bab ii tinjauan pustaka tinjauan konsep kebutuhan dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/317/3/6. bab...
TRANSCRIPT
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan konsep Kebutuhan Dasar
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi.
Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas.
(Haswita dan sulistiyawatti R, 2017)
1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan
untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen
diperlukan dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas
selain oksigen juga terdapat Karbondioksida (CO), Nitrogen (N) dan
unsur-unsur lain seperti Argon dan Helium. (Tarwoto&Wartonah,2015)
2. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
Merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan Alveoli.
Masuknya O2 atmosfer kedalam Alveoli dan keluarnya CO2 dari
Alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi ( inspirasi-ekspirasi)
b. Difusi
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan Karbondioksida
antara Alveoli dengan darah pada membran kapiler Alveolar paru.
21
c. Transportasi Gas
Merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah (aliran darah)
3. Jenis Pernapasan
a. Pernapasan Eksternal
Pernapasan Eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2 dari tubuh, disebut juga dengan pernapasan biasa. Proses dimulai
dari oksigen masuk melalui hidung dan mulut pada saat bernapas,
kemudian oksigen masuk melalui Faring dan laring menuju Trakea ke
Bronkus lanjut ke Alveoli atau (Inspirasi), selanjutnya oksigen
menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan
dibawa kejantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke
seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan
oksigen 100 mmHg. Karbon dioksida sebagai hasil buangan
metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler
darah ke Alveoli, dan melalui Bronkial ke Trakea lanjut Laring dan
Faring dikeluarkan melalui hidung dan mulut (Ekspirasi).
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas
antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan
proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses
perpanapasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb
nya kemudian mengintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen
dari Hb dan darah menerima Karbondioksida sebagai hasil
buangannya.
4. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
a. Sistem Pernapasan Atas
1) Hidung
Merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan
dan indra penciuman. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam
22
sistem pernapasan melalui rongga hidung. Rongga berisi serabut-
serabut halus yang berfungsi untuk mencegah masuknya benda-
benda asing yang mengganggu proses pernapasan.
2) Faring
Merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas Nasofaring dan Orofaring yang kaya akan
jaringan Limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman Patogen yang masuk bersama udara.
3) Laring
Merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring juga
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem Pernapasan Bawah
1) Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin
kartilago yang menghubungkan Laring dengan Bronkus utama
kanan dan kiri. Di dalam paru, Bronkus utama terbagi menjadi
Bronkus-Bronkus yang lebih kecil dan berakhir di Bronkiolus
terminal. Keseluruhan jalan napas tersebur membentuk pohon
Bronkus.
2) Paru-paru
Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri. Masing-
masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan
paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru
sendiri terdiri atas rangkaian jalan napas yang bercabang-cabang,
yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis.
Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding
ganda yang disebut pleura. Pleura pariatel membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi
permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
23
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Oksigenasi
a. Faktor Fisiologi
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap
kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat
mempengaruhi fungsi pernapasannya.
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, luka
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, Muskuloskeletal yang abnormal, serta
penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
1) Bayi prematur, disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler, adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, infeksi saluran pernapsan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan Arteriosklerosis, elastisitas menurun dan ekspansi
paru menurun.
24
c. Fakto Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, latihan fisik, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
1) Nutrisi, misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
2) Latihan fisik, dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan Vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
menyebabkan Intake nutrisi /Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5) Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat.
d. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi proses oksigenasi, yaitu:
1) Tempat kerja (polusi).
2) Temperature lingkungan (suhu).
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
6. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang
dipakai sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia,
hipoksia dan gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan Analisis Gas Darah (AGD) dan Oksimetri.
(Tarwoto dan Wartonah,2015)
a. Hipoksemia
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah
25
normal (normal PaO 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus,
PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak dan bayi,
PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan
melakukam kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah dan
peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak
napas, frekuemsi napas dapat mecapai 35 kali per menit, nadi cepat,
serta sianosis.
