bab ii kajian teoritik a. deskripsi konseptual 1. pembelajaran …repository.ump.ac.id/5123/3/iska...
TRANSCRIPT
7
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model pembelajaran
dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan (Wena, 2013 ). Menurut Tan (Rusman, 2013:
229) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Trianto (2010: 90) mengemukakan model pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan
yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Berdasarkan pendapat Bruner (Trianto, 2010: 91), bahwa berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan
masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret,
dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
8
8
masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi
peserta didik.
Menurut Trianto (2010: 93), berbagai pengembang pengajaran
berdasarkan masalah telah memberikan karakteristik model pengajaran
berdasarkan masalah sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld,
Marx, & Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992,1994;
Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990).
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan
pelajaran di seputar prinsip-prinsip atau kecakapan akademik tertentu,
pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran pada
sejumlah pertanyaan, yang baik secara sosial maupun personal bermakna
bagi siswa. Mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi
untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berbasis
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA,
matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah
dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa
meninjau masalah itu dari berbagai sudut disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
9
9
ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
Metode investigasinya sudah barang tentu, bergantung pada masalah
yang dikaji.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis
masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu, dalam
bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk
tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pada pelajaran ”Roots and
Wings”. Produk tersebut dapat juga berupa laporan, model fisik, video
maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan
dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan
kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau
makalah.
e. Ada kolaborasi, implementasi PBL ditandai oleh adanya kerjasama antar
siswa satu sama lain, biasanya dalam pasangan siswa atau kelompok
kecil siswa. Bekerjasama akan memberikan motivasi untuk terlibat
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks,
meningkatkan kesempatan untuk saling bertukar pikiran dan
mengembangkan inkuiri, serta melakukan dialog untuk mengembangkan
kecakapan sosial.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
10
10
Sintaks dalam PBL meliputi:
a. Orientasi siswa kepada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menguraikan kebutuhan logistik
(bahan dan alat) yang diperlukan bagi pemecahan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah
dipilih siswa bersama guru, maupun yang telah dipilih sendiri oleh siswa.
b. Mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-
tugas siswa dalam belajar memecahkan masalah, menentukan tema,
jadwal, tugas dan lain-lain.
c. Memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok.
Guru memotivasi siswa untuk membuat hipotesis, mengumpulkan
informasi data yang relevan dengan pemecahan masalah, melakukan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan solusi.
d. Mengembangkan dan mempresentasikan karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
relevan, misalnya membuat laporan, membantu berbagi tugas dengan
teman-teman dikelompoknya dan lain-lain, kemudian siswa
mempresentasikan karya sebagai bukti pemecahan masalah.
e. Refleksi dan penilaian.
Guru memandu siswa untuk melakukan refleksi, memahami kekuatan
dan kelemahan laporan mereka, mencatat dalam ingatan butir-butir atau
konsep penting terkait pemecahan masalah, menganalisis dan menilai
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
11
11
proses-proses dan hasil akhir dari investigasi masalah. Selanjutnya
mempersiapakan penyelidikan lebih lanjut terkait hasil pemecahan
masalah. (Arends, 2008: 57)
2. Think pair share
Strategi Think Pair Share(TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Shareini
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama
kali dikembangkan oleh Frang Lyman (1985) dan koleganya di Universitas
Maryland yang menyatakan bahwa Think Pair Sharemerupakan suatu cara
yang efekif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan
dalam think pair sharedapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk
berpikir, untuk merespon, dan saling membantu.
Langkah-langkah strategi TPS. Menurut Trianto (2009) adalah:
a. Guru mengajukan pertanyaan atau problema yang terkait dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri. Proses think dimulai pada saat guru melakukan
demonstrasi untuk menggali konsep awal siswa. Pada tahap ini, siswa
diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan
jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.
Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
12
12
siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa berusaha
dengan kemampuan berpikirnya untuk mengungkapkan ide-ide yang
dimilikinya, sehingga dapat mengekspresikan, menginterpretasikan ide-
ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
b. Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah difikirkan melalui pengamatan, eksplorasi, atau
prosedur penelitian. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau dapat
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan. Pada tahap ini, guru mengelompokan siswa secara
berpasangan. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk
mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan oleh guru. Setiap siswa memilikikesempatan untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinanjawaban secara bersama. Melalui
diskusi ini siswa dapat mengembangkan cara berpikirnya, dan saling
bertukar pikiran untuk memberikan gagasan satu sama lain lalu
mengembangkannya untuk mencari kesepakatan jawaban yang dianggap
paling benar.
c. Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan tersebut untuk berbagi
atau bekerjasama dengan kelas keseluruhan mengenai apa yang telah
dibicarakan.Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkannya sampai sekitar sebagian pasangan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
13
13
mendapat kesempatan untuk melaporkan. Guru meminta pasangan-
pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan
pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Langkah ini merupakan
penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa
langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami
mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan
kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika
guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
3. PBL dengan Strategi TPS
PBL adalahmodel pembelajaran yang dimulai dengan memberikan
masalah kepada siswa, dimana masalah yang diberikan merupakan masalah
yang berkaitan dengan permasalahan dunia nyata, selanjutnya siswa
memecahkan masalah dengan diskusi kelompok. Dalam melaksanakan
diskusi kelompok terkadang siswa masih tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga perlu dilakukan alternatif agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik yaitu dengan diterapkannya strategi TPS. Strategi
TPS merupakan strategi pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dalam diskusi. Penerapan PBL dengan
Strategi TPS, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan konteks dunia nyata baik secara individu
maupun kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diuraikan langkah-langkah
pelaksanaan PBL dengan strategi TPS sebagai berikut:
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
14
14
Tabel 2.1 Langkah-langkah PBL dengan strategi TPS
Tahapan Perilaku Guru
Fase 1:
Orientasi siswa pada
masalah
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan menjelaskan logistik yang diperlukan.
2. Memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam
pembelajaran
Fase 2:
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok dengan anggota kelompok
masing-masing 2 siswa.
2. Guru memberikan masalah yang berkaitan
dengan permasalahan dunia nyata pada
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan
kepada setiap siswa dan membantu siswa
dalam mengidentifikasi dan
mengkoordinasikan LKS yang diberikan.
Fase 3: Membimbing
Penyelidikan individu
dan kelompok
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berfikir (think) dalam menyelesaikan
LKS secara individu.
2. Guru meminta siswa untuk berpasangan
(pair) dengan anggota kelompoknya dalam
rangka untuk mendiskusikan hasil yang
diperoleh masing-masing siswa.
3. Guru membimbing atau mengarahkan siswa
untuk berbagi (share) dengan kelompok
berpasangan lainnya
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasi karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan, mempersiapkan hasil
diskusinya untuk dipresentasikan di depan
kelas
Fase 5: Menganalisis
dan mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
dari proses yang mereka gunakan dalam
menyelesaikan masalah
Adapun perbedaan antara PBL dan PBL dengan strategi TPS adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbedaan PBL dan PBL dengan strategi TPS
PBL PBL dengan strategi TPS
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok dengan anggota
kelompok masing-masing 4-5
siswa.
Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok dengan anggota
kelompok masing-masing 2 siswa.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
15
15
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
1. Guru mengawasi jalannya
diskusi setiap kelompok.
2. Guru membimbing setiap
kelompok saat berdiskusi dan
bekerjasama dengan anggota
kelompoknya dalam
menyelesaikan LKS.
3. Guru membantu siswa dalam
mengumpulkan informasi agar
siswa dapat menyelesaikan
masalah pada LKS.
1. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk berfikir
(think) dalam menyelesaikan LKS
secara individu.
2. Guru meminta siswa untuk
berpasangan (pair) dengan
anggota kelompoknya dalam
rangka untuk mendiskusikan hasil
yang diperoleh masing-masing
siswa.
3. Guru membimbing atau
mengarahkan siswa untuk berbagi
(share) dengan kelompok
berpasangan lainnya.
Langkah-langkah PBL dengan strategi TPS dan PBL dalam
pelaksanaanya di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Langkah-langkah PBL dengan strategi TPS dan PBL
PBL dengan strategi TPS PBL
Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam dan
meminta salah satu siswa
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
dan menyiapkan media
pembelajaran.
