah sebanyak ketika mengerjakan
pesanan batik siap jadi. Pengrajin batik di Girilayu mulai memperhatikan pada
proses pemasaran kain batik yang di hasilkannya.26
24
Wawancara dengan Sularsih pada tanggal 17 Februari 2015. 25
Wawancara dengan Kalimatu sa’diyah pada tanggal 18 Februari 2015. 26
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
106
Pengrajin batik Girilayu memperoleh keuntungan dari para akademi dalam
hal pemasaran kain batiknya. Dalam penelitian yang diadakan oleh tim peneliti
dari Institute Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada tahun 2013 dengan topik
kegiatan desain wayang pada batik rakyat Eks-Karesidenan Surakarta sebagai
sumber ide pendampingan usaha kecil berbasis pendidikan karakter untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.27
Hasil penelitian tersebut menghasilkan buku panduan wisata kampung
batik rakyat eks karesidenan Surakarta termasuk wilayah Desa Girilayu. Secara
tidak langsung wilayah pengrajin batik di Girilayu terbantu dalam memasarkan
kain batiknya. Informasi-informasi terkait dengan pengrajin batik di Girilayu
dapat diketahui oleh masyarakat luas. Penelitian tersebut juga menerbitkan artikel
ilmiah dalam jurnal nasional. Pengaruh positif dirasakan dengan adanya penelitian
tersebut. Wilayah Desa Batik di Girilayu kini mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Peranan akademisi dalam mendongkrak promosi atas hasil kreativitas masyarakat
di Girilayu berupa batik dirasakan keuntungannya. Dengan penerbitan buku
panduan wisata batik eks Karesidenan Surakarta dapat mengenalkan batik
Girilayu kepada khalayak ramai. 28
3. Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Girilayu mayoritas adalah seorang petani, baik petani
penggarap maupun pemiliki lahan. Batik sebagai usaha sampingan yang
memberikan pemasukan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-
harinya. Pemasukan dari membatik di gunakan untuk membeli kebutuhan sehari-
27
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015. 28
Wawancara dengan Sugiarto pada tanggal 16 Februari 2015.
107
harinya karena dengan membatik masyarakat Girilayu memperoleh uang kontan
setiap selesai mengerjakan pesanan batik. Hasil pertanian sebagai pekerjaan
pokok tidak menjamin memperoleh pemasukan berupa uang kontan setiap
harinya. Pertanian memperoleh hasil panenan dalam waktu tiga sampai dengan
empat bulan sekali.
Masyarakat pengrajin batik di Girilayu memperoleh keuntungan dari
aktivitas membatik berupa uang tunai setelah selesai mengerjakan pesanan
batiknya. Uang tersebut kebanyakan digunakan untuk berbelanja kebutuhan
makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya, sehingga uang hasil panenan dari
pertaniannya dapat ditabung untuk kebutuhan masa depan atau kebutuhan tak
terduga lainnya. Pengrajin batik di Girilayu mayoritas adalah ibu-ibu rumah
tangga yang mencari pemasukan tambahan untuk keperluan keluarganya
sedangkan aktivitas pertanian di jalankan oleh pria. Masyarakat Girilayu
memperoleh pemasukan dari hasil pertanian dan juga dari upah membatik,
sehingga kebutuhan hidup mereka dapat tercukupi.29
Pengrajin batik di Girilayu dalam berkoordinasi dengan pihak pemesan di
luar wilayah Girilayu dengan mempergunakan Telpon Genggam (Handphone).
Pihak pemesan biasanya menghubungi pengrajin dengan menggunakan telpon
genggam untuk memesan batik. Mayoritas pengrajin batik sudah memiliki telpon
genggam untuk mempermudah dalam berkoordinasi dengan pihak pemesan.
Setelah kain batik sudah jadi, pihak pemesan meberikan informasi kepada pihak
29
Wawancara dengan Slamet pada tanggal 16 Februari 2015.
108
pemesan melalui telpon genggam sehingga proses koordinasi tidak terlalu
membutuhkan banyak waktu.30
Pemasukan masyarakat Girilayu mayoritas adalah dari hasil bertani dan
mengerjakan batik. Kedua pemasukan tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk mengetahui penggunaan pemasukan masyarakat
Girilayu dalam mencukupi kebutuhan dapat dilihat dalam tabel 11.
