bab ii tinjauan pustaka 2.1 pusat kegiatan belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 2.1.1 Definisi dan Jenis Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Menurut Sihombing dan Gutama (2000) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan suatu wadah dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi, atau bakatnya yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM adalah sebagai wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal meningkakan pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta kebutuhan akan pendidikan masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan terutama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta model pengelolaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itulah PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atau keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di

Upload: dangdan

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

2.1.1 Definisi dan Jenis Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Menurut Sihombing dan Gutama (2000) Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) merupakan suatu wadah dimana seluruh kegiatan belajar

masyarakat dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi,

atau bakatnya yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM

adalah sebagai wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal meningkakan

pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta kebutuhan akan pendidikan

masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan terutama dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah

serta model pengelolaan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah sebuah

lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta

diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di

pedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh

lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itulah PKBM berperan

sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atau

keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

9  

sekitar lingkungannya (desa, kota), agar masyarakat memiliki keterampilan yang

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup.

Dibentuknya PKBM adalah sebagai pemicu dan bersifat sementara,

masyarakat sendirilah yang selanjutnya memiliki wewenang untuk

mengembangkannya, karena itulah pendekatan dalam program PKBM ini disebut

pendidikan berbasis masyarakat atau community-based education dengan harapan

dapat dijadikan pijakan dan titik permulaan bagi semua komponen pembangunan

untuk memberdayakan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat.

2.1.2 Tujuan dan Tugas-Tugas PKBM

Terdapat tiga tujuan penting dalam pengembangan PKBM: a)

memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya), b) meningkatkan

kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi, c) meningkatkan

kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya sehingga

mampu memecahkan permasalahan tersebut. Sihombing (1999) menyebutkan

bahwa tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan,

mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat itu

sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas pendidikan yang

ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk

mendukung pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam

rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan PKBM

adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses

pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-

masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat itu sendiri.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

10  

2.1.3 Fungsi PKBM

Peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan

melalui Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM). Melalui pendidikan yang dilakukan

di PKBM, masyarakat diharapkan dapat memberdayakan dirinya. Sihombing

(1999) menyebutkan secara tegas fungsi PKBM adalah: a) tempat pusaran

berbagai berbagai potensi yang ada dan berkembang di masyarakat, b) sebagai

sumber informasi yang andal bagi masyarakat membutuhkan keterampilan

fungsional, c) sebagai tempat tukar-menukar berbagai pengetahuan dan

keterampilan fungsional di antara warga masyarakat. Berdasar pada peran ideal

PKBM teridentifikasi beberapa fungsi-fungsi tersebut merupakan karakteristik

dasar yang harus menjadi acuan pengembangan kelembagaan PKBM sebagai

wadah learning society. Karakteristik tersebut masih menurut Sihombing (1999)

adalah sebagai berikut:

1) Tempat masyarakat belajar (learning society), PKBM merupakan tempat

masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam

keterampilan fungsional sesuai dengan kebutuhannya, sehingga masyarakat

berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

2) Tempat tukar belajar (learning exchange), PKBM memiliki fungsi sebagai

tempat terjadi pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan

dan keterampilan antar warga belajar, sehingga antara warga belajar yang satu

dengan yang lainnya bisa saling mengisi. Sehingga setiap warga belajar

sangat dimungkinkan dapat berperan sebagai sumber belajar bagi warga

belajar lainnya (masyarakat lainnya).

3) Pusat pengetahuan dan informasi atau perpustakaan masyarakat, sebagai

perpustakaan masyarakat PKBM harus mampu berfungsi sebagai bank

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

11  

informasi, artinya PKBM dapat dijadikan tempat menyimpan berbagai

informasi pengetahuan dan keterampilan secara aman dan kemudian

disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan.

Disamping itu pula PKBM dapat berfungsi sebagai pengembang pengetahuan

dan keterampilan secara inovatif, melalui penelitian, pengkajian dan

pengembangan model.

4) Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi PKBM dalam

hal ini, tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan antara pengelola

dengan sumber belajar dan warga belajar serta dengan tokoh masyarakat atau

dengan berbagai lembaga (pemerintah dan swasta/LSM, ormas), akan tetapi

PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen

masyarakat dalam berbagai bidang sesuai dengan kepentingan, masalah dan

kebutuhan masyarakat serta selaras dengan azas dan prinsip learning society

atau pengembangan pendidikan dan pembelajaran (life long learning dan life

long education).

5) Pusat penelitian masyarakat (community research centre) terutama dalam

pengembangan pendidikan nonformal. Pada bagian ini PKBM berfungsi

sebagai pusat pengkajian (studi, research) bagi pengembangan model-model

pendidikan nonformal pada tingkat kecamatan dan kabupaten. Dalam hal ini

PKBM dapat dijadikan tempat oleh masyarakat, kalangan akademisi, dll

sebagai tempat menggali, mengkaji, menelaah (menganalisa) berbagai

persoalan atau permasalahan dalam bidang pendidikan dan keterampilan

masyarakat, terutama program yang berkaitan dengan program-program yang

selaras dengan azas dan tujuan PKBM.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

12  

2.1.4 Prinsip Pengembangan Program PKBM

Beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan

dan menyusun program PKBM antara lain adalah: a) program yang

dikembangkan PKBM harus meluas sehingga warga belajar memperoleh

kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai yang berkaitan dengan etika, estetika, logika dan

kinestetika pada saat pembelajaran, b) program harus memiliki prinsip

keseimbangan (balanced) dimana setiap kompetensi yang dikembangkan dalam

program PKBM harus dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk sebuah

proses pembelajaran yang efektif, c) program yang dikembangkan PKBM harus

relevan karena setiap program terkait dengan penyiapan warga belajar untuk

meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan, pengalaman, dan latihan

dalam berperan dan bersikap secara bertanggung jawab dalam mewujudkan

kedewasaan berfikirnya, d) program yang dikembangkan PKBM harus mampu

mengedepankan konsep perbedaan (differentiated), prinsip ini merupakan upaya

pelayanan individual dimana warga belajar harus memahami: apa yang perlu

dipelajari; bagaimana berpikir, bagaimana belajar, dan berbuat untuk

mengembangkan potensi dan kebutuhan dirinya masing-masing secara optimal.

