bab iii ok

27
BAB III OPTIMALISASI CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KOTA BANGUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR I KABUPATEN KAMPAR 3.1 Plan Kegiatan Plan dimulai dengan melakukan wawancara dengan kepala puskesmas, penanggung jawab program Gizi Masyarakat, hasil evaluasi lintas sektor dan data sekunder yang dimulai pada tanggal 27-28 Juni 2012. Kendala yang dijumpai dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Tapung Hilir I diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan sikap ibu tentang asi eksklusif. Lalu dilakukan identifikasi penyebab masih kurangnya pemberian asi eklusif di Puskesmas Tapung Hilir I. Hasilnya didiskusikan dengan pembimbing kegiatan untuk menentukan permasalahan yang perlu mengalami perbaikan. 3.1.1. Deskripsi keadaan Kegiatan Puskesmas Tapung Hilir I secara garis besar tercantum dalam program basic six yang terdiri dari Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana (KIA-KB), Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), dan Pengobatan serta Program Kesehatan Pengembangan. 10

Upload: winda-sofvina

Post on 06-Aug-2015

119 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III ok

BAB III

OPTIMALISASI CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA

KOTA BANGUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR I

KABUPATEN KAMPAR

3.1 Plan

Kegiatan Plan dimulai dengan melakukan wawancara dengan kepala

puskesmas, penanggung jawab program Gizi Masyarakat, hasil evaluasi lintas

sektor dan data sekunder yang dimulai pada tanggal 27-28 Juni 2012. Kendala

yang dijumpai dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Tapung Hilir I

diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan sikap ibu tentang asi eksklusif.

Lalu dilakukan identifikasi penyebab masih kurangnya pemberian asi eklusif di

Puskesmas Tapung Hilir I. Hasilnya didiskusikan dengan pembimbing kegiatan

untuk menentukan permasalahan yang perlu mengalami perbaikan.

3.1.1. Deskripsi keadaan

Kegiatan Puskesmas Tapung Hilir I secara garis besar tercantum dalam

program basic six yang terdiri dari Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,

Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana (KIA-KB), Perbaikan

Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), dan Pengobatan serta Program

Kesehatan Pengembangan.

Berdasarkan data rekapitulasi laporan tahunan Puskesmas Tapung Hilir I

tahun 2011 diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada

tahun 2011 adalah 12,4%. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Tapung I

diketahui bahwa desa yang mencapai target ASI eksklusif hanya 1 desa,

sedangkan 6 desa lain diwilayah kerja puskesmas masih di bawah target nasional

yang ditetapkan yaitu sebesar 90%, dan target kabupaten sebesar 65%.

10

Page 2: BAB III ok

11

Suka Maju Koto Aman Kota Baru Beringin Lestari

Kota Bangun Kota Garo Cinta Damai PUSKESMAS0

20

40

60

80

100

120

ASI eksklusif 2011

Chart1. Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Tapung Hilir I tahun 2011

Puskesmas Tapung Hilir I terdiri dari 1 orang penanggung jawab program

Gizi, 19 posyandu, 118 kader posyandu. Wilayah Kerja Puskesmas Tapung Hilir I

terdiri dari 7 desa dengan jumlah penduduk 24.105 jiwa. Desa Kota Bangun

sebagai desa tempat melaksanakan proyek ini memiliki jumlah penduduk 3.979

jiwa. Sedangkan jumlah ibu menyusui 88 ibu dan jumlah bayi 88 bayi.

3.1.2. Identifikasi masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara :

1. Observasi

2. Wawancara

3. Data sekunder

Dari data-data tersebut teridentifikasikan beberapa masalah, yang

dijelaskan pada tabel 3.1.

Page 3: BAB III ok

12

Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan di Puskesmas Tapung Hilir I.

Aspek yang

dinilaiMasalah Evidance Base

Metode

Identifikasi

Masalah

Pemberian ASI

Eksklusif

Belum

optimalnya

cakupan

pemberian ASI

eksklusif

Berdasarkan wawancara dengan Kepala

Puskesmas :

Cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Tapung Hilir masih rendah,

pada tahun 2011,

Dari tujuh desa hanya satu desa yang

mencapai target pada cakupan bayi yang

mendapat ASI eksklusif.

