bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan bank 2.1.1 pengertian
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Berbagai definisi bank yang telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan
ahli. Berikut ini beberapa pengertian bank antara lain:
Definisi bank menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan yaitu:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.”
Bank secara sederhana menurut Kasmir (2002) didefinisikan:
”Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.”
Definisi-definisi tersebut menjelaskan, bahwa usaha pokok bank adalah
menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk
pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang membutuhkannya. Dengan demikian
bank hanya sebagai perantara antara kreditur dan debitur.
2.1.2 Fungsi Bank
Menurut Totok Budisantoso, Sigit Triandaru (2006) secara umum, fungsi
utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
15
kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial
intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai berikut ini:
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan
disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak
akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat
ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau
menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi
adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitpr tidak akan
penyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman
dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada
saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of Development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor
rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan
saling mempengaruhi. Sektor rill tidak akab dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut
16
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta
konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan-kegiatan tersebut
tidak dapat dilepaskan dari penggunaan uang. Kelancaran kegiatan-kegiatan
tersebut tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian
masyarakat.
3. Agent of Service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa
jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank,
dan penyelesaian tagihan.
2.1.3 Jenis-jenis Bank
Dalam prakitknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan seperti yang diatur Undang-Undang perbankan. Jika kita melihat jenis
perbankan sebelum keluar Undang-Undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998
dengan sebelumnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat
beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama bank atau pokok bank sebagai lembaga
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak
berbeda satu sama yang lainnya.
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, serta
kepemilikannya. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya
17
kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan serta jangkauan wilayah
operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan
sahamnya.
Adapun jenis perbankan menurut Kasmir (2002) dari berbagai segi antara
lain:
1. Dilihat dari segi fungsi
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
h. dan bank lainnya
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI. nomor 10 Tahun 1998 maka
jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
18
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang).
Bank umum sering disebut bank Komersil (commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh
lebih sempit jika di bandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian
dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.
Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan adalah:
a. Bank milik pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh Pemerintah pula.
Contoh bank-bank milik pemerintah Indonesia antara lain:
1. Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
19
3. Bank Tabungan Negara (BTN)
4. Bank Mandiri
Kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I
dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki
oleh Pemda masing-maasing tingkatan. Contoh BPD antara lain:
1. BPD DKI Jakarta
2. BPD Jawa Barat
3. BPD Jawa Tengah
4. BPD DI. Yogyakarta
5. BPD Riau
6. BPD Jawa Timur
7. BPD Sulawesi Selatan
8. BPD Nusa Tenggara Barat
9. BPD Papua
10. dan BPD lainnya
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannyapun didirikan oleh
swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan
swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain:
1. Bank Bumi Putra
2. Bank Central Asia
3. Bank Danamon
20
4. Bank Internasional Indonesia
5. Bank Lippo
6. Bank Muamalat
7. Bank Niaga
8. Bank Universal
c. Bank milik koperasi
Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukun koperasi. Contoh bank jenis ini adalah
Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).
d. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau milik pemerintah asing. Kepemilikannyapun
jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri).
Contoh bank asing antara lain:
1. ABN AMRO bank
2. American Express Bank
3. Bank of America
4. Bank of Tokyo
5. Bangkok Bank
6. City Bank
7. Chase Manhattan Bank
8. Deutsche Bank
9. European Asia Bank
21
10. Hongkong Bank
11. Standard Chartered Bank
e. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warganegara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:
1. Bank Finconesia
2. Bank Merincorp
3. Bank PDFCI
4. Bank Sakura Swadarma
5. Ing Bank Inter Pacifik Bank
6. Mitsubishi Buana Bank
7. Paribas BBD Indonesia
8. Sumitomo Niaga Bank
9. Sanwa Indonesia Bank
3. Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, bank umum
dapat dibagi ke dalam 2 jenis. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian
berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank
dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun
kualitas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula.
22
Jenis Bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut:
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya
transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan Bank Indonesia.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan
kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih
dalam batas-batas negara.
