bab iii metode penelitian a. lokasi dan subjek populasi...
TRANSCRIPT
-
35 Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi yakni SMA Negeri 9 Bandung.
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI
yang berjurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Adapun jumlah kelas XI IIS di SMA Negeri 9
Bandung adalah sebanyak 4 kelas. Maka pengambilan sampel untuk menentukan
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan cara purposive
sampling yakni cara pengambilan sampel yang ditentukan kriterianya oleh
peneliti.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan pengembangan dari
kuasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan non equivalent
control group design pretestt-posttest. Desain ini terdapat dua kelompok yang
dipilih secara tak acak (non-random). “Kedua kelas diberi tes awal (pretest) untuk
mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (dalam Sugiyono, 2012:
114).” Setelah itu, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan
menerapkan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yang serupa. Tes akhir
(posttes) diberikan pada dua kelas untuk mengetahui efektivitas perlakuan.
Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan kuasi eksperimen
Non Equivalent Groups Pretest-Posttest menurut Schumacher (2001: 342).
Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
A = Kelompok Eksperimen
Group pretestt treatment posttest
A O1 X O2
B O3 O4
-
36
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B = Kelompok Kontrol
X = perlakuan (treatment)
= Pretest kelompok eksperimen
= Posttes kelompok eksperimen
= Pretest kelompok kontrol
= Posttes kelompok kontrol
C. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode
penelitian kuantitatif yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen atau
eksperimen semu yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan berupa
penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa.
Eksperimen kuasi dipandang relevan untuk digunakan, karena memiliki ciri-ciri:
a) pemecahan masalah yang aktual, b) data yang dikumpulkan akan disusun,
kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. “Penelitian menggunakan
angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel
eksperimen” (dalam Sukmadinata, 2013: 53).
D. Definisi Operasional Variabel
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment
Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)”.
Berdasarkan judul penelitian tersebut, terdapat dua variabel dalam penelitian ini,
yaitu pengaruh penerapan model concept attainment dan kemampuan berpikir
analitis siswa. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah
ini terdapat definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Kemampuan Berpikir Analitis
Kemampuan berpikir analitis dalam penelitian ini dimaksudkan pada suatu
proses berpikir yang mengarahkan siswa untuk mampu menguraikan suatu
informasi berupa kata-kata atau informasi, kemudian mengelompokkannya pada
kategori contoh dan non-contoh, mencari informasi mengenai kategori tersebut
-
37
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian menghubungkannya dengan sumber serta membuat hipotesis berupa
kesimpulan. Adapun kemampuan berpikir analitis yang diukur, menggunakan
aspek-aspek kemampuan analisis yang dikemukakan oleh Enright & Powers
(dalam Dina, 2012: 23) yang hanya akan menggunakan empat indikator saja yang
dibatasi yaitu hanya pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan
mengembangkan kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.
2. Model Concept Attainment
Model Concept Attainment merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan pada proses pemahaman suatu atribut kebendaan yakni kata-kata
atau data yang dilakukan dalam tiga tahapan, dimulai dari mengamati pemaparan
kata atau data suatu konsep, membedakan dan mengelompokkan pada kategori
contoh dan non-contoh, serta pembuatan hipotesis.
Pencapaian konsep atau Concept Attainment menurut Bruner dkk (dalam
Joyce dkk. 2009: 125) merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang
dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-
contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori.”
Seperti yang diungkapkan oleh Huda (2013: 81) bahwa model pencapaian
konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang
sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan
membedakan contoh-contoh (disebut exemplars/ contoh positif) yang berisi
karakteristik-karakteristik konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi
karakteristik-karakteristik ini (disebut non-exemplars/ contoh negatif).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dalam penelitian model concept attainment adalah sebuah model
pembelajaran yang diterapkan di kelas XI IPS SMAN 9 Bandung yang meliputi
proses membedakan dan mengelompokkan contoh-contoh dengan non-contoh
pada kategori yang tepat berdasarkan sifat-sifat atau ciri-cirinya dengan
mendefinisikan serta mengidentifikasi contoh-contoh tambahan, membuat
hipotesis dan kemudian mengujinya.
