bab ii landasan teori 2.1 pengertian prosedur · 2.3 pelayanan prima 2.3.1. pengertian pelayanan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Prosedur
Menurut Tathagati (2014:47) “Prosedur adalah dokumen yang lebih jelas
dan rinci untuk menjabarkan metode yang digunakan dalam
mengimplementasikan dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam
pedoman”.
Sedangkan menurut Soemohadiwidjojo (2014:90) menjelaskan bahwa
“Prosedur adalah dokumen yang lebih jelas dan rinci untuk menjabarkan metode
yang digunakan dalam mengimplementasikan dan melaksanakan kebijakan dan
aktivitas organisasi seperti yang ditetapkan dalam pedoman”.
Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa prosedur adalah suatu urutan
atau langkah-langkah kegiatan yang dibuat secara tertulis yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menyelesaikan sebuah tugas rutin atau tugas yang berulang,
untuk menghindari penyimpangan yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi
secara keseluruhan.
2.2 Pengertian Pelaksanaan (Actuating)
Menurut Feriyanto (2015:46) “Penggerakkan atau pelaksanaan (Actuating)
adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuatu dengan perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisasi”.
8
Menurut Terry dan Leslie W.Rue (2010:45) “Actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
bersama”.
Sedangkan menurut Athoillah (2010:116) “Pelaksanaan (Actuating) adalah
kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja melakukan
tugas dan kewajibannya”.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan
(Actuating) adalah upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan,
dengan cara melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya.
2.3 Pelayanan Prima
2.3.1. Pengertian Pelayanan Prima
Menurut Sutedja (2007:5) mengatakan bahwa “Pelayanan atau service
dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan
oleh satu pihak kepada pihak lain”.
Menurut Rahmayanti (2010:17) mengatakan bahwa “Pelayanan prima
adalah pelayanan yang sangat baik dan melampaui harapan pelanggan”.
Menurut Windasuri (2017:33) menyatakan bahwa “Pelayanan prima
merupakan pelayanan yang berbeda dan unik, pelayanan khas brand kita, yang
tepat bagi pelanggan dan bidang usaha kita”.
9
Menurut Rahmayanty (2010:16) mengatakan bahwa “Prima (excellent)
mempunyai arti sangat baik, terpadu, dan mengesankan.
Jadi penulis menarik kesimpulan bahwa pelayanan prima (service
excellent) adalah suatu pelayanan terbaik yang diberikan oleh setiap anggota
organisasi atau perusahaan dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan,
sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan. Pelayanan yang diberikan dimulai
dari sejak awal proses perkenalan produk atau jasa, proses transaksi, bahkan
hingga saat transaksi telah selesai.
2.3.2 Tujuan Pelayanan Prima
Menurut Rahmayanty (2010:8) menjelaskan bahwa “Tujuan pelayanan
prima mencegah pembelotan dan membangun kesetiaan pelanggan atau customer
loyality”. Pembelotan pelanggan atau berpalingnya pelanggan disebabkan karena
kesalahan pemberian pelayanan maupun sistem yang digunakan oleh perusahaan
dalam melayani pelanggan. Bentuk pembelotan pelanggan disebabkan karena
kesalahan dalam:
1. Pembelotan nilai
a. Pelanggan membelot ketika menerima nilai kurang baik dari produk yang
jelek atau pekerjaan yang buruk.
b. Ketidaksesuaian nilai yang diterima pelanggan dalam arti kualitas yang
berhubungan dengan harga yang dibayar pelanggan.
2. Pembelotan sistem
Sistem menggambarkan proses atau kebijakan atau prosedur yang
digunakan perusahaan untuk menghantarkan jasa dan produk kepada
pelanggan. Kesalah sistem mencakup:
10
a. Kesalahan dalam merekrutasi, menempatkan karyawan dan minimnya
pelatihan serta pembinaan karyawan yang kurang maksimal. Contoh
seorang pegawai yang telah dilatih dengan terus menerus dan dicoba pada
bagian front line staff namun tetap saja tidak bisa merespons dan
melayani pelanggan dengan baik, sehingga bila terus dipaksakan maka
dapat menyebabkan kesalahan sistem penempatan petugas pelayanan,
seharusnya pegawai tersebut langsung dipindahkan ke bagian belakang
yang tidak berhadapan langsung dengan pelanggan ekstenal.
b. Sarana yang tidak menunjang pelayanan seperti tata letak layout , lokasi
yang kurang nyaman, serta lambatnya respons telepon merupakan bagian
dari sistem yang harus dibuat standarisasi dan perbaikan kualitas sistem
mutu layanan yang terus menerus di monitoring pelaksanaannya.
