bab iii deskripsi wilayah penelitian 3.1 ekosistem ...eprints.umm.ac.id/47741/3/bab iii.pdfrabat...
TRANSCRIPT
62
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
3.1 Ekosistem Kabupaten Banyuwangi
Gambar 2. Wisata Pulau Merah Dusun Pancer Desa Sumberagung
Ekosistem adalah suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
yaitu lingkungan biotik (mahluk hidup) maupun lingkungan abiotik (non mahluk
hidup). Ekosistem juga dapat diartikan sebagai suatu satuan lingkungan yang
melibatkan unsur-unsur biotik dan faktor-faktor fisik (iklim,air dan tanah) serta
kimia (keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lain (Suyud
Dkk, 2014: 28).
63
Banyuwangi merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alamnya,
ekosistem yang tersebar di Banyuwangi juga cukup beragam diantaranya
ekosistem alam dan buatan, ekosistem alam sebagai berikut ekosistem hutan,
Padang rumput (Taman Nasional Baluran), ekosistem air laut, ekosistem danau
dan ekosistem sungai. Sedangkan ekosistem buatan diantaranya sebagai berikut
ekosistem suaka marga satwa dan waduk.
Ekosistem hutan sangat mudah ditemui di Banyuwangi, banyak tempat
wisata yang memanfaatkan hutan misalnya wisata hutan di Songgon maupun di
kalibaru keindahan hutan yang mampu menarik wisatawan lokal maupun
mancanegara. Ekosistem padang rumput yang sangat terkenal yakni Taman
Nasional Baluran yang didalamnya terdapat flora fauna yang hamper punah
misalnya banteng liar, harimau dan burung-burung yang akan punah masih dapat
ditemui di Baluran. Ekosistem hutan juga ada di Desa Sumberagung, Gunung
Tumpang Pitu merupakan wilayah hutan lindung yang menjadi serapan air di
wilayah sekitar dan menjadi ladang nafkah masyarakat lereng Gunung Tumpang
Pitu.
Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah ujung Jawa Timur yang
memiliki julukan The Sunrise of Java dimana sisi Banyuwangi yang pertama kali
mendapat paparan sinar matahari karena letaknya dipaling ujung. Kabupaten
Banyuwangi memiliki pantai yang selalu menjadi tujuan wisata wisatawan yang
terletak di Desa Sumberagung yakni pantai Pulau Merah yang seringkali
dijadikan tempat berkumpul bersama keluarga untuk menikmati pemandangan
64
yang indah nan hijau dari pegunungan yang berjejer di sekeliling pantai Pulau
Merah. Wilayah pesisir Banyuwangi memiliki kekayaan alam yang melimpah,
sektor perikanan sangat melimpah dibuktikan banyaknya Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) seperti TPI Muncar, PTI Grajagan dan TPI Pancer. Menurut hasil
wawancara dengan nelayan Pancer, Bapak Ahmad 59 tahun warga Dusun Pancer:
“Hasil tangkapan nelayan di tahun 80-an sangat melimpah, masyarakat
nelayan tidak pernah merasakan kesusahan dalam hal perekonomian mbak,
namun setelah adanya tsunami perekonomian masyarakat sedikit terganggu
karena banyaknya kerusakan rumah dan hilangnya berbagai perabotan yang
sudah dimiliki seperti televisi, kasur, dan yang lainnya”
Hal ini membuktikan hasil perikanan dari ekosistem laut sangat menguntungkan
perekonomian masyarakat sekitar pantai. Namun pada tanggal 3 Juni 1994 terjadi
bencana alam Tsunami yang menghancurkan wilayah pesisir Pancer dan Grajagan
yang menewaskan kurang lebih 300 orang dan 789 orang terluka. Sebanyak 922
rumah warga rusak dihantam Tsunami (Kompas.com). Produksi ikan menurun
karena global warming yang mempengaruhi perolehan hasil perikanan di laut
Banyuwangi dan juga paparan limbah tambang emas yang dibiarkan dibuang ke
laut lepas.
Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang 175 km yang berada dalam
jalur gempa aktif yang rawan bencana tsunami. Secara geologis pesisir selatan
Jawa berada di jalur pertemuan dua lempeng besar yang saling bertumbukan
(subduksi) yakni lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pergerakan dua
lempeng tersebut sering menyebabkan gempa yang bahkan memicu tsunami kecil
maupun besar. Pada tahun 1994 Banyuwangi tepatnya Desa Sumberagung pernah
65
mengalami gempa berkekuatan 7,2 Skala Ritcher yang berpusat 18 kilometer di
Samudera Hindia. Di pantai Lampon dan Pancer Kecamatan Pesanggaran dengan
ketinggian 11 meter hingga 14 meter dengan jangkauan 150 meter. Badan Litbang
Departemen Pekerjaan Umum mencatat sedikitnya 377 warga tewas, 789 terluka
dan sebanyak 922 rumah rusak ringan hingga berat (Ningtyas, 2019: 5-12).
Banyuwangi memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah di Kecamatan
Pesanggaran Desa Sumberagung. Wilayah ini termasuk dalam kawasan
konservasi Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri. Taman
Nasional Alas Purwo (TNAW) berada dalam satu rangkaian pesisir selatan yang
kurang lebih berjarak sekitar 30 km dari Kecamatan Pesanggaran. Taman
Nasional seluas 43.420 ha ini menjadi tempat berkembangbiak bagi 584 flora, 31
mamalia, 236 burung dan tempat pendaratan penyu. Sementara Taman Nasional
Meru Betiri (TNMB) berjarak 15 km di bagian selatan Desa Sumberagung. Seluas
20.415 ha dari 58.000 ha yang telah ditetapkan taman nasional pada tahun 1982
yang tepat berada di Dusun Kandangan dan Sarongan yang termasuk wilayah
Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran (Data Direktorat Taman Nasional
dan Hutan Wisata, 2017).
66
3.2 Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi
Gambar 3. Kantor Desa Sumberagung
Desa Sumberagung merupakan salah satu Desa di Kabupaten Banyuwangi
yang berada di wilayah bagian Selatan tepatnya dikaki Gunung Tumpang Pitu,
Gunung Lompong, Gunung Bayur dan Bukit Kapur (Gunung Gamping). Desa
Sumberagung memiliki jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten sekitar 65 Km.
Secara administratif Desa Sumberagung masuk wilayah Kecamatan Pesanggaran,
dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Barurejo, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Sumbermulyo dan Desa Pesanggaran, dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Kandangan dan Desa Sarongan.
Dengan luas wilayah 13.262 Ha, Desa Sumberagung termasuk daerah yang
banyak memiliki kekayaan alam atau sumber daya alam yang tinggi, hampir
67
semua kekayaan alam dimiliki oleh desa Sumberagung. Sumber daya alam yang
ada antara lain mulai dari kelautan (di wilayah Dusun Pancer, Pulau merah),
Kehutanan (membentang disekitar wilayah desa), Perkebunan (wilayah Sungai
Lembu), Pertanian, Pariwisata, dan Pertambangan (Gunung Tumpang Pitu) yang
banyak terdapat kandungan bijih emas dan saat ini telah dilakukan eksploitasi
oleh PT Bumi Sukses Indo (BSI).
Secara umum luas wilayah desa Sumberagung sebagai berikut:
a) Pemukiman / Bangunan : 3.787 Ha
b) Tegal/kebun dan lading : 260 Ha
c) Sawah/Lahan Pertanian : 475 Ha
d) Hutan Negara/Desa : 3.264 Ha
e) Perkebunan : 2.600 Ha
f) Curah/lahan kritis/kuburan : 1.000 Ha
g) Luas Jalan : 2086 Ha
h) Lain-lain : 154 Ha
Topografi Desa Sumberagung berupa dataran rendah atau cekungan
yang dikelilingi oleh bebukitan dan gunung dengan banyak aliran sungai.
Sebagian wilayahnya dibatasi oleh laut serta perkebunan dan hutan.