-
38
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
1. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk melihat kemampuan
berpikir analitis siswa dan penerapan model concept attainment di SMA Negeri 9
Bandung khususnya kelas XI IPS dalam penelitian ini, menggunakan instrumen
berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar tes tertulis, lembar observasi, lembar
angket tanggapan dan wawancara. Adapun kegunaan dari masing-masing
instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut,
a. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memadu siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran pencapaian konsep yang telah disepakati di awal
pembelajaran.
b. Lembar tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok.
c. Lembar observasi bertujuan untuk menjaring informasi secara langsung
mengenai gambaran keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan ini
dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
d. Lembar angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna. Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
sosial yang dialami. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes, rubrik, lembar observasi, dan kuesioner/angket.
a. Tes dibuat dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir analitis siswa secara tulisan. Hasil dari pengerjaan soal
tes kemampuan berpikir analitis digunakan sebagai data utama untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir analitis siswa yang
-
39
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diukur pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan mengembangkan
kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.
Pengembangan tes dalam penelitian ini, merujuk pada penyusunan tes
menurut Purwanto (2012: 46), untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis,
penyusun tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi
analisis seperti berikut:
1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan
dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara
jelas.
3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang
perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
4) Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan
kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntuhan atau sekuensi.
5) Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsisp atau organisasi pola-pola dari
materi yang dihadapinya.
6) Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari
materi yang dihadapinya.
Selain menggunakan rujukan diatas, dalam penyusunan tes juga meliputi
indikator kemampuan berpikir analitis yang diharapkan muncul. Soal yang dibuat
diukur berdasarkan kemunculan aspek kemampuan berpikir analitis yang telah
ditentukan. Selanjutnya dimasukan ke dalam kolom indikator.
Tabel 3.1
Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis
No. Indikator Berpikir Analitis Subindikator Berpikir Analitis
1 Beragumentasi a. Mengetahui jenis bukti yang akan
mendukung atau menolak hipotesis
2
Menarik inferensi dan
mengembangkan
kesimpulan
a. Menghasilkan alasan untuk menjelaskan pengamatan
b. Menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan
c. Menentukan apakah kesimpulan konsisten dan didukung oleh data
-
40
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Mendefinisikan masalah a. Memecah masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana
b. Mengembangkan definisi konsep dengan tepat
4
Berpikir induktif a. Memecahkan masalah ketika semua informasi yang diperlukan tidak
diketahui
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teknik pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan.
1. Analisis Hasil Uji Coba
Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini,
mencakup indeks kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas soal dengan
menggunakan perhitungan software anates versi 4.0.5. Hasil pengolahan data
sebagai berikut.
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah suatu pokok uji untuk menentukan proporsi item
soal berada pada tingkat mudah, sedang, atau sukar. Seperti yang dikemukakan
oleh Suherman (1990: 212) bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan
dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah
bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00 yang menyatakan tingkatan mudah
atau sukarnya suatu soal. Untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian
(secara manual) digunakan rumus:
XIK
SMI
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
X = Rata-rata
SMI = Skor Maksimal Ideal
-
41
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.2
Klasifikasi Indeks Kesukaran
No. Indeks Kesukaran Kriteria 1. 0,00IK Terlalu sukar
2. 0,00 0,30IK Sukar
3. 0,30 0,70IK Sedang
4. 0,70 1,00IK Mudah
5. 1,00IK Terlalu mudah
Penelitian ini menggunakan bantuan sofware pengolahan data tes uraian
yakni anates versi 4.0.5 untuk mengetahui tingkat kesukaran dengan nilai tingkat
kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasikan melalui tabel indeks
kesukaran. Berikut ini merupakan presentase tingkat kesukaran hasil uji instrumen
tes uraian yang telah dilakukan:
Tabel 3.3
Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Nomor
Soal
Nilai IK Kriteria
1 0,65 Sedang
2 0,47 Sedang
3 0,87 Sangat Mudah
4 0,55 Sedang
5 0,48 Sedang
6 0,50 Sedang
7 0,78 Mudah
8 0,24 Sukar
9 0,45 Sedang
10. 0,74 Mudah
Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 3 tergolong sangat mudah, soal nomor
7 dan 10 tergolong mudah, soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, dan 9 tergolong sedang, dan
soal nomor 8 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang, karena kriteria-kriteria soal
yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti, maka instrumen ini
layak digunakan untuk penelitian.