Untuk mendukung terlaksananya prinsip-prinsip tersebut, maka ada

beberapa hal yang perlu menjadi patokan pengembang PKBM meliputi: a)

kualitas sumberdaya manusia yang mengusung program, b) kemampuan bekerja

sama dengan pihak-pihak tertentu (masyarakat, pemerintah, dan sumber-sumber

lainnya), c) kemampuan (kualitas, kompetensi) sumber belajar (tutor, fasilitator)

terutama kesesuaian dengan program, d) warga belajar yang berminat dan butuh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

13  

dengan program yang dikembangkan, e) fasilitas pendukung program yang

representatif sesuai dengan kebutuhan program, f) partisipasi masyarakat dalam

pengembangan program, g) alat kontrol (supervisi monitoring, dan evaluasi)

program, h) daya dukung lain seperti model yang akan dikembangkan, materi,

modul, atau sumber lain yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan sasaran

didik, i) anggaran untuk mendukung program, j) pemeliharaan program agar

program tetap eksis, k) pengembangan program ke depan.

Sedangkan Sihombing dan Gutama (2000), menjelaskan bahwa beberapa

faktor penunjang keberhasilan pengembangan program PKBM meliputi: a)

kemampuan mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan masyarakat (warga

belajar), b) melayani kebutuhan dan minat warga belajar dalam kegiatan yang

bervariasi atau sesuai kebutuhan dan minatnya, c) memobilisasi sumberdaya yang

ada di masyarakat, d) membangun kemitraan dan kerjasama secara terbuka secara

terbuka dengan berbagai lembaga atau oranisasi, sehingga PKBM mampu

mengembangkan berbagai aktivitas pembangunan masyarakat yang sesuai dengan

kebutuhan lokal, e) memonitor perkembangan kegiatan serta keberhasilan

sehingga dijadikan dasar pengembangan program ke depan, f) mencatat berbagai

kelebihan dan kekurangan dari kegiatan yang dikelembagaan PKBM.

Langkah-langkah dalam penyusunan program PKBM dapat diikuti sebagai

berikut: a) merencanakan program kegiatan, b) menentukan dan menetapkan

berbagai sumber yang dibutuhkan baik sumber daya manusia, material maupun

finansial, c) melakukan sosialisasi program ke masyarakat dan pemerintah daerah,

d) menerima warga belajar, e) mencari kebutuhan warga belajar berkaitan dengan

materi yang dikembangkan dalam program, f) menetapkan kebutuhan materi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

14  

pembelajaran (program), g) menetapkan target dan tujuan program, h) menyusun

kurikulum dan materi pembelajaran, i) menjalankan program, j) melakukan

monitoring dan evaluasi program, k) mengembangkan program berdasarkan pada

hasil monitoring dan evaluasi. Bidang pendidikan merupakan program andalan

PKBM saat ini. Beberapa program pendidikan yang dikembangkan di antaranya

adalah:

1) Program keaksaraan fungsional

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keaksaraan dasar

warga masyarakat yang masih buta aksara. Saat ini di Indonesia terdapat 5,2 juta

orang usia 10 sampai 44 tahun yang masih buta huruf, apabila ditambah dengan

anak yang putus sekolah (drop out) maka jumlah tersebut akan mencapai 6 juta

orang (Depdiknas, 2006). Olah karena itu sasaran dari kegiatan ini adalah

melayani warga masyarakat yang menyandang buta aksara berusia di antara 10

sampai 44 tahun, dengan prioritas usia antara 17 sampai 30 tahun. Materi

pembelajaran dan bahan atau sarana pembelajaran dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan mata pencaharian warga belajar. Perkembangan kemampuan dan

keterampilan warga belajar dicatat oleh tutor sebagai hasil evaluasi pembelajaran,

terutama berhubungan dengan mata pencahariannya, baik dalam bentuk tulisan

maupun perubahan tingkah laku warga belajar selama mengikuti (proses)

pembelajaran. Sangat dimungkinkan tidak ada tes khusus hasil belajar.

2) Pengembangan anak dini usia (early childhood)

Salah satu program yang dikembangkan di PKBM adalah program

pendidikan anak usia dini. Alasan dasar mengapa program ini dikembangkan

karena sampai saat ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

15  

rendah. Padahal, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru

dimulai sejak masa usia dini. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia

selama ini cerminan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Oleh sebab itu PKBM

memiliki kewajiban untuk mengembangkan program tersebut sejalan dengan

tujuan dan fungsi PKBM di tengah-tengah masyarakat.

