bab ii tinjauan tentang politik, pers dan...

34
BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN MAKNA PADA KARTUN POLITIK Pada bab ini secara berurutan dijelaskan mengenai pengertian politik secara umum, pengertian pers dan fungsi dari pers. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kartun politik dengan segala ikhwalnya mulai dari pengertian sampai dengan problem visual yang tampak pada karya kartun politik. Bab ini diakhiri dengan uraian mengenai teori tentang makna sebagai teori utama yang digunakan pada penelitian ini. Pada pembahasan mengenai makna dijelaskan metode yang digunakan untuk menelusuri makna yaitu metode ikonografis dan ikonologis dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan Erwin Panofsky. 2.1 Tinjauan Tentang Politik Masyarakat pada umumnya mengkaitkan istilah politik dengan kekuasaan pemerintah, kegiatan legislatif atau partai politik. Dunia politik seakan-akan hanya dimiliki oleh orang-orang yang berada di pemerintahan, legislatif atau partai politik. Lebih sempit lagi, politik hanya dihubungkan dengan proses upaya-upaya memperoleh kekuasaan seperti yang tercermin di kegiatan pemilihan umum baik di tingkat daerah maupun nasional. Miriam Budiarjo (2000:8) menjelaskan politik (politics) adalah bermacam- macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Joyce M. Mitchel dalam Political Analysis and Public Policy: An Introduction to Political Science (1969:4) menguraikan politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya. (politics is collective decision making or the making of public policies for entire society). Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari

Upload: lykien

Post on 18-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

BAB II

TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN

MAKNA PADA KARTUN POLITIK

Pada bab ini secara berurutan dijelaskan mengenai pengertian politik secara

umum, pengertian pers dan fungsi dari pers. Kemudian dilanjutkan dengan

pembahasan mengenai kartun politik dengan segala ikhwalnya mulai dari

pengertian sampai dengan problem visual yang tampak pada karya kartun politik.

Bab ini diakhiri dengan uraian mengenai teori tentang makna sebagai teori utama

yang digunakan pada penelitian ini. Pada pembahasan mengenai makna dijelaskan

metode yang digunakan untuk menelusuri makna yaitu metode ikonografis dan

ikonologis dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan Erwin Panofsky.

2.1 Tinjauan Tentang Politik

Masyarakat pada umumnya mengkaitkan istilah politik dengan kekuasaan

pemerintah, kegiatan legislatif atau partai politik. Dunia politik seakan-akan hanya

dimiliki oleh orang-orang yang berada di pemerintahan, legislatif atau partai

politik. Lebih sempit lagi, politik hanya dihubungkan dengan proses upaya-upaya

memperoleh kekuasaan seperti yang tercermin di kegiatan pemilihan umum baik

di tingkat daerah maupun nasional.

Miriam Budiarjo (2000:8) menjelaskan politik (politics) adalah bermacam-

macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses

menentukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan

tersebut. Joyce M. Mitchel dalam Political Analysis and Public Policy: An

Introduction to Political Science (1969:4) menguraikan politik adalah

pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk

masyarakat seluruhnya. (politics is collective decision making or the making of

public policies for entire society). Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari

Page 2: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seorang (private

goals).

Dijelaskan pula bahwa untuk melaksanakan atau mencapai tujuan maka

ditentukan kebijakan umum (public policies) yang mengatur berbagai kegiatan.

Agar kebijakan-kebijakan serta aturan-aturan dapat dilaksanakan dibutuhkan

legitimasi kekuasaan (power) dan kewenangan (authority). Kekuasaan dan

kewenangan ini digunakan baik untuk membina kerjasama maupun untuk

menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses penerapan sebuah

kebijakan. Strategi yang biasa dijalankan oleh pemegang otoritas kekuasaan dapat

bersifat persuasif atau paksaan. Pada pelaksanaannya, strategi paksaan seringkali

harus ditempuh karena sebuah kebijakan belum tentu mampu memuaskan

keinginan semua pihak atau golongan. Sehingga muncul pernyataan bahwa tanpa

paksaan kebijakan hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)

belaka.

Lebih jauh lagi, Miriam Budiarjo (2000:9) menerangkan bahwa konsep-konsep

pokok politik berkaitan dengan hal-hal berikut:

1. Negara (state)

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai

kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Salah satu konsep

yang berhubungan dengan negara adalah Trias Politica yang dikemukakan

oleh John Locke (1632-1704) dan Montesquieu (1689-1755). Menurut konsep

Trias Politica, konsep kekuasaan negara yang terdiri dari kekuasaan legislatif

atau kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan

melakukan undang-undang, kekuasaan yudikatif atau kekuasaan yang

mengadili pelanggar undang-undang. Trias politica merupakan suatu prinsip

normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan sebaiknya tidak diserahkan kepada

orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh orang yang

berkuasa. Pada umumnya negara-negara yang didirikan atas dasar demokrasi

menerapkan prinsip Trias Politika.

Page 3: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

2. Kekuasaan (power).

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk

mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan

keinginan pelaku. Kekuasaan merupakan inti dari politik sehingga muncul

paradigma bahwa politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah

merebutkan dan mempertahankan kekuasaan.

3. Pengambilan keputusan (decision making)

Pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan

tercapai. Dalam konteks politik, pengambilan keputusan sebagai konsep

pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara

kolektif dan mengikat seluruh masyarakat.

4. Kebijaksanaan (policy)

Kebijaksanaan Umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh

seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan

dan cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Pihak yang membuat kebijakan

adalah yang mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.

5. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).

Pembagian dan alokasi adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai

dalam masyarakat. Pembagian ini seringkali tidak merata dan menimbulkan

konflik. Sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi-interaksi yang

mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang)

untuk dan atas nama masyarakat.

A. Rahman H.I (2007:7) menjelaskan kajian tentang politik meliputi hubungan

kekuasaan, baik sesama warga negara, antara warga negara dengan negara,

maupun hubungan sesama negara. Nuansa pembicaraan politik meliputi lembaga-

lembaga politik, undang-undang, pemerintahan nasional/pemda/lokal, fungsi

ekonomi dan sosial pemerintah.

Page 4: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

2.2 Tinjauan Tentang Pers

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU Pokok Pers No 44/1999, Pers adalah lembaga sosial

dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun

dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan

segala jenis saluran yang tersedia. Pers dalam arti luas disebut media massa.

