bab ii landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/508/3/bab ii.pdf · memberikan insentif...
TRANSCRIPT
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 GAJI
Menurut Rivai gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang
diterima oleh pegawai karyawan/ pegawai sebagai konsekuensi dari
statusnya sebagai seorang karyawan atau pegawai yang memberikan
kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. Gaji juga
merupakan bayaran tetap atau diterimakan secara periodik, dalam hal ini
sebulan sekali.
Menurut Hariandji (2002:245) dalam kadarisman gaji adalah balas
jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan atau pegawai sebagai
konsekwensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan atau pegawai
yang memberikan sumbangan dalam kedudukan disebuah organisasi.
Dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima sesorang dari
keanggotaanya dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
Amstrong and Murlis dalam syamsudin mengatakan gaji
merupakan bayaran yang diterima oleh seseorang. Sedangkan hasibuan
menyatakan gaji adalah balas jasa yang dibayar secara priodik kepada
karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti komitmen terhadap
organisasi yang lebih besar, maksudnya gaji akan tetap dibayarkan
walaupun pekerja tesebut tidak masuk kerja. Dari rumusan ini terdapat hal
12
yang perlu dielaborasi bahwa gaji pokok tersebut merupakan kompensasi
dasar yang diterima oleh para karyawan.
Memang banyak organisasi yang menggunakan dua kategori gaji
pokok, harian atau tetap yang diidentifikasi berdasarkan cara pemberian
gaji tersebut dan sifat dari pekerjaannya. Dalam konteks ini yang di
maksud gaji harian adalah sarana yang paling umum untuk pembayaran
gaji yang berdasarkan waktu. Karyawan yang gajinya dibayar harian
dinamakan penerima upah yang pembayarannya di hitung berdasarkan
jumlah waktu kerja. Di pihak lain berlawanan dengan hal ini bahwa
karyawan yang diberikan gaji tetap, yaitu menerima pembayaran yang
konsisten dari waktu ke waktu dengan tidak memperhatikan jumlah waktu
jam kerja.
Dengan gaji tetap tersebut dalam pandangan umum akan
memberikan status yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerima upah
harian. Beberapa organisasi telah mengganti menjadi pendekatan gaji tetap
secara keseluruhan untuk karyawan tertentu dengan pertimbangan untuk
menciptakan rasa loyalitas dan komitmen terhadap organisasi yang lebih
besar. Namun organisasi tetap membayar kerja lembur untuk karyawan
tertentu yang di tentukan oleh peraturan gaji yang ada. Dengan demikian
gaji di sini merupakan bayaran yang konsisten dari satu period eke periode
lain dengan tidak memandang jumlah jam kerja.
13
Gaji bagi setiap karyawan menjadi suatu yang mutlak karena hal
tersebut telah ada ketentuan dan peraturan yang mengikat bahwa setiap
karyawan berhak menerima gaji pokok sesuai dengan jabatan/posisi kerja.
Karena itu, aturan pemberian gaji pokok telah jelas diatur dalam penetapan
gaji pokok seorang karyawan.
2.2 Tunjangan
Jenis kompensasi lain yang banyak di berikan oleh perusahaan-
perusahaan adalah aneka tunjangan dan peningkatan kesejahteraan, yang
pemberiannya tidak didasarkan pada kinerja karyawan, melainkan pada
keanggotaan karyawan sebagai bagian dari organisasi (perusahaan), serta
eksistensi karyawan sebagai manusia seutuhnya. Meskipun biayanya
sangat besar, bahkan bisa melebihi gaji atau upah, namun program ini
sangat luas di terapkan. Hal tersebut dapat dipahami karena disamping
membantu karyawan untuk memenuhi kebutuhan karyawannya, juga
untuk meningkatkan komitmen karyawan, meningkatkan produktivitas,
mengurangi turnover, mengurangi ujuk rasa.
Menurut Simamora (1997: 663) tunjangan karyawan (employee
benefit) adalah pembayaran-pembayaran (payment) dan jasa-jasa yang
melengkapi gaji pokok, dan perusahaan membayar semua atau sebagian
dari tunjangan itu. kemudian menurut Wungu dan Brotoharsojo (2003:
97),tunjangan atau fringe and benefit adalah komponen imbalan jasa atau
penghasilan yang tidak terikat langsung dengan berat ringannya tugas dan
14
prestasi kerja karyawan (indirect compensation). Dalam pelaksanaanya
pada umumnya terkait dengan upaya perusahaan untuk:
(i) Memenuhi kebutuhan para karyawannya akan rasa aman
(security need),
(ii) Memberikan pelayanan kepada karyawan (employee
services), dan
(iii) Sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahan
(corporate Sosial Responsibility).
