bab ii tinjauan pustaka 2.1. pertumbuhan tanaman...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16
orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang
Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Klasifikasi
tanaman jagung yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Syarat tumbuh tanaman jagung pada umunya membutuhkan Curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan harus merata, membutuhkan sinar matahari. Tanaman yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. PH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir
benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen
80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang) (Muhadjir. 2005).
Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu penjarangan,
penyulaman tanaman, Penyiangan, Pembumbunan, serta Pengairan dan Penyiraman.
Penjarangan dapat dilakukan dengan pemotongan daun yang berlebihan. Penyulaman
sendiri bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari
sesudah tanam HST. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu .
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas
permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu,
bersamaan dengan waktu pemupukan. Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman
secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak
layu (Suprapto 2008).
Tahap akhir yaitu Panen dan Pasca Panen. Ciri dan Umur Panen 86-96 hari
setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya
terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm). Jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang
susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika
sudah matang fisiologis (Suprapto, 2008)
2.2. Pertumbuhan Kacang Tanah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divis i : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban,
kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L., bahasa Inggris:
peanut, groundnut) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili
Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan
sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga
1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Tanaman ini adalah satu di antara dua
jenis tanaman budidaya selain kacang bogor, Voandziea subterranea yang mengalami
pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda buahnya terkena
cahaya, proses pematangan biji terganggu. Adapun syarat-syarat pertumbuhan
tanaman kacang tanah adalah
1. Iklim
Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila
suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
Kelembaban udara berkisar 65-75 %Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama
kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2. Media tanam
Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.pH
antara 6,0-6,5.Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik
bagi pertumbuhan kacang tanah
3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di
bawah ketinggian 1.500 m dpl.
2.3. Sistem Pola Tanam
Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam
satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam ini diterapkan
dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari
resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanaman
atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan. Pola tanam di daerah
tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan,
terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya tergantung dari hujan. Makan
pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.
2.3.1. Sistem Pola Tanam Monokultur
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan
efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi
seragam (Munir 2006). Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin
pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam.
Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang
tidak mantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot dengan
insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan penyakit. Jika
tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama itu akan
menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena tanamannya terserang
hama. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman
yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain, kelemahan sistem
ini adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun penyakit.
Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke
musim, untuk memperkecil keragaman organisme dan dapat mengakibatkan ledakan
populasi hama, sedangkan pada pertanaman ganda serangan hama lebih rendah
karena adanya diversifikasi tanaman. Interaksi organisme di dalam pertanaman ganda
berlangsung dalam bentuk fisik maupun interferensi biologis. (Litsinger dan Moody,
1996; van Emden dan Williams, 1974 dalam Achmad dan Tandiabang 2005).
2.3.2. Sistem Pola Tanam Tumpangsari
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur. Misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingungan yang
mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit (Hendroatmodjo, 2009).
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara dan air) pada suatu
petak lahan antar tanaman.
Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan
kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena
lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat
mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma. Selain itu
kegunaan lain dari tumpang sari adalah :
1. Mencegah dan mengurangi pengangguran musim
2. Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
3. Adanya pengolahan tanah yang minimal
4. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai
tambah
5. Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh tanaman yang satu lagi.
Dengan demikian teknik bertanam dengan sistem monokultur atau pertanaman
tunggal dan dengan sistem tumpang sari atau menanam 2 jenis tanaman atau lebih
pada satu lahan dan waktu yang sama, sistem menanam monokultur ataupun
tumpangsari memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing baik dari sisi
internal maupun eksternal.
Adapun perbedaan tanaman momokultur dan tumpangsari adalah
Tumpang sari Monokultur
- Akan terjadi peningkatan
efisiensi (tenaga kerja,
pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari),
- Populasi tanaman (berbeda)
dapat di atur sesuai yang
dikehendaki
- Dalam satu areal diproduksi
lebih dari satu komonitas
- Tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala
satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal
- Tidak terjadi peningkatan
efisiensi
- Tidak dapat mengatur
populasi, karena hanya
terdapat satu jenis
- Hanya memproduksi satu
komonitas
- Tidak ada peluang bila satu
jenis tanaman yang
diusahakan gagal.
2.4. Predator Pada Tanaman Jagung.
Predator adalah suatu binatang yang dapat memangsa binatang lain. Predator ini
adalah binatang binatang yang termasuk konsumen tingkat dua dan tingkat tiga yaitu
binatang yang tergolong pemakan daging (karnivora) dan pemakan segalanya
(omnivora). Individu yang memangsa disebut predator sedangkan individu yang
dimakan disebut mangsa. Mangsa inilah yang merupakan binatang herbivora sebagai
hama penggangu tanaman budidaya. Dalam rantai makanan berlangsung dengan
seimbang, namun karena adanya perubahan ekosistem, seperti matinya musuh alami
karena penyemprotan pestisida atau perubahan lingkungan, menyebabkan
meledaknya populasi hama sebagai mangsa predator. Kusnaedi, (2002).
