bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/37224/3/jiptummpp-gdl-ragilpamud-53102-3-babii… · tentang...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka adalah proses umum yang dilakukan oleh peneliti dalam
upaya menemukan teori. Peneliti melakukan kajian pustaka dengan tujuan untuk
membantu dalam mengembangkan pengertian serta wawasan yang mendalam
tentang hal-hal yang telah dikerjakan, serta kecenderungan-kecenderungan yang
terjadi. Kajian pustaka dalam BAB II membahas teori-teori yang relevan tentang
pengembangan media pembelajaran dice and pictures challenge. Dalam kajian
pustaka ini akan menjelaskan mengenai:
A. Pengembangan
Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang
telah ada. Pengembangan, dalam pengertian secara umum berarti pertumbuhan,
perubahan secara perlahan (evolusi), dan perubahan secara bertahap. Menurut
Seels & Richey dalam (Setyosari, 2010:197) pengembangan berarti proses
menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fisik,
atau dengan kata lain pengembangan berarti proses menghasilkan bahan-bahan
pembelajar.
Menurut Tessmer and Richey dalam (Setyosari, 2010:199) pengembangan
memungkinkan memusatkan perhatiannya tidak hanya analisis kebutuhan, tetapi
juga isu-isu tentang analisis awal sampai akhir, seperti analisis kontekstual.
Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan
pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji
lapangan kemudian direvisi dan seterusnya. Pengembangan bukanlah sebuah
11
strategi peneliti pengganti penelitian dasar dan terapan. Namun ketiga strategi
tersebut, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian pengembangan
diperlukan untuk mengupayakan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2011:297). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis dan untuk menguji keefektifan produk
tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian
untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan
bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut istilah kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang
memiliki arti dalam bentuk jamak, perantara atau pengantar. Gerlach dan Ely
(dalam Arsyad, 2010:3) menyatakan bahwa media merupakan suatu pemahaman
yang terpenting bagi manusia, materi atau kejadian yang dapat membangun atau
merangsang pemikiran siswa dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menurut Daryanto (2012:4) media pembelajaran merupakan bentuk jamak dari
kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima, namun kita membatasi
pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan
kegiatan pembelajaran.
12
Menurut Munadi (2008:7) mendefinisikan media pembelajaran dapat
dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif sehingga penerima dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif. Associatoin Of Education dan Communication Technologi (AECT)
memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem
penyampaian pesan atau pengantar, media juga sering dimaknai sama dengan kata
mediator yakni sebagai penyebab atau yang turut campur tangan dalam dua pihak
dan mendamaikannya. Sebagai mediator, media menunjukkan fungsi atau
perannya , yaitu mengatur hubungna yang efektif antara dua pihak utama dalam
proses belajar siswa dan pelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran media juga
dinilai sebagai segala perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong
siswa agar dapat belajar dengan cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadi
verbalisme (Hanafiah, 2009:59).
Dari pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau penghubung untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima melalui alat indra, sehingga dapat
meransang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
2. Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat berupa media alamiah dan media buatan. Media
alamiah adalah media pembelajaran langsung, misalnya yang berupa lingkungan
13
keluarga, pasar, alam, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan media
buatan adalah media yang dibuat oleh guru, percetakan, pabrik dan lain-lain.
Misalnya surat kabar, majalah, media elektronik, computer dan sebagainya.
Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok besar, yakni media audio, media visual, media audio visual, dan
multimedia (Munadi, 2008: 55-57) sebagai berikut:
a) Media audio adalah media yang hanya melibatkan indra pendengaran dan
hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.
b) Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan.
c) Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses.
d) Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah
proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam
media itu terbagi menjadi 4. Selanjutnya guru ditekankan untuk mengembangkan
kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran melalui media
pembelajaran.
3. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Kemp dan Dayton dalam (Arsyad, 2010:19) fungsi utama apabila
media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang
besar jumlahnya, yaitu:
14
a) Memotivasi minat atau tindakan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan
minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak dengan tujuan
mempengaruhi sikap, nilai dan emosi.
b) Menyajikan informasi dengan tujuan media pembelajaran dapat digunakan
dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa.
c) Memberi intruksi dengan tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam
media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam
bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
Media digunakan untuk membantu kinerja fungsi guru, yaitu fungsi dalam
memberikan informasi atau isi pelajaran. Menurut Basuki dan Farida (2001:14)
media dapat memberikan informasi yang lebih baik: 1) Media mampu
memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa,
2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata, 3) Memberikan penjelasan di kelas atas objek yang sangat besar, 4)
Memperjelas objek yang terlalu kompleks dengan menggunakan diagram atau
model yang disederhanakan, 5) Media dapat menyajikan suatu proses atau
pengalaman hidup yang utuh.
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber
belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-
ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan
dampak atau efek yang ditimbulkannya (Munadi, 2008:36).
Berdasarkan fungsi media di atas menunjukkan bahwa media sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar dari yang bersifat sederhana sampai
canggih. Penggunaan media dan multimedia akan sangat memperlancar proses
15
belajar mengajar dan merangsang semangat belajar siswa yang akhirnya akan
mengoptimalkan pola pikir siswa. Pemilihan media juga harus memperhatikan
kemampuan pengadaan media yakni berkaitan dengan biaya yang harus
dikeluarkan dan waktu yang harus dihabiskan dengan media yang sedang
digunakan. Oleh sebab itu pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan tujuan,
kemampuan, kepraktisan, ketepatgunaan dan keefektifan waktu yang digunakan.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media apabila dilihat dari kesiapan pengadaannya menurut
Sadiman (2010:83) media dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Media yang langsung digunakan (media by untilization) yang merupakan
komoditi perdagangan yang terdapat dipasaran luas dalam keadaan siap
pakai. Media ini memiliki keunggulan yaitu hemat dan waktu, tenaga dan
biaya untuk pengadaanya, tetapi kekurangan dari media jadi yaitu kecilnya
kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai
dengan tujuan atau tujuan pembelajaran.
b. Media rancang (media by desine) merupakan media yang dirancang dan
dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Arsyad Azhar (2010:71) pemilihan media sebaiknya
mempertimbangkan:
a. Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual, dan/
atau audio).
b. Kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (tertulis, audio,
dan/ atau kegiatan fisik).
c. Kemampuan mengakomodasikan umpan balik.
16
d. Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau
stimulus dan untuk latihan tes.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media
pembelajaran perlu mempertimbangan karakteristik anak, tujuan yang ingin
dicapai, kemampuan guru, ketersediaan media, jenis rangsangan belajar yang
diinginkan, situasi dan kondisi setempat, luasnya jangkauan yang ingin dilayani
dan kebaruan dari media yang digunakan serta dapat meningkatan kemampuan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran baik pembelajaran yang bersifat
perbidang studi maupun tematik.
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Beberapa ahli yang memberikan pengertian tentang pembelajaran tematik,
diantaranya adalah menurut T.Raka Joni dalam (Trianto, 2009:81) yang
mengartikan pembelajaran tematik sebagai suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik akan terjadi apabila peristiwa-
peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam eksplorasi tema maka siswa akan
sekaligus belajar tentang proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
Menurut Lampiran Peraturan Mendikbud No.67 (2013:132) pembelajaran
tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
17
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Pembelajaran ini menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari
konsep, sikap, dan ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu.
Kegiatan guru pertama menyeleksi konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang
memiliki keterkaitan erat satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan
model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah lebih mudah mengaitkan materi
pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model inilah yang dikembangkan
sebagai pembelajaran tematik terpadu di kurikulum 2013.