3) Program kesetaraan (equivalency education)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya

diakibatkan oleh tingginya angka putus sekolah, pada level pendidikan dasar dan

level pendidikan menengah. Pada tingkat Sekolah Dasar 25 persen dari jumlah

lulusannya tidak melanjutkan ke jenjang (level) yang lebih tinggi atau jenjang

SMP/Mts, begitu pula 50 persen lulusan SMP/Mts tidak melanjutkan ke jenjang

SMA/Ma. (Depdiknas 2006). Oleh karena permasalahan-permasalahan tersebut,

program kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab

permasalahan kualitas (mutu) sumber daya manusia. Sesuai dengan fungsi dan

peranannya PKBM sebagai pusat kegiatan pembelajaran masyarakat memiliki

peran penting dalam mengembangkan program-program kesetaraan di tengah-

tengah masyarakatnya. Program kesetaraan melingkupi program Kelompok

Belajar paket A setara SD/MI, Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

Kelompok Belajar Paket C SMA/MA.

4) Kelompok belajar usaha

Program kelompok belajar usaha (KBU) diperuntukkan bagi masyarakat

(warga belajar) yang minimal telah bebas buta aksara dan atau selesai program

kesetaraan. Juga masyarakat lainnya yang merasa perlu untuk meningkatkan dan

memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Warga belajar dikelompok

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

16  

belajar usaha dapat memilih berbagai alternatif jenis keterampilan dan jenis usaha

yang akan dikembangkan dalam kelompoknya sesuai dengan kebutuhan dan

minatnya.

5) Pengembangan program magang pada PKBM

Salah satu program yang teridentifikasi dikembangkan PKBM adalah

program magang. Dalam PKBM magang dibagi dalam dua kegiatan ada magang

individual dan ada magang kelompok. Magang individual adalah magang yang

dilakukan oleh satu orang warga belajar pada kegiatan-kegiatan pelatihan atau

keterampilan tertentu. Sedangkan magang kelompok adalah pemagangnya lebih

dari 1 orang biasanya 2 sampai dengan 5 orang. Jenis keterampilan yang

dimagangkan sangat bervariasi dan tergantung kebutuhan dan kesiapan warga

belajar serta kesiapan PKBM dalam meyiapkan program-program yang sesuai

dengan dunia industri. Sasaran magang adalah warga belajar yang minimal sudah

terbebas dari buta huruf atau telah menyelesaikan pendidikan dasar (Paket A dan

B, SD/MI, SMP/MTs) serta memiliki dasar keterampilan tertentu.

Program magang merupakan program khusus yang dikembangkan PKBM,

dan tidak semua PKBM menyelenggarakan program ini karena menuntut kesiapan

dan kerjasama dengan mitra (industri) atau bengkel kerja tertentu. Kegiatan

magang yang diselenggarakan PKBM umumnya disesuaikan dengan daerah

tertentu, seperti Bali, banyak warga belajar yang magang di galeri (lukisan),

perhotelan atau menjadi guide (pengantar), serta magang pada industri kerajinan

khas Bali seperti souvenir. Begitu pula di daerah lainnya seperti di Jawa Barat di

daerah Tasikmalaya dan Ciamis magang banyak dilakukan pada industri pakaian

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

17  

khususnya border. Di Jawa Tengah magang keterampilan banyak dilakukan di

industri batik baik yang berskala kecil maupun menengah.

6) Kursus keterampilan

Beberapa jenis keterampilan yang teridentifikasi dan dikembangkan dalam

PKBM adalah: keterampilan komputer (software dan hardware), kursus

keterampilan bahasa (Inggris, tata busana, Mandarin, Arab dan lain-lainl). Kursus

mekanik otomotif, elektronika, perhotelan, tata busana, tata boga, tata kecantikan,

gunting rambut, akupuntur, memasak, pijat dan lain-lain. Program-program

tersebut dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

rangka mendukung profesi (profesional).

Program-program PKBM dikembangkan secara bervariasi dan tergantung

pada kebutuhan sasaran didik atau warga belajar. Jarang sekali ditemukan satu

PKBM yang mengembangkan lebih dari 4 program kegiatan, paling dominan 2

sampai 3 program kegiatan dengan sasaran yang bervariasi, baik dari usia maupun

latar belakang pendidikan dan ekonomi. Beberapa PKBM lebih banyak

mengembangkan program yang sesuai dengan program pemerintah khususnya

Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah atau program daerah seperti dari

Dinas Pendidikan (Sub Dinas PLS).

Beragam satuan pendidikan nonformal yang terdapat pada PKBM harus

menghadapi berbagai hambatan terkait dengan kinerja program-program yang

dijalankan di dalamnya. Berbagai hambatan pendidikan masyarakat, menurut

Sihombing (1999) dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Perkembangan program belum diimbangi jumlah dan mutu yang memadai.

Misalnya, penilik Dikmas masih ada beberapa yang menangani lebih dari

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

18  

satu kecamatan. Begitu pula dengan kebutuhan akan tutor, sebagai contoh

untuk paket B setara SLTP, seharusnya membutuhkan rata-rata delapan

orang tutor, kenyataannya baru dapat dipenuhi lima orang tutor untuk setiap

kelompok belajar.

2. Rasio modul untuk warga belajar program kesetaraan yang masih jauh dari

mencukupi. Rasio modul baru mencapai 1 : 3. Hal ini terjadi arena

pengadaan modul murni dari pemerintah.

3. Tidak ada tempat belajar yang pasti. Hal ini menyebabkan adanya kesukaran

pemantauan kebenaran pelaksanaan program pembelajaran.

4. Kualitas hasil belajar sulit dilihat kebenarannya dan sukar diukur tingkat

keberhasilannya. Secara teoritis memang terdapat pembelajaran, tetapi

dalam pelaksanaannya sulit dipertanggung jawabkan.