Dengan demikian tunjangan pada hakekatnya dapat di
artikan sebagai indirect compensation, di berikan semata-
mata karena
(a) Karyawan adalah anggota kelompok organisasi
(perusahan)
(b) Kesediaan perusahaan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosialnya, dan
(c) Untuk mempertahankan agar motivasi karyawan dalam
bekerja tetap tinggi.
Semua itu di lakukan oleh manajemen perusahaan
dengan maksud untuk
- Meningkatkan daya tarik perusahan lebih-lebih
bagi calon karyawan baru sehingga calon-calon
karyawan yang berkualitas dapat di jarring.
15
- Meningkatkan moral karyawan sehingga
karyawan akan merasa bekerja dalam iklim
sosial yang penuh rasa kekeluargaan
- Mempertahankan dan meningkatkan motivasi
kerja karyawan agar tetap bekerja efektif dan
menghasilkan kinerja yang baik
Kemudian kalau di lihat dari jenisnya
kompensasi tunjangan itu juga bervariasi.
Misalnya menurut Flippo dalam Hariandja
a(2002: 281) jenis kompensasi itu adalah: (i)
payment for time not work, meliputi: pay rest
period, play lunch priop, wash-up time, clothes-
change time, get ready time, vacation, holiday,
dan sick leave. (ii) Hazard protection yang
meliputi: illness, injury, debt, un-employment,
permanent disability, old age, and death. (iii)
employee sevice yang meliputi: services
available on continuing basis (housing, food,
advice, recreation), service in exemplified by
such fraying benefit (cafeteria, paid legal
service, career counseling, educational tuition,
and housting, medical service, low cost loans,
and day-care centres for children), (iv) legally
16
dapat required payment yang meliputi:
unemployment compensation, worker
compensation insurance, old age and survivors
insurance under sosial security and medicare.
Dalam prespsi yang lain Simamora mengemukakan program-
program tunjangan dapat di bagi kedalam tiga kategori. Pertama
tunjangan-tunjangan yang menggantikan pendapatan (income) seperti
tunjangan keamanan sosial dan pensiun menggantikan pendapatan pada
waktu pensiun, kontinuitas gaji, dan program-program bagi yang tidak
mampu, cacat yang jangka panjang dan jangka pendek menggantikan
pendapatan karena sakit atau cacat kedua tunjangan-tunjangan yang
memberikan rasa aman bagi kalangan karyawan dengan membayar
pengeluaran-pengeluaran ekstra atau luar biasa yang di alami secara tidak
terduga. Program-program tunjangan yang dipandang sebagai kesempatan-
kesempatan bagi karyawan
Wungu dan Brotoharsojo (2003:98) dalam kadarisman
mengemukakan sebagai berikut: sekurang-kurangnya dikenal ada tiga jenis
tunjangan (fringe benefit) ketiga jenis tunjangan tersebut adalah berupa:
(i) Tunjangan untuk kemanan dan kesehatan (Security and
health)
(ii) Tunjangan untuk bayar pegawai yang saat tidak aktif
bekerja ( payment for time not work)
17
(iii) Dan tunjangan untuk pelayanan karyawan (employe
ervices)
Haikal (2004:19) menyatakan bahwa organisasi modern khususnya
banyakk di Amerika adalah organisasi yang memperhatikan karyawannnya
untuk dapat menjalankan aktivitas kerjanya yanh handal, dan mandiri
professional, menjalankan aktivitas kerjanya sesuai dengan wujud
pemberian kompensasi finansial. Wujud pemberian kompensasi finansial
tidak menekankan pada wujud gaji, tetapi juga sangat mendambakan
adanya yang tunjangan yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan
Hasbullah (2005:8) menyatakan bahwa suatu organisasi yang di
dalamnya terdapat dinamika kerja yang kompetitif dengan penilaian yang
dapat berorientasi kepada suatu bentuk penilaian apresiasi tertinggi atas
kegiatan yang dilakukan oleh seorang karyawan untuk mencapai tujuan.