Sedangkan ketinggian rata-rata dari permukaan air laut ±7 m dpl, dengan
keadaan suhu rata-rata berkisar 28°C-30°C. Curah hujan rata-rata tiap tahun
68
berkisar 2000-3000 mm, dengan demikian kondisi alam Desa Sumberagung
adalah daerah kering terutama di musim kemarau.
3.3 Sejarah Desa Sumberagung
Sekitar tahun 1935 di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan,
tepatnya di kaki Gunung Tumpang pitu, Gunung Lompong, Gunung Bayur dan
Bukit Kapur (Gunung Gamping) yang merupakan dataran rendah dan cekungan,
dilakukan pembukaan hutan oleh beberapa kelompok orang yang datang dari
berbagai daerah di tanah Jawa dengan tujuan akan dijadikan lahan perkampungan
dan pertanian.
Dalam kegiatan pembukaan hutan, masing-masing kelompok yang
berdasarkan daerah asal dipimpin oleh seseorang yang biasa dipanggil Mbah
Surip, dengan memilih lahan tertentu misalnya kelompok orang yang berasal dari
daerah Jember, setelah pembukaan hutan selesai menjadi daerah perkampungan,
daerah tersebut diberi nama "jemberan", kelompok orang yang berasal dari daerah
Jogjakarta setelah pembukaan hutan selesai menjadi daerah perkampungan, maka
daerahnya diberi nama "jogja", kelompok orang yang beragama Kristen setelah
pembukaan hutan selesai menjadi daerah perkampungan, maka diberi nama
"kursusan" dan sebagainya.
Akhirnya setelah pembukaan hutan dirasa cukup dengan terbentuknya
daerah pemukiman dengan nama yang bermacam-macam, para koordinator dan
69
sebagian anggota (nama dan asal tidak jelas) berkumpul untuk melakukan
musyawarah pemberian nama daerah baru yang mereka buka dengan satu nama
yang tidak mengikat dari nama daerah asal mereka masing-masing.
Dengan dasar daerah baru tersebut merupakan dataran rendah dan cekungan
serta berada di kaki gunung dan bukit sehingga keadaan air melimpah akhirnya
sepakat diberi nama Desa "Sumberagung" yangberasal dari kata Sumber yang
berarti mata air, sedangkan Agung berarti penuh/besar, oleh karena itu sampai
dengan sekarang Desa Sumberagung merupakan daerah rawan banjir pada musim
penghujan karena setiap tahunnya selalu terjadi bencana banjir lebih-lebih setelah
gunung dan bukit di sekitarnya gundul akibat penebangan liar.
Awalnya Desa Sumberagung terdiri dari 10 (sepuluh) Dusun antara lain:
1. Dusun Krajan/ Mulyoasri
2. Dusun Tembakur
3. Dusun Rejoagung
4. Dusun Silirbaru
5. Dusun Pancer
6. Dusun Sungailembu
7. Dusun Sumberjambe
8. Dusun Sarongan
70
9. Dusun Kandangan
10. Dusun Sukamade.
Namun pada tahun 1966, Desa Sumberagung dipecah menjadi 2 (dua) Desa
yaitu Desa Sumberagung (induk) dan Desa Sarongan (pecahan), selanjutnya pada
tahun 1992 dipecah lagi menjadi 2 (dua) yaitu Desa Sumberagung (induk) dan Desa
Sumbermulyo (pecahan) sampai dengan sekarang.
Adapun saat ini Desa Sumberagung terdiri dari 4 (empat) Dusun, terbagi
menjadi 11 RW dan 66 RT, dengan rincian:
1) Dusun Rejoagung : 2 RW, 17 RT
2) Dusun Silirbaru : 4 RW, 23 RT
3) Dusun Pancer : 3 RW, 20 RT
4) Dusun Sungailembu : 2 RW, 6 RT
3.4 Sejarah Pembangunan Desa Sumberagung
Pembangunan di Desa Sumberagung dimulai sejak dicanangkan Pelita I
pada tahun 1969, namun hingga sekarang belum tercapai sesuai dengan harapan
warga masyarakat, dikarenakan banyaknya kendala antara lain:
a) Luas wilayah
b) Lokasi yang agak terpencil
c) Medan sebagian sering dilanda banjir
71
d) Jumlah penduduk
e) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pembangunan.
