bab ii landasan teori a. tinjauan umum pemasaran 1...
TRANSCRIPT
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial di
mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang
bernilai satu sama lain. 1Pemasaran dapat didefinisikan sebagai hasil
aktivitas bisnis yang mengarahkan arus barang dan jasa dari produsen
ke konsumen dan mencakup pembelian, penjualan, transportasi,
pergudangan, standardisasi, tingkatan, financing, dan risiko. American
Marketing Association (1960) menyatakan bahwa pemasaran dapat
diartikan sebagai pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus
barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak
pemakai. Adapun Kotler memberikan definisi pemasaran sebagai,
“Societal process by which individuals and group obtain what they
need and want through creating, offering, and freely exchanging
product and service of value with others” (Sebuah proses dalam
masyarakat yang dengannya seseorang atau kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan,
memberikan, atau tukar-menukar produk dan jasa dengan orang lain).
1Thamrin Abdullah, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 14.
14
Konsep pemasaran yang muncul sekitar tahun
1960mengalihkan fokus pemasaran dari produk ke pelanggan.
Tujuannya adalah laba, tetapi caranya menjadi lebih luas termasuk
seluruh bauran pemasaran (marketing mix), atau dikenal dengan “empat
P”. Adapun beberapa hal yang perlu dipehatikan dalam pemasaran dari
sudut pandang pembeli, antara lain: 1) kebutuhan dan keinginan
konsumen (customer needs and wants); 2) biaya konsumen (cost to the
consumer); 3) kenyamanan (convenience), dan; 4) komunikasi
(communication).
Konsep pemasaran tersebut pada tahun 1990 sudah ketinggalan
zaman dan menuntut adanya konsep yang lebih strategis tentang
pemasaran. Konsep strategi pemasaran, merupakan suatu
perkembangan yang besar dalam sejarah pemikiran pemasaran, yaitu
mengubah fokus pemasaran dari pelanggan dan produk, ke pelanggan
dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas. Agar dapat
berhasil, pemasar harus mengetahui pelanggan dalam konteks termasuk
persaingan, kebijakan dan peraturan pemerintah, serta kekuatan-
kekuatan makro, ekonomi, sosial dan politik yang lebih luas, yang
membentuk perkembangan pasar. Dalam pemasaran global, hal ini
berkaitan dengan kerjasama yang erat antara pengusaha dan perunding
perdagangan pemerintah negara ataupun pejabat lain, begitu juga
dengan pesaing industri, agar dapat mengakses pasar negara sasaran.2
2Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), 4-6.
15
Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang
dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya
terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan syariah. Philip
Kotler mendifinisikan pemasaran sebagai “sebuah proses sosial dan
manajerial di mana individu-individu dan kelompok-kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk atau value
dengan pihak lainnya. Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti,
seperti: kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk-produk (barang-
barang, layanan, dan ide), value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar, serta
prospek.
2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh terpadudan
menyatu dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang
kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya pemasaran
suatu perusahaan.3 Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana
yang menyeluruh tentang kegiatan dan yang akan dijalankan untuk
dapat mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain
strategi pemasaran merupakan serangkaian tujuan dan sasaran,
3Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 168.
16
kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha
pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu.4
Penerapan strategi pemasaran antara perusahaan satu dengan
perusahaan yang lain berbeda, tetapi ada tiga strategi yang lazim atau
sering dilakukan oleh perusahaan seperti yang dikemukakan oleh
Michel E Perter yaitu keunggulan biaya, deferensiansi dan pemfokusan
biaya. Adapun strategi yang dipilih perusahaan itu merupakan
keputusan dan konsekuensi dari pihak manajemen untuk melaksanakan
dengan ketatnya persaingan saat ini. Maka keputusan strategi yang
dipilih perlu didukung dengan penerapan manajemen dan
kepemimpinan yang baik.5
Dalam proses pemasaran suatu perusahaan harus memperhatikan
tahap-tahap apa yang harus dilakukan. Tahap tersebut adalah:
1. Menganalisis kesempatan atau peluang pasar yang dapat
dimanfaatkan dalam usaha yang dilakukan perusahaan untuk
mencapai tujuan.
2. Penentuan sasaran pasar yang akan dilayani oleh perusahaan karena
setiap pasar terdiri dari kelompok konsumen yang berbeda
keinginan dan kebutuhan, maka perusahaan harus menentukan
segmentasi pasar yang akan dilayani sebagai sasaran pasar.