-
42
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Menurut Suherman (1990: 199) daya pembeda dari
sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut
mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk
menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut :
A BX XDPSMI
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
AX = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
atau rata-rata kelompok atas
BX = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau
rata-rata kelompok bawah
SMI = Skor Maksimal Ideal
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.4
Klasifikasi Daya Pembeda
No. Daya Pembeda Kriteria 1. 0,00DP Sangat jelek
2. 0,00 0,20DP Jelek
3. 0,20 0,40DP Cukup
4. 0,40 0,70DP Baik
5. 0,70 1,00DP Sangat Baik
-
43
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes menggunakan
bantuan software anates versi 4.0.5. Nilai daya pembeda soal sebagai berikut ini :
Tabel 3.5
Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Nomor Soal Nilai DP Kriteria
1 4,22 Sangat Baik
2 0,78 Sangat Baik
3 0,56 Baik
4 1,78 Sangat Baik
5 1,67 Sangat Baik
6 0,22 Cukup
7 1,89 Sangat Baik
8 0,89 Sangat Baik
9 4,78 Sangat Baik
10. -0,33 Sangat Jelek
Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal uraian, 7 butir soal termasuk
dalam kategori baik yaitu butir soal no. 1,2,4,5,7,8,9, 2 butir soal termasuk
kategori cukup yaitu butir soal no. 3,6, dan 1 butir soal termasuk kategori jelek
yaitu no. 10. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya
pembeda yang sangat baik.
c. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2008: 65). Oleh karena itu, menurut Suherman (1990: 135)
suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang
seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk
mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X
pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk
tujuan yang lain.
Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada
penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas
instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji
coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang
ditentukan berdasarkan perhitungan korelasi.
-
44
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi
menggunakan angka kasar (raw score). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
2 2 2 2( ( ) )( ( ) )
i i
xy
i i
n x y x yr
n x x n y y
Keterangan :
xyr = Koefisien validitas
n = Jumlah siswa
ix y
= Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa
ix
= Jumlah total skor soal ke-i
y = Jumlah skor total siswa
2
ix = Jumlah total skor kuadrat ke-i
2y
= Jumlah total skor kuadrat siswa
Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji
keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah
sebagai berikut (dalam Sudjana, 2005: 380):
√
√
Keterangan :
r = Koefisien validitas
n = Jumlah siswa
dengan hipotesis :
H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : validitas tiap butir soal berarti
Kriteria pengujian :
Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika :
(
) ( )
(
) ( )
Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2). Dalam hal lain
H0 ditolak. Menurut J. P Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), koefisien
validitas rxy diklasifikasikan seperti pada tabel berikut.
-
45
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefesien Validitas
No Koefisien Validitas Kriteria
1. 0,80 1,00xyr
Sangat tinggi (sangat baik)
2. 0,60 0,80xyr
Tinggi (baik)
3. 0,40 0,60xyr
Sedang (cukup)
4. 0,20 0,40xyr
Rendah
5. 0,00 0,20xyr
Sangat rendah
6. 0,00xyr
Tidak valid
Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal.
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3
Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria
1 0,864 Sangat Tinggi
2 0,653 Tinggi
3 0,545 Sedang
4 0,745 Tinggi
5 0,611 Tinggi
6 0,229 Rendah
7 0,660 Tinggi
8 0,361 Rendah
9 0,782 Tinggi
10 0,114 Sangat Rendah
Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas
tersebut diuji keberartiannya. Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir
soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.
d. Uji Realibilitas
Suherman (1990: 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau
alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap
sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang,
waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan
-
46
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:
Keterangan :
n = banyak butir soal
2
is = jumlah varians skor setiap soal
2
ts
= varians skor total
dimana,
2
2
2
XX
nsn
Keterangan :
2s
= varians
2X = jumlah skor kuadrat setiap item
X = jumlah skor setiap item
n = jumlah subjek
Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990:
177) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8
Klasifikasi Derajat Reliabilitas
No. Derajat Reliabilitas Kriteria 1.
110,20r Sangat rendah
2. 110,20 0,40r Rendah
3. 110,40 0,60r Sedang
4. 110,60 0,80r Tinggi
5. 110,80 1,00r Sangat Tinggi
Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,50.
Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas
yang sedang.