Tetapi setelah memasuki Pelita II tepatnya pada tahun 1975 jalan poros
yang melewati Desa Sumberagung baik yang jurusan Desa Sarongan maupun
jurusan Dusun Pancer mendapat program pengaspalan dari Pemerintah, maka
transportasi semakin lancar, lebih-lebih setelah adanya program angkutan
pedesaan.
Pada tahun 2007 sampai dengan tahun berjalan ini (2007–2010) Desa
Sumberagung mendapatkan Program PNPM-MP yang telah banyak membantu
pembangunan desa Sumberagung dengan dasar Pemberdayaan Masyarakat
Miskin, dan partisipasi warga dan menonjolkan swadaya yang tinggi antara lain :
1. Pengerasan Jalan Dusun Rejoagung Jalan Ring 2 dan di Dusun Silirbaru
jalur Pak Wakabi ke Selatan tahun 2007.
2. Rabat Beton Jalan Umpang Karang PNPM Tahun 2008
3. Pengerasan Jalan Dusun Silirbaru Kaliuluh tembus Waru Doyong PNPM
Tahun 2009
4. Pembangunan Irigasi di Kanal Kambang Jepit Program PNPM MP 2009.
5. Pengerasan jalan Pak Bibit ke Barat sampai Pasar Templek PNPM Tahun
2010.
6. Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan melalui PNPM-MP Tahun
2007-hingga sekarang.
72
Pada tahun 2013-2014 Desa Sumberagung Mendapatkan Corporate Sosial
Responsibility (CSR) dari perusahaan Tambang Emas PT.BSI yang diperutukan
Plesterisasi Rumah warga kurang mampu dan pembangunan plengsengan
(penahan badan jalan), jembatan dan rehab total pembangunan jembatan Buk
Sanggawe, Gapura Masuk Kampung Nelayan Dusun Pancer serta masih ada
beberapa program fisik yang didanai dari CSR PT BSI. Desa Sumberagung
mendapatkan CSR dalam bentuk bus sekolah yang digunakan untuk antar jemput
sekolah anak-anak di sekitar tambang. CSR PT BSI lainnya dalam bentuk
beasiswa pendidikan untu anak-anak Desa Sumberagung yang kurang mampu,
yang nota benenya wilayah Desa Sumberagung merupakan wilayah yang gersang
dan kering sehingga untuk tipe tanahnya tidak cocok jika ditanami.sebagian
kekayaan Kabupaten Banyuwangi secara tidak langsung berasal dari perusahaan
tambang sudah sudah menduuduki Gunung Tumpang Pitu sejak tahun 1997.
Gambar 4. Bus sekolah CSR dari BSI
Meskipun demikian, masalah pembangunan di Desa Sumberagung baik
fisik maupun non fisik sampai sekarang masih jauh untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat pada umumnya, karena sering terjadi perencanaan program
73
pembangunan Pemerintah yang tidak melibatkan masyarakat sehingga ada
beberapa hasil pembangunan yang kurang bermanfaat.
Selanjutnya karena pembangunan di Desa Sumberagung belum merata di
seluruh wilayah Desa, maka melalui Dokumen RPJMDes masyarakat Desa
Sumberagung sangat berharap bahwa program-program pembangunan yang
merupakan usulan masyarakat Desa Surnberagung dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun pihak ketiga
yang turut peduli terhadap pembangunan di Desa Sumberagung.