5. Lemahnya akurasi data tentang sasaran program.kondisi ini disebabkan

terbatasnya tenaga di lapangan baik secara kuantitas maupun kualitas serta

sarana pendukung yang belum memadai.

6. Jadwal pelaksanaan belajar mengajar yang tidak selalu dilaksanakan tepat

waktu.

2.2 Evaluasi program

Evaluasi oleh Gunardi (n.d) dalam modul mata kuliah Perencanaan

Evaluasi Partisipatif didefinisikan sebagai proses penaksiran nilai atau nilai

potensial yang berkelanjutan dan sistematik. Menurut Gunardi, evaluasi program

adalah suatu rangkaian yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan

program. Ada beragam evaluasi. Ditinjau dari substansi evaluasi, evaluasi dapat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

19  

dilakukan terhadap proses pelaksanaan kegiatan dan dapat pula dilakukan hasil

(tercapainya tujuan) pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi proses berarti

mempelajari apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanaan sesuai dengan rencana,

apa kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan, adakah tindakan yang

berbeda dari apa yang direncanakan, apakah tindakan yang berbeda ini berakibat

baik atau buruk. Dalam mengevaluasi hasil, pengukuran dapat dilakukan pada

aras:

a. Output, yaitu mempelajari apakah hasilnya sesuai dengan yang direncanakan;

misalnya berapa kali latihan dilakukan, berapa petani yang bisa dijangkau, dan

lain-lain.

b. Effect, yaitu melihat dampak pertama (atau kedua atau lebih) yang masih

dekat dengan output; misalnya berapa banyak pertambahan pengetahuan,

berapa tinggi perubahan keterampilan, berapa jauh perubahan sikap peserta

pelatihan.

c. Impact, yaitu mempelajari konsekuensi lebih lanjut dari effect, misalnya

adakah peningkatan produksi padi, atau adakah pertambahan penyerapan

tenaga kerja, atau adakah peningkatan pendapatan petani dan sebagainya.

Di bidang pendidikan, dikenal pula dua jenis lain dari evaluasi, yaitu:

a. Evaluasi formatif ; yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil yang

berupa perubahan perilaku sesudah setiap bagian seluruh pelajaran dilakukan.

b. Evaluasi sumatif ; yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil

berupa perubahan perilaku sesudah seluruh pelajaran diselesaikan.

Menurut waktu pelaksanaannya, evaluasi suatu proyek dikategorikan sebagai:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

20  

a. Evaluasi ex-ante, yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum suatu proyek

dilaksanakan, dengan maksud mengetahui apakah proyek itu layak dilakukan.

Evaluasi yang termasuk jenis ini antara lain adalah studi kelayakan, analisis

dampak lingkungan, dan sejenisnya.

b. Evaluasi ex-post, yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah proyek dilaksanakan.

Evaluasi jenis ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan dan akibat dari

pelaksanaan proyek tersebut. Dengan demikian evaluasi ex-post ini dapat

dibagi lagi menjadi (a) evaluasi proyek sedang berjalan (on-going evaluation),

(b) evaluasi akhir proyek (terminal evaluation), dan (c) evaluasi dampak.

Evaluasi mempunyai beberapa tujuan. Dalam bidang pendidikan penyuluhan

pertanian, Gunardi (n.d) menyatakan ada enam maksud evaluasi, yaitu:

a. Menguji secara berkala pelaksanaan kegiatan, yang mengarahkan perbaikan

yang berkelanjutan

b. Memperjelas tujuan dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan

tertentu tercapai

c. Menjadi pengukur keefektifan metode penyuluhan

d. Menyediakan bukti tentang pentingnya program

e. Menyediakan bukti tentang keberhasilan, untuk memberikan rasa puas dan

kepercayaan kepada mereka yang terlibat dalam program

f. Menyediakan data dan informasi untuk perencanaan.

Gunardi (n.d) menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi yang ilmiah, langkah-

langkahnya adalah:

a. Merumuskan tujuan; dimaksud untuk memerinci secara spesifik apa yang akan

dilihat dengan evaluasi yang bersangkutan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

21  

b. Merumuskan indikator dan data yang akan dikumpulkan. Indikator adalah

penunjuk suatu kegiatan atau keadaan. Data yang dikumpulkan merupakan

satuan yang dapat ditangkap pancaindra oleh pengamat yang melaksanakan

pengumpulan data.

c. Mengembangkan metode untuk mengumpulkan data. Mencakup penyiapan

instrument pengumpulan data, seperti pedoman wawancara, kuesioner, dan

sebagainya. Perlu pula ditentukan orang yang akan diwawancarai, peserta

diskusi kelompok terarah, lokasi, dan sebagainya.

d. Mengumpulkan data. Berkisar pada pengumpulan data dari berbagai pihak

melalui wawancara, pengamatan, dan diskusi.

e. Menganalisis data. Merupakan kegiatan memberi kode, skor dan nilai pada

data yang telah terkumpul. Pada saat ini, dilakukan perhitungan secara

sistematik, dan menafsirkan hasil perhitungan.

f. Menarik kesimpulan. Pada tahap ini dirumuskan kesimpulan yang tegas

setelah mempertimbangkan hubungan-hubungan dari berbagai hasil penafsiran

olahan perhitugan dan pengujian.

