bab ii landasan teori a. tinjauan pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k5409010_bab2.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penggunaan lahan tiap daerah berbeda-beda. Perbedaan penggunaan lahan
dipengaruhi oleh keadaan alam dan kebutuhan manusia yang berada di wilayah
tersebut.
Land Use is characterized by the arrangements, activities and inputs by
people to produce, change or maintain a certain land cover type. (Di
Gregorio and Jansen, dalam FAO/UNEP, 1999: 7).
Penggunaan Lahan ditandai dengan pengaturan, kegiatan dan masukan
oleh orang-orang untuk memproduksi, mengubah atau mempertahankan jenis
tutupan lahan tertentu. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap
bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Arsyad, 2010:
311). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan
tergantung pada kebutuhan manusia, baik itu sesuai ataupun tidak.
1. Fungsi Kawasan
Fungsi kawasan terbagi menjadi empat yaitu kawasan lindung, kawasan
penyangga, dan kawasan budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya
tanaman semusim.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2009 “Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan”. Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
(Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008: 8).
Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang
keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha,
7
8
dkk 2006) dalam Muryono (2008: 8). Kawasan penyangga ini merupakan batas
antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan (PP RI No. 26 tahun 2008). Kawasan
budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan
budidaya tanaman semusim.
Berdasarkan uraian Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT)
dalam Asdak (2007: 413) membagi lahan berdasarkan karakteristik fisik DAS
yang terdiri dari kemiringan lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan
merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa
lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata yang kemudian dilakukan
teknik skoring untuk mengklasifikasikan tiap satuan lahan kedalam kelompok
kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan atau budidaya tanaman
semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik.
Berikut ini adalah kriteria yang digunakan Balai Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah (RLKT) Departemen Kehutanan menurut SK Menteri Pertanian
No. 837/Kpts/Um/11/1980 untuk menentukan status kawasan berdasarkan
fungsinya :
a. Kawasan Fungsi Lindung
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan
atau lebih besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai
berikut :
1) Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %
2) Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap
erosi (regosol, lotisol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan
lereng > 15%
3) Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter
di kanan kiri alur sungai
9
4) Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 meter dari pusat mata air.
5) Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas
permukaan laut.
Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan
lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung selain ditetapkan berdasarkan
karakteristik lahannya, dapat juga ditetapkan berdasarkan nilai kepentingan obyek,
dimana setiap orang dilarang melakukan penebangan hutan dan mengganggu serta
merubah fungsinya sampai pada radius atau jarak yang telah ditentukan. Kawasan
lindung yang ditetapkan berdasarkan keadaan tersebut di atas disebut sebagai
kawasan lindung setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :
1) Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan
Presiden No. 32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-
kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri
anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan
permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.
2) Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan disekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi utama
air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/1980
ditetapkan bahwa pelindung mata air ditetapkan sekurang-kurangnya dengan
jari-jari 200 meter di sekeliling mata air.
3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta ruang
disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan
dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990).
Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi budaya kekayaan
budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeolog dan monumen
nasional dan keanekaragaman bentukan geologi yang berguma untuk
10
mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
b. Kawasan Fungsi Penyangga
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125 -
174 serta memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya.
2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
3) Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta
sesuai untuk dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Selain itu areal tersebut
harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.
d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya
tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang
seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim. Selain memenuhi kreteria
tersebut diatas, untuk kawasan permukiman harus berada pada lahan yang
memiliki lereng mikro tidak lebih dari 8%.
2. Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam
satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan
perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus menerus (Soil
Society of America, 1982 dalam Sitorus, 2004: 67). Menurut Arsyad (2010: 315)
Klasifikasi Kemampuan Lahan (Land Capability Classification) adalah penilaian
lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke
dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan
11
penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Dari dua pengertian diatas dapat
disimpulkan klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan
berdasarkan kemampuan dan sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat
untuk penggunaan secara intensif dan lestari.