3.5 Keadaan Sosial Desa Sumberagung
a) Kondisi Pendidikan
Berdasarkan pendataan Desa Sumberagung pada awal tahun 2016
jumlah remaja putus sekolah cukup tinggi yakni tingkat SMP (sekolah
menengah pertama) sebanyak 200 orang (52,63%), kemudian putus sekolah
tingkat SMA (Sekolah menengah atas) sebanyak 150 orang (39,47%),
sedangkan remaja putus sekolah tingkat sekolah dasar sebanyak 30 orang
(7,89%) dapat disimpulkan angka putus sekolah cukup tinggi dikarenakan
tingginya biaya sekolah dan lokasi sekolah yang berjarak berjauhan.
b) Kondisi Kesehatan
Berdasarkan data dari kantor Desa Sumberagung kondisi kesehatan
warga Desa Sumberagung rendah hal ini bisa dilihat melalui banyaknya
74
jumlah rumah tidak sehat yang ada di lingkungan Desa Sumberagung.
Pemenuhan air bersih dikala musim kemarau sangat sulit karena jika musim
kemarau tiba wilayah sekitar Desa Sumberagung mengalami kekeringan dan
kekurangan air bersih. Dari sekitar 4500 rumah yang ada di Desa
Sumberagung, 4150 rumah (85, 37%) sudah memiliki prasarana air bersih
seperti sumur galian, sisanya masih menggunakan alam seperti sungai ataupun
kalenan (saluran irigasi).
c) Kondisi Keagamaan dan Budaya
Di Desa Sumberagung jumlah pemeluk agama Islam mencapai 99,6 %
dari jumlah total penduduknya atau sekitar 13.264 orang pemeluk agama
islam. 357 orang pemeluk agama Kristen maupun Katolik, 376 orang pemeluk
agama Hindu dan 271 orang pemeluk agama Budha.
Tabel 4. Jumlah Pemeluk Agama di desa Sumberagung
No.
Dusun/RW
Agama
Islam Kristen Katolik Hindu Budha
1 Rejoagung 3.079 99 5 55 135
2 Silirbaru 4.476 125 3 166 105
3 Pancer 4.598 108 2 155 25
4 Sungai
Lembu
1.111 15 - - 6
Jumlah 13.264 347 10 376 271
Sumber: Data Desa Sumberagung 2018
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pemeluk
agama Islam yang mendominasi di Desa Sumberagung. Secara kultur-historis,
75
masyarakat Desa Sumberagung paling banyak berasal dari suku Jawa, dengan
demikian kesenian yang berkembang dan masih lestari di Desa Sumberagung
lebih banyak diwarnai oleh kesenian- kesenian Jawa seperti, Jaranan, Janger,
Wayang Kulit, Karawitan, Reog, Terbangan, dan Hadrah. Dengan demikian
kesenian lokal dan kesenian yang bernuansa Islami mendominasi kelompok
kesenian seperti Hadrah dan kosidah
Tabel 5. Jumlah Kelompok Kesenian Desa Sumberagung
Kecamatan Pesanggaran hingga akhir Tahun 2018
Sumber: Data Desa Sumberagung 2018
3.6 Demografi Desa Sumberagung
Jumlah penduduk Desa Sumberagung hingga akhir tahun 2018 tercatat
sebanyak 14.268 jiwa, terdiri atas 7.244 jiwa laki-laki dan 7024 jiwa perempuan
yang tersebar di empat dusun.
No Nama Kelompok Total (grup)
1. Jaranan 1 grup
2. Wayang kulit -
3. Janger -
4. Karawitan 1 grup
5. Hadrah 5 grup
6. Qosidah 1 grup
7. Pencak Silat 2 grup
8. Reog 1 grup
76
Berikut data jumlah penduduk di tiap dusun di Desa Sumberagung
Kecamatan Pesanggaran sesuai hasil pendataan pada akhir tahun 2018:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Sumberagung
No Dusun Jumlah Penduduk Total Jumlah KK
L P
1. Rejoagung 1.735 1.638 3.373 993
2. Silirbaru 2.488 2.387 4.875 1.692
3. Pancer 2.453 2.453 4.888 1.648
4. Sungai Lembu 568 564 1.132 405
Jumlah 7.244 7.024 14.268 4.738
Sumber: Data Desa Sumberagung 2018