bab ii - sebelas maret university · 2019-08-01 · menurut slameto (1995:180) minat adalah suatu...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Minat
a. Teori-Teori Minat
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan
penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu
terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang
atau tidak senang merupakan dasar suatu minat.Minat seseorang dapat diketahui dari
pernyataan senang atau tidak senang terhadap suatu obyek tertentu.(Dewa Ketut
Sukardi, 1994:83)Untuk memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan minat
dan prosedur yang diperlukan maka sangatlah bermanfaat untuk mengetahui aspek-
aspek individual. Aspek-aspek individual dapat digolongkan menjadi dua ranah yaitu
kemampuan dan kepribadian. Pada umumnya tugas pengukuran ditujukan pada kedua
ranah diatur dan pada penekanannya pada lingkup yang lebih luas. Perbuatan atau
tindakan yang disenangi, disukai atau tidak disukai oleh seseorang adalah pada
lingkup kepribadian termasuk seperti faktor-faktor minat, temperamen dan sikap.
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran perasaan,
harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang
menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi Mappier, 1982:62).
Menurut Slameto (1995:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu diluar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Abu Ahmadi
(1998:151) minat adalah sikap jiwa orang seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya
10
(kognisi, konasi, emosi) yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur
perasaan yang terkuat. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi
perhatian, belajar, berfikir, dan berprestasi Aspek-aspek minat dijelaskan oleh
Pintrich dan Schunk (1996:304) sebagai berikut:
1. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity), yaitu
perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan aktivitas, umumnya
terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.
2. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specivic conciused for or living
the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu aktivitas atau objek.
3. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu individu
merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas yang
diminatinya.
4. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personal
importence or significance of the activity to the individual).
5. Adanya minat intriksik dalam isi aktivitas (intrinsic interes in the content of
the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat pada aktivitas itu
sendiri.
6. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in the
activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas.
Aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh dua aspek
yaitu kognitif dan afektif berupa berupa sikap, kesadaran individual, perasaan senang,
arah kepentingan individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan
berpartisipasi terhadap apa yang diminati.
b. Bentuk-Bentuk Minat
Menurut (M. Buchori, 1991:136) minat dapat dibedakan menjadai dua
macam yaitu minat primitif dan minat kultural.
11
1) Minat Primitif
Minat primitif disebut minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan
makan, minum, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini
meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan
dorongan untuk mempertahankan organisme.
2) Minat kultural
Minat kultural dapat disebut juga minat sosial yang berasal atau diperoleh
dari proses belajar. Jadi minat kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada
minat primitif.
c. Menentukan Minat Seseorang
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1994: 64 )yang mengutip pendapat Carl
Safran, mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan
minat, yaitu:
1. Minat yang diekspresikan ( Expresedinterest )
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihanya dengan kata tertentu.
Misalnya: seseorang mengatakan bahwa ia/dia tertarik pada olahraga
sepakbola.
2. Minat yang diwujudkan ( Manifest interest )
Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi
melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu
aktivitas tertentu. Misalnya: seseorang dapat ikut serta dalam suatu
organisai klub sepakbola atau ikut klub sepakbola.
3. Minat yang diinventarisasikan ( inventoriedinterest )
Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihanya untuk kelompok aktivitas
tertentu.Jika seorang menaruh minat terhadap sesuatu, minatnya tersebut
menjadi motif yang kuat baginya untuk berhubungan secara lebih aktif
dengan sesuatu yang diminatinya. Dalam hal ini jika seseorang berminat
untuk menekuni bidang olahraga, dia akan selalu mempelajari dan berlatih
pada bidang olahraga tersebut. Salah satu untuk memperkuat minatnya
adalah jika olahraga tersebut menjadi alat baginya untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu masalah tujuan sangat penting dalam memahami tingkah
laku seseorang dalam minat terhadap suatu olahraga.
12
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat
berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan
dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow and Crow, 1973:22)
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. The factor inner urge:
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai
dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan
minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar,dalam hal ini seseorang
mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2. The factor of social motive:
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, misal
seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi
pula.
3. Emosianal factor:
faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek
misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan
tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah
semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan
yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.
Sedangkan menurut Totok Santoso (dalam Tri Wahyudi, 2002:18) faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembangnya minat adalah sebagai berikut :
1. Motivasi dan cita-cita
Adanya cita-cita dan dukungan oleh motivasi yang kuat dalam diri
seseorang maka akan dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu objeknya.
Sebaliknya apabila cita-cita dan motivasi tidak ada maka minat sulit ditumbuhkan.
13
2. Sikap terhadap suatu objek
Sikap senang terhadap objek dapat membesarkan minat seseorang terhadap
objek tersebut. Sebaliknya jika sikap tidak senang akan memperkecil minat
seseorang.
3. Keluarga
Keadaan keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan pendidikan
keluarga dapat mempengaruhi minat seseoran terhadap objek tersebut.
4. Fasilitas
Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat seseorang
terhadap suatu objek lebih besar.
5. Teman pergaulan
Teman pergaulan yang mendukung misalnya diajak kompromi terhadap
suatu hal yang menarik perhatiannnya maka teman tersebut dapat lebih meningkatkan
minatnya, tetapi teman yang tidak mendukung mungkin akan menurunkan minat
seseorang.
Namun H.C Wetherrington(1983:136) menyatakan minat timbul bila ada
perhatian dengan kata lain minat merupakan sebabdan akibat dari perhatian.
Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang dipelajari maka ia
mempunyai sikap yang positif dan merasa senangterhadap hal tersebut, sebaliknya
perasaan tidak senang akan menghambat. Minat timbul karena adanya faktor interen
dan eksteren yang menentukan minat seseorang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : faktor yang berasal dari dalam individu itu
14
sendiri (faktor intrinsik) yaitu yang berhubungan dengan minat itu sendiri dan
minat yang lebih mendasar atau asli faktor yang berasal dari luar individu tersebut
(faktor ekstrinsik) yaitu yang ditunjukan dengan adanya emosi senang yang
berhubungan dengan tujuan dari aktivitas tertentu, diantaranya adalah faktor
lingkungan, keluarga, pelatih/guru, teman, sarana dan prasarana.
1) Faktor pendorong dari dalam (faktor intrinsik)
Faktor dari dalam merupakan rangsangan yang datang dari dalam diri
individu tersebut yang ruang lingkupnya sesuai dengan keinginan atau kebutuhan
seseorang yang akan dengan mudah menimbulkan rasa minat terhadap sesuatu. Misal
keinginan atau kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai
hasrat untuk ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan. Faktor dari (intrinsik) merupakan
faktor yang timbul melalui psikis individu yang meliputi rasa senang, perhatian dan
emosi.
a) Rasa senang atau rasa tertarik.
Tertarik dapat diartikan suka atau senang, tetapi individu tersebut belum
melakukan aktivitas atau sesuatu hal menarik baginya, sehingga dapat diketahui
bahwa rasa senang terhadap sesuatu hal atau objek merupakan kegiatan awal dari
individu untuk meminati sesuatu hal.
b) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. perhatian erat
hubungannya dengan pemusatan terhadap sesuatu. Bila individu mempunyai
perhatian terhadap sesuatu objek, maka terhadap objek tersebut timbul minat spontan
dan secara otomatis minat tersebut akan muncul.
15
c) Emosi
Emosi berarti meluapkan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu
singkat. Emosi adalah sesuatu keadaan perasaan yang komplek yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Emosi dapat berubah perasaan
kegembiraan, kesedihan, keharuan, ataupun kecintaan. Rasa emosi dating hanya
sesaat maka dari itu perlu adanya dukungan dari faktor-faktor yang lain, faktor-faktor
yang dapat mendukungnya terbesar datang dari luar.
