bab ii tinjauan pustaka konsep dasar teori stroke 1 ...repository.ump.ac.id/8313/3/tantri wijayanti...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Stroke
1. Definisi
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf
lokal atau global yang munculnya secara mendadak, progresif, dan cepat.
Gangguan fungsi syaraf pada stroke di sebabakan oleh gangguan
perdarahan otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan
gejala antara lain : kelumpuhan pada wajah atau anggota badan, bicara
tidak jelas (pelo),gangguan penglihatan, perubahan kesadaran serta lainnya
(Rikesda,2013).
Stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (World Health
Organization).
Stroke adalah penyakit serebrovakuler yang menunjukkan adanya
beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural, yang di
sebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari
seluruh system pembuluh darah otak yang menimbulkan pengaruh bersifat
sementara atau permanent (Doengoes, Moorhouse & Geisher, 2000).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
7
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Sistem Saraf Pusat Otak terdiri dari serebrum, serebelum,
dan batang otak yang dibentuk oleh mesensefalon, pons, dan Medulla
oblongata. Bila kalvaria dan dura mater disingkirkan, di bawahlapisan
arachnoid mater kranialis dan piamater kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan
fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri membagi hemisfer
serebri menjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus (Lauralee Sherwood,
2011)
Gambar 2.1 Bagian-bagian Otak
(Sumber:Centers for Disease Control and Prevention(CDC), 2004).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
8
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua
hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh
sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian
tubuh sebelah kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari Empat
lobus.Bagian lobus yang menonjol disebut gyrusdan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-
masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus
temporal.
1) Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah
serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus
sentralis dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus
parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian).
Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf
sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan
mengenali segala jenis rangsangan somatik.
2) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dibagian paling
depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior
sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik
untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca
sebagai pusat bicara dan area prefrontal (area asosiasi) yang
mengontrol aktivitas intelektual.
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
9
3) Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari
ujung atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam
kemampuan 10 pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa
dalam bentuk suara
4) Lobus oksipital berada dibelakang lobus parietal dan lobus
temporal. Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
objek yang ditangkap oleh retina mata.
b. Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua
otak.Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di
belakang 11 batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan
ujung leher bagianatas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam
mengontrol kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya:mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasiotot dan gerakan tubuh. Selain
itu, serebelum berfungsi menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintudan sebagainya.
c. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagiandasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
10
bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan,
kesadaran, sertapola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang
otak maka gejalayang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat
wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan
sakit kepala ketika bangun (CDC,2004). Batang otak terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
1) Mesensefalon atau otak tengah disebut juga (mid brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan
serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak
tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata,12 pembesaran pupil mata, mengatur
gerakan tubuh dan pendengaran (Moore &Argur,2007).
2) Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara
midbraindan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial
posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons
(Moore&Argur,2007).
3) Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari
batang otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla
oblongata terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan
XII disosiasikan dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII
berada pada perhubungan dari pons dan medulla (Moore & Argur,
2007).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
11
3. Etiologi Stroke
Menurut Mutaqin (2008), penyebab stroke terdiri dari:
a. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan darah yang
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan neurologis sering kali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis;
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan,
sehingga otak akan membengkak, jaringan otak membengkak,
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak;
c. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang
turun akibat aritmia;
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
12
d. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah spasme arteri serebral yang disertai dengan subaraknoid dan
vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
4. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke dalam (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007)
berdasarkan keadaannya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Stroke Iskemia (Non Hemoragik)
Stroke Iskemia adalah stroke yang terjadi akibat suplay darah ke
jaringan otak bekurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau
sebagian pembuluh darah ke otak. Penyebab stroke iskemia adalah
thrombosis dan emboli;
b. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragi adalah stroke yang terjadi karena perdarahan pada
subarachoid, yang mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
di otak tertentu. Biasnya terjadi saat pasien sedang melakukan aktivitas
atau saat bergerak aktif,namun juga terjadi pada kondisi istirahat.
5. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah (semakin lambat atau semakin
cepat), pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskuler) atau gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
radang jantung). Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
13
atau terjadi tuberlensi. Tombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah.
Trombus mengakibatkan adanya iskemia serta edema dan kongesti
disekitar area (Muttaqin, 2008).
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena
thrombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke
jaringan otak. Kekurangan oksigen selama 1 menit pada otak dapat
mengarah pada gejala kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan adanya infark,
iskemia serta kesukaran untuk bernafas.