Tata urutan di atas dapat diterapkan pada evaluasi yang konvensional

maupun evaluasi partisipatif. Pada evaluasi konvensional, semua langkah evaluasi

di atas dilakukan oleh pihak luar dan biasanya dilakukan untuk kepentingan pihak

luar, terutama pihak proyek. Sebaliknya pada evaluasi partisipatif seluruh tahapan

di atas dilakukan oleh masyarakat, pihak luar hanya bertugas memfasilitasi proses

tersebut.

Sedangkan evaluasi program menurut Musa dalam Widiamega (2010)

adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang suatu keadaan objek

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

22  

yang dilakukan secara terencana, sistematik, dengan arah dan tujuan yang jelas.

Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk

mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa fakta, data, dan informasi

untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai

sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan

keputusan.

Fungsi evaluasi program di antaranya adalah:

1) Memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan suatu program

2) Menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program

3) Melakukan pengendalian pelaksanaan program

4) Memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan program

Departemen Pertanian dikutip dalam Widiamega (2010) mengemukakan jenis

evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu:

1. Evaluasi input

Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input

program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana,

tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya yang perlu tersedia untuk

terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan

suatu proyek atau program

2. Evaluasi output

Evaluasi output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh

program. Output adalah produk atau jasa tetentu yang diharapkan dapat

dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai proyek

atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif),

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

23  

perubahan sikap (aras afektif), kesediaan perilaku (aras konatif), dan

perubahan perilaku (aras psikomotorik).

Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah

kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap

suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan seseorang berperilaku tertentu yang

perilakunya dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan

adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatan

sehari-hari sehingga membentuk suatu pola.

3. Evaluasi effect

Evaluasi effect adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan

output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari

perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai

muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru

tampak setelah program berakhir.

4. Evaluasi impact (dampak)

Evaluasi impact adalah penilaian yang diperoleh dari efek proyek yang

merupakan kenyataan yang sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada

tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak

dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.

2.3 Komponen, dan Proses Program yang Dievaluasi dalam Pendidikan

Luar Sekolah

Evaluasi program adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan

penyajian data secara sistematis tentang program penidikan luar sekolah, sebagai

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

24  

masukan bagi pengambilan alternative keputusan. Alternatif keputusan itu antara

lain untuk perhentian, perbaikan, modifikasi, perluasan, peningkatan, atau tindak

lanjut program pendidikan luar sekolah.

Secara rinci komponen, proses dan tujuan program pendidikan luar

sekolah yang sistemik menurut Sudjana (2006) adalah:

1. Masukan lingkungan (environmental input) meliputi lingkungan alam, sosial

budaya, dan kelembagaan. Lingkungan alam terdiri atas lingkungan alam

hayati dan lingkungan non hayati. Lingkungan sosial-budaya meliputi kondisi

kependudukan dengan berbagai potensinya seperti kebiasaan, tradisi, lapangan

pekerjaan, kebutuhan, ideologi dan aspirasi masyarakat. Lingkungan

kelembagaan terdiri atas instansi-instansi pemerintah, perusahaan, lembaga

swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang terkait dengan

program.

2. Masukan sarana (instrumental input) terdiri atas kurikulum atau program

pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta biaya.

3. Masukan individu ialah peserta didik yang terdiri atas warga belajar, peserta

pelatihan, peserta penyuluhan, pemagang, santri, dan sebagainya. Peserta didik

ini mempunyai karakteristik internal, yaitu atribut fisik, atribut psikis dan

fungsional. Atribut fisik berupa usia, jenis kelamin, kondisi panca indera, dan

lain-lain. Atribut psikis mencakup kesiapan belajar, motivsi, kemampuan

mental, dan struktur kognisi. Sedangkan atribut fungsional meliputi pekerjaan,

pendidikan, kesehatan dan status sosial ekonomi keluarga.

4. Proses pendidikan melalui pembelajaran (processes) adalah interaksi edukatif

antara seluruh masukan. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

25  

latihan. Proses pembelajaran yang perlu dievaluasi adalah interaksi edukasi

antara peserta didik dan pendidik. Oleh karena itu, perlu diketahui partisipasi

dan teknik pembelajaran yang digunakan.

5. Keluaran (output) adalah lulusan program pendidikan luar sekolah. Keluaran

yang dievaluasi adalah kuantitas dan kualitas lulusan program setelah

mengalami proses pembelajaran. Kuantitas adalah jumlah lulusan yang

berhasil menyelesaikan proses pembelajaran sedangkan kualitas adalah

perubahan tingkah laku peserta didik atau lulusan meliputi ranah afeksi

(sikap), ranah kognisi (pengetahuan), dan ranah psikomotor (keterampilan).

6. Masukan lain (other input) adalah sumber-sumber atau daya dukung yang

memungkinkan lulusan dapat menerapkan hasil belajar (keluaran) dalam

kehidupannya. Masukan lain ini dapat digolongkan ke dalam bidang bisnis,

pekerjaan, dan aktivitas kemasyarakatan.

7. Pengaruh (outcome) adalah dampak yang dialami peserta didik atau lulusan

setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Pengaruh ini dapat diukur

dalam tiga aspek kehidupan, yaitu peningkatan taraf atau atau kesejahteraan

hidup, upaya membelajarkan orang lain baik kepada perorangan, kelompok

dan atau komunitas, dan keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau

pembangunan masyarakat.

2.4 Penelitian Terdahulu tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendidikan

Sebelum ini telah dilakukan beberapa penelitian-penelitian yang

berhubungan dengan program-program pendidikan. Seperti yang telah dilakukan

oleh Yuliantoro (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

26  

Melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

yang mengkaji permasalahan yang menyebabkan kurang berkembangnya program

Kelompok Belajar Usaha (KBU) dalam penelitian ini kurang berkembang.