Selain itu predator juga merupakan hewan yang suka memburu, memakan,
menelan, menggit, mengunyah atau menghisap cairan pada tubuh hewan lain yang
menggangu tanaman sehingga menyebabkan kematian. Laba-laba adalah contoh
pemangsa yang dikenal secara umum. Laba laba tersebut menunggu dijaringnya
sampai serangga yang terbang terperangkap. Laba-laba tersebut mendekati serangga
itu dengan cepat, menggit dan langsung memekannya. Beberapa jenis laba-laba
lainnya tidak dapat membuat jaring , tetapi berpindah-pindah dalam kebun untuk
memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis serangga.
Serannga tersebut berburu, membunuh dan memakan serangga lain. Hartoyo, (2011).
Predator umumnya menemukan dan menangkap mangsanya melalui beberap cara
yaitu : 1) pencarian secara random, 2) pencarian secara langsung, 3) pencarian aktif,
4) sergapan, 5) jebakan, 6) ketertarikan. (Purnomo, 2009). Jenis jenis predator yang
terdapat dalam semua ordo serangga baik ordo Orthoptera, ordo Hemiptera, ordo
Homoptera, ordo Coleoptera. Ordo Lepidoptera, ordo Diptera, ordo Hymenoptera,
ordo Odonata. (Ardi 2009), Hartoyo (2009) menjelaskan jenis-jenis musuh alami
terutama predator adalah sebagai berikut :
1. Laba-laba Pembuat Jaring.
Banyak jenis laba-laba yang membuat jaring. Mata dan kaki laba-laba ini lemah,
tidak mampu menangkap mangsa tanpa bantuan jaringnya. Ada yang tinggal
ditengah jaring, ada yang bersembunyi didaun terlipat, laba-laba lari kemangsanya
hanya bila ada getaran serangga yang terperangkap, kemudian dia menggit dan
melumpuhkannya. Kadang-kadang langsung menghisap cairan, atau membungkus
korban dengan sutera untuk dimakan di lain waktu. Ada jenis yang berukuran besar
dan ada juga yang kecil. Ada yang membuat jaring bulat, ada juga yang membuat
jaring dengan bentuk kubah. Ada jenis yang menggunakan jaring selama seminggu,
menunggu di tengah-tengah jaringnya sepanjang hari. Jenis-jenis lain membuat jaring
baru setiap malam, pagi-pagi ia memakan jaring yang sebelumnya dia buat, kemudian
bersembunyi menunggu malam tiba.
Daur hidup, laba-laba jantan sering lebih kecil dari betina, dan ada jantan dengan
warna yang sangat berbeda dari betina. Setelah kawin, betina membuat sarung berisi
ratusan telur. Ia terus menjaganya. Betina mati sebelum anaknya lahir. Anak anaknya
menenun payung dan dibawa angin ketempat lain.
2. Cecopet
Sebagian dari cecopet adalah pemangsa. Cecopet mudah dikenal karena ada
penjepit pada ekorya. Penjepit dipakai untuk mengambil dan memegang mangsanya,
serta untuk pertahanan diri. Kebanyakan jenis cecopet aktif pada malam hari. Pada
siang hari mereka bersembunyi dalam tanah atau dalam bagian tanaman. Malam hari
dia keluar dan mencari telur, larva dan nimfa serangga yang badannya lembut.
Kadang-kadang dia menggerek kedalam batang untuk mencari mangsanya. Seekor
cecopet dapat memakan larva 20 sampai 30 ekor nsetiap hari. Cecopet dewasa ada
yang bersayap dan tanpa sayap. Cecopet yang bukan pemangsa dapat memakan
serasah tanaman.
Daur hidup telur diletakkan dalamlubang didalam tanah atau diantara serasah.
Cecopet betina menjaga telurnya sampai menetas. Nimfa kelihatan mirip dewasa
kecuali berukuran yang lebih kecil dan sayapnya (jika ada) belum sempurna. Nimfa
berganti kulit beberapa kali. Terakhir kali dia menjadi dewasa. Dewasa kawin dan
betina mulai bertelur. Seekor cecopet dapat menghsailkan 200 sampai 300 buti telur
setiap peletakkan.
3. Semut-Semut
Ada beribu-ribu macam semut di dunia ini. Semut memiliki pengaruh atas
lingkungannya dengan banyak cara. Sebagian bermanfaat bagi manusia dan sebagian
tidak. Semut di indonesia pada umumnya tidak merusak tanaman budidaya. Dikebun
teh, semut merupakan musuh alami karena menyerang ulat dan beberapa macam
hama lain, contohya Helopeltis. Semut adalah serangga sosial. Dalam masyarakat
semut terdapat beberapa lapisan sosial. Lapisan yang paling berkusa adalah sang ratu
yang mengeluarkan telur. Telur dipelihara di dalam sarang oleh lapisan pekerja.
Masyarakat dijaga oleh lapisan prajurit.