4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menetukan
harga, baik harga jual maupun harga beli terbago dalam 2 kelompok yaitu:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvesional (Barat)
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak
terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula bank di
Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
23
Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti
gito, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk
produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat
suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah
spread based.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional
(barat) menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya
dalam nominal atau porsentase tertentu. Sistem pengenaan biaya
ini dikenal engan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah (Islam)
Bank berdasarkan Syariah belum lama berkembang di Indonesia.
Namun diluar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah seperti
Mesir atau di Pakistan bank yang berdasarkan Prinsip Syariah sudah
berkembang pesat sejak lama. Bagi bank yang berdasarkan Prinsip
Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
bank berdasarkan Prinsip Konvensional. Bank berdasarkan Prinsip
Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
24
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang
berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(mudharabah)
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarab)
5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarab wa iqtina)
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan Prinsip Syariah juga sesuai dengan Syariah Islam.
Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank Prinsip
Syariah dasar hukumnya adalah Alquran dan Sunah Rasul. Bank
berdasarkan prinsip Syariah mengharamkan penggunaan harga
produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan
Prinsip Syariah Bunga adalah riba.
2.1.4 Kegiatan Bank
Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat, kemudian menjual uang yang berhasil
dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian
25
pinjaman atau kredit. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum menurut Kasmir
(2002) antara lain:
1. Menghimpun Dana (funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari
masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan
dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan.
Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis
simpanan dewasa ini adalah:
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
c. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
(jatuh tempo). Penarikannyapun dilakukan sesuai jangka waktu
tersebut.
26
2. Menyalurkan Dana (Lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berdasarkan
hasil dihimpun masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan
Lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama
kredit. Sebelum kredit diluncurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan
kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek
penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya
tergantung dari bank uang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit
sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank
adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum
jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:
a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
c. Kredit Perdagangan
d. Kredit Produktif
e. Kredit Konsumtif
f. Kredit Profesi
3. Memberikan jasa-jasa Bank Lainnya (Service)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa-jasa
bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik. Dalam
praktiknya jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi:
27
a. Kiriman Uang (Transfer)
Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat
dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan. Pengiriman
uang juga dapat dilakukan dengan tujuan dalam kota, luar kota atau luar
negeri.
b. Kliring (Clearing)
Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet
giro) yang berasal dari dalam kota. Proses penagihan lewat kliring hanya
memakan waktu 1 (satu) hari. Besarnya biaya penagihan tergantung dari
bank yang bersangkutan.
c. Inkaso (collection)
Merupahan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet,
giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Proses penagihan lewat
inkaso tergantung dari jarak lokasi penagihan dan biasaya memakan
waktu 1 (satu) minggu sampai 1 (satu) bulan.
d. Safe Deposit Box
Safe Deposit Box atau dikenal dengan istilah safe loket. Jasa pelayanan
ini memberikan layanan penyewaan box atau kotak pengaman tempat
menyimpan surat-surat berharga atau barang berharga milik nasabah.
e. Bank Card (Kartu Kredit)
Bank Card atau lebih populer dengan sebutan kartu kredit atau juga uang
plastik. Kartu ini dapat dibelanjakan di berbagai tempat perbelanjaan
atau tempat-tempat hiburan. Kepada pemegang kartu kredit dikenakan
28
biaya iuran tahunan yang besarnya tergantung dari bank yang
mengeluarkan.
f. Bank Notes
Merupakan jasa penukaran valuta asing. Dalam jual beli bank notes,
bank menggunakan kurs (nilai tukar rupiah dengan mata uang asing).
g. Bank Garansi
Merupakan jaminan bank yang diberikan kepada nasabah dalam rangka
membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si pengusaha
memperoleh fasilitas untuk melaksanakan kegiatannya dengan pihak
lain.
h. Bank Draft
Merupakan wesel yang dikeluarkan oleh bank kepada para nasabahnya.