3. Guru menginformasikan cara
belajar yang akan dilaksanakan
dalam pembelajaran dan materi
yang akan dipelajari.
4. Guru menyampaikan apersepsi
1. Guru mengucapkan salam dan
meminta salah satu siswa
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
dan menyiapkan media
pembelajaran.
3. Guru menginformasikan cara
belajar yang akan dilaksanakan
dalam pembelajaran dan materi
yang akan dipelajari.
4. Guru menyampaikan apersepsi
Inti
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
16
16
Tahap 1: Orientasi siswa pada
masalah
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
2. Guru menyampaikan motivasi
3. Guru menampilkan gambar
untuk diamati siswa.
Tahap 2: Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
1. Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok dengan
anggota kelompok masing-
masing 2 siswa.
2. Guru membagikan LKS.
3. Guru membantu siswa
mengidentifikasi dan
mengkoordinasi LKS yang akan
diberikan
Tahap 3: Membimbing
penyelidikan individu dan
kelompok
1. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk berfikir
(think) dalam menyelesaikan
LKS secara Individu.
2. Guru meminta siswa untuk
berpasangan (pair) dengan
anggota kelompoknya dalam
rangka untuk mendiskusikan
hasil yang diperoleh masing-
masing siswa.
3. Guru membimbing atau
mengarahkan siswa untuk
berbagi (share) dengan
kelompok berpasangan lainnya.
Tahap 4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
1. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
2. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk
berpatisipasi aktif menanggapi
hasil diskusi yang sedang di
presentasikan.
Tahap 5: Menganalisis dan
Tahap 1: Orientasi siswa pada
masalah
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2. Guru menyampaikan motivasi.
3. Guru menampilkan gambar untuk
diamati siswa.
Tahap 2: Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
1. Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok dengan
anggota kelompok masing-masing
4–5 siswa.
2. Guru membagikan LKS.
3. Guru membantu siswa
mengidentifikasi dan
mengkoordinasi LKS yang akan
diberikan.
Tahap 3: Membimbing
penyelidikan individu dan
kelompok
1. Guru mengawasi jalannya diskusi
setiap kelompok.
2. Guru membimbing siswa saat
berdiskusi dan bekerjasama
dengan anggota kelompoknya
dalam menyelesaikan LKS.
3. Guru membantu siswa
mengumpulkan informasi
mengenai materi luas permukaan
kubus dan balok, agar siswa dapat
menyelesaikan masalah pada
LKS.
Tahap 4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
1. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
2. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk
berpatisipasi aktif menanggapi
hasil diskusi yang sedang di
presentasikan.
Tahap 5: Menganalisis dan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
17
17
mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
1. Guru dan siswa membahas
bersama setiap pendapat yang
telah dikemukakan siswa dan
melakukan evaluasi dari hasil
presentasi.
2. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang diperoleh.
3. Guru memperhatikan dan
meluruskan kesimpulan yang
disampaikan siswa didepan
kelas.
mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
1. Guru dan siswa membahas
bersama setiap pendapat yang
telah dikemukakan siswa dan
melakukan evaluasi dari hasil
presentasi.
2. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang diperoleh.
3. Guru memperhatikan dan
meluruskan kesimpulan yang
disampaikan siswa didepan kelas.
Penutup
1. Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS.
2. Guru memberikan latihan soal
kepada siswa.
3. Guru meminta siswa untuk
mempelajari materi berikutnya.
4. Guru memberi salam penutup.
1. Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS.
2. Guru memberikan latihan soal
kepada siswa.
3. Guru meminta siswa untuk
mempelajari materi berikutnya.
