bab ii tinjauan pustaka a. kebutuhan...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitas 1. Konsep Spiritual a. Definisi Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002). b. Aspek spiritualitas Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002). Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: 7

Upload: lamdien

Post on 03-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Spiritualitas

1. Konsep Spiritual

a. Definisi

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan

Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang

percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.

Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan

Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,

zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).

b. Aspek spiritualitas

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.

Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan

kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan

kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar

kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan

misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan

(Hawari, 2002).

Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi

aspek sebagai berikut:

7

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

8

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian dalam kehidupan

2) Menemukan arti dan tujuan hidup

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan

dalam diri sendiri

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan

Yang Maha Tinggi.

c. Dimensi spiritual

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk

menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi

stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga

dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia

(Kozier, 2004).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi

eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada

tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus

pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah

hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan

seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

9

lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi

tersebut (Hawari, 2002).

2. Kebutuhan spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan

mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia

(Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu :

a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara

terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup

ini adalah ibadah.

b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras

dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta

alam sekitaraya

c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan

keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan

dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

10

d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur

mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan

seseorang tidak melemah.

e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan

berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik

bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu

pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa

bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu

bebas dari rasa bersalah kepada orang lain

f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan

self esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh

lingkungannya.

g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap

harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu

jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat).

Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi

kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi

sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan

manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila

seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia

senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

11

i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama

manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena

itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia

juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat

hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk

menjaga dan melestarikan alam ini.

j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-

nilai religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan

sering berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu

meningkatkan iman orang tersebut.

3. Pola Normal Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan

berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu.

Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi

sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual.

Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu

diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

seorang klien. Keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting

dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai

suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik (Hamid,

2000).

Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

12

memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada klien.

Setiap individu memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai

spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas

termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan

eksistensi (Potter & Perry, 2005).

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai

spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda

mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas

dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang,

serta persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut

nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep

spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan

keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep

religius. Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua

konsep tersebut karena menemui kesulitan dalam memahami keduanya.

Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan dan saling

berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep

religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik mengenai praktik

yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry

mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

13

terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan

spiritualitas mereka (Hawari, 2002)

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi

adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan

keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

menunjukkan spiritualitas diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki

konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari

prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan

tersebut (Hawari, 2002)

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan

kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai

dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme

(percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan

akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam

Kristen dan Islam. Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu

kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk

bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti (Hawari,

2004).

Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan

istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat

sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap

agama yang ada di dunia memiliki karakteristik yang berbeda mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

14

prinsip yang mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga

mempengaruhi seorang individu untuk menilai sesuatu yang ada sesuai

dengan makna dan filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh, persepsi

seorang Muslim mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit

tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung

konsep spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan

seorang individu. Konsep spiritual yang dianut atau dipahami oleh seorang

klien dapat mempengaruhi cara pandang klien mengenai segala

sesuatunya, tak terkecuali dalam bidang kesehatan. Paradigma mengenai

sakit, tipe-tipe pengobatan yang dilakukan, persepsi mengenai kehidupan

dan makna yang terkandung di dalamnya adalah contoh penerapan konsep

spiritual secara normal pada diri seorang individu. Ada beberapa agama

yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:

a. Beberapa orang menjadi spiritual setelah usia 40 tahun. Pada satu

tingkat pergi ke kuil, menghadiri wacana-wacana dan membaca buku-

buku atau kitab-kitab dianggap sangat spiritual.

b. Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti tradisi maka

mereka memiliki sadhana. Ini adalah zaman baru modern gaya

c. Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa dan mereka upsana.

Beberapa praktik seni seperti astrologi atau obat atau tari atau musik

dan kemudian mereka menggunakan waktu luang ada dalam sadhana

spiritual.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

15

d. Beberapa orang menghadiri Bhajan dan kemudian melakukan

pelayanan sosial yang juga baik seperi pelayanan kesehatan.

4. Pola normal spiritual

Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan,

Karena dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif

ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri. Dimensi

spiritual merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien.

Carson (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius

adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut

dikatakannya bahwa keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat

kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik, yang tidak

dapat diukur. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan

dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan

pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan

spiritual dengan baik kepada semua klien.

5. Perkembangan Aspek Spiritual

Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi

semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien.