Berdasarkan wawancara dengan pemegang

program gizi:

Cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif

masih rendah karena kurangnya pengetahuan

ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan

kebiasaan memberikan makanan padat sejak

dini terhadap bayi.

Selain itu pencatatan dan pelaporan oleh

kader posyandu masih belum lengkap.

Berdasarkan data sekunder:

Cakupan bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif tahun 2011 adalah 12,4%, target

tahun 2011 adalah 65%.

Wawancara dan

data sekunder

Kegiatan

Pelayanan

Imunisasi

Belum

optimalnya

cakupan

imunisasi

Berdasarkan wawancara dengan Kepala

Puskesmas :

Pelaksanaan kegiatan imunisasi sudah

terlaksana namun cakupan imunisasi di tiga

Wawncara dan

data sekunder

Page 4: BAB III ok

13

desa belum mencapai target, yaitu: Desa Kota

Baru, Desa Kota Garo dan Desa Kota Aman.

Desa Kota Garo memiliki cakupan imunisasi

terendah, hal ini disebabkan oleh masalah

demografis wilayah kota Garo dan kurangnya

tenaga kesehatan.

Berdasarkan wawancara dengan pemegang

program Pemberantasan Penyakit Menular:

Cakupan imunisasi masih rendah karena

kurangnya pengetahuan ibu tentang

pentingnya imunisasi.

Berdasarkan data sekunder:

Cakupan Imunisasi tahun 2011 adalah 90%,

target tahun 2011 adalah 100%

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas

masalah dengan metode skoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu :

1. Urgensi / kepentingan :

Nilai 1 tidak penting

Nilai 2 penting

Nilai 3 sangat penting

2. Solusi :

Nilai 1 tidak mudah

Nilai 2 mudah

Nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan merubah :

Nilai 1 tidak mudah

Nilai 2 mudah

Page 5: BAB III ok

14

Nilai 3 sangat mudah

4. Biaya :

Nilai 1 tinggi

Nilai 2 sedang

Nilai 3 rendah

3.1.3. Penentuan prioritas masalah

Penentuan prioritas masalah dibuat ke dalam tabel penentuan prioritas

masalah yang disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Penentuan prioritas masalah di Puskesmas Tapung Hilir I.

Kriteria Masalah Urgensi SolusiKemampuan

Untuk Merubah

Biaya Total Rank

Belum optimalnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Desa Kota Bangun wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir I

3 2 2 2 24 I

Belum optimalnya cakupan imunisasi di Desa Kota Garo wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir I

3 1 1 2 6 II

Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah dapat disimpulkan bahwa

yang menjadi prioritas masalah yaitu belum optimalnya cakupan pemberian ASI

eksklusif desa Kota Bangun wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir I.

3.1.4. Analisis penyebab masalah

Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, didapatkan prioritas

masalah utama pada kegiatan ini adalah belum optimalnya cakupan pemberian

Page 6: BAB III ok

15

ASI eksklusif desa Kota Bangun wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir I.

Beberapa hal yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain terlihat

dari berbagai aspek yang disajikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Analisis Penyebab Masalah

Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Evidence Base

Belum optimalnya

cakupan pemberian

ASI eksklusif di

Desa Kota Bangun

wilayah kerja

Puskesmas Tapung

Hilir I

Market

Kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif

Methode

Belum adanya wadah khusus ibu hamil

dan menyusui untuk berbagi informasi

dan motivasi tentang ASI eksklusif

Man

- Masih kurangnya pengetahuan kader

posyandu tentang pentingnya

pencatatan dan pelaporan bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif

Berdasarkan wawancara dengan

masyakat:

Dari 10 orang ibu yang memiliki

bayi usia 0-6 bulan tidak

satupun yang dapat

menyebutkan definisi dan

manfaat ASI eksklusif. Mereka

juga mengaku belum pernah

mendapatkan penyuluhan

tentang ASI eksklusif. Mereka

tidak melakukan ASI eksklusif

karena khawatir bayi tidak

kenyang dengan ASI saja.

