bab ii tinjauan teori -...

50
BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS 1. MASA NIFAS a. Definisi 1) Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (42 hari) akan tetapi seluruh alat genital akan pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009:356). 2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu atau 42 hari. (Joseph dan Nugroho, 201:164). b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis masa Nifas 1) Perubahan fisiologis Pada masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna berangsur-angsur seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan penting lainnya, timbulnya laktasi (Sujiyatini, dkk. 2011: 126). Perubahan- perubahan yang terjadi dalam masa nifas yaitu: 12

Upload: ngoquynh

Post on 02-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS

1. MASA NIFAS

a. Definisi

1) Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu (42 hari) akan tetapi seluruh

alat genital akan pulih kembali seperti sebelum hamil dalam

waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009:356).

2) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu atau

42 hari. (Joseph dan Nugroho, 201:164).

b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis masa Nifas

1) Perubahan fisiologis

Pada masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun

eksterna berangsur-angsur seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan-perubahan penting lainnya, timbulnya laktasi

(Sujiyatini, dkk. 2011: 126).

Perubahan- perubahan yang terjadi dalam masa nifas yaitu:

12

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

13

a) Perubahan pada sistem reproduksi

(1) Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan paling besar. Pada akhir

persalinan kala III, ukuran uterus kira-kira sebesar

uterus pada kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000

gram. Ukuran ini cepat mengecil dan pada akhir minggu

pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gram.

Involusio ini dapat diperlihatkan oleh fakta bahwa pada

pemeriksaan abdomen besar uterus berkurang satu lebar

jari tangan setiap hari hingga pada hari ke-12 uterus tidak

teraba lagi pada pemeriksaan abdomen. Setelah itu

involusio berlangsung lebih lambat, tetapi pada akhir

minggu ke-6 masa nifas ukurannnya sedikit lebih besar

daripada sebelum hamil (Sujiyatini, dkk. 2011: 127).

(2) Lochea/ Lokhia (Prawirohardjo, 2009:359)

Lokhia adalah secret dari kavum uteri dan vagina dalam

masa nifas.

(a) Lochea rubra (cruenta)

Terdiri darah segar bercampur sisa selaput ketuban,

sel desidua, sisa verniks caseosa, lanugo dan

mekonium, pada hari pertama dan kedua.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

14

(b) Lochea sanguilenta

Berupa darah bercampur lendir hari ke 3-7 pasca

persalinan.

(c) Lochea serosa

Berwarna kuning dan tidak mengandung darah pada

hari 7-14 pasca persalinan.

(d) Lochea alba

Cairan putih selama 2 minggu.

(3) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala III, serviks merupakan

struktur yang tipis dan kolaps, lubang serviks mengecil

dengan lambat, beberapa hari setelah persalinan dapat

dilewati dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama

menjadi demikian sempitnya sehingga sukar dimasuki

satu jari. Pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena

robekan dalam persalinan (Sitti Saleha. 2009: 57).

(4) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis

secara berangsur angsur luasnya berukuran, tetapi jarang

sekali kembali seperti ukuran seorang nullipara.Rugae

timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak

seperti tonjolan jaringan yang kecil, dan setelah proses

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

15

persalinan berubah menjadi karunkule mitiformis yang

khas bagi wanita multipara (Sujiyatini, dkk. 2011: 138).

(5) Payudara

Payudara berkembang sejak usia kehamilan 6 minggu,

selama kehamilan hormon yang dihasilkan plasenta yaitu

laktogen, kariogonadotropin, estrogen dan progesteron

menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus

di dalam payudara, hormon laktogen dari plasenta dan

hormon prolaktin dari hipofisis merangsang produksi

kolostrum, hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth

hormon, adrenokostikosteroid dan juga diperlukan dalam

kelenjar susu. Namun produksi ASI terbatas sampai

sesudah kelahiran bayi meskipun kadar prolaktin cukup

tinggi karena aktifitas prolaktin ini dihambat oleh

estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan

progesteron menurun dengan lepasnya plasenta

sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi

hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen ditambah lagi

dengan adanya isapan bayi yang merangsang ujung-

ujung saraf sensoris pada puting susu. Rangsangan ini

kemudian di lanjutkan ke hipotalamus melalui medula

spinalis dan mesenphalon. Hipotalamus akan menekan

pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

16

prolaktin dan kemudian faktornya akan merangsang

adenolipotise untuk mengeluarkan prolaktin, maka

produksi ASI pun dimulai oleh karena itu semakin sering

bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang di

produksi. Proses ini di kenal dengan refleks prolaktin.

(Sitti Saleha. 2009: 58)

(6) Sistem Kardiovaskuler

Pada masa hamil hubungan pendek yang dikenal dengan

shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah

melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba sehingga

dapat menimbulkan decompensasi cordis pada penderita

vitum cordis yang umumnya hal ini terjadi pada hari -

hari ketiga sampai lima hari setelah post partum

(Sujiyatini, dkk. 2011: 152).