Kebanyakan dari karyawan saat ini menuntut adanya pemberian
kompensasi finansial tunjangan yang akan mampu meningkatkan
kesejahteraannya. Pemberian tunjangan yang dirasakan karyawan sebagai
bentuk pengakuan dari pimpinan atau sejawatnya, sehingga melakukan
berbagai pengorbanan material untuk mendapatkan pujian, pengakuan atau
apresiasi positif terhadap aktivitas yang dilakukannya, dengan pemberian
tunjangan atas aktivitas kerja yang dilakukannya menjadi suatu motif dan
semangat untuk dapat menjalankan aktivitas kerjanya dengan baik dan
berupaya untuk mengembangkan karir kerjanya untuk mendapatkan
penilaian dari pimpinan.
18
2.3 INSENTIF
Insentif adalah pemberian tambahan upah untuk menghargai dan
menambah motivasi karyawan berkait kerja atau kinerjanya yang berhasil. Tujuan
utamanya adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada
karyawan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya atau
meningkatkan produktivitasnya. Sistem pemberian insentif bisa berdasarkan
jumlah outfut yang dihasilkan pekerja; berdasarkan bonus produksi; komisi;
pengalamannya bekerja, prestasi; kelangkaan profesi; prestasi kepempininan
dalam membawa keuntungan perusahaan dan lain-lain.
Sistem program insentif ini harus jelas dan diketahui oleh semua
karyawan. Untuk itu perlu disosialisasikan kepada semua karyawan.
Penyelengaraanprogram ini agar diselenggarakan secara berkesinambungan,
namun besarnya insentif tetap harus disesuaikan dengan perkembangan dan
kemampuan perusahaan. Data yang lengkap dan relevan untuk menunjang
program tersebut juga harus diperhatikan.
Ada bebrapa ahli manajemen mengemukakan pengertian mengenai
insentif. Menurut G.R Terry, “Lattery incentive meants that which incites or a
tendency to incite action,” insentif merupakan sesuatu yang merangsang
minatuntuk bekerja. Pernyataan ini merupakan pendapat yang baik jika di
terapkan di perusahaan karena dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas
karyawan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dikarenakan
karyawan akan bekerja secara optimal.
19
Pemberian insentif dapat berupa pemberian secara positif dan negative,
yang dimaksud dengan pemberian insentif positif adalah pemberian perusahaan
yang dapat merangsang dengan cara pemberian hadiah, bonus, pujian, pemberian
secara positif juga berupa non material. Pemberian insentif negative apabila
karyawan kurang berprestasi atau bekerja tidak sesuai dengan harapan perusahaan
sehingga dapat diberikan sanksi, peringatan, hukuman, training dan sebagainya,
kepada karyawan yang prestasinya di bawah standar.
Menurut Hasibuan (2001: 117) mengemukakan bahwa tambahan balas
jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi
standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil
dalam pemberian kompensasi.
Menurut mangkunegara (2002: 98) Insentif adalah suatu bentuk motivasi yang
dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan juga merupakan
rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi
terhadap organisasi ( perusahaan )."
Menurut Keith Davis dan William B. Werther, mengatakan bahwa :
“Insentive system link compensation and performance by rewarding empolyee for
their actual result, not for seniority or for hours worked”. (Bahwa sistem insentif
menghubungkan kompensasi dan prestasi kerja karyawan dengan membayar
paling sesuai dengan hasil kerja mereka dan bukan karena kesenioritasan atau
lamanya bekerja).
Samsurya (2004:75) menyatakan suatu kompensasi yang diberikan oleh
organisasi tidak hanya berwujud gaji, tetapi jauh lebih tinggi nilai kompensasi
20
yang diterima oleh karyawan apabila diberikan insentif. Kompensasi finansial
berupa insentif adalah kompensasi yang diberikan karyawan karena menjalankan
aktivitas kerja di luar jam kerja yang ditetapkan yang biasanya diistilahkan dengan
uang lembur.
Jadi menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa
insentif adalah dorongan kepada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar
lebih dapat mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat menambah
kemauan kerja dan memotivasi sesorang pegawai agar terciptanya suatu kinerja
yang bekualitas dengan tujuan perusahaaan.