Wesel ini dapat diperjualbelikan apabila nasabah membutuhkannya.
i. Letter of Credit (L/C)
Merupakan surat kredit yang diberikan kepada para eksportir dan
importir yang digunakan untuk melakukan pembayaran atas transaksi
ekspor-impor yang mereka lakukan.
j. Cek Wisata (Travellers Cheque)
Merupakan cek perjalanann yang biasa digunakan oleh turis atau
wisatawan.
k. Menerima Setoran-setoran
Dalam hal ini bak membantu nasabahnya dalam rangka menampung
setoran dari berbagai tempat antara lain:
29
1) Pembayaran Pajak
2) Pembayaran telepon
3) Pembayaran air
4) Pembayaran listrik
5) Pembayaran uang kuliah
l. Melayani Pembayaran-pembayaran
Sama halnya seperti dalam hal menerima setoran, bank juga melakukan
pembayaran seperti yang diperintahkan oleh nasabah antara lain:
1) Membayar Gaji/Pensiun/honorarium
2) Pembayaran deviden
3) Pembayaran kupon
4) Pembayaran bonus/hadiah
m. Bermain di dalam Pasar Modal
Kegiatan bank dapat memberikan atau bermain surat-surat berharga di
pasar modal. Bank dapat berperan dalam berbagai kegiatan seperti
menjadi:
1) Penjamin emisi (underwritter)
2) Penjamin (guarantor)
3) Wali amanat (trustee)
4) Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
5) Pedagang efek (dealer)
6) Perusahaan pengelola dana (investment company)
n. Dan jasa-jasa lainnya
30
2.2 Tinjauan Kredit
2.2.1 Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 adalah :
”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
Sedangkan pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2002) adalah:
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu atau bagi hasil”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan
dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.
2.2.2 Unsur-unsur Kredit
Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud. Atau dengan kata lain
dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu sehingga
jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit menurut Kasmir (2002) antara lain:
31
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar
diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur pervaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
itu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka
menengah bisa (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (di atas 3 tahun).
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan sesuatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu
kredit.
5. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas
pemberian suatu kredit dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal
dengan nama bunga.
32
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak
di capai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian
kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank tersebut di dirikan.
Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit menurut Kasmir (2002)
sebagai berikut :
1. Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Hasil keuntungan ini di peroleh dalam bentuk bunga yang di terima oleh
bank sebagai balas jasa an biaya administrasi kredit yang di bebankan
kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana,baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut,maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi
pemerintah semakin banyak kredit yang di salurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik,mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor,
terutama sektor rill.
33
Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki
suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut menurut
Kasmir (2002) adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika
uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu
wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang
dengan memperoleh kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh
tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau
bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu
wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan
jumlah barang yang beredar.
34
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi,
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang
yang diperlukan masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan dengan
memperoleh kredit, nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau
memperluas usahanya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semkain baik, terutama
dalam hal meningkatkan pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang
lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
2.2.4 Jenis-jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.
Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam.
Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.
35
Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan
rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit
dapat dilihat dari berbagai segi menurut Kasmir (2002) antara lain:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit Investasi
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang
melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini
memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1 (satu) tahun.
b. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit
jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang
dibiayai.
b. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalanya
keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun pangan. Dalam
kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
36
c. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan
perdagangannya.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasayanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun
dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau
jaminan orang.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
37
karakter serta loyalitas atau nama baik sicalon debitur selama
berhubungan dengan bank atau pihak lain.
2.3 Tinjauan Loan to Deposit Ratio (LDR)
2.3.1 Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut O.P Simorangkir (2004), Loan to Deposit Ratio dinyatakan
sebagai:
”Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang
diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang
diterima, tidak termasuk pinkaman subordinasi”
Sedangkan menurut Kasmir (2002) mendefinisikan Loan to Deposit Ratio:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas
bank. Loan to Deposit Ratio mempunyai peranan yang sangat penting sebagai
indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga
LDR dapat juga digunakan untuk mengukurtidaknya suatu fungsi intermediasi
Bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 90%-100%
sedangkan menurut ketentuan bank sentral, batas aman LDR suatu bank adalah
110%
38
2.3.2 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara seluruh
jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima
bank. Nilai LDR dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank
Indonesia melalui surat Edaran Bank Indonesia No. 30/30/DPNP Tanggap 14
Desember 2001 yaitu :
𝐿𝐷𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 + 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, dan deposito tetapi tidak
termasuk giro dan deposito antar bank. Equity yang dimaksud adalah sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang terdiri atas modal disetor pemilik bank, agio saham,
berbagai cadangan laba ditahan berjalan dan laba tahun berjalan.