2) Faktor pendorong dari luar (ekstrinsik)
Faktor pendorong dari luar (ekstrinsik) adalah faktor pendorong yang
datangnya dari luar individu. Faktor ini sangat besar pengaruhnya untuk
menimbulkan minat individu terhadap cabang olahraga, faktor-faktor tersebut
antara lain:
a) Faktor fasilitas/sarana prasarana
Aktifitas olahraga akan berjalan lancar dengan tersedianya fasilitas yang
mendukung dan lengkap. Bukan berarti tanpa adanya fasilitas yang memadai dan
lengkap suatu aktifitas olahraga tersebut lebih besar. Terkait dengan masalah
minat belajar, orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas akan mendapat
hambatan dalam meyelesaikan kegiatan belajarnya. Fasilitas belajar secara umum
antara lain berupa mesin, alat tulis, meja dan kursi belajar dan lain sebagainya.
yang cocok lainnya (yaitu bahan tak berbahaya), Sedangkan sepatu dengan telapak
sol karet yang berfungsi mencengkram agar tidak terasa licin.
b) Faktor lingkungan
Faktor ini muncul dari adanya pengaruh masyarakat atau lingkungan
sekitar yang sebagian besar ruang lingkup kehidupan berada di masyarakat dan
16
tidak menutup kemungkinan di lingkungan keluarga. Faktor lingkungan dapat
berupa pengaruh dari orang, cuaca/iklim, perekonomian atau kemasyarakatan.
Misalkan minat seorang anak yang dilahirkan dikalangan masyarakat terbelakang
dengan minat seorang anak yang dilahirkan di daerah pegunungan tentu akan
berbeda.
c) Faktor guru/pelatih
Seorang siswa tidak dapat berkembang/memulai pendidikannya tanpa
adanya seorang guru atau pelatih. Apabila anak didik ingin selalu berdekatan
dengan seorang guru, tidaklah sukar bagi guru tersebut untuk memberikan
bimbingan dan motivasi agar anak didik lebih giat belajar, baik di sekolah maupun
di rumah. Guru atau pelatih dalam situasi ini diharapkan dapat membangkitkan
minat belajar pada diri anak, tapi guru lebih berperan besar di lingkungan sekolah
tetapi juga tidak menutup kemungkinan seorang guru untuk mendidik di
lingkungan keluarga yaitu melalui les privat. Guru juga sebagai faktor timbal
balik pendidikan.
d) Faktor teman
Bila seseorang menemukan teman bermain yg memuaskan, akan tiba suatu
saat orang tersebut merasa kurang berminat terhadap teman sebaya yang mulai
membosankan, sehingga dapat menentukan arah pendidikan seorang remaja, Hurlock
(1993:217). Dari peryataan tersebut dapat diketahui bahwa teman adalah orang yang
selalu ada dalam lingkungan diluar keluarga. Dari pergaulan sehari hari teman dapat
berpengaruh untuk meningkatkan minat seseoarang.
e) Orang tua/keluarga
Minat remaja atau pelajar terhadap pendidikan (belajar) dipengaruhi oleh
sikap orang tua, Hurlock (1993:217). Orang tua adalah sebagai tumpuan hidup
17
dari anak, jadi maju tidaknya anak (pelajar) akan sangat dipengaruhi oleh orang
tua. Tidak hanya orang tua saudara kandung juga berperan penting untu
mendukung kegiatan belajar seorang remaja (pelajar). Sama halnya dengan minat,
seorang anak akan berminat untuk melakukan sesuatu (dalam hal ini adalah
belajar) sangat tergantung dari dorongan dan dukungan dari orang tua. Jika keluarga
tidak mendukung dengan kegiatan yang diminati oleh anaknya maka minat tersebut
akan semakin turun bahkan akan hilang. Peranan keluarga terhadap
perkembangannya tidak hanya terbatas terhadap pergaulannya, kita ingat bahwa
keluarga merupakan sebuah kelompok sosial kecil dibawah struktur
kemasyarakatan. Alat komunikasi juga ikut berpengaruh dalam meningkatkan
minat seseorang, yang antara lain adalah televisi, surat kabar, majalah dan lain-
lain.
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator minat adalah
rasa senang atau rasa tertarik, perhatian dan emosi yang didukung oleh
lingkungan, orang tua/keluarga, teman, guru/pelatih dan sarana prasarana/fasilitas.
e. Minat Masyarakat
Dorongan-dorongan yang ada pada diri manusia, menggambarkan perlunya
perlakuan yang luas. Kemudian muncul dalam pikiran kita, bahwa manusia pada
umumnya memiliki ragam yang luas tentang kedewasaan jasmani dan kedewasaan
rohani, yang perlu juga untuk diperhatikan. Dalam masa perkembangannya, minat
seseorang senantiasa berkembang, hal itu bersifat pemilihan dan mempunyai arah
serta tujuan, hal-hal yang diminati seseorang antara lain:
1) Minat pribadi dan sosial
Minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat
dimiliki oleh remaja awal. Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa
penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang ditampakan oleh remaja
18
itu oleh sekitarnya. Penyebab lain, karena adanya kesadaran remaja bahwa
lingkungan sosial menilai dirinya dengan melihat miliknya, sekolahannya,
kenangannya, benda-benda lain yang dimilikinya, teman-teman sepergaulanya. Apa-
apa yang dimilikinya itu dapat mengangkat dan memerosotkan pandangan teman-
teman sebaya terhadap dirinya (Andi Mappiare, 1982:62). MenurutElisabeth B
Hurlock (2002:210-220), minat pribadi meliputi minat pada penampilan, minat pada
pakaian, minat pada prestasi, minat pada kemandirian,dan minat pada orang.
2) Minat terhadap rekreasi
Minat terhadap rekreasi terhadap remaja pada umumnya sangat kuat.Namun
dari beberapa remaja disebabkan karena keterbatasan waktu, tugas rumah, dan
keterbatasan yang lainnya menjadikan remaja itu lebih selektif dalam memilih apa
yang disenangi dan merupakan hoby. Banyaknya rekreasi yang dimiliki remaja juga
sangat mempengaruhi oleh derajat kepopulerannya (Elisabeth B. Hurlock,
2002:218)Antara dua jenis kelamin terdapat perbedaan yang mencolok dalam
memilih kegiatan rekreasi, biasanya kegiatan yang membutuhkan energi fisik seperti
sepakbola, basket lebih disenangi oleh remaja pria. Baik pria maupun wanita olahraga
lebih merupakan kegiatan rekreasi dibanding menganggapnya sebagai kegiatan
olahraga. Apa-apa yang dilihat dan didengar oleh remaja dalam cerita-carita, selalu
dihubungkan dengan dirinya.
3) Minat terhadap agama
Minat terhadap agama juga dialami dengan memulainya memikirkan secara
serius soal-soal agama. Mereka membandingkan antara apa yang ideal dan apa yang
nampak nyata, sehingga apa yang dahulu dipercayainya sebagai hal yang benar, pada
remaja awal mulai diragukan. Para remaja awal sering lagi mempertanyakan tentang
kebenaran, dosa dan neraka, pahala dan surga, mereka meragukan doa (Andi
Mappiare, 1982:64) Akibatnya minat terhadap agama dapat melemah dan praktek
keagamaanya sering ditinggalkan.
19
4) Minat terhadap sekolah
Minat terhadap sekolah dan jabatan remaja dapat dipengaruhi oleh
minatorang tua atau kelompoknya. Jika orang tua atau kelompoknya “work
oriented”maka sering sekali remaja meminati sekolah yang mengarah kepada
pekerjaan(sekolah kejuruan). Jika orang tua atau kelompoknya “college oriented”
maka remaja terpengaruh meminati sekolahan yang dapat mengantarkan
keperguruantinggi, menuju cita-cita jabatannya.
5) Minat terhadap aktivitas fisik
Minat untuk melakukan aktivitas fisik atau berolahraga sangat dipengaruhi
oleh kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik itu sendiri. Apabila sejak kecil
selalu dikekang atau tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik, maka
minat untuk melakukan aktivitas itu tidak akan berkembang. Sebaliknya kesempatan
diberikan dengan cukup,maka minat melakukan aktivitas fisik menjadi berkembang.
2. Jenis olahraga
Penggolongan Jenis Olahraga Berdasarkan Rancangan Repelita IV ( 1983 /
1984 – 1988 / 1989 ), Olahraga dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain
berdasarkan:
a. Klasifikasi olahraga berdasarkan tujuan kegiatan olahraga, antara lain
adalah :
1. Olahraga Prestasi
Kegiatan olahraga dilakukan secara teratur, rutin, dan intensif dengan
tujuan untuk mendapatkan keterampilan kemahiran yang lebih tinggi.