Stroke karena embolus merupakan akibat dari adanya pembekuan
darah, udara serta fragmen lemak pada otak. Jika terjadi stroke haemoragi,
itu disebabkan oleh faktor hipertensi, serta adanya abnormalitas
vaskuler,aneurisma serabut dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan
haemoragic. Sedangkan pada stroke trombosis atau metabolik maka otak
mengalami iskemia dan infark yang sulit ditentukan. Ada peluang
dominan stroke akan meluas serangan pertama sehingga dapat terjadi
edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta kematian
pada area yang luas (Putri, 2013).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
6. Pathway
Gambar 2.2 Pathway (Sumber : Aplikasi NANDA NIC-NOC 2015)
Arteroskelerosis , Hipertensi
Hipoksia Trombosis Perdarahan
Intrakranial
Iskemia
Edema pada otak
Stroke Non Haemoragic
Perdarahan Subarchnoid
Stroke Haemoragic
Proses metabolisme dalam otak
terganggu
Vasospasme
Cerebral
Hemiparase Hemiparase Kanan
Penurunan suplai darah ke otak tidak
adekukat
Peningkatan TIK
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Serebral tidak adekuat
Gangguan Mobilitas Fisik
ADL terhambat
Defisit Perawatan Diri
Kerusakan pada area
broca
Gangguan Komunikasi
Verbal
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien stroke (Tarwoto, Wartonah, Suryati: 2007)
yakni :
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan badan separo
b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Gangguan penglihatan
d. Gangguan bicara (Bicara cedal atau pelo)
e. Mulut mencong,tidak simetris
f. Nyeri kepala hebat (Vertigo)
g. Kesadaran menurun
h. Gangguan fungsi otak
8. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut adalah Pemeriksaan diagnostik pada pasien stroke
(Tarwoto,Wartonah dan Suryati, 2007) adalah :
a. Ct-Scan (Computerized Tomografi Scaning)
Untuk mengetahui area infark, edema, hematoma, serta struktur dan
ventrikel otak.
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena.
c. EEG (Elektro Enchephalogi)
Untuk mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi.
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
d. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
e. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat dan
cairan mengandung darah mennjukkan hemoragik subarachnoid atau
perdarahan intrakranial. Kontraindikasi pada peningkatan tekanan
intrakranial.
f. Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada trombosis cerebral.
9. Faktor Resiko Stroke
Faktor resiko stroke dalam Tarwoto, Wartonah & Suryati, ( 2007), adalah
sebagai berikut.
Faktor yang dapat dirubah (reversible) :
a. Hipertensi
b. Penyait jantung
c. Kolestrol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes Melitus
f. Polisetemia
g. Stress emosional
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible) :
a. Jenis kelamin (pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
dengan wanita)
b. Usia (makin tua usia makan akan lebih besar kemungkinan terkena
stroke)
c. Keturunan (adanya riwayat dari keluarga yang terkena stroke).
Kebiasaan hidup :
a. Merokok
b. Peminum beralkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang kurang sehat (kurang olahraga, makan berkolestrol).
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanan yang dilakukan pada pasien stroke (Wijaya dan Putri,
2013) adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanan umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat , posisi lateral
2) Dekubitus bila disertai muntah.
3) Boleh di mulai mobilisasi
4) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila
5) Perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil AGD.
6) Kosongkan kandung kemih dengan kateter bila penuh.
7) Kontrol tekanan darah dipertahankan normal.
8) Suhu tubuh harus dipertahankan.
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
9) Nutrisi perorfal hanya boleh di berikan setelah tes fungsi
10) Menelan baik bila terdapat gangguan menlan atau pasien
yang kesadarannya menurun dianjurkan pasang NGT.
11) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
b. Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Anti platelet/anti trombolitik (asetosol,mticlopidin, cilostazol,
dipiridamol).
3) Antikoagilan (heparin)
4) Hemorrhagea (pentoxyfilin)
5) Antagonis serotonin (Noftidrofuryl)
6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam).
c. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi
1) Atasi Kejang
2) Atasi TIK yang meninggi manitol, gliserol, furosemid, intubasi,
stroid dll).
3) Atasi dekompresi (kraniotomi)
4) Untuk penatalaksanaan factor resiko
5) Atasi hipertensi
6) Atasi hiperglikemia Atasi hiperurisem
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
A. Asuhan Keperawatan Pasien Stroke
1. Pengkajian
Berikut adalah pengkajian stroke (Wijaya dan Putri, 2013):
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Umur,jenis kelamin, ras suku, bangsa dll.
