bab ii tinjauan pustaka a. hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/titis sri andijati bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi ditegakkan pada lansia
apabila tekanan darah secara konsisten terus melebihi 140/90 mmHg
(Gallo, 1998).
2. Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai
rekomendasi dari “The Sixth Report of the Join National Comitee on
Detection, Evaluation, and Treatment of high blood pressure” (1998)
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih.
No No Kategori Sistoliknya (mmHg) Diastolik (mmHg) 1. Normal 130 80 2. Prahipertensi 120 – 139 80 – 89 3. Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99 4. Hipertensi derajat 2 160 -179 100-109 5. Hipertensi derajat 3 180-209 110-119 6. Hipertensi derajat 4 210 120
10
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
a. Jenis Hipertensi
(1) Hipertensi esensial / primer
Faktor penyebab hipertensi primer seperti genetik,
lingkungan, kelainan metabolisme intraseluler, yang
meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,
merokok dan kelainan darah atau polisitemia (Lany dalam
Ahmad, 2010). Faktor lain yang ikut berperan sebagai penyebab
hipertensi esensial misalnya faktor keturunan, umur, jenis
kelamin, dan pola makan.Selain itu bisa multi faktor seperti
kerentanan genetik, aktifitas berlebihan system saraf simpatis,
membran transport natrium/kalium yang abnormal, penggunaan
garam yang berlebihan, system rennin - angiotensin - aldosteron
yang abnormal.
(2) Hipertensi sekunder
Menurut Endang Susalit dalam Ahmad (2010) penyebab
hipertensi sekunder seperti gangguan pada :
(a) Ginjal yaitu, gangguan pada ginjal seperti glomerulonefritis,
pielonefritis, tumor, diabetes dan lainnya.
(b) Renovaskuler , yaitu gangguan renovaskuler seperti terjadi
aterosklerosis, hyperplasia, emboli kolesterol, transplantasi.
(c) Adrenal, yaitu gangguan adrenal seperti sindrom cushing,
aldosteronisme primer.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(d) Aorta, yaitu gangguan pada aorta seperti koarktasio aorta,
arteritis takayasu.
(e) Neoplasma, yaitu tumor wilm, tumor yang mensekresi
rennin.
(f) Kelainan Endokrin, yaitu obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, hiperkalsemia.
(g) Saraf, yaitu stress berat, psikosis, stroke, tekanan
intrakranial meningkat.
(h) Toksemia pada kehamilan, adalah preeklampsia, eklampsia,
merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, seringkali
disebut regnancy - induced hyperthension (PIH).
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan,
dimana kehamilan hipertensi terjadi setelah minggu ke-20
pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal. Sedang eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau
koma pada pasien disertai tanda dan gejala pre eklampsia.
b. Patogenesis/Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan
tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan
garam yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel.
Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai
banyak pengaruh.
Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang.
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat
misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian
yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang
bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensi dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung
dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam
jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan
renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik,
asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
obesitas dan faktor endotel.
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak,
hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika
berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang
dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Menurut Lanny
Sustrani da l am Ahmad (2010) gejala–gejala hipertensi antara lain
sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa
berputar.
Dipiro dalam Ahmad (2010), mengemukakan bahwa mekanisme
patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu
penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara
faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah
dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan
perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis,
meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran
sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor
yang terlibat dalam mekanisme hipertensi (Soemantri dan Nugroho,
2006).
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi
oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua
golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem
tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan
regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal.
Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,
natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada
aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta
homeostatik regulasi tekanan darah (Dipiro dalam Ahmad, 2010).
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Gambar 2.1 Pengaruh Renin Angiotensin Terhadap Kenaikan Tekanan Darah (Dipiro dalam Ahmad, 2010)
ANGIOTENSINOGEN
Renin
ANGIOTENSIN I
Converting Enzime
ANGIOTENSIN II
Heart
↑ Contractility
↑ Cardiac output
Vasoconstriction
Sympathetic discharge
↑ Total peripheral resistance
Vasopressin
↑ Blood volume
Sodium/water reabsorption
↑ Aldosterone synthetis
↑ Blood pressure
Adrenal Cortex
Kidney Intestine CNS Peripheral nervous system
Vascular Smooth muscle
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
B. Lansia (Lanjut Usia)
1. Pengertian Lansia
Menurut WHO lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age)
adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah
antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah anatara 75 sampai
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90
tahun.
2. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho,
2006). Tipe tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit di layani, pengkritik
dan banyak menuntut.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
(1) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependent (ketergantungan), tipe defensive (bertahan), tipe militant
dan serius, tipe pemarah atau frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe puus asa (benci pada diri
sendiri).
Sedangkan bila di lihat dari tingkat kemandiriannya yang di
nilai berdasakan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari –
hari (indeks kemandirian Katz) , para lansia dapat di golongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnnya, lansia
mandiri dengan bantuan langsung keluargannya, lansia mandiri
dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan
badan sosial, lansia di anti wredha, lansia yang di rawat di rumah
sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
3. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erikson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut di pengaruhi
oleh proses tumbuh kembang pada saat sebelumnnya.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnnya
melaukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina
hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnnya, maka pada usia
lanjut mereka akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada
tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi
bercocok tanam, dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusiannya
d. Mempersiapkan peran baru.
4. Peran keluarga dalam perawatan lansia
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia
antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahan kan dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status sosial
ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual
lansia.
5. Pemeliharaan kesehatan pada lansia
Lansia merupakan suatu kelompok heterogen yang berbeda. Individu
lansia dengan kesehatan yang baik, lansia rapuh dengan gangguan
fungsional yang hidup sendiri di rumahnya, dan rumah-rumah jompo
dalam institusi-institusi perawatan yang ada, di mana masing-masing dari
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
mereka membutuhkan tingkat promosi kesehatan dan aktivitas-aktivitas
pencegahan penyakit yang cocok. Keheterogenitasan ini harus di
pertimbangkan dalam merekomendasikan suatu strategi pencegahan dan
pemeliharaan kesehatan mereka. Meskipun banyak gangguan pada lansia
saat ini, bersifat kronis dan tidak terobati, pendeteksian awal serta
pengobatan terhadap masalah-masalah yang berkenaan dengan fungsi diri
pasien, merupakan suatu tujuan yang cukup beralasan untuk pelaksanaan
hal tersebut di atas.
6. Perubahan fisiologis pada lansia
a. Penyakit kardiovaskuler serta serebrovaskular
Faktor- faktor resiko yang terjadinya penyakit kardiovaskuler
dan serebrovaskular hamper serupa; faktor-faktor ini meliputi
hipertensi, peningkatan kadar kolesterol darah, dan intoleransi
glukosa. fibrilasi atrium mungkin merupakan faktor resiko yang
khusus untuk penyakit serebrovasklar di antara lansia. Faktor-faktor
perilaku seperti merokok, konsumsi alkohol, diet lemak, dan gaya
hidup monoton dapat memainkan peranan yang cukup besar
terhadap terjadinya penyakit-penyakit tersebut di atas.
b. Tekanan darah
Tekanan darah harus selalu di periksa dalam setiap kunjungan.
Peningkatan tekanan darah harus di konfirmasi kan dalam tiga
kesempatan yang berbeda. Diagnosa hipertensi di tegakkan apabila
tekanan darah secara konsisten terus melebihi 140/90 mmHg.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Hipertensi sistolik terisolasi tampak berkaitan dengan efek-efek
pendahulu yang telah didiskusikan sebelumnya bahkan di antara
kelompok lansia yang benar-benar lanjut.
c. Auskultasi arteri karotis
Auskultasi arteri-arteri karotis tidak di rekomendasikan
terhadap individu-individu asimtomatik, karena endarterektomi
hanya efektif pada arteri-arteri karotis simtomatik, dan stenosis-
stenosis tertentu saja. Bila gejala-gejala yang memperkirakan
terjadinya serangan iskemik sementara, maka arteri-arteri karotis
pasien harus di evaluasi.
d. Kolesterol
Meskipun kaitan antara kolesterol serum pada resiko penyakit
arteri koroner mungkin sudah tidak terlalu kuat pada lansia usia
lanjut namun, intervensi ini masih memiliki pengaruh yang cukup
kuat, karena serangan-serangan kardiovaskuler serta angina
merupakan bentuk-bentuk penyakit yang lazim ditemukan (resiko
yang terkadang pada populasi tingkat tinggi).
Setidaknya di antara orang berusia 70 tahun dan lebih,
hipertensi kolestrolemia bukan merupakan suatu faktor resiko yang
penting untuk mortalitas atau morbilitas kardiovaskuler.