Berdasarkan wawancara dengan

Bidan desa belum adanya wadah

khusus ibu hamil dan menyusui

untuk berbagi informasi dan

motivasi tentang ASI eksklusif

Berdasarkan wawancara dengan

Kepala Puskesmas dan Bidan

desa :

- Petugas yang mendata

cakupan ASI eksklusif adalah

kader di posyandu.

- Jumlah kader posyandu Desa

Page 7: BAB III ok

16

- Kurangnya pelaksanaan inisiasi

menyusui dini (IMD) pada bayi baru

lahir

Kota Bangun sudah cukup

yaitu 10 orang.

- Namun pengetahuan untuk

mengisi kolom ASI eksklusif,

serta pencatatan dan pelaporan

tentang jumlah bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif

masih kurang.

Berdasarkan wawancara dengan

10 orang ibu-ibu yang memiliki

bayi berusia 0-6 bulan yang

diberikan ASI eksklusif:

tidak ada satupun yang

didata tentang cakupan ASI

ekslusif.

Hal ini terlihat dari kolom

ASI eksklusif yang ada pada

Buku Kesehatan Ibu dan

Anak yang tidak terisi.

Berdasarkan wawancara dengan

penanggungjawab program

Kesehatan Ibu dan Anak

termasuk:

- Cakupan bayi baru lahir

yang mendapatkan IMD

masih di bawah target

- Hal ini disebabkan

kurangnya perhatian Nakes

dalam pelaksanaan IMD

tersebut.

Berdasarkan data sekunder:

- Cakupan bayi baru lahir

Page 8: BAB III ok

17

Material

- Tidak ada blanko rekapitulasi baku

dalam pencatatan jumlah anak yang

mendapatkan ASI eksklusif perbulan

- Tidak ada media penyuluhan

mengenai ASI eksklusif

yang mendapatkan IMD

pada tahun 2011 adalah 25%

dari 90% target pencapaian.

Berdasarkan wawancara dengan

bidan desa Kota Bangun dan

observasi :

- Tidak ada blanko

rekapitulasi baku dalam

pencatatan jumlah anak

yang mendapatkan ASI

eksklusif perbulan

Berdasarkan wawancara dengan

bidan desa Kota Bangun dan

observasi :

- penyuluhan mengenai ASI

eksklusif belum pernah

diberikan dan hanya berupa

informasi yang diberikan dari

mulut ke mulut

- tidak adanya media

penyuluhan mengenai ASI

eksklusif di puskesmas maupun

Pustu Desa Kota Bangun

Page 9: BAB III ok

18

Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan fish bone Ishikawa.

Gambar 3.1. Diagram tulang ikan (diagram Ishikawa)

Material Metode

MarketMan

Belum optimalnya cakupan ASI eksklusif

desa Kota Bangun wilayah kerja

Puskesmas Tapung Hilir I

Belum adanya wadah khusus ibu hamil dan menyusui untuk berbagi informasi dan motivasi tentang ASI eksklusif

- Masih kurangnya pengetahuan kader posyandu tentang pentingnya pencatatan dan pelaporan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

- Kurangnya pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir.

Kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

- Tidak ada blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif perbulan

- Tidak ada media penyuluhan mengenai ASI eksklusif

Page 10: BAB III ok

19

3.1.5. Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action

Setelah didapatkan analisis penyebab masalah, direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat

dalam tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4. Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action

NoMasalah/ Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan

MasalahTujuan Sasaran Tempat

Pelaksana Kegiatan

Waktu Kriteria Keberhasilan

1 Kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif

Meningkatnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif.

