bab ii tinjauan pustaka a. konsep teori dance ...repository.ump.ac.id/9086/3/bangkit andriawan bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Dance Movement Therapy
1. Pengertian
Dance Movement Therapy adalah suatu psikoterapeutik yang
menggunakan gerakan sebagai integrasi fisik dan emosional yang bersifat
holistik (Pericleous, (2012) dalam Junaidin (2017)). Dance Movement
Therapy merupakan latihan fisik yang bersifat rekreasional, sarana
komunikasi verbal dan non-verbal, sarana ekspresi diri dengan gerakan,
interaksi sosial, dan pelepas ketegangan.
Dance Movement Therapy merupakan psikoterapi dengan
menggunakan tarian dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta
secara kreatif dalam proses untuk memajukan integrasi emosional,
kognitif, fisik, dan sosial (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Dance
movement therapy menekankan keselarasan dan konektivitas antara verbal
dan non-verbal dari cara berekspresi. Namun penilaian dan terapi dapat
dilanjutkan sepenuhnya di bidang non-verbal gerakan, sentuh, irama, dan
interaksi spasial, sehingga pendekatan cocok dengan kebutuhan orang
yang tidak dapat berpartisipasi dalam psikoterapi yang berorientasi dalam
bentuk lisan (Chaiklin 2009, dalam Lais 2012).
Dance movement therapy diberikan bagi individu dan kelompok
terapi dalam konteks kesehatan, pendidikan, sosial, dan dalam latihan
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
7
pribadi. Terapi tari dan gerak tidak hanya mengajarkan kemampuan
menari atau latihan tari. Dance movement therapy mempunyai dua asumsi
pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan mengekspresikan
perasaan serta merupakan pendekatan holistis yang penting bagi tubuh,
proses berpikir, dan bekerja pada integrasi diri (Setyoadi & Kushariyadi,
2011).
Individu selalu mengungkapkan diri dalam gerak dan tari,
mengungkapkan rasa terima kasih. Perilaku individu yang dikenal dengan
baik ini dapat dilihat sebagai dasar terapi tari dan gerak. Berikut
merupakan beberapa model dan kerangka teori digunakan untuk
mendeskripsikan proses dan hasil akhir Dance Movement Therapy
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
a. Psikoterapi Nonverbal Yang Expresif Dan Kreatif
Dance Movement Therapy berpusat pada klien, nonverbal, dan
bottom-up (body-mind) therapy. Gerakan merupakan pengalaman
secara langsung dan menyertakan komunikasi non-verbal yang
didasarkan pada tubuh. Gerak dapat memberikan pelepasan fisik
terhadap yang dapat dialami sebagai sebuah aliran seperti proses
kreatif dalam interaksi dengan penerimaan orang lain (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011).
b. Ilmu Saraf Dan Cermin Neuron
Penelitian pada ilmu saraf menerangkan bahwa otak berkembang
sebagai organ sosial tubuh. Cermin neuron merupakan sistem yang
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
8
menghubungkan persepsi terhadap tindakan. Saat tindakan disengaja
diobservasi, cermin neuron yang sama akan menyala seperti saat
individu mengamati tindakan yang memainkan perilaku yang sama.
Sementara otak bekerja sedemikian keras untuk mengerti maksud dan
perasaan orang lain, serta melakukan proses berpikir dan perwujudan
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
c. Neurologi Interpersonal
Individu yang mendapat perasaan langsung dari dirinya sendiri akan
mencapai sukses beberapa tingkat pada integrasi neuron yang koheren
secara internal dan tersedia bagi hubungan interpersonal. Integrasi
dari logis sisi kiri dengan otobigrafi sisi kanan otak dapat
menghasilkan pemahaman diri yang menjadi perasaan dari hidup
seseorang (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2. Manfaat
Setyoadi & Kushariyadi (2011) menjabarkan manfaat Dance
Movement Therapy antara lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran diri, harga diri, dan otonomi personal;
b. Meningkatkan hubungan antara pikiran, perasaan, dan tindakan;
c. Meningkatkan dan melatih kembali perilaku koping yang adaptif;
d. Mengungkapkan dan mengelolah pikiran atau perasaan yang
berlebihan;
e. Memaksimalkan sumber-sumber komunikasi;
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
9
f. Menghubungkan sumber-sumber dari dalam melalui permainan gerak
kreatif;
g. Menguji pengaruh pada diri sendiri terhadap orang lain;
h. Menguji perasaan di dalam hati dengan kenyataan yang ada di dunia
luar;
i. Memulai perubahan fisik, emosional, dan kognitif;
j. Mengembangkan dalam hal mempercayai hubungan dengan orang
lain;
k. Mengatur dan mengelola perasaan yang dapat mengganggu proses
belajar; meningkatkan kemampuan interaksi sosial.