Klasifikasi kemampuan lahan dikategorikan menjadi tiga kategori menurut
intensitas faktor penghambat,yaitu kelas, sub-kelas, dan unit pengelolaan. Sub-
kelas menunjukkan jenis faktor penghambat yang terdapat didalam kelas,
sedangkan unit pengelolaan yaitu merupakan pengelompokan tanah yang memiliki
respon yang sama terhadap sistem pengelolaan tertentu. (Sitorus, 2004: 69).
a. Kategori Kelas
Kelas merupakan tingkat yang tertinggi dan bersifat luas dalam struktur
klasifikasi. Penggolongan kedalam kelas didasarkan atas intensitas faktor-faktor
penghambat yang permanen atau sulit diubah (Sitorus, 2004: 69). Dalam Arsyad
(2010: 324 - 329) Kelas kemampuan lahan dikategorikan dalam 8 kelas
kemampuan lahan, yaitu :
1) Kelas I
Lahan kelas kemampuan I mempunyai sedikit hambatan yang membatasi
penggunaannya, sehinggan lahan kelas I dapat digunakan untuk berbagai
penggunaan lahan. Tanah-tanah dalam kelas kemampuan I mempunyai salah satu
atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut :
a) Terletak pada topografi datar (kemiringan lereng ≤ 3%)
b) Kepekaan erosi sangat rendah sampai rendah
c) Tidak mengalami erosi
d) Mempunyai kedalaman efektif yang dalam
e) Umumnya berdrainase baik
f) Mudah diolah
g) Kapasitas menahan air baik
h) Subur atau responsif terhadap pemupukan
i) Tidak terancam banjir
j) Di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
umumnya. (Arsyad, 2010: 324)
12
2) Kelas II
Tanah-tanah dalam kelas kemampuan II memiliki beberapa hambatan atau
ancaaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau
mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Hambatan atau
ancaman kerusakan pada kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari faktor
berikut :
a) Lereng yang landau atau berombak (> 3% - 8 %)
b) Kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang
c) Kedalaman efektif sedang
d) Struktur tanah dan daya olah agak kurang baik
e) Salinitas sedikit sampai sedang atau terdapat garam natrium yang mudah
dihilangkan akan tetapi besar kemungkinan timbul kembali
f) Kadang-kadang terkena banjir yang merusak
g) Kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada
sebagai pembatas yang sedang tingkatannya
h) Keadaan iklim agak kurang sesuai bagi tanaman dan pengelolaan (Arsyad,
2010: 325)
3) Kelas III
Tanah-tanah dalam lahan kelas III mempunyai hambatan yang berat yang
mengurangi pilihan penggunaan lahan atau memerlukan tindakan konservasi
khusus atau keduanya. Hambatan atau ancaman kerusaakan mungkin disebabkan
oleh salah satu dari beberapa hal berikut :
a) Lereng yang agak miring atau bergelombang (> 8 – 15%)
b) Kepekaan terhadap erosi agak tinggi sampai tinggi atau telah mengalami
erosi sedang
c) Selama satu bulan setiap tahun dilanda banjir selama waktu lebih dari 24
jam
d) Lapisan bawah tanah yang berpermeabilitas agak cepat
e) Kedalamannya dangkal terhadap batuan, lapisan padas keras(hardpan),
lapisan rapuh(fragipan), atau lapisan liat padat(claypan) yang membatasi
perakaran dan kapasitas simpanan air
13
f) Terlalu basaah atau masih terus jenuh air setelah didrainase
g) Kapasitas menahan air rendah
h) Salinitas atau kandungan natrium sedang
i) Kerikil atau batuan dipermukaan tanah sedang
j) Hambatan iklim yang agak kasar (Arsyad, 2010: 326)
4) Kelas IV
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah didalam lahan kelas
IV lebih besar daripada tanah-tanah didalam kelas III, dan pilihan tanaman juga
lebih terbatas. Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah didalam kelas IV
disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut :
a) Lereng yang miring atau berbukit (> 15% - 30%)
b) Kepekaan erosi yang sangat tinggi
c) Pengaruh bekas erosi agak berat yang telah terjadi
d) Tanahnya dangkal
e) Kapasitas menahan air yang rendah
f) Selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang lamanya lebih
dari 24 jam
g) Kelebihan air bebas dan ancaman penjenuhan atau penggenangan terus
terjadi setelah didrainase (drainase buruk)
h) Terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah
i) Salinitas atau kandungan natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat)
j) Keadaan iklim yang kurang menguntungkan (Arsyad, 2010: 327)
5) Kelas V
Tanah-tanah didalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan tetai
mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan yang membatasi
pilihan penggunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang
penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung, dan cagar alam. Contoh tanah
kelas V adalah :
a) Tanah-tanah yang sering dilanda banjir sehingga sulit digunakan untuk
penanaman tanaman semusim secara normal
14
b) Tanah-tanah datar yang berada dibawah iklim yang tidak memungkinkan
produksi secara normal
c) Tanah datar atau hampir datar yang > 90 % permukaannya tertutup batuan
atau kerikil
d) Tanah-tanah tergenang yang tidak layak didrainase untuk tanaman
semusim tetapi dapat ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan (Arsyad,
2010: 327 - 328)
6) Kelas VI
Tanah-tanah dalam kelas VI mempunyai hambatan yang berat yang
menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian.
Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput,atau padang penggembalaan,
hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam. Tanah-tanah dalam kelas VI
mempunyai pembatas atau ancaman kerusaakan yang tidak dapat dihilangkan,
berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut :
a) Terletak pada lereng agak curam (> 30% - 45%)
b) Telah tererosi berat
c) Kedalaman tanah sangat dangkal
d) Mengandung garam larut atau natrium (berpengaruh hebat)
e) Daerah perakaran sangat dangkal
f) Iklim tidak sesuai (Arsyad, 2010: 328)
7) Kelas VII
Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Jika digunakan
untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha
pencegahan erosi yang berat. Tanah-tanah kelas VII mempunyai beberapa
hambatan atau ancaman kerusakan yang berat dan tidak dapat dihilangkan seperti :
a) Terletak pada lereng yang curam (> 45% - 65%)
b) Telah tererosi sangat berat berupa erosi parit yang sulit diperbaiki
(Arsyad, 2010: 329)
15
8) Kelas VIII
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai
untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan
lindung, tempat rekreasi, atau cagar alam. Pembatasaan atau ancaman kerusakan
pada kelas VIII dapat berupa :
a) Terletak pada lereng yang sangat curam (> 65 %)
b) Berbatu kerikil (lebih dari 90% volume tanah terdiri dari batu atau kerikil
atau lebih dari 90% permukaan tanah tertutup batuan)
c) Kapasitas menahan air sangat rendah (Arsyad, 2010: 329)
b. Kategori Sub-kelas
Sub-kelas adalah pengelompokan unit kemampuan lahan yang mempunyai
jenis hambatan atau ancaman dominan yang sama jika digunakan untuk pertanian
(Arsyad, 2010: 330). Terdapat beberapa jenis hambatan atau ancaman yang
dikenal pada sub-kelas yaitu :
Sub-kelas e : menunjukan ancaman erosi yang diketahui dari kecuraman lereng
dan kepekaan erosi tanah
Sub-kelas w : menunjukan hambatan yang disebabkan oleh drainase buruk,
kelebihan air, atau banjir yang merusak tanaman
Sub-kelas s : menunjukan hambatan daerah perakaran seperti :
a. Kedalaman tanah terhadap batu atau lapisan yang
menghambat perkembangan akar
b. Adanya batuan dipermukaan lahan
c. Kapasitas menahan air yang rendah
d. Sifat-sifat kimia yang sulit diperbaiki
Sub-kelas c : menunjukkan adanya factor iklim (temperature dan curah hujan)
menjadi pembatas penggunana lahan
16
c. Kategori Unit Pengelolaan
Satuan kemampuan adalah pengelompokan lahan yang sama atau hampir
sama kesesuaiannya bagi tanaman dan memerlukan pengelolaan yang sama atau
memberi tanggapan yang sama terhadap masukan pengelolaan atau perlakuan
yang diberikan (Arsyad, 2010: 331)
Berikut parameter yang digunakan dalam menentukan kemampuan lahan
di setiap lahan menurut Arsyad (2010: 336) :
1) Kecuraman Lereng (l)
Kecuraman lereng dikelompokkan sebagai berikut :
l0 = (A) = 0 ≤ 3% : Datar
l1 = (B) = 3 – 8% : Landai atau berombak
l2 = (C) = 8 – 15% : Agak miring atau bergelombang
l3 = (D) = 15 – 30% : Miring atau berbukit
l4 = (E) = 30 – 45% : Agak curam atau bergunung
l5 = (F) = 45 – 65% : Curam
l6 = (G) = > 65% : Sangat curam
2) Erosi (e)
Kerusakan erosi dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
e0 = Tidak ada erosi
e1 = Ringan : < 25% lapisan atas hilang
e2 = Sedang : 25 – 75% lapisan atas hilang
e3 = Agak berat : > 75% lapisan atas – 25% lapisan bawah hilang
e4 = Berat : > 25% lapisan bawah hilang
e5 = Sangat berat : Erosi parit
3) Kedalaman Tanah (k)
Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
k0 = > 90cm : Dalam
k1 = 90 – 50cm : Sedang
k2 = 50 – 25cm : Dangkal
k3 = < 25cm : Sangat dangkal
17
4) Tekstur Tanah (t)