3. Pembelotan karena orang
Pembelotan yang terjadi akibat pegawai gagal berkomunikasi dengan baik
secara verbal atau non verbal/body language. Contohnya tidak mau salam,
tidak peduli, tidak tanggap, kasar, penampilan yang tidak tepat, kotor, dan
lain-lain.
Menurut Suyetty dkk (2010:62) Ada beberapa hal pokok yang merupakan
tujuan pelayanan prima yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menimbulkan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan.
2. Untuk menjaga agar pelanggan merasa dipentingkan dan diperhatikan segala
kebutuhannya.
3. Untuk mempertahankan pelanggan agar tetap setia menggunakan barang atau
jasa yang kita tawarkan.
11
Sedangkan menurut Haryono (2013:16) menjelaskan bahwa tujuan
pelayanan excellent sebagai berikut:
Sumber: Haryono (2013:16)
Gambar II.1. Tujuan Pelayanan Excellent
Dengan memuaskan pelanggan berarti akan meningkatkan loyalitas
pelanggan. Loyalitas pelanggan ini akan meningkatkan volume penjualan produk
perusahaan dan semestinya akan berdampak pada peningkatan keuntungan
perusahaan. Akhirnya, pelayanan excellent juga berarti membangun citra diri dan
citra perusahaan.
2.3.3 Pentingnya Pelayanan Prima
Menurut Suyetty dkk (2010:63) mengatakan bahwa :
Pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan merupakan strategi dalam
rangka memenangkan persaingan, akan tetapi tidak cukup hanya dengan
memberikan rasa puas dan perhatian terhadap pelanggan saja. Lebih dari itu
adalah bagaimana cara merespon keinginan pelanggan sehingga dapat
menimbulkan kesan positif dari pelanggan.
Memuaskan Pelanggan
Meningkatkan Loyalitas Pelanggan
Meningkatkan penjualan produk perusahaan
Meningkatkan keuntungan perusahaan
Membangun citra diri & citra perusahaan
12
Pelayanan prima harus ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang
handal, mempunyai visi yang jauh kedepan dan dapat mengembangkan strategi
serta kiat-kiat layanan prima yang mempunyai keunggulan.
Disamping itu harus diupayakan terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan para petugas pelayanan, agar dapat menumbuhkan dedikasi dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan untuk tetap setia
menggunakan barang atau jasa kita, tanpa sempat lagi melirik atau pindah
memakai produk lain.
Sedangkan menurut Rahmayanti (2010:3) menjelaskan alasan mengapa
pelayanan prima itu penting, sebagai berikut:
1. Pelayanan prima memiliki makna ekonomi
Pelanggan adalah kunci untuk meraih keuntungan. Tujuan tersebut berupa
memaksimalkan laba dengan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan,
meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan pasar dalam hal
kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan
sebagainya.
Terkadang upaya pemasaran dan promosi tersebut belum tentu mencapai
target yang diharapkan atau berisiko karena banyak pula para kompetitor atau
pesaing baru yang berlomba untuk mendapatkan calon pelanggannya sedangkan
biaya yang sudah dikeluarkan tidaklah sedikit, bila tidak tepat sasaran salah-salah
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Sedangkan membina hubungan dan
mempertahankan pelanggan yang sudah lama dengan memberikan pelayanan
yang sangat baik dan konsisten, bila mereka puas ada kemungkinan menunjukkan
loyalitas dengan memberi tahu dan memberikan informasi kepada orang lain atau
13
teman dekatnya dan tingkat kepercayaan melalui testimoni (ucapan seseorang)
lebih tinggi dan efektif selain biaya yang dikeluarkan lebih rendah..