3. Menilai dan menetapkan strategi peningkatan posisi atau
kedudukan perusahan dalam persaingan pada sasaran pasar yang
4Mursyid, Manajemen Pemasaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 145.
5Bambang Darmadi, Taktik Bisnis dan Perspektif Pemasaran, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya,
1999), 99.
17
dilayani perusahaan harus punya pandangan atau keputusan
mengenai produk yang akan ditawarkan kepada pasar dalam
hubungan dengan bidang usahanya. Jadi perusahaan harus
menentukan produk yang ditawarkan agar sesuai dengan kebutuhan
sasaran pasar tersebut.
4. Mengembangkan sistem pemasaran dalam perusahaan yaitu dengan
pembagian tugas-tugas untuk mengembangkan dan meningkatkan
organisasi pemasaran sistem informasi pemasaran, sistem
perencanaan dan pengendalian pemasaran yang dapat menunjang
tercapainya tujuan perusahaan dalam melayani sasaran pasar.
5. Mengembangkan rencana pemasaran usaha. Pengembangan ini
diperlukan karena keberhasilan perusahaan terletak pada kualitas
rencana pemasaran agar dapat dirinci tujuan strategi dan taktik yang
digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi
perusahaan dalam persaingan pasar.
6. Menetapkan atau melaksanakan rencana pemasaran yang telah
disusun dan mengendalikannya. Dalam hal ini perusahaan harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi pada saat itu, sehingga
perlu taktik agar rencana berjalan lancar..6
6Assauri, Manajemen Pemasaran, 171-175
18
3. Etika dalam Fungsi Pemasaran
Bisnis tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemasaran.Sebab
pemasaran merupakan aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan atas program-program yang dirancang untuk
menghasilkan transaksi pada target pasar, guna memenuhi kebutuhan
perorangan atau kelompok berdasarkan atas saling menguntungkan,
melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan distribusi.
Pengertian tersebut mengarahkan kita bahwa orientasi
pemasaran adalah pasar. Sebab pasar merupakan mitra sasaran dan
sumber penghasilan yang dapat menghidupi dan mendukung
pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh
aktivitas pemasaran adalah berorientasi pada kepuasan pasar. Kepuasan
pasar adalah kondisi saling ridha dan rahmat antara pembeli dan
penjual atas transaksi yang dilakukan. Dengan adanya keridhaan ini,
maka membuat pasar tetap loyal terhadap produk perusahaan dalam
jangka waktu yang panjang. Dalam kerangka Islam, etika dalam
pemasaran tentunya perlu didasari pada nilai-nilai yang dikandung al-
Qur’an dan Hadits Nabi.7
7Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), 99.
19
B. Tinjauan Umum Pemasaran Dalam Etika Bisnis Islam
1. Etika Bisnis Islam
Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia
untuk bertindak dan bertanggungjawab, karena kepercayaannya
terhadap Allah. Hanya saja kebebasan manusia itu tidak mutlak, dalam
arti adalah kebebasan yang terbatas. Jika manusia memiliki kebebasan
mutlak, maka ia berartii menyaingi kemahakuasaan Allah selaku
pencipta semua makhluk, tanpa kecuali manusia itu sendiri.8
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat
akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu
tindakan terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika
didalam bisnis sudah tentu disepakati oleh orang-orang yang berbisnis
serta kelompok yang terkait lainnya.
Etika bisnis secara sederhana dapat diartikan pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi bisnis.9 Tetapi harus diingat
dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan
bagi aktifitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting,
mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.
Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Bisnis bagisebagian dari masyarakat, tidak bisa terlepas dari
norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan masyarakat
8Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang, 2007), 10.
9Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), 16.
20
dan bisnis yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika
tertentu dalm kegiatan bisnisnya, baik etika bisnis itu antara sesama
pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dengan bisnis seperti itu dapat
dilihat bahwa prinsip-prinsip ettika bisnis terwujud dalam satu pola
hubungan yang bersifat interaktif.10
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yang sangat terkait dengan
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yaitu:
1. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang
apa yang dianggap baik untuk dilakukan. Orang bisnis yang
otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis.