20
Gambar: cabang olahraga prestasi
2. Olahraga Pendidikan
Kegiatan olahraga yang terutama ditujukan bagi para Siswa dan
diadakan pada Sekolah – sekolah dengan tujuan – tujuan untuk
membentuk jasmani dan rohani yang sehat.
Gambar: olahraga pendidikan
3. Olahraga Khusus
Olahraga yang dikhususkan bagi orang yang menyandang cacat tubuh,
kelainan pertumbuhan dan lemah kesehatannya.
21
Gambar: bulu tangkis sebagai salah satu cabang khusus
4. Olahraga Massal
Olahraga yang melibatkan Masyarakat banyak dan bertujuan untuk
pemassalan olahraga.
Gambar: senam lansia sebagai salah satu cabang olahraga massal
5. Olahraga Rekreasi
Olahraga yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan
bermain tanpa menuntut suatu prestasi.
22
Gambar: bersepeda sebagai salah satu olahraga rekreasi
6. Olahraga Tradisional
Olahraga biasanya dilakukan dalam rangka Perayaan – perayaan
tertentu dengan tujuan meramaikan suasana.
Gambar: perisaian sebagai salah satu olahraga tradisional
23
b. Berdasarkan cabangnya, Olahraga dapat dibagi menjadi beberapa cabang,
antara lain adalah :
1. Atletik adalah jenis olahraga yang menggunakan tenaga otot dan lebih
mengutamakan ketangkasan dan kecepatannya.
2. Senam adalah cabang olahraga yang mengutamakan gerakan – gerakan
badan yang ditunjang dengan ketangkasan, keuletan, kelincahan serta
latihan keseimbangan yang dinamis dan kelenturan tubuh..
3. Permainan adalah cabang olahraga dimana hampir seluruh unsur
gerakan tubuh manusia dipergunakan.
c. Berdasarkan ruang kegiatannya, Olahraga dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, antara lain adalah :
1. Olahraga in – door
yaitu dimana cabang olahraga yang dimainkan dapat dilakukan di
dalam ruangan saja dan tidak memerlukan tempat yang terbuka.
Contohnya : bilyard, tenis meja, bowling, squash, senam, fitness, dan
sebagainya.
2. Olahraga out – door
yaitu dimana cabang olahraga yang dimainkan hanya dapat dilakukan
diluar ruangan dan membutuhkan tempat yang terbuka. Contohnya :
Golf, lari, lompat jauh, voli pantai, sepak bola, pacuan kuda, kasti /
softball, dan sebagainya.
3. Olahraga semi in – door dan out – door
yaitu dimana cabang – cabang olahraga yang dimainkan dapat
dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Contohnya : bola basket,
renang, badminton, voli, dan sebagainya.
d. Berdasarkan tempat melakukan kegiatan, olahraga dibedakan menjadi:
1. Lapangan rumput
Contoh : Sepakbola
24
2. Lapangan tanah dengan pengerasan
Contoh : Bola basket, badminton, dan sebagainya.
3. Lapangan es
Contoh : Ice skating
4. Lapangan air
Contoh : jet ski, diving, renang.
5. Lapangan udara
Contoh : gantole, terjun payung dan sebagainya.
Klasifikasi Jenis Aktifitas Olahraga Menurut buku “ The Process of
Recreation Programming”, secara umum pembagian keolahragaan dan
permainan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Olahraga tim atau olahraga lapangan , yaitu olahraga yang dimainkan
oleh beberapa orang sebagai kesatuan tim dan menggunakan lapangan
yang cukup besar. Contoh : Sepak bola, Baseball, Bola basket, Bola
voli, Hockey lapangan, dsb.
2. Olahraga individual atau berpasangan, yaitu olahraga yang dapat
dimainkan secara perorangan ataupun berpasangan yang dapat
dibedakan atas :
a. Olahraga beraket seperti : tennis lapangan, bulutangkis, squash,
tennis meja, dsb.
b. Olahraga akuatik seperti : renang, menyelam, ski air, polo air,
selancar, dsb.
c. Olahraga individu seperti : panahan, bowling, bersepeda, golf,
senam, roller skating, angkat berat, dsb.
d. Olahraga beladiri seperti : karate, judo, taekwondo, dsb.
e. Olahraga yang berhubungan dengan lingkungan seperti : panjat
tebing, mendaki, dsb.
25
3. Permainan Rekreasional, yaitu olahraga yang dijadikan dasar
permainan bersifat rekreasi.
a. Shuffleboard, deck tennis, box hockey, dsb.
b. Permainan baru dan permainan yang lebih kompetitif
c. Permainan dengan organisasi kecil
4. Aktifitas kebugaran
a. Lari dan jogging
b. Latihan beban
3. Tujuan Olahraga
Tujuan dari olahraga adalah :
a. Phisical fitness (kesegaran jasmani)
Olahraga sebagai sarana untuk meningkatkan kebugaran tubuh baikjasmani
maupun rohani.
b. Motor skill (keterampilan motorik)
Olahraga sebagai sarana untuk melatih kecepatan dan ketepatan gerak.
c. Social objective (tujuan sosial)
Olahraga sebagai sarana untuk melakukan kegiatan baik antara atletdengan
atlet maupun atlet dengan masyarakat.
d. Aesthetic
Olahraga yang bertujuan untuk memperoleh keindahan atau estetikadalam
gerakannya.
Berdasarkan pada tujuan berolahraga, maka sifat kegiatan olahragadapat
dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Bersifat Kesehatan
Hal yang didapat dari berolahraga untuk memperoleh peningkatan kesehatan.
b. Bersifat Rekreasi
Hal yang didapat dari berolahraga untuk memperoleh kesegaran jasmani.
c. Bersifat Prestasi
26
Hal yang didapat dari berolahraga untuk memperoleh target tertentu
darisuatu prestasi olahraga.
4. Psikologi Olahraga
Psikologi olahraga bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari proses
mental atau kejiwaan dalam kaitannya dengan aktivitas berolahraga. Untuk lebih
jelasnya, kita dapat melihat teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
psikologi olahraga berikut ini.
Weinberg dan Gould (1995) memberikan pandangan yang hampir serupa
atas psikologi olahraga dan psikologi latihan (exercise psychology), karena banyak
kesamaan dalam pendekatannya, namun beberapa peneliti lain (Anshel, 1997;
Seraganian, 1993; Willis & Campbell, 1992) secara lebih tegas membedakan
psikologi olahraga dengan psikologi latihan.
Weinberg dan Gould, (1995) mengemukakan bahwa psikologi olahraga dan
psikologi latihan memiliki dua tujuan dasar: mempelajari bagaimana faktor psikologi
mempengaruhi performance fisik individu memahami bagaimana partisipasi dalam
olahraga dan latihan mempengaruhi perkembangan individu termasuk kesehatan dan
kesejahteraan hidupnya.
Di samping itu, mereka mengemukakan bahwa psikologi olahraga secara
spesifik diarahkan untuk: membantu para professional dalam membantu atlet bintang
mencapai prestasi puncak, membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk
bisa hidup lebih bugar, meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan
memanfaatkan kegiatan latihan sebagai alat terapi, misalnya untuk terapi depressi
(Weinberg & Gould, 1995).
Sekalipun belum begitu jelas letak perbedaannya, Weiberg dan Gould
(1995) telah berupaya untuk menjelaskan bahwa psikologi olahraga tidak sama
dengan psikologi latihan. Namun dalam prakteknya biasanya memang terjadi saling
mengisi, dan kaitan keduanya demikian eratnya sehingga menjadi sulit untuk
dipisahkan. Tetapi Seraganian (1993) serta Willis dan Campbell (1992) secara lebih
27
tegas mengemukakan bahwa secara tradisional penelitian dan praktik psikologi
olahraga diarahkan pada hubungan psikofisiologis misalnya responsi somatik
mempengaruhi kognisi, emosi dan performance. Sedangkan psikologi latihan
diarahkan pada aspek kognitif, situasional dan psikofisiologis yang mempengaruhi
perilaku pelakunya, bukan mengkaji performance olahraga seorang atlet. Adapun
topik dalam psikologi latihan misalnya mencakup dampak aktivitas fisik terhadap
emosi pelaku serta kecenderungan (disposisi) psikologi, alasan untuk ikut serta atau
menghentikan kegiatan latihan olahraga, perubahan pribadi sebagai dampak
perbaikan kondisi tubuh atas hasil latihan olahraga dan lain sebagainya (Anshel,
1997).
