bab ii tinjauan pustaka 2.1 pola asuh 2.1.1...

21
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 Definisi Pola Asuh Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu: pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih, dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai, dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan bahwa pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik (Fine dalam Wahyuning et al. 2003). Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk pada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mendorong keberhasilan dan melindungi, sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat, maupun mencukupi kebutuhan makan (Wahyuning et al. 2003).

Upload: vandang

Post on 03-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Asuh

2.1.1 Definisi Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu: pola dan asuh. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), pola berarti corak, model,

sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata

asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,

membimbing (membantu; melatih, dan sebagainya), dan memimpin

(mengepalai, dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara

perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli

mengatakan bahwa pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian

penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi

masyarakat yang baik (Fine dalam Wahyuning et al. 2003). Terlihat

bahwa pengasuhan anak menunjuk pada pendidikan umum yang

diterapkan pengasuh terhadap anak berupa suatu proses interaksi

antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi

tersebut mencakup perawatan seperti mendorong keberhasilan dan

melindungi, sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang

diterima oleh masyarakat, maupun mencukupi kebutuhan makan

(Wahyuning et al. 2003).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

11

Praktek pengasuhan yang memadai sangat penting tidak

hanya bagi daya tahan anak tetapi juga mengoptimalkan

perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi

kesehatan anak. Pengasuhan juga memberikan kontribusi bagi

kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup yang baik bagi

anak secara keseluruhan. Sebaliknya, jika pengasuhan anak

kurang memadai, terutama terjaminnya makanan dan kesehatan

anak, bisa menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak

menderita kurang gizi (Masithah et al. 2005).

Pola asuh merupakan faktor yang erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Masa anak usia balita

adalah dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan

dan gizi dalam jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi pada

masa ini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang secara

fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan

bibawa terus sampai dewasa. Masa anak usia 12 – 59 bulan (balita)

adalah masa anak-anak yang tergantung pada perawatan dan

pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuh kesehatan dan

makanan pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk

perkembangan anak (Santosa & Ranti,2005).

Pola asuh yang terkait dengan pemenuhan nutrisi

diklasifikasikan oleh Engle et al. (1997), yaitu : riwayat pemenuhan

nutrisi saat hamil, pemberian ASI-eksklusif, pemberian makanan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

12

pendamping ASI (MP-ASI), stimulasi psikososial, persiapan dan

penyimpanan makanan, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) rumah tangga, dan perawatan anak sakit.

2.1.2 Peran Ibu dan Dukungan Keluarga dalam Pemenuhan

Nutrisi Anak

Menurut Brooks dalam Mirayanti (2012), khususnya dalam

pemenuhan nutrisi, orang tua baik ayah maupun ibu diharapkan

bekerja sama dalam memberikan nutrisi yang sehat sesuai tumbuh

kembang anak dan membantu anak dalam menggembangkan

kebiasaan makan yang sehat. Membuat jam makan tetap dan rutin

tersebut menjadi suatu hal yang menyenangkan. Duduk dan makan

bersama dengan perbicangan tanpa disertai televisi dapat

memberikan manfaat fisik dan psikologis bagi anak. Anak dapat

makan sesuai porsinya dan merasa aman secara emosional. Dalam

pemenuhan nutrisi orang tua juga memiliki peran dalam

mencontohkan anak untuk mengkonsumsi makanan sehat.

Menurut Sunarti (1989), wanita yang berstatus sebagai ibu

rumah tangga memiliki peran ganda dalam keluarga, terutama jika

memiliki aktivitas di luar rumah seperti bekerja ataupun melakukan

aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Wanita yang bekerja di luar

rumah biasanya dalam hal menyusun menu tidak terlalu

memperhatikan keadaan gizinya, tetapi cenderung menekankan

dalam jumlah atau banyaknya makanan. Sedangkan gizi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

13

mempunyai pengaruh yang cukup atau sangat berperan bagi

pertumbuhan dan perkembangan mental maupun fisik anak.

Selama bekerja ibu cenderung mempercayakan anak mereka

diawasi oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah

nenek, saudara perempuan atau anak yang sudah besar bahkan

orang lain yang diberi tugas untuk mengasuh anaknya.

2.2 Nutrisi Anak

2.2.1 Kebutuhan Nutrisi Anak Usia 1 – 5 Tahun

Zat gizi merupakan unsur yang paling penting dalam nutrisi,

mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri bagi

nutrisi. Kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau

tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada

kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Ada

beberapa komponen zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, air dan mineral yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak

yang jumlahnya berbeda untuk setiap usia. Secara umum gizi

dibagi menjadi dua golongan , yaitu golongan makro dan golongan

mikro. Zat golongan makro terdiri atas kalori (berasal dari

karbohidrat, lemak dan protein) dan H2O (air), sedangkan zat gizi

golongan mikro terdiri atas vitamin dan mineral (Behrman dalam

Hidayat, 2008).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

14

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia

dengan mudah di setiap makanan. Karbohidrat harus

tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan

karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat

menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan

menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang

tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang

tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan

(obesitas). Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh

dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa, sirup,

tepung, dan sayur-sayuran.

b. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam

pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.

Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah 95%

(diantaranya trigliserida, dan gliserol), sedangkan 2% adalah

asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digliserida,

kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin,

sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupak sumber yang

kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu,

seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain-lain. Lemak

juga dapat membantu memberikan rasa kenyang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

15

(penundaan pengosongan lambung). Komponen lemak

dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab

kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan

kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan

kurang. Namun, apabila jumlah lemak dalam anak

berlebihan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

hiperlipidemia, hiperkolestrol, penyumbatan pembuluh

darah, dan lain-lain. Jumlah lemak yang cukup dapat

diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan,

keju, kacang-kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi dalam

Hidayat, 2008).

Tabel 2.1 Kebutuhan energi per hari

Usia

(bulan)

Berat badan

(kg)

Tinggi badan

(cm) Energi (Kkal)

0 – 6 6 80 550

7 – 12 8,5 71 650

13 – 36 12 90 1000

37 – 72 18 110 1550

(Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004)

c. Protein

Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam

pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya

protein dalam jumlah yang cukup penting untuk

pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai

larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma.

Protein ini terdiri atas 24 asam amino, diantaranya 9 asam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

16

amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin, lisin,

triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya

asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh

harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya

berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal.

Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat

menyebabkan kwasiokor dan marasmus. Kwasiokor terjadi

apabila apabila kekurangan protein dan marasmus

merupakan kekurangan protein dan kalori. Komponen zat

gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan,

unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan padi-padian

(Pudjiadi dalam Hidayat, 2008).

Tabel 2.2 Kebutuhan Protein per hari (per Kg BB)

Usia

(bulan)

Berat badan

(kg)

Tinggi badan

(cm) Protein (gr)

0 – 6 6 80 10

7 – 12 8,5 71 18

13 – 36 12 90 25

37 – 72 18 110 39

(Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004)

d. Air

Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting,

mengingat kebutuhan air pada bayi relatif tinggi, yaitu

sebesar 75 – 80% dari berat badan dibadingkan dengan

orang dewasa yang hanya 55 – 60%. Air bagi tubuh dapat

berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

17

medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan,

serta pengatur suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari

air dan semua makanan (Pudjiadi dalam Hidayat, 2008).

Tabel 2.3 Kebutuhan cairan bayi dan anak

Usia

Rata-rata

Berat badan

(kg)

Jumlah air

dalam 24 jam

(ml)

Jumlah air

per Kilogram

Berat badan

dalam 24 jam

(ml)

3 hari 3,0 250-300 80-100

10 hari 3,2 400-500 125-150

3 bulan 5,4 750-850 140-160

6 bulan 7,3 950-1100 130-155

9 bulan 8,6 1100-1250 125-145

1 tahun 9,5 1150-1300 120-135

2 tahun 11,8 1350-1500 115-125

4 tahun 16,2 1600-1800 100-100

6 tahun 20,0 1800-2000 90-100

(Sumber: Behrman, 2000)

e. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk

mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh

anak. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai

berikut:

Vitamin A (retinol) harus tersedia dalam jumlah yang

cukup. Vitamin A mempunyai pengaruh dalam

kemampuan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan

gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini

dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

18

telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran,

dan buah-buahan.

Vitamin B komplek (tiamin) merupakan vitamin yang

larut dalam air, namun tidak larut dalam lemak.

Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan penyakit

beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri

kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan

kadarasam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin

ini dapat diperoleh dari susu, padi, biji-bijian, kacang,

dan lain-lain.

Vitamin B2 (riboflavin) merupakan vitamin yang

sedikit larut dalam air. Vitamin ini harus tersedia

dalam jumlah yang cukup karena jika tidak akan

menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan

gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat

diperoleh dari susu, keju, hati daging, telur, ikan,

sayur-sayuran hijau, dan padi.

Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan vitamin

yang sedikit larut dalam air. Vitamin ini sangat baik

untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum

tulang. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan

anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging

organ, ikan, telur, susu, dan keju.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

19

Vitamin C (asam askorbat) merupakan vitamin yang

larut dalam air yang mudah dioksidasi dan

dipercepat oleh panas atau cahaya. Kekurangan

vitamin ini dapat mengakibatkan lamanya proses

penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari

tomat, semangka, kubis, dan sayur-sayuran hujau.

Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam

lemak dan akan stabil dalam suasana panas.

