bab ii kazi

Upload: reza-iwana

Post on 10-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres2.1.1. Definisi Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan- tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Berdasarkan uraian pengertian stres di atas maka, stres adalah kondisi individu yang merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan, menyebabkan adanya suatu tekanan dan mempengaruhi aspek fisik, perilaku, kognitif, dan emosional (Lazarus, 1984).Aspek-aspek stres menurut Sarafino (1994) ada dua, yaitu : a. Aspek Biologis Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.b. Aspek Psikologis Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain: 1) Gejala kognisi Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi. 2) Gejala emosi Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi. 3) Gejala tingkah laku Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal.

2.1.2 Klasifikasi dan Etiologi 1. Stres Kepribadian (Personality Stress)Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stres jenis yang satu ini. 2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress)Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)Stres bioekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya. 4. Stres Pekerjaan (Job Stress)Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan,deadline, terlalu banyak kerjaan, ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), target tinggi, usaha gagal dan persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan. 5. Stres mahasiswa (Student stress)Stress ini dipicu oleh dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stressor, yaitu stressor dari area personal dan sosial, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis kuliah itu sendiri (Sarafino,1994)2.1.3 Tingkatan stres Tingkatan stres menurut (Rasmun, 2004) dibagi menjadi 3 bagian :1. Stres ringan Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur,kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. 2. Stres sedang Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang. 3. Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.2.1.4 Gejala dan tanda stres Rasa takut dan cemas dapat melahirkan pikiran-pikiran positif ataupun negatif. Hal positif seperti kewaspadaan dan pengharapan akan hal-hal baru. Hal- hal negatif seperti ketidakpercayaan, penolakan, kemarahan, depresi yang kemudian akan mempengaruhi fisik (psikosomatik) kita seperti timbulnya kelelahan, sakit kepala, sakit perut, kemerahan, insomnia, hilang nafsu makan, tekanan darah tinggi, luka pada lambung ,penyakit jantung, dan stroke. Gejala fisik yang umumnya dialami ketika mengalami stres adalah jantung berdebar-debar, dan otot-otot menjadi tegang akibat dari rangsangan hormon adrenalin, ruam kulit dan sakit kepala atau migren.(Hariandja,2002)2.1.5 Sumber-sumber stres Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk sebagai berikut:1. Krisis Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat merangsang stresor. Misalnya krisis dibidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya. 2. Frustasi Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar. 3. Konflik Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan naluri tersebut. 4. Tekanan Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang.(Rasmun,2004)2.1.6 Mekanisme stres Empat variabel psikologik yang mempengaruhi mekanisme respons stres: 1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intensitas respons stres. 2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi. 3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres. 4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres. Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Lazarus,1984).2.1.7 Skala ukur stres Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. DASS terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (R.Crawford & Henry, 2003).2.2 Nyeri Kepala2.2.1 DefinisiNyeri kepala atau sefalgia adalah suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala. Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh masyarakat. Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi nyeri kepala primer dan sekunder. Yang termasuk ke dalam nyeri kepala primer antara lain adalah; nyeri kepala tipe tegang (TTH - Tension Type Headache), migrain, nyeri kepala klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala juga dapat terjadi sekunder, yang berarti disebabkan kondisi kesehatan lain (Goadsby, 2002).2.2.2 Etiologi Nyeri KepalaBerdasarkan onsetnya nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok yaitu nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut disebabkan oleh pendarahan subarakhnoid , penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau encephalitis dan juga penyakit mata. Nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe- tegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease nyeri kepala disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, iritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala (Greenberg, 2002).2.2.3 Faktor resiko dan epidemiologi nyeri kepalaFaktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit,jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktorgenetik. Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yangberdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. IHS juga mengemukakan nyeri kepala klaster 80 90 % terjadi pada pria dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun (Olesen, J., 2004). Sjahrir, 2008 juga mengemukakan bahwa prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut; Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14% hasil ini merupakan penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di Indonesia.2.2.4 Klasifikasi Nyeri Kepala Berdasarkan klasifikasi IHS edisi 2 dari yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala terdiri atas migren, nyeri kepala tipe-tegang, nyeri kepala klaster dan trigeminal-autonomic cephalalgias dan other primary headaches.1. MigrenMigren merupakan suatu sindrom nyeri rekuren episodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya dua sampai tiga kali lebih sering dijumpai pada perempuan usa dibawah 40 tahun daripada laki-laki,, diperkirakan sekitar 75-80% terjadi akibat dasar genetik. a. Migren tanpa auraMigren tanpa aura adalah tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80% dari seluruh pasien migren. IHS juga menyebutkan bahwa kriteria migren tanpa aura adalah sebagai berikut ; Durasi 4 sampai 72 jam Lokasi Unilateral,kualitas berdenyut (pulsating), intensitas nyeri sedang sampai berat dan nyeri diperparah oleh aktifitas fisik. Selama terjadi nyeri kepala dapat terjadi mual dan muntah atau keduanya, fotofobia dan fonofobia.b. Migren dengan auraPasien yang mengalami migren dengan didahului oleh aura kemungkinannya mengalami rangkaian perubahan neurologic 24 sampai 48 jam sebelum awitan nyeri kepala. Gejala aura yang khas adalah penglihatan dan sensorik abnormal seperti melihat kilatan atau cahaya tajam dan seperti mencium sesuatu serta merasa mengecap.2. Nyeri kepala klasterNyeri kepala klaster merupakan suatu sindrom nyeri kepala neurovascular yang khas dan disembuhkan. Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini.Laki-laki biasanya lebih sering dibanding perempuan. Karakteristik nyeri adalah konstan, parah, tidak berdenyut dan unilateral serta sering berbatas di sekitar satu mata (selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan. Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan. Faktor pemicu lainnya adalah stres dan perubahan cuaca. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali gelisah selama serangan dan tampak kemerahan (flushing). 3. Nyeri kepala tipe tegangNyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum diketahui, akan tetapi kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher. Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat menetap selama beberapa bulan atau tahun,nyeri dapat memburuk pada sore hari dan nyeri kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal (Price & Wilson, 2005).2.2.5 Patofisiologi nyeri kepalaSakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri (Ahmad, 1999).(Lance, 2002) menjelaskan bahwa beberapa mekanisme umum yang memicu terjadinya nyeri kepala adalah sebagai berikut : (1) peregangan atau pergeseranpembuluh darah intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3)kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum(nyeri lokal), (4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otakmirip dengan opiat, bahan aktif pada endorfin)1. Patofisiologi Nyeri Kepala Type Tegang Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literaturdisebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarahpada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigemino servikalispars kaudalis yang akan mensensitasisecond order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptifpada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme periferyang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkanpelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikutihipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunan supraspinal decending pain inhibit activity, (5) kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi infopada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet,penurunan beta endorfin dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motorstress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NOpada kornu dorsalis (Ryszard dkk,2011).