Menurut Chester I. Bernard, beberapa macam insentif yang dapat
diberikan kepada karyawan antara lain:
a. Dorongan material uang atau barang
b. Kesempatan untuk mendapatkan kehormatan, prestise dan kekuasaan
perseorangan
c. Syarat-syarat pekerjaan yang diinginkan bersih, lingkungan yang
tenang atau ruang kantor yang tersendiri
d. Kebangaaan akan pekerjaannya, jasa untuk keluarga, dan patriotism
atau perasaan keagamaan
e. Kesenangan perseorangan dan kepuasan dalam hubungan-hubungan
sosial dan organisasi
f. Persesuaian dengan kebiasaan praktik dan sikap biasa, serta dapat
menerima aturan dan pola-pola tingkah laku perusahaan.
21
g. Perasaan turut serta dalam kejadian atau peristiwa yang penting dalam
perusahaan.
Jadi dapat dilihat pemberian insentif dapat berupa insentif material
dan insentif non material. Insentif material adalah pemberian perusahaan
kepada karyawan berupa materi seperti uang dan barang, yang dapat
diberikan berupa bonus, komisi, dan profit sharing, insentif ini bernilai
ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan. Insentif
non material adalah pemberian perusahaan kepada karyawan berupa
bentuk penghargaan seperti pemberian gelar secara resmi, tanda jasa atau
mendali, pujian secara lisan dan tertulis, piagam penghargaan, promosi,
pemberian pujian lisan atau tulisan, pemberian hak untuk memakai suatu
atribut jabatan, pemberian gelar pahlawan jika dimakamkan, dan ucapan
terimakasih secara formal dan non formal.
Jenis-jenis insentif dalam suatu perusahaan harus dituangkan
secara jelas sehingga dapat di ketahui oleh pegawai dan oleh perusahaan
tersebut dapat dijadikan kontribusi yang baik untuk dapat menambah
gairah kerja bagi pegawai yang bersangkutan
Menurut ahli manajemen sumber daya manusia Siagian
(2002:268), jenis-jenis insentif tersebut adalah:
1. Piecework
Salah satu teknik yang lumrah digunakan untuk mendorong para
karyawan meningkatkan produktivitas kinerja adalah dengan jalan
22
memberikan insentif finansial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan
karyawan yang dinyatakan dalam unit produksi.
2. Bonus
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu
bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku
terlampaui.
3. Komisi
Sistem insentif lain yang lumrah ditetapkan adalah pemberian komisi.
Pada dasarnya ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para karyawan
memperoleh gaji pokok, tetapi penghasilannya dapat bertambah
dengan bonus yang diterimanya karena keberhasilan melaksanakan
tugas. Kedua, karyawan memperoleh penghasilan semata-mata berupa
komisi. Cara ini paling sering diterapkan bagii tenaga-tenaga
penjualan di perusahaan-perusahaan tertentu.
4. Kurva “Kematangan”
Dalam praktek penggunaan kurva ini berarti bahwa apabila ada tenaga
professional yang karena masa kerja dan golongan pangkat serta gaji
tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi,
dibuat suatu kurva prestasi kerja. Jika kurva tersebut menunjukan
bahwa prestasi kerja mereka lebih besar dari prestasi kerja “normal”,
kepada mereka diberikan insentif tertentu. Dengan demikian, meskipun
golongan pangkat dan ruang gaji sudah maksmimal, riil mereka masih
dapat ditingkatkan. Dengan demikian prestasi kerja mereka terus
23
meningkat, misalnya dalam bentuk hasil penelitian, karya ilmiah yang
dipublikasikan, beban mengajar yang lebih besar dan lain sebagainya.
5. Insentif bagi Eksekutif
Insentif bagi eksekutif ini adalah insentif yang diberikan kepada
pegawai khususnya manajer atau pegawai yang memiliki kedudukan
tinggi dalam suatu perusahaan, misalnya untuk membayar cicilan
rumah, kendaraan bermotor atau biaya pendidikan anak.
2.4 Macam-macam bentuk Insentif
1. Bonus payment (Pembayaran Premi)
Premi di berikan kepada para pimpinan setelah akhir tahun,
di tambahkan pada gaji pkoknya. Pembayaran ini mungkin
tunai, mungkin juga di tunda penyerahannya sampai
pimpinan mencapai usia pensiun. Biasanya premi di
berikan setelah pimpinan/perusahan bisa merealisir suatu
tujuan tertentu (missal mencapai tagert laba tertentu).
2. Stock options
stock option adalah hak untuk memberi sejumlah saham
pada harga tertentu pada suatu periode tertentu harga saham
biasanya di tawarkan di bawah haraga pasar selisih harga
ini merupakan harga bonus (premi) yang di terima oleh
pemimpin.