Menurut Yuliantoro (2008) kurang berkembangnya KBU dalam penelitian ini

adalah dikarenakan (1) kurangnya minat dan motivasi warga belajar dikarenakan

jenis keterampilan yang diajarkan kurang variatif. (2) pemasaran yang tidak

berkembang. (3) keterbatasan modal. (4) masih banyaknya warga miskin dan

pengangguran yang belum mengetahui tentang KBU.

Upaya pengembangan yang dilakukan KBU dalam penelitian Yuliantoro

(2008) adalah dengan menampung aspirasi warga belajar, pengelola dan instruktur

melalui diskusi. Selanjutnya, hasil diskusi tersebut disepakati untuk

mengembangkan KBU yang lebih aspiratif dan partisipatif yang melibatkan

seluruh stake holder dengan mengembangkan konsep good governance (tata

kelola pemerintahan yang baik).

Berbeda dengan penelitian Bakhtiar (2003) yang menggunakan kelulusan,

input dan peranan pihak sekolah sebagai indikator dan input dalam melakukan

evaluasi program pendidikan mutu pendidikan di SLTP 3 Bengkalis. Bakhtiar

(2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa permasalahan yang terjadi pada

SLTP 3 Bengkalis adalah dikarenakan kompetensi guru yang masih kurang,

pengadaan buku dan alat pelajaran yang kurang memadai, kurang optimalnya

peranan komite sekolah dan rendahnya peran serta masyarakat dalam peningkatan

mutu pendidikan di SLTPN 3 Bengkalis. Untuk menyelesaikan masalah tersebut,

Bakhtiar (2003) mengemukakan bahwa Focus Group Discusion (FGD)

merupakan pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

27  

Setelah menlakukan FGD, hasil FGD tersebut akan dijadikan pedoman dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SLTPN 3 Bengkalis. Adapun hasil FGD yang

telah dilakukan adalah dengan melakukan program peningkatan mutu manajemen

pendidikan yang akan dilaksanakan secara partisipatif oleh komite sekolah dan

masyarakat naik secara langsung maupun tidak langsung.

Haryati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Keefektifan Pembelajaran Kejar Paket B Setara SLTP

menemukan bahwa terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi keefektifan pembelajaran kejar Paket B. Faktor internal yang

berhubungan dengan keefektifan adalah status sosial ekonomi warga belajar.

Sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan nyata degan keefektifan

pembelajaran kejar Paket B adalah tersebut adalah materi, kualitas pengajar,

intensitas pengajaran, dorongan orang tua, dan peluang kerja.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu jalur pendidikan

nonformal disamping pendidikan formal di sekolah. Adanya istilah belajar

sepanjang hayat yang pada intinya menekankan bahwa tidak pernah ada kata

terlambat bagi seseorang untuk belajar serta didasari adanya permasalahan

pendidikan, maka pemerintah merintis sebuah wadah untuk menampung kegiatan

belajar masyarakat untuk jalur nonformal yang diberi nama Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM).

Beragam program dikembangkan oleh PKBM, salah satunya adalah

program kesetaraan (Paket A, B, dan C). Terkait dengan rendahnya angka

partisipasi sekolah pada usia sekolah menengah maka penelitian ini akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

28  

mengkaji lebih lanjut program kesetaraan Paket C. Secara umum, PKBM terbagi

menjadi dua tipe, yaitu: PKBM negeri dan PKBM swasta. Sesuai dengan peranan

PKBM sebagai jawaban pemerintah atas masalah pendidikan yang terjadi maka

dalam penelitian ini tipe PKBM yang dikaji adalah PKBM negeri.

Evaluasi program menurut Sudjana (2006) dapat didefinisikan sebagai

kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan

menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Sudjana (2006)

juga menyebutkan komponen yang merupakan unsur-unsur terpenting dalam

mengevaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Unsur-unsur tersebut adalah: (a) masukan

individu, (b) masukan lingkungan, (c) masukan sarana, (d) keluaran (output), (e)

masukan lain, dan (f) pengaruh (outcome). Namun dalam penelitian kali ini

peneliti hanya akan mengevaluasi sampai keluaran (output) dikarenakan batasan

waktu yang dimiliki peneliti tidak memungkinkan untuk meneliti lebih jauh.

Peranan yang dikaji pada penelitian ini adalah keberhasilan PKBM Negeri

17 dalam mengembangkan karakteristik dasar bagi pengembangan PKBM sebagai

wadah belajar masyarakat. Karakteristik yang dasar yang harus dikembangkan

oleh PKBM sebagai wadah belajar masyarakat adalah PKBM sebagai tempat

belajar, PKBM sebagai tempat tukar belajar bagi sesama warga belajar, PKBM

sebagai sentra bertemunya segala lapisan masyarakat untuk saling bertukar ilmu,

PKBM sebagai sumber pertukaran informasi bagi sesama warga belajar dan

PKBM sebagai pusat penelitian masyarakat terkait dengan pendidikan nonformal.