Untuk penentuan klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan tanah
dikelompokkan sebagai berikut :
t1 = Halus : Liat, liat berpasir, liat berdebu
t2 = Agak halus : Lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat
berdebu
t3 = Sedang : Lempung, lempung berdebu, debu
t4 = Agak kasar : Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung
berpasir sangat halus
t5 = Kasar : Pasir, pasir berlempung
5) Permeabilitas (p)
Permeabilitas tanah dikelompokkan sebagai berikut :
p1 = Lambat : < 0,5 cm
p2 = Agak lambat : 0,5 – 2,0 cm
p3 = Sedang : 2,0 – 6,25 cm
p4 = Agak cepat : 6,25 – 12,5 cm
p5 = Cepat : > 12,5 cm
6) Drainase (d)
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
d0 = Berlebihan : Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat
sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga
tanaman akan segera mengalami kerusakan.
d1 = Baik : Tanah mempunyai peredaran udara baik. Profil
tanah dari atas ke bawah (150 cm) berwarna terang
yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat, atau kelabu.
d2 = Agak baik : Tanah memiliki peredaran udara baik di perakaran.
Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning,
coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian
atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari
permukaan tanah)
18
d3 = Agak buruk : Lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara
baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna
kuning, kelabu, atau coklat. Bercak-bercak
ditemukan pada seluruh lapisan bagian bawah
(sekitar 40 cm dari permukaan tanah)
d4 = Buruk : Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan
terdapat warna atau bercak-bercak berwarna
kelabu, coklat dan kekuningan.
d5 = Sangat buruk : Seluruh lapisan sampai permukaan tanah
berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah
berwarna kelabu atau terdapat bercak-
bercak kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah dalam
waktu yang lama sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
7) Faktor-faktor Khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan, dan
bahaya banjir.
a) Kerikil
Kerikil adalah bahan kasar berdiameter lebih besar dari 12 mm - 7,5 cm.
Kerikil didalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai
berikut :
b0 = Tidak ada/ sedikit : 0 – 15% volume tanah
b1 = Sedang : 15 – 50% volume tanah
b2 = Banyak : 50 – 90% volume tanah
b3 = Sangat banyak : > 90% volume tanah
b) Batuan kecil
Batuan kecil adalah bahan kasar berdiameter 7,5cm – 25cm. Banyaknya
batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = Tidak ada/ sedikit : 0 – 15% volume tanah
19
b1 = Sedang : 15 – 50% volume tanah : Pengolahan agak
sulit
b2 = Banyak : 50 – 90% volume tanah : Pengolahan
sangat sulit
b3 = Sangat banyak : > 90% volume tanah : Pengolahan tidak
mungkin
dilakukan
c) Batuan lepas
Batuan lepas adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan
berdiameter > 25 cm atau bersumbu > 40 cm. Penyebaran batuan lepas
diatas permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = Tidak ada
b1 = Sedikit
b2 = Sedang
b3 = Banyak
b4 = Sangat banyak
d) Batuan tersingkap
Penyebaran batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = Tidak ada : < 2% permukaan tanah tertutup
b1 = Sedikit : 2 – 10% permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman agak
terganggu
b2 = Sedang : 10 – 50% permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman
terganggu
b3 = Banyak : 50 – 90% permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman sangat
terganggu
b4 = Sangat banyak : >90% permukaan tanah tertutup, tanah
sama sekali tidak dapat digarap.