2. Prinsip Kejujuran
Kejujuran adalah suatu prinsip etika bisnis yang merupakan
suatu jaminan bagi kegiatan bisnis dan merupakan prinsip penting
yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis.Prinsip ini merupakan
modal utama bagi pelaku bisnis manakala diinginkan bisnisnya
mendapat kepercayaan dari partner dan masyarakat.
10
Ibid, 5.
21
3. Prinsip Keadilan
Prinsip yang menuntut agar kita memperlakukan orang lain
sesuai dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan tidak
boleh dilanggar.11
Dalam kegiatan bisnis dituntut untuk bersikap
dan berperilaku adil terhadap semua pihak yang terlibat, sehingga
antara sikap dan perilaku yang dilakukan jangan mengandung
ketidakadilan. Sebab ketidakadilan merupakan sumber kegagalan
yang akan dialami perusahaan atau pelaku bisnis.
4. Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat
Dalam berbisnis harus berniat baik dan tidak jahat terhadap
semua pihak. Dengan niat yang baik, maka tujuan yang dicapai
perusahaan atau pelaku bisnis akan menjadi bahan ukur bagi
masyarakat untuk menilai keberhasilan perusahaan tersebut.
5. Hormat pada Diri Sendiri
Prinsip hormat pada diri sendiri adalah penghargaan yang
positif pada diri sendiri.Sebuah upaya dalam perilaku bagaimana
penghargaan terhadap diri sendiri itu diperoleh.12
Sistem ekonomi diibaratkan sebagai sebuah bangunan
rumah. Sebuah rumah yang berdiri tegak dan kokoh yang memiliki
tiga komponen, yaitu: fondasi, tiang, dan atap. Maka ekonomi
Islam juga memiliki fondasi, tiang penyangga, dan atap. Sehingga
dengan adanya tiga komponen yang baik, maka bangunan akan
11
Sonny Keraf, Etika bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 75-79. 12
Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), 19-20.
22
nyaman dihuni. Bangunan tersebut tidak akan goyah diterpa angin,
dan akan kuat dalam menghadapi benccana. Etika bisnis Islam
menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran, dan
semangat kekeluargaan. Ini dikarenakan adanya aturan-aturan di
dalam etika bisnis Islam yaitu dalam bisnis ada ketauhidan, adil,
nubuwah, khalifah serta Ma’ad.
Gambar 1:
Rancang Bangun Ekonomi Islam
Rancang bangun ekonomi Islam mengandung makna,
bahwa:13
Tauhid
Allah pemilik sejati seluruh yang ada di alam semesta
Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, dan
manusia diciptakan untuk beribadah
13
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: YKPN, 2002), 5.
AKHLAK
MULTI
JENIS
KEPEMILIK
AN
KEBEBASAN
BERAKTIFI
TAS
KEADILAN
SOSIAL
TAUHID
ADIL
NUBUWAH KHILAFAH MA’AD
Perilaku
islam
dalam
bisnis dan ekonomi Prinsip
Sistem
Ekonomi
Islam
Teori
Ekonomi
Islam
23
Adil
Tidak mendhalimi dan tidak di dzalimi
Pelaku bisnis dan ekonomi tidak boleh mengejar
keuntungan pribadi
Nubuwah
Siddiq: Efektivitas (tujuan yang tepat dan benar), dan
Efisien (melakukan kegiatan dengan benar dan metode yang
tidak menyebabkan kemubadziran)
Amanah: bertanggungjawab dan dapat dipercaya
Fathonah: Cerdik, Bijaksana, Cerdas
Tabligh
Khalifah
Manusia sebagai khalifah di muka bumi, sebagai pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
dipimpinnya.
Khalifah harus berakhlak seperti sifat-sifat Allah (Asmaul
Husna)
Ma’ad
Dunia bagi manusia adalah untuk bekerja dan beraktifitas
untuk mendapatkan return
Keuntungan harus mencakuup untung dunia dan akhirat
Dalam Etika bisnis Islam sudah pasti bersumber dari
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad
24
SAW.Sesungguhnya Al-Qura’an telah memberikan acuan
para pelaku bisnis dalam menjalankan atau mengelola
bisnis secara Islami. Dan setidaknya mengandung empat
elemen landasan di dalam sistem etika, yaitu: landasan
tauhid, landasan keseimbangan, landasan kehendak bebas,
dan landasan tanggung jawab.14
1. Landasan tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan yang sangat
filosofis yang dijadikan sebagai fondasi utama langkah
seorang muslim yang beriman dalam menjalankan
fungsi kehidupannya. Seperti yang dinyatakan dalam
firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am:126-127:
“Dan inilah jalan Tuhanmu (jalan) yang
lurus.Sesungguhnya kami telah menjelaskan ayat-ayat
(kami) kepada orang-orang yang mengambil
pelajaran. Bagi mereka (disediakan) darussalam
(surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung
14
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), 32.