Daur Hidup masyarakat semut mempunyai ratu yang menghasilkan telur. Telur
menetas menjadi larva, yang diberi makananoleh semut pekerja. Sesuai dengan gizi
yang diberikan pada fase larva ini, larva tersebur nantinya menjadi kaum prajurit atau
kaum pekerja. Kemudian larva menjadi kepompong dan akhirnya semut dewasa
keluar dari kepompong untuk bekerja sesuai peranan kaum yang bersangkutan.
4. Capung Besar Dan Capung Jarum
Capung besar dan capung jarum terbang cepat sehingga dapat menangkap
serangga lain yang sedang terbang. Panjangnya bisa diantara 2 sampai 13,5
cm.bahkan beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang. Jenis lain
hinggap untuk makan. Capung dapat memakan dan menangkap kutu, nyamuk, dan
kepik (misalnya, helopeltis) diudara. Capung besar mampu menangkap kupu-kupu
kecil sementara ia terbang di udara.
Daur hidup capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya di air
seperti; sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air dan
telur menetas disana. Nimfa melata di tanaman dan ranting dibawah permukaan air
dalam kolam, sungai, atau sawah. Nimfa capung memakan binatang air, seperti
serangga kecil, ikan-ikan kecil jentik nyamuk dan kecebong. Jika sudah besar, nimfa
melata keluar air (biasanya pada buluh) dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa
yang bersayap. Ia memompa cairan kedalam urat sayap untuk membuka sayapnya.
Kadang-kadang terlihat dua ekor capung yang ekornya disambung.
5. Belalang Sembah
Belalang sembah mulai dikenal karena kaki depannya dibentuk khusus untuk
menangkap dan memakan mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas, sehingga
serangga ini bisa bergerak dengan bebas, sehingga serangga ini adalah satu-satunya
yang mampu menoleh kebelakang. Belalang sembah memakan banyak serangga,
termasuk hama-hama teh seperti helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu
sampai mangsanya cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat
menggunakan kedua kaki depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk
mangsanya.
Daur hidup telur diletakkan pada tanaman dalam semacam” bungkus” khusus.
Bungkus dikeluarkan dari ekor betina dalam bentuk campuran telur dan cairan khusus
yang kemudian menjadi kering dan keras. Telur dilindungi dalam bungkus itu hingga
menetas. Masing-masing bungkus dapat berisi 200 telur. Nimfa keluar dari bungkus
telur secara berurutan dari lubang yang sama. Pada waktu kawin, biasanya betina
dewasa memakan jantan mulai dari kepalanya, kemudian betina mengeluarkan
bungkus telur.
6. Kumbang Kubah
Kumbang ini berukuran kecil: hanya 7-8 mm. Tetapi kumbang ini rakus memakan
beberapa jenis kutu termasuk aphis.Bila tidak diusir oleh semut, Kumbang kubah bisa
dijumpai pada tempat dimana kutu-kutu berkumpul pada daun teh. Kalau menemukan
kutu-kutu, Kumbang Kubah tetap disana dan mulai makan.Ia mulai makan kutu
mangsanya setelah matahari terbit. Baik larva maupun dewasa giat mencari kutu-kutu
untuk makanan. Larva lebih rakus dari yang dewasa. Di dalam rumah kaca, kumbang
kubah sengaja disebarkan sebagaimusuh alami. Spesies Curinus berwarna biru tua
dengan bahu oranye dibawah masuk ke indonesia dari luar negeri untuk
mengendalikan kutu loncat pada lamtoro.
Daur Hidup, kumbang helm biasanya meletakan telur pada bagian tanaman yang
ada kutu-kutu. Kelompok sekitar 50 butir telur atau lebih diletakan tidak beraturan,
pada daunatau ranting. Larva setiap jenis kumbang helm berwarna berbeda, tetapi
agak mirip dengan dewasanya. Kumbang hitam berbintik merah mempunyai larva
abu-abu tua dengan tanda merah. Larvanya rakus sekali, yang terletak pada tanaman.
Kumbang dewasa mudah diketahui: bulat dan mengkilat seperti helm kecil.
7. Tawon Kertas
Tawon ini sudah dikenal umum. Ada bermacam-macam dengan panjang sekitar 1
cm sampai 4cm. Tawon ini membuat sarang dari kertas atau tanah untuk memelihara
anaknya. Sengatannya menyakitkan. Tawon ini efektif untuk memburu banyak jenis
ulat termasuk ulat jengkal. Ia mampu menangkap ulat besar. Macam-macam serangga
lain juga dimakan oleh tawon ini. Selain serangga, dia juga makan sari madu dari
bunga.
Daur Hidup tawon kertas ini adalah serangga sosial yang membuat sarang kertas
dari kertas. Separti, masyarakat tabuhan kertas ini dikuasai oleh ratu. Kertasnya
diproduksi tawon ini dengan cara mengunyah kulit pohon. Ratu tawon meletakan
sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi
larva yang di beri makan oleh kaum pekerja didalam sarang. Telur menetas dan
tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan
larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong,
tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya
sebagai pekerja deawasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja
tidak kawin, hanya ratu saja yang kawin dan meletakan telur.