20
e) Ancaman banjir/genangan
Ancaman banjir atau penggenangan air dikelompokkan sebagai berikut :
o0 = Tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak
pernah tertutup banjir untuk waktu lebih
dari 24 jam.
o1 = kadang-kadang : banjir yang menutupi tanah lebih dari 24
jam terjadinya tidak teratur dalam periode
kurang dari satu bulan.
o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur
tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu
dilanda banjir lamanya lebih dari 24 jam.
o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir
secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.
3. Konservasi Lahan
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang
terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have),
namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt
yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep
konservasi. Dalam pidatonya Theodore Roosevelt mengatakan
"Conservation means development as much as it does protection. I recognize the
right and duty of this generation to develop and use the natural resources of our
land but I do not recognize the right to waste them, or to rob, by wasteful use, the
generations that come after us... Moreover, I believe that the natural resources
must be used for the benefit of all our people, and not monopolized for the benefit
of the few... Of all the questions which can come before this nation, short of the
actual preservation of its existence in a great war, there is none which compares
in importance with the great central task of leaving this land even a better land
for our descendants than it is for us, and training them into a better race to
inhabit the land and pass it on. Conservation is a great moral issue, for it
involves the patriotic duty of insuring the safety and continuance of the nation."
(Osawatomie, Kansas: 1910)
21
Konservasi berarti pembangunan seperti halnya perlindungan. Aku
mengakui hak dan kewajiban dari generasi ini untuk mengembangkan dan
menggunakan sumber daya alam dari tanah kami tapi saya tidak mengakui hak
menyia-nyiakan mereka, atau untuk merampas, dengan boros menggunakannya.
generasi akan datang setelah kami ... Selain itu, saya percaya bahwa sumber daya
alam harus digunakan untuk kepentingan semua rakyat kita, dan tidak
memonopoli untuk kepentingan beberapa ... dari semua pertanyaan yang bisa
datang sebelum bangsa ini, kekurangan pelestarian yang sebenarnya
keberadaannya dalam masalah besar, tidak ada yang membandingkan pentingnya
dengan tugas besar menyisakan tanah ini untuk lahan yang lebih baik untuk anak
cucu kita daripada bagi kita, dan melatih mereka menjadi ras yang lebih baik
dalam mengelola tanah dan menyebarkannya. Konservasi adalah masalah moral
yang besar, untuk itu melibatkan tugas patriotik mengasuransikan keselamatan dan
kelangsungan bangsa.
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. (Arsyad, 2010: 51). Salah satu tujuan konservasi tanah adalah
meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari
erosi yang dapat ditoleransikan bisa menjadi masalah yang bila tidak
ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling
memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan
sumberdaya alam. Konservasi tanah tidak berarti penundaan pemanfaatan tanah,
tetapi menyesuaikan macam penggunaannya dengan sifat-sifat atau kemampuan
tanah dan memberikan perlakuan dengan syarat-syarat yang diperlukan. Secara
garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan
utama, yaitu :
(1) secara agronomis atau vegetatif,
(2) secara mekanik dan
(3) secara kimia (Suripin, 2004: 101).
22
Konservasi tanah secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau
tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan
jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi tanah secara mekanik adalah
konsevasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi
vegetasi yang lebat, dan cara mamanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan
aliran air dan angin (Suripin, 2004: 101).
Tabel 2.1 Rekomendasi Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dalam setiap
Fungsi Kawasan Lahan
Fungsi Kawasan
Lahan
Alternatif Kegiatan
Vegetatif Mekanik
Kawasan Lindung - Reboisasi
- Hutan Rakyat
- Perlindungan sungai,
mata air, jurang, dll.
- DAM pengendali/
penahan
- Trucuk (drop structure)
Kawasan Penyangga - Reboisasi
- Hutan Campuran
- Hutan Rakyat
- Perkebunan pohon
penyekat api
- DAM pengendali/
penahan
- Trucuk (drop structure)
- Teras
- Saluran air drainase
Kawasan Budidaya
Tanaman Tahunan
- Reboisasi
- Perkebunan
- Hutan Rakyat
- Agroforestry
- DAM pengendali/
penahan
- Trucuk (drop structure)
- Teras
- Saluran pembuangan
Kawasan Budidaya
Tanaman Musiman
- Tanaman dalam jalur
- Tanaman dalam kontur
- Tanaman campuran
- DAM pengendali/
penahan
- Trucuk (drop structure)
- Teras
- Saluran pembuangan
Sumber : Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dalam Asdak (2007:
419)
Beberapa bentuk kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Reboisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan
menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia
23
maupun biologi baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Reboisasi
merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi aliran permukaan,
terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk
mengatur banjir. Tanaman yang digunakan biasanya tanaman yang bisa
mencegah erosi, baik secara habitus maupun umur, juga diutamakan
tanaman keras yang bernilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil
samping lainnya, misalnya getah, akar dan minyak. Dalam kaitannya
dengan usaha konservasi, tanaman yang dipilih hendaknya mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai sistem perakaran yang kuat, dalam dan luas, sehingga
membentuk jaringan akar rapat.