(7) Sistem perkemihan

Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan,

menunjukan tidak saja oedema dan hyperemia dinding

kandung kemih, tetapi sering sekali terdapat ekstravasasi

darah pada submukosa. Disamping itu kandung kemih

pada puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat

secara relatif. Oleh karena itu distensi yang berlebihan,

pengosongan yang tidak sempurna, dan urine residual

harus diwaspadai dengan seksama. Ureter dan pelvis

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

17

renalis dan ureter yang mengalami disiensi, putih seperti

keadaan tidak hamil pada 2 sampai 8 minggu setelah

kelahiran (Sitti Saleha. 2009: 59).

(8) Sistem pencernaan menurut (Sujiyatini, dkk. 2011: 138-

140).

(a) Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,

anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa

sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh

makanan dua kali dari jumlah yang biasa

dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-

sering ditemukan.

(b) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot

traktus cerna menetap selama waktu yang singkat

setelah bayi lahir. Kelebiahan analgesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke

keadaan normal.

(c) Defekasi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama

dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan pada awal

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

18

pasca partum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.

Ibu sering kali menduga nyeri saat defekasi karena

nyeri yang dirasakannya di perineum akibat

episiotomi, laserasi, atau hemoroid.

(d) After pains (his pengiring)

Perasaan mules sesudah partus akibat kontraksi

uterus kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari

pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada

multipara dibanding primipara. Perasaan mules lebih

terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih

ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau

gumpalan darah dalam kavum uteri.

(9) Perubahan tanda-tanda vital

(a) Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C.

Sesudah partus dapat naik + 0,50

C dari keadaan

normal, tetapi tidak melebihi 38,00C. Sesudah 12

jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu badn lebih dari 38,00

C,

mungkin ada infeksi

(b) Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan

permenit. Bila terdapat takikardia sedangkan

badan tidak panas mungkin ada perdarahan

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

19

berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita.

Segera setelah partus dapat terjadi bradi kardi pada

masa nifas umumnya denyutan nadi lebih labil di

bandingkan dengan suhu badan.

(c) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan

keadaan hipertensi post partum. Terapi ini akan

menghilang sendirinya apabila tidak terdapat

penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam

kurang lebih 2 bulan tanpa pengobatan (Sujiyatini,

dkk. 2011: 151).

2) Perubahan psikologis masa nifas

Periode masa nifas merupakan waktu di mana ibu

mengalami stress pascapersalinan, terutama pada ibu primipara.

Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada

tiga tahap yaitu :

a) Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian pada

tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan

persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu

makan meningkat.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

20

b) Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi

pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu

sangat sensitiv, sehingga membutuhkan bimbingan dan

dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami

ibu.

c) Letting go period

Dialami setelah ibu dan bayinya tiba di rumah. Ibu mulai

secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “ seorang

ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat

bergantung pada dirinya (Sujiyatini, dkk. 2011: 155).

2. PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER

a. Pengertian

Definisi dari Perdarahan postpartum adalah Perdarahan yang

volumenya melebihi 400-500 cc, kondisi dalam persalinan

menyebabkan sulit untuk menentukan jumlah Perdarahan yang

terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian

atau kain alas tidur. Pada periode pasca persalinan, sulit untuk

menentukan terminologi berdasarkan batasan kala persalinan yang

terdiri dari kala I hingga kala IV (Prawirohardjo, 2009:523).

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

21

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang

terjadi setelah bayi lahir per vaginam atau lebih dari 1000 ml setelah

persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan

kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka

batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih

dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara

lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil,

hiperapnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100x/

menit, kadar Hb < 8 g/dL (Joseph dan Nugroho, 2011:164).

Perdarahan postpartum dibagi menjadi :

1) Perdarahan Post Partum primer (Early postpartum hemorrhage )

Perdarahan Post Partum primer adalah Perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih setelah

kala III.

2) Perdarahan postpartum sekunder (Late postpartum hemorrhage)

Perdarahan yang terjadi sesudah 24 jam pertama dengan jumlah

500 cc atau lebih (Joseph dan Nugroho, 2011:164).

b. Etiologi

Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut (Joseph

dan Nugroho, 2011:165) , (Harry dan William, 2010:461) dan

(Prawirohardjo, 2009:523).

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

22

1) Retensio sisa plasenta

a) Pengertian

Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya

bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat

menimbulkan perdarahan postpartum dini (early

postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum

lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi

dalam 6-10 hari pasca persalinan. Plasenta harus

dikeluarkan karena dapat menimbulkan banyak perdarahan,

infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta

inkarserata, polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas

korio karsinoma.

b) Tanda dan gejalanya

Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh

darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang

kadang-kadang timbul adalah uterus berkontraksi baik yang

ditandai dengan perut di bagian fundus teraba keras dan ibu

merasakan mules pada bagian perut tersebut tetapi tinggi

fundus uteri tidak berkurang.

c) Penanganan

Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan bila

serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah/jaringan.

Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

23

evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase

(dilakukan oleh dokter obsgyn).

2) Inversio uteri

a) Pengertian

Inversio uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus

(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri

eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.

b) Tanda dan gejala

Syok karena kesakitan, perdarahan banyak bergumpal, di

vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa

plasenta yang masih melekat, bila baru terjadi maka

prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup

lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat

uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.

c) Penanganan

(1) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk

cairan/darah pengganti dan pemberian obat-obatan.

