bab ii landasan teori...ajar, (2) keterampilan menejemen, (3) kedisiplinan dan ketertiban. 1....

20
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru. Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris Job performance atau actual performance yang artinya sebagai prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan bahwa: Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan perannya dengan standar yang spesifik dan jelas yang ditetapkan oleh organisasi. Seorang guru dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila seorang guru memiliki: (1) Keterampilan meng- ajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban. 1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengor- ganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Adapun keteram- pilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kinerja Mengajar Guru

    2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.

    Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris

    Job performance atau actual performance yang artinya

    sebagai prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai

    seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah

    kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang

    dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan

    kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan

    bahwa:

    Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu

    artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan

    oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi,

    pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh

    guru dalam menjalankan tugas dan perannya dengan standar yang spesifik dan jelas yang

    ditetapkan oleh organisasi. Seorang guru

    dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila

    seorang guru memiliki: (1) Keterampilan meng-

    ajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban.

    1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus

    memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengor-

    ganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan

    mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga

    terjadi proses belajar mengajar. Adapun keteram-

    pilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar

  • 10

    membuat persiapan dari rumah, (b) dalam

    mengajar seorang guru menggunakan berbagai

    gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan

    untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah,

    (d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan

    memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai

    nilai yang baik.

    2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru

    harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,

    siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan

    manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat

    adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b)

    dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak

    terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada

    kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh

    oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan

    belajar mengajar selalu berusaha untuk mengem-

    bangkan diri.

    3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru

    dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a)

    seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir

    di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan

    belajar mengajar tidak mengerjakan pekerjaan

    tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan

    pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab

    selama proses belajar mengajar, (d) guru menger-

    jakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya)

    tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar

  • 11

    guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif

    (2004) Menjelaskan bahwa:

    Sekolah merupakan salah satu bentuk dari

    organisasi dan tujuan dari sekolah adalah

    menciptakan pendidikan yang berkualitas.

    Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan

    keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah

    apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak

    efektif.

    Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang

    efektif merupakan suatu keharusan untuk perkem-

    bangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar

    di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi

    sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab

    yang luas terkait dengan mengajar, manajemen

    sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan,

    pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan

    pelayanan masyarakat (community services). Masih

    dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:

    Terdapat beberapa faktor yang memberikan kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu

    seorang guru harus mengajar secara efektif di

    kelas dan puas dengan gaya mengajar dan

    kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur

    waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya

    yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang

    mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat

    pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan

    tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar.

    Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena

    keterampilan antar pribadi guru juga menentukan

    kinerja mengajar, baik secara langsung maupun

    tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik

    kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas

    rendah.

  • 12

    Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan

    terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang

    bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di

    kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di

    sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang

    berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah

    kinerja mengajar guru. Hasil belajar siswa

    berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja

    mengajar seorang guru sangatlah berhubungan

    dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada

    faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta

    faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru

    tersebut melaksanakan tugas mengajar.

    Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam

    kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran

    merupakan inti dari proses pendidikan secara

    keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan

    utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan

    interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat

    dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling

    berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk

    mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran

    antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk

    merumuskan tujuan, memilih materi pelajaran,

    metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai

    alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.

  • 13

    2.1.2 Faktor-Faktor yang berhubungan Kinerja Mengajar Guru

    Kinerja mengajar guru secara signifikan

    dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor

    status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan

    pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang

    sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang

    rendah dibandingkan dengan guru yang belum

    menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan

    jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan hasil

    belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat

    mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa

    semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin

    baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang

    semakin banyak juga akan semakin meningkatkan

    kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah

    ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang

    meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri

    dengan di sekolah swasta di Pakistan menemukan

    bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk,

    sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.

    2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.

    Teacher Job Performance Scale skala digunakan

    untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui

    empat dimensi yaitu: (a) dimensi keterampilan

    mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c)

    dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi

    keterampilan komunikasi antar pribadi. Teacher Job

  • 14

    Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur

    kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan

    reliabel hasilnya adalah r (correctes item-total

    correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.

    TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru

    di tempat kerja dan dapat membantu untuk

    mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja

    mengajar guru pada tingkat individual dan organisa-

    sional serta membantu guru untuk meningkatkan

    kualitas dan efektifitas dalam mengajar.

    TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan

    mengukur 4 demensi, yaitu:

    1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki kete-

    rampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar

    secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya

    dan kualitas mengajarnya mencakup enam

    indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar

    yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai

    perkembangan anak dengan baik, (c) Mengajar

    siswa sesuai kapasitas mereka, (d) Membuat

    persiapan dari rumah sebelum mengajar, (e)

    Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f)

    Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin

    sehingga siswa merasa puas.

    2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru

    untuk mengatur waktu mengajar dan tugas-

    tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala

    sekolah dan departemen terdiri empat indikator,

    yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b)

  • 15

    Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak

    terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c)

    Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh

    oleh pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk

    mengembangkan diri.

    3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan

    keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah

    meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak

    mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar

    di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar

    dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan

    silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara

    metoda-metoda di dalam kelas.

    4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan kete-

    rampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan

    siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a)

    Menolong siswa yang mengalami masalah selain

    masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang

    baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan

    rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru

    untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memo-

    tivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan

    yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk

    pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah

    memecahkan masalah disekolah.

    Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher

    Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,

    yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak

    Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat

  • 16

    kategori pilihan jawaban dalam Teacher Job

    Perfomence Scale karena dalam Sukardi (2008)

    menyatakan bahwa:

    Berdasar pada pengalaman di masyarakat di

    Indonesia, ada kecenderungan seseorang atau

    responden memberikan pilihan jawaban pada katagori tengah bila menggunakan pilihan

    jawaban dengan katagori ganjil.

    2.2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah

    2.2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah

    Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di

    sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan

    dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal

    ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat

    menempatkan posisi pendidikan di level yang utama.

    Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas

    kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis

    saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala

    sekolah merupakan orang yang paling bertanggung-

    jawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah

    yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemim-

    pinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan

    antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak

    pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala

    sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh

    kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat:

    jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil

    resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil

    dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya

    akan diikuti oleh guru atau staf kerja.

  • 17

    Dari kepemimpinan yang profesional tersebut

    berarti juga merupakan proses menggerakkan, mem-

    pengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan

    orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya

    akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah

    dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan

    tugas kepala sekolah yaitu mempunyai dasar

    kompetensi kepribadian, manjerial, supervise dan

    kewirausahaan. Dari keempat kompetensi tersebut,

    yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi

    supervisi. Pelaksanaannya disesuaikan prosedur dan

    teknik-teknik yang tepat.

    Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala

    sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat

    yaitu EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator,

    Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak

    pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala

    sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally &

    Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifi-

    kasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:

    (1) peranan yang berkaitan dengan hubungan

    personal, mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau

    pemimpin, dan connection atau penghubung; 2) peran-an yang berkaitan dengan informasi,

    mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,

    disseminator, dan spokesman yang menyebarkan

    informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3)

    peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler,

    penyedia segala sumber, dan negosiator.

    3

  • 18

    Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu

    orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesu-

    atu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam

    perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua

    kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap

    saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan

    terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergan-

    tung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang mema-

    dai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat

    dibutuhkan peranannya.

    Bentuk-bentuk tugas di bidang administrasi

    adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan

    pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan

    tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,

    kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hu-

    bungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut,

    bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola kom-

    ponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan

    komponen organisasi sekolah yang berupa benda.

    Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas

    kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan

    guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupa-

    kan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru

    untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan

    situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya

    meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiat-

    an supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

  • 19

    2.2.2 Difinisi Supervisi Akademik

    Glickman (2014) menyatakan bahwa supervisi

    akademik adalah serangkaian kegiatan membantu

    guru mengembangkan kemampuannya dalam

    mengelola proses pembelajaran demi pencapaian

    tujuan pembelajaran.

    Serangkaian kegiatan membantu guru

    mengembangkan kemampuannya dilakukan dengan

    tiga tahapan yaitu pra-observasi, observasi

    pembelajaran, dan pasca observasi.

    1. Pra-observasi/pertemuan awal, meliputi: mencipta-

    kan suasana akrab dengan guru, membahas

    persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat

    kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus

    pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang

    akan digunakan.

