bab ii tinjauan pustaka a. asi (air susu ibu) 1....
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI (Air Susu Ibu)
1. Pengertian
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit,
bubur nasi dan tim. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi bila mungkin selama 6 bulan
(Roesli, 2000).
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik baik bayi,
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu
hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga
dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program
pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung optimal (Prasetyono, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah makanan
terbaik bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama karena didalamnya
mengandung zat besi yang paling sempurna untuk perkembangan dan
pertumbuhan bayi.
9
10
2. Kandungan ASI
Kandungan – kandungan zat yang terdapat dalam ASI adalah
protein, laktosa, vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai makanan bagi
bayi. Oleh karena itu, ASI dalam jumlah cukup dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama 6 bulan pertama setelah kelahiran (Baskoro, 2008) :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk Laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih
banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan
PASI adalah 7 : 4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan
PASI. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang
berperan dalam pertumbuhan sel-sel saraf. Di dalam usus, sebagian
laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah
pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan
kalsium dan mineral-mineral lain.
b. Protein
Protein sangat bagus karena semua unsur protein ini sangat
penting bagi bayi pada tahun pertama hidupnya. Karena pada tahun
pertama pertumbuhan bayi sangat cepat, didalam kandungan Protein
Whey, terkait juga protein yang baik yaitu taurin merupakan protein
otak yang diperlukan untuk otak, susunan syaraf, selain itu juga
penting untuk pertumbuhan retina. Lactoferin juga protein yang
penting karena lactoferin mengangkut zat besi dari ASI ke darah dan
11
lactoferin dapat menjaga usus dari bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit. Sedangkan protein lysosyme yang dapat mematikan bakteri
yang berbahaya.
c. Lemak
Jenis lemak dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan mudah dicerna karena
mengandung enzim lipase- omega 3, omega 6 dan DHA adalah lemak
yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Lemak juga mengandung asam linoleat, jenis asam ini tidak dapat
dibuat oleh tubuh yang mempunyai fungsi untuk memacu
perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
Mineral juga terkandung dalam ASI meskipun kadarnya relatif
rendah. Zat besi dan kalsium yang terkandung didalam mineral sangat
stabil dan mudah diserap.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang dibutuhkan bayi sampai 6 bulan
kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir belum mampu menyerap
vitamin K.
3. Manfaat Pemberian ASI
ASI banyak mengandung komposisi zat gizi yang berperan penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Manfaat ASI
menurut Suradi (2004):
12
a. Bagi bayi
Ada 4 manfaat ASI :
1) ASI sebagai nutrisi
Di dalam ASI terdapat nutrisi-nutrisi yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan otak antara lain : taurin, laktosa dan asam lemak
ikatan panjang.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir membawa imunoglobulin (zat kekebalan tubuh)
secara alamiah. Tetapi zat ini akan segera turun apabila bayi telah
dilahirkan. Pada saat zat kekebalan tubuh yang dibawa sejak lahir
sudah mulai menurun, maka kemampuan bayi mempertahankan
daya tahan tubuhnya mulai lambat, setelah itu akan terjadi
kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan ini dapat diatasi
dengan pemberian ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh, yang dapat melindungi bayi dari infeksi, bakteri, virus dan
jamur.
3) ASI meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan anak erat kaitannya dengan otak, maka perkembangan
kecerdasan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan otak. Salah
satunya yang berperan dalam perkembangan otak adalah nutrisi
dengan memberikan ASI perkembangan otak dapat berkembang
secara optimal dan menjadikan perkembangan potensi kecerdasan
anak secara maksimal.
13
4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
merasakan kasih sayang, merasa aman dan tentram serta perasaan
terlindungi dan disayangi. Inilah yang menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk percaya diri dan dasar
spiritual yang baik. Keuntungan lain dari pemberian ASI menurut
tidak mudah tercemar, melindungi bayi dari infeksi, lebih murah /
ekonomis, mengandung vitamin yang cukup, mencegah anemia
akibat kekurangan zat besi, ASI mudah dicerna dan menghindari
bayi dari alergi.
b. Bagi ibu
1) Mengurangi resiko kanker payudara (Ca Mammae).
Menyusui mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi
alergi.