2) Pertumbuhannya cepat, sehingga mampu menutup tanah dalam
waktu singkat.
3) Mempunyai nilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil sampingnya.
4) Dapat memperbaiki kualitas/kesuburan tanah (Suripin, 2004: 113 -
114)
b. Perlindungan sungai yaitu penanaman tanaman secara tetap berbentuk jalur
hijau di sepanjang tepi kanan kiri sungai dengan memilih jenis tanaman
yang memenuhi syarat untuk tujuan perlindungan, yaitu tanaman yang
mempunyai perakaran yang banyak dan kuat. Penanaman tanaman
perlindungan ini dapat juga diterapkan untuk perlindungan mataair, danau,
waduk, tebing jurang, lahan gambut dan daerah resapan air.
c. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik
petani secara perseorangan, maupun bersama-sama atau badan hukum.
(Sumedi, 2006: 61)
d. Wanatani (agroforestry) adalah setiap sistem penggunaan tanah yang
menyediakan baik bahan bakar maupun hasil tanaman pohonan dan semak
atau memberikan kenyamanan lingkungan yang disebabkan oleh tanaman
pohon-pohonan dan semak-semak (Huxley dalam Arsyad, 2010: 295).
e. Perkebunan yaitu lahan yang ditanamai berbagai jenis tanaman tahunan
dan tanaman keras lainnya yang menghasilkan buah-buahan.
24
f. Dam pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air (tidak
lolos air) dengan konstruksi urugan tanah dengan lapisan kedap air atau
konstruksi beton (tipe busur) untuk pengendalian erosi dan aliran
permukaan dan dibuat pada alur jurang/sungai kecil dengan tinggi
maksimum 8 meter ( Peraturan Menteri Kehutanan No 03 Tahun 2004).
g. Pengendali jurang (gully plug) adalah bendungan kecil yang lolos air yang
dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu,
atau bambu ( Peraturan Menteri Kehutanan No 03 Tahun 2004).
h. Bronjong batu adalah bangunan pengawet tanah berupa kawat bronjong
yang diisi dengan batu atau beton yang dipasang pada tebing sungai
terutama pada alur yang berbentuk kelokan. Bangunan ini berfungsi
sebagai penahan tebing sungai dari daya gerus aliran air sungai.
i. Saluran pembuangan air adalah jalan khusus yang dibuat untuk
menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan di sembarang tempat,
yang akan membahayakan dan merusak tanah yang dilewatinya. (Suripin,
2004: 120)
j. Saluran pengelak adalah suatu cara konservasi tanah dengan membuat
semacam parit atau saluran memotong arah lereng dengan kemiringan
yang kecil sehingga kecepatan air tidak lebih dari 0,5 m/detik. Saluran
pengelak biasanya dibuat pada tanah yang berlereng panjang dan seragam
yang permeabilitasnya rendah (Arsyad, 2010: 184). Dalam Bahasa Inggris
saluran pengelak disebut diversion ditch, diversion channels, atau
diversion terrace.
k. Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan
meratakan tanah di bagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak
tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud (Suripin, 2004: 118).
l. Teras guludan adalah bentuk konservasi tanah dengan membuat guludan
yaitu tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang memotong
kemiringan lahan. Fungsi guludan ini adalah untuk menghambat aliran
permukaan, menyimpan air di bagian atasnya dan untuk memotong
panjang lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar antara 25-30 cm dengan
25
lebar dasar 25cm - 30cm (Suripin, 2004: 116). Pada lahan yang berlereng
curam atau lahan yang peka terhadap erosi dapat digunakan guludan
bersaluran. Pada sistem guludan bersaluran, di sebelah atas guludan dibuat
saluran memanjang mengikuti guludan. Teras bangku dapat dilakukan
pada lahan yang mempunyai kemiringan sekitar 20 - 30 %. Pada lahan-
lahan yang mempunyai kemiringan sekitar 2 % dan mempunyai curah
hujan yang relatif rendah serta permeabilitas tanahnya tinggi dapat di buat
teras datar atau (level terrace). Fungsi teras ini adalah supaya air dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin bagi keperluan tanaman.