Jadi, pembelajaran tematik terpadu pada dasarnya adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Saat ini
pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran tematik terpadu
karena sesuai tingkatan usia. Peserta didik siswa sekolah dasar psikologisnya
belum membutuhkan pengetahuan yang spesifik melainkan pengetahuan yang
lebih umum tetapi komprehensif. Pemahaman pelajaran dapat secara mudah
dengan menggunakan pendekatan berbasis tematik terpadu ini yang erat kaitannya
dengan kehidupan di sekeliling mereka. Pengelolaan kelas yang efektiflah yang
menuntut guru agar dapat menciptakan kondisi pembelajaran tematik yang
kondusif sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
18
2. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Kemendikbud dalam Bahan Ajar Pembelajaran Tematik Terpadu
(2013:7), prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, sebagai
berikut:
a) Guru tidak bersikap otoriter dan berperan sebagai single actor yang
mendominasi proses pembelajaran.
b) Pemberian tanggung jawab terhadap individu dan kelompok harus jelas dan
mempertimbangkan kerja sama kelompok.
c) Guru bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang muncul saat proses
pembelajaran yang di luar perencanaan.
d) Memberkan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri
disampaing penilaian lain.
Jadi kesimpulan dari prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran tematik
terpadu yaitu keterampilan guru sebagai manajer kelas dalam mengelola kelas
baik secara individual maupun kelompok sangat dibutuhkan agar suasana
pembelajaran dapat kondusif sehingga proses pembelajaran di kelas berjalan
dengan lancar.
3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan pembelajaran tematik menurut Sutirjo (2004: 23) adalah sebagai
berikut:
a) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak
b) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak hasil belajar
akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna
19
c) Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi dan menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama,
toleransi, komunikasi, serta tanggap terhadap gagasan orang lain.
d) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih bermaknsa dan utuh.
e) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan beberpa
hal antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan
sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.
f) Memilih tema yang terdekat dengan anak dan aktual.
g) Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran inti
pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yaitu meliputi; Pendidikan Agama,
Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan
Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan.
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan bagi guru menurut
Trianto (2010: 89-90) adalah sebagai berikut:
a) Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat
dilanjutkan sepanjang hari, mencangkup berbagai mata pelajaran.
b) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
20
c) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar keberbagai
aspek kehidupan.
d) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai berbagai sudut pandang.
e) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi
bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Sedangkan keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa diantaranya
sebagai berikut:
a) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
b) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integrative.
c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
e) Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Jadi kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki
keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan
pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan
evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
21
6. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai model pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
menurut Rusman (2012: 258-259), pembelajaran tematik memiliki karakteristik
antara lain:
a) Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktifitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu
jelas.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya.
22
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik
Menurut Kemendikbud dalam Bahan Ajar Pembelajaran Tematik Terpadu
(2013: 8-9) langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
a) Invitasi/apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstorming dan menghasilkan
kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat umum atau khusus,
tetapi harus mampu menimbulkan minat siswa dan memberikan wilayah yang
cukup untuk penyelidikan. Apersepsi dalam kehidupan dapat dilakukan, yaitu
dengan mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan
dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan pengetahuan karena
diawali dari hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada
keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
b) Eksplorasi
Pada tahap ini siswa di bawah bimbingan guru mengidentifikasi topic
penyelidikan. Pengumpulan data dan informasi selengkap-lengkapnya tentang
materi dapat dilakukan dengan bertanya (wawancara), mengamati, membaca,
mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari sumber-sumber langsung
(tokoh, obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung misalnya buku, Koran,
atau sumber-sumber lainnya.
c) Mengusulkan penjelasan/solusi
Pada tahap ini seluruh informasi, temuan, sintesa yang telah
dikembangkan dalam proses penyelidikan dibahas dengan teman secara
berpasangan ataupun dalam kelompok kecil. Saling mengkomunikasikan hasil
temuan, menguji hipotesis kemudian melaporkan atau menyajikannya di depan
23
kelas untuk menggambarkan temuan setelah pembahasan. Pada tahap ini adalah
tahap proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, life skill,
demonstrasi, eksperimen, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain.
d) Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan siswa menindaklanjuti dengan
menyusun simpulan serta penerapan dari temuan-temuannya. Hal ini bertujuan
untuk mengungkap pengetahuan dan penguasaan dan penguasaan siswa terhadap
materi dapat dilakukan melalui evaluasi. Evaluasi merupakan suatu bentuk
pengukuran atau penilaian terhadap suatu hasil yang telah dicapai. Evaluasi
meliputi:
1) Pemahaman konsep dan prinsip sains dalam kehidupan sehari-hari.