2) Mengurangi resiko kanker indung telur (Ca Ovarium) dan kanker
rahim (Ca Endometrium).
Wanita yang mengidap kanker indung telur ephitenal dibanding
dengan perempuan dengan kondisi neoplastic menunjukkan tren
terbalik terhadap resiko terkena kanker indung telur dengan
meningkatkan durasi menyusui dan jumlah anak yang disusui.
3) Mengurangi resiko keropos tulang (Osteoporosis).
Perempuan dengan banyak anak dan periode menyusui yang
panjang memiliki kepadatan mineral tulang lebih tinggi / sama dan
14
resiko patah lebih rendah / sama dibandingkan dengan yang tidak
pernah melahirkan dan menyusui.
4) Mengurangi resiko rheumatoid artritis.
5) Metode KB paling aman.
6) Mengurangi resiko diabetes maternal
c. Bagi keluarga
1) Mudah pemberiannya
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan
kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
botol, dan dot yang selalu harus dibersihkan.
2) Menghemat biaya
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
Selain itu, penghematan juga disebabkan bayi yang mendapat ASI
lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
3) Mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang,
sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dan keluarga.
d. Bagi lingkungan
1) Mengurangi bertambahnya sampah
Dengan hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) manusia tidak
memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus.
15
2) Mengurangi polusi udara
Air Susu Ibu (ASI) tidak menambah polusi udara karena untuk
membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap.
e. Bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya
diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah.
2) Mengurangi subsidi kesehatan
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial, serta mengurangi biaya yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI
lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang
mendapat susu formula.
3) Menghemat devisa untuk membeli susu formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui eksklusif selama 6 bulan, berapa banyak devisa yang
dapat dihemat oleh negara yang sebelumnya dipakai untuk
membeli susu formula.
16
4. Faktor-faktor yang terkait Pemberian ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI menurut Prasetyono
(2009) sebagai berikut :
a. Aspek pemahaman dan pola pikir
Meskipun pemberian ASI telah banyak disosialisasikan, namun
tidak sedikit ibu yang belum mengerti dan menganggap remeh hal itu,
terutama para ibu yang bekerja di luar rumah. Beberapa anggapan
keliru sering kali menyampingkan kebutuhan nutrisi bayi. Selain itu,
keberhasilan media promosi dapat berpengaruh terhadap pola pikir
para ibu bahwa susu formula yang banyak mengandung DHA, AA dan
kandungan lain lebih cocok dan sangat dibutuhkan oleh bayi
ketimbang ASI, yang membuat mereka repot menyusui.
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama
6 bulan pertama kelahiran dikarenakan kurangnya informasi dan
pengetahuan dikarenakan oleh para ibu mengenai segala nilai plus
nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan
para ibu yang bekerja, terutama yang tinggal diperkotaan, juga turut
mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui. Adapun mitos tentang
pemberian ASI bagi bayi, misalnya ibu yang menyusui anaknya dapat
menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan suatu mitos yang sulit
diterima oleh akal sehat. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu
yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan
makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi ibu, yang
17
akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping
manakala bayi lapar.
b. Aspek Gizi
ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi
hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan
kepada bayi, yang sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat
kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai
infeksi, seperti diare. Bila kolostrum terlambat diberikan kepada bayi,
maka boleh jadi sistem kekebalan bayi sedikit rapuh dan mudah
terserang penyakit.
Secara berangsur-angsur, selama dua minggu setelah ibu
melahirkan, kolostrum berubah menjadi ASI mature. Selama masa
transisi ini, volume ASI meningkat pesat, sedangkan konsentrasi
antibodi berkurang. Hal itu tidak berarti bahwa kolostrum menghilang,
namun tetap menjadi vaksin gratis yang akan melindunginya dari
serangan berbagai virus dan bakteri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
menyusui pada sejam pertama setelah kelahiran bayi, yang dilanjutkan
dengan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan, akan
menyelamatkan lebih dari satu juta bayi.
c. Aspek Pendidikan
Bagi sebagian ibu, menyusui bayi merupakan tindakan yang
alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa
menyusui tidak perlu dipelajari. Sebenarnya, anggapan ini tidak
18
sepenuhnya keliru, tetapi menyusui bisa menjadi masalah manakala
ibu menikah dini, atau melahirkan bayi yang pertama, terutama di
kalangan artis atau ibu yang bekerja.
Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai
makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah
makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya.
Waktu yang lama bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal,
sehingga para ibu tidak memberikan ASI kepada bayi. Kegiatan atau
pekerjaan ibu seringkali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI.
d. Aspek Imunologik
Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti-infeksi
yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobulin A (IgA)
dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap
oleh cukup bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri
pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
e. Aspek Psikologis
Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting :
1) Pertama : menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa
ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi
kebutuhan bayi. Di satu sisi, ibu boleh merasa bangga lantaran
sanggup menyusui bayi sesuai kodratnya sebagai wanita. Baginya,
menyusui tidak sekadar memberi makanan kepada bayinya, tetapi
sangat dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi.
19
Perasaan sayang antara ibu dan bayi bisa meningkatkan produksi
hormon, terutama oksitosin yang akhirnya dapat meningkatkan
produksi ASI.
2) Kedua : interaksi antara ibu dan bayi. Secara psikologis,
pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat tergantung pada
integritas ibu dan bayi. Kasih sayang ibu dapat memberikan rasa
aman dan tenang, sehingga bayi bisa lebih agresif menyusui.
Dengan demikian, gizi yang diperoleh bayi pun semakin banyak
3) Ketiga : kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit
mampu memberikan rasa aman dan puas, karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantun ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
f. Aspek Kecerdasan
Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan
AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI selama
6 bulan pertama setelah kelahiran bayi mempunnyai dua dampak
positif.
1) Pertama : proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan
asupan gizi menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan adanya
interaksi yang baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika
menyusui. Dengan asupan gizi yang optimal, ASI dapat membantu
perkembangan system saraf otak yang berperan meningkatkan
kecerdasan bayi
20
2) Kedua : berdasarkan hasil penelitian di Denmark, diketahui bahw
bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh
cerdasa. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung DHA dan AA.
Sementara itu, bayi yang tidak diberi ASI mempunyai IQ
(Intelecctual Quotient) yang lebih rendah tujuh sampai delapan
poin dibandingkan bayi yang diberi ASI.
g. Aspek Neurologis
Dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait
aktivitas menelan, mengisap, dan bernafas semakin sempurna. Hal ini
akan mengurangi risiko gangguan sesak nafas pada bayi yang baru
lahir, atau terjadinya asma pada anak prasekolah. Tindakan tersebut
juga mencegah gejala hipersekresi bronkus atau suara nafas yang tidak
beraturan pada bayi, yang mengarah pada ganguan sensitif di saluran
pernafasan. Selain itu, bayi pun tidak mudah batuk, dan mencegah
terjadinya infeksi saluran pernafasan.
h. Aspek Biaya
Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa
menyusui dapat mengurangi biaya tambaan, yang diperlukan untuk
membeli susu formula beserta peralatannya.
i. Aspek Penundaan Kehamilan
Menyusui dapat menunda datang bulan dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang
dikenal sebagai metode amenore laktasi (MAL).
21
5. Kendala pemberian ASI
Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif
sangat bervariasi, antara lain (Roesli, 2000):
a. ASI tak cukup
Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk
tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu
yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang
secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98%
ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.
b. Ibu bekerja dengan cuti hamil 3 bulan
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,
karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah
sehari sebelumnya.
c. Takut ditinggal suami
Alasan pertama berhenti memberikan ASI pada anaknya
adalah ”takut ditinggal suami”. Ini semua karena mitos yang salah,
yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek..
6. Masalah-Masalah Yang Sering Timbul Dalam Menyusui
Masalah-masalah yang sering timbul dalam menyusui menurut
Kristiyansari (2009) adalah sebagai berikut :
22
a. Kurangnya informasi
Banyak ibu beranggapan bahwa susu formula sama baiknya atau lebih
baik dari ASI. Penambahan susu formula lebih banyak diberikan
daripada ASI.
b. Puting susu datar atau terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum ibu masih dapat menyusui bayinya.
Selama masa kehamilan ibu dapat melakukan perawatan payudara
dengan gerakan ”Hofman” (menarik-narik puting).
c. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.
d. Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah,
dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.
B. MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)
1. Pengertian MP – ASI
Bertambahnya usia seorang bayi selalu disertai dengan
meningkatnya kebutuhan akan makanan yang berbeda jenisnya. Bagi bayi
yang berusia 1-6 bulan, pemberian ASI dapat mencukupi untuk
pertumbuhan dam perkembangannya, mengingat ASI merupakan sumber
23
zat gizi yang sangat baik untuk bayi. Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI
tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu bayi perlu mendapat
makanan pendamping agar gizinya dapat terpenuhi.
MPASI adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai umur
lebih dari 4 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lain, yang
tidak dapat dicukupi oleh ASI (Aritonang, 2000). Pemberian makanan
tambahan harus memperhatikan jumlah dan macam makanan tersebut.
Selain itu harus disesuaikan dengan kebutuhan menambah dan melengkapi
nutrien, serat dan selera bayi. Jangan dipaksakan karena dapat
menyebabkan gangguan nafsu makan. Untuk pemberian makanan yang
berkualitas baik dengan kuantitas sangat penting untuk pertumbuhan bayi
(Aritonang, 2000).
2. Tujuan Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah sebagai
komplemen terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein
dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang
pada anak secara normal (Muchtadi, 2002).
MP-ASI selain sebagai pelengkap makanan bayi juga berguna
untuk melatih dan membiasakan bayi terhadap makanan yang dimakan
dikemudian hari. Makanan tambahan juga berguna untuk memenuhi
kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, jadi makanan tambahan diharapkan dapat menambah
energi, protein, vitamin dan mineral. Disebutkan pula pemberian makanan
24
padat sebagai makanan tambahan untuk menambah energi dan gizi (Riadi,
1999).
3. Syarat MP-ASI
Dalam penyusunan standar MP-ASI sebaiknya berpedoman kepada
konsep umum MP-ASI dengan mempertimbangkan syarat mutu, antara
lain :
a. Padat gizi dan seimbang, yaitu kaya energi, cukup protein dengan
mutu tinggi, perbandingan karbohidrat dan lemak berimbang,
kandungan lemak mampu mencukupi kebutuhan asam lemak jenuh
dan tak jenuh, cukup vitamin dan mineral, batasi kandungan serat
kasar, gula dan garam cukup untuk memberi rasa serta bersifat
penambahan gizi ASI, dan tercapai kecukupan gizi sehari.
b. Dapat diterima dengan baik, yaitu disukai oleh anak dan harganya
terjangkau.
c. Aman dikonsumsi, yaitu bebas dari gangguan organisme patogen,
bebas dari racun dan bahan-bahan berbahaya.
4. Usia pemberian MP-ASI
MP-ASI diberikan pada bayi selain pemberian ASI, untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi mulai usia 4 bulan sampai usia 24 bulan
(Aritonang, 1999). Bayi membutuhkan nutrisi tambahan sejak usia 6 bulan
meskipun beberapa bayi mungkin belum merasakan kebutuhan ini (Lewis,
2004).
25
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Tingkat pendapatan
Menurut WHO yang menyebabkan seseorang berperilaku
itu diantaranya adalah sumber daya (Resources) yang meliputi
fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan dan ketrampilan.
Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mendorong
masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan
salah satunya adalah ekonomi yang memadai, dan faktor yang
menghambat pemberian kesehatan salah satunya adalah rendahnya
sosial ekonominya.
2) Pekerjaan
Pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan ibu dalam
memberikan ASI kepada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja
akan lebih mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI kepada
anaknya dibanding dengan ibu yang bekerja. Sering juga ibu yang
terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, tidak memperoleh
kesempatan untuk memberikan ASI kepada anaknya, sehingga
beralih pada pemberian MP-ASI.
3) Pengetahuan ibu tentang MPASI.
Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang
dapat menerima perubahan dalam tindakannya. Pengetahuan ibu
26
tentang ASI akan berpengaruh terhadap kemauan ibu memberikan
ASI kepada anaknya. Bila ibu dengan pengetahuan tentang ASI
kurang, maka ibu akan menganggap bahwa pemberian ASI itu
tidak penting, sehingga ibu tidak ada kemauan untuk memberikan
ASI kepada anaknya dan ibu akan memberikan MPASI secara dini.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku
atau tindakan berupa sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, serta jarak sarana pelayanan kesehatan.