4. Guru memberi salam penutup.
Penerapan PBL memiliki kelebihan selama proses pembelajaran
berlangsung. Salah satunya melalui penerapan PBL dapat membuat
pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih bemakna. Hal itu dikarenakan
siswa diberi permasalahan dalam konteks dunia nyata dan dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan pengalaman
atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan dalam bentuk diskusi kelompok. Pembentukan
diskusi kelompok secara heterogen sehingga dalam satu kelompok terbagi
menjadi beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Namun, dalam pembelajaran dengan menggunakan PBL juga terdapat
kelemahan. Salah satunya siswa kurang diberi kesempatan dalam
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
18
18
menyelesaikan masalah yang diberikan secara individu. Maka siswa tersebut
tidak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Siswa lebih mudah melepas
diri dari keterlibatan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Selanjutnya, sebagian anggota mengandalkan salah satu anggota
kelompoknya yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih tinggi.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut, maka PBL dipadukan dengan
strategi TPS yaitu strategi pembelajaran yang digunakan untuk
mempengaruhi pola diskusi dalam kelas. Dimulai dari siswa berpikir (think),
berpasangan (pair), dan berbagi (share). Melalui strategi TPS akan lebih
banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menuangkan ide-
idenya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan mengoptimalkan
kemampuannya. Bahkan, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi TPS semua siswa terlibat aktif.
Oleh karena itu, melalui perpaduan PBL dengan strategi TPS dapat
mengoptimalkan kemampuan siswa menjadi lebih baik. Adapun kelebihan
perpaduan PBL dengan strategi TPS dalam pembelajaran salah satunya
melalui perpaduan PBL dengan strategi TPS pembelajaran di dalam kelas
akan lebih bermakna, hal itu dikarenakan siswa akan belajar memecahkan
masalah berkaitan dengan konteks dunia nyata dan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya untuk menemukan pengetahuan baru. Untuk
dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa PBL dipadukan
dengan strategi TPS sesuai dengan tahap berpikir (think) yaitu siswa diberi
kesempatan untuk berpikir dalam menuangkan ide-idenya untuk
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
19
19
menyelesaikan masalah yang diberikan dan bertanggung jawab atas hasil
pekerjaanya.
Oleh karena itu, siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran karena semua siswa harus terlibat aktif dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan. Melalui perpaduanPBLdengan strategi TPS juga
lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
memperbanyak pengetahuannya dengan saling berdiskusi dengan
pasangannya (pair) dan berbagi (share) dengan keseluruhan kelompok
dalam satu kelas sehingga kemampuan siswa dapat dioptimalkan.
Selanjutnya, dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat saling membantu
satu sama lain dalam menyelesaikan masalah. Setiap siswa belajar lebih
banyak mengatasi masalah bersama dan memiliki pengalaman dalam
memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Oleh karena itu, diduga dengan menggunakan perpaduan PBL dengan
strategi TPS dapat megoptimalkan kemampuan siswa menjadi lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan PBL.
4. Koneksi matematis
Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai ketekaitan, koneksi
dalam kaitannya dengan matematika disebut dengan koneksi matematis.
Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan sebagai keterkaitan antara
konsep-konsep matematika secara internal dan eksternal. Keterkaitan secara
internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri danketerkaitan
secara eksternal, yaitu keterkaitanantara matematika dengan bidang lain
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
20
20
baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Bruner (dalam
Kartika, 2004:2) menyatakan dalam matematika setiap konsep berkaitan
dengan konsep yang lain. Begitu pula dengan yang lainnya, misalnya dalil
dengan dalil, antara teori dengan teori, antara topik dengan topik, ataupun
antara cabang matematika dengan cabang matematika yang lain. Oleh
karena itu agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, maka harus
banyak diberikan kesempatan untuk melihat keterkaitan-keterkaitan itu.
Koneksi matematis terilhami karena ilmu matematika tidaklah
terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika
merupakan satu kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari
ilmu selain matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan.
Tanpa koneksi matematis maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu
banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah.
Sedangkan tujuan mengapa siswa perlu mempunyai kemampuan
koneksi matematis menurut NCTM (2000) yaitu:
a. Memperluas wawasan pengetahuan siswa.
Dengan koneksi metematis, siswa diberi suatu materi yang bisa
menjangkau ke berbagai aspek permasalahan baik di dalam maupun di
luar sekolah, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa tidak bertumpu
pada materi yang sedang dipelajari saja tetapi secara tidak langsung
siswa memperoleh banyak pengetahuan yang pada akhirnya dapat
menunjang peningkatan kualitas hasil belajar secara menyeluruh.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
21
21
b. Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu bukan
materi yang berdiri sendiri.
c. Menyatakan relevansi dan manfaat baik disekolah maupun di luar
sekolah.
Mousley (2004) dalam penelitiannya menyebutkan tiga cara yang dapat
diterapkan untuk membuat koneksi matematika yaitu:
a. Koneksi antara pengetahuan matematika baru dengan pengetahuan
matematika yang sudah ada sebelumnya
b. Koneksi antar konsep-konsep matematika
Koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
Menurut NCTM (2000:64) indikator kemampuan koneksi matematis
diantaranya:
a. Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam
matematika.
Dalam hal ini, koneksi dapat membantu siswa untuk memanfaatkan
konsep-konsep yang telah mereka pelajari dengan konteks baru yang
akan dipelajari oleh siswa dengan cara menghubungkan satu konsep
dengan konsep lainnya sehingga siswa dapat mengingat kembali tentang
konsep sebelumnya yang telah siswa pelajari, dan siswa dapat
memandang gagasan-gagasan baru tersebut sebagai perluasan dari
konsep matematika yang sudah dipelajari sebelumnya.Siswa mengenali
gagasan dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam
menjawab soal, dan siswa memanfaatkan gagasan dengan menuliskan
gagasan-gagasan tersebut untuk membuat model matematika yang
digunakan dalam menjawab soal.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
22
22
b. Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu
dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang
menyeluruh.
Pada tahap ini, siswa mampu melihat struktur matematika yang sama
dalam setting yang berbeda. Melalui tahap ini, diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman tentang hubungan antar satu konsep dengan
konsep lainnya.
c. Mengenali dan mengaplikasikan matematika baik dalam matematika
dan lingkungandi luar matematika.
Konteks-konteks eksternal matematika pada tahap ini berkaitan
dengan hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada
kehidupan sehari-hari (dunia nyata) ke dalam model matematika.
Kemampuan siswa dalam mengkoneksikan keterkaitan antar topik
matematika dan dalam mengkoneksikan antara dunia nyata dan
matematika dinilai sangat penting, karena keterkaitan itu dapat
membantu siswa memahami topik-topik yang ada dalam matematika.
Siswa dapat menuangkan masalah dalam kehidupan sehari hari ke
dalam model matematika, ini dapat membantu siswa mengetahui
kegunaan dari matematika. Oleh karena itu, efek yang dapat
ditimbulkan dari peningkatan kemampuan koneksi matematis adalah
siswa dapat mengetahui kegunaan matematikadalam kehidupan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
23
23
sehari-hari, sehingga dua hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk
terus belajar matematika.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kemampuan koneksi matematis adalah
kemampuan siswa untuk mengaitkan atau menghubungkan
matematika baik antar topik dalam matematika maupun di luar
matematika. Adapun indikator kemampuan koneksi matematis yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk model
matematika.
Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu mengkoneksikan antara
masalah pada kehidupan sehari-hari dengan matematika.
b. Menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban.
Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu menuliskan konsep
matematika yang mendasari jawaban guna memahami keterkaitan
antar konsep matematika yang akan digunakan.
c. Menuliskan hubungan antar obyek dan konsep matematika
Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu menuliskan hubungan antar
obyek dan konsep matematika yang dapat digunakan dalam menjawab
soal yang diberikan. Obyek disini adalah pengetahuan siswa yang
diperoleh berdssarkan apa yang diketahui dari soal, kemudian siswa
menuliskan bagaimana penggunaan konsep matematika tersebut
terhadap obyek yang telah diketahuinya.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
24
24
Dari ketiga aspek di atas, pengukuran koneksi matematis siswa
dilakukan dengan indikator-indikator yaitu: Menuliskan masalah
kehidupan sehari-hari dalam bentuk model matematika, menuliskan
konsep matematika yang mendasari jawaban, dan menuliskan
hubungan antar obyek dan konsep matematika.
5. Kerjasama
Kerjasama adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama adalah salah satu asas didaktik,
yaitu salah satu unsur karakter yang dibangun melalui proses pendidikan.
Lawan dari kata kerjasama adalah persaingan. Jean D Grambs berpendapat
bahwa dalam pengajaran disekolah-sekolah yang demokratis baik kerjasama
maupun persaingan sama pentingnya. Hanya tidak berarti persaingan antar
kelompok. Tujuan persaingan disini bukan untuk memperoleh hadiah atau
kenaikan tingkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau
pemecahan masalah yang dihadapi. (Nasution, 2000:110). Menurut Johnson
(2006: 164) kerjasama dapat menghilangkan hambatan mental akibat
terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih
mungkin untuk menemukan kekuatan diri dalam belajar.
Salah satu unsur agar tujuan pembelajaran dapat tercapai ialah adanya
kerjasama. Berkerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih
banyak hal daripada jika bekerja sendirian. Riset membuktikan bahwa pada
bidang aktivitas dan upaya manusia, jika dilakukan dengan adanya
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
25
25
kerjasama secara kelompok, maka akan mengarah pada efisiensi dan
efektifitas yang lebih baik.
Aspek-aspek kemampuan kerjsamasiswa yang diteliti, antara lain
keterampilan berkomunikasi lisan, berkoordinasi, berkooperasi, dan saling
bertukar informasi dalam kelompok. Aspek kerjasama siswa, salah satunya
ialah keterampilan berkomunikasi, aspek keterampilan berkomunikasi
tersebut antara lain bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan serta
menghargai pendapat. Aspek keterampilan berkoordinasi dalam kerjasama
kelompok juga diperlukan, agar tindakan yang akan dilakukan tidak saling
simpang siur atau bertentangan. Tindakan tersebut seperti mengatur
bagaimana mestinya agar tugas kelompok bisa terselesaikan dengan terarah,
aspek berkoordinasi ini antara lain menghargai serta mendengarkan
pendapat atau jawaban teman: tidak mendominasi pengerjaan tugas
kelompok; pemberian kesempatan mengemukakan pendapat ataupun
berbicara; dan tidak bertindak bossy terhadap siswa lain. Aspek kerjasama
yang selanjutnya yaitu berkooperasi. Aspek-aspek kooperasi yaitu antara
lain interaksi antara pasangan siswa, tanggung jawab terhadap tugas,
memberi dan menerima masukan, serta percaya diri mengemukakan
pendapat. Keterampilan bertukar informasi juga tidak kalah pentingnya
dalam kerjasama kelompok. Aspek-aspek yang diteliti, diataranya memberi
penjelasan materi atau jawaban kepada teman, memahami pendapat, dan
berbagi informasi atau pengetahuan (Nurnawati, 2012).
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
26
26
Kerjasama adalah sesuatu yang alami yang dapat membuat
kelompok maju menjadi lebih baik, setiap bagian kelompok saling
berhubungan sedemikian rupa sehingga pengetahuan yang dipunyai
seseorang akan menjadi output bagi yang lain, dan output ini akan menjadi
input bagi yang lainnya lagi. Jika setiap individu yang berbeda membangun
hubungan dengan cara seperti ini, mereka membentuk suatu kesatuan sistem
yang jauh lebih mumpuni dibandingkan jika seseorang bekerja sendirian.
Sinergi seperti ini terbentuk dari suasana persahabatan, saling menghargai,
kesabaran, dan kepercayaan. Kerjasama yang erat dalam suasana yang
demikian tidaklah terjadi begitu saja, tetapi harus diusahakan. Kerjasama
yang erat lahir terutama dari komunikasi yang kuat diantara para anggota
kelompok.
Bentuk komunikasi paling efektif yang dapat dialami dalam sebuah
kelompok adalah strategi konvensional yang dikenal sebagai “dialog”.
“dialog adalah dasar bagi belajar bekerjasama” (Brooks & Brooks, h. 109.
14Dialog merujuk pada pertukaran pandangan yang jujur dilandasi oleh
perasaan kasih, penghargaan, dan kerendahan hati. Dialog, pembicaraan
yang jujur dan ramah membutuhkan kesadaran akan diri sendiri dan orang
lain. Kita mempercayai anggota kelompok untuk memperluas pemahaman
kita. Kebenaran memiliki kesempatan untuk muncul ke permukaan dalam
suasana yang diciptakan oleh dialog. Para anggota kelompok mendengarkan
ide-ide yang tidak biasa tanpa prasangka. Mereka mengetahui bahwa asumsi
mereka bisa saja salah dan pemikiran mereka mungkin saja cacat. Dengan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
27
27
bersatu dalam pencarian makna, para anggota kelompok berjuang untuk
melampaui keterbatasan dari pemikiran pribadi, latar belakang pendidikan,
dan perangai mereka.
Menurut Johnson (2006: 164) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kerjasama yaitu:
a. Menghargai pendapat orang lain
Ketika bekerjasama kadang kita tidak bermaksud untuk
merendahkan pendapat orang lain. Namun, tanpa sadar kita memotong
pembicaraan orang lain. Dalam bekerjasama sangat sering terjadi
perbedaan pendapat sehingga harus saling menghargai pendapat orang
lain.
b. Bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab
Siswa melaksanakan masing-masing tugasnya dengan baik sesuai dengan
pembagian kerja di masing-masing kelompok tanpa harus diperintah
c. Mengeluarkan pendapat
Pendapat dari masing-masing siswa sangat dibutuhkan dalam
bekerjasama untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Apabila setiap
siswa tidak ada untuk menyampaikan pendapatnya maka suatu masalah
akan sulit dipecahkan karena tidak adanya pendapat-pendapat yang
muncul. Saat mengeluarkan pendapat setiap siswa diharapkan
menjelaskan secara rinci dan menguraikan pendapatnya apabila ada
teman yang belum jelas.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
28
28
d. Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan mengambil keputusan dipengaruhi oleh respon siswa
terhadap apa yang ada dan terjadi disekitar kita untuk dijadikan bahan
kajian.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud kerjasama adalah kegiatan yang dikerjakan secara
bersama-sama demi memperoleh suatu manfaat yang juga bisa dirasakan
secara bersama-sama.
Adapun indikator kerjasama siswa yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1) Membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan
2) Membantu memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai
kesepakatan.
3) Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok
4) Menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
5) Berada dalam kelompok kerja saat pembelajaran berlangsung.
B. Penelitian Relevan
Terdapat penelitian yang berkenaan dengan kemampuan koneksi
matematis siswa yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang
dilakukan Widarti (2013) menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan
matematika tinggi mempunyai koneksi sangat baik dengan memenuhi
empat indikator koneksi matematika, siswa yang berkemampuan
matematika sedang memenuhi tiga indikator koneksi matematika dengan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
29
29
baik dan siswa yang berkemampuan matematika rendah memenuhi dua
indikator koneksi matematis dengan baik. Persamaan dengan penelitian ini
adalah karena pada penelitian ini juga meneliti tentang kemampuan koneksi
matematis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis dalam
menyelesaikan masalah kontekstual, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan adalah untuk menguji pengaruh pembelajaran PBL dengan strategi
TPS terhadap kemampuan koneksi matematis dan kerjasama siswa.
Permana dan Sumarmo (2007) dengan subyek siswa SMA melalui
penelitian kuantitatif menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis
siswa melalui PBL lebih baik dibandingkan koneksi matematis siswa melalui
pembelajaran biasa, kemampuan koneksi matematis siswa tergolong
kualifikasi cukup. Persamaan dengan penelitian ini adalah karena pada
penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh PBL terhadap kemampuan
koneksi matematis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena pada
penelitian ini hanya menggunakan PBL sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan akan menggunakan PBL dengan strategi TPS, dan perbedaan
selanjutnya penelitian dilakukan pada siswa SMA sedangkan penelitian akan
dilakukan pada siswa SMP.
Adapun penelitian yang dilakukan Mufidah (2013) yang menyatakan
pembelajaran TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sesuai dengan
yang diharapkan dari ketiga siklus yang dilakukan terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa yang baik dengan subyek siswa SMA. Persamaan
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
30
30
dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini juga meneliti tentang TPS.
Perbedaannya adalah pada penelitian ini menggunakan TPS untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh PBL dengan strategi TPS
terhadap kemampuan koneksi matematis dan kerjasama siswa.
Penelitian yang dilakukan Nurnawati (2012) yang menyatakan bahwa
TPS mampu meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran di kelas.
Persamaan dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini juga meneliti
tentang TPS dan kerjasama. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah karena pada penelitian ini TPS sebagai pembelajaran
utama untuk meningkatkan kerjasama siswa, sedangkan pada penelitian yang
akan dilakukan menggunakan PBL dengan strategi TPS yang akan diujikan
pengaruhnya terhadap kemampuan koneksi matematis dan kerjasama siswa
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa melalui
perpaduan PBL dengan strategi TPS mampu berdampak positif terhadap
kemampuan koneksi matematis siswa. Oleh karena itu peneliti ingin
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis
masalah dengan strategi think pair share (TPS) terhadap kemampuan koneksi
matematis siswa dan kerjasama siswa.
C. Kerangka Pikir
Matematika merupakan mata pelajaran pokok yang diajarkan di
Indonesia pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan menengah. Matematika sebagai mata pelajaran dianggap
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
31
31
sangat penting dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, pendidik harus
mampu menciptakan suasana pembelajaran matematika yang lebih bermakna.
Menurut Bruner (Trianto, 2010:79) dalam pembelajaran akan lebih bermakna
bagi siswa, jika siswa mampu memusatkan perhatiannya untuk memahami
struktur materi yang dipelajari. Materi dalam pembelajaran matematika saling
berkaitan satu sama lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya antar topik dalam
matematika, tetapi terdapat juga keterkaitan di luar matematika (NCTM,
2000). Kemampuan untuk mengaitkan antar topik dalam matematika maupun
di luar matematika merupakan kemampuan koneksi matematis. Kemampuan
koneksi matematis perlu dimiliki siswa, hal itu dikarenakan siswa yang
memiliki kemampuan koneksi matematis akan lebih memahami konsep
matematika dan lebih baik dalam memecahkan masalah matematika.
Namun, sebagian siswa tidak menyadari pentingnya kemampuan
koneksi matematis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas diharapkan guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
lebih bermakna dan mampu dalam mempengaruhi kemampuan koneksi
matematis siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013.
PBL merupakan pembelajaran yang menghadapkan berbagai situasi
masalah nyata dan bermakna pada siswa yang mampu menuntun siswa dalam
melakukan penyelidikan atau penemuan dari masalah nyata yang diberikan.
PBL juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuannya dalam konteks dunia nyata (Sanjaya, 2010). Dalam
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
32
32
memecahkan masalah siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya untuk menemukan konsep baru, sehingga siswa akan belajar
mengenali dan menerapkan keterkaitan antar ide-ide dalam matematika. Oleh
karena itu, PBL mampu berdampak positif terhadap kemampuan koneksi
matematis.
Untuk dapat mengoptimalkan kemampuan koneksi matematis siswa
makaPBL dipadukan dengan strategi TPS. Strategi TPS merupakan strategi
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dalam diskusi (Arend, 2008). Strategi TPS memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan jawabannya dalam memecahkan masalah secara
individu maupun kelompok dan saling membantu satu sama lain (Majid,
2013). Strategi TPS memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dalam menuangkan ide-ide matematika untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Strategi TPS juga merupakan salah satu pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan kerjasama siswa hal itu dikarenakan
dalam tahapan pembelajaran TPS dimulai dari siswa think (berpikir) secara
individu, pair (berpasangan) untuk mendiskusikan hasil pekerjaan masing-
masing dan share (berbagi) dengan keseluruhan anggota kelompok
berpasangan lainnya.
Oleh karena itu, melalui perpaduan PBL dengan strategi TPS diduga
mampu mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa. Hal itu
dikarenakan dalam penerapan PBL dengan strategi TPS memberikan lebih
banyak kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah konteks dunia
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016
33
33
nyata baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui PBL dengan strategi TPS
dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan koneksi matematis dan
kerjasama siswa menjadi lebih baik.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai hipotesis untuk tujuan penelitian yang ke-tiga dan keempat:
1. Capaian kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikutiPBL dengan
strategi TPS lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti PBL.
2. Capaian kerjasama siswa yang mengikuti PBL dengan strategi TPS lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti PBL.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis …, Iska Salamah , FKIP UMP, 2016