2) Keluhan Utama
Keluhan klien adalah kelemahan pada anggota gerak dan kelemahan
otot ekstremitas.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi,riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah
tinggi, kolestrol,obesitas,, hipertensi, riwayat DM, serta konsumsi
alkohol.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi ,kehilangan motorik
,merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi dan paralisis (hemiplagia), merasa mudah lelah,
susah beristirahat.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga.
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
b. Pemeriksaan dasar
1) Aktivitas/istirahat
Merasa kesulitan untuk aktivitas karena kelemahan, kehilangan atau
paralisis, merasa mudah lelah, susah beristirahat nyeri kejang otot,
ganggan tonus, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran;
2) Sirkukasi
Adanya penyakit jantung, hipotensi arterial berhubungan dengan
embolisme, frekuensi nadi berubah karena ketidakefektifan jantung;
3) Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi labil, kesulitan untk
mengekspresikan diri;
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti inkotinensia urine, distensi abdomen,
bising usus (-);
5) Neurosensori
Adanya sinkope/pusing, sakit kepala, kelemahan kesemutan,
penglihatan menurun, hilangnya rangsangan sensori kontra lateral pada
wajah, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, status mental,
kehilangan kemampuan motorik;
6) Nyeri
Sakit kepala dengan intensitas berbeda, gelisah;
7) Pernafasan
Merokok,batuk, hambatan jalan nafas, suara tambahan;
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
8) Interaksi sosial
Masalah berbicara tidak mampu berinteraksi.
c. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesaknapas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan.Pada klien dengan tingkat
kesadaran, compos mentis, pengkajian inspeksipernapasannya
tidak ada kelainan
b) Auskultasi
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran atau koma. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
c) Palpasi
Palpasi toraks didapatkan taktil premitusseimbang kanan dan kiri.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik)yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadipeningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah > 200mmHg).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan
fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Pada saat mengalami stroke pasien juga mengalami inkotinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan
dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkotinensia urin yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron
motor atas melintas, gangguan control motor volunter pada salah satu
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada
sisi yang berlawanan dengan otak.
d. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien stroke (Tarwoto, Wartonah, Suryati,
2007) adalah:
1) Hasil rontgen kepala dan medula spinallis;
2) Ct –Scan (mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan
sistem ventrikel otak);
3) EEG (Elektro Encephalogi) mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi secara
spesifik;
4) Lumbal pungsi yang menunjukkan adanya tekanan normal;
5) MRI (Magnetic Resonance Imaging) menunjukkan daerah yang
mengalami infark hemoragik, malformasi arteriovena;
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada pasien stroke (Tarwoto, Wartonah, Suryati,
2007) adalah :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah arteri
terhambat;
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
kelemahan;
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot;
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
d. Gangguan komunikasi verbal/ non verbal berhubungan dengan
neuromuskuler, kelemahan umum kerusakan pada area broca.
3. Intervensi (Perencanaan)
Intervensi keperawata pada pasien stroke (Rendy & Margareth, 2012) adalah :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah arteri
terhambat;
Kriteria hasil:
Tekanan darah dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit
kepala, tidak terjadi penurunan kesadaran
Intervensi:
1) Monitor tekanan darah setiap 4 jam sekali
2) Pertahankan tirah baring dan posisi semi fowler
3) Pantau hasil lab dan creatinin
4) Anjurkan tidak menggunakan rokok atau nikotin
5) Kolaborasi pemberian anti hipertensi
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
Kriteria hasil:
Tidak ada kontrtaktur, klien berpartisipasi dalam program latihan klien
mencapai keseimbangan saat duduk, kekuatan otot otot meningkat .
Intervensi:
1) Berikan posisi yang benar
2) Berikan posisi tidur yang tepat
3) Berikan papan kaki
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
4) Cegah adduksi bahu
5) Atur posisi tangan dan jari diposisikan sedikit fleksi lengan
ditempatkan agar supinasi
6) Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
7) Siapkan pasien untuk ambulasi
c. Gangguan komunikasi verbal
(Menurut Tarwoto,Wartonah,Suryati, 2007).