Sarana yang jauh dari pelayanan kesehatan berpengaruh pada ibu
untuk rutin datang misal ke Posyandu yang berdampak informasi
makanan yang baik untuk bayinya dan mengontrol kondisi bayinya.
c. Faktor Penguat
1) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima
asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat berperan
dalam menentukan pemberian MPASI pada anaknya misalnya
memberikan informasi waktu yang baik dalam memberikan ASI.
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas sangat membantu, dimana dengan
adanya dukungan petugas berpengaruh besar artinya bagi
seseorang dalam memberikan MPASI pada ibu yeng memliki anak
27
usia 0-4 bulan, selain itu ibu dapat memahami waktu yang tepat
dalam memberikan MPASI, dan ibu dapat menerima pendidikan
kesehatan yang diberikan petugas untuk memberikan MPASI
sesuai umur yaitu setelah umur 6 bulan (Friedman, 1999).
Dukungan sosial menurut Friedman (1998) terbagi dalam
empat kelompok yaitu :
a) Dukungan intrumental
Keluarga merupakan sumber praktik dan konkret,
diantaranya kesehatan anak dalam hal kebutuhan makanan,
minuman dan istirahat.
b) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga diataranya memberikan
support, penghargaan, perhatian.
c) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi
d) Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat untuk pemulihan serta membantu penguasaan
emosi. Aspek-aspek dari dukungan sosial meliputi adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan,
dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan yang selalu
28
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dukungan sosial keluarga ada dua yaitu dukungan keluarga
dari suami atau istri, saudara kandung dan dukungan eksternal
bagi keluarga inti.
C. Praktik
1. Pengertian
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang kemungkinan antara
lain adalah fasilitas. Disamping itu juga diperlukan faktor-faktor
pendukung (support) dari pihak lain
2. Tingkat-tingkat praktek mencakup :
a. Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih berbagai obyek yang berhubungan
dengan tindakan yang diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama, misalnya seorang ibu dapat memberikan makanan
pendamping ASI yang baik sesuai kebutuhan.
b. Respon terpimpin (gided respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah merupakan praktik tingkat dua misalnya
seorang ibu dapat membuat makanan pendamping ASI dari pemilihan
bahan, cara memasak dan menyajikannya.
29
c. Mekanisme (mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka
dikatakan sudah mencapai praktik tingkat tiga, misalnya seorang ibu
yang telah memberikan Makanan Pendamping ASI sesuai dengan
umur anak
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yag sudah
berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut, misalnya ibu dapat
memilih dan memasak makanan pendamping ASI yang murah, dan
bergizi (Notoatmodjo, 2003)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/
mempraktikan apa yang diketahui atau disekapinya (dinilai baik) inilah
yang disebut praktik (praktice). Kesehatan atau dapat juga dikatakan
perilaku kesehatan (overt behavior).
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku
baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas yakni melalui
proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik
(praktice) beberapa penelitian telah membuktikan, namun penelitain
lainnya membuktikan bahwa proses tersebut tidak sesuai dengan teori
30
diatas. Bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya
seseorang telah berperilaku postif, meskipun pengetahuan dan sikapnya
masih negatif.
Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat
adalah melalui pengamatan atau observasi (observasi). Namun dapat juga
dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recal/mengingat kembali
perilaku yang telah dilakukan responden beberapa waktu yang lalu.
31
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Kerangka Teori : Sumber: Lawrence Green (1988) dalam Notoatmodjo, 2003
Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
Praktik Pemberian MPASI pada bayi 0-4 bulan
Faktor Prediposisi
1. Pekerjaan
2. Pendapatan
4. Status sosial ekonomi
5. Sikap
Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan:
puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media
massa (koran,TV, Radio)
Faktor Penguat
1. Dukungan Keluarga
2 Dukungan Petugas
Kesehatan
3. Pengetahuan
1. Dukungan Keluarga
32
D. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2. Kerangka Teori
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya
dalam penelitian. Adapun hipotesa penelitian yang digunakan yaitu :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian MPASI pada bayi
usia 0-4 bulan.
2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan praktik pemberian MPASI pada
bayi usia 0-4 bulan.
Praktik Pemberian MPASI
pada bayi usia 0-4 Bulan
Tingkat pengetahuan
Dukungan keluarga