bab ii landasan teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/65738/5/bab ii.pdf · fenomena ini...
TRANSCRIPT
5
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tinjauan pustakan yang menjelaskan mengenai
teori-teori dasar yang mendukung proses penelitian. Teori mencakup
tentang aksesibilitas web, Web Content Accessible Guidelines 2.0, TAW,
aXe dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan beberapa penilitian yang terkait untuk dijadikan
acuan dalam penelitian ini.
1. Penelitian [3] yang berjudul “Web accessibility investigation and
identification of major issues of higher education websites with
statistical measures : A case study of college websites” melakukan
pengujian seluruh situs web perguruan tinggi yang beafiliasi dengan
Universitas Kashmir dan Universitas Cluster Srinagar di daerah India
Utara. Pengujian dilakukan dengan bantuan alat automasi TAW dan
aXe. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa situs web kampus yang
terafiliasi dengan Universitas Kashmir dan Universitas Cluster Srinagar
masih belum memberikan aksesibilitas penuh kepada pengguna
berdasarkan alat TAW yaitu masalah (2646), peringatan (15995), tidak
diulas (1356) sedangkan berdasarkan alat aXe pelanggaran (1951),
butuh diulas (1733).
2. Penelitian [5] yang berjudul “Evaluasi Aksesibilitas Website Resmi
Kementrian dan Lembaga Menggunakan Pedoman WCAG 2.0”
melakukan evaluasi aksesibilitas terhadap website resmi Kementrian
dan Lembaga Indonesia. Evaluasi dilakukan berdasarkan pedoman
WCAG 2.0 dengan menggunakan alat automasi achecker.ca. Hasil dari
penelitian yaitu tingkat kesalahan rata-rata berjumlah 101.755 error.
3. Penelitian [6] yang berjudul “Analisis Tingkat Aksesibilitas Halaman
Utama Situs Web Perguruan Tinggi di Indonesia Berdasarkan WCAG
2.0” melakukan analisis tingkat aksesibilitas halaman utama situs web
6
dengan bantuan alat evaluasi AChecker dan WAVE. Hasil dari analisis
kemudian dikategorikan kedalam kategori accessible, partially
accessible, dan inaccessible. Untuk mengetahui peringkat dampak
permasalahan yang mempengaruhi berkurangnya aksesibilitas web
peneliti menggunakan perhitungan WABS. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan 23,9% perguruan tinggi termasuk kedalam kategori
inaccessible.
4. Penelitian [7] yang berjudul “Accessibility Evaluation of Dubai e-
Government Websites : Findings and Implications” melakukan
evaluasi aksesibilitas terhadap situs web pemerintahan Dubai. Peneliti
menguji dengan bantuan alat automasi TAW dan EvalAccess2.0. Hasil
dari penelitian ini yaitu ditemukan masalah yang paling umum terkait
dengan tidak adanya padanan teks untuk elemen non-teks dan
kegagalan ekuivalen statis untuk konten dinamis.
5. Penelitian [8] yang berjudul “Evaluating the Accessibility of Provinces
E-government Websites in Indonesia” melakukan evaluasi aksesibilitas
terhadap situs web pemerintah provinsi Indonesia dengan
menggunakan alat automasi Total Validator dan Achecker. Hasil dari
penelitian ini dengan alat automasi Achecker 7 dari 34 situs pemerintah
provinsi memiliki 100 sampai 1000 kesalahan, sementara 23 dari 34
situs pemerintah provinsi memiliki lebih dari 1000 kesalahan dengan
total kesalahan tertinggi sebesar 4259. Namun, Total Validator
memberikan hasil yang berbeda, 23 dari 34 situs pemerintah provinsi
memiliki 100 sampai 1000 kesalahan sementara 8 dari 34 situs
pemerintah provinsi memiliki lebih dari 1000 kesalahan dengan total
kesalahan tertinggi sebesar 2928.
2.2 E-Government
E-Government adalah aplikasi informasi dan teknologi komunikasi
untuk meningkatkan fungsi administrasi pemerintah dan penyediaan
layanan publik. Fenomena ini dikenal dengan berbagai nama seperti layanan
pemerintah online, pemerintah digital, pemerintah terpadu dan lain-lain.