2. Patofisiologi MigrenTerdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otakberkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai. Teori penyebaran depresi kortikal,dimana pada orang migren nilai ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lastingwave depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunanpelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika melewati korteks serebri.Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibataktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus padapembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related peptide). CGRP akanberikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaranmediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja padaarteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah.Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron yangbertindak sebagai transmisi impuls nyeri (Ris & Tobias, 2012)3. Patofisiologi KlasterPatofisiologi dari kluster headache belum sepenuhnya dimengerti. Periodisitasnya dikaitkan dengan pengaruh hormon pada hipotalamus (terutama nukleus suprachiasmatik). Hasil dari neuroimaging fungsional dengan positron emision tomografi (PET) dan pencitraan anatomis dengan morfometri voxel-base telah mengidentifikasikan bagian posterior dari substansia grisea dari hipotalamus sebagai area kunci dasar kerusakan pada kluster headache.Nyeri pada klaster dihasilkan pada tingkat kompleks perikarotid/sinus kavernosus. Daerah ini menerima impuls simpatis dan parasimpatis dari batang otak, mungkin memperantarai terjadinya fenomena otonom pada saat serangan. Peranan pasti dari faktor-faktor imunologis dan vasoregulator, sebagaimana pengaruh hipoksemia dan hipokapnia pada nyeri kepala klaster masih kontroversial (Iacovelli dkk,2012).2.2.6 Penatalaksanaan Nyeri KepalaPasien migren, akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot (Katzung, 2011)Obat-obat yang bermanfaat bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan obat vasokonstriktor ergotamin tartrat, sumatriptan atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam darah harus dipantau (Tripathi, 2003). Penatalaksanaan berupa terapi untuk nyeri kepala tipe tegang sering tidak memuaskan. Beberapa pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu (Syarif, 2007). Terapi yang tepat untuk pasien dengan nyeri kepala tipe tegang idealnya diberikan obat-obat non-adiktif berupa aspirin dan asetaminoven (Price & Wilson, 2005).2.3 Hubungan Stres dengan Nyeri KepalaMenurut (Lindsay, 2004) ada 3 teori tentang stres yang memicu nyeri kepala: 1. Adanya stres fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala.2. Stres mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasipembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptidaini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). 3. Stres dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction,stage of resistance , dan stage of exhausted.a) Alarmreaction adalah stres menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsangpengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasijaras nyeri.b) Stage of resistance adalah sumber energi yang digunakan berasal dariglikogen yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.c) Stage of exhausted adalah sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.Nyeri kepala merupakan salah satu dampak negatif stres secara patologis. Nyeri kepala merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama (Bendtsen & Jensen , 2009). Stres yang berlangsung cukup lama, akan membuat tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya (Hartono, 2011). Keadaan ini menduduki proporsi tempat yang teratas yakni sekitar 42% dari keseluruhan pasien neurologi (Sjahrir, 2008). Ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme ynag akhirnya akan menyebabkan nyeri (Sherwood, 2012).

2.4 Kerangka teori

Stres

-penyakit penyakit pada-tulang kranium-neuritis neuralgia,-irritasi meningeal,(Greenberg,2002).acranial-pendarahan subaraknoid-meningitis(Greenberg,2002).

Nyeri kepala

-lesi di intracranial,-trauma-penurunan tekanan intracranial pada tulang kranium.(Greenberg,2002).

= Mengikuti jalur penelitian

= Tidak mengikuti jalur penelitian

4