bab 2 tinjauan pustaka 2.1. tsunami 2.1.1. pengertian...

37
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian Bencana TSunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011). Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsive tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan arah gelombang juga berubah dan energi gelombang bias menjadi terfokus atau juga menyebar. Di perairan dalam tsunami mampu bergerak dengan kecepatan 500 sampai 1000 kilometer per jam sedangkan di perairan dangkal kecepatannya melambat hingga beberapa puluh kilometer per jam, demikian juga ketinggian tsunami juga bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo tsunami yang hanya memiliki Universitas Sumatera Utara

Upload: vuongmien

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tsunami

2.1.1. Pengertian Bencana TSunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan

“tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian

gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut

akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).

Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang

laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.

Gangguan impulsive tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau

longsoran.

Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya

gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan

bertambah atau berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan

arah gelombang juga berubah dan energi gelombang bias menjadi terfokus atau juga

menyebar. Di perairan dalam tsunami mampu bergerak dengan kecepatan 500 sampai

1000 kilometer per jam sedangkan di perairan dangkal kecepatannya melambat

hingga beberapa puluh kilometer per jam, demikian juga ketinggian tsunami juga

bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo tsunami yang hanya memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

ketinggian satu meter di perairan dalam bias meninggi hingga puluhan meter di garis

pantai (Puspito, 2010).

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007,

Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau

gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability)

masyarakat. Hubungan keduanya dapat digambarkan bila gangguan atau ancaman

tersebut muncul kepermukaan tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti

masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu tersebut, sementara

bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka

tidak akan terjadi bencana. Adapun Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:

(a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (b) Bencana non

alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa

nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit. (c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

(UU RI No 24 Tahun 2007).

2.1.2. Mekanisme terjadinya Tsunami

Mekanisme tsunami akibat gempa bumi dapat diuraikan dalam 4 (empat)

tahap yaitu kondisi awal, pemisahan gelombang, amplifikasi, dan rayapan.

a) Kondisi Awal.

Gempa bumi biasanya berhubungan dengan goncangan permukaan yang

terjadi sebagai akibat perambatan gelombang elastik (elastic waves) melewati batuan

dasar ke permukaan tanah. Pada daerah yang berdekatan dengan sumber-sumber

gempa laut (patahan), dasar lautan sebagian akan terangkat (uplifted) secara

permanen dan sebagian lagi turun ke bawah (down-dropped), sehingga mendorong

kolom air naik dan turun. Energi potensial yang diakibatkan dorongan air ini,

kemudian berubah menjadi gelombang tsunami atau energi kinetik di atas elevasi

muka air laut rata-rata (mean sea level) yang merambat secara horisontal. Kasus yang

diperlihatkan adalah keruntuhan dasar lereng kontinental dengan lautan yang relatif

dalam akibat gempa. Kasus ini dapat juga terjadi pada keruntuhan lempeng

kontinental dengan kedalaman air dangkal akibat gempa.

b) Pemisahan Gelombang.

Setelah beberapa menit kejadian gempa bumi, gelombang awal tsunami akan

terpisah menjadi tsunami yang merambat ke samudera yang disebut sebagai tsunami

berjarak (distant tsunami), dan sebagian lagi merambat ke pantai-pantai berdekatan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

yang disebut sebagai tsunami lokal (local tsunami). Tinggi gelombang di atas muka

air laut rata-rata dari ke dua gelombang tsunami, yang merambat dengan arah

berlawanan ini, besarnya kira-kira setengah tinggi gelombang tsunami awal.

Kecepatan rambat ke dua gelombang tsunami ini dapat diperkirakan sebesar akar dari

kedalaman laut ( gd ). Oleh karena itu, kecepatan rambat tsunami di samudera dalam

akan lebih cepat dari pada tsunami lokal.

c) Amplifikasi.

Pada waktu tsunami lokal merambat melewati lereng kontinental, sering

terjadi hal-hal seperti peningkatan amplitudo gelombang dan penurunan panjang

gelombang Setelah mendekati daratan dengan lereng yang lebih tegak, akan terjadi

rayapan gelombang.

d) Rayapan.

Pada saat gelombang tsunami merambat dari perairan dalam, akan melewati

bagian lereng kontinental sampai mendekati bagian pantai dan terjadi rayapan

tsunami . Rayapan tsunami adalah ukuran tinggi air di pantai terhadap muka air laut

rata-rata yang digunakan sebagai acuan. Dari pengamatan berbagai kejadian tsunami,

pada umumnya tsunami tidak menyebabkan gelombang tinggi yang berputar

setempat (gelombang akibat angin yang dimanfaatkan oleh peselancar air untuk

meluncur di pantai). Namun, tsunami datang berupa gelombang kuat dengan

kecepatan tinggi di daratan yang berlainan seperti diuraikan pada Amplikasi,

sehingga rayapan gelombang pertama bukanlah rayapan tertinggi ( Anonim,

usgs.gov, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

2.1.3. Sumber Utama terjadinya Tsunami

Menurut BNPB (2012) Sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan bahwa

kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1600 – 2012.

Sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90% dari tsunami tersebut disebabkan oleh

aktivitas gempabumi tektonik, 9% akibat aktivitas vulkanik dan 1% oleh tanah

longsor yang terjadi dalam tubuh air (danau atau laut) maupun longsoran dari darat

yang masuk ke dalam tubuh air. Berdasarkan sumber terjadinya gempabumi tektonik

sangat berpotensi terjadinya tsunami.

Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan

antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan.

Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil

sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempabumi akibat tumbukan antar

lempeng bumi dan patahan aktif (Bakornas PB, 2007).