Keberadaan pers sangat penting bagi pembangunan masyarakat. Haris Sumadiria

dalam Jurnalistik Indonesia (2005:32) menjelaskan terdapat lima fungsi dari pers,

yaitu:

a. Informasi (to inform). Pers harus mampu menyampaikan informasi secepat-

cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang

disampaikan harus memenuhi criteria dasar actual, akurat, faktual, penting,

benar, lengkap-utuh, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis.

b. Edukasi (to educate). Informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam

kerangka mendidik. Wilbur Schramm dalam Men, Messages and Media

(1973) mengatakan, pers bagi masyarakat adalah wathcer, teacher and forum

(pengamat, guru dan forum)

c. Koreksi (to influence). Pers merupakan pilar demokrasi ke empat setelah

legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kehadiran pers dimaksudkan untuk

mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar

tidak muncul kekuasaan yang absolut. Dalam hal ini pers berperan sebagai

watch dog.

d. Rekreasi (to entertain). Pers harus mampu memerankan diri sebagai wahana

rekreasi yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan bagi semua lapisan

masyarakat.

e. Mediasi (to mediate). Pers harus mampu menjadi fasilitator atau mediator.

Pers harus dapat menghubungkan suatu peristiwa yang terjadi di suatu

tempat.

Page 5: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Idealnya sebuah media massa (pers) berada dalam posisi yang tidak berpihak pada

satu golongan agar pemberitaan dapat dilakukan secara objektif. Tetapi pada

realitasnya, pemihakan menjadi sulit dihindari dan berpengaruh pada objektifitas

pemberitaan. Dalam penelitian tentang peran media massa ketika mengkonstruksi

pemberitaan, Ibnu Hammad (2004:169) mengatakan dalam memberitakan partai

politik, media massa bersaing untuk menonjolkan partai politik partisannya.

2.3 Tinjauan tentang Kartun Politik

2.3.1 Pengertian Kartun Politik

Istilah kartun berasal dari bahasa Italia, cartone yang berarti kertas. Awalnya

cartone merupakan kertas rancangan kerja untuk merencanakan gambar fresko,

stained glass atau tapestri. Istilah kartun kemudian diperluas maknanya sebagai

gambar termasuk humor atau gambar satir karena suatu kali muncul dalam sebuah

parodi kartun fresko di Houses Parliament yang diterbitkan pada sebuah majalah

di Inggris tahun 1843 (Susanto, 2003:104).

Menurut William McLeod (1992:149), “cartoon: humorous or satiriscal drawing,

esp. one in newspaper or magazine”. Kartun merupakan gambar humor atau

sindiran (satir) yang biasa dimuat di surat kabar atau majalah. Senada dengan

McLeod, Phil Metzger (2001:78), mengemukakan, “cartoon: a drawing intended

as satire, caricature, humor or story entertaiment”. Kartun selain merupakan

gambar satir atau humor, juga termasuk didalamnya karikatur atau gambar dengan

cerita hiburan. Tentang satir, Metzger (ibid:77) mengatakan: “Satire: art that

pokes fun at human follies, absurdities or weakness. Perhaps the best known

satire today is the political cartoon”. Satir sebagai seni yang menertawakan

kebodohan, absurditas atau kelemahan manusia. Mungkin, saat ini bentuk seni

satir yang menonjol adalah kartun politik.

Maurice Horn seperti dikutip Setiawan (2002:34) menjelaskan, kartun adalah

sebuah gambar yang bersifat representasi atau simbolik, mengandung unsur

sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara

Page 6: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

periodik dan paling sering menyoroti masalah politik atau masalah publik.

Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target, misalnya mengangkat

kebiasaan hidup masyarakat atau mengenai kepribadian seseorang. Dari kedua

pengertian kartun yang sudah diuraikan, maka dapat dijelaskan bahwa hal yang

esensial dari karya kartun adalah kandungan nilai humor, sindiran dan kritik

sosial.

Disamping istilah kartun, kita juga mengenal istilah karikatur. Smith (1981:7)

dengan mengutip Oxford English Dictionary menjelaskan carricature: 1.

Grotesque or ludicrous or things by exaggeration of their most characteristic and

striking features. 2. A portrait or other artistic representation, in which the

characteristic features of the original are exaggerated with ludicrous effect.

Definisi yang senada dikemukakan oleh Metzger (2001:77), “Caricature: a

picture thar exaggerates by distorting or emphasizing certain features of the

subject, usually a person. Often the intent is to ridicule or satirize the subject,

especially in political caricature, but just as often the intent is to capture the

subject`s likeness in a light a comical manner”. Ciri umum dari karikatur adalah

adanya proses distorsi dengan melebih-lebihkan terutama bagian raut yang

bertujuan untuk menimbulkan kesan yang menggelikan dan menyindir terutama di

karikatur politik.

Dalam kaitannya dengan kartun, GM Sudarta, seperti yang dikutip Alex Sobur

(2003:138) menjelaskan kartun adalah semua gambar humor, termasuk karikatur

itu sendiri. Satu hal yang kemudian dapat disimak adalah pernyataan dari Smith

(1981:9) : ...in fact ‘cartoon’ and ‘caricature’ are here regarded as exactly

synonymous. Apa yang diungkapkan oleh Smith merupakan pendapat yang dapat

menjembatani perbedaan pendapat mengenai kartun dan karikatur.

Maurice Horn seperti dikutip Setiawan (2002:34) mengemukakan kartun dapat

dikategorikan menjadi dua jenis. Pertama, kartun yang mengangkat humor-

humor yang sudah dipahami secara umum oleh masyarakat, yang digunakan juga

Page 7: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

untuk menyindir kebiasaan-kebiasaan perilaku seseorang atau situasi tertentu.

Jenis kartun ini disebut gag cartoon. Wijana (2004;11) menjelaskan gag cartoon

adalah gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu

permasalahan atau peristiwa aktual seperti yang tampak pada Gbr II.

Gbr II.1 Contoh karya gag cartoon

Sumber: Sinar Harapan (2004)

Kedua, kartun yang mengangkat topik tentang situasi politik Jenis kartun ini

disebut kartun politik (political cartoon). Kartun politik yang muncul sebagai

tajuk rencana yang menyampaikan opini media massa disebut kartun editorial

(editorial cartoon). Tema-tema politik yang biasanya muncul berkaitan dengan

masalah negara, kekuasaan, kebijakan (lihat gambar II.2.). Berbeda dengan gag

cartoon, karya kartun politik lebih menitikberatkan pada nilai satir (sindiran)

daripada kelucuan (humor), sehingga sering kali yang muncul pada sebuah kartun

politik bukan sesuatu yang sifatnya lelucon tetapi sindiran yang mengandung

kritik.

Page 8: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr II.2 Contoh kartun politik karya GM Sudharta. Sumber: Kompas (1996)

Dalam karya kartun politik, seringkali muncul figur tokoh terkenal yang dikaitkan

dengan isu politik tertentu. Wajah figur tersebut ditampilkan tidak secara realistik

tapi didistorsi sedemikian rupa. Tujuan dari pendistorsian adalah untuk

memperlihatkan karakter dari seorang tokoh secara karikatural. Pada Gbr II.2,

tampak contoh dari sebuah kartun politik yang memiliki unsur karikatur. Tokoh

yang wajahnya didistorsi oleh kartunis Thomas Lionar adalah Presiden AS,

Ronald Reagen. Proses mendistorsi ini dilakukan dengan memperhatikan ciri khas

secara fisik (pada Reagen, bagian keriput wajah dan gaya rambut menjadi

kekhasan) sehingga biarpun sudah tidak proporsional tetapi masih dapat dikenali.