Dance Movement Therapy telah dianggap efektif dalam pengobatan
mereka dengan perkembangan, gangguan kesehatan, sosial, fisik, dan
psikologis. Telah digunakan orang-orang sebagai terapi dengan masalah
mental dan psikologis dan pengurangan stress dan kecemasan bagi mereka
dengan penyakit kronis dan / atau kanker. Efektifitas terapi dansa juga
terlihat dalam peningktan berbagai jenis gerakan (ROM), kebebasan
gerakan tubuh total, dan perbaikan suasana hati, citra tubuh, dan harga diri.
Tetapi Dance sering digabungkan dengan penggunaan Applied Behavioral
Analysis. Terapis tidak hanya berfokus pada dan mengikuti kebutuhan
klien, tetapi mereka juga mencerminkan gaya klien. Sederhananya, terapis
menggunakan metode ini untuk mendapatkan pengalaman dan menghasut
ke dunia klien, sehingga mereka mungkin menawarkan metode yang
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
10
paling efektif terapi tari mungkin (Juliane, et al, 2013 dalam Ardiansah,
2016).
3. Mekanisme Kerja Dance Movement Therapy
Mekanisme dari Dance Movement Therapy ini sangat sederhana,
yaitu dengan cara mengikuti gerakan yang diberikan oleh peneliti. Waktu
pelaksanaan 2-3 hari berturut-turut atau lebih sesuai tujuan penelitian,
dengan durasi 30 menit setiap pertemuan.
Menurut Chaiklin (2009) dalam Lais (2012). Dance Movement
Therapy dibagi atas dua model yang berfokus pada kapasitas kreativitas
yang tiada akhir dan kualitas estetik dari tubuh yang bergerak sebagai
suatu fundamental yang unik dan spesifik untuk proses terapi, yaitu:
a. The Intra-Actional System
Sistem ini berhubungan dengan individu dan persepsi tubuh dan
dirinya (Spesifikasinya, sikap tubuh dan konsep diri sendiri).
b. Interactional System
Sistem ini lebih mengarah pada individu dan kapasitas mereka yang
berhubungan dengan dunia sebagai makhluk sosial (spesifikasinya
dan dinamika interpersonal).
4. Hormone yang Berperan
Rasa tenang dan nyaman selama terapi dapat memberi dampak
positif bagi rasa tenang, nyaman, rileks, dan stress yang menurun. Respon
positif ini melalui jalur HPA (hipotalamus-pituiary-adrenal) aksis akan
merangsang hipotalamus dan LC (Locus Coerulus). Hipotalamus akan
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
11
menurunkan sekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormone) sehingga
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) menurun dan merangsang POMC
(Pro-opimelanocortin) yang juga akan menurunkan produksi ACTH dan
menstimulasi produksi endoprin. LC (Locus Coerulus) yang bertanggung
jawab untuk menengahi banyak efek simpatik selama stress, dalam
keadaan rileks akan menurunkan sintesis nonepinefrin di medulla adrenal
yang akan merangsang penurunan AVP (Arginine Vasopressin).
Penurunan AVP dan ACTH serta peningkatan endhoprin akan
menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah
akan menurun (Guyton & Hall, 2007 dalam Ardiansah, 2016).
5. Prosedur Dance Movement Therapy
a. Tujuan
1) Klien dapat mengikuti gerakan Dance Movement Therapy yang
diajarkan atau dicontohkan
2) Klien merasakan perasaan senang sebagai efek rekreasi dari
kegiatan Dance Movement Therapy
3) Klien mendapatkan efek dari kegiatan menari berupa pengurangan
dari rasa marah atau kesal dari klien tersebut
b. Setting
1) Perawat dan klien berdiri berbaris dengan posisi perawat di depan
klien (dengan posisi memanjang dan berbanjar)
2) Ruangan lapang, boleh terbuka ataupun tertutup
c. Alat
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12
1) Sound system
2) Kaset CD lagu dolanan jawa
d. Metode
Mempraktekkan (Dance Movement Therapy) yang dicontohkan
perawat.
