bab iii metode penelitian - repository.ipb.ac.id · setelah dilakukan analisis di laboratorium,...

15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai “Nilai Fisik dan Sosial Vegetasi Pekarangan dalam Penurunan Konsentrasi Partikel Debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor” ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni hingga Agustus 2009. Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Analisis sampel partikel debu dilakukan di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO Biotrop Bogor. 3.2. Jenis Data Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dengan wawancara. Data sekunder dikumpulkan sebagai data penunjang. 3.2.1. Jenis data untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu Jenis-jenis data yang diperlukan untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu di udara diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapang. Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu. Parameter vegetasi yang diukur antara lain: luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index (LAI) dan tinggi pohon seperti dijelaskan pada Tabel 1. Penentuan kriteria pohon dalam penelitian ini menggunakan hasil modifikasi rumusan yang dikemukakan oleh Wyatt-Smith (1963) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (2002) yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan dan ranting jauh di atas tanah serta berdiameter batang diatas 10 cm. Pengklasifikasian plot contoh berdasarkan tingkat kerindangan dilakukan secara visual dan memperhatikan nilai LAI terukur. Pengklasifikasian tingkat kerindangan secara visual dilakukan dengan mengamati secara umum keberadaan fisik pohon pada plot contoh (pekarangan). Semakin banyak jumlah dan jenis pohon yang terdapat dalam plot contoh pekarangan (semakin hijau) maka semakin rindang plot contoh tersebut. Pengklasifikasian tingkat kerindangan juga

Upload: vuongtuyen

Post on 13-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai “Nilai Fisik dan Sosial Vegetasi Pekarangan dalam

Penurunan Konsentrasi Partikel Debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung

Putri, Kabupaten Bogor” ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni

hingga Agustus 2009. Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Desa Gunung

Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Analisis sampel partikel debu

dilakukan di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO Biotrop Bogor.

3.2. Jenis Data

Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dengan

wawancara. Data sekunder dikumpulkan sebagai data penunjang.

3.2.1. Jenis data untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu

Jenis-jenis data yang diperlukan untuk mengetahui penurunan konsentrasi

partikel debu di udara diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung di

lapang. Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan

keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu.

Parameter vegetasi yang diukur antara lain: luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index

(LAI) dan tinggi pohon seperti dijelaskan pada Tabel 1. Penentuan kriteria pohon

dalam penelitian ini menggunakan hasil modifikasi rumusan yang dikemukakan

oleh Wyatt-Smith (1963) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (2002) yaitu

tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan dan

ranting jauh di atas tanah serta berdiameter batang diatas 10 cm.

Pengklasifikasian plot contoh berdasarkan tingkat kerindangan dilakukan

secara visual dan memperhatikan nilai LAI terukur. Pengklasifikasian tingkat

kerindangan secara visual dilakukan dengan mengamati secara umum keberadaan

fisik pohon pada plot contoh (pekarangan). Semakin banyak jumlah dan jenis

pohon yang terdapat dalam plot contoh pekarangan (semakin hijau) maka semakin

rindang plot contoh tersebut. Pengklasifikasian tingkat kerindangan juga

18

dilakukan dengan mengkelompokkan nilai LAI, semakin besar nilai LAI maka

semakin rindang plot contoh tersebut (Tabel 1).

Tabel 1 Tabel kerindangan plot contoh dan pengukuran parameter vegetasi pada masing-masing plot contoh (500 m dan 1000 m)

Plot Contoh Jenis Pohon Luas Proyeksi Tajuk LAI*) Tinggi Total Pohon

K

TR

R

SR

Keterangan:

K = Kontrol (tanpa vegetasi)

TR = Tidak Rindang

R = Rindang

SR = Sangat Rindang

*) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan.