Vitamin ini selain berguna untuk mengatur

penyerapan serta pengendapan kalium dan fosfor

dengan memengaruhi permeabilitas membran usus

juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum.

Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin

ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak ikan,

sinar matahari, dan sumber ultraviolet lainnya.

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam

lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet.

Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi

karoten, vitamin A, dan asam linoleat; di samping

menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan

vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah

merahpada bayi prematur dan kehilangan keutuhan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

20

sel saraf. Vitamin E ini dapat dapat diperoleh dari

minyak, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam

lemak yang berfungsi untuk pembentukan protombin,

faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia

dalam tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan

vitamin K dapat menyebabkan perdarahan dan

metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini

tersedia dalam sayur-sayuran hijau, daging dan hati

(Pudjiadi dalam Hidayat, 2008).

Tabel 2.4 Kebutuhan vitamin per hari

Usia BB (kg)

TB (cm)

Vit.A (RE)

Tiamin (mg)

Riboflavin (mg)

Niasin (mg)

B12 (mg)

Vit. C

(mg)

0-6 bln

6 80 375 0,3 0,3 2 0,4 40

7-12 bln

8,5 71 400 0,4 0,4 4 0,5 40

1-3 th

12 90 400 0,5 0,5 6 0,9 40

4-6 th

18 110 450 0,6 0,6 8 5,0 45

(Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004)

f. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam

kelompok mikro, yaitu mencakup kalsium, klorida, kromium,

kobalt, tembaga, fluorin, iodium, zat besi, magnesium,

mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur, dan seng.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

21

2.2.2 Dampak Nutrisi pada Tumbuh-Kembang Anak

Pemberian nutrisi pada anak tidak semata-mata untuk

memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologi anak, tetapi juga

berdampak pada aspek psikodinamika, perkembangan psikososial,

dan maturasi organik. Berikut ini akan diuraikan dampak nutrisi

pada aspek–aspek tersebut:

a. Dampak psikologis

Psikodinamika (Freud)

Pada anak usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang

utama adalah kebutuhan dasar melalui oral. Fase oral

berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan

dalam pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan

minum. Kebutuhan makn dan minum anak dipenuhi

lingkungan, khususnya ibu, baik berupa air susu ibu

(ASI) pada saat menyusui maupun makanan lumat.

Dampak psikodinamika yang diperoleh bayi adalah

kepuasaan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan

kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.

Psikososial (Erikson)

Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak

menurut pendekatan psikososial adalah tercapainya

rasa percaya dan tidak percaya sebagai kegagalan

dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Makanan dapat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

22

merupakan stimulus yang dapat meringankan rasa lapar

anak, dan memuaskan yang konsisten terhadap rasa

lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak pada

lingkungannnya, terutama pada keluarga.

Maturasi organic (Piaget)

Perkembangan organik yang dialami anak melalui

makanan adalah pengalaman mendapatkan beberapa

sensoris, seperti rasa atau pengecapan, penciuman,

pergerakan, dan perabaan. Dengan demikian dikenalkan

berbagai macam makanan, anak akan kaya dengan

berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah

kayanya penciuman melalui bahan makanan.

Selain itu, dengan makanan anak akan dapat

meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol

susu, memegang cangkir, sendok, dan keterampilan

koordinasi gerakan seperti menyuap dan menyendok

makanan.

b. Dampak fisiologis

Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah

terhadap pertumbuhan fisik anak. Selama intrauterine (di

dalam uterus), asupan nutrisi yang adekuat pada ibu

berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih

pada pertumbuhan janin. Dengan asupan nutrisi yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

23

adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar

dan sejalan dengan itu janin tumbuh dan berkembang

sampai pada usia kehamilan yang matang, maka janin siap

dilahirkan dengan berat badan, panjang badan dan

pertumbuhan organ fisik lainnya yang normal.

Terutama pada trimester ke pertama pada saat terjadi

pertumbuhan otak, asupan nutrisi yang adekuat terutama

protein akan mempengaruhi petumbuhan otak. Sebaliknya,

apabila ibu tidak mendapt asupan gizi yang adekuat, bayi

dapat lahir dengan berat badan rendah. Diet atau

pembatasan makanan pada ibu selama masa kehamilan

akan menurunkan berat badan bayi. Begitu juga setelah

anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi,

toddler, prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat

mempengaruhipada pertumbuhan fisik mereka, yaitu anak

akan bertambat berat dan bertambah tinggi atau meningkat

secara kuantitas (Supartini, 2000).

2.3 Status Gizi Anak

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari mutriture

dalam bentuk variabel tertentu. Sebagai contoh: gizi kurang

merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi makanan dalam

tubuh seseorang. Status gizi yaitu keadaan kesehatan individu-

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

24

individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajad kebutuhan

fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan

dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri

(Anggraeni & Indrarti, 2010).