Gbr II.3 Contoh karya kartun politik yang memiliki unsur karikatur,

karya Thomas Lionar (1985).

Sumber: Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruann)

Page 9: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

2.3.2 Perkembangan Kartun Politik

Berbagai bukti menunjukkan, karya visual yang menonjolkan nuansa humor,

karikatural dan satir sudah cukup lama hadir. Di ranah budaya Barat, artefak-

artefak seni rupa masa lampau yang didalamnya mengandung situasi humor sudah

muncul seperti yang terlihat pada karya gambar dari Yunani yang berangka

tahun sembilan. Karya yang diberi identitas The Brother menggambarkan dua

figur laki-laki yang sedang berdialog dengan repetisi sebanyak tiga adegan.

Ekspresi wajah yang didukung dengan bentuk mulut yang tebal memunculkan

suasana humor. Pada masa selanjutnya, karya seni Hans Holbein yang berjudul

Death and Abbes, Dance of Death (1538) memperlihatkan citra humor yang

tinggi. Smith (1981:31), menuliskan karya seni cukil kayu ini sebagai karya yang

alegoris, berbobot dalam kritik sosial dan humor yang tajam.

Gbr.II.4 Karakter dari Terence’ Adelphone (The Brothers), tahun 9M.

Sumber: The Art of Caricature

Seorang seniman yang menciptakan karya-karya karikatural yang sarat dengan

kritik sosial adalah William Hogarth. Ia aktif berkarya diperiode pertengahan

tahun 1700 an. Salah satu karyanya adalah The Laughing Audience (1733). Pada

karya ini, Hogart tampak mengeksplorasi karakter figur-figur sehingga

memperkuat suasana yang karikatural. Studi Hogart terhadap pengolahan karakter

wajah dengan teknik eksagarasi ini dilakukan secara intensif seperti yang terlihat

pada karya yang berjudul Characters and Caricaturas (1774).

Page 10: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr. II.5 Karya William Hogarth, The Laughing Audience (1733)

dan Characters and Caricaturas (1774).

Sumber: Art and Illusion

Seniman yang konsisten dengan mengangkat tema-tema sosial yang disajikan

secara satiris diantaranya adalah Honore Daumier. Salah satu karya Daumier

yang memperlihatkan kualitas satiris yang kuat diantaranya karya yang berjudul A

Literary Discussion in the Second Gallery (1864). Karya tersebut secara dramatis

menggambarkan situasi keributan disebuah kerumunan orang. Pengolahan

ekspresi wajah dari figur-figur begitu detail sehingga mampu mencerminkan

watak manusia. Selain mengolah ekspresi wajah, Daumier juga menunjukkan

kepekaan dalam menampilkan gestur tubuh dari setiap objek seperti yang terlihat

pada figur yang sedang mendorong figur yang lain. Fokus gambar pun

diperhatikan oleh Daumier dengan menampilkan nada gelap terang pada objek-

objek gambar tertentu sehingga dapat ditafsirkan tokoh sentral dari tema yang

diangkat. Daumier dengan secara menarik mampu memvisualkan suatu kondisi

yang ironis, dimana diskusi sastra ternyata telah berubah menjadi arena

perkelahian.

Page 11: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.6 Karya Honore Daumier, berjudul A Literary

Discussion in the Second Gallery (1864)

Sumber: The Art of Caricature

Perkembangan teknologi cetak juga turut mendorong perkembangan seni kartun.

Seni kartun semakin bersenyawa dengan media massa cetak. Beberapa media

massa cetak mengkhususkan diri sebagai media massa kartun, seperti Journal La

Caricature, yang terkenal dengan pemuatan distorsi bentuk wajah Louis Philllipe

menjadi buah pear karya Charles Philipon pada tahun 1831. Media massa lain

adalah jurnal Le Diogene (memuat karya Claude Monet, La Ferriere, 1860),

Simplicissmus. Diantara media massa yang berpengaruh pada perkembangan

kartun adalah majalah Punch yang didirikan tahun 1841. Memasuki abad 20,

karya-karya kartun telah menjadi bagian integral dari sebuah media massa cetak

baik surat kabar atau majalah. Sebagai contoh nama kartunis Lurie seakan identik

dengan majalah Time. Terjadi simbiosis mutualisma antara media massa dengan

kartunis. Keduanya memperoleh keuntungan. Kartunis memperoleh wahana untuk

mempublikasikan karya, sementara media massa memiliki kesempatan untuk

memperluas pengaruh ideologi yang dianut dengan menggunakan bahasa visual

yang memiliki kemampuan efektifitas penyampaian pesan.

Page 12: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.7 Cover Majalah Punch.

Sumber: www.wikipedia.org.

Dalam kebudayaan Indonesia, semangat menciptakan karya-karya rupa yang

mengandung nilai humor sudah muncul sejak lama. Salah satu jejaknya dapat

dilihat dari adanya tokoh-tokoh Punakawan di kesenian wayang kulit di Jawa

Tengah dan wayang golek di Jawa Barat. Menurut Bambang Murtiyoso

(2002:52), unsur paling menarik dari pementasan wayang (purwa) adalah pesan

terselubung dalam setiap cerita. Hal ini bisa dikaitkan denga masalah dalam

masyarakat, mengkritik keadaan sosial dan bahkan memberi semangat reformasi.

Unsur penting lainnya adalah kemampuan dalang dalam memainkan tokoh

wayang dan lelucon yang ditampilkan oleh punakawan dalam peran mereka

sebagai abdi setia yang bertugas menghibur dan memberi nasihat. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa tujuan kehadiran tokoh-tokoh punakawan itu

tidak sekedar untuk mengisi penokohan yang mampu menghibur tetapi merupakan

penyeimbang juga karena melalui punakawan kritik-kritik terhadap tokoh

penguasa dilontarkan.

Page 13: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.8. Pergelaran wayang kulit (purwa).

Di sebelah kiri tampak sosok punakawan Semar.

Sumber: Indonesia Heritage

2.3.3 Peranan Kartun Politik dalam Masyarakat

Karena kartun merupakan wadah pengungkapan rasa humor atau satir maka untuk

mengetahui peranan kartun ada baiknya memahami dulu bagaimana pentingnya

pengungkapan humor dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,

manusia sering kali dihadapkan pada berbagai masalah atau konflik yang

menimbulkan ketegangan bahkan rasa frustasi yang hebat. Konflik yang tidak

hanya terjadi dalam lingkungan yang terdekat seperti keluarga tetapi juga konflik

yang disebabkan sistem yang berlaku dalam masyarakat atau negara yang tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada kondisi yang demikian, masyarakat

membutuhkan suatu katarsis yang mampu meredam ketegangan. Dan salah satu

cara adalah dengan pengungkapan rasa humor. Peranan humor dalam kehidupan

manusia cukup penting, karena melalui humor yang disampaikan dengan berbagai

wahana manusia melakukan pembebasan diri dari berbagai ketegangan,

kecemasan dan ketidakmenentuan.