Jelaslah kini bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan para kemampuan
prestatif pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku olahraga, khususnya
atlet, mengarahkan kegiatannya olahraganya untuk mencapai prestasi tertentu dalam
berkompetisi, misalnya untuk menang. Sedangkan psikologi latihan lebih terarah
pada upaya membahas masalah-masalah dampak aktivitas latihan olahraga terhadap
kehidupan pribadi pelakunya. Dengan kata lain, psikologi olahraga lebih terarah pada
aspek sosial dengan keberadaan lawan tanding, sedangkan psikologi latihan lebih
terarah pada aspek individual dalam upaya memperbaiki kesejahteraan psikofisik
pelakunya.
Sekalipun demikian, kedua bidang ini demikian sulit untuk dipisahkan,
karena individu berada di dalam konteks sosial dan sosial terbentuk karena adanya
individu-individu. Di samping itu kedua bidang ini melibatkan aspek psikofisik
dengan aktivitas aktivitas yang serupa, dan mungkin hanya berbeda intensitasnya saja
karena adanya faktor kompetisi dalam olahraga.
Untuk lingkup yang lebih sempit, psikologi olahraga anak berbatas pada
macam olahraga yang tersedia bagi kebutuhan anak-anak. Bahkan psikologi olahraga
anak di Indonesia belum berkembang secara pesat bila dibandingkan dengan
psikologi olahraga dewasa atau umum. Hal ini mungkin disebabkan oleh belum
28
munculnya minat sungguh-sungguh anak untuk menjadi pelakon olahraga pada anak-
anak. Ada banyak faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Seperti anggapan bahwa
menjadi atlet itu susah pada masa tuanya, ketakutan untuk menjalani latihan disiplin
atlet, dll.
a. Peranan Olahraga bagi Perkembangan Fisik
Secara umum, berolahraga memberikan peluang bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya. Membiasakan anak-anak untuk
berolahraga secara rutin akan memberikan banyak dampak positif bagi
perkembangan fisik anak. Karena selain memberikannya contoh baik yang akan
dibawa hingga dewasa nanti, latihan fisik sejak balita bermanfaat untuk pertumbuhan
dan kepadatan tulang, paru-paru, otot, keseimbangan, koordinasi, kelenturan,
kekuatan, ketahanan otot dan komposisi tubuh pada anak.
Karena sistem metabolisme lancar, secara tidak langsung, olahraga juga
turut mengaktifkan kerja sistem kekebalan tubuh. Sel-sel antibodi akan siap terbentuk
sehingga anak tidak mudah terserang infeksi bakteri maupun virus.
Pada dasarnya, latihan fisik untuk anak harus seimbang dan meliputi
beberapa jenis latihan. Seperti latihan aerobik untuk melatih sistem jantung dan paru,
latihan beban untuk menngkatkan kekuatan dan daya tahan otot, latihan fleksibilitas
untuk meningkatkan kelenturan sendi serta latihan keseimbangan dan koordinasi
untuk kemampuan mengintegrasikan mata, tangan dan kaki secara efektif.Kemudian
latihan berenang yang dapat merangsang pertumbuhan tinggi badan. Gerakan-
gerakan yang terdapat pada olahraga berenang memang ditujukan untuk menguatkan,
mengulur otot, memaksimalkan kapasitas paru-paru serta membentuk tubuh yang
sesuai anatominya. Sehingga penyakit asma dan kelainan-kelainan tulang belakang
seperti skoliosis, lordosis atau kifosis dapat dihindari.
Tahapan awal untuk latihan fisik anak ialah melatih gerakan-gerakan dasar
seperti jalan, lari, lompat, meluncur dan merangkak. Kemudian dilanjutkan dengan
melatih gerakan-gerakan ketangkasan atau ketrampilan dasar seperti melempar,
29
menangkap dan menendang. Yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian jenis
latihan dengan tahapan umur.
Setelah anak mencapai usia tertentu yang memungkinkannya untuk
mengkombinasikan semua tahapan awal latihan di atas, sang anak mulai dapat
diperkenalkan dengan jenis olahraga terstruktur. Olahraga terstruktur adalah jenis
permainan olahraga yang memiliki aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh
pemain. Misal, badminton, kasti, sepakbola, basket, dll.
Sedangkan frekuensi latihan untuk anak yang disarankan ialah sekitar 2-3
kali seminggu. Namun disarankan agar anak tidak melakukan kegiatan fisik tersebut
pada hari yang berurutan. Mungkin sang anak juga bisa menjadi anggota suatu klub
olahraga yangdisenanginya. Jangan memaksakan atau memforsir anak mengikuti
suatu klub olahraga jika memang tidak mau. Prinsip fun dalam olahraga seyogyanya
benar-benar bisa dihayati oleh anak. Karena kalau tidak, hanya akan menjadi beban
bagi anak-anak.
b. Peranan Olahraga bagi Perkembangan Psikis
Olahraga sejak dini secara umum dapat melatih interaksi sosial, sikap
mental dan perilaku yang baik seperti disiplin, percaya diri, sportivitas dan kerjasama
anak. Permainan-permainan yang terdapat pada olahraga mengajarkan hal-hal
tersebut.
Permainan tunggal seperti badminton tunggal atau tenis tunggal dimana
anak diharuskan untuk bermain sendirian, tidak ada partner atau tim yang membantu
dalam pertandingan, melatih anak untuk bermental kuat: mandiri, percaya pada diri
sendiri, berani serta tidak mudah menyerah. Di dalam setiap pertandingan anak-anak
juga diajarkan untuk fokus pada suatu tujuan demi memenangkan pertandingan.
Nalar anak juga sedikit demi sedikit akan berkembang untuk mencermati setiap
peluang dan menganalisisnya dengan baik. Namun, jika suatu waktu sang anak harus
mengalami kekalahan, ia akan belajar menerima kegagalan tersebut. Tidak dengan
30
menangis tapi dengan menjadikannya suatu pembelajaran, introspeksi diri yang akan
memperkaya pengetahuannya.
Sementara permainan jenis beregu akan memberi dampak psikis pada anak
seperti interaksi sosial yang baik. Interaksi sosial yang baik ditandai dengan baiknya
komunikasi anak atau anak tidak kesulitan dalam mengemukakan pendapat
pribadinya. Daya analisis anak juga akan meningkat mengingat banyaknya pemain
dalam satu tim. Jika dalam permainan tunggal seorang anak cukup menganalisis
kemampuan dirinya sendiri serta lawan tandingnya, maka dalam permainan beregu
seorang anak harus menganalisis kemampuan dirinya sendiri beserta anggota tim dan
tim lawan. Demi satu tujuan yaitu, memenangkan pertandingan dalam permainan
beregu sang anak mau tidak mau juga harus belajar untuk bekerjasama serta toleransi
terhadap teman satu tim. Rasa egois yang mungkin terdapat pada anak perlahan akan
hilang digantikan oleh rasa kebersamaan.
Melalui olahraga beregu, seorang anak juga belajar untuk berperan aktif
untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam
permainan olahraga anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan
dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok
bermainnya. Misalnya dalam permainan sepakbola, ada yang berperan sebagai kapten
yang bertugas memimpin anggota lain, sedang yang lain menjalankan peran sebagai
pendukung. Dalam hubungannya dengan jender, anak-anak melakukan permainan
stereotype sesuai dengan budaya dan masyarakat setempat. Misalnya, anak-anak
perempuan gemar berolahraga senam atau berenang sementara anak laki-laki
berolahraga sepakbola atau basket.