7
Pemerintah Indonesia telah membentuk kebijakan publik yaitu untuk
meningkatkan pengembangan e-government. Kebijakan ini didukung
melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional
dan Pengembangan Strategi E-Government. Melalui Instruksi Presiden No.
3 Tahun 2003, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk
meningkatkan E-Government dalam sekala besar [10]. Pelaksanaan e-Gov
tahap pertama, sesuai Inpres No 3 tahun 2003, dimana salah satu poin di
dalamnya adalah pembuatan situs (website) informasi di setiap lembaga.
Website sebagai langkah awal dalam implementasi e-Government menjadi
sangat penting dalam menyediakan informasi bagi masyarakat.
Menyediakan informasi baik bersifat umum maupun yang terkait khusus
dengan tugas pokok dan fungsi instansi diwajibkan kepada setiap instansi
pemerintah [11].
2.3 Aksesibilitas Web
Aksesibilitas berdasarkan World Wide Web Consortium (W3C)
secara umum adalah “aksesibilitas bearti bahwa orang – orang dengan
keterbatasan fisik dapat melihat,0memahami,0menavigasi,0dan
berinteraksi dengan web serta mereka dapat berkontribusi dengan web [12].
Aksesibilitas web dapat didefinisikan sebagai sejauh mana suatu situs dapat
diakses oleh orang sebanyak mungkin. Semakin banyak orang yang dapat
mengakses situs web maka semakin mudah diakses situs tersebut. Intinya,
aksesibilitas web menekankan untuk membuat situs web yang dapat diakses
oleh para penyandang cacat dan menghilangkan potensi hambatan untuk
mengakses yang disebabkan oleh desain situs web yang tidak
dipertimbangkan [13].
Pedoman Web Content Accessible Guidelines (WCAG) 2.0
menetapkan cara membuat konten situs lebih mudah diakses oleh para
penyandang cacat. Aksesibilitas melibatkan berbagai jenis cacat termasuk
penglihatan, pendengaran, fisik, bicara, kognitif, bahasa, pembelajaran, dan
cacat neurologis. Pedoman ini juga membuat konten web lebih bermanfaat
8
oleh individu yang lebih tua dengan kemampuan berubah karena penuaan
dan meningkatkan kegunaan bagi pengguna secara umum [14].
WCAG 2.0 dikembangkan melalui W3C bekerja sama dengan
individu dan organisasi di seluruh dunia, dengan tujuan memberikan standar
bersama untuk aksesibilitas konten web yang memenuhi kebutuhan
individu, organisasi, dan pemerintah internasional. WCAG 2.0 merupakan
versi terbaru WCAG 1.0 yang dikembangkan oleh W3C. Dalam WCAG 1.0
tiap pedoman sering merujuk pada teknologi tertentu. Pedoman WCAG 2.0
lebih luas serta dan tidak bias sehingga dapat dengan mudah diterapkan
pada teknologi web baru yang tidak diantisipasi [15].
Didalam WCAG 2.0 terdapat 4 prinsip yaitu
1. Perceivable (Dapat dipahami) – Komponen antarmuka dan
informasi pengguna harus dapat ditampilkan kepada pengguna
dengan cara yang dapat mereka rasakan. Tujuan pedoman ini
adalah untuk memastikan bahwa semua konten non-teks juga
tersedia dalam teks. Didalam prinsip perceivable terdapat hal-hal
yang perlu diperhatikan
a. Alternatif Teks – Memberikan teks alternatif untuk konten
non-teks apa pun sehingga dapat diubah menjadi bentuk
lain yang dibutuhkan orang, seperti cetakan besar, huruf
braille, ucapan, simbol, atau bahasa yang lebih sederhana.
b. Media Berbasis Waktu – Memberikan alternatif untuk
media berbasis waktu
c. Mudah Beradaptasi – Konten yang dapat disajikan dengan
cara yang berbeda (misalnya tata letak yang lebih
sederhana) tanpa kehilangan informasi atau struktur.
d. Dapat dibedakan – Memudahkan pengguna untuk melihat
dan mendengar konten termasuk memisahkan latar depan
dari latar belakang.