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen dijaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang di inspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen
pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain Hipoksia antara lain:
1) Menurunnya Hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di
puncak gunung.
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada
keracunan sianida.
4) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti
pada Pneumonia.
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
6) Kerusakan atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda Hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (Clubbing
Finger).
26
c. Gagal Napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon
dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal napas
dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol
sistem pernapasan, kelemahan neuromusukular, keracunan obat,
gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan dan obsrtruksi
jalan napas.
d. Perubahan Pola Napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar
16-24 kali per menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea. Perubahan
pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan
Asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti napas
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekunesi lebih dari 24 kali per menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16 kali per menit.
5) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam,
misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes melitus dan
uremia.
6) Sheyne stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode Apnea yang
berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,
penyakit jantung dan penyakit ginjal.
27
7) Biot, adalah pernapasam dalam dan dangkal disertai masa Apnea
dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada Meningitis.
7. Perubahan Fungsi Pernapasan
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan oleh hal-hal kecil berikut ini.
1) Kecemasan.
2) Infeksi atau sepsis.
3) Keracunan obat-obatan.
4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik.
Tanda dan gejala Hiperventilasi adalah Takikardia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi dan
Tinitus.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan Atelektasis (kolaps
paru). Tanda dan gejala pada keadaan Hipoventilasi adalah nyeri
kepala. Penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia,
ketidaksimbangan elektrolit, kejang dan henti jantung.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan dengan
kegiatan mengumpulkan data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian dilakukan
dengan berbagai langkah, diantaranya:
a. Anamnesis
Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk
mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan,
28
mencakup keterampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan
rasa kepedulian yang tinggi, teknik verbal meliputi: pertanyaan
terbuka/tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respons klien.
Sementara itu, teknik nonverbal, meliputi: mendengarkan secara
aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ini yang ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa
yang menyebabkan pasien berobat, keluhan atau gejala saat awal
dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengumpulan data riwayat kesehatan sekarang yang perlu
ditanyakan adalah faktor apa yang melatarbelakangi atau hal-hal
yang mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat
terjadinya, bagaimana gejalanya (mendadak, perlahan-lahan, terus-
menerus atau berupa serangan hilang timbul atau berhubungan
dengan waktu), bagaimana lokasi gejalanya, bagaimana sifatnya,
bagaimana berat ringanya keluhan dan perkembangannya apakah
menetap cenderung bertambah atau berkurang, lamanya keluhan
berlangsung kapan mulainya serta upaya apa yang telah dilakukan.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Pengumpulan data atau riwayat kesehatan masa lalu dapat
ditanyakan: riwayat pemakaian obat dan riwayat atau pengalaman
masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami,
riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengumpulan data tentang riwayat kesehatan keluarga yang perlu
ditanyakan adalah bagaimana riwayat kesehatan yang ada dimiliki
pada salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita
penyakit seperti yang dialami pasien atau penyakit degenerative
lainnya.
29
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Riwayat kesehatan lingkungan dapat ditanyakan tentang keadaan
lingkungan dirumah seperti status rumah sehat atau tidak.
Persyaratan rumah yang sehat apakah dimilki atau tidak seperti
ventilasi, kamar tidur, tempat pembuangan kotoran atau sampah dan
lain-lain.
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1) Riwayat pertumbuhan ditanyakan bagaimana status
pertumbuhan pada anak, apakah pernah terjadi gangguan dalam
pertumbuhannya dan terjadinya pada saat usia berapa dengan
menanyakan atau melihat catatan kesehatan tentang ukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan lingkar dada.