2.1.3.1. Gempa Bumi Tektonik

Gempabumi tektonik merupakan jenis gempa yang paling banyak merusak

bangunan yang terjadi karena ada pelepasan stress energi yang tertimbun di dalam

batu – batuan karena pergerakan dalam bumi (Adhitya, dkk, 2009).

2.1.3.2. Penyebab Gempa Bumi Tektonik

Penyebab gempabumi tektonik dikarenakan adanya proses tektonik akibat

pergerakan kulit/lempeng bumi dan aktivitas sesar dipermukaan bumi serta

pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah, aktivitas

gunungapi, ledakan Nuklir (Bakornas PB, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Gambar 2.1

2.1.3.3. Ciri – Ciri Gempa Bumi Tektonik Berpotensi Tsunami

Ilustrasi Kejadian Gempa Bumi Tektonik Berpotensi Tsunami

Gempabumi yang berpotensi tsunami merupakan gempabumi dengan pusat

gempa di dasar laut berkekuatan gempa >7 SR dengan kedalaman kurang dari 60-70

Km dan terjadi deformasi vertical dasar laut dengan magnitudo gempa lebih besar

dari 6 ,0 Skala Richter serta jenis patahan turun (normal faulth) atau patahan naik

(thrush faulth).

Tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik dipengaruhi oleh kedalaman

sumber gempa serta panjang, kedalaman, dan arah patahan tektonik. Pada umumnya,

tsunami baru mungkin terjadi apabila kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km di

bawah permukaan laut. Segera setelah dibangkitkan tsunami merambat ke segala

arah. Selama perambatan, tinggi gelombang semakin besar akibat pengaruh

pendangkalan dasar laut. Ketika mencapai pantai, massa air akan merambat naik

menuju ke daratan. Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai sangat

dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan jauhnya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi dan penggunaan

lahan di wilayah pantai yang bersangkutan.

Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana dapat terlihat dari

belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang

kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan tempat evakuasi

warga juga merupakan salah satu contoh kurangnya kemampuan dalam menghadapi

bencana. Peta bahaya dan peta risiko yang telah dibuat belum dimanfaatkan secara

optimal dalam program pembangunan dan pengurangan risiko bencana yang terpadu.

Terdapat kecenderungan bahwa Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) hanya

dianggap sebagai biaya tambahan, bukan bagian dari investasi pembangunan yang

dapat menjamin pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, gempabumi yang berpotensi

besar dalam pembangkitkan tsunami perlu mendapat perhatian khusus (BNPB, 2012).

2.1.4. Tanda Tanda Terjadinya Tsunami

a)

Menurut Adhitya, dkk, 2009 Dari hasil laporan dokumen lama serta prasasti

yang ada di Jepang, serta pangalaman dari hasil survei lapangan memperlihatkan

bahwa beberapa tanda-tanda alami sebelum datangnya tsunami adalah sebagai

berikut:

Gerakan Tanah.

Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di lapisan

bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang terjadi di bawah

permukaan laut, maka sangat berpotensi terjadinya tsunami. Khusus bagi tsunami

near field (sumber dekat dengan pantai) gerakan ini dapat dirasakan secara langsung

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

oleh indera manusia tanpa menggunakan alat ukur, namun untuk tsunami dengan

sumber far field (sumber jauh dengan pantai) misalnya tsunami Chili 1960, tidak

dirasakan oleh indera manusia di Jepang namun setelah 12 Jam tsunami tersebut

menghatam daerah Tohoku ( North-East) Pulau Honshu, Jepang.

b) Riakan Air Laut (Tsunami Forerunners ).

c)

Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan adalah deretan osilasi atau

riakan muka laut yang mendahului kedatangan tsunami utama. yang dengan mudah

dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut dengan tipikal amplitudo dan perioda yang

lebih kecil. Menurut mereka tidak selamanya tsunami forerunners ini muncul. Di

pantai Utara dan Selatan Amerika tsunami forerunners tidak hadir karena kemiringan

alami dari inisial tsunami terhadap pantai. Sedangkan kehadiran tsunami forerunners

di tempat lain seperti Jepang karena akibat terjadinya resonansi (gelombang ikutan)

tsunami awal di teluk dan di paparan benua sebelum tsunami utama datang.

Penarikan Mundur Atau Surutnya Muka Laut (Initial Withdrawal Bore).

Dalam beberapa tulisan baik yang popular maupun ilmiah mengemukakan

tentang hadirnya penarikan mudur muka air laut sebelum tsunami utama mencapai

pantai. Dari hasil rekaman tsunami, Murty (1977) mengemukakan ada ratusan kasus

dimana penarikan mundur muka laut ini terjadi, namun pada beberapa kejadian tidak

hadir. Secara teoritis pielvogel (1976) situasi semacam ini umumnya disebabkan oleh

muka gelombang negatif yang menjalar duluan diikuti oleh gelombang positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

d) Dinding Muka Air Laut Yang Tinggi Di Laut (Tsunami Bore).

e)

Adalah pergerakan tsunami yang menjalar di perairan dangkal dan terus

menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk dinding dengan

tinggi yang hampir rata, ini disebabkan karena adanya gangguan secara meteorologi

(Nagaoka, 1907). Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh rekaman tsunami di

beberapa tempat di Jepang. Dari beberapa saksi mata juga menyebutkan khususnya

untuk Tsunami Biak 1996 dan Tsunami Flores 1992 yang terjadi pada siang hari

(sedangkan Tsunami Banyuwangi 1994 terjadi pada malam hari) disaksikan bahwa

gelombang yang datang menyerupai tembok hitam dan gelap serta berupa tembok

putih yang bergerak ke arah pantai. Perbedaan pengamatan ini bergantung pada jenis

serta morfologi dasar laut di lepas pantai. Untuk daerah dimana landai serta

gelombang tsunami menggerus sedimen di bawahnya maka dinding tesebut kelihatan

hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang maka dinding tersebut

berwarna putih di penuhi oleh busa air laut.