25
mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu
mereka kerjakan”.(QS. Al-An’am:126-127)15
Menurut kebenaran agama (Islam), pasti dijamin
keakuratannya, dalam rangka mencapai kebaikan dan
keberuntungan secara bersama.
Manusia menyadari bahwa kebenaran atau kebaikan
itu dapat diambil pelajaran oleh manusia setelah melalui
berbagai pengalaman, baik secara empirik maupun analitik
perenungan atau mungkin secara perjalanan spriritual yang
cukup panjang oleh manusia yang dianugrahi hidayah dari
Allah SWT.
Jadi secara kontektual kehidupan bisnis dapat dinyatakan
bahwa:
Manusia mengkonsumsi dengan konteks niat beribadah
melaksanakan perintah Allah SWT. (QS. Al-Baqarah:168)
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi bagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”.16
15
Al-Qur’an, 6:126-127. 16
Al-Qur’an, 2: 168.
26
Manusia muslim berproduksi karena memenuhi perintah Allah
SWT. (QS. Al-Mulk:15)
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan”.17
2. Landasan keseimbangan (keadilan)
Landasan keadilan di dalam ajaran Islam merupakan inti
dan orientasi final yang harus dicapai dan dilakukan oleh manusia
dalam aktifitasnya.Hal ini terdapat pada firman Allah SWT dalam
QS. Al-Hadid:25
17
Al-Qur’an, 67:15.
27
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al-Kitab dan neeraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-
rasul Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Hadid:25)18
Implementasi ajaran keadilan atau keseimbangan pada
kegiatan bisnis harus dikaitkan dengan pembagian manfaat kepada
semua komponen dan pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam bisnis, maka etika bisnis yang dilakukan oleh
orang Islam yang beriman dengan berpedoman pada Al-Qur’an,
Sunnah Nabi, Ijma’, dan Qiyas. Karena Al-Qur’an dan sunnah
Nabi mengutamakan pada keseimbangan dan keadilan.
3. Landasan Kehendak Bebas
Islam sangat memberikan keleluasaan terhadap manusia
untuk menggunakan segala potensi sumber daya yang
dimiliki.Karena manusia di satu sisi memiliki atau dianugrahi oleh
Allah SWT unsur potensi emosi, akal daya nalar atau argumentasi.
Dan disisi lain manusia dianugrahi berupa kemampuan dasar
spiritual, akal budi dan naluri. Sehingga dengan potensi budaya ini
18
Al-Qur’an, 57:25.
28
manusia mampu berkreasi menciptakan segala produk budaya yang
mampu membedakan manusia dengan makhluk lain yang
diciptakan Allah di muka bumi ini.
Tetapi harus diingat, bahwa dalam mengfungsikan potensinya
manusia membutuhkan orang lain. Manusia melaksanakan
kerjasama untuk mengahasilkan prestasi-prestasi atau produktifitas
dan hasil budi daya. Oleh karena itu, dalam berprestasi manusia
tidaklah sendirian dalam menggapai prestasi-prestasi tersebut,
tetapi hasil jerih payah kreatifitas tersebut diperoleh, karena ada
juga fungsi keterlibatan masyarakat sebagai pemilik sumber daya
lain, termasuk masyarakat luas sebagai pendukungnya.
4. Landasan Tanggung Jawab
Segala kebebasan dalam melakukan aktifitas bisnis maka
manusia tidak lepas dari pertanggungjawaban yang harus diberikan
manusia atas aktifitas yang dilakukan. Namun manusia dengan
segala fasilitas dan sarana kehidupan yang dimiliki secara amanah
ini hanya sekedar diserahi amanah untuk mengelola secara benar
sesuai petunjuk-petunjuk Allah di dalam Al-Qur’an dan sunnah
Nabi.