2) Riwayat perkembangan ini perlu ditanyakan tentang
perkembangan dalam bahasa, motorik kasar, motorik halus dan
personal sosial dam dapat diketahui melalui DDST II (Denver
Development Screening Test II) atau lainnya.
h. Riwayat imunisasi
Pengumpulan data tentang imunisasi perlu ditanyakan: riwayat
imunisasi dasar seperti BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak
maupun imunisasi ulangan identitas pasien dan keluarga.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kaji gerakan pernapasan: kedalaman, frekuensi, kualitas irama
dan karakter. Dikatakan normal jika irama reguler, frekuensi
normal sesuai usia, tanpa upaya, tenang. Perlu diperhatikan
apabila frekuensi abnormal, irama tidak teratur, kedalaman
dangkal, sulit bernapas atau pernapasan mendengkur. Kondisi
seperti ini harus ditangani.
2) Palpasi
Posisi anak duduk ditempat tidur, palpasi dengan telapak tangan
pada punggung anak atau dada anak, dengan ibu jari di garis
30
tengah sepanjang tepi kostal bawah. Posisi masih seperti diatas,
anak suruhh mengatalam “99” “77”.
Hasil dikatakan normal jika vibrasi simetris dan paling jelas pada
area thoraks paling sedikit pada area dasar. Perhatikan adanya
vibrasi asimetris atau intensitas yang tiba-tiba menghilang atau
menurun, adanya vibrasi abnormal seperti Friction Rub Pleura
atau Krepitasi.
3) Perkusi
Paru-paru anterior: posisi anak boleh duduk atau terlentang,
perkusi kedua sisi dada dalam urutan apeks ke dasar. Paru-paru
posterior: posisi anak duduk, perkusi kedua sisi dada urut dari
apeks ke dasar. Hasil yang ditemukan secara umum adalah pekak
pada garis midklavikular kanan anak ruang (Interspace) kelima
hepar, pekak dari Interspace kedua-kelima diatas batas sternum
kiri sampai gairs midklavikular (jantung). Timpani antar ruang
kelima kiri bawah (lambung). Perhatikan penyimpangan bunyi.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan atau obstruksi jalan nafas
untuk mempertahankan nalan nafas tetap paten.
Penyebab
Fisiologis
1) Spasme jalan nafas.
2) Hipersekresi jalan nafas.
3) Disfungsi Neuromuskuler.
4) Benda asing dalam jalan nafas.
31
5) Adanya jalan nafas buatan.
6) Sekresi yang tertahan.
7) Hiperplasia dinding jalan nafas.
8) Proses infeksi.
9) Respon alergi.
10) Efek afen farmakologis (mis. Anastesi)
Situasional.
1) Merokok aktif.
2) Merokok pasif.
3) Terpajan polutan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif ( tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidak efektif.
2) Tidak mampu batuk.
3) Sputum berlebih.
4) Mengi, Wheezing dan Ronkhi kering.
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea.
2) Sulit bicara.
3) Ortopnea.
Objektif
1) Gelisah.
2) Sianosis.
3) Bunyi nafas menurun.
4) Frekuensi nafas berubah.
5) Pola nafas berubah.
32
b. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveoulus-kapiler.
Penyebab :
1) Ketidakseimbangan ventilasi – perfusi.
2) Perubahan membran alveoulus – kapiler.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Dispnea.
0bjektif
1) PCO2 meningkat/ menurun.
2) PO2 mneurun.
3) Takikardia.
4) pH arteri meningkat/menurun.
5) Bunyi nafas tambahan.
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Pusing.
2) Penglihatan kabur.
Objektif
1) Sianosis.
2) Diafeoresis.
3) Gelisah.
4) Nafas cuping hidung.
5) Pola nafas abnormal
(cepat/lambat, regular/
iregular, dalam/ dangkal).
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan).
7) kesadaran menurun.
33
c. Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
Penyebab :
1) Depresi pusat pernafasan.
2) Hambatam upaya napas.
3) Deformitas dinding dada.
4) Deformitas tulang dada.
5) Gangguan neuromuskular.
6) Gangguan Neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif,
cedera kepala, gangguan kejang).
7) Imaturitas Neurologis.
8) Penurunan energi.
9) Obesitas.
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11) Sindrom hipoventilasi.
12) Kerusakan inervasi diafragma.
13) Cedera pada medula spinalis.