B. Penelitian yang Relevan
1) Penelitian yang dilakukan oleh Muryono (2007)
Muryono melakukan penelitian dengan judul “Arahan Fungsi Pemanfaatan
Lahan Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007”. Adapun tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk mengetahui fungsi kawasan lahan DAS Samin,
mengetahui penggunaan lahan aktual DAS Samin yang tidak sesuai dengan
fungsi kawasan lahan, dan menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan DAS
Samin.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survai dengan hasil
penelitian sebagai berikut :
1) Luas dan penggunaan lahan DAS Samin Tahun 2007.
2) Fungsi kawasan DAS Samin.
3) Kesesuaian Fungsi kawasan dengan penggunaan lahan DAS Samin.
4) Arahan pemanfaatan lahan DAS Samin Tahun 2007.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Miftakul Hidayat (2012)
Miftakul Hidayat melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kesesuaian
Fungsi Kawasan dan Konservasi Lahan DAS Walikan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri Tahun 2012”. Adapun tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk mengetahui luas dan persebaran penggunaan
26
lahan, mengetahui fungsi kawasan lahan, mengetahui kesesuaian antara fungsi
kawasan lahan dengan penggunaan lahan yang terdapat dan mengetahui
arahan konservasi yang sesuai untuk DAS Walikan Tahun 2012.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial dengan hasil
penelitian sebagai berikut :
1) Luas dan persebaran penggunaan lahan DAS Walikan.
2) Fungsi kawasan lahan DAS Walikan terdiri dari fungsi kawasan lindung,
fungsi kawasan penyangga, fungsi kawasan budidaya tanaman semusim
dan permukiman, serta fungsi kawasan budidaya tanaman tahunan.
3) Kesesuaian fungsi kawasan dengan penggunaan lahan.
4) Arahan konservasi vegetatif dan mekanik
26
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan
Peneliti Muryono (2007) Miftakhul Hidayat (2007) Bayu Prasetyo Aditomo(2016)
Judul Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan
Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007
Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan
dan Konservasi Lahan DAS Walikan
Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Kesesuaian Penggunaan Lahan
dengan Fungsi Kawasan dan
Kemampuan Lahan untuk Arahan
Konservasi Tanah Daerah Aliran
Sungai Juwet Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2014
Tujuan Menentukan fungsi kawasan lahan,
Mengetahui penggunaan lahan aktual
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan
lahan, Menentukan arahan fungsi
pemanfaatan lahan.
untuk mengetahui luas dan persebaran
penggunaan lahan, mengetahui fungsi
kawasan lahan, mengetahui kesesuaian
antara fungsi kawasan lahan dengan
penggunaan lahan yang terdapat dan
mengetahui arahan konservasi yang
sesuai untuk DAS Walikan Tahun 2012
Mengetahui penggunaan lahan
,Mengetahui fungsi kawasan dan
kemampuan lahan, Mengetahui
kesesuaian penggunaan lahan dengan
fungsi kawasan dan kemampuan
lahan, Mengetahui arahan konservasi
tanah yang sesuai dengan fungsi
kawasan dan kemampuan lahannya.
Metode Dokumentasi dan survay analisis spasial Deskriptif Spasial
27
27
Hasil Fungsi kawasan lahan terdiri dari fungsi
kawasan lindung luasnya 3.254,21 ha
(10,05%), fungsi kawasan lindung
setempat 10.826,60 ha (33,44%), fungsi
kawasan penyangga 1.629,93 ha (5,03%),
fungsi kawasan budidaya tanaman
tahunan 1.636,64 ha (5,05%), fungsi
kawasan budidaya tanaman semusim dan
permukiman 15.031,40 ha (46,42%).