2.4 Tinjauan Non Performing Loan (NPL)
2.4.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL)
Kredit bermasalah merupakan salah satu risiko yang terdapat di dalam
kegiatan perbankan yang disebut dengan Risiko Kredit. Risiko kredit menurut
Fahmi (2008), adalah:
“Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh
ketidakmampuan para debitur dalam memenuhi kewajibannya
sebagaimana yang telah dipersyaratkan oleh pihak kreditur.”
39
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No. 31 (2000), kredit
bermasalah (Non Perfoming Loan), adalah:
”Kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya
telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang
pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non
performing terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar,
diragukan, macet.”
2.4.2 Perhitungan Non Perfoming Loan (NPL)
Kredit bermasalah dapat dihitung dengan rumus Non Perfoming Loan
sebagai berikut :
NPL = 𝐾𝑅𝐸𝐷𝐼𝑇 𝐾𝑈𝑅𝐴𝑁𝐺 𝐿𝐴𝑁𝐶𝐴𝑅+𝐾𝑅𝐸𝐷𝐼𝑇 𝐷𝐼𝑅𝐴𝐺𝑈𝐾𝐴𝑁+𝐾𝑅𝐸𝐷𝐼𝑇 𝑀𝐴𝐶𝐸𝑇
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐾𝑅𝐸𝐷𝐼𝑇𝑋 100%
Sumber: Manurung dan Rahardja, 2004
2.5 Tinjauan Efisiensi Operasional (BOPO)
2.5.1 Pengertian Efisiensi Operasional (BOPO)
Menurut Dahlan Siamat (2005), Rasio biaya efisiensi (BOPO) adalah:
“Perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional,
rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya.”
Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2005) adalah:
“Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio
biaya operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.”
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang dapat mengukur
40
kemampuan bank dilihat dari efisiensi kinerja dalam mengelola Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional.
2.5.2 Perhitungan Efisiensi Operasional (BOPO)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dapat dihitung dengan
rumus, yaitu:
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Sumber : Frianto (2005)
Menurut Frianto (2005) untuk menunjukkan efisiensi suatu bank adalah
dengan menentukan peringkat BOPO, maka dari itu harus diketahui biaya
operasional dan pendapatan operasional terlebih dahulu, peringkat perolehan
BOPO terdiri dari 5 kategori, semakin kecil peringkat bank, maka semakin bagus
karena bank memiliki tingkat efisiensi yang sangat baik. Kategori yang ada terdiri
dari tingkat efisiensi sangat buruk yaitu diatas 96% sampai sangat baik kurang dari
80%. Tingkat efisiensi yang cukup baik berkisar antara 80%-95%.
Menurut Frianto (2005) semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank daalam kondisi bermasalah semakin kecil, sedangkan
menurut Lukman Dendawijaya (2005) mengatakan semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan
adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
41
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan jika semakin kecil
nilai Biaya Operasonal Pendapatan Operasional (BOPO), maka kinerja perusahaan
semakim efisien dan membuat keuntungan yang diperoleh lebih besar, sebaliknya
jika nilai BOPO semakin besar, maka kinerja perusahaan semakin tidak efisien dan
membuat penurunan dan keuntungan.
2.6 Tinjauan Profiabilitas
2.6.1 Pengertian Profitabilitas
Pengertian profitabilitas menurut Mahmoedin (2004), yaitu:
“Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh
keuntungan. Hal ini terlihat pada perhitungan produktivitasnya yang
dituangkan dalam rumus ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on
Asset).”
Sedangkan menurut Melayu Hasibuan (2002) profitabilitas bank adalah:
“Profitabilitas Bank adalah kemampuan suatu bank untuk
memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas
pada dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase
profit.”
Meski ada beragam indikator penilaian profitabilitas yang lazim digunakan
oleh bank, penulis akan menggunaka rasio ROA (Return on Assets), dengan
beberapa alasan antara lain:
Pengertian ROA (Return On Assets) menurut Susan Irawati (2006), yaitu:
“Kemampuan suatu perusahaan (aktiva perusahaan) dengan seluruh
modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba bersih
perusahaan (EAT) atau perbandingan laba bersih dengan modal
42
sendiri dan modal asing untuk menghasilkan laba dan digunakan
dalam persentase.”