2
11 21
1
i
t
snr
n s
-
47
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Data utama berupa
tes kemampuan berpikir analitis serta data tambahan yaitu angket untuk respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan model concept attainment dan lembar
observasi. Semua data tersebut dihitung secara statistik dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Soal kemampuan berpikir analitis
Adapun langkah-langkah dari analisis data soal uraian meliputi pemberian
skor pada hasil pretest dan posttest untuk setiap soal uraian kemampuan berpikir
analitis, menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh soal uraian
kemampuan berpikir analitis untuk satu per satu siswa dan menentukan rata-rata
skor pretest dan posttest. Kemudian pada data tersebut dilakukan analisis data
secara kuantitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi analisis data
pretest dan posttest. Agar memudahkan proses pengolahan data, digunakan
bantuan software SPSS Versi 16.0 for Windows. Adapun langkah-langkahya
adalah sebagai berikut :
1) Analisis Data Pretest dan Posttest
Analisis data pretest dan posttest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan berpikir
analitis awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahapan analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Analisis data secara deskriptif
Data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis
secara deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Analisis data secara
deskriptif meliputi penghitungan skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.
b) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data
hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang kemudian akan
-
48
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada
tahap selanjutnya.
Hipotesis yang digunakan :
H0: Data pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol (keduanya)
berasal dari populasi berdistribusi normal;
H1: Data pretest / posttest kelas eksperimen atau kelas kontrol (salah satu atau
keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas. Namun apabila H0 ditolak, maka pengujian
dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-
Whitney.
c) Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau
tidaknya variansi populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : =
(Variansinya homogen)
H1 :
(Variansinya tidak homogen)
Dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka
dilanjutkan dengan uji t’.
-
49
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian
ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan:
H0: μe = μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)
H1: μe μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan)
Dengan,
μk : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas kontrol
μe : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
b. Analisis angket siswa
1) Melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa .
2) Menghitung persentase jawaban siswa untuk masing-masing kriteria yang
ditanyakan dengan perhitungan sebagai berikut.
Keterangan :
p = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
3) Melakukan interpretasi jawaban angket setelah diperoleh persentasenya,
dengan mengadaptasi interpretasi menurut kriteria sebagai berikut :
-
50
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9
Penafsiran Hasil Angket
Persentase Tafsiran Kualitatif
Tak seorangpun
Sebagian kecil Hampir setengahnya
Setengahnya Sebagian besar Hampir seluruhnya
Seluruhnya
c. Analisis Lembar Observasi
Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara tahapan-
tahapan pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dengan menggunakan model
concept attainment di kelas eksperimen. Data hasil observasi diinterpretasikan
dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana
pembelajaran.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahapan penelitian yang secara garis besar
terdiri dari tiga tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
penarikan kesimpulan. Berikut uraian dari ketiga tahap tersebut :
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi lapangan dengan melakukan observasi ke sekolah untuk
melihat permsalahan kemudian analisis kurikulum, studi literatur untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun alat pengumpul data berupa tes dan non tes.
c. Melakukan uji coba alat pengumpul data (instrumen).
d. Mengolah hasil uji coba soal tes uraian kemudian melakukan revisi dan
menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kepada seluruh siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir analitis siswa.
-
51
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Melaksanakan pembelajaran dengan model concept attainment di kelas
eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol.
c. Memberikan posttest kepada seluruh siswa yang mengikuti pretest untuk
mengetahui kemampuan akhir berpikir analitis siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini meliputi analisis data hasil penelitian yang diolah menggunakan
bantuan software anates dan SPSS for windows versi 16.0. Uji hipotesis
menggunakan uji t dari nilai pretest dan posttest. Hasil pengujian kemudian
dianalisis dan ditarik kesimpulannya.
-
52
Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun alur penelitiannya yaitu sebagai berikut :
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Sumber : Hasil olah peneliti dari berbagai sumber
Kelas Kontrol
Pembelajaran dengan model
terlangsung
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
Observasi
Model Pembelajaran
Studi Lapangan
Penerapan Model Concept Attainment terhadap Kemampuan
Berpikir Analitis
Kelas Eksperimen
pembelajaran dengan model concept
attainment
Studi Literatur
Permasalahan
Penentuan Subjek Penelitian
Penyusunan, revisi, dan pengesahan instrumen
instrumen
Pretest
Posttest