2. Pelayanan adalah tempat berkumpulnya uang dan pekerjaan
Pelayanan dan kepuasan pelanggan adalah merupakan tujuan utama dalam
perusahaan karena tanpa pelanggan, perusahaan tidak akan ada. Asset perusahaan
sangat kecil nilainya tanpa keberadaan pelanggan. Karena itu tugas utama
perusahaan adalah penarik dan mempertahankan pelanggan. Pelanggan ditarik
dengan tawaran yang lebih kompetitif dan dipertahankan dengan memberikan
kepuasan.
Memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, dengan memadukan
semua kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba
melalui kegiatan pelayanan fokus terhadap kepuasan pelanggan. Bila pelayanan
tidak menjadi prioritas utama maka akan mengakibatkan gagalnya penjualan
produk atau jasa sehingga menurunkan segi profitabilitas.
Betapa pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan, karena
keberhasilan pelayanan prima atau layanan istimewa dapat juga menimbulkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Pelayanan prima dapat menimbulkan keputusan pihak pelanggan untuk
segera membeli barang yang kita tawarkan pada saat itu juga.
2. Pelayanan prima dapat menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
barang atau produk kita.
3. Pelayanan prima diharapkan dapat mempertahankan pelanggan agar tetap
loyal atau setia menggunakan produk kita.
14
4. Pelayanan prima diharapkan dapat mendorong pelanggan untuk kembali lagi
membeli produk kita.
5. Pelayanan prima dapat menghindarkan terjadinya tuntutan-tuntutan terhadap
penjual yang tidak perlu.
2.3.4 Penentu Kualitas Layanan
Dalam riset berikutnya Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Windasuri
(2017:82) ada lima penentu kualitas layanan yaitu sering disebut sebagai RATER:
1. Realibility (Keandalan)
Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, dan memuaskan. Langkah mudah yang dapat dicoba terapkan untuk
menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan ini:
a. Pastikan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan benar.
b. Hanya janjikan apa yang dapat kita berikan.
c. Tindak lanjuti untuk memastikan bahwa produk dan layanan telah
diberikan sesuai janji.
2. Assurance
Assurance merupakan kemampuan untuk memberikan sesuatu yang
dapat dipercaya (aman dan terjamin keandalannya). Assurance mencakup
pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
para staff .
Pelanggan merasa bahwa pilihannya sudah tepat, bahwa ia mengambil
keputusan yang tepat dengan mempercayai kita untuk memenuhi harapannya.
Strategi tindakan yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan penentu
15
kualitas ini adalah dengan menggunakan teknik komunikasi yang positif, dan
menjelaskan produk atau layanan yang akan pelanggan dapatkan secara tepat.
3. Tangible (Bukti Langsung)
Tangible meliputi fasilitas fisik, penampilan personal penyedia layanan,
dan sarana komunikasi. Jangan lupa kesan pertama sangatlah penting. Apa
jadinya jika calon pelanggan yang baru pertama kali datang ke perusahaan
kita untuk memulai hubungan, masuk ke kantor yang bangunannya lusuh,
fasilitasnya kotor dan usang. Jika saat sosok yang penting akan berkunjung ke
kediaman kita, tidakkah kita ingin menampilkan segala hal fisik yang terbaik
agar enak dipandang dan memberi kesan positif?.
Untuk itu, tindakan yang dapat dilakukan demi menjaga penentu kualitas
ini adalah dengan menjaga area kerja apalagi yang langsung berhadapan
dengan pelanggan agar tetap rapi, lalu barang-barang perlu disusun dengan
teratur serta berperilaku dan berpakaian secara profesional.
4. Empathy (Empati)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan. Empathy ini
berkaitan dengan tingkat kepedulian dan perhatian individu yang diberikan
kepada pelanggan. Hal ini merupakan penentu kualitas penting dalam
membangun kedekatan hubungan. Sebab, dengan berempati, kita akan dengan
tulus memberikan bantuan ataupun memenuhi permintaan pelanggan.
16
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam berempati antara lain:
a. Mendengarkan secara aktif pesan yang disampaikan pelanggan.
b. Menempatkan diri kita dalam posisi pelanggan.
c. Merespons secara tepat guna dalam menjawab keinginan yang menjadi
perhatian pelanggan.