Hasil pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar di udara diperoleh

setelah dilakukan analisis di laboratorium, selain itu juga dilakukan pengukuran

terhadap parameter meteorologi udara yang diduga mempengaruhi konsentrasi

partikel debu pencemar di udara seperti dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Tabel konsentrasi partikel debu dan parameter meteorologi udara pada

kedua jarak pengukuran

Plot

Contoh Konsentrasi Partikel

Debu (µg/Nm³)

Parameter Fisik Udara Suhu Udara

(ºC)

Kelembaban

(% )

Angin

Kecepatan (m/s) Arah

K TR R

SR

Data sekunder untuk menunjang hasil pengukuran konsentrasi partikel debu

meliputi data kondisi lingkungan sebelum dilakukan penelitian sebagai data

pembanding yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) PEMDA

Bogor, jumlah rata-rata transportasi yang melintas sepanjang tahun 2008 dan 2009

di sekitar lokasi penelitian yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

Raya (DLLAJR) Bogor serta data series parameter meteorologi udara yang

diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor.

3.2.2. Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat

Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap

pentingnya fungsi RTH pekarangan diperoleh dengan cara meminta tanggapan

19

responden mengenai keberadaan RTH pekarangan yang berfungsi untuk

mereduksi dampak partikel debu pencemar. Jenis data tersebut dijelaskan pada

Tabel 3. Selain itu karakteristik sosial responden juga dicatat sebagai data

pendukung (Tabel 4).

Tabel 3 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap fungsi RTH pekarangan bagi kesehatan

No. Parameter Jenis data Sumber data

1. Sikap terhadap

lingkungan

1. Kondisi fisik lingkungan

2. Tingkat pencemaran udara

1. Responden, BMKG dan PEMDA

Bogor

2. Pengamatan langsung dan PEMDA

Bogor

2. Sikap terhadap

keberadaan RTH

1. Pembangunan kawasan

industry

2. Jenis-jenis RTH

3. Usaha pemerintah

4. Keberadaan pekarangan

rumah

1. Responden, pemerintah setempat

dan PEMDA Bogor

2. Responden dan pengamatan lapang

3. Responden, pemerintah setempat

dan PEMDA Bogor

4. Responden dan pengamatan lapang

3. Sikap terhadap

kondisi kesehatan

1. Kondisi kesehatan

masyarakat

2. Jenis-jenis penyakit yang

sering dialami

3. Pengaruh limbah dan

transportasi

1. Responden dan puskesmas

Kecamatan Gunung Putri

2. Responden dan puskesmas

Kecamatan Gunung Putri

3. Responden dan DLLAJ Bogor

4. Sikap terhadap

fungsi RTH bagi

kesehatan

1. Partisipasi masyarakat

dalam memelihara RTH

2. Kesadaraan akan

pentingnya RTH

1. Responden dan pemerintah

setempat

2. Responden dan pengamatan lapang

Tabel 4 Pembagian kelompok untuk setiap variabel karakteristik sosial responden

No Karakteristik Responden Kelompok

1. Umur 15-19 tahun (remaja)

20-24 tahun (dewasa muda)

25-55 tahun (dewasa)

> 55 tahun (tua/usia pensiun)

2. Pendidikan formal Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat PT/Akademi

3. Jenis pekerjaan Pelajar/mahasiswa

Pegawai industri

Wiraswasta

PNS (Pegawai Negri Sipil)

TNI/ABRI/POLRI

Ibu rumah tangga

Tidak/belum bekerja

4. Lama tinggal di lokasi penelitian Baru : < 5 tahun

Sedang : 5-24 tahun

Lama : > 24 tahun

20

Data sekunder untuk menunjang sikap masyarakat meliputi data geografi

dan demografi Desa Gunung Putri yang diperoleh dari kantor desa setempat,

Badan Pusat Statistik (BPS) Bogor dan PEMDA Kabupaten Bogor serta data

kesehatan penduduk desa tersebut sepanjang tahun 2008 dan 2009 yang diperoleh

dari Puskesmas Kecamatan Gunung Putri.