Page 14: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Danandjaja (1989:498) menjelaskan humor sebenarnya dapat dijadikan alat

psikoterapi terutama bagi masyarakat yang sedang berada dalam proses perubahan

kebudayaan secara cepat, seperti Indonesia. Lebih lanjut diuraikan, bahwa dalam

sebuah masyarakat, humor baik yang bersifat erotis atau protes sosial berfungsi

sebagai pelipur lara. Sementara Cristopher P. Wilson (1979:3) mengatakan bahwa

humor tidak selamanya bersifat agresif dan radikal yang memfrustasikan sasaran

agresifnya dan memprovokasi perubahan serta mengecam sistem sosial

masyarakatnya, tetapi dapat pula bersifat konservatif yang memiliki

kecenderungan untuk mempertahankan sistem sosial dan struktur kemasyarakatan

yang telah ada.

Dengan demikian, kartun sebagai wahana pengungkapan humor secara umum

bermanfaat untuk membantu masyarakat membebaskan diri dari berbagai

ketegangan sosial. Masyarakat melalui kartun dapat menyampaikan opini dengan

mengemasnya dalam bentuk humor. Pada beberapa kasus memang penyampaian

opini melalui kartun menunjukkan sisi agresifitas dan keradikalannya yang justru

menimbulkan situasi yang destruktif seperti kasus pemuatan kartun-kartun

Muhammad di media massa Denmark atau perlombaan kartun tentang masalah

genocide masyarakat Yahudi pada masa Perang Dunia II yang diselenggarakan di

Iran. Anderson melihat peranan lain dari kartun, seperti yang terungkap dalam

pernyataan bahwa kartun adalah alat untuk menciptakan kesadaran kolektif tanpa

harus memasuki birokrasi atau berbagai bentuk kekuatan politik (1990:163).

2.3.4 Karakteristik Kartun Politik

2.3.4.1 Elemen Visual

Seperti halnya karya-karya seni yang lain, karya kartun politik terbentuk dari

perpaduan unsur-unsur rupa dasar yang diolah sehingga membentuk suatu

komposisi objek yang memiliki makna tertentu. Kehadiran unsur-unsur visual

tidak semata-mata merupakan perwujudan kasat mata tentang sebuah ide tetapi

lebih dari itu unsur-unsur visual mewakili ungkapan perasaan, pandangan hidup

atau harapan dari seorang seniman. Sebuah objek mungkin telah banyak

Page 15: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

menginspirasi banyak seniman dalam proses penciptaan karya, tetapi objek yang

sama tidak menghasilkan karya yang identik dan serupa karena setiap seniman

memiliki sentuhan yang berbeda dalam mengolah unsur-unsur visual.

Edmund Burke Feldman (1967:222-255) memfokuskan pembahasan unsur visual

kepada garis (line), gelap-terang (dark-light), bidang (shape) dan warna (color).

Keempat unsur itulah yang membentuk suatu gambar (image). Pada tulisan ini

yang akan dibahas adalah garis, terang dan gelap dan bidang,

a. Garis

Feldman mendefinisikan: In geometry, a line is “an infinitive series point”

(1965:224). Garis merupakan rangkaian titik yang tidak terbatas. Dijelaskan pula

bahwa garis merupakan unsur visual yang mampu menciptakan kesan arah,

orientasi, gerak dan energi. Goresan garis dapat ditafsirkan ke makna-makna

tertentu, misalnya garis yang digoreskan secara vertikal mengandung makna

memberi, sesuatu yang agung (bermartabat), semangat melawan, timelessness.

Sementara garis horisontal dapat bermakna sesuatu yang tenang, alami. Garis

diagonal bermakna bahaya. Sementara kombinasi antara garis vertikal dan

horisontal bermakna keseimbangan.

Franchis D.K. Ching (2002:21) menjelaskan karakteristik visual sebuah garis

yang ditarik memiliki daya sugestif. Daya tersebut dapat membuat gambar

mempunyai kemampuan yang unik untuk mengekspresikan kualitas tertentu tanpa

mempunyai kemiripan yang sebenarnya terhadap subyek yang digambarkannya.

Garis adalah sebuah konvensi grafis yang kita terima karena kita melihat semua

kontur sebagai garis-garis kontras. Selanjutnya dijelaskan pula (ibid:37), garis-

garis mempunyai kualitas visual rupa bentuk, bobot, tekstur, arah dan gerak yang

memungkinkanya untuk mengekspresikan kualitas bentuk dan ruang. Bila

digunakan dalam satu rangkaian, garis dapat menjelaskan nada gelap terang dan

tekstur permukaan.

Page 16: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

.

Gbr II.9 Karya kartun yang menggunakan banyak tarikan garis.

Karya Sibarani (1997)

Sumber: Karikatur dan Politik

Pada karya kartun, garis merupakan unsur penting yang dapat memvisualkan ide

tentang sebuah bentuk. Garis menjadi elemen dasar yang akan menentukan

kualitas visual dari karya kartun. Seorang kartunis memiliki kebebasan penuh

dalam mengeksplorasi kekuatan garis. Ada kartunis yang memanfaatkan

kerumitan garis untuk menciptakan komposisi bentuk dengan banyak melakukan

pengulangan dalam penarikan garis sehingga memunculkan kesan tertentu. Tetapi

ada juga kartunis yang bekerja dengan satu tarikan garis

Gbr II.10 Karya kartun yang meminimalkan tarikan garis.

Karya Piem (1991)

Sumber: Katalog 10 Eme Salon International du Dessin d Humour

Page 17: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

b. Bidang (Shape)

Lori Siebert (1992:26) menjelaskan, “Shape: Anything that has height and width.

Shape define objects, attract attention, communicate ideas and add excitement”.

Bidang merupakan sesuatu yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Bidang

didefinisikan sebagai objek yang menarik perhatian dan berfungsi untuk

mengkomunikasikan gagasan. Bidang/ bentuk tercipta karena beberapa faktor

antara lain tautan kontur (garis), sapuan warna, gelap terang karena arsir atau

tekstur. Terdapat tiga jenis bidang, yaitu bidang geometri (segitiga, bujursangkar,

persegipanjang dan lingkaran), bidang natural (binatang, tumbuhan dan manusia)

dan bidang abstraksi yang merupakan bentuk penyederhanaan dari bidang natural.

Feldman menjelaskan: The important point is that shape is something we

perceive, something which has meaning, something which operates structurally

within art object (1967:234). Bidang merupakan sesuatu yang menimbulkan

perasaan tertentu, memiliki makna dan membangun struktur dalam sebuah objek

seni.

Penciptaan bentuk pada karya kartun bertujuan untuk menyampaikan citra

karakter tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, kartunis melakukan pengolahan

bentuk sehingga bentuk yang dihasilkan tidak lagi seperti tampilan objek yang

sebenarnya. Teknik yang biasa digunakan untuk mengeksplorasi bentuk dalam

kartun adalah distorsi. Runes (1946:283) memaparkan:

“Distorts or exaggerates its medium that there may be a heightening of

force as more effective stimulus, thus adding to its powers of expression and

communication. Artistically used distortion does not seem ugly or

unnatural, for it is necesarry to heighten expression of content.”

Distorsi atau proses melebih-lebihkan tampilan visual dari suatu objek bertujuan

untuk memperkuat ekspresi dan komunikasi. Pada kartun politik, proses distorsi

terhadap gambar seorang tokoh banyak dilakukan agar informasi mengenai

karakter dari tokoh serta latar belakang situasi dapat dimengerti oleh apresiator.

Gambar II.10, merupakan contoh dari kartun politik yang menonjolkan

Page 18: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

pendistortian dari raut wajah. Tampak dua tokoh penting Rusia yang ditampilkan

dengan karakter raut yang berbeda. Ekspresi Boris Yeltsin terlihat arogan dan

kejam, sementara Mikhael Gorbachev ditampilkan dengan ekspresi wajah yang

sedih dan tidak berdaya.

Gbr II.11 Contoh kartun yang diciptakan dengan teknik distorsi.

Karya Guirad (1991)

Sumber: Katalog 10 Eme Salon International du Dessin d Humour

Selain proses pendistorsian, gambar-gambar kartun sering kali mengalami

penyederhanaan (abstraksi). Runes (1946:2) menjelaskan,

Abstraction, in art, a design in graphic or plastic medium which is non

representational in purpose, is ordinarily more or less geometric, but

occasionally amorphous or vaguely biomorphic, and which presumes to

have at least decorative beauty and may have cultural meaning and

association. It may be derived or abstracted from natural forms, may intend

to portray the essential geometric structure of such forms. The free

invention of design is sometimes spoken of as non objectivism.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan arah proses abstraksi adalah menghasilkan

bentuk-bentuk yang non representatif dan kembali ke struktur geometris. Scott Mc

Cloud (2001:50) mengemukakan bahwa lingkup perbendaharaan gambar dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

dideskripsikan dengan tiga sudut yaitu realita, bahasa dan puncak gambar.

Penjelasan Runes mengenai hasil akhir dari abstraksi merupakan salah satu dari

kemungkinan pencapaian akhir bentuk visual. Arah lain perubahan visual dari

bentuk realis setelah melalui proses abtraksi adalah mendekati deskripsi bahasa

verbal. Berikut ini adalah skema dari lingkup perbendaharaan bentuk gambar

yang dikemukakan oleh McCloud:

Gbr II. 12. Skema Perbendaharaan Bentuk Gambar

Sumber: Understanding Comics

c. Nada Gelap-Terang (Light and Dark)

Feldman (1967:241) mengemukakan nada gelap-terang merupakan unsur visual

yang bertujuan untuk menciptakan kesan kontras dan ilusi volume. Unsur gelap

terang akan muncul apabila garis hitam diletakan di atas latar putih, atau

sebaliknya. Sementara apabila menggunakan unsur warna, kesan gelap terang

akan muncul apabila komposisi warnanya kontras, seperti kuning dengan merah.

Salah satu contoh sederhana dari kontras adalah gambar siluet. Pada gambar siluet

warna hitam yang solid berlawanan dengan latar putih. Dalam uraiannya tentang

nada gelap-terang, Feldman menggunakan juga istilah chiaroscuro. Istilah ini

digunakan oleh seniman-seniman masa Renaissance, seperti Leonardo da Vinci.

Page 20: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Dengan memperhatikan nada gelap terang, gambar akan terhindar dari kedataran

(flat). Pada berbagai karya rupa, nada gelap terang (chiaroscuro) tidak hanya

untuk memenuhi pertimbangan estetis tetapi juga digunakan untuk memaknai

kehadiran sebuah objek. Pada tataran ini, maka gelap terang memiliki sifat

simbolik dan mengandung nilai metafora.

Gbr II.13 Karya kartun yang mempertimbangkan nada gelap terang untuk

mengungkapkan suatu pesan. Karya Pinna

Sumber: Katalog 10 Eme Salon International du Dessin d Humour

2.3.4.2 Bahasa Ungkap dalam Kartun

a. Bahasa Non Verbal dalam Kartun

Kartun merupakan karya visual yang dalam penyampaian pesannya menggunakan

bahasa non verbal atau kombinasi antara bahasa verbal dengan bahasa non verbal.

Bahasa verbal merupakan bahasa yang disampaikan melalui simbol-simbol huruf

yang sudah disepakati (konvensi). Wujud dari bahasa verbal adalah kata atau

kalimat yang secara teknis disampaikan dengan cara lisan atau tulisan. Sementara

yang dimaksud dengan bahasa non verbal, menurut Mark L. Knapp dalam Deddy

Mulyana (2005:312), adalah bahasa yang digunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Klasifikasi bahasa non

verbal, menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Deddy Mulyana

Page 21: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

(2005:312) terbagi menjadi dua kategori yaitu pertama, perilaku yang terdiri dari

penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata,

sentuhan, bau-bauan dan parabahasa. Yang kedua, ruang, waktu dan diam. Pakar

komunikasi lainnya, Duncan dalam Jalaluddin Rahmat (1994:287) menyebutkan

terdapat enam jenis pesan non verbal, yaitu (1) kinesik atau gerak tubuh; (2)

paralinguistik atau suara; (3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan

sosial; (4)olfaksi atau penciuman; (5) sensitivitas kulit dan (6) faktor artifaktual

seperti pakaian dan kosmetik.

Untuk penelaahan karya kartun, pengamatan terhadap pesan non verbal kinesik

dan pesan artifaktual akan membantu untuk mengetahui makna dari kartun

tersebut.. Menurut Duncan, bahasa non verbal kinesik terdiri dari tiga komponen

utama yaitu:

1. Pesan fasial. Pengamatan dilakukan terhadap ekspresi untuk menyampaikan

makna tertentu. Ekspresi raut paling sedikit menyampaikan sepuluh kelompok

makna yaitu kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,

kemuakan, pengecaman, minat dan tekad.

Page 22: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.14 Beragam ekspresi manusia pada gambar kartun

Sumber: Cartooning-The Head and Figure

2. Pesan gestural. Pengamatan dilakukan terhadap gerakan sebagian anggota

badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna.

Pesan gestural menurut Galloway dalam Jalaluddin Rahmat (1994:290) dapat

digunakan untuk mengungkapkan situasi atau perasaan: mendorong/

membatasi, menyesuaikan/ mempertentangkan, responsif/tak responsif,

perasaan positif/negatif, memperhatikan/tidak memperhatikan, melancarkan/

tidak reseptif dan menyetujui/menolak.

Page 23: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.15 Berbagai posisi gestur pada gambar kartun

Sumber: Comics & Sequential Art

3. Pesan postural. Pengamatan dilakukan terhadap keseluruhan anggota badan.

Tiga makna yang dapat disampaikan postural: immediacy (ungkapan kesukaan

atau ketidaksukaan terhadap individu lain), power (ungkapan status sosial

yang lebih tinggi) dan responsiveness (reaksi secara emosional baik positif

dan negatif terhadap lingkungan.

Gbr.II.16 Contoh Postural

Sumber: Comics & Sequential Art

Sementara mengenai pesan artifaktual, Jalaludin Rahmat (1994:292)

menjelaskan seseorang berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai

dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh

Page 24: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

ialah upaya kita untuk membentuk citra tubuh dengan pakaian. Pesan artifaktual

tidak hanya dilihat dari cara berpakaian tetapi berbagai perlengkapan yang biasa

digunakan, misalnya asesoris, kendaraan, dsb.

Dalam seni kartun, ungkapan fasial, gestural atau postural menjadi lebih leluasa

untuk dimanfaatkan. Dengan prinsip melebih-lebihkan dan distorsi, gagasan untuk

menggambarkan suatu karakter figur dapat direalisasikan agar pembaca

memperoleh informasi yang utuh tentang siapa sebenarnya figur tersebut. Raut

seorang figur diolah dengan memdistorsi bagian mata, hidung, bibir dan telinga

agar dapat dimunculkan karakter atau suasana hati.

Seni kartun menawarkan kebebasan seluas-luasnya kepada kartunis untuk

mengolah gambar figur. Tidak ada keharusan suatu figur digambarkan sesuai

dengan realitasnya baik dalam proporsi gambar maupun pembandingan dengan

gambar yang lain. Kartunis dapat memperbesar atau memperkecil proporsi

gambar demi kepentingan tema. Demikian pula ketika kartunis ingin memberikan

kesan tertentu sehingga ia menciptakan pembandingan yang ekstrim antara satu

gambar dengan gambar yang lain. Misalnya untuk menggambarkan suasana

intimidatif, seorang figur pelaku intimidasi ditampilkan posturnya jauh lebih besar

dari figur yang lain.

Page 25: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Gbr.II.17 Tiga Cara Pengambilan Gambar

Sumber: Comics & Sequential Art

Hal lain yang mempengaruhi penyampaian pesan non verbal adalah cara

pengambilan gambar. Terdapat tiga cara pengambilan gambar yaitu long shoot

(full figure), medium shoot dan close up shoot. Pengambilan long shoot bercirikan

seluruh bagian dari kepala sampai kaki tergambarkan. Dengan cara ini secara

leluasa, seluruh aktivitas tubuh dapat dimunculkan. Pengambilan gambar medium

shoot, menampilkan setengah bagian saja dari tubuh. Agar dapat mengeksplorasi

penggambaran gestur (mempermainkan ekspresi tangan dan wajah), cara

penggambaran medium shoot dapat digunakan. Sementar close up, hanya

mengambil bagian kepala saja, dengan tujuan untuk memperlihatkan ekspresi raut

secara detail.

b. Bahasa Verbal

Penggunaan bahasa verbal seringkali tidak terhindari dalam penciptaan karya

kartun. Kata, frase atau kalimat kerap ditemui dikarya-karya kartun. Fungsi dari

penggunaan kalimat verbal dalam kartun diantaranya adalah untuk mengarahkan

(anchoring) agar pembaca mengetahui informasi yang disampaikan, baik

informasi tentang tema maupun penjelasan mengenai tokoh, menyampaikan

komentar-komentar tertentu yang menggambarkan sudut pandang kartunis

Page 26: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

terhadap suatu peristiwa atau mendukung suasana sehingga menjadi lebih jenaka.

Selain penggunaan kata, frase atau kalimat, pemakaian parabahasa juga menjadi

pilihan bagi kartunis untuk mengekspresikan suasana. Menurut Deddy Mulyana

(2005:342), parabahasa atau vokalika adalah sejenis ungkapan yang merujuk pada

aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya suara terputus-

putus, suara gemetar, suitan, siulan, tawa, dsb. Setiap karakteristik suara ini

mengkomunikasikan emosi yang dirasakan. Contoh parabahasa: “Huuu...”,

“Ha...ha...ha”, dsb.

Dikaitkan dengan penggunaan bahasa verbal, Wijana membagi karya kartun

menjadi dua kelompok (2004:8), yaitu kartun verbal dan kartun non verbal.

Kartun verbal adalah kartun-kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal

seperti kata, frase, kalimat, disamping gambar-gambar jenaka dalam upaya

memancing senyum dari pembaca. Sementara kartun non verbal adalah kartun

yang semata-mata menggambarkan gambar-gambar. Dalam kartun politik batasan

ini seringkali menjadi bias, karena kartun politik yang umumnya non verbal tidak

benar-benar terbebas dari penggunaan bahasa verbal.

2.3.4.3 Stereotyping dalam Karya Kartun

Dipahaminya pesan yang terkandung dalam sebuah karya kartun menjadi sasaran

penting bagi seorang kartunis. Sehingga sering kali seorang kartunis harus

menggunakan gambar-gambar dengan ciri-ciri yang sudah dikenali oleh

masyarakat. Ketika ingin menggambarkan figur seorang dokter maka kartunis

menggunakan ciri-ciri visual yang sudah dikenali oleh masyarakat, misalnya

mengenakan pakaian serba putih dan dilengkapi dengan gambar peralatan

kedokteran. Demikian pula dengan penggambaran suasana lokasi (setting).

Seorang kartunis dituntut kejeliannya dalam menangkap hal-hal khusus yang

ditemui disuatu lokasi. Gambar-gambar yang demikian dikategorikan sebagai

stereotypical image.

Page 27: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Menurut Will Eisner (2004:17), “Stereotype is defined as an idea or character

that is standardized in conventional form, without individuality. As an adjective,

stereotypical applies to that which is hackneyed. Eisner menjelaskan, stereotyping

terlihat dari penggunaan bentuk-bentuk konvensional yang sudah memiliki acuan

tertentu. Pada batas-batas tertentu, praktek stereotyping ini menimbulkan kesan

keusangan karena terlampau seringnya digunakan, misalnya penggunaan gambar

tikus untuk menceritakan tentang sosok seorang koruptor.

Lebih jauh lagi Eisner menjelaskan: “The art of creating a stereotypical image for

the purpose of storytelling requires a familiarity with the audience and a

recognition that each society has its own ingrown set of accepted stereotypes. But

there are those that transcend cultural boundaries”. Kehadiran gambar-gambar

stereotypical sangat membantu untuk memperlancar penceritaan. Karena karya

kartun lahir ditengah masyarakat yang memiliki kekayaan literal atau bahasa

visual tertentu, seorang kartunis harus memahami potensi yang dimiliki oleh

masyarakat tersebut. Tetapi ada gambar-gambar tertentu yang telah dipahami oleh

komunitas masyarakat yang berbeda-beda, misalnya gambar burung merpati putih

untuk menyimbolkan perdamaian.

Berikut ini contoh visual dari gambar-gambar stereotypical:

Gbr.II.18 Contoh gambar stereotypical tentang berbagai predikat.

Sumber: Comics & Sequential Art

Page 28: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

2.3.4.4 Metafora dalam Kartun Politik

Penyampaian opini pada sebuah karya kartun politik pada umumnya tidak

dilakukan secara terbuka tetapi menggunakan idiom-idiom visual yang berperan

sebagai kiasan (tropos). Salah satu bentuk bahasa kiasan yang digunakan dalam

seni kartun adala metafora. Dick Hartoko (1986:86) menjelaskan metafora

dipandang sebagai sebuah perumpamaan tetapi tanpa menyebut dasar

perbandingan dan partikel pembandingan. Proses metaforis dapat dilukiskan

sebagai interaksi antara berbagai isotopi, misalnya antara dunia yang hidup dan

yang tidak hidup, antara dunia insani dan hewani, dsb.

Definisi klasik dari metafora dikemukakan oleh Aristoteles yang dikutip Basil

Cottle (1960:5): “Metaphor (metaphora) is the transference (epiphora) of a name

[from that which it usually denotes] to some other object”. Metafora adalah

pemindahan/penggantian sebuah kata dengan kata yang lain. Dick Hartoko

menjelaskan penggantian kata dengan kata lain karena kedua kata itu memiliki

satu atau lebih banyak semen (komponen arti yang paling kecil) bersama.

Persamaan sebagian dianggap cukup untuk mengusulkan persamaan total. Contoh

metafora adalah “Jago-jago kita pasti akan menang”. Jago-jago menjadi

perumpamaan bagi atlet-atlet.

Sementara Herbert Read dalam Basil Cottle(1960:5) menjelaskan: “Metaphor is

the synthesis of several units of observation into one commanding image; it is the

expression of a complex idea, not by analysis, nor by abstract statement, but by a

sudden perception of an objective relation”. Metafora adalah sintesa dari

beberapa unit pengamatan menjadi satu image yang mengarahkan / menjadi

acuan. Metafora merupakan ekspresi dari gagasan yang kompleks yang dilakukan

bukan melalui analisa maupun pernyataan yang bersifat abstrak melainkan sebuah

persepsi seketika atas relasi sebuah objek.

Kartun politik sering menggunakan konsep bahasa metafora untuk menyampaikan

opini. Tujuan yang ingin dicapai dengan penggunaan metafora adalah opini dapat

Page 29: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

disajikan secara tajam, menarik dan komunikatif. Seperti terlihat pada Gbr. II.17

yang mengumpamakan Uni Sovyet dengan seekor beruang. Gambar-gambar yang

berfungsi sebagai metafora memperlihatkan persamaan sifat atau karakter dengan

gambar yang diganti atau sudah disepakati.

Gbr.II.19 Metafora pada kartun politik.

Uni Sovyet digambarkan sebagai beruang

Sumber: HU Sinar Harapan

2.4 Makna dalam Kajian Ikonografis dan Ikonologi

Kartun politik pada dasarnya merupakan produk budaya dari suatu masyarakat.

Karena itu, kartun politik sebagai sebuah karya visual senantiasa merefleksikan

kondisi sosial masyarakat tersebut. Di tengah masyarakat yang majemuk, kartun

politik tidak akan berada dalam posisi yang benar-benar netral. Seorang kartunis

sebagai pihak yang menghasilkan karya-karya kartun akan berpijak pada sebuah

sudut pandang dalam memandang sebuah permasalahan yang terjadi di

masyarakat. Sehingga dalam sebuah karya kartun politik akan terkandung

rangkaian makna yang menyiratkan pandangan dari kartunis. Bagi kartunis yang

bekerja untuk sebuah media massa, karya-karyanya akan menunjukkan pandangan

Page 30: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

surat kabar tersebut. Dengan demikian, ketika mengamati sebuah karya kartun

politik, penelusuran terhadap aspek makna menjadi penting untuk dilakukan

karena berhubungan dengan hal yang substansial yaitu konsep berpikir dan cara

pandang dari kartunis.

Perihal makna, G. L. Hagberg (1995:2) menjelaskan sebagai berikut:

...meaning is a mental phenomenon only contingently associated with a

particular physical sign or specific utterance, one is then led, through the

fundamentally influential analogy between language and art, to a number of

further assumptions concerning artistic meaning. One such assumption

would define the meaning of an artwork as an entity originating in the mind

of the artist, a mental object whose existence we infer through the physical

work itself.

Menurut Hagberg, makna merupakan suatu fenomena mental yang menjadi utuh

hanya jika dikaitkan atau diasosiasikan dengan tanda fisik tertentu atau

pemaparan tertentu. Dengan asosiasi tersebut seseorang melakukan analogi yang

mendasar dan saling mempengaruhi antara bahasa dan seni yang diarahkan

menuju serangkaian asumsi lebih jauh tentang makna artistik. Makna dari sebuah

karya seni sebagai sebuah entitas (bentukan) yang berasal dari fikiran seorang

seniman. Salah satu asumsi mendefinisikan makna dari sebuah karya seni sebagai

sebuah entitas (bentukan) yang berasal dari fikiran seorang seniman. Makna

merupakan sebuah objek mental yang keberadaannya hadir melalui karya.

Ada beberapa hal yang harus digarisbawahi dari pandangan Hagberg mengenai

makna. Pertama, sebuah makna hanya dapat ditelusuri melalui suatu artefak

budaya yang dikatakan Hagberg sebagai tanda fisik yang mengungkapkan

sesuatu. Sebuah artefak budaya dipenuhi oleh berbagai asosiasi dari kreatornya.

Kedua, makna merupakan kristalisasi dari pemikiran seniman dalam menanggapi

suatu fenomena atau permasalahan. Karya merupakan wujud dari pemikiran

seniman.

Page 31: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Makna merupakan konsep yang abstrak. De Vito seperti yang dikutip oleh Alex

Sobur (2001:20) mengungkapkan makna terdapat dalam diri manusia, bukan

dalam kata-kata. Words don’t mean, people mean. Arthur Asa Berger

menguraikan makna bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebuah tanda karena

dirinya sendiri melainkan makna berasal dari hubungan-hubungan dalam suatu

konteks dimana tanda yang dimaksud didapat atau dari sistem dimana tanda

terletak. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa makna adalah maksud atau arti

yang terkandung dalam suatu rangkaian tanda-tanda yang terkait dengan konteks

tertentu. Sebagai contoh makna warna putih dalam bendera Merah Putih konteks

simbol negara Indonesia berarti kesucian, sementara dalam konteks budaya Cina

makna warna putih mengandung arti kedukaan.

Salah satu kajian tentang interpretasi makna karya seni rupa adalah iconography

(ikonografi) dan iconology ( ikonologi). Menurut Theo van Leeuwen (2001:93)

ikonografi merupakan pendekatan yang mempertanyakan representasi dan makna

yang tersembunyi dari sebuah karya visual. Kata “iconography” berasal dari

bahasa Yunani, aekon yang berarti gambar dan graphe yang berarti tulisan. Erwin

Panofski (1961:27) menjelaskan, iconography is that branch of the history of art

which concern itself with the subject matter or meaning of works of art, as

opposed to their form. Ikonografi merupakan cabang dari sejarah seni yang

memiliki pokok kajian yang berkaitan dengan sisi manusia (subject matter) atau

makna dari suatu karya seni, sebagai sesuatu yang bertolak belakang dengan

bentuk karya tersebut (sisi formalisnya). Merujuk pada penjelasan van Leeuwen

dan Panofsky dapat diamil kesimpulan, ikonografi dan ikonologi memusatkan

perhatian pada penelaahan makna yang terkandung dalam sebuah karya seni

dengan mempertimbangkan aspek penciptanya.

Lebih lanjut Panofsky menguraikan tiga tingkat analisis makna secara ikonografi

dan ikonologi, yaitu:

Page 32: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

1. Deskripsi Pra-ikonografis (Pre-iconographical description)

Pada tahap ini pengamatan dilakukan terhadap makna primer/ alami (primary

or natural subject matter). Makna yang diungkap adalah makna faktual dan

ekspresional. Proses penelaahannya dengan mengamati dan mengidentifikasi

bentuk murni (konfigurasi tertentu dari garis dan warna, atau bentuk dan

material yang merepresentasikan objek keseharian tertentu), hubungan-

hubungan yang terjadi pada objek dan identifikasi kualitas ekspresional

tertentu dengan melakukan pengamatan pose atau gestur dari objek. Jadi pada

tahap ini yang diuraikan adalah motif-motif artistik.

2. Analisa Ikonografis (Iconographical Analysis)

Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap makna sekunder/ konvensional

(secondary or conventional subject matter). Makna yang diungkap adalah

makna yang diperoleh melalui penelaahan bahwa suatu objek mewakili

sesuatu diluar dirinya. Saat melakukan penelaahan tersebut, kita

menghubungkan motif artistik dengan tema atau konsep. Motif-motif yang

kemudian dikenali sebagai pembawa makna sekunder disebut sebagai

image/citra/wujud.

3. Interpretasi Ikonologi (Iconological Interpretation)

Pada tahap ini dilakukan proses interpretasi objek untuk mengetahui makna

intrinsik atau konten (intrinsic meaning or content). Pemahaman mengenai

makna intrinsik yang terkandung pada sebuah objek diperoleh dengan

mengungkapkan prinsip-prinsip dasar yang kemudian dapat menunjukkan

perilaku sikap dasar dari sebuah bangsa, kurun waktu , kelas, ajakan religius

atau filosofis tertentu – yang sesuai dengan suatu kepribadian dan kemudian

diendapkan menjadi sebuah karya.

Untuk melihat hubungan antara ketiga tahap pembahasan makna, berikut ini

disajikan skema kajian ikonografis dan ikonologi yang dikemukakan oleh

Panofsky.

Page 33: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

Skema Kajian Ikonografi dan Ikonologi

Objek Interpretasi Tindakan Interpretasi

Perlengkapan untuk Interpretasi

Prinsip Koreksi Interpretasi

I.Pokok Permasalahan Utama:a.Faktab.Ekspresi (pernyataan)-merupakan lingkup motif-motif artistik.

Deskripsi pra-ikonografi (faktual dan ekspresional)

Pengalaman praktis (pemahaman terhadap objek dan peristiwa)

Sejarah gaya (pengetahuan, wawasan yang mendalam tentang latar belakang sejarah, objek yang diteliti dan peristiwa-peristiwa yang diekspresikan).

II. Permasalahan konvensi-merupakan lingkup image, sejarah dan kiasan (alegori)

Analisis ikonografi Pengetahuan dari sumber literatur (pemahaman terhadap tema dan konsep secara spesifik)

Klasifikasi sejarah (pengetahuan, wawasan yang mendalam mengenai situasi sejarah, spesifikasi tema atau konsep yang terekspresikan dalam karya dan peristiwa)

III.Makna intrinsik atau kedalaman isi- merupakan lingkup nilai simbolik

Interpretasi ikonologikal

Intuisi sintetis (pemahaman terhadap esensi pemikiran, kondisi psikologis individu dan “Weltanschauung”

Sejarah tentang gejala-gejala budaya atau simbol-simbol secara umum (pengetahuan, wawasan yang mendalam mengenai kondisi sejarah, esensi pemikiran yang terekspresikan dengan tema-tema dan konsep yang spesifik.

Sumber: Meaning in the Visual Arts, Erwin Panofsky (1955:41)

Contoh kasus kajian ikonografis yang diberikan oleh Lurie Adams (1996:37)

adalah pembahasan tentang tokoh kartun dari Walt Disney, Mickey Mouse. Pada

tahap pertama (deskripsi pra-ikonografis), dijelaskan adanya subjek seekor tikus

yang memiliki wajah yang bulat dan telinga hitam. Tikus ini mengenakan pakaian

berwarna merah dengan kancing putih serta selalu menggunakan sepatu kuning.

Pada tahap kedua (analisa ikonografis), dikatakan bahwa tikus yang dimaksud

adalah Mickey Mouse. Identifikasi ini didasari pada konsep yang diciptakan oleh

Walt Disney yang memberikan secara khusus ciri-ciri fisik dan karakter tertentu.

Melalui media film animasi, maka tokoh Mickey Mouse ini dikenal secara luas

Page 34: BAB II TINJAUAN TENTANG POLITIK, PERS DAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/543/jbptitbpp-gdl...sindiran, lelucon atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik

oleh masyarakat dimana Mickey Mouse lahir. Pada tahap ketiga (interpretasi

ikonologis), diuraikan makna intrinsik dari berbagai aspek, seperti kehadiran

tokoh kartun ini film animasi yang diikuti di media komik strip dan pengaruhnya

pada budaya populer.