bab ii tinjauan pustaka a. 2.1 media pembelajaran 2 ... -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2.1 Media Pembelajaran
2.1.1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Association of Education and
Communication Technology (AECT) memberikan definisi media sebagai
sistem transmisi (bahan dan peralatan) yang tersedia untuk menyampaikan
pesan tertentu (Sutirman, 2013:15).
Menurut para ahli dalam Parmin (2009) media ini dapat diartikan
sebagai berikut :
1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku,
film, video, slide, dan sebagainya.
3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
teknologi perangkat kerasnya.
Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar, sehingga
dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
9
2.1.2. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat
menguasainya disebut pesan guru. Guru sebagai sumber pesan menuangkan
pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima
pesan (decoding). Penjelasan tersebut memberikan petunjuk bahwa agar proses
belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk
memanfaatkan semua alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan
untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan
demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan
mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pean itu
dituangkan kedalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika
pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan
untuk menafsirkannya semkin terbatas, yakni indera pengelihatan atau indera
pendengaran. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan
imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya, pengalaman
konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti; hasil belajar dari
pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi
seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang kata akan
membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang didalamnya ia
terlibat langsung.
10
2.1.3. Ciri-ciri Media Pendidikan
Menurut Gerlach & Ely (Arsyad, 2013:15) mengemukakan tiga ciri
media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang
efisien) melakukannya.
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa
atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi,
video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah
diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan
mudah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Ciri fiksatif
ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi
pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kemampuan media dari ciri manipulatif
memerlukan perhatian sungguh-sungguh, karena apabila terjadi kesalahan
dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian
yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja
akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah
sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
11
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu. Ciri ini menunjukkan bahwa media
pembelajaran tidak mengenal adanya keterbatasan ruang, namun demikian
dalam penggunaannya tentu tetap harus diperhatikan siapa serta sebesar apa
kelompok peserta didik yang akan menggunakan, sehingga ciri distributif
ini dapat digunakan dengan tepat.
Memperhatikan beberapa ciri diatas dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian dan pemilihan media pembelajaran harus tepat dengan materi
pembelajaran, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan kriteria dalam
pembelajaran yang sesuai untuk sebuah materi pembelajaran
2.1.4 Fungsi dan yang Manfaat Media Pembelajaran
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (Arsyad, 2013:19)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belaja, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis tehadap siswa.
Levi & Lentz (Arsyad, 2013:20) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi
afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
12
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran.
2) Fungsi afektif media visual dapat telihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media
pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks
atau disajikan secara verbal.
Media berfungsi untuk tujuan intruksi di mana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun
dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
Namun, perlu diketahui bahwa materi harus dirancang secara lebih sistematis
13
dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan
intruksi yang efektif.
Media pembelajaran disamping menyenangkan, media pembelajaran
harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan, mengesankan, dan
memenuhi kebutuhan perorangan siswa. Kemp & Dayton (Arsyad, 2013:25)
meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media
pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-
program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media
sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama
pembelajaran langsung sebagai berikut:
1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap siswa yang melihat atau
mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun
para guru menafsikan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan
penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga
informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan
untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah,
penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan
menyebabkan siswa tetawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan
bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
14
3) Pembelajaran menjadi lebih efektif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantakan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan
teutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara
individu.
7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk
penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi
bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek
penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau
penasihat siswa.
2.2 Hasil Belajar
15
2.2.1 Pengertian Belajar
Istilah belajar dan pembelajaran berasal dari bahasa inggris learning
dan intruction. Belajar sering diberi batasan yang berbeda-beda tergantung
sudut pandangnya. Hilgard (dalam Suprihatiningrum, 2013: 13) mengatakan
bahwa: learning is the process by which an actifity originates or is changed
through responsding to a situation, provide the changes can not be attributed
to grwth or the temporary state or the organism as in fatique or under drugs.
Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila
disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan, sementara seorang seperti
kelelahan atau dibawah pengaruh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang
dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan
itu diperoleh melalui pengalaman (latihan) bukan dengan sendirinya berubah
karena kematangan atau keadaan sementara.
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut
adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada disemua sekitar individu. Belajar adalah suatu proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu
yang di pelajari.