3.3. Metode Pengambilan Data

3.3.1. Penarikan sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1)

metode penarikan sampel acak berkelompok (cluster sampling); (2) metode

penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dan (3) metode

penarikan sampel acak berstrata (stratified sampling). Metode penarikan sampel

acak berkelompok (cluster sampling) digunakan untuk menentukan daerah yang

akan dijadikan lokasi penelitian. Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri

dipilih karena merupakan kawasan padat perindustrian, pemukiman dan

transportasi. Selain itu, Desa Gunung Putri juga berbatasan langsung dengan

pabrik industri semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. diharapkan lokasi

ini dapat mewakili kawasan industri secara keseluruhan.

Kecepatan dan arah angin merupakan beberapa faktor meteorologi utama

yang mempengaruhi distribusi pencemar (Sastrawijaya 1991), oleh karena itu

kecepatan dan arah angin perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi wilayah

penelitian. Arah angin rata-rata per 6 bulan kota Bogor pada tahun 2008 (BMKG

2009) berasal dari Barat Daya menuju Timur Laut. Pabrik industri semen PT.

Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dijadikan sebagai titik acuan dalam

menentukan daerah sampel karena pabrik ini merupakan daerah perbatasan

wilayah Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup Bogor. Wilayah

penelitian yang terpilih terletak pada arah Timur Laut dari titik acuan. Plot contoh

merupakan RTH tipe pekarangan rumah dengan tingkat kerindangan vegetasi

yang berbeda-beda. Metode penarikan sampel acak sederhana (simple random

sampling) untuk menetapkan plot contoh yang akan digunakan, penetapan jarak

plot contoh tidak ditentukan, namun setiap plot contoh berjarak linier terhadap

pabrik yang dijadikan sebagai acuan dan searah dengan jalan besar (Gambar 3).

21

Gambar 3 Lokasi pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar.

Keterangan: = Tit ik acuan jarak p lot contoh ; Letak Dust Air Sampler

Kriteria Plot contoh : 1 = Kontrol/tanpa vegetasi (K)

2 = Tidak Rindang (TR)

3 = Rindang (R)

4 = Sangat Rindang (SR)

Pertimbangan lain yang digunakan yaitu jarak pengukuran dari titik acuan.

Jarak yang digunakan adalah 500 m dan 1000 m karena pada jarak tersebut

terdapat jalan-jalan besar yang dilalui oleh lalulintas transportasi yang padat baik

oleh pengangkut hasil produksi (truk dan container) serta masyarakat sekitar.

Metode penarikan sampel berlapis (stratified sampling) digunakan untuk

menentukan klasifikasi plot contoh yang dijadikan acuan baik dalam mengkaji

nilai konsentrasi partikel debu di udara maupun sikap responden terhadap fungsi

dan keberadaan RTH pekarangan. Klasifikasi yang digunakan adalah kerindangan

pekarangan dasarnya bahwa semakin rindang vegetasi pekarangan maka akan

semakin besar konsentrasi partikel debu yang tereduksi dan semakin baik sikap

penghuninya. Kondisi masing-masing plot contoh seperti dijelaskan pada Tabel 5.

500 m 1000 m

1

2 2

3 3

1

4

4

22

Tabel 5 Kondisi lahan pekarangan (plot contoh) pada lokasi penelitian

Plot

contoh

Luas lahan (m²) Jumlah pohon Jumlah jenis LAI*)

500 1000 500 1000 500 1000 500 1000

K 30 70 0 0 0 0 0 0

TR 56 60 2 3 2 3 2,03 1,59

R 270 84 3 4 3 2 2,56 2,96

SR 2000 80 10 2 10 2 8,82 3,03

*) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan.