5. Responsive (Daya Tanggap)
Responsive mencerminkan kemampuan untuk membantu pelanggan, dan
memberikan layanan yang cepat dan tanggap. Agar mampu bersikap
responsive kita perlu menampilkan sikap positif, serta dengan segera
membantu pelanggan dan memenuhi kebutuhan mereka.
2.3.5 Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep A3
Pelayanan prima berdasarkan konsep A3 adalah pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan dengan menggunakan pendekatan sikap (attitude), perhatian
(attention), dan tindakan (action). Menurut Suyetty dkk (2010:72) Tiga konsep
dasar A3 yang harus diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan prima, yaitu
sebagai berikut:
1. Pelayanan prima berdasarkan konsep sikap (Attitude)
Sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku
secara relatif berlangsung lama yang ditunjukkan kepada orang, ide, obyek,
dan kelompok orang tertentu.
Pelayanan prima berdasarkan konsep sikap adalah pemberian pelayanan
kepada para pelanggan dengan menitik beratkan kepada sikap (Attitude) para
petugas pelayanan dalam melayani para pelanggan. Keberhasilan usaha
perusahaan akan sangat tergantung pada orang-orang yang terlibat di
17
dalamnya. Sikap pelayanan yang diharapkan tertanam pada diri para
karyawan adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik, dan mempunyai
rasa memiliki yang tertinggi terhadap perusahaan. Sikap yang diharapkan
berdasarkan konsep pelayanan prima adalah sebagai berikut:
a. Sikap pelayanan prima berarti mempunyai rasa kebanggan terhadap
pekerjaan.
b. Memiliki pengabdian yang besar terhadap pekerjaan.
c. Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan.
d. Sikap pelayanan prima adalah “benar atau salah tetap perusahaan saya”.
Jika anda menjadi karyawan suatu perusahaan, sikap anda akan
menggambarkan perusahaan anda. Anda akan mewakili citra perusahaan baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Pelanggan akan menilai perusahaan
dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orang-orang yang terlibat
dalam perusahaan tersebut.
2. Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian (Attention)
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengelola usaha perusahaan adalah
terletak pada, bagaimana perusahaan tersebut memperlakukan pelanggannya.
Perhatikan keinginan dan kebutuhannya, karena bila pelanggan sudah merasa
diperhatikan maka semakin besar pula kesempatan perusahaan mencapai
keberhasilan.
Perhatian (attention) adalah sikap yang menunjukkan kepedulian
terhadap sesuatu karena ada dorongan dari hati untuk memenuhi kebutuhan.
Konsep perhatian ditujukkan untuk memberikan kepedulian penuh terhadap
18
pelanggan yang dapat digunakan sebagai daya tarik, agar pelanggan merasa
senang, puas, dan loyal terhadap barang atau jasa yang kita tawarkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan
berdasarkan konsep perhatian, adalah sebagai berikut:
a. Mengucapkan salam pembuka percakapan.
b. Menanyakan keinginan pelanggan.
c. Mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan.
d. Melayani pelanggan dengan cepat, tepat, dan ramah.
e. Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor pertama.
Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian mencakup 3 prinsip
pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan.
b. Mengamati perilaku pelanggan.
c. Mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
3. Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan (Action)
Pada konsep perhatian, pelanggan “menunjukkan minat” untuk membeli
produk yang kita tawarkan. Pada konsep tindakan, pelanggan sudah
“menjatuhkan pilihan” untuk membeli produk yang diinginkannya.
Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan (action) adalah suatu
rangkaian perbuatan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan pemberian
layanan terbaik bagi pelanggan. Melaksanakan pelayanan prima berdasarkan
konsep tindakan (action), terdiri atas 5 hal, yaitu sebagai berikut:
a. Mencatat pesanan pelanggan.
b. Mencatat kebutuhan pelanggan.
19
c. Menegaskan kembali kebutuhan pelanggan.
d. Mewujudkan kebutuhan pelanggan.
e. Pernyataan terima kasih dengan harapan pelanggan kembali.