Timbulnya Suara Aneh.

Banyak dokumen lama di Jepang melaporkan timbulnya suara abnormal

sebelum kedatangan tsunami, hal ini terukir pada Monumen Tsunami di Prefektur

Aomori yang berbunyi : “Earthquake, sea Roar, then Tsunami” (Gempa. Suara

menderu, kemudian tsunami). Monumen ini dibangun setelah 1993 Showa Great

Sanriku Tsunami, bertujuan untuk melanjutkan perhatian masyarakat generasi yang

akan datang terhadap tsunami. Ini menganjurkan agar melakukan evakuasi jika

terdengar suara abnormal setelah terjadi gempa. Suara seperti ini juga diceritakan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

oleh saksi mata tsunami di Biak, Banyuwangi dan Flores dimana suara tersebut ada

yang menyebutkan suara yang terdengar menyerupai: bunyi pesawat helikopter, suara

drum band, serta suara roket yang mendesing. Jenis-jenis dan tipikal suara tersebut

hubungannya dengan posisi tsunami saat menjalar atau saat menghantam tebing batu

atau pantai yang landai di Jelaskan oleh Shuto (1997).

f) Pengamatan Indera Penciuman Dan Indera Perasa.

Saksi mata mengemukakan bahwa saat sebelum tsunami datang terjadi angin

dengan berhawa agak dingin bercampur dengan bau garam laut yang cukup kuat, hal

ini kemungkinan besar akibat olakan air laut di lepas pantai.

2.1.5. Perbedaan Gelombang Badai Dengan Tsunami

Perbedaan gelombang badai dengan tsunami adalah g

2.1.6. Penyebab Terjadinya Bencana Tsunami

elombang badai

menerjang pantai dalam bentuk arus melingkar dan tidak membanjiri daerah yang

lebih tinggi sedangkan gelombang tsunami menerjang pantai dalam bentuk arus lurus,

bagai tembok air, dengan kecepatan tinggi dan masuk jauh ke daratan. Dengan bentuk

gelombang demikian, maka tsunami sulit dihadang, terutama dengan ketinggiannya

yang mencapai belasan meter dan kecepatan ratusan kilometer per jam

(Anonim, piba.tdmrc.org, 2010).

Tsunami merupakan suatu rangkaian gelombang panjang yang disebabkan

oleh perpindahan air dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Tsunami dapat dipicu oleh

kejadian gempa, letusan volkanik, dan longsoran di dasar laut, atau tergelincirnya

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

tanah dalam volume besar, dampak meteor, dan keruntuhan lereng tepi pantai yang

jatuh ke dalam lautan atau teluk.

Tsunami mengakibatkan terjadinya kenaikan muka air laut yang besar,

sehingga menimbulkan perbedaan tinggi energi. Perbedaan tinggi energi ini

menimbulkan aliran dengan kecepatan yang tinggi. Aliran ini mempunyai daya rusak

yang sangat besar. Untuk mengurangi kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh

tsunami, maka daerah pesisir pantai perlu mendapatkan perlindungan. Namun

perlindungan secara fisik hampir tidak mungkin untuk dilakukan karena akan

memerlukan biaya yang sangat besar. Konstruksi pelindung hanya akan berfungsi

secara efektif untuk melindungi teluk yang mempunyai mulut tidak terlalu lebar.

Konstruksi pelindung harus kuat untuk menerima tekanan gelombang tsunami,

disamping cukup tinggi untuk menghindarkan limpasan gelombang. Cara yang lebih

efektif adalah dengan melatih penduduk dalam menghadapi tsunami dan

menghindarkan pembangunan konstruksi di daerah yang sering diserang tsunami.

Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana

tsunami. (1) Membuat sistem peringatan dini. (2) Relokasi daerah permukiman yang

rawan tinggi terhadap ancaman tsunami. (3) Edukasi kepada masyarakat tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya tanda-tanda kedatangan

tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga masyarakat siap dan tanggap

apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-tiba. (4) Membuat jalan atau lintasan

untuk menyelamatkan diri dari tsunami. (5) Menanami daerah pantai dengan tanaman

yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang (misalnya mangrove) (6)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami. (7) Membuat dike

ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan (Anonim, piba.tdmrc.org, 2010).

2.1.7. Dampak Bencana Tsunami

Pengertian dampak menurut KBBI adalah benturan, pengaruh yang

mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada

dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau

perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal

balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang

dipengaruhi (Anonim, KBBI Online, 2010).

Adapun dampak bencana terhadap kesehatan yaitu terjadinya krisis kesehatan,

yang menimbulkan : (1) Korban massal; bencana yang terjadi dapat mengakibatkan

korban meninggal dunia, patah tulang, luka-luka, trauma dan kecacatan dalam jumlah

besar. (2) Pengungsian; pengungsian ini dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya

rumah-rumah mereka atau adanya bahaya yang dapat terjadi jika tetap berada dilokasi

kejadian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat resiko dari suatu wilayah atau daerah

dimana terjadinya bencana (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan dampak positif dari bencana tsunami adalah (a) Bencana alam

merenggut banyak korban,s ehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi

yang masih hidup. (b) Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong

korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling

membutuhkan satu sama lain. (c) Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

konstruksi bangunan kita serta kelemahannya dan dapat melakukan inovasi baru

untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dgn konstruksi yg

lbh baik sedangkan dampak negatif dari bencana tsunami adalah (a) Merusak apa

saja yang dilaluinya bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa

manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah,

dan air bersih. (b) Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk

mencari lagi tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaanya (c) Pemerintah akan

kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana karna faktor dana yang

besar. (d) Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana

yang kehilangan segalanya.