Kriteria hasil:
Mampu menggunakan metode komunikasi yang efektif baik secara verbal
maupun non verbal, mampu mengkomunikasikan kebutuhan dasar dan
mengekspresikan diri sendiri dan orang lain.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan komunikasi adanya gangguan bahasa dan bicara
2) Pertahankan kontak mata dengan pasien
3) Berikan respon terhadap perilaku non verbal
4) Konsul dengan terapist wicara
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot
Kriteria hasil :
Dapat menampilkan aktivitas perawatan secara mandiri, serta dapat
mendemonstrasikan perubahan dalam merawat diri : mandi, bab, bak,
makan, berpakaian.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
2) Pantau kebutuhan klien
3) Berikan bantuan sepenuhnya hingga pasien dapat melakukan mandiri
4) Dukung klien untuk mellakukan aktivitas
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
4. Implementasi (Pelaksanaan)
Implementasi yang dilakukan pada pasien stroke (Tarwoto, Wartonah, Suryati,
2007) adalah :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah arteri
terhambat:
1) Mengkaji status neurologik
2) Mengkaji tingkat kesadaran pasien
3) Memonitor tanda-tanda vital
4) Menghitung irama denyut nadi
5) Mempertahankan posisi pasien bedrest
6) Membantu pasien untuk pemeriksaan diagnostik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
1) Mengkaji kemampuan motorik
2) Mengajarkan pasien melakukan ROM
3) Mengkonsultasikan dengan ahli fisioterapi
4) Membantu melakukan aktivitas
c. Gangguan komunikasi verbal
1) Mengkaji kemampuan berbicara pasien
2) Mempertahankan kontak mata dengan pasien
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
3) Memberikan respon komunikasi non verbal
4) Mengkonsultasikan dengan terapis wicara
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang membandingkan efek atau hasil suatu tindakan
keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat
(Dermawan, 2012).
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Peningkatan GCS menjadi composmentis, Tekanan darah dalam ambang
normal
b. Hambatan mobilitas fisik
Terdapat peningkatan kekuatan otot ekstremitas, berupa kemampuan untuk
menggenggam.
c. Gangguan komunikasi verbal
Peningkatan kemampuan bicara meningkat, pelo berkurang.
B. Penerapan Latihan ROM (Range Of Motion) pada pasien dengan
penyakit stroke.
1. Pengertian Range Of Motion (ROM)
ROM (Range of motion) merupakan kumpulan pergerakan
maksimum yang dapat dilakukan pada sendi dengan berlatihan melakukan
beberapa gerakan untuk meningkatkan kekuatan otot (Perry & Potter,
2010)
ROM (Range Of Motion) adalah gerakan dalam keadaan normal
yang dapat dilakukan oleh sendi bersangkutan (Suratun,2008).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
2. Jenis Range Of Motion
Klasifikasi ROM (Suratun,Heryati,Manurung,& Raenah,2008) adalah
sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah Latihan yang di berikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan
pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya
sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM pasif adalah Latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
ROM sendi dan kooperatif.
3. Tujuan Range Of Motion
Tujuan range of motion(Johnson, 2005) adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas
yang sakit.
b. Mencegah Kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
c. Mencegah Komplikasi vaskular akibat imobilitas.
d. Memudahkan kenyamanan.
Sedangkan tujuan latihan Range Of Motion(Suratun,Heryati,Manurung,&
Raenah, 2008) adalah:
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
b. Memelihara mobilitas persendian.
c. Merangsang sirkulsi darah.
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
d. Mencegah kelainan bentuk
4. Manfaat Range Of Motion (ROM)
Manfaat latihan ROM (Potter & Perry, 2005) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang otot dalam melakukan
pergerakan.
b. Mengkaji tulang sendi dan otot.
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot.
f. Meningkatkan mobilitas sendi.
g. Memperbaiki kelemahan pada otot.
5. Prinsip Range Of Motion
Prinsip dasar latihanrange of motion(Suratun, Heryati, Manurung &
Raenah, 2008) yaitu :
a. ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali
sehari
b. ROM dilakukan Perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan
pasien.
c. Dalam Merencanakan program latihan ROM (range of motion),
Memperhatikan umur pasien,diagnosis,tanda vital, dan lamanya tirah
baring.
d. ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli
fisioterapi
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM (Range Of Motion)
adalah jari, lengan,siku, bahu,tumit atau pergelangan kaki.
f. Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai
mengurangi proses penyakit.
g. Melakukan ROM (Range Of Motion) harus sesuai waktunya,misalnya
setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan.
