bab ii kajian teori 2.1 anak berkebutuhan khusus pada ......6 bab ii kajian teori 2.1 anak...

38
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita atau anak dengan kesulitan perkembangan, dikenal juga dengan berbagai istilah yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan layanan terhadapnya. Istilah yang berkaitan dengan label terhadap tunagrahita antara lain : mentally retarded, mental retardation, students with learning problem, intelectual disability, feeblemindedness, mental subnormality, amentia, dan oligophrenia.Istilah-istilah tersebut sering dipergunakan sebagai “label” terhadap mereka yang mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep dan keterampilan akademik (membaca, menulis, dan menghitung angka-angka) (Deplhie, 2005). Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2007).

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita)

2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita

Tunagrahita atau anak dengan kesulitan perkembangan, dikenal juga dengan

berbagai istilah yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan layanan

terhadapnya. Istilah yang berkaitan dengan label terhadap tunagrahita antara lain :

mentally retarded, mental retardation, students with learning problem, intelectual

disability, feeblemindedness, mental subnormality, amentia, dan

oligophrenia.Istilah-istilah tersebut sering dipergunakan sebagai “label” terhadap

mereka yang mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang

berkaitan dengan konsep-konsep dan keterampilan akademik (membaca, menulis, dan

menghitung angka-angka) (Deplhie, 2005).

Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan

kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita

atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan

kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di

sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan

layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak

tersebut (Somantri, 2007).

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

7

Permasalahan anak yang tidak mampu mengikuti sistem pengajaran klasikal

mendorong pemecahan masalah ini secara tuntas. Dengan latar belakang seperti ini,

Alfred Binet tampil dengan konsep baru tentang psikologi bahwa kecerdasan tidak

lagi diteliti melalui pendriaan tetapi langsung diteliti tanpa perantara lagi. Selanjutnya

Binet melontarkan pula ide baru yang diistilahkan dengan “Mental Level” yang

kemudian menjadi “Mental Age”. Mental Age adalah kemampuan mental yang

dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu (Somantri, 2007).

Definisi AAMD (Association American on Mental Deficiency)

mengisyaratkan adanya tiga hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian sebagai

kriteria penentu. Pertama, fungsi inteligensi anak tunagrahita berada dibawah rata-

rata normal, yakni pada dua standar deviasi di bawah normal (subaverage general

intellectual functioning)dengan skor IQ sebesar tujuh puluh ke bawah. Kedua,

disebabkan atau bersamaan dengan dengan fungsi inteligensi di bawah rata-rata

normal, anak tunagrahita mempunyai kesulitan perilaku non adaptif (resulting in or

associated with concurrent impairment in adaptive behavior). Kesulitan perilaku ini

akan tampak dalam kehidupan sehari-hari anak tunagrahita dimana yang

bersangkutan akan mempunyai hambatan tiga atau kebih terhadap kemampuan yang

berkaitan dengan bina diri (self care); kemampuan berbahasa (receptive and

expressive language); belajar (learning), mobilitas (mobility); mengatur diri sendiri

(self-direction); kapasitas untuk dapat hidup mandiri (capacity for independent

living); mampu menghidupi diri sendiri secara ekonomi (economic selfsufficiency).

Ketiga, kesulitan pada faktor intelektual dan perilaku non adaptif terjadi selama masa

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

8

perkembangan (developmental period), yaitu sejak dilahirkan hingga berusia delapan

belas tahun (Deplhie, 2005).

Menurut Bratanata (dalam Efendi, 2008), seseorang dikategorikan berkelainan

mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang

sedemikian rendahnya(di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam

program pendidikannya.

2.1.2 Karakteristik Tunagrahita

Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana

perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap

perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita (dalam

Somantri, 2007), yaitu:

a. Keterbatasan inteligensi

Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-

keterampilan menyesuaikan diri dengan masalahmasalah dan situasi-situasi

kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif,

dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi

kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak

tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar

anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung,

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

9

menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa

pengertian atau cenderung belajar dengan membeo (Somantri, 2007).

b. Keterbatasan sosial

Di samping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga

memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh

karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita cenderung

berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap

orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan

bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga

musah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan

akibatnya (Somantri, 2007).

c. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan

reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi

terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya

dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan

atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Anak tunagrahita memiliki

keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami

kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang

kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka

membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya. Selain itu

perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

10

latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan

lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang

konkret. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk

mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan buruk, dan

membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya

terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu

konsekuensi dari suatu perbuatan (Somantri, 2007).

2.1.3 Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian/penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan

pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) (dalam

Efendi, 2008), yaitu sebagai berikut:

a. Educable/ mampu didik (IQ 50 – 75 dikategorikan debil)

Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang

tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki

kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya

tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak

tunagrahita mampu didik antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan

berhitung; (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang

lain; (3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian

hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

11

yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan

pekerjaan, (Efendi, 2008)

b. Trainable/ mampu latih (IQ 25 –50 dikategorikan imbecil)

Anak tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita yang

memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk

mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.

Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang

perlu diberdayakan, yaitu: (1) belajar mengurus diri sendiri, misalnya: makan,

mengganti pakaian, minum, tidur, atau mandi sendiri, (2) belajar

menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, (3) mempelajari

kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja (sheltered workshop), atau di

lembaga khusus. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu latih hanya dapat

dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari hari

(activity daily living), serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut

kemampuannya, (Efendi, 2008)

c. Custodial/ mampu rawat (IQ 0 – 25 dikategorikan idiot)

Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang

memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak mampu mengurus diri

sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat

membutuhkan orang lain. Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak

tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya,

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

12

karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally

dependent), (Efendi, 2008).