Berbagai cara dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai

dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi

klien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek

spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

16

manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi

tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling

berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada

suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002)

Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari

manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan

tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual klien. Tahap

perkembangan klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia.

Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan

mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa

muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum

tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan

aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari

pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan

instropeksi. Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek

spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002)

Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk

diperhatikan. Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah

individu yang berusia antara 0-18 bulan, yang sedang dalam proses

tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik,

psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak

adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

17

lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Larson,

2009).

Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa

perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan

spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.

Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.

Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya

perkembangan spiritual yang baik pada bayi. Oleh karena itu, perawat

dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk membantu

pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.

Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa

kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan

kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik

dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap

perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk

berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa

tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai

dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan

berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan

sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-

pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual (Hamid, 2000).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

18

Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)

berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.

Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan

harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak

hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan

norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan

anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar

tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena

anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima

penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan

membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid, 2000).

Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami

peningkatan kualitas kognitif pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun)

berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep

abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama

mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak

dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua

dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual

mereka (Hamid, 2000).

Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan

arti dan tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk

mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan

berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

19

kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.

Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role

model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok

paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil

dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka

protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap

paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak

untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja

(Hamid, 2000).

Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani

proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual,

memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari

saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka

sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka

lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri

bahwa mereka sudah dewasa (Hamid, 2000).

Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan

tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep

yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama

dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan

kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan

dan nilai spiritual (Hamid, 2000).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

20

Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada

tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi

spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain

dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan

ritual spiritual meningkat (Hamid, 2000).

Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan

ini, pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak

menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat

agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna

bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik,

mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia

yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa

tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati.

Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat

lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap

kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri

(Hamid, 2000).

Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam

kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual,

walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda

berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase

dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau

pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

21

B. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh

melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan

fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan,

pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan

masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).

Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan

menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh

utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak

menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai

muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya

tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu

klien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan

tanpa bantuan.

Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa

kekeluargaan dengan klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk

selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien untuk

mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai klien.

Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten

selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

22

berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut

Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan

hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas

kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat

adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat dalam

menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan.

Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus

mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi

kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan

berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri

dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,

koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan

sebagai berikut (Hidayat, 2008):

1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis

keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang

sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi

tingkat perkembangannya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

23

2. Peran Sebagai Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas

peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak

atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan

pendidikan kesehatan.

4. Peran Koordinator

Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

5. Peran Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain

dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

24

diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk

pelayanan selanjutnya.

6. Peran Konsultan

Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi

terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien

merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan. Untuk itu diperlukan sebuah metode ilmiah untuk

menyelesaikan masalah keperawatan, yang dilakukan secara sitematis yaitu

dengan pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data,

penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini akan

diuraikan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual (Hamid, 2000):

1. Pengkajian

Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu

dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek

spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan pasien.

Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

25

membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat

dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk

membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan meliputi:

a. Pengkajian data subjektif

Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier,

2005) mencakup (a) konsep tentang ketuhanan, (b) sumber kekuatan

dan harapan, (c) praktik agama dan ritual, dan (d) hubungan antara

keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.

b. Pengkajian data objektif

Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik

yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,

hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif

terutama dilakukan melalui observasi, Pengkajian tersebut meliputi:

1) Afek dan sikap

Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi,

apatis atau preokupasi?

2) Perilaku

Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci

atau buku keagamaan? dan apakah pasien seringkali mengeluh,

tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan

tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau

mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

26

3) Verbalisasi

Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik

keagamaan lainnya?, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh

pemuka agama? dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya

terhadap kematian?

4) Hubungan interpersonal

Siapa pengunjung pasien? bagaimana pasien berespon terhadap

pengunjung? apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien?

Dan bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang lain dan

juga dengan perawat?

5) Lingkungan

Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah

lainnya? apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur

keagamaan dan apakah pasien memakai tanda keagamaan

(misalnya memakai jilbab?).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual

menurut North American Nursing Diagnosis Association adalah distres

spiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari distres spiritual adalah

kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan

tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik,

literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA,

2006).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

27

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distres

spiritual adalah 1) berhubungan dengan diri, meliputi; pertama

mengekspresikan kurang dalam harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian,

penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga

rasa bersalah, dan keempat koping buruk. 2) Berhubungan dengan orang

lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak

berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari

sistem dukungan, mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan seni,

musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi

kreatif (bernyanyi, mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan

kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4)

Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak

mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas agama,

mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu

untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama,

perubahan mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi

dan mengalami penderitaan tanpa harapan.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan

distress spiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan

sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

28

atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau

orang lain.