6. Gerakan ROM :
Gambar 2.3 (Gerakan Lengan Tangan)
Gambar 2.4 (Gerakan telapak tangan)
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31
Gambar 2.5 (Gerakan Pergelangan Tangan)
Gambar 2.6(Gerakan jari-jari)
Gambar 2.7 (Gerakan kaki)
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32
Gambar 2.8 (Gerakan telapak kaki)
C. Kekuatan otot
1. Definisi
Kekuatan otot adalah kemampuan menggunakan tekanan
maksimum yang berlawanan (Rusli, 2009).
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan
menghasilkan gaya. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi
kekuatan otot, seperti cedera, operasi, atau peyakit tertentu. Malas
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33
berolahrga juga dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat
seseorang rentan mengalami cedera saat beraktivfitas (Carpenito,
2009).
Smelthzer & Barre (2006) kekuatan otot dinyatakan dengan
menggunakan angka 0-5 yaitu : Cara Pemeriksan kekuatan otot dengan
memerintahkan pasien stroke mengangkat tangan setinggi-tingginya
atau sekuat-kuatnya.
Jika:
Tabel 2.1
Skala kekuatan otot MMT (Manual Muscle Testing)
Skala Deskripsi
5 Kekuatan utuh terdapat gerakan penuh, dapat melawan
gaya berat (gravitasi) dan dapat melawan tahanan penuh
dari pemeriksa
4 Terdapat gerakan dapat melawan gaya berat (gravitasi)
dan dapat melawan tahanan ringan yang diberikan.
3 Terdapat gerakan normal, tetapi hanya dapat melawan
gaya berat (gravitasi).
2 Terdapat gerakan,tetap gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat (gravitasi).
1 Tidak ada gerakan, tetapi terdapat kontrksi otot saat
dilakukan palpasi atau kadang terlihat
0 Paralisis total, tidak ada kekuatan sama sekali.
Sumber : Smelthzer & Barre (2008).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34
2. Faktor yang mempengaruhi kekuatan otot.
a. Usia
Sampai usia pubertas, kecepatan perkembangan kekuatan pria
sama dengan wanita. Baik pria maupun wanita mencapai puncak
pada usia kurang 25 tahun, kemudian akan menurun 65%-70%
pada usia 65 tahun.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan kekuatan otot pada pria dan wanita (rata-rata) kekuatan
otot wanita 2/3 dari pria), disebabkan karena ada perbedaan
otot dalam tubuh.
c. Suhu Otot
Kontraksi otot akan lebih cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi
pada suhu normal .
3. Pemeriksaan kekuatan otot.
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual dengan acuan skala MMT (manual
muscle testing). Pemeriksaan ini ditunjukkan untuk mengetahui
kemampuan peningkatan otot sebagai respon motorik. Salah satu hasil
evaluasi dari latihan rentang gerak ROM (Range Of Motion) adalah
kekuatan otot, hal ini karena kekuatan otot merupakan hal yang paling
dominan yang mengalami penurunan fungsi pada ekstremitas pasien
stroke di bandingkan dengan gerakan otot. Kekuatan otot dapat
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35
dievaluasi secara aktif melawan gravitasi dan melawan tahanan yang
diberikan pemeriksa (Yanti,2011).
Marlina (2011) mengungkapkan bahwa pelaksanaan latihan ROM
(Range Of Motion) pada pasien stroke secara intens, terarah, dan
teratur, maka dapat mempengaruhi kemampuan motorik pasien untuk
meningkatkan kemandirian. Setelah latihan ROM dilakukan maka
pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sehingga pasien pulang
tidak lagi ketergantungan pada perawat dan keluarga ataupun orang
lain.
Dalam penelitian Mutaqin (2008) latihan ROM dilakukan selama 1
minggu dan 2 minggu, 1 hari 2 kali yaitu pagi dan sore selama 1-15
menit latihan ini memberikan kemajuan yang signifikan dalam
peningkatan kekuatan otot.
Penelitian yang dilakukan Astrid (2008) menerapkan latihan ROM
pada pasien stroke dengan frekuensi 4 kali sehari, dan didapatkan
peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional klien.
Begitupun dengan Claudia ET al (2013) dalam penelitiannya
latihan range of motion dilakukan sebanyak 5 kali sehari dalam waktu
10 menit dan dilakukan sebanyak 8 kali latihan. Sementara itu
Puspitawati (2010) melakukan penelitian dengan membandingkan
latihan ROM 1 kali sehari dengan 2 kali sehari, dari hasil penelitian
didapatkan bahwa latihan ROM 2 kali sehari lebih efektif
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36
meningkatkan kekuatan otot di bandingkan dengan range of motion 1
kali sehari.