Dengan olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani
serta mempunyai watak disiplin dan pada akhirnya akan terbentuk manusia yang
berkualitas. Dalam usaha pembentukan generasi muda yang mampu menjadi tulang
punggung penerus perjuangan bangsa, pembinaan melalui olahraga sudah lama
dipandang sebagai sarana yang paling berdaya guna dan berhasil guna. Karena
31
pembangunan manusia pada hakikatnya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang
sehat jasmani dan rohani. Kondisi manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani
ini baru dapat dicapai apabila manusia sadar dan mau melaksanakan gerakan hidup
sehat melalui pendidikan jasmani dan olahraga. Olehkarena itu gerakan
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat perlu semakin gencar
dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Namun demikian untuk dapat
melaksanakan gerakan tersebut, akan lebih baik apabila ditumbukkan minat
masyarakat terhadap olahraga sejak dini, terutama sejak di sekolah.
c. Olahraga Dan Pembangunan Bangsa
Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan melalui
olahraga dapat dilakukan national character building suatu bangsa, sehingga olahraga
menjadi sarana strategis untuk membangun kepercayaan diri, identitas bangsa, dan
kebanggaan nasional. Berbagai kemajuan pembangunan di bidang keolahragaan yang
bermuara pada meningkatnya budaya dan prestasi olahraga. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh:
(1) Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga
terutama dalam lingkup satuan pendidikan mengalami peningkatan
sebagaimana ditunjukkan oleh data Susenas 2003 dan 2006 bahwa
persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan
olahraga di sekolah meningkat dari 54,1% pada tahun 2003 menjadi
58,2% pada tahun 2006;
(2) Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga semakin
meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi masyarakat
pada Indeks Pembangunan Olahraga (SDI) dari 0,345 pada tahun 2005
menjadi 0,422 pada tahun 2006, dimana pengukuran SDI sesungguhnya
32
meliputi perkembangan banyaknya anggota masyarakat suatu wilayah
yang melakukan kegiatan olahraga, luasnya tempat yang diperuntukkan
untuk kegiatan berolahraga bagi masyarakat dalam bentuk lahan,
bangunan, atau ruang terbuka yang digunakan untuk kegiatan
berolahraga dan dapat diakses oleh masyarakat luas, kebugaran jasmani
yang merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa
mengalami kelelahan yang berarti, serta jumlah pelatih olahraga, guru
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga
dalam suatu wilayah tertentu;
DIMENSI INDEKS DIMENSI SDI NASIONAL
2005 2006 2005 2006
Partisipasi
Ruang Terbuka
SDM
Kebugaran
34,5 %
38,0 %
11,5 %
54,0 %
42,2 %
26,6 %
33,5 %
09,9 %
34,5 %
28.00%
Tabel 1. Besaran 4 (empat) Dimensi Dasar pada SDI Tahun 2005 dan 2006
(Sumber: SDI 2005 dan 2006)
Tujuan pembangunan keolahragaan sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan
nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina
persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat
harkat, martabat, dan kehormatan bangsa (Pasal 4).
Pembangunan keolahragaan dilaksanakan melalui: (a) penyelenggaraan
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi; (b) pembinaan dan
pengembangan olahraga; (c) penyelenggaraan kejuaraan olahraga; (d) pembinaan dan
pengembangan pelaku olahraga; (e) pembinaan, pengembangan, dan pengawasan
olahraga profesional; (f) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
olahraga; (g) pendanaan keolahragaan; (h) pengembangan ilmu pengetahuan dan
33
teknologi keolahragaan; (i) peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan; (j)
pengembangan kerja sama dan informasi keolahragaan; (k) pembinaan dan
pengembangan industri olahraga; (l) penyelenggaraan akreditasi dan sertifikasi; (m)
pencegahan dan pengawasan terhadap doping; (n) pemberian penghargaan; (o)
pelaksanaan pengawasan; dan (p) evaluasi nasional terhadap pencapaian standar
nasional keolahragaan.
5. Pendidikan
a. Definisi
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi – potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidika. Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik.
Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Ahmadi
Abu, 2003).Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,pendidikan
diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu kegenerasi yang lain.
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan
yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik
(Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
34
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri.
Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir
kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian
yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi.Untuk menjadi suatu
pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul
dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et
al., 2005). Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan
diriagar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan
sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, dan karsa
(kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik
(Tirtarahardja, 2005).
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan
bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung,
maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan,
dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting
untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap
masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara
berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun
sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal
ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang
tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila
kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang
menggembirakan (Fuad Ihsan; 2000;27).
35
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan
antara lain sebagai berikut:
Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,
Nomor 2 tahun 1945, Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan
atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi:
Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila
Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab
IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian
Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003.[4]
Dasar pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:
Religius : Merupakan elemen atau dasar pendidikan yang paling pokok, disini
ditanamkan nilai nilai agama islam (iman, akidah dan akhlak) sebagai suatu
pondasi yang kokoh dalam pendidikan
36
Ideologis : Yaitu mengacu kepada ideologi bangsa kita yakni pancasila dan
berdasarkan kepada UUD 1945. Dan intinya adalah untuk mencerdaskan
kehidupa bangsa.
Ekonomis : Pendidikan bisa dijadikan sebagai suatu langkah untuk
mendapatkan kehidupan yang layak dan keluar dari segala bentuk kebodohan
dan kemiskinan.
Politis: Lebih mengacu kepada suasana politik yang berlansung.
Teknologis : Dunia telah mengalami eksplosit ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dan bisa dikatakan teknologi sangat memiliki peran dalam
kemajuan dunia pendidikan.
Psikologis dan Pedagogis: Tugas pendidikan sekolah yang utama adalah
mengajarkan bagaimana cara belajar, mendidik kejiwaan, menanamkan
motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang
hidupnya dan memberikan keterampilan kepada peserta didik,
mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.
Sosial budaya: Mengacu kepada hubungan antara individu dengan individu
lainnya dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Begitu juga hal nya dengan
budaya, budaya masyarakat sangat berperan dalam proses pendidikan, karena
budaya identik dengan adat dan kebiasaan. Apabila sosial budaya seseorang
itu berjalan baik maka pendidikan akan mudah dicapai.
Dasar adalah sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak, dandari
sanalah segala aktifitas yang berdiri diatasnya (termasuk aktivitaspendidikan) akan
dijiwai atau diwarnainya, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang akan diraih dengan
melakukan aktifitas tersebut (Ahmadi Abu, 20003).
Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di
tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak
37
dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan
Orde Baru, demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan
pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
1). Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No 2 Tahun 1985 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
2). Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu
Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan
memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan
dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap
menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan.
3). TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di
bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan
diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang
berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan
38
rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat
mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan
sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam UUD 1945.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada
tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang
manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang
dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak
dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi
terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.
Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional yang
terakhir seperti disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional ialah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah
yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional.
Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan
dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang
tercapainya tujuan tersebut.
39
c. Tingkat Pendidikan
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) tingkat pendidikan
adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan
terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan
teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan demikian Hariandja (2002: 169) menyatakan
bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan
dan memperbaiki kinerja perusahaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar
dalam kehidupan serta sebagai faktor yang dominan dalam pembentukan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan selain penting dalam mengatasi dan
mengikuti tantangan zaman serta dapat membawa pengaruh positif dalam berbagai
sendi-sendi kehidupan sehingga tidaklah mengherankan apabila pendidikan
senantiasa mendapat banyak perhatian yang lebih. Menurut Undang-undang No. 20
tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha pendidikan
menurut Undang-undang Repubilk Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13,
menyatakan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan anak
tangga mobilitas yang penting. Bertambah tingginya taraf pendidikan makin besar
kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan ekonomi rendah dan menengah.
Makin tinggi tingkat pendidikannya dari sisi intelektualitas makin tinggi derajat
sosialnya di dalam masyarakat biasanya keluaran dari pendidikan formal. (Karsidi,
2008).
Masyarakat yang dimaksud adalah keluarga. Keluarga adalah kelompok
manusia terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak termasuk juga
anak yang diangkat (adopsi) serta anak tiri yang dianggap anak kandung.