Taraf tunagrahita berdasarkan Tes Stanford Binet dan Skala Inteligensi

Weschler (WISC) (dalam Somantri, 2007), yaitu:

a. Tunagrahita ringan

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini

memiliki IQ antara 68 – 52 menurut Binet, sedangkan menurut skala

Weschler (WISC) memiliki IQ 69 – 55 mereka masih dapat belajar membaca,

menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang

baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan memperoleh

penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat didik

menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian,

peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing

dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan

sedikit pengawasan (Somantri, 2007).

b. Tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang disebut juga dengan imbesil. Kelompok ini

memiliki IQ 51 – 36 pada skala Binet dan 54 – 40 menurut Skala Weschler

(WISC). Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai perkembangan MA

sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat mengurus diri sendiri, melindungi

diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya,

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

13

berlindung dari hujan, dan sebagainya. (Somantri, 2007) Anak tunagrahita

sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar

menulis, membaca dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis

secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dan lain-

lain. Masih dapat dididik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan,

minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya. Dalam

kehidupan sehari-hari anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan

yang terus menerus. Mereka juga masih dapat bekerja di tempat yang

terlindung (sheltered workshop). (Somantri, 2007).

c. Tunagrahita berat

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini

dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat.

Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32 – 20 menurut Skala Binet

dan antara 39 – 25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat berat

(profound) memiliki IQ di bawah 19 menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24

menurut Skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal

yang dapat dicapai kurang dari 3 tahun. (Somantri, 2007)

Dalam penelitian ini teori yang akan di pakai oleh peneliti adalah teori dari

Soemantri,

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

14

2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Tunagrahita

Menurut Kirk dan Johnson (dalam Efendi, 2008), ketunagrahitaan pun dapat

terjadi karena:

a. Radang otak

Radang otak merupakan kerusakan pada area otak tertentu yang terjadi

saat kelahiran. Radang otak ini terjadi karena adanya pendarahan dalam

otak (intracranial haemorhage). Pada kasus yangekstrem, peradangan

akibat pendarahan menyebabkan gangguan motorik dan mental. Sebab-

sebab yang pasti sekitar pendarahan yangterjadi dalam otak belum dapat

diketahui. Hidrocephalon misalnya, keadaan hidrocephalon diduga karena

peradangan pada otak. Gejala yang tampak pada hidrocephalon yaitu

membesarnya tengkorak kepala disebabkan makin meningkatnya cairan

cerebrospinal. Tekanan yang terjadi pada otak menyebabkan terjadinya

kemunduran fungsi otak. Demikian pula cerebral anoxia, yakni

kekurangan oksigen dalam otak dan menyebabkan otak tidak berfungsi

dengan baik tanpa adanya oksigen yang cukup. Penyakit-penyakit infeksi

lainnya yang menjadi penyebab ketunagrahitaan, seperti measles,

encephalitis, diphteria, dan cacar, dapat menjadi penyebab terjadinya

peradangan otak.

b. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis berasal dari virus yang dapat menyebabkan

ketunagrahitaan diantaranya rubella (campak Jerman). Virus ini sangat

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

15

berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada trimester pertama saat ibu

mengandung, sebab akan memberi peluang timbulnya keadaan

ketunagrahitaan terhadap bayi yang dikandung. Selain rubella, bentuk

gangguan fisiologis lain adalah rhesus factor, mongoloid (penampakan

fisik mirip keturunan orang Mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan

cretinisme atau kerdil sebagai akibat gangguan kelenjar tiroid.

c. Faktor hereditas

Faktor hereditas atau keturunan diduga sebagai penyebab terjadinya

ketunagrahitaan masih sulit dipastikan kontribusinya sebab para ahli sendiri

mempunyai formulasi yang berbeda mengenai keturunan sebagai penyebab

ketunagrahitaan. Kirk (dalam Efendi, 2008) misalnya, memberikan

estimasi bahwa 80-90% keturunan memberikan sumbangan terhadap

terjadinya tunagrahita.

d. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan adalah faktor yang berkaitan dengan segenap

perikehidupan lingkungan psikososial. Dalam beberapa abad kebudayaan

sebagai penyebab ketunagrahitaan sempat menjadi masalah yang

kontroversial. Di satu sisi, faktor kebudayaan memang mempunyai

sumbangan positif dalam membangun kemampuan psikofisik dan

psikososial anak secara baik, namun apabila faktor-faktor tersebut tidak

berperan baik, tidak menutup kemungkinan berpengaruh terhadap

perkembangan psikofisik dan psikososial anak. Contoh kasus anak idiot

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

16

yang ditemukan Itard dari hutan Aveyron, ataupun anak yang ditemukan

hidup diantara serigala di India seperti yang ditulis Arnold Gesel.

Walaupun anak tersebut kemudian dirawat dan mendapatkan intervensi

pendidikan secara ekstrem, ternyata tidak mampu membuatnya menjadi

manusia normal kembali

2.1.5 Pembelajaran Bina Diri Pada Anak Tunagrahita

1. Hakikat Pembelajaran Bina Diri

Ditinjau dari arti kata, Bina berarti membangun atau proses

penyempurnaan agar lebih baik. Maka bina diri adalah usaha membangun diri

individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui

pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat sehingga terwujutnya

kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan seharihari secara

memadai (Widati, 2011).