2) Penerapan konsep dan keterampilan sains dalam kehidupan sehari-hari.
3) Penggunaan proses ilmiah dalam pemecahan masalah.
4) Pembuatan keputusan yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
e) Penilaian pembelajaran tematik menggunakan lima domain, yaitu:
1) Konsep, meliputi penguasaan konsep dasar, fakta, dan generalisasi.
2) Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep pada saat
penyelidikan (eksplorasi)
3) Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam
kehidupan.
4) Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan
tes untuk memvalidasi penjelasan secara personal.
5) Sikap, mengembangkan sikap positif
24
D. Materi
Materi pembelajaran merupakan sarana untuk mencapai seperangkat
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya penentuan materi
pembelajaran harus disusun berdasarkan berbagai kompetensi yang hendak
dicapai. Mudahnya materi pembelajaran tersebut harus mampu mengantarkan
siswa menjadi sosok individu sebagaimana yang dideskripsikan dalam Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar (Wiyani,
2013:125).
Tema Selalu Berhemat Energi pada materi “Sumber Energi”, pada kelas
IV semester 1.
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator
Bahasa Indonesia 4.1 Mengamati,
mengolah, dan
menyajikan teks laporan
hasil pengamatan tentang
gaya, gerak, energi
panas, bunyi, dan cahaya
dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan
memilih dan memilah
kosakata baku
4.11.Menyajikan laporan
hasil pengamatan tentang
pemanfaatan bentuk energi
listrik menggunakan bahasa
Indonesia
4.1.2. Menerangkan secara
lisan dan tulisan tentang
manfaat dan cara pemakaian
benda benda elektronik
secara mandiri menggunakan
bahasa Indonesia
IPA 3.4 Membedakan
berbagai bentuk energi
melalui pengamatan dan
mendeskripsikan
pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari
3.4.1 Mengidentifikasi
berbagai bentuk energi dan
menjelaskan manfaatnya
dalam bentuk tulisan,
melalui kegiatan observasi
3.4.2 Melaporkan hasil
pengamatan tentang manfaat
sumber energi listrik bagi
kehidupan manusia
25
E. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Siswa SD kelas tinggi (IV-VI) usia 9-12 tahun adalah:
1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
2. Ingin tahu, ingin belajar, realistis
3. Timbul minat kepada pelajaran- pelajaran khusus
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar
di sekolah
5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, dan
mererka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Depdikbud (1997:67) murid laki-laki dan perempuan mempunyai
karakteristik belajar yang relatif berbeda. Misalnya, pada umur SD sebagian anak
perempuan sudah mengalami menstruasi yang menandai awal keremajaannya,
sedangkan anak laki-laki sebagian besar mengalami “mimpi indah” pada usia
sekitar 15 tahun. Jadi datangnya masa keremajaan awal perempuan umumnya
lebih cepat dari laki-laki.
Siswa kelas III, IV dan V adalah siswa dengan rentang umur 8-11 tahun
atau lebih adalah tahap operasi konkrit.Ciri perkembangannya memakai atauran
jelas atau logis adan reversible dan kekebalan. Dengan memperhatikan
karakteristik kognitif siswa kelas III Dekolah Dasar dengan segala aspek dimensi
perkembangannya, maka diharapkan system pengajaran yang dikembangkan
mampu melayani kebutuhan belajar yang bermakna bagi siswa. melalui
penyampaian materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa antusias untuk belajar.