Selain itu, penelitian ini juga mengevaluasi keberhasilan program Paket

Cpada PKBM Negeri 17 dengan menghubungkan antara masukan, proses dan

keluaran yang dimiliki oleh PKBM ini. Unsur-unsur yang dimiliki oleh masukan

dan proses akan dikaitkan dengan keluaran yang keberhasilannya ditandai oleh

tingkat pengetahuan dan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

29  

Evaluasi akan dimulai dengan memasukkan faktor-faktor input yang

dibagi kedalam tiga masukan yaitu masukan individu, masukan lingkungan dan

masukan sarana. Masukan individu dibagi ke dalam empat sub variabel, yaitu

usia, jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, dan motivasi warga belajar. Masukan

lingkungan adalah dukungan keluarga, dukungan lingkungan pergaulan serta

lokasi pembelajaran. Sedangkan masukan sarana adalah kualitas pengajar yang

disediakan oleh PKBM.

Selanjutnya peneliti akan mengevaluasi proses pembelajaran yang akan

diukur melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Menurut Sudjana

(2006) interaksi ini menyangkut kehadiran peserta didik, serta keaktifan peserta

baik di dalam maupun di luar kelas. Setelah itu, peneliti akan mencoba mengkaji

keluaran (output) yang diterima oleh peserta didik. Keluaran yang dapat

dievaluasi menurut Sudjana (2006) ada dua, yaitu kuantitas dan kualitas lulusan.

Namun dalam penelitian ini hanya membahas kualitas peserta didik dilihat dari

pengetahuan, yang akan dilihat berdasarkan nilai ujian, dan sikap terhadap

keberlanjutan pendidikan.

Variabel-variabel yang dievaluasi pada penelitian ini merupakan variabel-

variabel yang sebelumnya sudah pernah digunakan oleh peneliti lain.

Digunakannya kembali variabel-variabel yang pernah digunakan oleh peneliti lain

dalam penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang

terdapat pada PKBM Negeri 17 yang didominasi masyarakat putus sekolah dan

nelayan urban dengan PKBM lain yang berbeda komunitas.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

30  

MASUKAN

PROSES KELUARAN

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pendidikan Program Kesetaraan Paket C

 30 

PROSES

- Tingkat kehadiran

- Tingkat keaktifan

Faktor Individu 

- Usia

- Jenis kelamin

‐ Tingkat sosial ekonomi

‐ Motivasi

OUTPUT 

‐ Tinkat pengetahuan

‐ Sikap terhadap keberlanjutan pendidikan

Faktor Sarana 

‐ Kualitas pengajar

Faktor Lingkungan 

‐ Tingkat dukungan keluarga

‐ Tingkat dukungan pergaulan

‐ Jarak lokasi pembelajaran

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

31

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat kehadiran

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat

kehadiran

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara sosial ekonomi dengan tingkat

kehadiran

4. Diduga terdapat hubungan nyata antara motivasi dengan tingkat kehadiran

5. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat dukungan keluarga dengan

tingkat kehadiran

6. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat dukungan lingkungan

pergaulan dengan tingkat kehadiran

7. Diduga terdapat hubungan nyata antara jarak lokasi pembelajaran dengan

tingkat kehadiran

8. Diduga terdapat hubungan nyata antara kualitas pengajar dengan tingkat

kehadiran

9. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat keaktifan

10. Diduga terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat

keaktifan

11. Diduga terdapat hubungan nyata antara sosial ekonomi dengan tingkat

keaktifan

12. Diduga terdapat hubungan nyata antara motivasi dengan tingkat keaktifan

13. Diduga terdapat hubungan nyata antara dukungan keluarga dengan tingkat

keaktifan

14. Diduga terdapat hubungan nyata antara lingkungan pergaulan dengan tingkat

keaktifan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

32

15. Diduga terdapat hubungan nyata antara lokasi pembelajaran dengan tingkat

keaktifan

16. Diduga terdapat hubungan nyata antara kualitas pengajar dengan tingkat

keaktifan

17. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat kehadiran dengan tingkat

pengetahuan

18. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat keaktifan dengan tingkat

pengetahuan

19. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat kehadiran dengan sikap

terhadap keberlanjutan pendidikan

20. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat keaktifan dengan sikap

terhadap keberlanjutan pendidikan

2.7 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa definisi operasional yang digunakan

untuk mencegah terjadinya kesalahan arah terhadap konsep yang ditetapkan dalam

mengukur variabel, sehingga pengukuran tehadap variabel dapat dilakukan secara

jelas dan terukur. Beberapa definisi operasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut

(I) Masukan

1. Faktor individu

Faktor individu merupakan karakter internal peserta didik, karakter

internal tersebut meliputi usia, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi dan motivasi

peserta.

1. Usia merupakan lamanya tahun selama warga belajar hidup yang di hitung

sejak lahir sampai menjadi responden dalam penelitian ini (tahun). Usia

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

33

warga belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah < 20 tahun, dan tinggi

≥20 tahun.

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin warga belajar yang dikategorikan 1= laki-

laki dan 2= perempuan.

3. Sosial ekonomi adalah keadaan sosial ekonomi warga belajar yang terdiri atas

gabungan beberapa jenis pertanyaan seputar kondisi ekonomi dan sosial.

Gabungan pertanyaan ini akan menghasilkan jumlah skor paling tinggi 24 dan

paling rendah 0. Kemudian berdasarkan jumlah skor gabungan tersebut maka

data hasil pengukuran diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu: rendah < 12

dan tinggi ≥ 12

4. Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri warga belajar yang disadari

karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk

mengukur motivasi, peneliti mengajukan pernyataan yang dipilih oleh warga

belajar berdasarkan tingkat persetujuan masing-masing warga belajar. Setiap

pernyataan memiliki lima skala dari yang Sangat Tidak Setuju, skor=1 hingga

Sangat Setuju, skor=5. Motivasi warga belajar dikategorikan menjadi dua,

yaitu; rendah< 55 dan tinggi ≥55

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan karakteristik eksternal peserta didik

berkaitan dengan lingkungan kehidupan peserta didik meliputi dukungan

keluarga, lingkungan pergaulan, serta lokasi pembelajaran.