e. Prosedur
Tabel 2.1 Prosedur Kegiatan
A. PERSIAPAN
1. Menyiapkan perserta sesuai kriteria
2. Menyiapkan alat dan tempat
3. Berpakaian yang nyaman (bahan menyerap keringat)
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan pasien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan tata tertib pelaksanaan kegiatan menari
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Jika ingin keluar dari kegiatan harus meminta izin kepada
perawat
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
13
C. KERJA
1. Tahap pertama atau step I (Mild Intensity) durasi 10 menit
dengan menggunakan iringan lagu yang berjudul Gemu Fa Mi Re
2. Tahap kedua atau Step II (Moderate Intensity) durasi 10 menit
dengan menggunakan iringan lagu yang sama dengan step
pertama yaitu lagu Gemu Fa Mi Re
3. Tahap ketiga atau Step III (mild Intensity) durasi 10 menit dengan
iringan lagu Gemu Fa Mi Re
Untuk tahapan dari gerakan tarian akan diperjelas di dalam lampiran
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti kegiatan terapi
2. Terapi memberi pujian
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya
B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
14
Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan Hartono (2011) adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan aduh, gelisah dan tidak terkontrol. Fresan (2007) dalam
Sodikin, dkk (2015) mendefinisikan perilaku kekerasan adalah reaksi
emosional yang menyebabkan terjadinyakemarahan atau perilaku yang
bertujuan untuk menyebabkan kerusakan fisik terhadap seseorang atau properti.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol (Yosep, 2010).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, terdapat beberapa tahap dalam
melakukan asuhan keperawatan yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Seorang perawat harus berjaga-
jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hirarki perilaku agresif
dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula efek klien yang
berhubungan dengan perilaku agresif (Yosep, 2007 dalam Muhith 2015).
Dalam pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu :
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
15
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
a) Neurologic Faktor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respon agresif.
b) Genetik faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif, Menurut riset Kazuo Murakami
(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif
yang sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor
eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karyotype XYY,
pada umumnya dimiliki oleh penghuni perilaku tindak
criminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat
perilaku agresif.
c) Cycardian Rhytm
Irama sirkardian tubuh, memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
16
masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam
9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi
untuk bersikap agresif.
d) Biochemistry Faktor
(Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak
(epineprin, norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin)
sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang
dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar
melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya
melalui serabut efferent. Peningkatan hormone androgen dan
norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA(gamma-
aminobutyric acid) pada cairan cerebrospinal vertebra dapat
menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom
otak organic, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis,
epilepsy ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span history). Teori ini
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
17
menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih saying dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton
tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif pula
(makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain
menonton tayangan cara mengasihi dan mencium boneka
tersebut dengan reward positif pula (makin baik belaiannya
mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
18
boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai
dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon
ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa agresivitas lingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan
perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbolis
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal, dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi
3) Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
19
4) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alcoholism dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
c. Penilaian terhadap stressor
Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari
situasi stress bagi individu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan respon social. Penilaian adalah evaluasi tentang
pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan kesejahteraan
seseorang. Stressor mengansumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang
diberikan kepada orang yang berisiko.
Respon perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis,
serta analisis kognitif seseorang tentang situasi stress. Ada 4 fase dari
respon perilaku individu untuk menghadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan
individu untuk melarikan diri dari itu
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah
keadaan eksternal dan setelah mereka
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan
rangsangan emosional yang tidak menyenangkan
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
20
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan
masalah dan gejala sisa dengan penyesuaian internal
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala marah secara spesifik dapat diperhatikan dalam
beberapa hal yaitu secara fisik, secara verbal, secara perilaku, secara
emosi, secara intelektual, secara spiritual, secara sosial dan perhatian.
Secara fisik adalah muka merah, mata melotot atau pandangan tajam,
tangan mengepal, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku
mengepalkan tangan, jalan mondar – mandir. Secara verbal adalah
bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam
secara verbal dan fisik, mengumpat dengan kata – kata kotor, ketus.
Secara perilaku adalah melempar atau memukul benda atau orang lain,
menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan dan amuk atau agresif. Secara emosi adalah tidak dekat,
tidak aman dan tidak nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk dan ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut. Secara intelektual adalah mendominasi,
crewet, kasar, berdebat dan meremehkan. Secara spiritual merasa diri
berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar. Secara social
adalah menarik diri, pengasingan, penolakan, kekeerasan, ejekan dan
sindiran. Secara perhatian adalah bolos, mencuri, melarikan diri dan
penyimpangan social (Yosep, 2010).