(2) Beberapa serter memberikan tokolitik /MgSO4 untuk

melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan

reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas

masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks

sampai tangan masuk kedalam uterus pada posisi

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

24

normalnya. Hal ini dapat dilakukan sewaktu plasenta

sudah terlepas atau belum terlepas.

(3) Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan

bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil

memberikan uterotonika lewat infus atau IM (intra

muskular), tangan tetap dipertahankan untuk konfigurasi

uterus kembali normal dan tangan operator baru

dilepaskan.

(4) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan

kebutuhannya.

(5) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks

yang keras menyebabkan manuver diatas tidak bisa

dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi

dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus

sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

3) Endometritis

a) Pengertian

Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman-

kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas

insertio plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan

seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang

tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

25

b) Tanda dan gejala

Tanda dan gejala tergantung pada virulensi kuman, daya

tahan penderita dan derajat trauma jalan lahir. Kadang

lokhia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput

ketuban, keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat

menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah

diatasi. Tanda yang sering muncul adalah uterus agak

membesar, nyeri pada perabaan, uterus lembek, pada

endometritis tidak meluas pada hari pertama penderita

merasa kurang sehat, nyeri perut, mulai hari ke-3 suhu

meningkat, nadi cepat, lokia kadang-kadang berbau.

c) Penanganan

Jika bidan menemukan kasus di tempat praktek lakukan

kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan rujukan yang

paling penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian

cairan jika kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat

mulut kemudian lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk

ke rumah sakit.

Di rumah sakit setelah kolaborasi dengan dokter segera

siapkan transfusi darah jika ada perdarahan, berikan

antibiotik kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48

jam berupa Ampisilin 2gr IV setiap 6 jam, gentamisin

5mg/lg berat badan lewat IV tiap 24 jam, metronidazol

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

26

500mg IV tiap 8 jam, jika demam masih ada 72 jam setelah

terapi, kaji ulang diagnosis.

Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan ekplorasi digital,

keluarkan bekuan serta sisa kotiledon, gunakan foseps

ovum atau kuret besar bila diperlukan, jika tidak ada

kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada peritonitis

(demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan

laparatomi dan drain abdomen, jika uterus terinfeksi dan

nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.

4) Hematoma

a) Pengertian

Hematoma adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai

akibat cidera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil

aterm tanpa cidera mutlak pada lapisan jaringan luar.

Penyebab terutama karena gerakan kepala janin selama

persalinan (spontan), akibat pertolongan persalinan, karena

tusukan pembuluh darah selama anestesi lokal atau

penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomi

atau ruptur perinei yang kurang sempurna.

b) Tanda dan gejala

Terdapat nyeri yang tidak dapat hilang walaupun diberi

analgesik, terdapat pembengkakan pada vulva dan vagina,

perubahan warna, nyeri tekan, tekanan rectal dan massa

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

27

fluktuan yang bisa diraba per rektum atau pervaginam.

Apabila darah yang hilang dari sirkulasi umum berjumlah

banyak, terdapat gejala pucat takikardia, hipotensi bahkan

syok.

c) Penanganan

(1) Hematoma yang kecil tidak memerlukan tindakan aktif

namun hematoma harus dijaga agar tetap bersih dan

karena nekrosis jaringan bisa diikuti oleh infeksi, pasien

harus menerima preparat antibiotika.

(2) Hematoma yang besar memerlukan terapi pembedahan.

Luka tersebut dibuka, bekuan darah dikosongkan, dan

jika ditemukan titik perdarahan daerah ini diikat, daerah

bekas hematoma ditampon menggunakan kassa steril

sementara di dalam vagina juga ditempatkan tampon

untuk menekan. Tampon ini dibiarkan selama 24 jam

hingga 48 jam. Antibiotika diberikan, transfusi darah

dilakukan kalau perlu, dan pasien diobservasi dengan

cermat untuk menjaga apabila sewaktu-waktu terjadi

perdarahan yang baru.

c. Insidensi

Berdasarkan dari laporan-laporan baik di negara maju maupun

di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

28

15%. Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:

(Joseph dan Nugroho, 2011:165)

1) Atonia uteri 50-60%

2) Sisa plasenta 23-24%

3) Retensio plasenta 16-17%

4) Laserasi jalan lahir 4-5%

5) Kelainan darah 0,5-0,8%

d. Gejala Klinis

Penyebab terjadinya perdarahan post partum, secara mudah

adalah 4-T:

1) Tonus : atonia uteri, kandung kemih yang over distensi.

2) Tissue : retensi plasenta (sisa plasenta) dan bekuan darah.

3) Trauma : perlukaan pada vagina, serviks atau uterus.

4) Trombin : gangguan pembekuan darah (bawaan atau didapat).

e. Kriteria Diagnosis

1) Pemeriksaan fisik: pucat, dapat disertai dengan tanda-tanda

syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, ekstermitas

dingin serta nampak darah keluar dari vagina terus menerus.