Pengertian ROE (Return On Equity) menurut Susan Irawati (2006), yaitu:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang
digunakan perusahaan tersebut.”
Dari pengertian ROA dan ROE diatas ternyata pengukuran dari aktiva
adalah ROA, sehingga pengukuran profitabilitas yang paling dalam hubungannya
dengan LDR dan NPL adalah ROA, mengingat dalam perhitungan LDR adalah
total kredit dibagi dana pihak ketiga dan perhitungan NPL adalah total kredit
bermasalah dibagi total kredit yang disalurkan.
2.6.2 Perhitungan Profitabilitas Bank
Perhitungan profitabilitas bank dilakukan dengan menggunakan rasio
Return on Assets (ROA) atau tingkat pengembalian aktiva. Bank Indonesia
menetapkan besarnya ROA yaitu 1,5%. Menurut SE BI Nomor 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011, rumus dari ROA adalah :
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 (𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)𝑋 100%
Maksud dan tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan kemampuan perolehan laba yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos
yang ada pada laporan laba rugi dengan pos-pos yang ada pada neraca bank. Dengan
demikian melalui analisis profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektifitas
bank selama periode tertentu.
43
2.7 Pengaruh Kredit Terhadap Profitabilitas Bank
Fungsi intermediasi bank yakni menghimpun dan menyalurkan dana kepada
masyarakat merupakan fungsi yang penting dalam perbankan. Untuk mendeteksi
fungsi intermediasi tersebut dapat digunakan indikator keuangan Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan Non Perfoming Loan (NPL) untuk kredit bermasalah. Loan to
Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan
terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari mastarakat, sedangkan Non
Perfoming Loan merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau
bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang
pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.
Sedangkan profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan
usaha. Selain menjalankan fungsi intermediasi, perolehan laba (profitabilitas)
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu bank. Rasio profitabilitas
merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusuan manajemen dalam
menggunakan sumber-sumber dana bank. Melalui analisis profitabilitas dapat
diketahui efisiensi dan efektivitas suatu bank selama periode waktu tertentu.
Faktor ekspansi kredit yang ditunjukkan dengan rasio LDR sangat penting
oleh bank dengan tujuan untuk memperoleh laba yang didapat dari selisih
penerimaan bunga kredit dengan beban bunga simpanan (spread). Dengan
peningkatan dan pengelolaan penyaluran kredit yang baik akan mendorong suatu
bank untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh laba (profitabilitas).
44
Indikator-indikator yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR)
adalah sebagai berikut:
a. Total Loans
Adalah jumlah seluruh pinjaman yang diberikan kepada masyarakat
oleh pihak bank.
b. Total Deposit
Adalah jumlah seluruh dana masyarakat yang disimpan di bank
c. Equity
Adalah modal sendiri atau modal bank.
Kredit bermasalah (Non Perfoming Loan) merupakan salah satu risiko
kredit. Tingginya rasio NPL yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh terhadap
nilai asset bank dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Menurut Lukman
Dendawijaya (2005) mengemukakan bahwa akibat dari timbulnya kredit
bermasalah dapat berupa:
1) Dengan adanya kredit bermasalah bank akan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas atau
rentabilitas bank
2) Return On Assets (ROA) mengalami penurunan.
2.8 Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas
Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasinoal (BOPO).
45
Efisiensi Operasional (BOPO) adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan bank
dilihat dari efisiensi kinerja dalam mengelola Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional. Rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Menurut Defri (2012), BOPO mempunyai hubungan yang negatif terhadap
ROA, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa jika BOPO meningkat yang
berarti efisiensi menurun, maka Return On Assets (ROA) yang diperoleh bank akan
menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam menjalankan
operasinya berpengaruh terhadap pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh
bank tersebut. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk
rasio BOPO yaitu di bawah 93,52% dalam predikat sehat, karena jika rasio BOPO
melebihi 95,92% hingga mendekati angka 100%, maka bank tersebut dapat
dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.
2.9 Kerangka Pemikiran
Dalam menjalanjan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank
sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan sama seperti halnya perusahaan lain.