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
21
e. Rentang Respon marah
Menurut Yosep, (2010) perilaku kekerasan merupakan status
rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam
bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi
dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin manyampaikan pesan bahwa ia “tidak
setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon
normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
22
Gambar 2.1 Rentang Respon Marah (Yosep, 2010)
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Klien mampu
mengungkapkan
marah tanpa
menyalahkan
orang lain dan
memberikan
kelegaan
Klien gagal
mencapai
tujuan
kepuasan/saat
marah dan
tidak dapat
menemukan
alternatifnya
Klien merasa
tidak dapat
mengungkapkan
perasaannya,
tidak berdaya
dan menyerah.
Klien
mengekspresikan
secara fisik, tapi
masih terkontrol,
mendorong
orang lain
dengan ancaman
Perasaan
marah dan
bermusuhan
yang kuat
dan hilang
kontrol,
disertai
amuk,
merusak
lingkungan
f. Pohon Masalah
(Yosep, 2010)
Resiko perilaku kekerasan (pada
diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)
..............................Effect
Perilaku Kekerasan ………………Core Problem
Harga Diri Rendah Kronis ………………………..Cause
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
23
g. Sumber koping
Sumber koping dapat berupa asset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan, teknik defensif, dukungan social, dan motivasi. Hubungan
antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan
energy, dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan
menyelesaikan masalah dan social, sumber daya social dan material, dan
kesejahteraan fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan dari status kesehetan
klien yang dilakukan dengan pengkajian dan hasilnya menjadi diagnosis
untuk membantu perencanaan tindakan keperawatan (Muhith, 2015).
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus sebagai berikut :
DIAGNOSA : Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
Lingkungannya
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
24
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rikels, dan tidak
menantang.
4. Jelaskan kontrak yang akan di buat.
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontrak singkat tapi sering.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria hasil :
Klien mampu mengetahui penyebab perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
25
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
Kekerasan
Kriteria hasil :
Klien dapat mengetahui tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal
yang dialami klien.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
Biasa dilakukan.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
Intervensi :
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
3. Tanyakan : apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?
4.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
26
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria hasil :
Klien dapat mengetahui akibat perilaku kekerasan
Intervensi
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
dilakukan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan.
Kriteria hasil :
Klien dapat menjelaskan cara sehat mengungkapkan
kemarahannya.
Intervensi :
1. Beri pujian
2. Diskusikan dengan klien cara lain
a. Secara fisik : Tarik nafas dalam, penyaluran
energi.
b. Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang marah
atau kesal.
c. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon
kepada tuhan untuk diberikan kesabaran.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
27
TUK 7 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengetahui cara mengontrol perilaku
kekerasan
Intervensi :
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
dipilih.
3. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel atau marah.
4. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipilih.
TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
Program).
Intervensi :
1. Jellaskan jenis obat yang diminum klien pada klien dan
keluarga.
2. Jelaskan manfaat minum obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa seizing dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan untuk menjelaskan efek samping obat.
5. Beri pujian jika klien meminum obat dengan benar.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
28
TUK 9 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam
Mengontrol perilaku kekerasan.
Intervensi :
1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari
sikap keluarga
2. Jelaskan cara merawat klien :
a. Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
b. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
c. Mambantu klien mengenal penyebab ia marah.
DIAGNOSA : Perilaku Kekerasan
TUM : Klien mampu mengatasi atau mengendalikan risiko
Perilaku kekerasan.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil:
Klien dapat menunjukkan tanda percaya kepada
perawat melalui ekspresi wajah, kontak mata, bersedia
menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan
masalah.
Intervensi :
1. Salam terapeutik.
2. Berjabat tangan.
3. Perkenalkan diri.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
29
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai.
5. Jelaskan tujuan pertemuan.
6. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat.
7. Tunjukkan sikap empati.
8. Beri perhatian kepada klien.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukannya.
Kriteria hasil :
Menceritakan perasaan dan penyebab perilaku
kekerasan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien untuk menceritakan penyebab
rasa kesal dan jengkelnya.
2. Dengarkan penjelasan klien.
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan
kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi.
2. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan
kondisi emosi saat perilaku kekerasan terjadi.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
30
3. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan
kondisi hubungan dengan orang lain saat perilaku
kekerasan terjadi.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan
yang pernah dilakukan.
Kriteria hasil :
a. Jenis kemarahan yang selama ini dilakukan.
b. Perasaan saat melakukan kekerasan.
c. Efektifitas yang dipakai dalam menyelesaikan masalah.