2.2. Prinsip Pengurangan Risiko Bencana Tsunami

Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat

sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam

bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana

jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian

(Anonim, wikipedia.org, 2013).

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana

pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta,

dan gangguan kegiatan masyarakat (UU RI No 24 tahun 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Paradigma pengurangan risiko bencana merubah pola pikir yang responsif

menjadi preventif dengan pendekatan manajemen risiko. Apabila suatu wilayah

mempunyai risiko tinggi maka upaya pengurangan risiko dilakukan dengan

melakukan tindakan-tindakan. Pertama-tama dilakukan tindakan untuk memisahkan

potensi bencana yang mengancam dengan elemen berisiko (element at risk).

Tindakan ini dikenal dengan pencegahan (risk avoidance). Apabila antara potensi

bencana dengan elemen berisiko tersebut tidak dapat dipisahkan (harus bertemu)

maka upaya yang dilakukan adalah pengurangan risiko (risk reduction), atau dikenal

dengan mitigasi. Mitigasi ini dapat dilakukan secara struktural maupun non-

struktural. Bila pengurangan risiko sudah dilakukan dan masih tetap ada risiko,

dilakukan pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer) misalnya melalui sistem

asuransi bencana. Apabila ketiga tindakan tersebut sudah dilakukan tetapi masih ada

risiko, maka yang terakhir dilakukan adalah menerima risiko (risk acceptance) dan

melakukan upaya-upaya kesiapsiagaan.

Tindakantindakan dalam manajemen risiko di atas dijabarkan dalam program

yaitu: 5) pencegahan dan mitigasi bencana; 6) peringatan dini; dan 7) kesiapsiagaan.

Ketujuh program di atas merupakan program yang dilakukan sebelum terjadi

bencana. Kegiatan sebelum terjadi bencana/pra bencana sering disebut dengan

pengurangan risiko bencana, sehingga dalam pembuatan rencana aksi pengurangan

risiko bencana hanya menggunakan 7 (tujuh) program tersebut. Selain program-

program pengurangan risiko bencana juga terdapat program pada saat bencana dan

pasca bencana. Program pada saat bencana adalah 8) program tanggap darurat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

program pasca bencana disebut 9) program rehabilitasi dan rekonstruksi. Dengan

demikian Renas PB mempunyai 9 (sembilan) program.

Besar atau kecilnya dampak dalam sebuah bencana diukur dari korban jiwa,

kerusakan, atau biaya–biaya kerugian yang ditimbulkannya. Namun demikian, dalam

upaya pengurangan risiko bencana, dampak sebuah bencana dapat diprediksi dengan

mengidentifikasi beberapa hal di bawah ini.

a. Ancaman/bahaya (Hazard)

Apakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana? Ancaman atau bahaya

adalah Fenomena atau situasi yang memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan

atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas, maupun lingkungan.

Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia maupun

alam, tiba – tiba maupun bertahan materi, maupun lingkungan. Menurut United

Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) bahaya terdiri atas

bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang dapat dikelompokkan menjadi

bahaya geologi, bahaya hydrometeorology, bahaya biologi bahaya teknologi, dan

penurunan kualitas lingkungan.

b. Kerentanan (Vulnaribility).

Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan

seseorang atau komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup atau

merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat secara kultur dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti kemiskinan, pendidikan, sosial dan budaya. Selanjutnya

aspek infrastruktur yang juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kerentanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

c. Kapasitas (Capacity).

Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan

lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan pulih

dari akibat bencana dengan cepat.

d. Risiko Bencana (Risk).

Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang

ada. Ancaman bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami,

sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam

menghadapi ancaman bencana semakin meningkat. Prinsip atau konsep yang

digunakan dalam penilaian resiko bencana.

Resiko = Kemampuan

Bahaya x Kerentanan

Atau dapat ditulis Resiko = Bahaya x Kerentanan x ketidakmampuan.

Menurut Winaryo (2007), dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia

merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi dan

beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan

komplek. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi dan tsunami.

Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok

utama, yaitu potensi bahaya utama ( main hazard) dan potensi bahaya ikutan

(collateral hazard). Potensi bahaya utama ( main hazard potency) ini dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

antara lain pada peta rawan bencana gempa di ndonesia yang menunjukkan bahwa

Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana

tsunami dan lain-lain.

Menurut Surono (2004), pemetaan ancaman tsunami mendasarkan pada

bentuk lahan dan kedekatan dengan garis pantai. Asumsi yang digunakan adalah

semua bentuk lahan yang prosesnya dipengaruhi aktivitas gelombang laut (marin)

dan kemiringan lerengnya datar-landai merupakan area yang rawan tsunami.