Bila ditinjau lebih jauh, istilah Bina Diri lebih luas dari istilah mengurus

diri, menolong diri, dan merawat diri, karena kemampuan bina diri akan

mengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan

mencapai kemandirian. Pembelajaran Bina diri diajarkan atau dilatihkan pada

anak berkebutuhan khusus mengingat dua aspek yang melatar belakanginya.

Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan

aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan

kematangan sosial budaya. Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

17

diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan, menggosok gigi,

dan ke kamar kecil (toilet); merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya

dengan aspek kesehatan seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi

(mobilitas), berpakaian dan merias diri (grooming) selain berkaitan dengan

aspek kesehatan juga berkaitan dengan aspek sosial budaya, hal ini sejalan

dengan Arifah A. Riyanto (dalam Widati, 2011) yang menyatakan, ditinjau

dari sudut sosial budaya maka pakaian merupakan salah satu alat untuk

berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian jelaslah bahwa

pakaian ini bukan saja untukmemenuhi kebutuhan yang bersifat biologis

material, tetapi juga akan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sosial

psikologis. Berpakaian yang cocok atau serasi baik dengan dirinya ataupun

keadaan sekelilingnya akan dapat memberikan kepercayaan pada diri sendiri.

2. Tujuan Dan Prinsip Dasar Pembelajaran Bina Diri

Tujuan bidang kajian Bina Diri secara umum (dalam Widati, 2011),

adalah agar anak berkebutuhan khusus dapat mandiri dengan tidak atau

kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab.

Sedangkan fungsi dari kegiatan Bina Diri, yaitu (dalam Widati, 2011):

1) Mengembangkan keterampilan-keterampilan pokok atau penting untuk

memelihara dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan personal.

2) Untuk melengkapi tugas-tugas pokok secara efisien dalam kontak

sosial sehingga dapat diterima di lingkungan kehidupannya,

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

18

3) Meningkatkan kemandirian.

3. Materi Bina Diri Pada Anak Tunagrahita Ringan

Menurut Astati (dalam Mahmudah, 2008), materi bina diri untuk anak

tunagrahita terdiri dari:

a. Usaha membersihkan diri dan merapikan diri

Semua orang mempunyai kepentingan terhadap kebersihan dan

kerapian diri, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan

hidup dan kesehatan. Dengan hidup sehat, manusia akan terhindar dari

segala macam penyakit. Kebersihan dan kerapian mempunyai fungsi etik

dan kesopanan. Orang kadang-kadang merasa tidak sopan bila

membiarkan dirinya kotor. Kebersihan dan kerapian juga mempunyai

fungsi sosial. Orang-orang yang memperhatikan kebersihan dan kerapian

dirinya, akan lebih dihargai dalam hidup bermasyarakat daripada mereka

yang kurang memperhatikan hal tersebut.anak tunagrahita harus dilatih

untuk memperhatikan kebersihan dan kerapian dirinya, agar terhindar dari

penyakit dan lebih mendapat penghargaan daripada emreka yang

membiarkan dirinya kotor. Sub pokok bahasan membersihkan dan

merapikan diri adalah:

1) Mencuci tangan dan mengeringkannya, 2) Mencuci kaki dan

mengeringkannya, 3) Mencuci muka dan mengelapnya, 4) Menggosok

gigi, 5) Mandi, 6) Mencuci rambut (keramas), 7) Cebok, 8) Memakai

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

19

pembalut wanita, 9) Menghias diri terdiri dari: menyisir rambut, memakai

pormade, memakai bedak, memakai lipstik, memakai pita rambut,

memakai jepit rambut, memakai kaca mata, memakai perhiasan, memakai

jam tangan, memakai ikat pinggang, memakai kaos kaki, memakai sepatu

atau sandal.

b. Berbusana

Berbusana artinya dengan berpakaian. Berbusana mempunyai

fungsi untuk menjaga kesehatan dan kesusilaan, berbusana juga berfungsi

untuk menambah keindahan badan dan berbusana sangat penting bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu anak tunagrahita sangatlah perlu

dilatih untuk berbusana dengan rapi, sopan, sesuai dengan keadaan,

sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat mengembangkan

perasaan estetis. Pakaian yang bersih, rapi dan serasi akan membuat

pemakainya kelihatan gagah, tampan, dan cantik. Jenis-jenis pakaian yang

dilatihkan sebagai berikut:1) Pakaian sekolah, 2) Pakaian olahraga, 3)

Pakaian pesta, 4) Pakaian harian, 5) Pakaian dalam, 6) Pakaian

pelengkap: kaos kaki, kerudung (jilbab), topi, kopiah, syal.

c. Makan Dan Minum

Makan dan minum merupakan bagian vital bagi kelangsungan

hidup manusia. Tanpa makan dan minum manusia tidka dapat

mempertahankan hidupnya. Makan dan minum juga mempunyai fungsi

sosial dan susila. Makanan dan minuman kadang-kadang juga dipakai

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

20

untuk menyenangkan orang lain misalnya pada waktu bertamu. Cara

makan dan minum seseorang dapat menunjukkan status sosial, tingkat

pendidikan dan kebiasaan sehari-hari. Makan adalah proses yang rumit,

dan jauh lebih rumit di awal-awal tahapan belajar. Bagi anak tunagrahita

cara makan dan minum haruslah dilatihkan karena mereka tidak langsung

dapat melakukan sebelum adanya latihan. Anak tunagrahita tidak

memiliki koordinasi yang baik, ketidak mampuan fisik yang mungkin

mengganggu cara kerja tangan. Jika anak makan sendiri, mungkin

membutuhkan waktu yang lama, dan malahan isi makanannya berantakan.

Semua anak suatu waktu enggan menghadapi makanannya, baik itu

makan yang disukai maupun yang tidak disukai. Bantuan dan dorongan

harus diberikan agar anak mau makan sampai selesai. Dengan makan dan

minum yang teratur, kesehatan anak tunagrahita akan lebih terjaga, dan

akan lebih terdidik. Sub pokok bahasan makan dan minum adalah: 1)

Makan dengan menggunakan sendok, 2) Makan dengan menggunakan

sendok dan garpu, 3) Minum dengan menggunakan gelas, 4) Minum

dengan menggunakan cangkir, 5) Minum dengan menggunakan sedotan.

Menghindari Bahaya. Menghindari bahaya adalah sama artinya dengan

menyelamatkan diri. Setelah orang yang tertimpa bahaya akan berusaha

menghindarkan diri atau menyelamatkan diri karena ini merupakan suatu

refleks. Dengan kecerdasan yang terbatas anak tunagrahita tidak mampu

untuk meramalkan akibat-akibat perbuatan yang tidak mereka ketahui

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

21

mengapa bahaya itu tiba. Oleh karena itu mereka haruslah diajarkan untuk

mengetahui apa yang berbahaya dan bagaimana cara menghindarkan diri

dari bahaya itu. Dengan melalui latihan ini diharapkan anak dapat

menjaga keselamatan dirinya dan dapat menghindarkan diri dari bahaya

yang mungkin akan terjadi. Sub-sub yang perlu akan dilatihkan adalah: 1)

Bahaya listrik, 2) Bahaya api atau panas, 3) Bahaya benda runcing dan

benda tajam, 4) Bahaya lalu lintas, 5) Bahaya binatang buas, 6) Bahaya

air dan banjir.

d. Bidang Kesehatan Melingkupi

Bagaimana menanamkan kebiasaan yang baik mengenai kesehatan,

kesadaran tentang pentingnya kesehatan, misalnya: 1) Menanamkan rasa

tanggung jawab kebersihan, 2) Memelihara kebersihan di rumah dan

sekitarnya, 3) Memelihara kebersihan kelas, sekolah, 4) Mengenalkan

instansi-instansi yang menangani kesehatan rakyat, 5) Belajar

bertanggung jawab atas kesehatan umum.

2.1.6 Kemandirian Pada Anak Tunagrahita

Kemandirian adalah kebebasan dari ketergantungan pada orang lain dan

kebebasan dalam ketergantungan nasib atau kontrol dari orang lain. Dua hal tersebut

ditandai dengan dapat mencari nafkah atau memelihara diri sendiri dalam hal-hal

yang berhubungan dengan hambatan dan gangguan dari luar ( Mahmudah, 2004 ).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

22

Kemandirian yang diharapkan meningkat dari anak retardasi mental adalah

yang berhubungan dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptasi, meliputi perilaku

anak agar dapat merawat dan mengurus diri mulai dari mandi, berpakaian, makan,

minum, mengatur diri, dan bekerja dalam arti mengerjakan tugas dari sekolah, dan

kesehatan misalnya mencuci tangan sebelum makan dan sebelum tidur ( Gunarsa,

2004).

Selain itu anak retardasi mental usia sekolah diharapkan lebih menguasai

kemampuan yang melibatkan proses belajar dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari seperti konsep waktu. Anak tidka hanya menerapkan konsep waktu

dengan mengetahui angka pada jam, tetapi juga memahaminya bila dihubungkan

dengan waktu pagi, siang, sore, atau malam. Tujuan utama dari peningkatan

kemandirian adalah anak dapat memenuhi tuntutan hidup, bertanggung jawab

padatugas hariannya, dan mengurangi ketergantungan pada orang sekitarnya,

sehingga mencapai tahap kemandirian sesuai yang diharapkan lingkungannya

(Gunarsa, 2004).

2.2 Asesmen Kebutuhan Bimbingan dan Konseling

2.2.1 Pengertian Asesemen Bimbingan Dan Konseling

Asesmen kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling di SLB dalam

program. Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran dalam konteks

bimbingan dan konseling. Asesmen sendiri yaitu mengukur suatu proses konseling

yang harus dilakukan oleh konselor sebelum dan sesudah melakukan proses

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

23

konseling. Asesmen dilakukan untuk menggali atau mengukur factor penentu yang

mendasari munculnya masalah, (Retno, 2010)

Menurut Komalasari, (2010) Assesmen merupakan proses mengumpulkan,

menganalisis, dan menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan

lingkungannya. Hal tersebut dilakukan untuk mendapat gambaran berbagai kondisi

individu dan lingkungannya sebagai dasar pengembangan program layanan

bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan. Didalam Assesmen ada

beberapa instrument pencarian data misalnyawawancara, angket, observasi,

sosiometri, DCM, Alat ungkap masalah, ITP dan Home.

2.2.2 Macam-Macam Instrumen Asesmen Bimbingan Dan Konseling

Dalam asesmen bibingan dan konseling ada dua yaitu asesmen tehnik tes dan

tehnik non tes. Adapun pengertian asesmen tehnik tes yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli diantaranya , (cronbach) menyatakan tes merupakan prosedur

sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih, dan pada tahu

(1970-1997) beliau menyempurnakan pengertian tes sebagai prosedur sistematis yang

digunakan untuk mengobservasi dan menggambarkan tingkah laku dengan

menggunakan bantuan skala angka atau kategori tertentu.

Anne anastasi (1960-1961) Mengemukakan pendapatnya bahwa suatu

pengukuran terhadap suatu sampel tingkah laku yang objektif dan terstandar.Asesmen

tehnik nontes paling banyak digunakan oleh konselor. Prosedur perancangan,

pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan penafsiran relative lebih sederhana

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

24

sehingga mudah untuk dipelajari dan dipahami. Berbagai bentuk asesmen tehnik non

tes yang selama ini seing digunakan antara lain :

1. Pedoman wawancara yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara

berkomunikasi, bertatap muka yang disengaja, terencana, dan sistematis

antara pewawancara (interviewer) dengan individu yang

diwawancarai(interviewee). Wawancara berfungsi untuk memahami

berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan dan

masalah peserta didik, serta memahami potensi dan kondisi lingkungan

kerjanya secara mendalam. Pengadministrasian wawancara yang harus

dilakukan konselor meliputi penyusunan pedoman wawancara,

melakukan analisis hasil wawancara, dan melaporkan hasil wawancara.

2. Pedoman Obsevasi atau pengamatan yaitu merupakan tehnik

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui

pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Objek

pengamatan harus diamati pada situasi yang berbeda dan situasi natural.

Saat pengamatan, pengamat tidak boleh tidak boleh hanya fokus pada

klien saja dengan mengabaikan berbagai kondisi interaksi dan faktor-

faktor lain yang mempengaruhi tingkah lakunya.

3. Angket atau kuisioner yaitu serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang

diajukan kepada responden. Secara garis besar angket terdiri dari tiga

bagian, yaitu : (1) judul angket, (2) pengantar yang berisi tujuan dan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

25

petunjuk untuk pengisian angket, dan (3) item-item pertanyaan, bisa juga

opini atau pendapat, dan fakta.

4. Daftar Cek Masalah yaitu merupakan seperangkat daftar pernyataan

kemungkinan masalah yang disusun untuk merangsang atau memancing

pengutaraan masalah, yang pernah atau sedang dialami seorang individu.

5. Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan

struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang

kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi

dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil sosiometri merupakan gambaran jumplah skor yang diperoleh setiap

orang, pola hubungan, interaksi hubungan, dalam posisi peserta didik

dalam kelompoknya.

6. Alat Ungkap Masalah Umun (AUM-U) yang dibentuk dalam lima faktor,

yaitu format 1 untuk mahasiswa, forma 2 untuk SLTA, format 3 untuk

SLTP, format 4 untuk SD, format 5 untuk masyarakat. Untuk mendukung

efektivitas layanan bimbingan dan konseling disekolah, frekuensi

pengadministrasian sebaiknya dilakukan pada semester pertama dimana

hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penyusunan program layanan

yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sedangkan untuk melakukan

evaluasi terhadap pelaksanaan layanan pada semesre satu maka maka

pada semester berikutnya dapat di lakukan lagi pengisian AUM-U

sehingga dapat diketahui apakah masalah sudah terentaskan. Bila pada

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

26

pelaksanaan memiliki banyak kendala maka sebaiknya AUM-U minimal

dilakukan satu tahun sekali.

7. Alata Pengungkap Masalah Belajar (AUM-PTSDL) sebagai alat ungkap

masalah sederhana dan muddah digunakan untuk mengkomunikasikan

mutu dan masalah peserta didik kepada personal yang membantu (

konselor),

8. Inventori Tugas Pengembangan ( ITP) merupakan intrumen yang

digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu,

dikembangkan oleh tim pengembang dari universitas pendidikan

Indonesia ( Sunaryo Kartadinata, DKK). Penyusunan ITP dimangsutkan

untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling disekolah.

Instrument ini disusun dalam bentuk empat buku dalam bentuk inventori

masing-masing untuk memahami peserta didik di tingkat SD,SLTP,SLTA

dan PT.

Keseluruhan instrument tersebut dapat digunakan untuk melakukan asesmen

terhadap peserta didik, dan beberapa diantaranya, seperti pedoman wawancara,

pedoman observasi, dan angket dapat juga digunakan untuk melakukan asesmen

lingkungan.

A. Asesmen Kebutuhan

Menuru Mulyana, (2005) Asesmen kebutuhan merupakan aspek

strategis dalam perencanaan pendidikan, sebagai langkah strategis penetapan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

27

kebijakan pendidikan serta dapat memproyeksi, guru, siswa, peta,lokasi, luas

lingkup/keadaan goegrafis, tinggi angka droupout serta persentase jumlah usia

sekolah terhadap penduduk. Assesmen dapat diartikan atau disamakan dengan

dua aktivitas yang sangat berbeda yaitu :

1. Pengumpulan informasi(Measurement)

2. Penggunaan informasi untuk perbaikan individual dan institusional

(Evaluasi)

Adapun asesmen keterampilan dasar yang meliputi skill dan produk

dilakukan denganmenggunakan rubrik penilaian. Dimana pebelajar diberi tugas

(task ) dan kemudian unjuk kemampuan dalam mengerjakan tugas dinilai.

Dalam menganalisis kebutuhan (need assessment ) tersebut ada 3 tahap

yang harusditempuh :

1. Membuat keputusan mengenai need assessment ( need analysis)

2. Memperoleh informasi

3. Menggunakan informasi

Namun sebelum analisis kebutuhan ini dilakukan, para perencana

kurikulum harus membuatkeputusan secara fundamental.Ada empat kategori

orang yang terlibat dalam need assessment ( assemen kebutuhan),yakni

kelompok target ( target group ), pendengar ( audience), para penganalisis

kebutuhan itusendiri ( need analysis ) dan kelompok sumber (resource group).

1. Kelompok target (target group) berkenaan dengan dari siapa informasi itu

akan diperoleh,dan biasanya target group itu adalah siswa dalam suatu

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

28

program mata pelajaran, ataukadang-kadang para guru dan para

administrator.

2. Pendengar (audience) adalah semua orang yang akan diberikan tindakan

terhadapanalisis. Kelompok ini biasanya terdiri atas guru-guru, guru bantu,

para administrator program dalam pembelajaran dan orang-orang yang

terlibat dalam program pembelajaran tersebut.

3. Penganalisis kebutuhan (need analysis) mencakup orang-orang yang

bertanggung jawabterhadap pelaksanaan pengadaan need analysis,

diantaranya para konsultan, para anggota pengajar yang berkaitan dengan

pekerjaan itu, dan lain-lain.

4. Kelompok sumber (resource group) adalah orang-orang yang bertindak

sebagai sumber informasi mengenai target group, seperti para orang tua,

para sponsor keuangan atau parawali kelas atau wali murid.

B. Tujuan dari Assesmen kebutuhan

Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom

assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan

profesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menuru Mulyana, (2005) sebagai

seorang guru sangatlah pentinguntuk memahami asesmen. Ada beberapa alasan

mengapa guru harus memahami asesmen, yaitu sebagai berikut :

1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar

2. Memonitor kemajuan siswa

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

29

3. Menentukan jenjang kemampuan siswa

4. Menentukan efektivitas pembelajaran

5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran

6. Mengevaluasi kinerja guru kelas

7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

C. Prinsip Dasar Assesmen

Menurut pandangan Stufflebeam (1977) ada empat macam prinsip yang

dapat memenuhisatu analisis kebutuhan, yakni prinsip diskrepansi, prinsip

demokrasi, prinsip analitik dan prinsip diagnostik.

Pentingnya prinsip-prinsip ini terletak pada fakta yang akan

mempengaruhiinformasi yang akan diperoleh.

1. Prinsip diskrepansi (discrepancy philosoph)

Prinsip ini merupakan salah satu kebutuhan yang dianggap sebagai

sesuatu yang berbeda,atau adanya ketidak-sesuaian antara performansi

yang diharapkan dari mahasiswa denganapa yang mereka lakukan. Hal ini

mengarah pada perolehan informasi yang rinci mengenaiapa yang

dibutuhkan untuk mengubah performansi mahasiswa, misalnya

tentang pengucapan fonem p dan b dalam bahasa Inggris.

2. Prinsip demokrasi (democratic philosophy)

Prinsip ini merupakan satu kebutuhan yang diartikan sebagai perubahan

yang dilakukan olehmayoritas kelompok, diantaranya para siswa itu

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

30

sendiri, para guru, para administrator program, para pemilik privat

(sekolah bahasa) dan lain-lain.

Prinsip demokrasi ini mengarah pada satu analisis kebutuhan dalam

memperoleh informasi mengenai belajar yangkebanyakan dilakukan oleh

kelompok-kelompok pilihan.

3. Prinsip analitik (analytic philosophy)

Prinsip ini merupakan satu kebutuhan, di mana para siswa secara alami

belajar berdasarkan pada apa yang telah diketahui oleh mereka,

termasuk proses belajar.

4. Prinsip diagnostik (diagnostic philosophy)

Pada prinsip ini beranggapan bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang akan

membuktikan bahaya bila kebutuhan itu lepas.Prinsip ini mengarah pada

analisis mengenai pentingnyaketerampilan berbahasa bagi para imigran

agar survive di negara yang mereka tempati. Iniartinya sebuah kajian atau

studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan kebutuhanharian para

imigran

D. Strategi Assesmen kebutuhan

Terdapat dua strategi asesmen yaitu asesmen statis dan asesmen dinamis

1. Asesmen StatisAsesmen statis adalah asesmen yang dilakukan

berdasarkan pola waktu yang telahditentukan. Misalnya dilakukan pada

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

31

awal masuk sekolah atau tahun pelajaran baru, tengahsemester dan akhir

semester.

2. Asesmen DinamisAsesmen dinamis adalah asesmen yang dilakukan tanpa

terikat oleh pola waktu. Asesor terus melakukan penilaian, pengukuran

dan evaluasi sepanjang perkembanga anak dalam proses belajar atau

kehidupannya. Setiap hasil asesmen menjadi baseline bagi asesmen

berikutnya.

2.3 Program Layanan Bimbingan dan Konseling

2.3.1 Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan

konseling harus berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah disusun.

Program bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan yang

diselenggarakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling dalam periode tertentu. Menurut Giyono (2010) program bimbingan dan

konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang

akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan

tahunan.Dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah

keseluruhan rencana kegiatan yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan peserta

didik yang dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini periode tertentu yakni

periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan. Pelaksanaan

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

32

program bimbingan konseling yang sesuai dengan periodeperiode tersebut akan

membuat pelaksanaan kegiatan ayanan bimbingan konseling berkesinambungan.

1. Manfaat Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan yang trsusun dengan baik akan memberikan banyak

keuntungan baik bagi siswa sebagai penerima layanan maupun bagi konselor

sekolah sebagai pelaksana layanan. Natawidjaja (Surur, 2004: 39)

mengemukakan bahwa keuntungan tersebut adalah :

1. Memungkinkan guru bimbingan dan konseling menghemat waktu,

usaha, biaya dengan mnghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha

coba-coba yang tidak menguntungkan.

2. Mmungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan secara

seimbang dan menyeluruh, baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis

pelayanan bimbingan yang diperlukan.

3. Memungkinkan guru bimbingan dan konseling mengetahui dan

memahami peranannya dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka

harus melakuakan upaya secara tepat.

Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang berguna

untuk kemajuan sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang

dibimbingnya.

2. Cara Penyusunan Program BK

Menurut Tohorin (2007:259) Penyusunan program bimbingan dan konseling

umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu identifikasi kebutuhan,

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

33

penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan dan penilaian kegiatan.

Keempat langkah di atas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.

1. identinfikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai

(match) kebutuhan konseli seperti: Kebutuhan aktualisasi diri dan

pemenuhan diri (self actualization needs) seperti pengembangan potensi

diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status atau kedudukan,

kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan

penghargaan. Kebutuhan social (social needs) seperti cinta,

persahabatan, perasaan memiliki, kekeluargaan dan asosiasi. Kebutuhan

keamanan dan rasa aman (safety and security needs) seperti

perlindungan dan stabilitas. Kebutuhan fisiolgis (physiological needs)

seperti makan, minum, perumahan, seks dan istirahat, Semua kebutuhan

di atas perlu di analisis untuk ditetapkan kebutuhan mana yang akan

diprioritaskan untuk diberikan pelayanan bimbingan konseling.

2. penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun atas

dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan konseli. Selain itu, rencana

kegiatan bimbingan juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara

satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan

realistis.

3. pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi

rencana program bimbingan yang telah disusun. Dalam kaitannya, buat

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

34

format monitoring dan kembangkan dalam rangka pencatatan proses

kegiatan (proses bimbingan).

4. penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan

pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program. Hasil penilaian

merupakan gambaran tentang proses seluruh hsil yang dicapai disertai

dengan rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (follow up).

Penyusunan program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli

bimbingan atau konselor dan melibatkan tenaga bimbingan yang lain.

Penyusunan program bimbingan harus merujuk kepada kebutuhan konseli.

Dalam menyusun rencana program bimbingan dan konseling, harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pola dasar yang mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang

paling tepat untuk diterapkan

b. Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai untuk melayani

kebutuhan konseli.

c. Pengaturan pelayanan konsultasi

d. Cara mengevaluasi program

e. Penetapan alih kasus atau tindak lanjut.1

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

35

Menurut ABKIN, (2007) Program bimbingan dan konseling mengandung

empat komponen layanan yaitu (1) layanan dasar bimbingan (guidance curriculum),

(2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan individual dan (4) layanan dukungan

sistem.

1. Layanan Dasar

Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh

peserta didik melalui kegiatan yang terstruktur secara klasikal atau kelompok

yang disajikan dalam sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku

yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil

keputusan dalam menjalani kehidupannya. Tujuan layanan ini adalah untuk

membantu sesua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal,

memiliki mental yang sehat dan memperoleh ketrampilan dasar hidupnya

atau dengan membantu siswa agar dapat memcapai tugas-tugas

perkembangannya. Fokus perkembanganya untuk memcapai tujuan pada

fokus perilaku adalah menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan

karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam

memcapai tugas-tugas perkembangannya.

2. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang

menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan

segera, jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses

pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Konseling individu, konseling

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

36

krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan ahli tangan kepada ahli lain

adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam layanan responsif.

Tujuannya yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan

memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang

mengalami hambatan. Fokus perkembangan layanan responsif ini

bergantung pada masalah atau kebutuhan peserta didik. Masalah dan

kebutuhan peserta didik berkaitan dengan keinginan untuk memahami

sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan diri secara positif.

3. Perencanaan Individual

Layanan ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu

merumuskan dan melalukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan

masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan

dirinya, serta pemaham akan peluang dan kesempatan yang tersedia

dilingkungannya. Kegiatan oriientasi, informasi, konseling individual,

rujukan, kolaborasi dan advokasi diperlukan didalam implementasi layanan

ini.Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat dirumuskan sebagai

upaya memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitori dan

mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh

dirinya sendiri. Fokus layanan perencanaan individual berkaitan erat dengan

pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

37

4. Dukungan Sistem

Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian layanan bimbingan dan

konseling kepada peserta didik secara langsung. Sedangkan dukungan

sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,

infra struktur dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara

berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada

peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.

Program ini memberikandukungan kepada konselor dalam memperlancar

penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi personal pendidikan

laianya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan

disekolah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek a) pengembangan

jejaring (networking), b) kegiatan manajemen, c) riset dan pengembangan.

a. Pengembangan Jejaring (networking)

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang

meliputi 1). Konsultasi dengan guru, 2) menyelenggarakan program

kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, 3) berpartisipasi dalam

merencanakan dan melakasanakan kegiatan sekolah, 4) berkerjasama

dengan personel sekolah memciptkan lingkungan yang kondusif, 5)

melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan

bimbingan dan konseling dan 6) melakukan kerjasama atau kolaborasi

dengan ahli lain yang terkait dengan layanan bimbingan dan konseling.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

38

b. Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk

memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program

bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan 1) pengembangan

program, 2) pengembangan staf, 3) pemanfaatan sumber daya, 4)

pengembangan penataan kebijikan.

c. Manajemen Program

Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak

mungkin akan terselenggarakan dan tercapainya bila tidak memiliki

suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu dalam arti

dilakukan secara jelas, sistematis dan terarah.

Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah/Madrasah dimulai

dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspekyang dijadikan

bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini meliputi (1)

asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan

Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orang tua pesrta didik), sarana dan prasarana

pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan

pimpinan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik,

yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan

keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-

minanya (pekerjaan,jurusan, olah raga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang

dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

39

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan

konselingdi Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso

untuk 1 tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan untuk memfasilitasi

kebutuhan-kebutuhan khusus.

Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas

perkembengan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam

merumuskan program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang

disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian

kebutuha disetiap Sekolah/Madrasah.

1. Rasional

Rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbinga dan konseling dalam

keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Rumusan ini menyangkut konsep

dasar yang digunakan, kaitan bimbinga dan koseling dengan

pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan

sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para peserta didik),

dan hal-hal lain yang dianggap relevan.

2. Visi dan Misi

Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan

ulang ke dalam fokus isi :

Visi: Membangun iklim Sekolah/Madrasahbagi kesuksesan seluruh peserta

didik.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

40

Misi: Memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai

kompetensi dibidang akademik, pribadi-sosial, karir berlandasan pada tata

kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Deskripsi Kebutuhan

Rumusan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) peserta didk dan

lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai

peserta didik.

Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni

Standar Kompetensi Kemandirian yang disepakati bersama.

4. Tujuan

(a) Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus

dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan

konseling. Tujuan hendaknya dirumuskan kedalam tataran tujuan.

(b) Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahaman peserta

didik terhadap perilaku atau standar kompetensi harus dipelajari dan

dikuasai.

(c) Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan

perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya,

dan

(d) Tindakan, yaitu mendororng peserta didik untuk mewujudkan perilaku

dan kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

41

5. Komponen Program

Komponen program meliputi: (a) komponen pelayanan dasar, (b) komponen

pelayanan responsive, (c) komponen perencanaan individual dan, (d)

komponen dukungan sistem.

6. Rencana operasional

Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan

dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Rencana kegiatan

adalah uraian detil dari program yang menggambarakan struktur isi program,

baik kegiatan disekolah maupaun diluar sekolah, untuk memfasilitasi peserta

didik mencapai tugas perkrmbangan atau kompetensi tertentu.

Atas dasar komponen program diatas lakukan :

a. Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu

dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas

perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

b. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap

kegiatan diatas.apakah kegiatan itu dilakuakn dalam waktu tertentu atau

terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program

perlu dirancang dengan cermat. Perencanan waktu ini didasarkan kepada

isi program dan dukungan managemen yang harus dilakukan oleh

konselor.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

42

c. Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari need assessment kedalam

tabel kebutuhan yang akan menjadi rancangan kegiatan. Rencana kegiatan

dimaksud dituangkan kedalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama 1

tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik: program tahunan dan

program semester.

d. Program bimbingan dan konseling Sekolah yang telah dituangkan

kedalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan kedalam bentuk kalender

kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran,

bulanan, dan mingguan.

e. Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (a)

kontak langsung, dan (b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik,

untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal dikelas

(pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal dua jam pelajaran

per kelas perminggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung

dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan seperti email,

buku-buku, browser, majalah dinding, kunjungan rumah (home visit),

konferensi kasus (case conference), dan alih tanga (reverral).

2.4 Penelitian Yang Relevan

Endah Noorjanah, Pelaksanaan Bimbingan Konseling Terhadap Kemandirian

Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Dharma Anak Bangsa Klaten. Skripsi,

Yogyakarta: Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Oktober

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada ......6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Pada Siswa SMPLB C (Tunagrahita) 2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita

43

2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaaan Bimbingan

Konseling Terhadap Kemandirian Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Dharma

Anak Bangsa Klaten, Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, metode penelitian

yang digunakan adalah metode Deskriptif Kualitatif Subyek penelitian adalah

Kepala Sekolah SLB, Guru SLB, Orang Tua Murid dan Anak Tunagrahita, Obyek

penelitian adalah program kemandirian dan metode bimbingan konseling. Metode

pengumpulan data menggunakan: Obsevasi yang dipakai untuk menggali data pada

guru BK yang memiliki anak Tunagrahita tentang kemandirian dan metode

bimbingan konseling, Metode Interview digunakan untuk kroscek dengan Guru BK

dan Orang Tua murid, sedangkan Metode Dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data informasi yang diperoleh dari arsip Sekolah Luar Biasa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling terhadap

kemandirian anak tuna grahita di sekolah luar biasa dharma anak bangasa klaten

berupa kemandirian yang meliputi: bina diri, sensomotorik, interaksi sosial dan

pengembangan karya.