40
(Subandiroso, 1987 ). Menurut Undang-Undang no.2 tahun 1999, pengukuran tingkat
pendidikan formal digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh
pendidikan tinggi
2. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat
3. Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat
4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat
Masyarakat selaku pengguna pendidikan yang mempunyai hak untuk
diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya oleh
Pemerintah, tetapi ketiadaan dan perbedaan kesempatan menjadi suatu hambatan
pada tatanan praktik di lapangan. Keberlanjutan pendidikan anak ke pendidikan
menengah, menurut Marsden (1971) dalam Mutrofin (2009) disebutkan bahwa
pendidikan ayah merupakan peramal yang lebih baik di tingkat sekolah lanjutan
(Secondary School) dibandingkan pendapatan keluarga yang disatukan. Ini
dimaksudkan bahwa untuk melihat keberlanjutan pendidikan anak dapat
direpresentasikan oleh minimal pendidikan terakhir ayah yang ditamatkan pada
pendidikan formal.
d. Indikator-indikator Tingkat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri
dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
41
b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
Dalam dunia pendidikan lembaga yang banyak dikenal adalah sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran
para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sekolah yang pada dasarnya
sebagai sarana untuk melaksanakan pendidikan memang diharapkan bisa menjadikan
masyarakat yang lebih maju, oleh sebab itu sekolah sebagai pusat dari pendidikan
harus bisa melaksanakan fungsinya dengan optimal dan perannya bisa menyiapkan
para generasi muda sebelum mereka terjun di dalam proses pembangunan
masyarakat.
6. Sekolah
a. Pengertian Sekolah
Menurut ahli Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi
keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan
organic (Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan
berdasarkan undang-undang no 2 tahun 1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang
berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial dibatasi oleh sekumpulan elemen
kegiatan yang berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sosial sekolah yang
demikian bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik.
Dari definisi tersebut bahwa sekolah adalah suatu lembaga atau organisasi
yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Sebagai
suatu organisasi sekolah memiliki persyaratan tertentu. Sekolah adalah suatu lembaga
42
atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku
yang baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang
berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa
sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan
menumbuhkan kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam Made Pidarta, 1997:171).
Melalui sumber daya sekolah, seluruh lapisan masyarakat bisa melatih
dirinya untuk menjadi warga masyarakat sekaligus warga sosial yang terus
meningkatkan sikap baru, ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam mencapai
taraf hidup yang jauh lebih baik. Di sekolah pulalah nilai kehidupan masyarakat dan
pribadi, peluang pengembangan diri serta peningkatan produktivitas bisa di gali dan
kemudian dikembangkan.
Pada tanggal 16 mei 2005 diterbitkan peraturan pemerintah (PP) nomor 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dengan PP 19/2005 itu, semua
sekolah di Indonesia diarahkan dapat menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi
standar nasional. pendidikan standar wajib dilakukan oleh sekolah, delapan standar
tersebut setahap demi setahap harus bisa dipenuhi oleh sekolah. Secara berkala
sekolah pun diukur pelaksanaan delapan standar itu melalui akreditasi sekolah.
Berdasarkan dari beberapa teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah
adalah bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata
yang terdapat dalam mayarakat pada masa sekarang dan sekolah juga merupakan alat
untuk mencapai pendidikan yang bermutu dan memenuhi standar nasional
pendidikan.
b. Fungsi Sekolah
Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi, yaitu membina
dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan
yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-komponen sekolah,
melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi. Simanjuntak dalam
43
Soebagio Atmodiwirio (2000:65) menyatakan Secara garis besar fungsi sekolah
adalah :
1. Mendidik calon warganegara yang dewasa
2. Mempersiapkan calon warga masyarakat
3. Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja
4. Mempersiapkan calon pembentuk keluarga yang baru
5. Pengembangan pribadi (realisasi pribadi)
Dari teori diatas, dijelaskan bahwa banyaknya fungsi dan manfaat sekolah
sebagai lembaga penyelenggara pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai
alat untuk membentuk kepribadian diri individu dalam mayarakat, mendidik warga
negara menjadi lebih baik dan nantinya diharapkan dapat berguna bagi bangsa dan
negara.
c. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik merupakan unsur terpenting di dalam keseluruhan sistem
pendidikan. Karena itu peranan dan kedudukan guru demi meningkatkan mutu dan
kualitas anak didik harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh.
a. Berprestasi
Guru Berprestasi adalah guru yang memiliki kinerja melampaui standar
yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan mampu menghasilkan karya inofatif
yang diakui baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional.
b. Berkompetensi
Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi intelektual, kompetensi fisik,
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi spiritual.
d. Biaya Pendidikan
Biaya adalah aliran sumber daya yang dihitung dalam satuan uang yang
dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaan, jasa, tenaga kerja, produk,
44
peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau
kepentingan lainnya.
a. Biaya Sumbangan Pendidikan Pembinaan (SPP)
Biaya Sumbangan Pendidikan atau yang disingkat dengan SPP adalah iuran
wajib pengguna jasa yang harus dibayarakan kepada pemberi jasa. Pemberi jasa yang
dimaksud dalam hal ini adalah sekolah.
b. Biaya Sumbangan Masuk (Pembangunan)
Biaya sumbangan masuk adalah biaya iuran yang diberikan kepada
pengelola sekolah diluar dari pada uang sumbangan wajib atau SPP yang biasanya
dilakukan pada saat regristrasi awal.
e. Fasilitas Sekolah
Fasilitas Sekolah merupakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelancaran proses belajar baik di sekolah. Dengan adanya fasilitas belajar yang
memadai maka kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud.
a. Bidang Pendidikan
Fasilitas sekolah dibidang pendidikan diantaranya yaitu : perpustakaan dan
laboratorium.
b. Bidang Olahraga
Fasilitas sekolah dibidang olahraga diantaranya yaitu : lapangan basket,
lapangan bola.
f. Status Sekolah
Sekolah menurut status terbagi atas dua kategori, yaitu :
a. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah,
mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
perguruan tinggi.
45
b. Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non-
pemerintah atau swasta. Penyelenggara sekolah swasta berupa badan maupun
yayasan pendidikan.
g. Kategori Sekolah
Berdasarkan Pengkategorian pendidikan dasar dan menengah di Indonesia
menurut UU 20/2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 dan 16
klasifikasi/kategori sekolah dibagi atas (http://mz-arifin.blogspot.com) :
1. Sekolah formal standar (dalam pembinaan disebut juga sekolah
potensial/rintisan), yaitu sekolah yang masih relatif banyak
kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam
UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005.
Kedelapan SNP tersebut adalah standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan
kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar
penilaian. Ditegaskan dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11
ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum
memenuhi (masih jauh) dari SNP.
2. Sekolah formal mandiri (dalam pembinaan disebut juga Sekolah Standar
Nasional (SSN) yaitu sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang
sudah atau hampir memenuhi SNP, yaitu standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga
pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan
standar penilaian.
3. Sekolah bertaraf internasional (SBI) yaitu Sekolah/Madrasah Bertaraf
Internasional telah mencapai fase kemandirian antara lain yaitu: (a)
Tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan Sekolah/Madrasah Bertaraf
Internasional; (b) Kemampuan berfikir dan kesanggupan bertindak secara
orisinal dan kreatif (inisiatif) dalam penyelenggaraan Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional; dan (c) Kemantapan Sekolah/Madrasah Bertaraf
Internasional untuk bersaing di forum internasional
46
7. Kelompok umur
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. Menurut Badan Pusat Statistik, komposisi penduduk Indonesia
menurut kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif
(15-64 tahun) dan usia tua (≥65 tahun). Pengertian anak dapat ditinjau dari dua sisi,
yaitu anak sebagai fenomena biologis (psikologis) serta anak sebagai fenomena sosial
(legal). Anak sebagai fenomena biologis dipresepsikan sebagai manusia yang masih
berada dalam tahap perkembangan yang belum mencapai tingkat yang utuh.
Memahami manusia dari perspektif biologis (dan psikologis), kategori
manusi biasa di sub-klasifikasikan kedalam beberapa tingkat periodesasi
perkembangan.Periodeisasai ini dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:9
1) Periode bayi dan anak-anak: umur 0-6 tahun.