Walaupun demikian, asumsi ini tidak sepenuhnya langsung dapat diterima mengingat

pada bentuk lahan yang sama dengan kemiringan lereng yang sama potensi ancaman

tsunaminya dapat berbeda jika jaraknya dengan garis pantai berbeda. Oleh karena itu

kemudian digunakan kriteria tambahan, yaitu kedekatan dengan garis pantai. Untuk

itu kemudian pada bentuk lahan marin yang dianggap rawan tsunami dilakukan

buffering untuk menentukan potensi ancamannya. Jarak buffer ditentukan sebesar 1,5

km dari garis pantai untuk potensi ancaman tinggi, 1,5 hingga 3.5 km dari garis

pantai untuk potensi sedang dan 3,5 hingga 7,5 untuk potensi rendah. Gempa bumi di

Aceh menyebabkan timbulnya gelombang air laut dengan kecepatan tinggi dan

mencapai kawasan pantai negara yang ada di dekatnya, Maladewa, India, Somalia,

Thailand, Bagladesh, Sri Lanka, Malaysia dan terberat Indonesia. Kira-kira

gelombang ini berlari dari sumbernya di Aceh lebih kurang 4.500 km untuk mencapai

kawasan pantai negara lain.

Tsunami sangat berhubungan erat dengan gempa bumi tektonik di tengah laut.

Jika gempa memiliki SR, maka Jepang mengajukan skala tingkat tsunami. Kekuatan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

tsunami berbanding lurus dengan kekuatan gempa. Sebagai contoh, gempa dengan

kekuatan 7 SR akan menyebabkan tsunami dengan kekuatan 0 dan maksimum run up

1 - 1,5 meter yang sama sekali tidak berbahaya. Namun gempa berkekuatan 8,25 SR

memicu tsunami grade 3 dengan maksimum run up 8 - 12 meter. Jika 8,9 SR seperti

di Provinsi Pemerintah Aceh, tentu tinggi gelombangnya jauh lebih besar dan lebih

dahsyat.

Pengurangan resiko bencana adalah upaya sistematis untuk mengembangkan

dan menerapkan kebijakan, strategis dan tindakan yang dapat meminimalisir jatuhnya

korban jiwa dan hilang atau rusaknya aset serta harta benda akibat bencana, baik

melalui upaya mitigasi bencana (pencegahan, peningkatan kesiapsiagaan) ataupun

upaya mengurangi kerentanan baik fisik, material, social, kelembagaan, dan

prilaku/sikap (IRBI, 2011).

Indeks Rawan Bencana (Disaster Risk Index/DRI) merupakan perhitungan

ratarata kematian per negara dalam bencana skala besar dan menengah yang

diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami, siklon tropis dan banjir berdasarkan data

tahun 1980- 2000. Hal ini memungkinkan identifikasi sejumlah variable social

ekonomi dan lingkungan yang berkorelasi dengan risiko kematiaan serta

menunjukkan sebab akibat dalam proses risiko bencana. Setiap Negara memiliki

indeksnya masing-masing untuk setiap jenis bahaya menurut tingkat eksposure fisik,

tingkat kerentanan relatif dan tingkat risikonya. Berdasarkan UU RI no.24 Tahun

2007, konsep risiko bencana tidak disebabkan oeh peristiwa-peristiwa yang

berbahaya, namun lebih kepada sejarah kejadian yang dibangun melalui kegiatan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

manusia dan proses-prosesnya. Dengan demikina risiko kematian dalam bencana ini

hanya tergantung sebagian pada keberadaan fenomena fisik seperti gempabumi,

siklon tropis, dan banjir. Dalam DRI, faktor utamanya adalah risiko kehilangan

nyawa dan tidak termasuk aspek risiko lainnya, seperti mata pencaharian dan

perekonomian. Hal ini disebabkan karena kurangnya data yang tersedia pada skala

global dengan resolusi nasional. Menurut BNPB Provinsi Pemerintah Aceh yang

terletak di Pulau Sumatra dengan kawasan seluas 57,365.57 km per segi atau

merangkumi 12.26% pulau Sumatra dengan tingkat kepadatan penduduk wilayah

Aceh sekitar 73 jiwa per km per segi1. Wilayah Aceh memiliki 119 buah pulau, 73

sungai besar, 2 buah danau, dan 17 gunung serta sumber hutannya, yang terletak di

sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh

Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya yang terbentuk sejajar dengan jalur patahan

Semangko. Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)

juga terdapat di Aceh Tenggara dan memiliki indeks rawan bencana rawan

khususnya kota Banda Aceh dengan skor 111 dengan status kelas tinggi (IRBI, 2011).

Tsunami raksasa Aceh Desember 2004, Nias 2005, Jawa Barat 2006 serta

Bengkulu 2007. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan rata-rata hampir 1 tahun

sekali tsunami menghantam pantai kepulauan Indonesia. Hasil penelitian

Paleotsunami menunjukkan bahwa 600 tahun lalu terjadi tsunami besar yang

melanda Aceh. Daerah-daerah yang berada di luar kawasan prioritas tetapi memiliki

risiko sangat tinggi juga akan memperoleh Program Penyediaan TES Tsunami beserta

prasarana penunjangnya dalam jumlah terbatas yang akan dimanfaatkan sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

tempat latihan evakuasi dan sekaligus sebagai monumen pengingat bahwa daerah

tersebut merupakan daerah rawan tsunami, sehingga kesiapsiagaan masyarakat akan

terjaga.