3. Perencanaan

Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan

teridentifikasi, selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan

rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres

spiritual difokuskan pada menciptakan lingkungan yang mendukung

praktek keagamaan dan kepercayaan yang biasanya dilakukan. Tujuan

ditetapkan secara individual dengan mempertimbangkan riwayat pasien,

area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.

Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien dengan distres

spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan: 1)

membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya, 2) membantu pasien

menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif

untuk mengatasi situasi yang sedang dialami, 3) membantu pasien

mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan

Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang

menyenangkan, 4) membantu pasien mencari arti keberadaannya dan

situasi yang sedang dihadapinya, 5) meningkatkan perasaan penuh

harapan, dan 6) memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi

dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

29

berikut : 1) periksa keyakinan spiritual pribadi perawat, 2) fokuskan

perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya, 3) jangan

beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual, 4) mengetahui

pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien, 5) berespon secara

singkat, spesifik, dan aktual, 6) mendengarkan secara aktif dan

menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah pasien, dan 7)

membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama, 8)

memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada tahap

implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir kebutuhan

dasar spiritual manusia seperti yang disampaikan oleh Clinebell (Hawari,

2002) yang meliputi: 1) kebutuhan akan kepercayaan dasar, 2) kebutuhan

akan makna dan tujuan hidup, 3) kebutuhan akan komitmen peribadatan

dan hubungannya dengan keseharian, 4) kebutuhan akan pengisian

keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, 5)

kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa, 6) kebutuhan akan

penerimaan diri dan harga diri, 7) kebutuhan akan rasa aman terjamin dan

keselamatan terhadap harapan masa depan, 8) kebutuhan akan dicapainya

derajat dan martabat yang makin. tinggi sebagai pribadl yang utuh, 9)

kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia,

10) kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-

nilai religius.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

30

Perawat berperan sebagai communicator bila pasien menginginkan

untuk bertemu dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat

memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah spirituahiya.

Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing

Interventions Classification (NIC), intervensi keperawatan dari diagnosa

distres spiritual salah satunya adalah support spiritual. Definisi support

spiritual adalah membantu pasien untuk merasa seimbang dan

berhubungan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi

: 1) buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan, 2)

beri semangat untuk menggunakan sumber-sumber spiritual, jika

diperlukan, 3) siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien, 4)

tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien, 5) gunakan teknik klarifikasi nilai

untuk membantu pasien mengklarifikasi kepercayaan dan nilai, jika

diperlukan, 6) mampu untuk mendengar perasaan pasien, 7) berekspersi

empati dengan perasaan pasien, 8) fasilitasi pasien dalam meditasi, berdo'a

dan ritual keagamaan lainnya, 9) dengarkan dengan baik-baik komunikasi

pasien, dan kembangkan rasa pemanfaatan waktu untuk berdo'a atau ritual

keagamaan, 10) yakinkan kepada pasien bahwa perawat akan dapat men-

support pasien ketika sedang menderita, 11) buka perasaan pasien

terhadap keadaan sakit dan kematian, dan 12) bantu pasien untuk

berekspresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa marah dengan

cara yang baik (McCloskey dan Bulechek, 2006).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

31

5. Evaluasi

Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang

ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data

terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan

keperawatan tercapai apabila secara umum pasien : 1) mampu beristirahat

dengan tenang, 2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan

Tuhan, 3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan

pemuka agama, 4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan

keberadaannya, dan 5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan

kecemasan.

C. Pasien dengan Pre-Operasi

1. Pengertian Pre Operasi

Fase Pre operasi adalah waktu dimulai ketika keputusan untuk

informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi

(Brunner dan Suddarth, 2002). Keputusan untuk bedah ini dipengaruhi

oleh kondisi fisik dan anesthesi, untuk hal tersebut maka pasien perlu

dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiology.

2. Perawatan Pre Operasi

Perawatan pada pasien pre operasi harus memandang pasien secara

utuh, yaitu mencakup unsur bio, psiko, sosio dan spiritual. Hal tersebut

berjalan dengan definisi keperawatan hasil lokakarya keperawatan

nasional tahun 1983 yang menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

32

bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, kulturul dan spiritual yang

komprehensif serta dtunjukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat

baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia

(Gaffar, 1999).