2.4 Pelanggan
2.4.1 Pengertian Pelanggan
Menurut Suyetty dkk (2010:65) menjelaskan bahwa “Pelanggan adalah
orang-orang atau instansi/lembaga yang membeli dan menggunakan barang atau
jasa secara rutin atau terus menerus, karena barang atau jasa yang dibeli
mempunyai manfaat”.
Menurut Soedjas (2014:18) mengatakan bahwa “Pelanggan adalah sumber
keuntungan, keberadaan mereka mutlak menjadi faktor utama bagi
keberlangsungan bisnis. Apabila kita tidak peduli dengan pelanggan kita, maka
orang lain yang akan melakukannya”.
Sedangkan menurut Lupiyoadi (2013:212) “Pelanggan adalah seseorang
yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk
memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu
jasa dan membayar produk atau jasa tersebut”.
Jadi penulis menarik kesimpulan bahwa pelanggan adalah seseorang yang
membeli, menggunakan dan membiasakan untuk melakukan pembelian secara
rutin sesuai dengan kebutuhannya.
20
2.4.2 Jenis Pelanggan
Menurut Marwanto (2015: 101) mengatakan bahwa jenis pelanggan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pelanggan Internal
Pelanggan Internal adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam
proses penyediaan jasa atau proses pengadaan dan pemasaran barang (baik itu
mulai dari perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan barang, hingga dengan
pemasaran dan penjualan, bahkan hingga ke proses pengadministrasian).
2. Pelanggan Eksternal
Pelanggan Eksternal adalah orang-orang yang berada di luar organisasi
komersial atau organisasi non komersial. Mereka hanya menerima layanan
penyerahan barang atau jasa dari organisasi atau perusahaan.
2.4.3 Kepuasan Pelanggan
Menurut Marwanto (2015: 98) mengatakan bahwa “Pada dasarnya,
kepuasan konsumen merupakan kesan atas kinerja dan harapan dari sebuah
penyedia produk”.
Menurut Lovelock dan Wirtz (2011:74) “Kepuasan adalah suatu sikap yang
diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan”. Kepuasan merupakan
penilaian mengenai ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu
sendiri, yang menyediakan tingkat kesenangan konsumen berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan konsumsi konsumen. Kepuasan konsumen dapat
diciptakan melalui kualitas, pelayanan dan nilai. Kunci untuk menghasikan
kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan yang tinggi.
21
Sedangkan menurut Kotler (2007:177), kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja
(hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan.
2.4.4 Keluhan Pelanggan
Keluhan bisa datang dari mana saja, biasanya keluhan timbul saat realitas
tidak sesuai dengan ekspektasi pelanggan, misalnya janji tidak ditepati, buruknya
pelayanan, buruknya kualitas produk atau jasa.
Adanya keluhan memudahkan perusahaan untuk memahami apa yang
menjadi keinginan mereka. Tidak adanya keluhan yang disampaikan tidak berarti
tidak ada apa-apa, boleh jadi itu pertanda menurunnya kualitas hubungan dengan
pelanggan, boleh jadi mereka memilih diam dan mencari solusi melalui produk
lain dengan pelayanan yang lebih baik.
Adapun langkah-langkah menangani keluhan menurut Soedjas (2014:143),
sebagai berikut:
1. Mendengarkan dan menyimak keluhan mereka., biarkan pelanggan
melepaskan semua unek-uneknya (let him speak up) dan jadilah pendengar
yang baik. Tunjukkan bahwa anda mengerti apa yang mereka keluhkan.
Dalam situasi seperti ini, kebutuhan pertama adalah ia ingin didengarkan.
2. Buat catatan-catatan kecil
3. Berikanlah pujian karena mereka telah berupaya menghubungi kita
4. Fokuslah pada bagaimana menyelesaikan permasalahan, bukan pada
individunya karena yang akan kita selesaikan adalah masalahnya.
5. Permintaan maaf yang tulus kepada pelanggan
22
6. Lakukan konfirmasi, dengan konfirmasi yang tepat, frontliner sudah
memperlihatkan kepada pelanggan bahwa perusahaan telah mendengarkan
atau menyimak serta siap membantu menyelesaikan masalah.