Seorang lansia berusia 60 tahun dan dalam keadaan sehat
mungkin masih memiliki harapan hidup selama 20 tahun mendatang,
namun pemeriksaan kolesterol mungkintidak di lakukan pada pasien-
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pasien dengan prognosa atau kualitas kehidupan yang buruk. Hal ini
merupakan suatu contoh cara di mana kita membutuhkan lebih
banyak pedoman dalam merawat lansia.
C. Gaya hidup
1. Definisi Gaya Hidup
Gaya hidup adalah gaya hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Sakinah, 2002).
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola
perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak
merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur
dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain
(Muhammadun dalam Ahmad, 2010)
a. Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup
pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang
memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas)
maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan
makanan berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas
(gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang
digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia dan
status kesehatan yang bersangkutan.
c. Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan
narkoba.
d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan
mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan kesehatannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Sarafino (1998) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa
faktor umum dari kesehatan yang berkaitan dengan perilaku antara lain:
a. Faktor pembelajaran
Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-
hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan
dan nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan sendiri. Hal ini dapat
diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam
dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan
sesuatu. Dalam proses belajar itu sendiri tidak lepas dari latihan 13
atau sama halnya dengan pembiasaan yang merupakan
penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-
ulang aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
terjadi dalam taraf biologis tetapi apabila selanjutnya berkembang
dalam taraf psikis maka kedua gejala itu akan menjadi proses
kesadaran sebagai proses ketidak sadaran yang bersifat biologis yang
disebut proses otomatisme sehingga proses tersebut menghasilkan
tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat.
b. Faktor sosial dan emosi
Menurut Taylor et al (1997) perilaku sehat sangat efektif bila
didukung oleh situasi sosial yang baik. Keluarga, teman dekat, teman
kerja dan lingkungan sekitar merupakan komponen penting dari
terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung
kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak
sulit bagi penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu
pula sebaliknya perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak
mendukung, sehingga dapat diketahui bahwa faktor sosial dapat
berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan tidak sehat. Selain
faktor sosial, faktor emosi juga dapat berperan dalam terbentuknya
perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau
permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan
dengan kegiatan positif namun bahkan ada pula yang melakukan
kegiatan yang dapat menambah buruk keadaan.
c. Faktor persepsi dan kogitif
Sarafino (1998) menyebutkan bahwa faktor kognitif
memerankan peranan penting dalam perilaku sehat seseorang.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui dengan pasti
mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara
mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu
apakah perilaku tersebut baik atau buruk.
Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat
mereka sakit. Oleh karenanya banyak di antara mereka melakukan
perubahan kegiatan sehari-hari dengan menghindari merokok, makan
berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi makanan hanya
ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari
sakitnya tersebut. Menurut Levy et al (1984) perilaku sehat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
1) Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga
negara serta bisa berhubungan secara hangat bersamanya.
2) Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu.
Hal penting dari kesehatan emosi adalah kemampuan individu
untuk memahami emosinya dan mengetahui cara penyelesaian
bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres dan bisa
melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.
3) Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar tubuh sesuai kebutuhannya. Mengetahui kapan
tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain dan lain sebagainya.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4) Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu
tentang kesehatan. Banyak orang percaya bahwa sehat juga
dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di benaknya.
5) Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang
memperkenalkan gaya hidup sehat. Perilaku atau gaya hidup
sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai kebutuhan,
tidur cukup, menghindari minuman alkohol dan rokok, berat
badan normal serta latihan jasmani secara teratur.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor
pembelajaran, faktor sosial dan emosi, faktor persepsi dan kognitif,
faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta adanya
promosi gaya hidup sehat.
3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup
Menurut Levy et al (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya
hidup sehat antara lain adalah sebagai berikut:
a. Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar
tidak kaku dan menjaga stamina tubuh, karena apa yang tidak
digunakan tubuh akan tidak berguna dan hilang. Olahraga secara
teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang berat atau mahal
tetapi secara rutin akan lebih baik
b. Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah
beraktifitas dan juga untuk menenangkan pikiran. Tidur yang cukup
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
di malam hari 8 jam akan memulihkan kelelahan sepanjang hari dan
siap untuk bekerja esok hari.
c. Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu
terbaik dan jumlah minimum serta dimakan dalam waktu yang tepat.
d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas
digunakan untuk pemakaian dalam dan luar.
e. Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses
kesehatan yaitu dengan menghirup dalam-dalam dan melepaskannya
pelan-pelan baik malam dan siang.
f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan
bermanfaat bila digunakan sebaik-baiknya. Terlalu banyak terkena
sinar matahari akan mengakibatkan kangker kulit dan terlalu
sedikitpun juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
g. Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi
sesuatu secara berlebihan.
h. Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting
untuk terhindar dari penyakit. Telah terbukti bahwa kebiasaan ini
mengakibatkan berbagai penyakit berat yang mengakibatkan
kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus ditanggung karena
tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi
kedua jenis pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan
sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk tersebut.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
i. Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah
yang harus dihadapi dan diselesaikan. Setiap masalah akan
terselesaikan dengan baik apabila dihadapi dengan pikiran tenang dan
emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan pengalaman
emosional negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang
membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress
kelenjar adrenal anda memompa keluar hormon stress yang
mempercepat tubuh anda,denyut jantung anda meningkat dan kadar
gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat dialihkan ke
otot-otot anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal sebagai
respon fight atau flight.
j. Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu
berbuat yang positif dan terbaik.
Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat
diungkapkan hanya dengan empat kalimat yaitu makan yang pantas,
berolah raga dengan takaran yang pas, berhenti merokok dan
menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga keseimbangan.
Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga takarannya.
Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap
orang adalah 70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan
berhenti ketika perut masih dalam keadaan lapar.
Menurut Soehardjo (1999), konsep gaya hidup sangat berguna
dalam penelitian perilaku makan, jika digabungkan dengan perbedaan
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
antar budaya dan pendekatan holistik. Dari sudut pandang antropologi,
gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial,
budaya dan keadaan. Faktor makanan memegang peranan penting
terhadap gaya hidup di Indonesia, terutama di daerah perkotaan.
Perbaikan standar hidup dan keadaan ekonomi dapat mengubah gaya
hidup yang memungkinkan seseorang masuk golongan yang memiliki
faktor risiko penyakit degeneratif.
Menurut Buckman (1999), gaya hidup yang menyebabkan
hipertensi terdiri atas lima aspek yaitu kebiasaan makan, minum alkohol,
merokok, kegiatan fisik yang kurang dan stress. Temuan ini bisa
dipahami faktanya mengingat gaya hidup modern dimana hidup
dihadapkan dengan kerja keras, situasi penuh tekanan, dan stres yang
berkepanjangan tidak jarang dihadapi dengan merokok, minum alkohol
atau minuman berkafein. Padahal semua itu termasuk penyebab yang
meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes
melitus. Belum lagi perilaku berisiko lain seperti tidak cukup konsumsi
serat, vitamin dan mineral yang bersumber dari sayur dan buah,
kebiasaan mengkonsumsi makanan berisiko seperti jeroan, makanan
berlemak, makanan asin, makanan/minuman manis, juga kurangnya
aktivitas fisik.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
D. Kerangka Teori
Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Faktor genetik atau keturunan
Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat
bawaan dari orang tua. Hipertensi atau darah tinggi merupakan suatu
kondisi yang di turunkan, bakat ini bisa dari orang tua, paman, kakek.
2. Faktor pelayanan kesehatan
Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa.
Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan
kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas
dan posyandu menjadi ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat.
3. Faktor lingkungan
Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status
kesehatan masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi
sawah maupun tumbuhan memainkan peranan disini. Tetapi
bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat
diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi
ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.
Faktor lingkungan di sini seperti stress, dan masyarakat yang tinggal
di sekitar pantai juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi.
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivitas saraf
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
simpatis. saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktifitas, peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi daripada masyarakat pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal dikota. Berdasarkan populasi hipertensi dan dibuktikan
bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari
4. Faktor Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah
apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Perilaku yang dapat
menimbulkan hipertensi antara lain merokok, konsumsi garam berlebih,
konsumsi alkohol.
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian Ket: Di teliti: (garis putus-putus) Teori Status kesehatan Hendrik L. Blum
Sumber: Hidayat 2011
Psikomotor
Lingkungan (social ekonomi)
Hipertensi Pelayanan kesehatan
Pola hidup/Perilaku
Kognitif
Afektif kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih, riwayat merokok, kebiasaan minum kopi, olahraga, jumlah istirahat tidur
Hereditas
Status kesehatan
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
E. Kerangka Konsep
Independen Dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah ada hubungan
antara gaya hidup (kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih, riwayat
merokok, kebiasaan minum kopi, olahraga, jumlah istirahat tidur) dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Rumah Sakit Prof. dr. Margono Soekardjo.
Faktor Resiko
1. Gaya Hidup
a. kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih,
b. riwayat merokok, c. kebiasaan minum kopi, d. olahraga e. jumlah istirahat tidur
Hipertensi
Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013