2) Periode sekolah: umur 6-12 tahun.
3) Periode remaja (adolecence) : umur 12-18 tahun.
4) Periode dewasa (early adulthood): umur 18-30 tahun.
5) Periode dewasa pertengahan (Midle age): umur 30-50 tahun.
6) Periode tua (latter maturity): umur 50 tahun keatas.
Namun sebagai fenomena sosial (legal), sub-klasifikasi seperti itu tidak
dikenal. Dalam perspektif legal, anak merupakan satu fenomena tunggal. Dalam hal
ini anak hanya dipertentangkan dengan orang dewasa yang dianggap sudah
sepenuhnya mampu melakukan tindakan (legal) tertentu. Perbedaan antara anak dan
orang dewasa biasanya dipatok dengan batas umur tertentu.
Kemampuan anak-anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa, anak-anak
tentu masih mengalami perkembangan rohani dan perkembangan jasmani, Kondisi
fisik, organ reproduktif, kemampuan motorik, kemampuan mental dan psiko-
sosialnya dianggap masih belum selesai. Sebagai fenomena sosial (dan legal), anak,
karena tingkat perkembangan mental dan psikososialnya, dianggap tidak mempunyai
kapasitas untuk melakukan tindak sosial (legal) tertentu (Mohammad Farid, 1999).
47
maka dari itu dalam olahraga jika dilihat dari tujuannya perlu adanya pengelompokan
menurut tingkatan umur.
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescence” yang
berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti,
2009).
Psikis berarti sesuatu yang berhubungan dengan kondisi mental atau
kejiwaan seseorang. Sedang ilmu yang mempelajari mengenai gejala dan kegiatan
jiwa proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku
seseorang adalah psikologi. Perkembangan psikis dapat diartikan sebagai proses
pematangan cara berpikir, memahami sesuatu dan pendewasaan individu.
Perkembangan psikis merupakan perkembangan secara kualitatif oleh karena itu tidak
dapat diukur secara materiil namun dapat diukur secara immateriil. Sebenarnya, tidak
ada tahapan secara jelas mengenai perkembangan psikis ini karena satu individu
dengan individu lain memiliki cara dan waktu yang berbeda dalam mencapai
perkembangan psikis optimalnya. Namun yang pasti pemain dilatih agar dapat
mencapai kondisi puncak untuk menghadapi sebuah kompetisi. Dalam tahap ini
penambahan jenis-jenis gerakan akan lebih sukar demikian pula dengan upaya
pemeliharaannya.
8. Profesi
Istilah profesi tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Guru,dokter, polisi,
tentara merupakan beberapa contoh sebutan untuk sebuah profesi. Guru harus
menjalani proses pendidikan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas
profesionalannya. Antara profesi, profesional, proesionalisme, profesionalitas dan
profesionalis memempunyai pengertian yang saling berkaitan satu sama lain.
Djam’an Satori (2007: 1.3-1.4) menyatakan bahwa “Profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya”. Artinya, suatu
profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Orang yang menjalankan suatu
48
profesi harus mempunyai keahlian khusus dan memiliki kemampuan yang ddapat dari
pendidikan khusus bagi profesi tersebut.
a. Golongan pekerjaan menurut KBJI
Struktur KBJI 2002 terdiri dari lima tingkat secara vertikal. Kelima
tingkat
tersebut adalah Golongan Pokok, Golongan, Subgolongan, Kelompok, dan Jenis
Pekerjaan. Akan tetapi pada tingkat Jenis Pekerjaan hanya disajikan sebagai contoh
pada Kelompok yang bersangkutan dan belum disertai dengan kode serta uraian tugas
jenis pekerjaan. Secara lengkap kelima tingkat pengelompokan secara vertikal menurut
Badan Pusat Statistik (2002:7) adalah sebagai berikut :
1) Golongan Pokok :
Golongan pokok merupakan tingkat pengelompokan yang paling luas dari
sistem klasifikasi ini dan mempunyai kriteria mewakili jenis pekerjaan yang
sangat luas yang menggambarkan tipe khusus penyelenggaraan tugas.
Pengelompokan ini dinyatakan dengan satu dijit kode yang satu sama lain
dibedakan berdasar pada tingkat keahlian. Pengelompokan ini berjumlah 10
yang mempunyai kode 1 sampai dengan 9, dan kode 0 khusus untuk Anggota
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Golongan :
Golongan merupakan bagian dari golongan pokok yang mempunyai kriteria
yang merangkaikan sifat pekerjaan yang sama dari berbagai subgolongan jenis
pekerjaan. Pengelompokan ini dinyatakan dengan dua dijit kode yang satu sama
lain dalam golongan pokok yang sama dibedakan berdasar pada spesialisasi
keahlian yang luas yang ditetapkan. Pengelompokan ini berjumlah 33, dan
mempunyai kode 01 sampai dengan 93.
3) Subgolongan :
Subgolongan merupakan bagian dari golongan dan mempunyai kriteria yang
mengklasifikasikan satu kelompok yang berhubungan erat antara satu dengan
yang lain atas dasar persamaan sifat tugasnya, kecuali untuk subgolongan jenis
pekerjaan sisa, dimana hubungan mengenai persamaan tugas yang dilaksanakan
49
kurang homogen. Pengelompokan ini dinyatakan dengan tiga dijit kode yang
satu sama lain dalam golongan yang sama dibedakan berdasar pada spesialisasi
keahlian yang lebih rendah yang ditetapkan. Pengelompokan ini berjumlah 119,
dan mempunyai kode 011 sampai dengan 933.
4) Kelompok :
Kelompok jenis pekerjaan merupakan bagian dari subgolongan yang dinyatakan
dengan empat dijit kode, yaitu kode 0110 sampai dengan 9333. Dibedakan dari
kelompok lain dalam subgolongan yang sama berdasarkan spesialisasi keahlian
secara luwes.
5) Jenis Pekerjaan :
Jenis pekerjaan merupakan bagian dari kelompok jenis pekerjaan. Jenis
pekerjaan menjabarkan secara singkat pekerjaan dari suatu kelompok jenis
pekerjaan tertentu, mempunyai hubungan yang sangat erat dan homogen,
kecuali untuk jenis pekerjaan sisa. Antar jenis pekerjaan dalam kelompok yang
sama dibedakan berdasarkan spesialisasi keahlian yang spesifik dan merupakan
sekumpulan tugas-tugas.
b. Macam-macam golongan pokok pekerjaan
Terdapat 10 jenis penggolongan pokok pekerjaan yang diketahui. Daftar dan
penjelasan 10 golongan pokok pekerjaanadalah sebagai berikut:
1) Pejabat Legislatif, Pejabat Tinggi, dan Manajer
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
terdiri dari menentukan dan merumuskan kebijaksanaan pemerintah, dan juga
undang-undang dan peraturan pemerintah, mengawasi pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah, undang-undang dan peraturan pemerintah,
mewakili pemerintah dan bertindak atas nama pemerintah, atau
merencanakan, mengarahkan dan mengkoordinasi kebijaksanaan dan kegiatan
perusahaan dan organisasi, atau departemen.
50
2) Tenaga Profesional
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
memerlukan
pengetahuan dan pengalaman profesional tingkat tinggi dalam
bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan hayat, atau ilmu
pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Tugas utamanya terdiri dari
meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki, menerapkan konsep dan
teori ilmu pengetahuan dan kesenian untuk menyelesaikan masalah, dan
mengajar dengan menyiapkan materi secara sistematik.
3) Teknisi dan Asisten Tenaga Profesional
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
memerlukan pengetahuan teknik dan pengalaman dalam satu atau lebih
bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan hayat, atau ilmu
pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Tugas-tugas pokoknya mencakup
menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis yang berhubungan dengan
penerapan konsep dan metode penggunaan dalam bidang tersebut diatas,
dan dalam pengajaran pada tingkat pendidikan tertentu. Golongan pokok
ini dibagi menjadi enam golongan, 19 subgolongan, dan 71 kelompok jenis
pekerjaan. Pembagian ini mencerminkan perbedaan dalam tugas-
tugas yang berhubungan dengan bidang pengetahuan dan spesialisasi yang
berbeda.