3.3.2. Pengukuran konsentrasi partikel debu di udara

Pengambilan sampel partikel debu di udara menggunakan alat pengukur

konsentrasi debu (Dust Air Sampler), seperangkat Dust Air Sampler terdiri atas

High Volume Air Sampler (HVAS), kertas saring/filter whatman (Ø = 55 mm),

neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg, barometer, pencatat laju alir, dan

desikator. Sebelum digunakan, filter yang akan digunakan terlebih dahulu ditandai

untuk identifikasi, kemudian ditempatkan pada pada desikator (Gambar 4a)

dengan kelembaban ruangan 50% (terkondisikan AC) dan dibiarkan selama 24

jam. Setelah itu filter ditimbang untuk memperoleh berat tetap. Perlakuan ini

bertujuan untuk memastikan bahwa kertas saring tersebut benar-benar bebas dari

partikel yang menempel.

Kerapatan daun berhubungan erat dengan jarak tanam antar pohon. Semakin

rapat jarak antar pohon maka akan semakin tinggi kerapatan daun (Sitompul

1995) dan akan semakin besar konsentrasi partikel debu yang dapat direduksi.

Rapatnya jarak tanam serta tingginya kerapatan daun juga menyebabkan total luas

tajuk semakin besar. Oleh karena itu, High Volume Air Sampler diletakkan di

bawah naungan pohon yang memiliki jarak tanam yang lebih rapat atau di bawah

naungan pohon yang memiliki luas tajuk dan kerapatan daun yang tinggi. Selain

itu High Volume Air Sampler diletakkan dengan posisi filter holder (tempat untuk

kertas saring) menghadap ke jalan raya. Tidak ada spesifikasi penentuan jenis

pohon dalam peletakkan High Volume Air Sampler, peletakkan alat hanya

didasarkan pada keteduhan naungan pohon (Gambar 4b).

23

a

b

Gambar 4 a. Filter dalam desikator; b. High Volume Air Sampler (HVAS) pada plot contoh.

Langkah selanjutnya dalam mengambil sampel debu yang akan diuji yaitu

dengan menempatkan filter pada filter holder dan meletakkan alat uji pada plot

contoh penelitian yang telah ditetapkan. Pengukuran pengambilan sampel udara

ini dilakukan selama ± 1 jam untuk setiap titik plot contoh pada saat cuaca cerah.

Selama periode pengambilan, laju alir dan tekanan barometer dibaca secara

berkala dengan selang waktu 30 menit. Laju alir di pantau saat periode pengujian,

kemudian hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikel yang

terkumpul per satuan volume contoh uji udara yang dinotasikan dengan µg/Nm³

(Lampiran 9). Satuan ini dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik

dimana notasi N (Normal) menunjukan satuan volume hisap udara kering yang

dikoreksi pada kondisi normal (25ºC, 760 mmHg).

Setelah pengukuran sampel uji selesai, pindahkan filter secara hati-hati agar

tidak ada partikel yang terlepas dengan melipat filter dengan partikulat tertangkap

di dalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam plastik transparan dan tandai untuk

identifikasi kemudian letakkan kembali pada desikator untuk mengeringkan kadar

air yang ikut terhisap pada saat pengambilan sampel. Setelah filter kering

kemudian kembali dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik

merk Mettler Toledo (Gambar 5) untuk mengetahui berat konsentrasi partikel

debu yang terkandung pada filter tersebut.

24

a

b

Gambar 5 Neraca analitik Mettler Toledo; b. Proses penimbangan filter.

Pembuatan profil tajuk pohon dilakukan untuk mengetahui bentuk strata

tajuk, letak pohon dan komposisi jenis yang ada pada lokasi penelitian. Data yang

telah dikumpulkan sebelumnya digambarkan dalam bentuk peta dan diagram

profil dengan menggunakan bantuan software Corel Draw X3.

Pengukuran parameter meteorologi udara yang meliputi suhu,

kelembaban, kecepatan dan arah angin dilakukan di setiap plot pengamatan.

Penentuan arah angin dilakukan terlebih dahulu sebagai acuan meletakkan HVAS.

Pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin

dilakukan sebanyak dua kali ulangan (setiap 30 menit) pada setiap plot.