2) Pemeriksaan obstetri: mungkin kontraksi usus lembek, uterus

membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,

perdarahan mungkin disebabkan karena laserasi jalan lahir.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

29

3) Pemeriksaan ginekologi: dilakukan dalam keadaan baik atau

telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan

lahir, dan retensi sisa plasenta (Joseph dan Nugroho, 2011:167).

f. Prediposisi

Faktor risiko untuk terjadinya perdarahan post partum adalah:

1) Penggunaan obat-obatan ( anestesi umum, magnesium sulfat ).

2) Partus precipitatus.

3) Solusio plasenta.

4) Persalinan traumatis.

5) Uterus yang terlalu teregang (gemeli, hidramnion).

6) Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus.

7) Partus lama.

8) Persalinan dengan pacuan.

9) Perdarahan antepartum.

10) Paritas tinggi.

11) Riwayat perdarahan postpartum.

(Joseph dan Nugroho, 2011:167).

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak dalam

periode antenatal. Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL

berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

30

b) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus

dilakukan sejak periode antenatal.

c) Perlu melakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti

waktu perdarahan dan waktu pembekuan.

2) Pemeriksaan Radiologi

a) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat.

Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa

terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis

dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman pemeriksaan

USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah

dan retensi sisa plasenta.

b) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk

mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki

faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum

seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula

meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis

plasenta akreta dan variannya (Joseph dan

Nugroho, 2011:168)

h. Penatalaksanaan

Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2

komponen yaitu :

1) Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta

kemungkinan syok hipovolemik

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

31

a) Resusitasi cairan

(1) Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah

balik vena sehingga dapat memberi waktu untuk

menegakan diagnosa dan menangani penyebab

perdarahan.

(2) Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena.

Selama persalinan perlu dipasang paling tidak 1 jalur

intravena pada wanita dengan resiko perdarahan post

partum dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien

dengan resiko sangat tinggi.

(3) Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume

yang besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan

Ringer Laktat melalui akses intravena periver. NS

merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan

karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan

sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko

terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam

hubungan dengan perdarahan post partum.

2) Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan

post partum (Joseph dan Nugroho, 2011:169)

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

32

i. Pengelolaan Perdarahan

1) Post partum primer

a) Mintalah bantuan apabila menghadapi kejadian ini (perlu

pendekatan multidisipliner). Pasanglah infus dengan

jarum besar (jika belum terpasang) untuk menjamin

sirkulasi yang adekuat dan untuk memudahkan

memasukkan obat-obatan, sebelum sirkulasi menjadi

kolaps.

b) Lakukan pijat uterus (masase uterus) sampai berkontraksi

baik. Banyak bukti yang mendukung bahwa “masase

uterus” dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum

akibat atonia uterus.

c) Identifikasi adanya laserasi jalan lahir dan lakukan

perbaikan. Tempatkan jahitan pertama kali setidaknya 1 cm

di atas ujung luka. Lakukan pengamatan daerah yang akan

dijahit dengan adekuat, jika perlu penjahitan dilakukan di

kamar operasi.

d) Lakukan eksplorasi rongga rahim untuk memastikan tidak

adanya laserasi uterus dan menjamin tidak adanya sisa

plasenta dan bekuan darah dalam rongga rahim.

e) Ambilah contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap

dan jumlah trombosit, golongan darah, fibrinogen, produk-

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

33

produk pemecahan fibrin, prothrombin time dan partial

prothrombin time.

f) Berikan uterotonika

Tabel.2.1. Jenis uterotonika dan cara pemberiannya

Jenis dan cara Oksitosin ergometrin Misoprostol

Dosis dan cara

pemberian

awal

IV : 20 IU dalam

larutan 1 L

larutan garam

fisiologis dengan

tetesan cepat

IM: 10 IU

IM atau IV

(lambat): 0,2

mg

Oral atau rektal

400 mg

Dosis lanjutan IV: 20 IU dalam

1L larutan garam

fisiologis dengan

40 tetes/menit

Ulangi 0,2 mg

IM setelah 15

menit bila

masih

diperlukan beri

IM/IV setiap 2-

4 jam

400 mg 2-4

jam setelah

dosis awal

Dosis

maksimal per

hari

Tidak lebih dari

3L larutan

fisiologis

Total 1 mg (5

dosis)

Total 1200 mg

atau 3 dosis

Kontraindikasi

atau hati-hati

Pemberian IV

secara cepat atau

bolus

Preeklamsia,

vitium kordis,

hipertensi

Nyeri

kontraksi, asma

Sumber : Joseph dan Nugroho, (2011).

2) Post Partum Sekunder

Pada pasien perdarahan post partum sekunder penanganan awal

dan segera adalah :

a) Prioritas dalam penatalaksanaan hemoragi postpartum

sekunder :

(1) Minta pertolongan (untuk membantu mengontrol

perdarahan).

(2) Kaji kondisi pasien (tekanan darah, nadi, warna kulit,

kesadaran dan tonus uterus)

(3) Temukan penyebab perdarahan.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

34

(4) Hentikan perdarahan.

(5) Stabilkan/meresusitasi maternal.