Ibu hamil dan menyusui yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan Desa Kota Bangun

PUSTU desa Kota Bangun

Dokter Muda

Juli 2012 Jangka pendek:Meningkatnya pengetahuan ibu-ibu mengenai ASI eksklusif

Jangka panjang: meningkatnya jumlah ibu-

ibu yang melaksanakan ASI eksklusif

2 Belum adanya wadah khusus ibu hamil dan menyusui untuk berbagi informasi dan

Membentuk klub ibu hamil dan menyusui

Terbentuknya klub ibu hamil dan menyusui yang dapat memberikan informasi dan motivasi secara

Ibu hamil dan menyusui yang memiliki bayi

Desa Kota Bangun

Dokter muda dan aparat desa

Juli 2012 Jangka pendek:Terbentuknya klub ibu hamil dan menyusui

Page 11: BAB III ok

20

motivasi tentang ASI eksklusif

berkesinambungan untuk pelaksanaan ASI eksklusif

berusia 0-6 bulan

Jangka panjang: Ibu-ibu hamil dan

menyusui terkumpul dalam suatu klub untuk berbagi informasi dan dukungan dalam pemberian ASI ekslusif secara berkelanjutan

Terjadi peningkatan jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif

3 Masih kurangnya pengetahuan kader posyandu tentang pentingnya pencatatan dan pelaporan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

Melakukan pembinaan kembali kepada kader-kader posyandu tentang pencatatan dan pelaporan mengenai cakupan ASI eksklusif.

Adanya pencatatan cakupan ASI ekslusif rutin setiap bulan oleh kader posyandu

Kader posyandu

PUSTU Kota Bangun Tapung Hilir I

Dokter Muda

Juli 2012 Jangka pendek :Terlaksananya pembinaan

Jangka panjang :- Adanya pencatatan dan

pelaporan tentang jumah bayi yang mendapatkan ASI ekslusif

Page 12: BAB III ok

21

4 Kurangnya pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir.

Merekomendasikan kepada Kepala Puskesmas untuk menghimbau setiap tenaga kesehatan yang membantu persalinan agar melaksanakan IMD.

Setiap tenaga kesehatan melaksanakan IMD

Kepala Puskesmas

PuskesmasTapung I

Dokter Muda

Juli 2012 Jangka pendek:Tersampainya rekomendasi

Jangka panjang:Setiap bayi yang lahir mendapatkan IMD dan dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif

5 - Tidak adanya blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif perbulan

Menyediakan blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif

Adanya blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif perbulan

Pengurus klub ibu hamil dan menyusui

Puskesmas Tapung Hilir I

Dokter Muda

Juli2012

Jangka pendek:Tersedianya blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif perbulan

Jangka panjang:Adanya keseragaman dalam pelaporan hasil rekapitulasi pencaratan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif perbulan.

6 - Tidak ada media penyuluhan mengenai ASI eksklusif

Menyediakan media penyuluhan ASI eksklusif berupa flip-chart dan leaflet sebagai alat bantu penyuluhan

Meningkatkan efektifitas penyuluhan

Pengurus klub ibu hamil dan menyusui

Desa Kota Bangun

Dokter Muda

Juli 2012 Jangka pendek:Tersedianya flip-chart dan leaflet sebagai alat bantu penyuluhan

Page 13: BAB III ok

22

Jangka panjang:flip-chart dan leaflet digunakan sebagai alat bantu penyuluhan, sehingga penyuluhan berjalan efektif.

Page 14: BAB III ok

23

3.1.6. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini

antara lain :

1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif adalah Dokter

Muda menyampaikan informasi tentang ASI eksklusif kepada ibu-ibu hamil

dan menyusui Desa Kota Bangun.

2. Membentuk klub ibu hamil dan menyusui adalah Dokter Muda KKS COME

membentuk klub ibu hamil dan menyusui yang diberi nama “ASI-E Club”.

Klub tersebut terdiri dari ibu hamil dan ibu menyusui hingga bayi berusia 6

bulan dengan kegiatan berupa pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif,

simulasi perawatan payudara, simulasi menyusui yang efektif dan kegiatan

sharing masalah ibu hamil dan menyusui yang dilakukan secara rutin.