3.3.3. Sikap masyarakat terhadap RTH tipe pekarangan

Metode yang digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat yaitu metode

deskriptif. Metode deskriptif, menurut Nawawi (1991) diacu dalam Tampang

(1999) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat dan lain- lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak. Menurut Koentjaraningrat (1983), metode deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu

keadaan individu atau kelompok tertentu.

Responden dimintai tanggapannya mengenai (1) permasalahan lingkungan;

(2) keberadaan RTH dan fungsinya bagi penyehatan lingkungan; (3) kondisi

kesehatan masyarakat akibat tercemarnya udara oleh partikel debu. Tanggapan

25

mengenai hal-hal tersebut untuk mengetahui sikap mereka dengan memberikan

lembar pernyataan (Lampiran 1).

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tally sheet,

kamera digital dan alat pengukur kualitas udara (Dust Air Sampler) yang terdiri

dari High Volume Air Sampler (HVAS), filter whatman Ø 55 mm, neraca analitik

(merk Mettler Toledo), barometer, pencatat laju alir (flow meter) dan desikator.

Pengukuran parameter vegetasi dilakukan dengan menggunakan

HemisphericalView Canopy Analyzer untuk mengetahui Leaf Area Index (indeks

luas daun), hagahypsometer, rollmeter dan pita ukur. Selain itu anemometer

(merk Veloccalc TSI Model 8357), satuan penghitung waktu (jam), termometer

dry-wet dan kompas juga digunakan untuk melengkapi data lapangan. Lembar

pernyataan dan tape recorder digunakan untuk wawancara dengan masyarakat.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Pengukuran parameter vegetasi

Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan

keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu

di udara ambien. Parameter pengukuran yang diduga mempengaruhi penurunan

konsentrasi partikel debu antara lain adalah luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index

(LAI) dan tinggi total pohon. Luas proyeksi tajuk dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Loveless 1989):

Luas Proyeksi Tajuk (m²) = 0,25

Dengan pengertian :

= Konstanta hitung (3,14)

D1 = Tajuk terpanjang (m)

D2 = Tajuk terlebar (m)

Kesalahan (error) dalam penghitungan LAI dapat ditekan dengan

menggunakan bantuan alat HemisphericalView Canopy Analyzer (HemiView).

Cara kerja HemiView menyerupai kamera digital, yaitu dilengkapi dengan

program khusus untuk memotret tajuk pohon agar diketahui LAI-nya berdasarkan

hasil perhitungan dengan menggunakan HemiView 2.1 Canopy Analysis Software.

26

HemiView diposisikan di bawah tajuk pohon dengan penempatan mencakup

seluruh tajuk kemudian memotret tajuk pohon tersebut (Gambar 6).

a

b

Gambar 6 a. HemiView diposisikan dibawah tajuk pohon; b. Hasil potret/photo tajuk pohon.

Pengukuran tinggi pohon menggunakan hagahysometer. Banyard (1973)

diacu dalam Subrata (1978) menyatakan bahwa alat ukur ini sangat praktis dan

memiliki skala terperinci serta mudah dan cepat dalam penggunaannya.

Pengolahan dan analisis data untuk tinggi pohon dilakukan secara manual, yaitu

dengan menjumlahkan semua tinggi total pohon terukur dari seluruh jumlah

pohon yang terdapat pada setiap plot contoh kemudian dirata-ratakan.

3.5.2. Konsentrasi partikel debu di udara

Konsentrasi partikel debu di udara dapat dianalisis secara gravimetri, yaitu

dengan mengkoreksi laju alir pada kondisi standar dan menghitung volume udara

terkoreksi, berikut langkah perhitungannya:

Koreksi laju alir pada kondisi standar:

Qs = Q0 x

Dengan Pengertian: Qs = Laju alir volume terkoreksi

standard (m3/menit) Q0 = Laju alir volume uji

(m3/menit) Ts = Temperatur standar, 298 K

T0 = Temperatur absolut (273+ t ukur )

Ps = Tekanan barometik standar, 101.3kPa (760mmHg)