26
Menurut J. Maatakupan (1994: 107) “Usia kelas empat merupakan peralihan
dari dunia khayal menuju dunia nyata”. Menurut Rusli Lutan (2001: 100) usia-
usia sekitar 11 tahun adalah tahap kongrit operasional.Pada tahap ini kemampuan
kognitif anak berkembang dan memungkinkan untuk merencana dan
melaksanakan gagasan kongrit
F. Pengembangan Media Dice and Pictures Challenge pada Pembelajaran
Tematik
1. Media Pembelajaran Dice and Pictures Challenge (DPC)
Dalam media pembelajaran DPC bisa ditemukan tiga buah kata yang akan
digunakan sebagai identitas, pertama yaitu Dice yang disimulasikan sebagai dadu
yang disetiap sisinya akan terdapat mata dadu, kedua ada kata Pictures yaitu
gambar dan kata yang terakhir ialah Challenge yang di artikan sebagai sebuah
tantangan, maka jika jika ketiga kata digabungkan dan diskripsikan sebagai media
pembelajaran dice and pictures challenge atau disingkat (DPC) adalah media
pembelajaran yang menggunakan dadu tetapi dadu disini bukan untuk
dilemparkan tetapi hanya sebagai cover media yang dimana setiap mata dadu
ketika dibuka akan terdapat sumber energi dan pictures atau gambar itu sendiri di
dalam media DPC ini adalah gambar nyata bukan hanya visual untuk dilihat tetapi
bisa di demonstrasikan secara langsung dan ini merupakan tantangan untuk siswa.
Maka antara dice, picture and challenge akan terintegrasi menjadi satu bagian
yang utuh sebagai sebuah media pembelajaran yang sangat menarik dan inovatif.
Media DPC adalah media pembelajaran yang lebih mengarah pada sebuah
game edukasi, kenapa media ini akan sangat bermanfaat karena dalam konteks
pembelajaran bermakna, penggunaan game edukasi dalam pembelajaran
27
merupakan hal yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Strangman & Hall
(2003) yang menyatakan bahwa game edukasi menjadi sebuah pendekatan yang
efektif untuk menigkatkan pembelajaran siswa. Tiga hasil belajar utamanya telah
ditunjukkan yakni perubahan secara konseptual, pengembangan ketrampilan dan
bidang pengetahuan. Senada dengan pendapat ini, menurut Dukes & Seider
seperti diungkapkan oleh (Nur :2001) bahwa penelitian- penelitian secara
konsisten menemukan bahwa simulasi meningkatkan minat, motivasi dan
pembelajaran afektif siswa.
2. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Media Dice and Pictures Challenge
Dice and pictures challenge merupakan media pembelajaran yang
melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran. Media dice and pictures
challenge merupakan media pembelajaran kontekstual dimana akan memotivasi
siswa untuk memahami materi dengan mengaitkan materi yang terdapat dalam
media dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Media DPC ini merupakan
multimedia 3 dimensi yang melibatkan berbagai indera dalam penggunaanya oleh
karena itu akan jauh lebih menarik dibandingkan dengan hanya gambar yang
bersifat monoton. Kenapa mutlimedia sangat menarik dikarenakan kemampuan
sebuah multimedia dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai
makna bahwa multimedia merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian
dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca
dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih
konkrit (nyata).Tujuan penggunaan multimedia pada pembelajaran adalah (1)
menerjemahkan symbol verbal. (2) mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-
kesan yang salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi suatu buku. (4)
membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan kelas.(5) melibatkan
28
berbagai indera dalam proses pembelajaran khususnya indera penglihatan,
pendengaran dan indera peraba ( kulit). Media dice and pictures challenge juga
memiliki manfaat untuk meningkatkan pemahaman atau pengetahuan siswa pada
pembelajaran tematik khususnya materi “macam-macam sumber energi” serta
akan memberikan pengalaman yang tidak terduga pada para peserta didik
khususnya siswa kelas IV.