24
3. Phantom stock plans
Di bawah cara ini pimpinan tidak benar-benar menerima
saham tetapi hanya dicatat dalam rekeningnya nilai saham
perusahaan pada harga pasar. Setelah beberapa waktu
tertentu, biasanya 3 s/d 5 tahun para pimpinan akan
menerima/dibayarkan premi sebesar kenaikan nilai saham
(sesuai kenaikan menurut harga pasar). Premi ini bisa
dibayar tunai, ataupun di tunda pembayarannya sampai
dengan masa pensiun.
2.5 Kinerja
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja
(performance). Sebagaimana dikemukakan oleh mangkunegara (2007)
bahwa istilah dari kinerja dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan padanya.
Pengertian kinerja menurut Robbins (2001: 171) bahwa kinerja merupakan
suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria
tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Sedangkan menurut
Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani (1998: 223) menyatakan bahwa
kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai
tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
25
Kinerja merupakan hasil dari kerja dari karyawan yang dilakukan
dengan batas waktu tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang
kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja
maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh
seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja
merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang. Kinerja perorangan(individual performance) dengan kinerja
lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate
performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila
kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar
kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik.
Menurut T.R. Mitchell (1978: 343) dalam Sedarmayanti (2001: 51),
menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Prom Quality of Work (Kualitas Kerja)
2. Promptness (Ketepatan Waktu)
3. Initiative (Inisiatif)
4. Capability (Kemampuan)
5. Communication (Komunikasi)
Apabila ukuran pencapaian kinerja sudah ditetapkan, maka langkah
berikutnya dalam mengukur kinerja adalah mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu.
Dengan membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat oleh periode
waktu yang bersangkutan, akan didapatkan tingkat kinerja dari seorang
26
pegawai. Secara ringkasnya dapatlah dikatakan bahwa pengukuran tentang
kinerja pegawai tergantung kepada jenis pekerjaanya dan tujuan dari
organisasi yang bersangkutan.
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Bagaiamnapun harapan yang ingin dicapai dari hasil penilaian kinerja
personel adalah kinerjanya baik. Oleh karena itu, para pimpinan dan
bagian pesonel sejak awal harus menyadari akan pentingnya faktor-faktor
yang mempengaruhi mengapa seseorang bisa berkinerja baik dan tidak.
Pada umumnya kinerja personel dipengaruhi oleh berbagai factor antara
lain :
Sasaran: Adanya rumusan sasaran yang jelas tentang apa yang
diharapkaan oleh organisasi untuk dicapai.
Standar: apa ukurannya bahwa seseorang telah berhasil mencapai
sasaran yang diiinginkan oleh organisasi
Umpan balik: informasi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
upaya mencapai sasaran sesuai standar yang ditentukan
Peluang: beri kesempatan orang itu untuk melaksankan tugasnya
mencapai sasaran tersebut.
Sarana: sediakan sarana yang diperlukan untuk mendukung
pelaksaanaan tugasnya
Kompetensi: beri pelatihan yang efektif, yaitu bukan sekedar belajar
tentang sesuatu, tetapi belajar bagaimana melakukan sesuatu.
Menurut simanjuntak (2005) kinerja dipengaruhi oleh:
27
1. Kualitas dan kemampuan pegawai. Yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikam/pelatihan, etos kerja, motivasi
kerja, sikap mental dan kondisi fisik pegawai.
2. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan
(keselamatan kerja, kesehatan kerja, sarana produksi,
teknologi) dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan
pegawai (upah/gaji, jaminan sosial, keamanan kerja)
3. Supra Sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
kebijaksanaan pemerintah dan hubungan industrial manajemen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dibagi menjadi
bebrerapa kelompok variabel, yaitu:
1. Variabel individu: kemampuan dan keterampilan mental dan
fisik, latar belakang: keluarga, tingkat sosial, pengalaman.
Demografis: umur, etnis, jenis kelamin
2. Variabel organisasi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur.
3. Variabel psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar,
motivasi.
2.7 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu proses menilai hasil karya karyawan
dengan menggunakan instrument penilaian kinerja dengan membandingkannya
dengan standar baku. Melalui penilaian itu kita dapat mengetahui apakah
28
pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun
sebelumnya
2.8 Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam
perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen sumber daya
manusia, yaitu sebagai berikut :
a. Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermaanfaat bagi karyawan, manajer dan
spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk
memperbaiki kinerja.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan
siapa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran
dalam bentuk upah dan bonus yang didasarkan pada sistem
merit.
c. Keputusan Penempatan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan, biasanya didasarkan
pada kinerja masa lalu dan antisipatif: misalnya dalam bentuk
penghargaan
d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk
melakukan pelatihan kemabali. Setiap karyawan hendaknya
selalu mampu mengembangkan diri.