3. Melakukan pembinaan kembali kepada kader-kader posyandu tentang

pencatatan dan pelaporan mengenai cakupan ASI eksklusif adalah dokter

muda KKS COME mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh kader-kader

posyandu dan menyampaikan tata cara yang benar dalam pencatatan dan

pelaporan cakupan ASI eksklusif.

4. Merekomendasikan kepada Kepala Puskesmas untuk menghimbau setiap

tenaga kesehatan yang membantu persalinan agar melaksanakan IMD adalah

Dokter Muda KKS COME membuat surat rekomendasi yang mengusulkan

kepada Kepala Puskesmas untuk mewajibkan tenaga kesehatan untuk

melakukan IMD terkecuali pada kondisi dengan kontraindikasi.

5. Menyediakan blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang

mendapatkan ASI eksklusif adalah Dokter Muda KKS COME membuat dan

memberikan blanko pencatatan kepada Kepala Puskesmas untuk digunakan

dalam pencatatan dan pelaporan jumlah bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif.

6. Menyediakan media penyuluhan ASI eksklusif berupa flip-chart dan leaflet

sebagai alat bantu penyuluhan adalah Dokter Muda membuat dan memberikan

Page 15: BAB III ok

24

media penyuluhan berupa flip-chart dan leaflet kepada pengurus klub ibu

hamil dan menyusui.

3.2 Do

Kegiatan optimalisasi cakupan pemberian ASI eksklusif desa Kota Bangun

wilayah kerja puskesmas Tapung Hilir I Kabupaten Kampar dilakukan pada tanggal

9-17 Juli 2012 sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang telah diberikan.

Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of Action (PoA).

Do kegiatan peningkatan mutu dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Do

No Kegiatan Sasaran Pelaksana Waktu Keterangan

1 Memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif

Ibu hamil dan menyusui yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan Desa Kota Bangun

Dokter Muda

Juli 2012

Terlaksana

2 Membentuk klub ibu hamil dan menyusui

Ibu hamil dan menyusui yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan Desa Kota Bangun

Dokter Muda

Juli 2012

Terlaksana

3 Melakukan pembinaan kembali kepada kader-kader posyandu tentang pencatatan dan pelaporan mengenai cakupan ASI eksklusif.

Kader Posyandu

Dokter Muda

Juli 2012 Terlaksana

4 Merekomendasikan kepada Kepala Puskesmas untuk menghimbau setiap tenaga kesehatan yang membantu persalinan

Kepala Puskesmas Dokter Muda

Juli 2012

Terlaksana

Page 16: BAB III ok

25

agar melaksanakan IMD

5 Menyediakan blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif

Pengurus klub ibu hamil dan menyusui

Dokter muda

Juli 2012 Terlaksana

6 Menyediakan media penyuluhan ASI eksklusif berupa flip-chart dan leaflet sebagai alat bantu penyuluhan

Pengurus klub ibu hamil dan menyusui

Dokter muda

Juli 2012 Terlaksana

3.3 Check

Kegiatan Check dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan

sesudah intervensi terhadap pelaksanaan Optimalisasi Cakupan Pemberian Asi

Eksklusif di Desa Kota Bangun Wilayah Kerja Puskesmas Tapung Hilir I Kabupaten

Kampar dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Check

No. Kegiatan Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif

Kurangnya pengetahuan

ibu hamil dan menyusui

megenai ASI eksklusif,

dimana dari hasil kuesioner

didapatkan pengetahuan

ketegori baik sebesar

14,7%.

Meningkatnya pengetahuan ibu

hamil dan menyusui megenai

ASI eksklusif, dimana dari hasil

kuesioner kategori baik

meningkat menjadi 47,1%.

2. Membentuk klub ibu hamil dan menyusui.

Belum adanya klub khusus

untuk ASI Eksklusif.

Terbentuknya klub ibu hamil

dan menyusui

Page 17: BAB III ok

26

3. Melakukan pembinaan kembali kepada kader-kader posyandu tentang pencatatan dan pelaporan mengenai cakupan ASI eksklusif.