1. Tingkat dukungan keluarga adalah dorongan yang diberikan anggota keluarga

terhadap warga belajar untuk mengikuti paket C. Dorongan dapat berupa

biaya, motivasi, semangat, dan perhatian. Pertanyaan ini menggunakan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

34

pengukuran ordinal dengan memberikan pernyataan berskala, dengan nilai

sangat tidak setuju skor=1 hingga sangat setuju skor=5. Tingkat dukungan

keluarga dikategorikan menjadi dua, yaitu; rendah< 34 dan tinggi ≥ 34

2. Tingkat dukungan lingkungan pergaulan adalah dukungan dan dorongan yang

didapat oleh peserta didik dari lingkungan pergaulannya. Pertanyaan untuk

mengukur variabel ini meliputi jumlah teman yang sebelumnya pernah

mengikuti Paket C, tanggapan teman-teman dan tindakan apa yang dilakukan

oleh teman warga belajar jika mereka mendukung. Tingkat dukungan

lingkungan pergaulan dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah≤ 6 dan

tinggi> 6

3. Jarak lokasi pembelajaran adalah jarak antara tempat tinggal peserta didik

dengan tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Pertanyaan

mengenai lokasi pembelajaran meliputi jarak antara rumah peserta didik

dengan lokasi pembelajaran, alat transportasi yang digunakan peserta didik

dan besarnya ongkos yang dikeluarkan oleh peserta didik. Skor tertinggi

untuk variabel ini adalah 10. Jarak lokasi pembelajaran dibagi menjadi dua

kategori, yaitu: dekat< 7 dan jauh≥ 7.

3. Faktor Sarana

Faktor sarana adalah sarana maupun prasarana yang tersedia di dalam

Kelompok Belajar Paket C. Dalam hal ini yang dinilai hanyalah kualitas pengajar

karena minimnya sarana yang terdapat di PKBM ini.

1. Kualitas pengajar adalah kemampuan tutor untuk menjalankan tugas dan

peranannya sebagai pengajar. Kualitas pengajar ini dinilai oleh responden

berdasarkan kedisplinan tutor, penguasaan materi, cara mengajar, dan motivasi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

35

terhadap siswa. Kualitas pengajar diukur kepada masing-masing tutor dengan

menggunakan skala ordinal dengan skala sangat tidak setuju, skor=1 sampai

sangat setuju, skor=5. Kualitas pengajar dikategorikan menjadi dua, yaitu;

rendah< 86 dan tinggi ≥ 86

(II) PROSES

1. Tingkat kehadiran

Kehadiran adalah jumlah total kehadiran peserta selama 6 bulan terakhir

selama proses pembelajaran berlangsung. Untukmendapatkan data yang lebih

valid, selain menanyakan kepada responden, peneliti juga menggunakan absen

dari sekretariat. Dari keseluruhan pertemuan dalam 6 bulan terdapat 90 kali

pertemuan, namun pada prakteknya paling banyak peserta yang datang hanya 60

kali dalam 6 bulan. Berdasarkan itu maka peneliti merumuskan bahwa tingkat

kehadiran dikategorikan rendah jika responden memiliki total kehadiran 30

kebawah dan dikategorikan tinggi jika responden memiliki kehadiran diatas 30

kali dalam 6 bulan terakhir

2. Tingkat keaktifan

Keaktifan adalah intensitas peserta didik dalam bertanya, berdiskusi,

mengerjakan tugas yang diberikan oleh tutor maupun sesama peserta didik yang

dilakukan di dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran.

Pertanyaan untuk mengukur variabel ini menggunakan jenis pertanyaan ordinal

dengan skala nilai 1-5. Tidak pernah, skor=1 sampai Selalu, skor=5. Berdasarkan

rata-rata total dari jawaban setiap responden, diperoleh hasil sebesar 43,5.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar ... · serta model pengelolaan. ... c) program yang dikembangkan PKBM harus ... Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan

36

Berdasarkan hasil rata-rata tersebut, maka peneliti mengkategorikan tingkat

keaktifan menjadi tinggi dan rendah. Rendah < 43 dan tinggi ≥ 43

(III) OUTPUT

1. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil evaluasi dari nilai hasil ujian sebagai bukti

adanya peningkatan pengetahuan. Indikator yang digunakan adalah nilai hasil

ujian mereka yang meliputi dua mata pelajaran UAN (Matematika dan Bahasa

Inggris) dan dua mata pelajaran UAS (Pkn dan Geografi). Tingkat pengetahuan

dikategorikan menjadi dua, yaitu; rendah < 26 dan tinggi ≥ 26

2. Sikap terhadap keberlanjutan pendidikan

Sikap adalah perubahan pola pikir, perasaan, nilai, dan dorongan yang

terpancar dari perilaku terhadap keinginan melanjutkan pendidikan ke tingkat

yang lebih tinggi. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal dengan skala

sangat tidak setuju, skor=1 sampai sangat setuju, skor=5. Berdasarkan nilai

tersebut didapatkan hasil rata-rata total dari seluruh responden sebesar 46.

Berdasarkan jumlah rata-rata tersebut, maka peneliti mengkategorikan sikap

terhadap keberlanjutan menjadi tinggi dan rendah. Rendah <46 dan tinggi ≥ 46