(6) Cegah perdarahan lanjutan.

b) Rujuk pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus

kedaruratan.

c) Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage

uterus, jika uterus masih teraba.

d) Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah

sebelum dilakukan rujukan.

e) Berikan oksitosin (oksitosin 10 IU dan ergometrin 0,2 mg

secara IV). Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui

IV.

f) Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk cross cek,

berikan NaCl tiap 15 menit apabila pasien mengalami syok

(pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi

syok), awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik.

g) Jika terjadi perdarahan berlebih tambahkan 40 IU oksitosin

dalam 1 liter cairan infus RL atau NaCl dengan tetesan 40

tetes/menit

h) Pada kasus syok yang parah gunakan plasma

ekspander/transfusi darah.

i) Berikan antibiotik berspektrum luas.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

35

j) Lakukan pemasangan kateter menetap untuk memantau

produksi urine.

k) Pada kasus yang tetap tidak memberikan respon terapi

dengan langkah-langkah di atas, pertimbangkan untuk

melakukan intervensi pembedahan. Tindakan yang dapat

dilakukan: mengikat arteria uterina, mengikat arteria iliaka

interna, melakukan kompresi uterus dengan tehnik B-

Lynch, penggunaan tampon uterus atau dengan

mempergunakan Foley kateter 24F yang kemudian diisi

dengan 60 – 80 NaCl (pada penderita yang

menginginkan fertilitasnya dipertahankan). Tindakan

tersebut dapat dikombinasikan sebelum memutuskan untuk

melakukan histerektomi (WHO,safe motherhood 2003:74).

j. Penyulit

Penyulit yang dapat terjadi pada perdarahan post partum adalah:

1) Syok hipovolemik

Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh

kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma,

dan elektrolit. Syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana

terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga dapat

mengakibatkan multiple organ failure akibat perfusi yang tidak

adekuat. Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok

pada pasien-pasien trauma, baik oleh karena perdarahan yang

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

36

terlihat maupun perdarahan yang tidak terlihat. Perdarahan yang

terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak

lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan

dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa,

kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang

besar atau majemuk (Grace, 2006).

2) DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu

keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh

aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah

kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan

untuk mengendalikan perdarahan.

Disseminated intravascular coagulation (DIC) adalah suatu

keadaan hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan oleh

bermacam penyakit atau keadaan, dimana pada suatu saat darah

merah bergumpal didalam kapiler diseluruh tubuh.

Penggumpalan darah dapat terjadi dalam waktu singkat,

beberapa jam sampai satu sampai dua hari (acute DIC) dan

dapat juga dalam waktu yang lama, berminggu-minggu sampai

berbulan-bulan (chronic DIC). Pada DIC akut terjadi

penggumpalan darah dalam waktu singkat, hal ini mengaki-

batkan sebagian besar bahan-bahan koagulasi, seperti trombosit,

fibrinogen dan lain faktor pembekuan (I sampai XIII)

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

37

dipergunakan dalam proses penggumpalan tersebut, oleh karena

itu, keadaan ini disebut juga consumption coagulapathy atau

defibrinolysis syndrome. Kesemuanya ini berakibat terjadinya

perdarahan dari yang ringan sampai berat.

Penyebab Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah

yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh suatu zat racun

di dalam darah. Karena jumlah faktor pembekuan berkurang,

maka terjadi perdarahan yang berlebihan. Orang-orang yang

memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC yaitu Wanita

yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan

disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam

aliran darah, Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan

endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi

pembekuan), Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker

lambung, pankreas maupun prostat (McKay dan William, 2004:

129).

3) Amenorhea sekunder

Amenorhea sekunder adalah keadaan dimana seorang

wanita pernah mengalami menstruasi / haid, kemudian berhenti

selama 3 siklus atau selama 6 bulan. Penyebabnya yaitu karena

hipotensi, anemia, infeksi, kelainan organ reproduksi, terdapat

jaringan parut di dinding rahim atau kelemahan kondisi tubuh

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

38

secara umum dan stres psikologis (Joseph dan Nugroho,

2011:40).

k. Pencegahan

Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada

persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat

keparahan perdarahan postpartum. Penanganan aktif merupakan

kombinasi dari hal-hal berikut:

1) Pemberian Uterotonika (dianjurkan Oksitosin) segera setelah

bayi dilahirkan.

2) Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat.

3) Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus

ketika uterus berkontraksi dengan baik (Prawiroharjo, 2009:

525)

Penalaksanaan manajemen aktif kala III (pengeluaran aktif

plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca

persalinan yang meliputi:

a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus

berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.

(1) Oksitosin dapat diberikan dalam segera setelah kelahiran

bayi.

(2) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting susu atau

susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah

memberikan ergometrin 0,2 mg IM.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

39

b) Lakukan Peregangan Tali pusat terkendali ( PTT ) dengan

cara:

(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas

simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong

korpus uteri dengan gerakan dorso cranial – kearah

belakang dan ke arah kepala ibu.

(2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5 –

6 cm di depan vulva.

(3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya

kontraksi kuat (2 - 3 menit ).

(4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali

pusat yang terus – menerus, dalam, tegangan yang sama

dengan tangan ke uterus.

(5) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.

Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga

memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi.

c) Begitu plasenta lepas, keluarkan dengan menggerakkan

tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta,

keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas

sesuai dengan sumbu jalan lahir. Kedua tangan dapat

memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta kearah

jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

40

d) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase

fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat

mengurangi pengeluaran darah dan dapat mencegah

perdarahan pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi

kuat selam 10 – 15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi,

segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri

tidak teratasi dalam 1 – 2 menit, ikuti protocol untuk

perdarahan pascapersalinan.

e) Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan palsenta

belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit

I.M dosis kedua, dalam jarak 15 menit dari pemberian

oksotosin dosis pertama.

f) Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan plasenta

belum juga lahir dalam waktu 30 menit:

(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika

kandung kemih penuh.

(2) Periksa adanya tanda – tanda pelepasan plasenta

(3) Berikan oksitosin 10 unit I.M dosis ketiga, dalam jarak

waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.

g) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua

robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.

( Depkes RI, 2006, hal N-19 )

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

41

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

42

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang

dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau

permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung

jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan atau masalah bidan meliputi masa kehamilan,

persalinan,nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan

reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat (Varney,

2004:413).

2. Pengertian Manejemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan

menggunakan langkah-langkah sehingga merupakan alur kerja dan

perorganisasian pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah-langkah

yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan.

Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana

disetiap langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Dengan adanya proses manajemen asuhan kebidanan ini maka

mudah kita dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah selanjutnya,

merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

43

3. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varneys Midwivery,

1997

a. Langkah I. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

Merupakan langkah awal manajemen kebidanan, langkah yang

merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah

ibu, Pada tahap ini merupakan dasar langkah selanjutnya. Kegiatan

yang dilaksanakan dalam langkah identifikasi data dasar meliputi

pengumpulan data, menggali data atau informasi baik ibu, keluarga,

maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik. Hal-hal yang

dilakukan dalam pengumpulan data :

1) Data Subyektif

a) Biodata

(1) Nama

Untuk lebih mengenal pasien agar tercipta keakraban

yang dapat membantu dalam mengembangkan hubungan

interpersonal.

(2) Umur

Untuk mendeteksi hubungan umur dengan penyulit saat

ini.

(3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang agama

yang di anutnya.

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

44

(4) Suku/ bangsa

Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk

memperoleh gambaran tentang budaya yang di anut

pasien apakah bertentangan atau mendukung pola- pola

kesehatan.

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan

mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang, serta

mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan klien.

(6) Pekerjaan

Untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi.

(7) Alamat

Untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal ibu,

karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap

kesehatan ibu.

(8) Identitas penanggung jawab

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab

terhadap pasien termasuk biaya perawatan.

b) Keluhan utama

Keluhan utama ditujukan untuk menggali tanda atau gejala

yang berkaitan dengan partus macet. Tanda dan gejala yang

dikeluhkan pasien nifas dengan perdarahan post partum

sekunder

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

45

c) Riwayat kesehatan

(1) Keluarga

Berkaitan dengan penyakit keluarga yang dikaji :

penyakit jantung, asma, hipertensi, alergi, DM untuk

mengetahui apakah keluarga mempunyai riwayat yang

berkaitan dengan partus macet.

(2) Pasien

Dikaji mengenai kesehatan dahulu dan sekarang.

Riwayat kesehatan dahulu ditujukan pada pengkajian

penyakit yang diderita pasien yang berkaitan dengan

partus macet.

d) Riwayat obstetri

(1) Riwayat KB

Untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan

sebelumnya, untuk mengetahui alasan melepas alat

kontrasepsi, untuk mengetahui rencana alat kontrasepsi

yang akan digunakan, dan untuk mengetahui alasan

menggunakan alat kontrasepsi.

(2) Riwayat perkawinan

Dikaji umur ibu dan suami saat menikah, berapa kali,

lama dan usia menikah. Hal ini untuk mengetahui

infertilitas.

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

46

e) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(1) Nutrisi

Perlu dikaji untuk mengetahui pola makan ibu supaya

kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien dalam

mencukupi asupan gizinya secara kualitas dan kuantitas.

(2) Eliminasi

Perlu dikaji untuk mengetahui pola eliminasi klien

berdasarkan buang air besar melalui frekuensi, jumlah,

konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil

meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.

(3) Istirahat

Perlu dikaji pola istirahat dan tidur klien, berapa jam

klien tidur, dan klien dianjurkan cukup istirahat.

(4) Personal hygiene

Perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan

mempengaruhi kesehatan ibu, terutama kebersihan

genetalianya.

(5) Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui aktifitas klien.

(6) Data psikososiokultural

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

dirinya

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

47

2) Data Objektif

Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi

melalui pemeriksaan fisik dari ujung kepala hingga ke ujung

kaki.

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Mengetahui keadaan pasien sehat,

tampak sakit atau pucat (Manuaba,

2009:80).