Belum adanya pembinaan

kader-kader posyandu

tentang pencatatan dan

pelaporan mengenai

cakupan ASI eksklusif.

Terlaksananya pembinaan kader

kader posyandu dan terlatihnya

kader dalam pencatatan. Ini

ditandai dari hasil chek list

didapatkan praktik kader 100%

4. Merekomendasikan kepada Kepala Puskesmas untuk mewajibkan setiap tenaga kesehatan yang membantu persalinan agar melaksanakan IMD

Rendahnya pelaksanaan

IMD. Cakupan bayi baru

lahir yang mendapatkan

IMD pada tahun 2011

adalah 25% dari 90% target

pencapaian

Meningkatnya pelaksanaan IMD

sebagai faktor yang mendukung

dalam terlaksananya ASI

eksklusif

5. Menyediakan blanko rekapitulasi baku dalam pencatatan jumlah anak yang mendapatkan ASI eksklusif

Belum adanya blanko

rekapitulasi baku

Adanya buku rekapitulasi baku

yang telah diterima oleh ketua

klub ibu hamil dan menyusui

6 Menyediakan media penyuluhan ASI eksklusif berupa flip-chart dan leaflet sebagai alat bantu penyuluhan

Belum adanya media

penyuluhan ASI eksklusif

Tersedianya flip chart dan

leaflet sebagai alat bantu

penyuluhan.

Hasil kuesioner tentang pengetahuan ibu-ibu hamil dan menyusui di Desa

Kota Bangun tentang ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Hasil Kuesioner Awal dan Akhir Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu

Hamil dan Menyusui Di Desa Kota Bangun Tentang Asi Eksklusif.

Kategori Awal Persentase (%) Akhir Persentase (%)Baik 5 14,7 16 47,1Cukup 20 58,8 18 52,9Kurang 9 26,5 0 0Total 34 100 34 100

Page 18: BAB III ok

27

Penyuluhan dilakukan kepada 34 ibu-ibu hamil dan menyusui di Desa Kota

Bangun yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2012. Dari tabel diatas didapatkan

peningkatan pengetahuan ibu-ibu tentang ASI Eksklusif. Sebelum intervensi

didapatkan pengetahuan baik 14,7% sedangkan setelah penyuluhan pengetahuan baik

meningkat menjadi 47,1%. Berdasarkan uji statistik didapatkan sebaran data normal

dengan uji Shapiro Wilk maka untuk uji statistik pengolahan data digunakan dengan

uji t-berpasangan. Hasil pengolahan didapatkan nilai Significancy dengan p=0.000,

karena nilai p<0.05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

bermakna antara tingkat pengetahuan ibu sesudah dan sebelum intervensi.

Hasil dari check list praktik kader-kader tentang pencatatan rekapitulasi ASI

eksklusif dapat dilihat dari tabel 3.8.

Tabel 3.9. Hasil checklist kader-kader klub ASI eksklusif dalam praktik

pencatatan rekapitulasi ASI eksklusif.

Kategori Frekuensi Persentase (%)Baik 5 100Cukup 0 0Total 5 100

Dari hasil checklist diatas didapatkan praktik pencatatan rekapitulasi ASI

ekslusif oleh kader kader klub ASI eksklusif adalah 100% dikategorikan baik.

3.4 Action

Setelah dilakukan check terhadap do yang telah dilakukan, maka tindakan

action dalam proyek optimalisasi ini adalah menjadikan penyuluhan, klub ibu hamil

dan menyusui serta pelatihan kader tentang pencatatan dan pelaporan sebagai standar

tetap dalam kegiatan optimalisasi cakupan pemberian ASI Eksklusif. Kegiatan check

atas do yang hanya bersifat rekomendasi, media informasi berupa flip chart dan

leaflet, blanko rekapitulasi, belum dapat dinilai karena keterbatasan waktu dan perlu

pengevaluasian di masa mendatang.