Depkes (1989) bahwa perawatan pre operasi adalah perawatan

yang memberikan kepada pasien yang akan menjalani operasi. Tujuan dari

perawatan pre operasi adalah untuk mempersiapkan diri pasien

menghadapi anesthesia dan operasi, baik mental maupun emosional.

3. Persiapan Pasien Pre operasi

Sjamsuhidajat (2005) menjelaskan bahwa persiapan pasien pre

operasi meliputi persiapan fisik dan persiapan mental, persiapan mi

penting sekali untuk mengurangi faktor resiko yang diakibatkan dari suatu

pembedahan.

a. Persiapan fisik

Perawatan yang harus diberikan pada pasien pre operasi adalah

mempersiapkan secara fisik hal-hal yang dapat berpengaruh baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan

tindakan pembedahan atau operasi, diantaranya adalah pertama

keadaan umum pasien yang meliputi: kesadaran, tensi, nadi, suhu serta

pemeriksaan fisik seperti dekubitus, edema, atau bunyi nafas

abnormal; kedua keseimbangan cairan dan elektrolit harus normal;

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

33

ketiga status nutrisi harus baik; keempat klisma dan puasa yaitu

pengosongan lambung dan kolon harus baik dan bersih; kelima

personal hygiene pasien harus baik; dan keenam pengosongan

kandung kemih (Sjamsuhidajat, 2005).

b. Persiapan mental

Pasien secara mental harus dipersiapkan untuk menghadapi

pembedahan, karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap

penyuntikan, nyeri luka, anestesia, bahkan terhadap kemungkinan

cacat atau mati. Dalam hal ini, hubungan baik antara penderita,

keluarga dan tenaga kesehatan sangat membantu untuk memberikan

dukungan sosial atau yang lebih dikenal dengan Istilah support system.

Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap

terbuka dan penerangan dari dokter dan petugas pelayanan kesehatan

lainnya (Sjamsuhidajat, 2005).

Perawat juga harus mampu memberikan dukungan psikologis

terhadap pasien pre operasi. Dukungan psikologis yang dapat

diberikan misalnya dengan menginformasikan pada pasien sesuatu

yang bisa terjadi, menentukan status psikologis pasien, memberikan

prioritas peringatan dari hal-hal yang dapat membahayakan, dan

mengkomunikasikan status emosional pasien kepada anggota tim

kesehatan lain secara tepat (LeMone, 1996).

Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual ini dapat dilakukan

dengan ,mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

34

agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privacy

untuk berdoa, memberikan kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi

dengan orang lain (keluarga, teman, dan sebagainya) serta menjalin

komunikasi yang terapeutik terhadap pasien (Hamid, 2000). Suatu

penelitian terhadap pasien-pasien yang akan menjalani operasi

dilakukan oleh Larson (2009) hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa pasien-pasien lanjut usia dan religius (banyak berdo'a dan

berdzikir) kurang mengalami rasa ketakutan atau kecemasan terhadap

operasi yang akan dijalaninya.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

35

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Hamid (2000), Hawari (2002), Hidayat (2008),

dan Sjamsuhidajat (2005)

Kebutuhan Fisik: - Keadaan umum - Keseimbangan cairan

dan elektrolit - Status nutrisi - Klisma & puasa - Personal hygiene - Pengosongan kandung

kemih

Kebutuhan Mental: - Dukungan sosial - Dukungan psikologis - Pemenuhan kebutuhan

spiritual

Pendekatan Proses Keperawatan: - Pengkajian - Diagnosa

keperawatan - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi

Peran Perawat : - Pemberi asuhan

keperawatan - Advokat Klien - Educator - Koordinator - Kolaborator - Konsiltan - Pembaharu

Kebutuhan Pasien pre operasi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitasdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah... · bagi kesehatan jiwa seseorang. ... Kebutuhan akan dicapainya

36

E. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Penelitian ini hanya mengetahui gambaran peran perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada

pasien pre operasi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, jadi

tidak diperlukan suatu hipotesis (Arikunto, 2006).

Pasien pre operasi

Baik

Cukup

Kurang baik

Tidak baik

Peran perawat dalam

pemenuhan kebutuhan spiritual dengan

pendekatan proses

keperawatan