(2) Kesadaran : Pemeriksaan ini bertujuan Menilai

status kesadaran pasien. Kesadaran terbagi 5 yaitu:

compos mentis (yaitu pasien mengalami kesadaran penuh

dengan memberikan respons yang cukup terhadap

stimulus yang diberikan, Apatis (yaitu pasien mengalami

acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), somnolen

(yaitu pasien memiliki kesadaraan yang lebih rendah,

ditandai dengan pasien tampak mengantuk, selalu ingin

tidur dan responsive terhadap rangsangan ringan, tetapi

masih memberikan respons terhadap rangsangan yang

kuat), sopor (yaitu pasien tidak memberikan respons

ringan atau sedang, tetapi masih memberikan respons

sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya

refleks pupil terhadap cahaya yang masih positif), koma

(Yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

48

rangsangan apapun sehingga refleks pupil terhadap

cahaya tidak ada) dan disorientasi (yaitu tingkat

kesadaran yang paling bawah, ditandai dengan

disorientasi yang sangat iritatif, kacau dan salah terhadap

persepsi terhadap rangsangan sensorik (Musrifatul

Uliyah dkk, 2008:153).

(3) Pemeriksaan tanda vital

(a) Tekanan darah (vital sign)

Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi

dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan normal

antara 120/80 mmHg sampai 130/90 mmHg (Bicley,

2008).

(b) Pengukuran suhu

Mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal

adalah 36 0C sampai 37

0C. Bila suhu lebih dari 38

0C harus dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro,

2006).

(c) Nadi

Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi

normal 70 x/menit sampi 88 x/menit (Perry dan

Potter, 2005).

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

49

(d) Pernafasan

Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam

satu menit. Pernafasan normal 22x/menit sampai 24

x/menit (Bicley, 2008).

(4) Berat Badan

Mengetahui berat badan pasien untuk mengetahui status

gizi pasien.

(5) Tinggi Badan

Mengetahui tinggi badan pasien.

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala

(a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, dan

karakteristik seperti ikal, lurus, keriting.

(b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah

kelainan, adakah oedema.

(c) Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau

tidak, sklera berwarna putih atau tidak.

(d) Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau

tidak.

(e) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang

telinga dan ada serumen atau tidak.

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

50

(f) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak

ada caries atau tidak dan ada karang gigi

atau tidak.

(2) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok

atau tyroid, tumor atau pembesaran getah

bening.

(3) Dada : Apakah ada benjolan pada payudara atau

tidak, dan apakah simetris kanan kiri.

(4) Aksila : Apakah terdapat pembesaran kelenjar

Limfe.

(5) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas

operasi, adakah nyeri tekan serta adanya

massa, apakah uterus berkontraksi.

(6) Ekstermitas

(a) Atas : Simetris atau tidak, apakah oedema atau

tidak, turgor baik atau tidak, akral dingin

atau tidak.

(b) Bawah : Apakah terdapat varices, oedema atau

tidak, betis merah atau lembek atau keras.

(7) Genetalia : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah

tanda-tanda infeksi, varices, pembesaran

kelenjar bartholini, dan perdarahan.

(8) Anus : Apakah ada haemoroid atau tidak.

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

51

c) Data Penunjang

Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data

penunjang data penunjang terdiri dari:

(1) Pemeriksaan Inspekullo

Pemeriksaan inspekullo dilakukan untuk memastikan

dari mana asal perdarahan tersebut apakah ada infeksi

atau kelainan pada serviks porsio.

(2) Pemeriksaan Dalam

Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah

benjolan atau robekan di dalam jalan lahir.

(3) Pemeriksaan Lab

Untuk mengetahui Hb apakah dalam batas normal atau

tidak. Hb normal 12 – 15 gr/dl.

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu

rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Diagnosa lebih sering

didefinisikan oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh

klien sedangkan masalah lebih sering berhubungan dengan

bagaimana klien menguraikan keadaan yang dirasakan.

c. Langkah III. Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial

Tahap ini mengantisipasi masalah potensial yang mungkin

terjadi atau yang akan dialami oleh ibu bila tidak mendapat

penanganan yang adekuat, didapat melalui pengamatan yang cermat,

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

52

observasi secara akurat dan persiapan untuk segala sesuatu yang

mungkin terjadi.

d. Langkah IV. Antisipasi Masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter dan atau untuk konsultasi atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi

pasien. Dalam hal ini di lakukan antisipasi dengan cara melakukan

kolaborasi dan rujukan ke tempat tenaga kesehatan yang lebih tinggi.

e. Langkah V. Perencanaan

Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan

secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang

relevan dan diakui kebenaranya, sesuai kondisi dan situasi

berdasarkan analisa yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh

bidan.

f. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah implementasi atau pelaksanaan asuhan didalam

manajemen kebidanan dilaksanakan oleh bidan maupun bekerjasama

dengan tenaga kesehatan lain, berdasarkan rencana yang telah

ditetapkan. Pelaksanaan asuhan kebidanan di upayakan dalam waktu

singkat dan seefektif mungkin, hemat dan berkualitas, serta sesuai

rencana yang komprehensif. Implementasi memberikan asuhan

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

53

kebidanan yang sesuai dengan masalah atau penyakit yang diderita

ibu.

g. Langkah VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang

diberikan kepada klien. Pada tahap ini bidan harus melakukan

pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien,

apakah masalah di atasi seluruhnya sebagian telah dapat dipecahkan

atau mungkin timbul masalah baru.