    2. Observasi/pengamatan pembelajaran, meliputi:

    pengamatan difokuskan pada aspek yang telah

    disepakati, menggunakan instrumen observasi,

    instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan

    observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,

    tidak mengganggu proses pembelajaran.

    3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan meliputi:

    dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan

    bagaimana pendapat guru mengenai proses

    pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan

    data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri

    kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,

  • 20

    diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama

    pada aspek yang telah disepakati, berikan

    penguatan terhadap penampilan guru, hindari

    kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan

    sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral

    bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,

    tentukan bersama rencana pembelajaran dan

    supervisi berikutnya.

    Dengan dilakukannya tahapan-tahapan tersebut

    diharapkan proses pembelajaran mulai dari

    perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi

    pembelajaran dapat sesuai dengan tujuan

    pembelajaran.

    2.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi

    Akademik Kepala Sekolah

    Keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah

    ditentukan pula oleh faktor pendukung dan

    pengambatnya, faktor pendukung dan penghambat

    merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan karena

    sifatnya yang saling berlawanan dalam hubungan

    timbal balik.

    Dengan demikian aspek yang menjadi faktor

    pendukung sekaligus mungkin pula sebagai faktor

    penghambat, jika aspek itu lebih dominan sebagai

    faktor pendukung maka kecillah peranannya sebagai

    faktor penghambat begitu pula sebaliknya.

  • 21

    Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat

    keberhasilan supervisi akademik seperti yang

    dikemukakan oleh Glickman (2014) adalah segala

    aspek yang berhubungan dengan supervisi akademik

    yang menyangkut man dan materialnya. Person yang

    terkait dengan supervisi akademik adalah Pengawas

    sebagai pelaku supervisi, Kepala Sekolah, dan Guru,

    sedang unsur materialnya adalah segala sarana

    prasarana yang terkait dengan kegiatan supervisi

    akademik dan kegiatan pembelajaran. Sarana

    prasarana yang paling berpengaruh signifikan

    terhadap perbaikan proses pembelajaran dalam

    konteks kekinian adalah media pembelajaran berbasis

    teknologi informasi.

    Disamping Pengawas, Kepala Sekolah, guru, dan

    sarana prasarana pembelajaran, masih ada faktor

    yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi

    akademik yaitu beban kerja pengawas yang menjadi

    tanggung jawab kepengawasannya. Apabila beban

    kerja Pengawas melebihi beban yang telah ditentukan

    maka akan menjadi kendala atau faktor penghambat

    bagi kegiatan dan keberhasilan supervisi akademik.

    2.2.4 Langkah-langkah Supervisi Akademik

    Menurut Glickman (2014) Supervisi akademik

    sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi

    klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan

    melalui tahapan pra-observasi, observasi pembelajar-

  • 22

    an, dan pasca observasi. Hal yang perlu diperhatikan

    pada tahap pra-observasi, observasi dan pasca-

    observasi adalah:

    1. Pra-observasi/pertemuan awal meliputi: mencipta-

    kan suasana akrab dengan guru, membahas

    persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat

    kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus

    pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang

    akan digunakan.

    2. Observasi/pengamatan pembelajaran, meliputi:

    pengamatan difokuskan pada aspek yang telah

    disepakati, menggunakan instrumen observasi,

    instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan

    observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,

    tidak mengganggu proses pembelajaran.

    3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan, meliputi:

    dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan

    bagaimana pendapat guru mengenai proses

    pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan

    data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri

    kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,

    diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama

    pada aspek yang telah disepakati, berikan

    penguatan terhadap penampilan guru, hindari

    kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan

    sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral

    bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,

    tentukan bersama rencana pembelajaran dan

    supervisi berikutnya.

  • 23

    2.3 Kajian yang Relevan

    Ada beberapa jurnal sebagai penelitian

    terdahulu yang sudah membahas tentang

    kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru

    profesional, dan sekaligus dengan pelaksanaan

    supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah

    merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini,

    adalah sebagai berikut:

    1. Journal of Case Studies in Education berjudul

    leadership effectiveness and instructional

    supervision: the case of the failing twin menyatakan

    oleh Bloom (2003: 8) bahwa kepala sekolah sebagai

    administrator mempunyai kewajiban dalam

    melakukan supervisi dan monitoring secara

    teratur. Tujuannya untuk mengurangi benturan

    sumber daya manusia yang dikelola baik secara

    vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut

    digambarkan beberapa fenomena permasalahan

    pembelajaran, efektifitas kepemimpinan, penga-

    wasan pelatihan peningkatan kinerja guru.

    Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena

    dalam sebuah instansi pendidikan. Dijelaskan

    bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi

    pada efektifitas dan etos kerja yang tinggi akan

    membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang.

    Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat

    kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara

    efektif dan professional. Perlakuan dalam proses

  • 24

    peningkatan tersebut difokuskan pada

    peningkatan hasil perolehan keterampilan yang

    diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam

    anak merupakan cermin kepemimpinan yang

    efektif dan etos kerja yang tinggi.

    2. Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers:

    Discourse brokers at the managementteaching

    interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College

    of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan

    bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi

    dalam memanajemen guru. Kepala sekolah

    merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut.

    Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi

    yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan

    supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru

    dalam pendidikan. Supervisi ini mampu

    mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.

    Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan

    guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan

    masyarakat dengan sekolahan, pengelolaan

    kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam

    rangka pendayagunaan sumberdaya secara

    optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama

    dikelola dengan baik maka komponen-komponen

    yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian

    apabila faktor semangat guru sudah termotifasi

    dengan baik maka semua yang berkaitan dengan

    tugas guru akan menghasilkan produk yang

    optimal.

  • 25

    3. Canadian Journal of Educational Administration

    and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher

    Education Program Admission Criteria and What

    Beginning Teachers Need to know to be Successful

    Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam

    abstraknya melaporkan mengenai pemilihan

    program pendidikan guru yang prospektif. Program

    tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan

    perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru

    dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut

    mampu memproduksi guru professional.

    Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga

    merupakan keberhasilan seorang guru.

    4. Journal Effectiveness of the blended Supervision

    model: a case study of Student teachers learning to

    teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,

    Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan

    bahwa model supervisi merupakan upaya

    mengkolaborasikan atau mencampurkan model

    tutorial guru dan murid dalam pembelajaran.

    Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas

    diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang

    melakukan supervisi, yaitu apabila dalam

    penelitian terdahulu yang melakukan supervisi

    adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada

    penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru.

    Persamaannya adalah penggunaan metode

    kualitatif dan pembahasan metode supervisi

    dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.

  • 26

    5. Jurnal internasional berjudul Supervision as

    Professional Development: Compatible or Strange

    Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student

    Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3)

    bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru

    yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi

    guru sebagai tenaga pengajar. Prosesnya

    berlangsung secara berjangka atau bertahap yang

    dilakukan dalam rangka peningkatan

    pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang

    disupevisi. Dijelaskan pula bahwa professional

    dikembangkan melalui pengawasan yang

    profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi,

    karakter, semangat, dan sikap akan terbentuk,

    maka tugas keprofesionalannya lebih diakui.

    Profesional menun- jukkan kinerja yang mumpuni,

    dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan

    prestasi. Dengan kebijakan professional guru maka

    akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.

    6. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

    terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih

    memfokuskan pada peningkatan kinerja mengajar

    guru melalui supervisi akademik. Metode yang

    digunakan adalah eksperimen, dimana penelitian

    ini dilakukan pada taraf sekolah dasar. sedangkan

    persamaannya adalah sama-sama membahas cara

    peningkatan profesional guru melalui suatu

    pembinaan dalam bentuk supervisi.

  • 27

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran yang diajukan dalam

    penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti

    yang telah diuraikan diatas. Selanjutnya guna

    memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model

    penelitian sebagai berikut :

    Gambar 2.1 Model penelitian

    2.4 Hipotesis

    Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan

    jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitia, dimana rumusan masalah penelitian telah

    dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

    Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

    baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di

    Pre Test Kinerja Mengajar

    Guru Rendah

    Treatmen Supervisi Akademik

    Post Test Kinerja Mengajar Guru Meningkat

  • 28

    dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

    melalui pengumpulan data.

    Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat,

    maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

    HO = Tidak terdapat peningkatan secara signifikan

    antara supervisi akademik dengan kinerja

    mengajar guru.

    H1 = Terdapat peningkatan secara signifikan

    antara supervisi akademik dengan kinerja

    mengajar guru.