4) Tenaga Tata Usaha
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengatur,
menyimpan, menghitung, dan menggunakan kembali informasi. Tugas
utamanya terdiri dari melakukan tugas-tugas kesekretariatan, mengoperasikan
mesin pengolah kata dan mesin kantor lainnya, menyimpan dan menghitung
data numerik, dan melakukan sejumlah tugas-tugas ketatausahaan yang
berorientasi pada pelanggan, utamanya yang berhubungan dengan surat
menyurat, pengelolaan uang dan perjanjian.
51
5) Tenaga Usaha Jasa dan Tenaga Usaha Penjualan di Toko dan Pasar
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk melakukan jasa
perlindungan dan jasaperorangan, dan untuk menjual barang dagangan
di toko atau di pasar. Tugas utamanya terdiri dari menyediakan jasa
yang berhubungan dengan perjalanan, kerumahtanggaan, katering,
perawatan perorangan, perlindungan keamanan dan hak milik perorangan,
dan menegakkan peraturan dan perundang-undangan, atau menjual barang di
toko atau di pasar.
6) Tenaga Usaha Pertanian dan Peternakan
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk memproduksi
hasil-hasil pertanian, kehutanan dan perikanan. Tugas utamanya terdiri dari
menanam biji-bijian, beternak atau berburu binatang, menangkap atau
membudidayakan ikan, konservasi dan eksploitasi hutan. Khusus untuk
pekerja pertanian dan perikanan yang berorientasi pasar, tugas utamanya
juga menjual hasil pertanian dan perikanan kepada pelanggan, organisasi
pemasaran atau pasar.
7) Tenaga Pengolahan dan Kerajinan Ybdi
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas-tugasnya memerlukan
pengetahuan dan pengalaman ketrampilan atau kerajinan terlatih yang mana
diantaranya termasuk memahami bahan dan peralatan yang digunakan, seperti semua
langkah-langkah proses produksi, termasuk karateristik dan penggunaan produk
akhir yang diharapkan. Tugas utamanya terdiri dari mengolah bahan baku,
mendirikan bangunan dan struktur lainnya dan membuat berbagai jenis barang
seperti barang-barang kerajinan.
8) Operator dan Perakit Mesin
Golongan pokok ini mencakup jenis pekerjaan yang tugas utamanya
52
memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk
mengoperasikan dan mengawasi mesin dan peralatan industri berskala
besar dan sering kali sangat otomatis. Tugas utamanya terdiri dari
mengoperasikan dan mengawasi mesin dan peralatan pertambangan,
pengolah, dan produksi, dan juga mengemudikan kendaraan bermotor, dan
mengemudikan dan mengoperasikan mesin yang bergerak, atau merakit
barang dari komponen bagiannya.
9) Pekerja Kasar, Tenaga Kebersihan, dan Tenaga Ybdi
Golongan pokok ini mecakup jenis pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan
pengalaman cukup untuk melakukan tugas-tugas yang sangat rutin dan
sederhana, dengan menggunakan peralatan yang dikendalikan dengan tangan dan
dalam beberapa hal memerlukan kekuatan fisik, dan sedikit menggunakan inisiatif
dan pertimbangan yang terbatas. Tugas utamanya terdiri dari menjual barang-barang
di pinggir jalan atau di jalanan, menjaga pintu dan mengawasi hak milik, dan
juga membersihkan, mencuci, mengupas dan bekerja sebagai buruh dibidang
pertambangan, pertanian dan perikanan, konstruksi dan industri pengolahan.
10) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara R.I.
Tenaga kerja dalam golongan pokok ini mencakup para anggota Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indoneisa yaitu mereka yang berdinas aktif
dalam salah satu unsur Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, termasuk mereka yang membantu dalam menyelenggarakan jasa, baik atas
dasar sukarela atau atas dasar yang lain dan yang tidak sepenuhnya melakukan
pekerjaan sipil. Yang termasuk dalam golongan pokok Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indoneisa adalah mereka yang berdinas aktif di
kesatuan angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara, kepolisian, dan unsur-unsur
pertahanan dan keamanan lainnya, termasuk anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dikerahkan untuk mengikuti latihan
militer secara penuh dalam jangka waktu tertentu. Dikecualikan dari golongan pokok
ini adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan sipil seperti tenaga administrasi
yang berada di bawah naungan departemen pertahanan dan keamanan, inspektur
53
pabean dan anggota dinas sipil yang bersenjata, anggota militer cadangan yang tidak
menjalankan dinas aktif militer secara penuh, termasuk tenaga kerja yang untuk
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan dari rumusan masalah sebagaimana yang sudah diuraikan
sebelumnya, akan dicari informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat
masyarakat usia produktif se kota Surakarta terhadap jenis olahraga ditinjau dari jenis
kelamin, kelomk umur, golongan pokok pekerjaan dan latar belakang pendidikan.
Faktor- faktor yang ingin diketahui meliputi faktor intrinsik, dan ekstrinsik, selain itu
jenis akan dicari informasi mengenai jenis olahraga yang paling diminati masyarakat
usia produktif se kota Surakarta yang tentunya umum di Indonesia yang terdiri dari
jenis Olahraga tim atau olahraga lapangan, Olahraga individual atau berpasangan,
Permainan Rekreasional, Aktifitas kebugaran. Selain itu perlu juga diketahui tujuan
dari setiap masyarakat berolahraganya. Semua itu dibedakan akan dilihat dengan
ditinjau atas dasar jenis kelamin.
Atas dasar permasalahan penelitian serta dukungan teoritis, maka diperoleh
kerangka acuan yang melibatkan tiga komponen instrument penilaian utama yang
digunakan. Ketiga komponen evaluasi tersebut masing-masing memuat gagasan-
gagasan konseptual yang merupakan sumber rujukan pengembangan indikator dan
sekaligus berfungsi sebagai acuan informasi.
54
1. Instrumen Penilaian Jenis Olahraga, dan Tujuan Olahraga (Model A).
Instrumen ini untuk melihat jenis olahraga yang paling disukai oleh
masyarakat usia produktif di Surakarta yang meliputi jenis Olahraga tim atau
olahraga lapangan, Olahraga individual atau berpasangan, Permainan
Rekreasional, Aktifitas kebugaran beserta tujuan dari olahraga nya tersebut
yang meliputi Olahraga rekreasi, olahraga prestasi, maupun olahraga kesehatan.
Karena setiap jenis dan tujuan olahraga yang berbeda memiliki perlakuan atas
olahraga yang berbeda pula nantinya.
2. Instrumen Penilaian Instrumen penilaian faktor intrinsik (Model B)
Instrumen ini untuk mengukur Faktor dari dalam (intrinsik) yang
merupakan faktor yang timbul melalui psikis individu yang meliputi:
a) The factor inner urge:
b) The factor of social motive:
c) Emosianal factor:
Faktor dari dalam merupakan rangsangan yang datang dari dalam diri
individu tersebut yang ruang lingkupnya sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan seseorang yang akan dengan mudah menimbulkan rasa minat
terhadap sesuatu.
Untuk kepentingan validasi instrumen, dilakukan pegujian validasi
kostruk, dengan menerapkan analisis butir terhadap indikator maupun kawasan
evaluasi yang telah ditentukan. Sementara untuk reliabilitas instrumen
diperoleh melalui pengujian konsistensi internal dalam bentuk koefisien
korelasi dari setiap indikator maupun pada semua butir setelah terlebih dahulu
menggugurkan butir-butir yang sebelumnya tidak teruji dalam validitas
konstruk.
55
3. Instrumen Penilaian Faktor Ekstrinsik. (Model C)
Faktor pendorong dari luar (ekstrinsik) adalah faktor pendorong yang
datangnya dari luar individu. Faktor ini sangat besar pengaruhnya untuk
menimbulkan minat individu terhadap cabang olahraga, faktor-faktor
tersebut antara lain:
a) Faktor fasilitas/sarana prasarana
b) Faktor lingkungan
c) Faktor guru/pelatih
d) Faktor teman
e) Orang tua/keluarga