16
Menurut Winkel (dalam Suprihatiningrum, 2013: 15) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampuilan dan nilai sikap. Belajar boleh
dikatakan juga sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori.
Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah
proses internalisasi dari suatu kedalam diri yang belajar, dan dilakukan secara
aktif, dengan segenap pancaindra ikut berperan.
Demikian halnya dengan Budiningsih (dalam Suprihatiningrum, 2013:
15), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari.
Menurut R. Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya seagai akibat pengalaman.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimanan
terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada
saat pembelajarn berlangsung.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Selain
itu, Gagne juga amenekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh
17
pengetahuan atau keterempilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud
adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.
Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (dalam Susanto
2013:1), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R. Hilgard (dalam Susanto
2013:3), belajar adalah suatu perubahan reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan,
tingkah laku dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard
menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi
dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan
sebagainya.
Sementara menurut Oemar Hamalik (dalam Susanto, 2013:3)
menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku
melalui pengalaman (learning is defined us the modificator or strengthening
of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil
atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingatkan atau
menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik
juga menegaskan bahwa, bahan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perbahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (Habit),
18
sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam
kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang tterjadinya perubahan
perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam
bertindak.
2.2.2 Pengertian Hasil belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami
makna tentang hasil belajar yaitu, perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai
hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana
diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5), hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan
19
tujuan pembelajaran. Anak-anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan intruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi..
sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (Susanto 2013:5), bahwa evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan
seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu,
dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau
tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan
demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di
sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Hasil belajar menurut Briggs (Suprihatiningrum, 2013:37) adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam
dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah
dkemukakan oleh para ahli antara lain Gagne mengemukakan lima tipe hasil
belajar, yaitu intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor
skill, dan attitude.
Menurut Gagne (Purwanto 2014:42) hasil belajar adalah terbentuknya
konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan
20
yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-
stimulus baru dan menentukan hubungan-hubungan di dalam dan diantara
kategori-kategori.
Reigeluth (Suprihatiningrum 2013:37) berpendapat bahwa hasil belajar
atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan
suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.
Ia juga mengatakan secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja
(performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan)
yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan
(khusus) perilaku (unjuk kerja).
Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah malalui kegiatan belajar dan perubahan perilaku yang terjadi pada diri
siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar.
2.2.3 Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor Sebagai
Obyek Evaluasi Hasil Belajar
Mengingat bahwa ketiga aspek itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
lepas dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar, maka ketiga aspek
tersebut akan dibahas secara lebih luas dalam uraian berikut ini :
21
1. Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Benjamin S. Bloom
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis domain (=daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri siswa, yaitu :
(1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) Ranah nilai atau sikap
(affective domain), dan (3) Ranah keterampilan (psychomotor domain).
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom (dalam Sudijono, 2011:48), segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai
dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah : (1)
pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension),
(3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan
(6) penilaian (evaluation).
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawan ditaksonomi
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu : (1) menerima atau
22
memperhatikan (receiving or attending), (2) menanggapi (responding), (3)
menilai atau menghargai (valuing), (4) mengatur atau mengorganisasikan
(organization) dan (5) karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(Characterization by a value or value complex).
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang meneriman pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan- kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila siswa telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa (1) Ranah Kognitif
adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), (2) Ranah Afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, (3) Ranah Psikomotor adalah
ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
2.3 Materi Pembelajaran di Kelas 5
Adapun materi pembelajaran di kelas 5 yang akan saya teliti menggunakan
kurikulum 2013. Berikut ini merupakan kompetensi dasar dan pengertian dari
23
pembelajaran Tema 9 “Lingkungan Sahabat Kita” Subtema 3 Pembelajaran 2 di
kelas 5.
2.3.1 Kompetensi Dasar
SBdP
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif
berdasarkan ciri khas daerah.
IPA
3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam, hubungannya
dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia
terhadap keseimbangan lingkungan.
PJOK
3.11 Memahami bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh.
Bahasa Indonesia
1.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan
rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta
alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan dantulis dengan memilih dan
memilah kosakata baku.