3. Desain Media Pembelajaran Dice and Pictures Challenge
Media dice and pictures challenge termasuk dalam mutlimedia yaitu jenis
media yang melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran.Media ini
dibuat dengan menggunakan beberapa bahan yang dikombinasikan menjadi satu
bagian yang utuh antara lain untuk pembuatan dice (dadu) kita akan menggunakan
kayu dan triplek sebagai bahan dasarnya, dengan dasar jaring-jaring sebuah kubus
kita akan membuat dadu tersebut dan memberikan angka pada setiap sisinya untuk
lebih menarik warna dalam dalam setiap sisi dadu akan kita buat bermacam-
macam warna, kemudian untuk bahan kedua kita menggunakan berbagai sumber
energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Didalam media dice and pictures challenge ini terdapat gabungan antara
berbagai sumber energi. Adapun desain media pembelajaran ini sebagai berikut:
A. Alat dan Bahan :
Alat
- Gergaji
- Palu
- Paku
- Cutter
- Penggaris/meteran
29
- Kuas cat
- Pensil
- Lem tembak
Bahan
- Triplek
- Cat kayu
- Lem tembak
- Kayu
- Engsel ukuran kecil
- Lilin
- Robot mainan
- Jam dinding
- Semprotan gas
- Baterai
- Lampu
- Kipas angin mini
B. Cara Pembuatan Media :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dipakai untuk membuat media yaitu potong
triplek menjadi 6 bagian dengan ukuran 30x30 cm kemudian pasangkan
setiap bagian menggunakan engsel dengan pola jaring-jaring kubus
Gambar 2.1
30
2. setelah semua bahan menjadi 1 bagian langkah selanjutnya adalah bagian luar
diberikan warna menggunakan cat kayu
(Gambar 2.2)
3. Bagian dalam juga di cat menggunakan cat kayu, untuk pemilihan cat
usahakan menggunakan warna yang cerah
(Gambar 2.3)
31
4. Setelah cat bagian dalam dan luar kering maka langkah selanjutnya adalah
memberikan motif dadu pada bagian luar sesuai dengan nama media ini
adalah dice/dadu
(Gambar 2.4)
5. Biarkan cat mengering dengan sempurna kemudian pasangkan semua bahan
yang dugunakan untuk materi sumber energi seperti lilin, semprotan gas,
robot mainan, jam dinding, kipas angin mini dan lampu menggunakan lem
tembak
( Gambar 2.5)
32
6. Selesai semua bahan di rekatkan pada setiap sisi bagian dalam dadu cat ulang
bagian dalam dan bagian motif media agar lebih menarik
(Gambar 2.6)
7. Media sudah siap untuk digunakan
(Gambar 2.7)
33
4. Kelebihan-Kelebihan Menggunakan Media Pembelajaran Dice and
Pictures Challenge
Kelebihan-kelebihan dalam menggunakan media pembelajaran dice and
pictures challenge diantaranya adalah :
1. Mudah dipahami oleh siswa karena menggunakan desain yang bagus dan
menarik sehingga siswa dapat belajar dengan baik khususnya dalam
pembelajaran tematik.
2. Media pembelajaran dice and pictures chalenge dapat mengatasi berbagai
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Pengalaman masing-
masing siswa yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat
berbeda satu sama lain sehingga media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan
tersebut.
3. Media dice and pictures challenge adalah jenis mutlimedia dimana dalam
penggunaanya melibatkan beberapa indera khusunya indera peraba (kulit),
indera pendengar dan indera penglihatan sehingga akan memberikan stimulus
yang positif pada peserta didik.
4. Penggunaan media pembelajaran dice and pictures challenge pada
pembelajaran khususnya pada tema “Selalu Berhemat Energi” sangat tepat
karena didalam tersebut terdapat berbagai macam benda yang dapat
menghasilkan energi dan bagaimana cara untuk berhemat energi tersebut
34
5. Media DPC dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-
anak dibawa ke objek tersebut.
6. Media dice and pictures challenge merupakan media pembelajaran
kontekstual sehingga mampu memberikan pehamaan materi terkait kehidupan
sehari-hari para peserta didik karena media DPC terdapat berbagai sumber
energi yang sering mereka temui dan gunakan dalam lingkungan rumah.
5. Langkah-langkah Penggunaan Media Dice and Pictures Challenge
Dalam pembelajaran mengenai tema selalu berhemat energi mengenai
macam sumber-sumber energi dengan menggunakan media dice and pictures
challenge sebagai media pembelajaran siswa diajarkan tentang bagaimana
memahami benda-benda sekitar yang dapat menjadi sumber energi dan cara
menggunakan energi sebaik mungkin. Tujuan dari media dice and pictures
challenge yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami benda-
benda disekitar yang dapat menghasilkan energi serta membedakan berbagai jenis
energi . Adapun langkah-langkah dalam penggunaan media dice and picturers
challenge di dalam proses pembelajaran, antara lain:
1. Guru memberikan penjelasan dan pengarahan cara penggunaan media
pembelajaran dice and pictures challenge.
2. Guru memberikan pemahaman tentamng berbagai sumber-sumber energi yang
ada pada lingkungan sekitar secara umum.
3. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
4. Guru membagi siswa beberapa kelompok
35
5. Setiap kelompok maju untuk mendemonstrasikan dan mengamati benda-benda
yang dapat menghasilkan energi serta menyebutkan jenis energi apakah yang
dihasilkan oleh benda tersebut
6. Pada saat satu kelompok maju untuk mendemonstrasikan, kelompok yang lain
memperhatikan
7. Proses ini berlangsung sampai semua kelompok mendapat giliran maju ke
depan kelas
36
G. Kerangka Fikir
Kerangka fikir merupakan rancangan penelitian ilmiah yang dilakukan
oleh peneliti untuk memberikan landasan yang kuat terhadap topik yng dipilih
sesuai dengan identifikasi masalahnya.
Gambar 2.8 kerangka fikir
Pentingnya guru menggunakan media yang inovatif pada pembelajaran tematik
Pengembangan dan Efektifitas pembelajaran tematik dengan menggunakan
media yang inovatif guna memotivasi dan membuat siswa antusias dalam
pembelajaran tematik
Tindakan
1. pengembangan media dice and pictures challenge pada pembelajaran
tematik
2. efektifitas pembelajaran menggunakan pengembangan media dice and
pictures challenge pada pembelajaran tematik
Cara
Analisis data
1. Analisis Deskriptif Kualitatif
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif
Pengumpulan data
Wawancara, Observasi, alat
dokumentasi, angket
Penelitian pengembangan
Menggunakan model
R&D
( Sugiyono:2015)
Pengembangan Media Dice and Pictures Chalenge Pada Pembelajaran Tematik
Tema 2 Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar
37
Dari kerangka fikir di atas dapat di jelaskan bahwa kerangka fikir dapat
menjadi sebuah gambaran yang akan memperkuat landasan peneliti terhadap topik
yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.Landasan utama yang menjadi
alasan peneliti melakukan penelitian tersebut adalah pentingnya guru
menggunakan media yang inovatif pada pembelajaran tematik.Tetapi dalam
penggunaan media dalam pembelajaran sesuai hasil observasi guru kurang
menggunakan media yang inovatif dan cenderung lebih menggunakan lingkungan.
Tindakan yang dilakukan peneliti untuk mengetahui efektiftas penggunaan
media dalam pembelajaran tematik khususnya media dice and pictures challenge
pertama peneliti mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
kelas pada Sekolah Dasar Negeri 3 Merjosari Malang dan Sekolah Dasar
Muhammadiyah 4 Batu dengan meneliti bagaimana proses pembelajaran
berlangsung, respon siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, kemudian
guru dalam proses belajar mengajar menggunakan media untuk mengetahui
bagaimana respon antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
Langkah selanjutnya peneliti melakukan observasi adengan mencari data
menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan narasumber wawancara
adalah guru kelas IV. Disamping teknik wawancara dan observasi ,peneliti juga
menggunakan teknik dokumentasi dalam kelas dan teknik angket yang di isi oleh
responden pada saat penerapan pengembangan media dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan efektifitas pembelajaran menggunakan media DPC. Setelah
mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti dari sumber data maka hasil
38
tersebut disusun menjadi sebuah data yang di paparkan secara kualitatif dan
kuantitatif selanjutnya akan di identifikasi dan di paparkan menjadi sebuah hasil
penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Dice and Pictures Chalenge Pada
Pembelajaran Tematik Tema 2 Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar’’