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan secara rutin dengan
melakukan pengkajian minimum kekuatan otot berupa kemampuan
pasien dalam menggenggam dan mendorong. Untuk pemeriksan secra
lengkap pada ekstremitas atas dapat dilalukan dengan melakukan
pemeriksaan berupa fleksi dan ekstensi siku, fleksi dan ekstensi jari-
jari, adduksi dan abduksi jari tangan (Orlando Health, 2009).
D. Kekuatan Genggam Tangan
1. Definisi
Kekuatan genggam tangan adalah metode yang umum digunakan
untuk memperkirakan kekuatan otot ekstremitas atas. Ini telah
digunakan secara sukses untuk memperkirakan komplikasi dan
kematian pasca operasi dan secara langsung berhubungan dengan
status nutrisi (Pieterse, 2008).
2. Fisiologi genggam tangan
Karakteristik bentuk tangan disesuaikan dengan salah satu
fungsinya sebagai alat penggenggam. Kemampuan menggenggam ini
dapat dilakukan dengan posisi ibu jari berlawanan dengan posisi jari-
jari yang lain, sementara jari-jari berfleksi penuh. Jari-jari tersebut
bekerja sebagai sepasang alat mencengkram dan telapak tangan
kemudian dibutuhkan sebagai dasar, sehingga sebuah benda dapat di
genggam (Kamarul et, al, 2006).
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
37
3. Pengukuran Kekuatan Genggam Tangan
Pengukuran kekuatan genggam tangan menggunakan alat, yaitu
dengan menggunakan Handgrip Dynamometer. Dynamometer
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan genggam
otot tangan dan lengah bawah (Brown, Miller & Eason,2006).
4. Nilai Normal Kekuatan Genggam Tangan
Standar kekuatan genggam tangan berdasarkan pada usia dan BB
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Standar Normal Kekuatan Genggam Tangan Dalam Kg
(CAMRY) Umur
(tahun) Pria Wanita
Weak (kg)
Normal (kg)
Strong (kg)
Weak (kg)
Normal (kg)
Strong (kg)
10 – 11 < 12.6 12.6 – 22.4 > 22.4 < 11.8 11.8 – 21.6 > 21.6 12 – 13 < 19.4 19.4 – 31.2 > 31.2 < 14.6 14.6 – 24.4 > 24.4 14 – 15 < 28.5 28.5 – 44.3 > 44.3 < 15.5 15.5 – 37.3 > 27.3 16 – 17 < 32.6 32.6 – 52.4 > 52.4 < 17.2 17.2 – 29.0 > 29.0 18 – 19 < 35.7 35.7 – 55.5 > 55.5 < 19.2 19.2 – 31.0 > 31.0 20 – 24 < 36.8 36.8 – 56.6 > 56.6 < 21.5 21.5 – 35.3 > 35.3 25 – 29 < 37.7 37.7 – 56.5 > 56.5 < 25.6 25.6 – 41.4 > 41.4 30 – 34 < 36.0 36.0 – 55.8 > 55.8 < 21.5 21.5 – 35.3 > 35.3 35 – 39 < 35.8 35.8 – 55.6 > 55.6 < 20.3 20.3 – 34.1 > 34.1 40 – 44 < 35.5 35.5 – 55.3 > 55.3 < 18.9 18.9 – 32.7 > 32.7 45 – 49 < 34.7 34.7 – 54.5 > 54.5 < 18.6 18.6 – 32.4 > 32.4 50 – 54 < 32.9 32.9 – 50.7 > 50.7 < 18.1 18.1 – 31.9 > 31.9 55 – 59 < 30.7 30.7 – 48.5 > 48.5 < 17.7 17.7 – 31.5 > 31.5 60 – 64 < 30.2 30.2 – 48.0 > 48.0 < 17.2 17.2 – 31.0 > 31.0 65 – 69 < 28.2 28.2 – 44.0 > 44.0 < 15.4 15.4 – 27.2 > 27.2 70 – 99 < 21.3 21.3 – 35.1 > 35.1 < 14.7 14.7 – 24.5 > 24.5
Sumber: Electronic Hand Dynamometer Instruction Manual, (CAMRY)
PENERAPAN LATIHAN ROM..., Tantri Wijiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018