Tabel 11
Penggunaan Hasil Pemasukan Mayoritas
Masyarakat pengrajin batik di Girilayu
Pemasukan dari hasil Pertanian Pemasukan dari hasil Membatik
1. Membeli Sepeda Motor
2. Membangun rumah
3. Pendidikan
4. Alat-alat elektronik (Hp, tv,
lemari es, dll)
5. ditabung
6. Kebutuhan tak terduga.
1. Makan sehari-hari
2. Membayar iuran-iuran
(mingguan maupun bulanan)
3. Uang saku sekolah anak
4. Membayar rekening listrik
5. Membantu saudara atau tetangga
apabila ada hajatan, dll
Sumber : Data Wawancara
Mayoritas masyarakat pengrajin batik sudah memiliki kendaraan bermotor
yang digunakan selain untuk keperluan dalam hal batik juga untuk keperluan
sehari-hari. Pemasukan dari hasil panenan dalam pertanian digunakan untuk
membeli kebutuhan seperti memperbaiki rumah, untuk menyekolahkan anak,
untuk membeli elektronik semisal: Hp, televisi, sepeda motor dan lain sebagainya.
30
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.
109
Kebutuhan makan sehari-hari sudah tercukupi dari hasil mengerjakan pesanan
batik. Selain untuk mencukupi keperluan makan sehari-hari, upah dari membatik
juga digunakan untuk keperluan lain semisal untuk membantu tetangga yang
sedang melakukan hajatan maupun kematian, untuk membayar listrik setiap bulan
dan untuk membayar iuran-iuran lainnya.31
Untuk mengetahui peningkatan kondisi
kesejahteraan masyarakat di Girilayu dapat dilihat dalam tabel 12 mengenai
banyaknya keluarga menurut tahapan kesejahteraan masyarakat Girilayu tahun
2009-2013.
Tabel 12
Banyaknya Keluarga Menurut Tahapan Kesejahteraan Desa
Di Girilayu Tahun 2009 s/d 2013
Tahun Pra-Sejahtera KS-I KS-II KS III & III+
2013 1.221 2.145 243 47
2012 1.391 1.998 230 47
2011 1.433 1.900 231 45
2010 1.652 2.085 214 45
2009 1.824 1.907 201 43
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar
berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa pada tahun 2009 jumlah keluarga pra
sejahtera di Girilayu sejumlah 1.824 sedangkan keluarga sejahtera I berjumlah
1.907, keluarga sejahtera II berjumlah 201 dan keluarga sejahtera III&III+
berjumlah 43. Kondisi tersebut berbeda di setiap tahunnya, jika dibandingkan
31
Wawancara dengan Kalimatu sa’diyah pada tanggal 18 Februari 2015.
110
dengan tahun 2010 jumlah keluarga sejahtera berjumlah 1.652, keluarga sejahtera
I berjumlah 2.085, keluarga sejahtera II berjumlah 214 dan keluarga sejahtera
III&III+ berjumlah 45. Tahun 2010 terdapat pengurangan jumlah keluarga pra
sejahtera di bandingkan dengan tahun 2009. kondisi tersebut memberikan
keuntungan terhadap perkembangan wilayah Girilayu. Penurunan tingkat
kemiskinan di Girilayu tahun 2010 salah satunya disebabkan oleh adanya
permintaan pesanan batik tulis di Girilayu setelah dunia internasional mengakui
batik tulis sebagai hasil budaya asli Indonesia lewat pengakuan UNESCO.
Meskipun batik tulis dianggap sebagai pemasukan tambahan diluar pemasukan
dalam dunia pertanian bagi masyarakat Girilayu, Batik terbukti dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Girilayu.32
Tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2011, kondisi
kesejahteraan keluarga di Girilayu menjadi meningkat. tahun 2010 jumlah
keluarga pra sejahtera berjumlah 1.652, jumlah keluarga sejahtera I berjumlah
2.085, jumlah keluarga sejahtera II berjumlah 214, sedangkan jumlah keluarga
sejahtera III&III+ berjumlah 45. Pada tahun 2011 keluarga pra sejahtera
berjumlah 1433, keluarga sejahtera I berjumlah 1900, keluarga sejahtera II
berjumlah 231, dan keluarga sejahtera III&III+ berjumlah 45. Tahun 2011 terjadi
penurunan jumlah keluarga pra sejahtera jika dibandingkan dengan tahun 2010..