14) Efel agen farmakologis.
15) Kecemasan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Dispnea.
Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan.
2) Fase ekspirasi memanjang.
3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, Bradipnea, Hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Ortopnea.
34
Objektif
1) Pernapasan purse-lip.
2) Pernapasan cuping hidung.
3) Diameter thoraks anterios-posterior meningkat.
4) Ventilasi semenit menurun.
5) Kapasiras vital menurun.
6) Tekanan ekspirasi menurun.
7) Tekanan inspirasi menurun.
20
3. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien gamgguan kebutuham oksigenasi dalam buku Standar Internsi
Keperawatan Indonesia (2018)
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Berihan jalan
napas tidak
efektif b.d
sekresi yang
tertahan
Tujuan :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
pasien
menunjukkan
jalan napas yang
bersih ditandai
dengan kriteria
hasil sebagai
berikut :
Status
Pernapasan :
kepatenan jalan
Latihan batuk efektif
Observasi :
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4. Monitor input dan output cairan (misal. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan bengkok
3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidunv selama 4 detik, ditahan
selaama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hinfgga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitok atau ekpektoran jika perlu.
Menejemen jalan napas
Observasi:
1. Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)
1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
2. Edukasi fisioterapi dada
3. Edukasi pengukuran respirasi
4. Fisioterapi dada
5. Menejemen asma
6. Manajemen alergi
7. Manajemen anafklasis
8. Manejemen isolasi
9. Manjemen ventilasi mekanik
10. Manajemen nalan napas buatan
11. Pemberian obat inhalasi
12. Pemberian obat interpleura
13. Pemberian obat intradermal
14. Pemberian obat nasal
15. Pencegahan aspirasi
16. Pengaturan posisi
17. Penghisapan jalan napas
18. Penyapihan ventilasi mekanik
19. Perawatan trakheostomi
20. Skrinng tuberkulosis
21. Stabilitasasi jalan napas
22. Terapi oksigen
21
napas
1. Tidak ada sekret
Pertukaran gas
2. Pasien mampu
mengeluarkan
sekret
Ventilasi
3. RR dalam batas
normal
2. Monitor bunyi napas tambahan ( misal gurgling,mengi, wheezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna , aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
2. Atur posisi semi-fowler atau fowler
3. Berikasn minum hangat
4. Lakukan fisioterpi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hipoksigenasi sebelmum penghisapan
7. Endotrakeal
8. Keluarlan sumbatan benda padat dengan forsep McGlll
9. Berikan oksigen , jika perlu
10. Edukasi
11. Anjurkan asupan cairan 2000ml/ hari, jika tidak kontraindikasi
12. Ajarkan teknik batuk efektif
13. Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,jika
perlu
Pemantauan ekspirasi Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas ( seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,biot, ataksik
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produkasi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Asukultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Terapeutik
11. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
22
12. Dokumentasikan hasil pemantauan
13. Edukasi
14. Jelaskan tujuan dan prosedyr pemantauan respirasi seusai kondisi
pasien
Edukasi
15. Jelaskan tjuan prosedyr pemantauan
16. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Gangguan
pertukaran gas
b.d perubahan
membran
alveoulus-
kapiler
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
pasien dapat
mempertahanlan
pertukran gas
yang adekuat
ditandai dengan
Kriteria hasil :
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas ( seperto bradipnea, takipnea, hiperbentilasi,
kusmayl, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi putum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi seusai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan da prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
Terapi oksigen
10. Dukungan berhenti merokok
11. Dukungan ventilasi
12. Edukasi berhenti merokok
13. Edukasi pengukuran respirasi
14. Edukasi fisioterapi dada
15. Fisioterapi dada
16. Pbservasi jalan napas buatan
17. Manajemen ventilasi mekanik
18. Pencegahan aspirasi
19. Pemberian obat
20. Pemberian obat inhalasi
21. Pemberian obat interpleura
22. Pemberian itradermal
23. Pemberian intramuskular
24. Pemberian obat intervena
23
Status
pernpasan
Pasien mampu
mengeluarkan
sekret
Ventilasi
RR dalam batas
normal
Observasi
1. Monitor kecepatanan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fralto yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi oksigen (misal oksimeri, analisa gas darah),
jika perlu
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat malan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
10. Terapeutik
11. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
12. Pertahankan kepatenan jalan napas
13. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
14. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
15. Tetap berikan oksigen saat pasien di tranportasi
16. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkar mobilitas
pasien
17. Edukasi
18. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi’
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
24
Diagnosa Tindakan Utama
Tindakan Pendukung
Pola napas tidak
efektif b.d
hambatan `upaya
napas, energi
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharpkan pola
napas pasien
teratur ditandai
dengan kriteria
hasil sebagai
berikut :
Status pernapasan
: kepatenan jalan
napas
Irama napas:
ireguler
Ventilasi
RR dalam batas
normal
Tanda-tanda vital
25. TTV dalam
batas normal
Manajemen jalan napas
Observasi :
1. Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (misal gurgling,mengi, wheezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum( jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal
2. Atur posisi semi-fowleratau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterpi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperosksigenasi sebelum penghisaoan enodotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGlll
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jike perlu
5.