2. Operable (Dapat dioperasikan) - Jika semua fungsionalitas dapat
dicapai dengan menggunakan papan ketik, maka semua dapat
dicapai oleh pengguna papan ketik, pengguna dengan input
9
ucapan (input papan ketik), dengan mouse (menggunakan papan
ketik di layer), dan berbagai macam teknologi bantuan yang
menciptakan penekanan stimulasi. Adapaun didalam operable
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ;
a. Papan ketik dapat diakses - Semua fungsi tersedia dari
sebuah papan ketik.
b. Waktu yang cukup – Menyediakan waktu yang cukup bagi
pengguna untuk membaca dan menggunakan konten.
c. Kejang – Jangan mendesain konten yang dapat
menyebabkan/memancing kejang.
d. Dapat dinavigasi – Menyediakan cara untuk membantu
pengguna menavigasi, menemukan konten, dan
menentukan dimana mereka berada.
3. Understandable (Dapat dimengerti) – Orang – orang penyandang
cacat memiliki pengalaman terhadap teks dalam berbagai cara.
Beberapa pengalam secara visual; beberapa secara pendengaran;
beberapa secara taktil atau sentuhan dan untuk yang lain ada
secara visual dan pendengaran. Beberapa pengguna mengalami
kesulitan besar dalam mengenali kata-kata tertulis namun
memahami dokumen yang sangat kompleks ketika teks dibacakan
atau ketika proses diilustrasikan secara visual atau ditafsirkan
kedalam bahasa isyarat. Adapun didalam prinsip understandable
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ;
a. Dapat dibaca – Konten teks dapat dibaca dan dimengerti.
b. Dapat diprediksi – Membuat halam web muncul dan
beroperasi dengan cara yang dapat diprediksi.
c. Bantuan Input – Membantu pengguna menghindari dan
memperbaiki kesalahan.
4. Robust (Kokoh) – Tujuan dari prinsip ini adalah untuk mendukung
kompatibilitas dengan pengguna saat ini dan di masa depan,
terutama teknologi bantuan. Adapaun didalam robust terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah Kompatibel – Maksimalkan
10
kompatibilitas dengan pengguna saat ini dan masa depan termasuk
teknologi bantu.
2.4 Alat Evalutasi Automasi Aksesibilitas
TAW atau Test (T) Accessilibilidad (A) Web (W) adalah alat online
yang digunakan untuk menganalisis aksesibilitas web dengan keseluruhan
analisis global item dan halaman situs [16]. Tujuan TAW adalah untuk
memeriksa aksesibilitas desain dan pengembangan web untuk akses ke
setiap individu terlepas dari karakteristik web [16].
Axe atau accessibility (a) engine (e) powering browser extensions
(X) adalah alat pengujian sumber terbuka dan gratis, yang dikembangkan
oleh Deque. Alat ini berjalan di browser anda sebagai ekstensi untuk
Chrome dan juga Firefox. Instruksi analisis kerja alat seperti yang
dijelaskan dalam situs sistem Deque [17]. Dasbor menyediakan daftar
masalah dan berapa kali masalah terjadi pada halaman. Selain itu, alat ini
juga mendeskripsikan rinci tentang masalah, informasit tingkat keparahan
masalah dan jenis pedoman yang sedang dilanggar [3].
2.5 Statistika Data
Pada penilitian oleh Ismail [3] ini dikatakan representasi statistik
dikumpulkan dalam bentuk tabel dan grafik, apapun indikator statistik yang
digunakan untuk memahami hasil keseluruhan; tetapi juga dengan mudah
dan cepat untuk memahami kecenderungan kelompok sasaran terhadap
keluhan atau kritik yang dapat diakses melalui web. Sehingga peneliti
menggunakan analisis statistik yaitu statistik deskriptif dan uji normalitas.
2.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai
statistik atas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Ini berkaitan dengan penyajian fakta numerik, atau data, baik dalam
bentuk tabel atau grafik, dan dengan metodologi analisis data [18].
Dengan menggunakan statistik deskriptif dapat diketahui gambaran
atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
11
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan kemiringan distribusi (skewness).
2.5.2 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan guna mengetahui apakah
data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Ada dua cara untuk
mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan analisis statistik [19]. Dalam penelitian ini analisis grafik
yang digunakan berupa histogram, Box Plot dan Q-Q Plot. Untuk analis
statistik menggunakan uji Kolmogrov-Smirnoff