Hal ini sesuai dengan kegiatan utama bank yaitu membeli uang dari masyarakat
(menghimpun dana) melalui simpanan kemudian menjual uang yang diperolehnya
46
dari penghimpunan dana dengan cara menyalurkan dana kepada masyarakat umum
dalam bentuk pinjaman. Hal ini ditegaskan oleh Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
menyebutkan bahwa:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membangun usaha dan
membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Atau menurut UU no.
10 tahun 1998 :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui kaitan antara kredit dengan bank
yang terletak pada hal penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat.
Bank memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat agar masyarakat dapat
meningkatkan taraf hidup. Akan tetapi pinjaman kredit harus dikembalikan dengan
jangka waktu yang sudah ditentukan beserta bunga pinjaman kreditnya.
Efisiensi Operasional (BOPO) merupakan rasio yang dapat mengukur
kemampuan bank dilihat dari efisiensi kinerja dalam mengelola Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional. Menurut Dahlam Siamat (2005), Rasio biaya
efisiensi (BOPO) adalah:
47
“Perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional,
rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya.”
Dari pengertian di atas dapat diketahui kaitan antara efisiensi operasional
(BOPO) dengan profitabilitas (ROA). Dengan adanya efisiensi operasional
(BOPO) dapat mengukur kemampuan bank dan profitabilitas (ROA) bank.
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
presentasi yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang diterima. Angka profitabilitas dinyatakan
antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan
per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi
kesehatan perusahaan. Profitabilitas bank adalah kemampuan bank mendapatkan
laba melalui semua sumber yang ada seperti kas, aktiva, dan modal. Profitabilitas
merupakan indikator keefektifan penggunaan dana yang digunakan dalam
perbankan.oleh Melayu Hasibuan (2002) berikut ini :
“Profitabilitas Bank adalah kemampuan suatu bank untuk
memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas
pada dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase
profit.
Penelitian kuantitatif terhadap profitabilitas bank tertuang dalam Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dengan menggunakan
berbagai macam indikator antara lain :
1. Pengembalian atas aktiva (ROA)
2. Pengembalian atas ekuitas (ROE)
48
3. Margin bunga bersih (NIM)
4. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
5. Pertumbuhan laba operasional
6. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
7. Prospek laba operasional
Meski ada beragam indikator penliaian profitabilitas yang lazim digunakan
oleh bank, yang akan penulis pergunakan adalah nilai Return on Asset (ROA)
karena memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
rentabilitasnya dan manajeriak efisiensi secara menyeluruh. Selain itu, ROA
digunakan oleh Bank Indonesia sebagai alat ukur untuk menilai tingkat kesehatan
suatu bank dilihaat dari aspek kemampuannya (profitabilitas). Nilai ROA yang
mengindikasikan bahwa suatu bank dapat dikatakan sehat adalah lebih dari 1,5%.
Hubungan antara pinjaman kredit terhadap profitabilitas bank adalah bahwa
pinjaman kredit dapat meningkatkan laba melalui pendapatan bunga bersih bank.
Maka kemampuan bank dalam menciptakan laba akan bertambah. Dengan
peningkatan dan pengelolaan penyaluran pinjaman kredit yang baik akan
mendorong suatu bank untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh
laba (profitabilitas).
Hubungan efisiensi operasional terhadap profitabilitas adalah semakin
rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh
bank akan semakin besar.
49
Berdasarkan uraian di atas maka dibuat kerangka pemikiran yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.10 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan penelitian biasanya disusun dalam
dalam kalimat pernyataan.”
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan pada penelitian
terdahulu, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikust:
Pinjaman Kredit (X1)
Profitabilitas (ROA) (Y)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Independen
Efisiensi Operasional (X2)
BANK
NPL
LDR
BOPO
50
Ho1 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh pinjaman kredit terhadap
profitabilitas bank.
Ha1 : β1 = 0, artinya terdapat pengaruh pinjaman kredit terhadap profitabilitas
bank.
Ha2 : β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh efisiensi operasional terhadap
profitabilitas bank.
Ha2 : β2 = 0, artinya terdapat pengaruh efisiensi operasional terhadap
profitabilitas bank.
Ho3 : β1 = β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh pinjaman kredit dan efisiensi
operasional terhadap profitabilitas bank.
Ha3 : β1 = β2 = 0, artinya terdapat pengaruh pinjaman kredit dan efisiensi
operasional terhadap profitabilitas bank.