Perubahan di tahun 2011 terlihat dari adanya pergeseran dari keluarga pra
sejahtera meningkat menjadi keluarga sejahtera I dan dari keluarga sejahtera I
meningkat menjadi keluarga sejahtera II. pada tahun 2010 sampai 2011 jumlah
32
Wawancara dengan Slamet pada tanggal 16 April 2015.
111
keluarga sejahtera III&III+ berjumlah sama. Perbedaan jumlah tersebut juga
terlihat dari berkurangnya total jumlah penduduk Girilayu baik karena kematian
maupun berpindah.
Adanya peningkatan kesejahteraan di Girilayu tahun 2011 jika
dibandingkan dengan tahun 2010 salah satunya dikarenakan naiknya upah
pengrajin batik di Girilayu. Kenaikan tersebut sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat pengrajin batik di Girilayu. Adanya dua
pemasukan dari masyarakat di Girilayu menambah tingkat kesejahteraan
masyarakat Girilayu. Pertanian sebagai pemasukan pokok masyarakat Girilayu
dan ditambah pemasukan tambahan dari hasil membatik. Kegiatan membatik
masih dianggap sebagai kegiatan sampingan bagi kebanyakan masyarakat
Girilayu karena dilakukan ketika waktu senggang walaupun dari hasil membatik
tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya.33
Tingkat kesejahteraan pada tahun 2011 berbeda dengan tahun 2012.
Jumlah keluarga pra sejahtera berjumlah 1433, keluarga sejahtera I berjumlah
1900, keluarga sejahtera II berjumlah 231, dan keluarga sejahtera III&III+
berjumlah 45. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah keluarga pra sejahtera
berjumlah 1391, keluarga sejahtera I berjumlah 1998, jumlah keluarga sejahtera II
berjumlah 230, dan keluarga sejahtera III&III+ berjumlah 47. Terjadi
pengurangan jumlah keluarga pra sejahtera di tahun 2012 jika dibandingkan
dengan tahun 2011. Terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat Girilayu
33
Wawancara dengan Kalimatu sa’diyah pada tanggal 18 April 2015
112
salah satunya disebabkan meningkatnya upah membatik dan meningkatnya
jumlah pesanan batik tulis di Girilayu.34
Tingkat kesejahteraan masyarakat Girilayu pada tahun 2012 berbeda
dengan kondisi kesejahteraan pada tahun 2013. Pada tahun 2012 jumlah keluarga
pra sejahtera berjumlah 1391, keluarga sejahtera I berjumlah 1998, jumlah
keluarga sejahtera II berjumlah 230, dan keluarga sejahtera III&III+ berjumlah 47.
Sedangkan pada tahun 2013 jumlah keluarga pra sejahtera berjumlah 1221,
keluarga sejahtera I berjumlah 2145, jumlah keluarga sejahtera II berjumlah 243,
dan keluarga sejahtera III&III+ berjumlah 47. Terjadi peningkatan kesejahteraan
masyarakat Girilayu pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012.
Peningkatan kesejahteraan tersebut salah satunya dikarenakan adanya pendidikan
Kewirausahaan Desa (KWD) Vokasi Girilayu. Masyarakat pengrajin batik mulai
diajarkan tentang kewirausahaan guna meningkatkan kemampuan pengrajin untuk
memasarkan dan mengelola usaha batiknya. KWD Vokasi Girilayu mengajarkan
ketrampilan dalam memproduksi batik hingga siap pakai. Sebelum-sebelumnya
masyarakat Girilayu hanya memproduksi batik hanya pada tahap mencanthing,
setelah adanya KWD Vokasi Girilayu masyarakat pengrajin batik Girilayu mulai
bisa membuat batik sampai batik itu siap pakai. Dengan memproduksi batik
sampai pada tahapan batik siap pakai tentunya memberikan keuntungan lebih bagi
pengrajin batik di Girilayu, hal tersebut menjadi salah satu sebab meningkatnya
kesejahteraan masyarakat Girilayu tahun 2013.35
34
Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 April 2015. 35
Wawancara dengan Bambang Mintarjo, A.md pada tanggal 05 Maret
2015.