P0 = Tekanan barometik dimana Q0 ditentukan

27

Volume udara yang diambil:

V= x t

Dengan pengertian: V = Volume udara yang diambil (m3)

= Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit)

= Laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua (m3/menit)

t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)

Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien:

C =

Dengan pengertian:

C = Konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3) W1 = Berat filter awal (g) W2 = Berat filter akhir (g)

V = Volume contoh uji udara (m3) 106 = Konversi g ke µg

3.5.3. Uji korelasi Pearson

Uji korelasi Pearson mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua

variabel peubah (x dan y) melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi

(r). Variabel peubah (x) yaitu peubah bebas yang diduga akan mempengaruhi nilai

variabel peubah respon/tak bebas (y). Variabel peubah (x) pada penelitian ini

adalah jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter-parameter vegetasi (luas

proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon). Selang nilai korelasi yaitu -1 ≤ r ≤ 1 dan

diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut:

r =

Dengan pengertian:

y = Konsentrasi partikel debu (µg/Nm3) x = Jarak pengukuran dari titik acuan atau parameter vegetasi (luas proyeksi

tajuk, LAI dan tinggi pohon)

n = Banyaknya data

Hasil perhitungan koefisien korelasi (r) dengan nilai -1 atau +1

menunjukkan ada hubungan yang sempurna antara kedua variabel (x) dan (y).

Tanda plus (+) dapat diartikan bahwa variabel (x) dan (y) berkorelasi positif,

28

artinya setiap kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan menaikkan (y)

sebesar satuan pula, sedangkan tanda minus (-) berarti (x) dan (y) berkorelasi

negatif yang artinya setiap terjadi kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan

menurunkan (y) sebesar satuan. Program Microsoft Excel dan Statistical Program

for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows digunakan untuk memudahkan semua

langkah diatas.

Setelah koefisien korelasi (r) diperoleh kemudian dilakukan pengujian

hipotesis untuk setiap variabel peubah bebasnya (x). Hal ini bertujuan untuk

melihat apakah ada atau tidak pengaruh dari (x) terhadap nilai (y). Hipotesis yang

digunakan yaitu Ho : ρ = 0 dan H1 : ρ ≠ 0 dengan ketetapan selang kepercayaan

pada penelitian ini adalah 90% (taraf α 10%). Taraf alpha adalah persentase

kesalahan yang masih dapat ditoleransi pada saat penelitian. Kesimpulan untuk uji

hipotesis masing-masing (x) adalah sebagai berikut: (a) apabila P-value ≥ α maka

terima Ho dan (b) apabila P-value < α maka tolak Ho. Hipotesis yang digunakan

untuk melihat pengaruh jarak terhadap nilai konsentrasi partikel debu yaitu (Ho)

nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak dipengaruhi oleh jarak pengukuran,

sedangkan hipotesis untuk mengetahui pengaruh parameter vegetasi terhadap nilai

konsentrasi partikel debu yaitu (Ho) nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak

dipengaruhi oleh parameter vegetasi.

3.5.4. Analisis regresi linear sederhana

Analisis regresi linear sederhana merupakan alat statistika yang digunakan

untuk mengevaluasi hubungan/melihat seberapa besar pengaruh antara satu atau

lebih peubah bebas (x1, x2,...., xk) dengan peubah tak bebas (y). Analisis ini

dilakukan setelah tahap uji hipotesis korelasi Pearson menghasilkan keputusan

tolak Ho yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel (x)

terhadap variabel (y). Oleh karena itu, analisis regresi linear sederhana dapat

digunakan untuk mengetahui, memprediksi dan melihat seberapa jauh/besar

pengaruh jarak pengukuran dan beberapa parameter vegetasi (x) terhadap

penurunan konsentrasi partikel debu pencemar (y).

Grafik regresi linear sederhana menunjukkan sebuah garis lurus yang

menginterpretasikan terdapat hubungan positif (kenaikan) atau hubungan negatif

(penurunan) antara variabel dependent/peubah respon (y) terhadap setiap

29

perubahan variabel independentnya (x). Persamaan matematika yang

menunjukkan hubungan tersebut ditetapkan dengan model sebagai berikut:

y = a + b x

Dengan pengertian: y = Konsentrasi partikel debu (µg/Nm3)

x = Jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon)

a, b = Koefisien regresi linear sederhana

Garis regresi pada persamaan yang akan dihasilkan menjelaskan nilai

koefisien determinasi. Koefisien determinasi biasanya dilambangkan dengan R²

yang digunakan untuk mengukur proporsi keragaman (variasi total) di sekitar nilai

tengah. Semakin kecil R² maka semakin buruk model dugaan yang didapat karena

titik amatan semakin menjauhi kurva regresi. Keterandalan model yang diperoleh

dapat dilihat dari kemampuan model menerangkan keragaman nilai variabel tak

bebasnya (y). Jika titik-titik amatan semakin mendekati kurva maka model yang

didapat semakin baik. Nilai koefisien determinasi dapat dicari dengan

menggunakan rumus:

R² = =

Dengan pengertian: = Jumlah Kuadrat Regresi

= Jumlah Kuadrat Total Y = Konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/Nm3)

= Konsentrasi partikel debu hasil regresi (µg/Nm3)

= Rata-rata konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/Nm3)

3.5.5. Sikap masyarakat

Data yang terkumpul berdasarkan hasil pada lembar pernyataan

ditabulasikan untuk kemudian dilakukan proses entry, editing dan coding yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan program Statistical Program for Social

Science (SPSS) 13.0 for Windows. Perolehan data berupa catatan-catatan dari hasil

pengamatan langsung di lapangan dengan responden dan studi pustaka/literatur

dianalisis berdasarkan tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

30

Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari

lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya, sedangkan penyajian data

dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk-bentuk tabel

untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah

diperoleh. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi data yaitu

melakukan pemikiran dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan yang

kokoh dan tepat.

Tanggapan terhadap lembar pernyataan selanjutnya diberi nilai (score)

menggunakan skala Likert (Singarimbun & Efendi 1989 diacu dalam Gunawan

1999) untuk mengkategorikan sikap. Penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri

atas lima skala yaitu (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) ragu-ragu; (4)

setuju; (5) sangat setuju. Skala penilaian tersebut diberikan untuk pernyataan-

pernyataan yang bersifat “positif”. Nilai tanggapan tersebut kemudian

dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia sehingga

diperoleh nilai yang menggambarkan kategori sikap responden. Interval nilai

tanggapan untuk setiap kategori sikap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori sikap berdasarkan skala Likert

No. Interval Tanggapan Kategori Sikap

1 4,00 – 5,00 Baik

2 3,00 – 3,99 Sedang

3 1,00 – 2,99 Buruk

Pengujian data statistik non-parametrik. Pengujian data dengan cara ini

merupakan pengujian hipotesa kerja dengan menggunakan uji korelasi Spearman.

Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui terdapat/tidak terdapatnya

pengaruh yang signifikan antara karakteristik sosial responden terhadap sikap

masyarakat dengan perumusan sebagai berikut :

= 1 –

Dengan pengertian : = Beda antara 2 rangking pengamatan

N = Total populasi = Koefisien korelasi Spearman

31

Nilai rs dapat terjadi dari -1 sampai +1. Nilai -1 atau +1 menunjukkan ada

hubungan yang sempurna antara karakteristik x dan y, dalam hal ini variabel x

adalah karakteristik sosial responden dan y adalah kategori sikap responden.

Kriteria keputusan untuk uji hipotesis ini adalah sebagai berikut: (a) apabila nilai

apabila P-value ≥ α , maka terima Ho yang berarti tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden) dengan sikap

responden, dan (b) apabila nilai P-value < , maka tolak Ho yang berarti terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden)

dengan sikap reponden.