Gambar 2.2 Indeks Rawan Bencana Provinsi NAD

2.3. Kesiapsiagaan

2.3.1. Tindakan Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif dari

bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan proses dari penilaian, perencanaan dan

pelatihan untuk mempersiapkan sebuah rencana tindakan yang terkoordinasi dengan

baik (UU RI No 24 Tahun 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Kesiapsiagaan bencana mencakup langkah-langkah untuk memprediksi,

mencegah dan merespon terhadap bencana. Koordinasi lintas sektoral diperlukan

untuk mencapai tujuan-tujuan berikut seperti yang telah disebutkan oleh

LIPI-UNESCO/ISDR (2006), bahwa ruang lingkup kesiapsiagaan dikelompokkan

kedalam empat parameter yaitu pengetahuan dan sikap (knowledge and attitude),

perencanaan kedaruratan (emergency planning), sistem peringatan (warning system),

dan mobilisasi sumber daya. Pengetahuan lebih banyak untuk mengukur pengetahuan

dasar mengenai bencana alam seperti ciri-ciri, gejala dan penyebabnya. Perencanaan

kedaruratan lebih ingin mengetahui mengenai tindakan apa yang telah dipersiapkan

menghadapi bencana alam. Sistem peringatan adalah usaha apa yang terdapat di

pemerintahan/masyarakat dalam mencegah terjadinya korban akibat bencana dengan

cara tanda-tanda peringatan yang ada. Sedangkan mobilisasi sumber daya lebih

kepada potensi dan peningkatan sumber daya di pemerintahan/masyarakat seperti

keterampilan-keterampilan yang diikuti, dana dan lainnya.

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008, kesiapsiagaan

dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna

menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata

kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai

teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain: (1). Pengaktifan pos-

pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya. (2). Pelatihan siaga /

simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor, penanggulangan bencana (SAR, sosial,

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum). (3). Inventarisasi sumber daya

pendukung kedaruratan (4). Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

(5). Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna

mendukung tugas kebencanaan. (6). Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem

peringatan dini (early warning) (7). Penyusunan rencana kontinjensi (contingency

plan) (8). Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)

2.4. Parameter Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Resiko Bencana Tsunami

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), terdapat 5 (lima) faktor kritis yang

disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan individu dan rumah

tangga untuk mengantisipasi bencana alam dalam hal ini khususnya tsunami, adalah

sebagai berikut:

a. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

Pengetahuan merupakan faktor utama kunci kesiapsiagaan. Pengetahuan yang

harus dimiliki individu dan rumah tangga mengenai bencana tsunami yaitu

pemahaman tentang bencana tsunami dan pemahaman tentang kesiapsiagaan

menghadapi bencana tersebut, meliputi pemahaman mengenai tindakan penyelamatan

diri yang tepat saat terjadi tsunami serta tindakan dan peralatan yang perlu disiapkan

sebelum terjadi tsunami, demikian juga sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana

tsunami. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan

kepedulian individu dan rumah tangga untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi

bencana, terutama bagi yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

b. Kebijakan atau panduan keluarga untuk kesiapsiagaan

Kebijakan untuk kesiapsiagaan bencana tsunami sangat penting dan

merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan

yang signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga. Kebijakan yang

diperlukan untuk kesiapsiagaan rumah tangga berupa kesepakatan keluarga dalam hal

menghadapi bencana tsunami, yakni adanya diskusi keluarga mengenai sikap dan

tindakan penyelamatan diri yang tepat saat terjadi tsunami, dan tindakan serta

peralatan yang perlu disiapkan sebelum terjadi tsunami.

c. Rencana tanggap darurat

Rencana tanggap darurat menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan,

terutama berkaitan dengan pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat

diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana dan hari-

hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari pihak luar

datang. Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen, yaitu:

(1) Rencana keluarga untuk merespons keadaan darurat, yakni adanya rencana

penyelamatan keluarga dan setiap anggota keluarga mengetahui apa yang harus

dilakukan saat kondisi darurat (tsunami) terjadi.

(2) Rencana evakuasi, yakni adanya rencana keluarga mengenai jalur aman

yang dapat dilewati saat kondisi darurat, adanya kesepakatan keluarga mengenai

tempat berkumpul jika terpisah saat terjadi tsunami, dan adanya

keluarga/kerabat/teman, yang memberikan tempat pengungsian sementara saat

kondisi darurat .

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

(3) Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan, meliputi

tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting lainnya untuk pertolongan pertama

keluarga, adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pertolongan pertama,

dan adanya akses untuk merespon keadaan darurat.

(4) Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi tersedianya kebutuhan dasar untuk

keadaan darurat (makanan siap saji dan minuman dalam kemasan), tersedianya

alat/akses komunikasi alternatif keluarga (HP/radio), tersedianya alat penerangan

alternatif untuk keluarga pada saat darurat (senter dan baterai

cadangan/lampu/jenset).

(5) Peralatan dan perlengkapan siaga bencana

(6) Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana seperti

tersedianya nomor telepon rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, PAM, PLN,

Telkom.

(7) Latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana

d. Sistim peringatan bencana

Sistem peringatan bencana meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

akan terjadi bencana. Dengan adanya peringatan bencana, keluarga dapat melakukan

tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan

lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi tentang tindakan yang harus

dilakukan apabila mendengar peringatan dan cara menyelamatkan diri dalam waktu

tertentu, sesuai dengan lokasi tempat keluarga berada saat terjadinya peringatan.

Sistem peringatan bencana untuk keluarga berupa tersedianya sumber informasi

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

untuk peringatan bencana baik dari sumber tradisional maupun lokal, dan adanya

akses untuk mendapatkan informasi peringatan bencana. Peringatan dini meliputi

informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga

memungkinkan setiap individu dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat

mengambil langkah untuk menghindari atau mengurangi resiko serta mempersiapkan

diri untuk melakukan upaya tanggap darurat yang efektif.

e. Mobilisasi sumber daya

Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun pendanaan

dan sarana/prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat

mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam.

Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Mobilisasi sumber

daya keluarga meliputi adanya anggota keluarga yang terlibat dalam

pertemuan/seminar/pelatihan kesiapsiagaan bencana, adanya keterampilan yang

berkaitan dengan kesiapsiagaan, adanya alokasi dana atau tabungan keluarga untuk

menghadapi bencana, serta adanya kesepakatan keluarga untuk memantau peralatan

dan perlengkapan siaga bencana secara reguler.

2.4.1. Tindakan Rumah Tangga sebelum Bencana Tsunami

Tindakan kesiapsiagaan dirumah tangga Menurut Bakornas (2006) adalah

sebagai berikut :

a. Menyiapkan tas siaga berisi bebagai keperluan dan dokumen penting

seperti ijazah, sertifikat tanah, BPKB, buku nikah, obat-obatan,

dan senter. Tas siaga tersebut disimpan pada tempat yang

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

mudah dijangkau, sehingga ketika bencana datang tiba-tiba dan harus

meninggalkan rumah maka barang-barang tersebut dapat dibawa dengan mudah

dan cepat.

b. Naikkan alat-alat listrik, barang berharga, buku dan barang yang mudah rusak

bila terkena air ke tempat yang tinggi (melebihi ketinggian maksimum banjir)

bagi penduduk khusus yang tinggal di kawasan banjir.

c. Mempelajari peta daerah rawan dari bencana.

d. Mempelajari lokasi aman dan jalur aman untuk melakukan evakuasi jika

terjadi bencana.

e. Mempelajari P3K untuk menolong diri sendiri atau korban seandainya ada

cedera.

f. Menempatkan kunci rumah di tempat yang aman, mudah diambil dan diketahui

(disepakati) oleh semua anggota keluarga.

g. Menulis nomor-nomor telepon penting seperti nomor polisi, PAM, PLN, PMI,

LSM, Pemadam kebakaran dan menyimpannya kedalam memori handphone

atau dalam catatan penting lainnya.

h. Menempatkan handphone dan alat tanda bahaya di tempat yang mudah

dijangkau ketika menyelamatkan diri.

i. Pemasangan tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak dapat digunakan pada

saat bencana.

Mari kita kenali tanda-tandanya akan datang gelombang tsunami, saat terjadi

gempa didasar samudera tiba-tiba air laut dipantai menjadi surut. Apabila kamu

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

melihat hal itu bersegeralah mencari tempat yang tinggi, bisa jadi itulah awal mula

akan datangnya gelombang tsunami. Ada beberapa langkah yang harus diketahui dan

diterapkan masyarakat, yaitu : (a) Masyarakat harus menghafalkan karakteristik

gempa yang potensial menyebabkan tsunami. Gempa besar yang berpusat di dasar

laut bisa menimbulkan suara gemuruh berkepanjangan. (b) Meningkatkan

kewaspadaan saat berwisata dikawasan pantai. (c) Mengetahui secara pasti langkah

darurat dan tempat-tempat evakuasi. (d) Masyarakat pantai harus turut menjaga

kelestarian tanaman mangrov.

2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Bencana Tsunami

2.5.1. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmoodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan adalah ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam bentuk konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun dan dapat merencanakan, dapat

meringkaskan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut LIPI (2006), pengetahuan merupakan faktor utama kunci

kesiapsiagaan. Pengalaman bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh, Nias dan

Yogyakarta serta berbagai bencana yang terjadi diberbagai daerah lainnya

memberikan pelajaran yang sangat berarti akan pentingnya pengetahuan mengenai

bencana alam. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan

kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam menghadapi bencana, terutama

bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah pesisir yang rentan terhadap bencana

alam.

2.5.1.1 Pengetahuan Tentang Kearifan Lokal

Di Indonesia, masih banyak penduduk yang menganggap bahwa bencana itu

merupakan suatu takdir. Hal ini merupakan gambaran bahwa paradigm konvensional

masih kuat dan berakar di masyarakat. Pada umumnya mereka percaya bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat,

sehingga seseorang harus menerima bahwa itu sebagai takdir akibat perbuatannya.

Sehingga tidak perlu lagi berusaha untuk mengambil langkah‐langkah pencegahan

atau penanggulangannya (Bakornas PB, 2007).

Menurut Keraf (2010) bahwa kearifan lokal adalah adalah semua bentuk

pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika

yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Jadi

kearifan lokal ini bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat

adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik diantara manusia, melainkan

juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia,

alam dan bagaimana relasi di antara semua penghuni komunitas ekologis ini harus

dibangun. Seluruh kearifan tradisional ini dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan

diwariskan dari satu generasi ke generasi lain yang sekaligus membentuk pola

perilaku manusia sehari-hari.

Menurut Gobyah dalam Sartini (2004), mengatakan bahwa kearifan lokal

adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal

adalah produk masa lalu yang terus menerus dijadikan pegangan hidup. Walaupun

lokal namun nilai-nilai yang terkandung didalamnya bersifat universal.

Apriyanto, (2008) menjelaskan bahwa, menurut perspektif kultural, kearifan

lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh

masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka. Termasuk berbagai mekanisme

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

dan cara untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang dituangkan sebagai

suatu tatanan sosial. Di dalam pernyataan tersebut terlihat bahwa terdapat lima

dimensi kultural tentang kearifan lokal, yaitu (1) Pengetahuan lokal, yaitu informasi

dan data tentang karakter keunikan lokal serta pengetahuan dan pengalaman

masyarakat untuk menghadapi masalah serta solusinya. Pengetahuan lokal penting

untuk diketahui sebagai dimensi kearifan lokal sehingga diketahui derajat keunikan

pengetahuan yang dikuasai oleh masyarakat setempat untuk menghasilkan inisiasi

lokal; (2) Budaya lokal, yaitu yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang

telah terpola sebagai tradisi lokal, yang meliputi sistem nilai, bahasa, tradisi,

teknologi; (3) Keterampilan lokal, yaitu keahlian dan kemampuan masyarakat

setempat untuk menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki; (4)

Sumber lokal, yaitu sumber yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya dan melaksanakan fungsi-fungsi utamanya; dan (5) Proses Sosial lokal,

berkaitan dengan bagaimana suatu masyarakat dalam menjalankan fungsi-fugnsinya,

sistem tindakan sosial yang dilakukan, tata hubungan sosial serta kontrol sosial yang

ada.