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman upaya napas
2. Monitor pola napas ( seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
1. Dukungan emosional
2. Dukungan kepatuhan program pengobatan
3. Dukungan ventilasi
4. Edukasi pengukuran respirasi
5. Manajemen energi
6. Manajemen jalan napas buata
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat inhalasi
9. Pemberian obat interpleura
10. Pemberian obat intradernal
11. Pemberian obat intravena
12. Pemberian obat oral
13. Pencegahan aspirasi
14. Pengarahn posisi
15. Perawatan selang dada
25
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Asukultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
11. Dokumentasi hasil pemantauan
12. Edukasi
13. Jelaskan tujuan dan prosedyr pemantauan
14. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
26
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien (Potter dan Perry,
2009).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Tahap ini
sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi pasien. Hasil
yang diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat untuk
melihat apakah tujuan telah terpenuhi dan pelayanan berhasil (Potter dan
Perry, 2009).
C. Tinjuan Konsep Penyakit
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan
paru. Dimulai pada Bronkiolus terminalis yang menjadi tersumbat oleh
eksudat mukopurulent yang disebut juga lobular pneumonia.
(Ridha. N, 2017)
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis dinyatakan dengan
adanya radang paru-paru pada bagian lobularis yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Yang ditandai dengan
gejala demam tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal
(terdengar adanya ronkhi), muntah, diare, batuk kering dan produktif.
2. Etiologi
Terjadinya Bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan paru yang
terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh
infeksi Traktus Respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Faktor
penyebab utama adalah bakteri, virus, jamur dan benda asing.
3. Manifestasi klinis
27
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi Traktus Respiratorius
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40⁰C dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada pemulaan penyakit tetapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya Pneumonia.
Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah auskultasi yang
terkena. Pada perkusi sering tidak tergantung daripada luas pada
auskultasi mungkin hanya terdengar Ronkhi basah nyaring harus atau
sedang. Bila sarang Bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin
pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi
terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, Ronkhi terdengar lagi.
(Ngastiyah, 2005)
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan isirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat,
semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien Bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari
dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.
Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus
dengan cairan Glukosa 5% dan NaCl 0,9%
d. Mengontrol suhu tubuh
28
e. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol
atau berikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari,
karena sebagian besar pasien jatuh kedalam Asidosis Metabolik
akibat kurang makan dan Hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah Arteri.
5. Patofisiologi
Kuman penyebab Bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran pernapasan atas ke bronkiolus, kemudian kuman masuk
kedalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga
terjadi peradangan pada dinding Bronkus atau Bronkiolus dan Alveolus
sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru
yang menyebar secara progresif ke Perifer sampai seluruh Lobus. (Ridha.
N, 2017).
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut.
Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emifisema
atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila
diberikan Antibiotik secara tepat.