Arahan fungsi pemanfaatan lahan pada
kawasan lindung berupa reboisasi dan
pembuatan sumbat jurang dan dam
pengendali, pada kawasan lindung
setempat berupa penanaman tanaman
perlindungan sungai dan mataair serta dan
pembuatan bronjong batu, pada kawasan
penyangga diarahkan ke dalam sistem
wanatani (agroforestry) dam pembuatan
dam pengendali dan saluran pembuangan
air, pada kawasan budidaya tanaman
tahunan diarahkan pada penanaman
tanaman perkebunan dan pembuatan teras
bangku dan saluran pengelak (diversion
terrace).
Luas dan persebaran penggunaan lahan
DAS Walikan, Fungsi kawasan lahan
DAS Walikan terdiri dari fungsi
kawasan lindung, fungsi kawasan,
fungsi kawasan budidaya tanaman
semusim dan permukiman, fungsi
kawasan budidaya tanaman tahunan,
Kesesuaian fungsi kawasan kawasan
dengan penggunaan lahan, Arahan
konservasi vegetatif dan mekanik
DAS Juwet memiliki 3 penggunaan
lahan yaitu tegalan, sawah, dan
permukiman yang luas masing-
masing 2250,73 Ha, 541,44 Ha, dan
1312,77 Ha. DAS Juwet memiliki 4
fungsi kawasan yaitu kawasan
lindung, kawasan penyangga,
kawasan budidaya tanaman tahunan,
dan kawasan budidaya tanaman
semusim dan permukiman yang
memiliki luas masing-masing 778,73
Ha, 891,97 Ha, 343,45 Ha, dan
345,39 Ha. DAS Juwet memiliki 6
kelas kemampuan lahan yaitu kelas II
, kelas III, kelas IV, kelas V, kelas
VII, dan kelas VIII yang masing-
masing seluas 65,98 Ha, 396,76 Ha,
1186, 76 Ha, 387,65 Ha, 292,75 Ha,
dan 29,64 Ha. Fungsi kawasan yang
tidak sesuai seluas 1670,70 Ha.
Kemampuan Lahan yang tidak sesuai
seluas 1359,55 Ha. Dari 58 satuan
lahan ada 46 satuan lahan yang
memerlukan upaya konservasi.
28
29
C. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan penduduk akan terus meningkat seiring dengan berjalannya
waktu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan
penduduk akan lahan pertanian untuk meningkatkan kebutuhan hidupnya. Tak
terkecuali dengan wilayah Daerah Aliran Sungai Juwet yang berada di Kabupaten
Gunungkidul. Selain masalah perkembangan penduduk tersebut masih ada pula
masalah lain yang mungkin menjadi akibat dari penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasannya. Hal itu adalah bencana longsor yang terjadi di
wilayah tersebut yang cukup banyak tiap tahunnya apalagi dari tahun 2009 sampai
tahun 2011 yang menunjukkan perbedaan angka yang begitu mencolok. Oleh
karena itu upaya konservasi perlu dilakukan.
Langkah yang pertama dilakukan adalah menganalisis mengenai fungsi
kawasan daerah tersebut dan dikaitkan dengan kemampuan lahan yang kemudian
di bandingkan dengan penggunaan lahan yang ada apakah sudah sesuai atau
belum. Hal ini dilakukan karena untuk menentukan arahan konservasi yang akan
dilakukan perlu dilakukan evaluasi antara penggunaan lahan aktual dengan
penggunaan lahan yang seharusnya diusahakan pada masing-masing fungsi
kawasan dan kemampuan lahan. Selanjutnya lahan yang penggunaan lahan
aktualnya tidak cocok, perlu diarahkan penggunaannya dengan menerapkan
tindakan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang telah ditentukan untuk masing-
masing kawasan lahan, baik secara vegetatif maupun secara mekanik.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
kerangka pemikiran berikut ini :
29
Evaluasi Fungsi Kawasan
Kriteria arahan konservasi lahan
Kesesuaian fungsi kawasan
dengan penggunaan lahan
Penggalian bahan galian c
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Degradasi Lingkungan
Arahan pemanfaatan
penggunaan lahan
Evaluasi Kemampuan lahan
Kesesuaian kemampuan lahan
dengan penggunaan lahan
Arahan penggunaan lahan Arahan penggunaan lahan
Bencana Longsor Perubahan penggunaan lahan
perumahan
30