29
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan
tentang karier spesifik karyawan.
f. Defsiensi Poses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam kekuatan dan
kelemahan dalam prosedur penempatan di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam
informasi analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari
sistem manajemen personal. Hal ini demikin akan mengarah
pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa karyawan,
pelatihan, dan keputusan konseling.
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancangan
pekerjaan yang keliru, lewat penilaian dapat didiagnosis
kesalahan-kesalahan tersebut.
i. Kesempatan kerja yang Sama
Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung
kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan
penempatan internal bukanlah sesuatu yang bersifat
dikriminasi.
j. Tantangan-tantangan eksternal
30
Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan,
atau masalah-masalah lainnya. Jika masalah-masalah tersebut
tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM mungkin
mampu menyediakan bantuannya.
Menurut Sedaramayanti (2007), tujuan dari penilaian
kinerja sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan pegawai
2. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil
kerja.
3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai
seoptimal mungkin, sehingga dapat diarahkan
jenjang/rencana karirernya, kenaikan pangkat dan kenaikan
jabatan
4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat
antara atasan dan bawahan
5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari
bidang kepegawaian khususnya kinerja pegawai dalam
bekerja.
2.9 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuaan penilaian kinerja secara umum:
a. menilai kemampuan karyawan
31
penilaian ini merupakan tujuan yang mendasar dalam menilai karyawan secara
individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai efektivitas
manajemen sumber daya manusia.
b. Pengembangan karyawan
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personel seperti: promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian
kompensasi.
Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan untuk:
Mengenali SDM yang perlu dilakukan pembinaan
Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi
Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi karyawan
Tujuan utama sistem penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi
yang akurat dan valid sehubungan dengan perilaku dan kinerja
karyawan. Semakin akurat dan valid informasi yang dihasilkan oleh
sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi nilainya bagi
perusahaan.
Tujuan penilaian kinerja secara khusus:
Walaupun semua perusahaan masing-masing mempunyai tujuan yang
mendasar mengenai sistem penilaisan kinera. Informasi yang
dihasilkan oleh sistem tersebut dapat digunakan secara khusus bagi
perusahaan. Tujuan khusus tersebut dapat digolongkan menjadi dua
bagian besar yaitu: evaluasi dan pengembangan.
32
2.10 Dimensi kinerja menurut Gomes (2003: 134) yaitu:
1. Quality of Work, mencakup akurasi, keahlian dan kesempurnaan dalam
pekerjaan
2. Quantity of Work, mencakup banyaknya bentuk yang diproses, lamanya
waktu yang digunakan dan banyaknya kesalahan yang dilakukan
3. Job Knowledge, pemahaman karyawan mengenai fakta-fakta atau
faktorfaktor
yang berhubungan dengan pekerjaan
4. Cooperation, kemampuan dan kerelaan untuk bekerja denga rekan,
penyelia
dan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi bersama.
5. Initiative, merupakan kesungguhan dalam meminta tanggung jawab,
memulai diri dan tidak genar untuk memulai
6. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang muncul
7. Dependability, merupakan aspek penilaian kinerja dimana pekerja
mengikuti petunjuk dan kebijakan perusahaan tanpa pengawasan dari
penyelia
8. Personal Qualities, meliputi kepribadian, penampilan, sosioabilitas,
kepemimpinan dan integritas.
2.11 Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2000:97)
adalah :
33
1. Tingkat kemampuan kerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan
baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan pelatihan maupun yang
bersumber dari pengalaman kerja.
2. Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar
pekerja sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang
memungkinkan tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat.
2.11 Kerangka Penelitian
2.12 Hipotesis
H1 : Diduga Gaji Berpengaruh Positif dan Signifikan
terhadap kinerja karyawan Lokal Hotel
H2 : Diduga Tunjangan berpengaruh Positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan Lokal Hotel
H3 : Diduga insentif berpengaruh paling dominan
terhadap kinerja karyawan di Lokal Hote
Kompensasi (X)
X1: Gaji
X2 Tunjangan
X3
Insentif
Kinerja (Y)