Berdasarkan Riskesdas (2013), kecenderungan prevalensi

status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U, dan

BB/TB, terlihat prevalensi gizi buruk dan kurang meningkat dari

tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8%

dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2% dari tahun

2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9% tahun 2007. Prevalensi

kurus turun 0,6% dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1%

dari tahun 2010 dan turun 0,3% dari tahun 2007.

Kecenderungan prevalensi status gizi gabungan indikator

TB/U dan BB/TB secara nasional. Berdasarkan Riskesdas 2007,

2010, dan 2013 terlihat adanya kecenderungan meningkatnya

prevalensi anak balita pendek-kurus, meningkatnya anak balita

pendek-normal (2,1%) dan normal-gemuk (0,3%) dari tahun 2010.

Sebaliknya, ada kecenderungan penurunan prevalensi pendek-

gemuk (0,8%), normal-kurus (1,5%), dan normal-normal (0,5%) dari

tahun 2010.

2.3.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Status Gizi Anak

Menurut UNICEF (1990), terdapat dua faktor utama yang

menjadi penyebab kekurangan gizi pada balita yaitu: 1) Penyebab

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

25

langsung, faktor utama kekurangan gizi pada balita adalah

kurangnya asupan makanan yang bergizi bagi tubuh balik secara

kualitas maupun kuantitas. Selain itu, adanya penyakit infeksi yang

sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan gizi balita, 2)

Penyebab tidak langsung, faktor lain yang berpengaruh pada status

gizi balita seperti ketersediaan pangan dalam keluarga serta

pelayanan kesehatan, sanitasi lingungan serta pola asuh.

Engle et al. (1997) menambahkan faktor ketersediaan

sumber daya keluarga seperti pendidikan dan pengetahuan ibu,

pendapatan keluarga, pola pengasuhan, sanitasi dan penyehatan

rumah, ketersediaan waktu serta dukungan ayan sebagai faktor

yang memengaruhi status gizi. Pola pengasuhan yang berkontribusi

dalam status gizi anak salah satunya adalah pola asuh makan.

2.3.2 Penilaian Status Gizi

Di Indonesia cara yang paling umum dan sering digunakan

untuk menilai status gizi adalah antropometri, karena lebih praktis

dan mudah dilakukan. Secara umum, antropometri berarti ukuran

tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri

disajikan dalam bentuk indeks yang berkaitan dengan variabel lain.

Variabel tersebut sebagi berikut:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

26

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan

status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan

interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan

berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi

tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah

adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang

mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab

itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.

Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan

adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam

bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan (Depkes, 2004).

b. Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang

memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan

tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan

yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun

konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini

dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam

melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

27

dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan

gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak

digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,

hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi

kurang dapat menggambarkan kecenderungan

perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias,

1990).

c. Tinggi badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi

pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan

kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat

keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan

keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada

masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk

Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga

indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan)

jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang

lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.

Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan

gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,

kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun

(Depkes, 2004).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

28

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan

ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indikator

antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita

adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar

lengan atas menurut umur (LLA/U).

Dalam pengukuran antropometri yang sering digunakan

adalah BB/U karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan

lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur

status gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi. Sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat

mendeteksi kegemukan (over weight) (Khoiri dalam Anggraeni &

Indrarti, 2010).

Penentuan klasifikasi status gizi dapat dihitung

menggunakan Z-score atau Standar Deviasi unit (SD). Dengan

rumus :

Nilai individu subjek – Nilai median baku rujukan

Nilai simpangan baku rujukan

Z-score =

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

29

Tabel 2.5 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

No Indeks yang

dipakai Batas

Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

(Sumber: Depkes RI 2004)

2.4 Kerangka konseptual

Pola asuh pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dalam

penelitian ini meliputi: persiapan dan penyimpanan makanan, peran

keluarga dalam mempertahankan asupan nutrisi anak, dan

kemapuan ibu dalam memilih makanan yang sehat sesuai dengan

daya beli keluarga. Penghitungan status gizi ditentukan dengan

berat badan terhadap umur berdasarkan acuan tabel Z score.

Kerangka konseptual penelitian sebagiai berikut:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11813/2/T1...sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti

30

Pola asuh :

1. Persiapan dan penyimpanan

makanan

2. Peran keluarga dalam

mempertahankan asupan

nutrisi anak

3. Kemampuan ibu dalam

memilih makanan yang sehat

sesuai dengan daya beli

Status

gizi balita

Variabel dependen

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

2.5 Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan oleh

peneliti, yaitu:

Ho : Tidak ada hubungan pola asuh ibu bekerja/ibu tidak bekerja

dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun.

Ha : Ada hubungan pola asuh ibu bekerja/ibu tidak bekerja dalam

pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun.

Variabel independen