Intervensi :
1. Diskusikan perilaku kekerasan yang selama ini
dilakukan.
2. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis perilaku
kekerasan yang selama ini dilakukan.
3. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
tindakan tersebut dilakukan.
4. Diskusikan apakah tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah dapat teratasi.
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku
kekerasan.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
31
Kriteria hasil :
Klien menjelaskan akibat yang timbul dari tindak
kekerasan yang dilakukannya
Intervensi :
Diskusikan dengan klien akibat negatif atau kerugian dari
cara atau tindakan kekerasan yang dilakukan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasikan cara sehat dalam
mengungkapkan kemarahan.
Kriteria hasil :
Klien dapat menjelaskan cara sehat dalam
mengungkapkan marah.
Intervensi :
1. Jelaskan pada klien berbagai alternatif pilihan untuk
mengungkapkan kemarahan selain perilaku kekerasan.
2. Jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan kemarahan.
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Intervensi :
1. Latih klien memperagakan cara yang dipilih.
2. Jelaskan manfaat cara tersebut.
3. Anjurkan klien meniru peragaan yang sudah dilakukan.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
32
4. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih
belum sempurna.
5. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih
saat marah/jengkel.
TUK 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol
resiko perilaku kekerasan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab, akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan.
2. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
cara perawatan terhadap klien.
TUK 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan.
Kriteria hasil :
Klien bisa menjelaskan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, bentuk dan warna obat, nama obat,
dosis obat, waktu, efek yang dirasakan, klien
menggunakan obat sesuai program.
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur.
2. Jelaskan kepada klien : jenis obat, dosis, waktu, cara
pemakaian, efek yang dirasakan.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
33
3. Anjurkan klien untuk menggunakan obat tepat waktu,
lapor ke perawat jika mengalami efek yang tidak biasa.
4. Beri pujian klien menggunakan obat.
DIAGNOSA : Harga Diri Rendah
TUM : Klien dan keluaurga mampu mengatasi harga diri rendah
yang dialami klien.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Ekspresi wajah bersahabat, kontak mata baik, mau
menjawab salam, mau berjabat tangan, mau menyebut
nama, mau mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1. Salam terapeutik.
2. Berjabat tangan.
3. Sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
4. Bersikap tenang dan bicara tidak menantang.
5. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek positif
yang dimiliki.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
34
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengetahui aspek positif yang dimiliki
dan bisa dilakukan.
b. Klien mampu memilih kegiatan positif yang akan
dilakukan di rumah sakit sesuai kemampuan klien.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien aspek positif yang dimiliki
dank lien mampu lakukan.
2. Motivasi klien untuk mendemonstrasikan kegiatan
positif sesuai kemampuan.
3. Beri pujian untuk klien dapat melakukan dengan baik
kegiatan positif yang sudah dilakukan.
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki.
Kriteria hasil :
Klien mampu berfikir bahwa dirinya mempunyai
kemampuan positif dan masih berguna.
Intervensi :
1. Motivasi klien untuk mengevaluasi kegiatan positif
yang sudah klien lakukan.
2. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan
positif selanjutnya sesuai kemampuan klien.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
35
TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan positif sesuai
kemampuan.
Kriteria hasil :
Klien mau memasukan dalam buku jadwal kegiatan
harian.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk kembali melakukan kegiatan
positif yang sudah dilakukan.
2. Motivasi klien untuk memasukan dalam buku jadwal
kegiatan harian.
3. Beri pujian untuk klien.
4. Diskusikan kemungkinan untuk melakukan di rumah.
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencangkup tindakan mandiri
dan kolaboratif. Pada situasi nyatanya sering implementasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan
rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan yang
biasa adalah rencana tindak lanjut tertulis yaitu apa yang di pikirkan,
dirasakan, itu yang dilakukan. Hal ini sangat membahayakan klien dan
perawat jika mengakibatkan fatal dan tidak memenuhi aspek legal. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
36
memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan
maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilakukan
tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan.
Dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien
(Muhith, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai hasil dari tindakan keperawatan pada klien dan dilakukan terus
menerus pada respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan
pendekatan SOAP (Muhith, 2015).
Perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Dibawah itu beberapa perilaku
yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif :
a. Identifikasi situasi yang dapat mengakibatkan kemarahan klien.
b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
c. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada
yang lain.
d. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya.
e. Mampu mentoleransi rasa marahnya.
Asuhan Keperawatan Pada ..., BANGKIT ANDRIAWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019