2.3.2 Tema 9 “Lingkungan Sahabat Kita” Subtema 3 Pembelajaran 2
Manusia sebagaimana makhluk hidup lainnya, memiliki keterkaitan
dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada
akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang
merusak atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Pemanfaatan alam
lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia
24
memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya.
Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang
lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan
kerusakan.
Di tengah maraknya perusakan alam lingkungan oleh manusia, bencana
alam mempunyai daya rusak hebat silih berganti datang pada setiap tahunnya.
Semestinya kita sadar bahwa apa pesan nyata dibalik peristiwa bencana
tersebut. Dari bencana tersebut seakan “alam” bertutur memberikan
“peringatan” nyata tentang pentingnya memperlakukan alam secara bijaksana.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dayang Nor Asiah, 2014) tentang
Pengaruh Pemanfaatan Media KIT IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN 31 Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar rata-
rata hasil belajar siswa dengan menggunakan media KIT IPA dan tanpa
menggunakan media KIT IPA serta pengaruh pemanfaatan media KIT di kelas IV
SDN 31 Pontianak Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah true
eksperimental design dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-
posttest control group design. Sampel penelitian ini adalah 73 siswa. Berdasarkan
hasil analisis data yang diperoleh, rata-rata nilai post-test kelas kontrol sebesar
69,22 dan nilai post-test kelas eksperimen sebesar 77,66. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh penggunaan alat peraga berupa KIT IPA memberikan dampak
25
yang cukup positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi
sumber energi bunyi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Hermansyah Umaiya, 2015), tentang
Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Sederhana Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV di SDN 4 Telaga (Studi Pembelajaran
Menggunakan Bahan Bekas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media pembelajaran sederhana terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA Kelas IV dengan studi pembelajaran menggunakan bahan bekas,
penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Telaga.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain
penelitian one group pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik sampling random. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa pada kelas
eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen hasil belajar berbentuk
pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran
sederhana terhadap hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan SPSS, data hasil
perhitungan rata-rata pretest diperoleh hasil thitung < ttabel. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat pengaruh media pembelajaran sederhana terhadap hasil belajar IPA siswa.
Persamaan penelitian ini dengan kedua penelitian diatas yaitu dalam
proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran untuk mengetahui
pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaan
dari penelitian yang dilakukan oleh Dayang Nor Asiah (2014) menggunakan media
26
KIT IPA dan penelitian yang dilakukan Hermansyah Umaiya (2015) menggunakan
media pembelajaran sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas.
C. Kerangka Pikir
Media pembelajaran dengan memanfaatkan botol bekas dirancang untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa. Media botol bekas tidak hanya berfungsi untuk
membantu dalam proses pembelajaran, namun dalam segi lingkungan media ini
dapat mengurangi dan mencegah sampah botol bekas yang merusak lingkungan
alam. Penggunaan media tersebut mendukung dalam pembelajaran tematik yaitu
dalam Tema 9 “Lingkungan Sahabat” Subtema 3 Pembelajaran 2 Kelas V Sekolah
Dasar.
27
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Hipotesis 1
Gambar 2.3 Hipotesis 2
Kelas
(R)
Menggunakan
media botol
bekas (X)
Hasil belajar
siswa (O1)
Kelas
(R)
Tidak
menggunakan
media botol bekas
(X) Hasil belajar
siswa (O2)
Kondisi ideal
1. SDN Turen 02 menggunakan
kurikulum tematik
2. Kurangnya penggunaan media
belajar.
Solusi Alternatif
Guru menerapkan media limbah
botol bekas pada kegiatan
pembelajaran yang sesuai
Penelitian menggunakan
True Eksperimental
Design
Perlakuan (X) pada kelas
eksperimen (R1) saat
pembelajaran dan
memberikan posttest
Analisis
Pembelajaran tanpa perlakuan
pada kelas kontrol (R2) saat
pembelajaran dan
memberikan posttest
Hasil
penelitian
28
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada tidaknya pengaruh antara pemanfaatan media botol bekas terhadap hasil
belajar siswa
H0 : tidak ada pengaruh antara pemanfaatan media botol bekas terhadap hasil
belajar siswa
H1 : ada pengaruh antara pemanfaatan media botol bekas terhadap hasil belajar
siswa