Selain terhadap permasalah klien, bidan juga harus mengenal

apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik,

apakah perlu disusun kembali intervensi yang lain sehingga masalah

dapat dipecahkan dengan tepat.

Pada prinsipnya, tahapan evaluasi ada pengkajian kembali

terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh

tercapainya rencana yang dilakukan.

h. Data Perkembangan

Pendokumentasian asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan

ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu

pendokumentasian yang menurut Varney (2004:54) SOAP

merupakan singkatan dari:

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa.

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

54

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assessment.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

implementasi data subyektif dan obyektif dalam suatu

identifikasi.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan

evaluasi berdasarkan assesment. Memberikan konseling

sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk

membantu proses pengobatan.

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

1. Pengertian

Menurut Kamus Bahasa Indonesia hukum adalah peraturan yang

dibuat dan disepakati baik secara tertulis maupun tidak tertulis, peraturan,

undang-undang yang mengikat perilaku setiap masyarakat tertentu

(Suharso dkk, 2008:221).

Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh penguasa Negara

atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan hukum,

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

55

dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan – peraturan yang mengikat

sebagian atau seluruh masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan

suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut (Lubis, 2010:2).

Hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang

mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, dan juga mencakupi

lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya

kaidah-kaidah itu dalam kenyataan (Kusumaatmadja, 2007:34).

Berdasarkan beberapa pengertian hukum diatas maka dapat

disimpulkan bahwa hukum adalah suatu peraturan baik tertulis maupun

tidak tertulis yang mengikat sebagian atau seluruh masyarakat yang

dikehendaki oleh penguasa.

2. Kewenangan Bidan

a. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Republik

Indonesia Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Izin dan

Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan

tertuang pada Pasal 14 yang berbunyi sebagai berikut:

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kebidanan.

2) Pelayanan keluarga berencana.

3) Pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam Pasal 24 kewenangan Bidan adalah dalam menjalankan

praktik harus membantu program pemerintah dalam

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

56

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

Dalam Pasal 25 kewenangan Bidan meliputi:

a) .Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan

kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan

pengalaman serta dalam memberikan pelayanan

berdasarkan standar profesi.

b) Di samping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bidan dalam melaksanakan praktik sesuai dengan

kewenangannya harus :

(1) Menghormati hak pasien.

(2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.

(3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(4) Memberikan informasi tentang pelayanan yang akan

diberikan.

(5) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

(6) Melakukan catatan medik (medical record) dengan

baik.

b. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Republik

Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007.

1) Standar kompetensi yang berhubungan dengan Nifas dan

Menyusui

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

57

Kompetensi ke-5 :

Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui

yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Pengetahuan dasar

a) Fisiologi nifas

b) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/

abortus

c) Proses laktasi/ menyusui dan tehnik menyusui yang benar

serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk

pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet,

puting susu masuk

d) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan

kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung

kemih

e) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir

f) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin/abortus

g) “Bounding and Attacchment” orang tua dan bayi baru lahir

untuk menciptakan hubungan yang positif

h) Indikator sub involusi misalnya perdarahan yang terus

menerus, infeksi

i) Indikator masalah-masalah laktasi

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

58

j) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya

perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan

(syok) dan pre-eklamsia post partum

k) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post

partum seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi

urine dan incontinentia ani.

l) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling

sesudah abortus

m) Tanda dan gejala komplikasi abortus

Ketrampilan dasar

a) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang

terfokus termasuk keterangan rinci tentang kehamilan,

persalinan dan kelahiran.

b) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.

c) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan

vulva/ jahitan

d) Merumuskan diagnosa masa nifas

e) Menyusun perencanaan

f) Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif

g) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi

perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan perawatan bayi

baru lahir

Page 48: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

59

h) Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan

rujukan bilamana perlu.

i) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai

kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai

j) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal : sisa plasenta,

renjatan dan infeksi ringan

k) Melakukan konseling kepada ibu tentang seksualitas dan

KB paska persalinan

l) Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk

wanita pasca persalinan

m) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi

tertentu

n) Memberikan antibiotika yang sesuai

o) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan

intervensi yang dilakukan

Ketrampilan tambahan

Melakukan insisi pada hematoma vulva

c. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

Dalam pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi:

Page 49: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

60

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

Dalam pasal 10 Kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua

kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil.

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

c) Pelayanan persalinan normal.

d) Pelayanan ibu nifas normal.

e) Pelayanan ibu menyusui.

f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Bidan dalam memeberikan pelayanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) berwenang untuk :

a) Episiotomi.

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan.

Page 50: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-babii.pdf · Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut ... cairan/darah

61

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan

promosi air susu ibu (ASI) eksklusif.

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum.

h) Penyuluhan dan konseling.

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil.

j) Pemberian surat keterangan kematian.

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Analisa :

Pada ayat di atas dapat dianalisa bahwa dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada ibu, bidan hanya berwenang dalam

memberikan pelayanan pada ibu bersalin dengan episiotomi,

penjahitan luka jalan lahir derajat I dan II, penanganan kegawat

daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian uterotonika

pada managemen aktif kala tiga dan post partum.