Kebebasan yang dimiliki manusia dalam menggunakan
potensi sumber daya mesti memiliki batas-batas tertentu, dan tidak
dipergunakan sebebas bebasnya tanpa batas, melainkan dibatasi
oleh koridor hukum, norma dan etika yang tertuang dalam Al-
29
Qur’an dan Sunnah Rasul. Selain itu untuk memenuhi konsep
keadilan dan kesatuan seperti yang kita lihat dalam ciptaan Allah,
manusia harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.19
2. Perbedaan Bisnis Islami dengan non-Islami
Menurut Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet
Widjajakusuma, ada beberapa perbedaan antara bisnis Islam dan bisnis
non-Islam. Dari karakteristik asas, bisnis Islam menggunakan akidah
Islam (nilai-nilai transidental), sedangkan bisnis non-Islami
menggunakan sekularisme (nilai-nilai materialisme). Dari segi
motivasi, bisnis Islam mengutamakan dunia akhirat dan orientasinya
pada profit, zakat dan benefit (non materi), pertumbuhan,
keberlangsungan, dan keberkahan. Sedangkan orientasi pada bisnis
non-Islam adalah mengutamakan profit, pertumbuhan dan
keberlangsungan dan motivasinya mengutamakan dunia. Etos kerja
pada bisnis Islam sangat tinggi dan bisnis merupakan bagian dari
ibadah. Pada bisnis Islam karakteristik amanah, terpercaya dan
bertanggungjawab dan mempunyai tujuan tidak menghalalkan segala
cara, sedangkan pada bisnis non-Islam adalah tergantung kemauan
individu (pemilik kapital) dan tujuannya menghalalkan segala cara.
Dari sisi manajemen operasional bisnis Islam adalah jaminan halal dari
setiap masukan, proses dan keluaran, mengedepankan produktivitas
dalam koridor syariah, sedangkan pada bisnis non-Islam adalah tidak
19
Beekum, Etika Bisnis Islam, 40.
30
terdapat jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran
keuangan, mekanisme keuangan dengan bunga. Dari sisi manajemen
pemasaran, bisnis Islam pemasarannya dalam koridor jaminan halal
dan pada bisnis non-Islam, pemasarannya menghalalkan segala cara.
Bisnis Islam, manajemen SDM nya profesional dan berkepribadian
Islam karena SDM adalah pengelola bisnis dan SDM nya bertanggung
jawab pada diri, majikan, Allah. Sedangkan pada bisnis non-Islam,
manajemen SDMnya profesional dan SDM adalah aktor produksi dan
SDM bertanggung jawab pada diri dan majikan.20
3. Pemasaran Dalam Etika Bisnis Islam
Pemasaran dalam etika bisnis Islam merupakan aplikasi
kegiatan usaha dalam memasarkan dan mengatur perilaku bisnis Islam
pada etika umumnya. Etika pemasaran diperlukan sebagai disiplin
terpisah dan diterapkan pada dunia bisnis atau dikembangkan
memasuki masalah-masalah moral dalam dunia bisnis pemasaran yang
Islami.21
Kerangka pemasaran dalam bisnis Islam sangat
mengedepankan adanya konsep rahmad dan ridho baik dari penjual,
pembeli, sampai dari Allah. Dengan demikian aktifitas pemasaran
harus didasari pada etika dalam pemasarannya. Sehubungan dengan ini
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Etika pemasaran dalam konteks produk
20
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), 13-15. 21
Muhammad, Etika Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2004),
64.
31
- Produk yang halal dan thayyib
- Produk yang berguna dan dibutuhkan
- Produk yang berpotensi ekonomi dan benefit
- Produk yang bernilai tambah yang tinggi
- Dalam jumlah yang berskala ekonomi sosial
- Produk yang dapat memuaskan masyarakat
2) Etika pemasaran dalam konteks harga
- Beban biaya produk yang wajar
- Sebagai alat kompetitis yang sehat
- Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat
- Margin perusahaan yang layak
- Sebagai alat daya tarik bagi konsumen
3) Etika pemasaran dalam konteks distribusi
- Sarana kompetensi memberikan pelayanan kepada masyarakat
- Kecepatan dan ketepatan waktu
- Keamanan dan keutuhan barang
- Konsumen mendapat pelayanan tepat dan cepat
4) Etika pemasaran dalam konteks promosi
- Sarana memperkenalkan barang
- Informasi kegunaan dan kualifikasi barang
- Sarana daya tarik barang terhadap konsumen
32
- Informasi fakta yang ditopang kejujuran22
22
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: YKPN, 2002), 101.