2.5.2. Sikap (Attitude)

Menurut Sunaryo (2002), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga

manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian

respon terhadap stimulus tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb

dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

atau perilaku. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif

kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek

tertentu, sedangkan pada sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Seperti halnya pengetahuan,

sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap berita bencana yaitu

terlihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap berita.

2. Merespon (responding).

Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena, suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

3. Menghargai (valuing).

Menghargai dapat dilihat dari sikap mengajak orang lain mengerjakan sesuatu

atau berdiskusi mengenai suatu masalah. Misalnya seorang petugas yang mengajak

petugas lainnya untuk menilai resiko bencana disuatu daerah serta melakukan

mitigasi terhadap resiko bencana tersebut.

4. Bertanggung jawab (responsible).

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan

secara langsung atau tidak langsung. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003),

sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang

dihadapi, oleh karena itu sikap merupakan predisposisi untuk berespon yang akan

membentuk tingkah laku. Terdapat 3 (tiga) komponen pokok sikap yaitu:

1. Komponen kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan,

serta ide dan konsep terhadap objek, artinya keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

2. Komponen afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional

seseorang atau evaluasi orang terhadap objek, artinya penilaian (terkandung dalam

faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Komponen konasi yang berhubungan dengan kecenderungan untuk

bertingkah laku atau bertindak (tend to behave), sikap merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk

bertindak atau berperilaku terbuka.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

Sikap pada fase kesiapsiagaan (preparedness), berbentuk adanya perilaku

yang berlebihan pada masyarakat karena minimnya informasi mengenai cara

mencegah dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi

hebatnya akibat bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat

menjadi gelisah dan memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu.

Menumbuhkan suatu sikap dan pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin

menjadi bagian penting khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti

Indonesia (Priyanto, 2006).

2.5.3. Pendidikan

Menurut Undang-Undang l No. 23 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan yang tinggi kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap

bagaimana mengatur kehidupan anggota keluarganya dimana kepala kelurga sebagai

kunci (key person) pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Semakin tinggi

pendidikan kepala keluarga maka semakin besar juga tingkat kepeduliannya dan

mengantisipasi ancaman yang datang terhadap keluarganya.

Usaha meningkatkan kesadaran adanya kesiapsiagaan masyarakat terhadap

bencana, di dunia pendidikan harus dilaksakanakan baik pada taraf penentu kebijakan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

maupun pelaksana pendidikan di pusat dan daerah. Dengan harapan pada seluruh

tingkatan memiliki pemahaman yang sama akan perlunya pendidikan kesiapsiagaan

bencana tersebut.

2.5.4. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri,

atau suami-isterIdan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU RI

No.10 Tahun 1992)

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995) dalam Puspitawati (2012), keluarga

merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau

hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu

interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi

dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas

keluarga)

Fungsi perlindungan keluarga menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992

adalah memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara anggota keluarga (bebas dari

rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga), membina

keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan

tantangan yang datang dari dalam maupun luar, serta membina, menjadikan stabilitas

dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan salah satu wujud perlindungan

keluarga terhadap ancaman dan tantangan yang datang dari luar bagi anggota

keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

2.6. Landasan Teori

Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) sebagai upaya-upaya yang

memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat dan individual untuk mampu

menanggapi situasi bencana secara cepat dan tepat guna; termasuk upaya

penyusunana rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan

pelatihan personil.

Upaya peningkatan kesiapsiagaan yang perlu dilakukan minimum ada dua

yang terdiri dari: (a) kemampuan prakiraan potensi ancaman bencana serta

mengambil tindakan segera penyelamatan diri bila ada tanda-tanda peringatan dini,

dan (b) kemampuan menanggapi (respon) dan mengatasi situasi bencana dengan cara

mengatur dan menggerakan tindak penyelamatan, pertolongan dan bantuan paska

bencana dengan efektif dan tepat waktu (Puspito, 2010).

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), perilaku ditentukan oleh

3 (tiga) faktor, yaitu: (1) Faktor predisposisi (pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap,

dan variabel demografi tertentu), (2) Faktor pemungkin (ketersediaan sumber daya

kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen

pemerintah dan masyarakat terhadap kesehatan, serta keterampilan yang berkaitan

dengan kesehatan), (3) Faktor penguat (keluarga, teman sebaya, guru, pengambil

kebijakan, dan petugas kesehatan).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tsunami 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41377/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Tsunami . 2.1.1. Pengertian

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan , maka kerangka konsep penelitian

ini sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel dependen

Pengetahuan KK

- Tentang Resiko Tsunami - Dampak Tsunami - Penyebab Tsunami - Kearifan Lokal

Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Resiko Bencana Tsunami

- Kesiapan dalam Menghadapi Resiko

Sikap KK

- Tindakan dalam Menghadapi Permasalahan Tsunami

Pendidikan KK

- Pendidikan Formal

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara