bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.
Salah sau masalah yang ada di dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya
pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru disekolah.
Pembelajaran IPA yang terlaksana hanya terarah pada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk menerima infomasi tanpa
memahaminya untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
pembelajaran yang terlaksana masih belum kreatif dan membuat siswa aktif.
Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks
sebagai sumber belajar. Hal ini yang menyebabkan siswa harus menghafal semua
materi yang telah diterima pada saat diadakan tes. Sedangkan menurut Marjono
(1996), hal yang harus diutamakan untuk anak pada jenjang sekolah dasar adalah
bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya pikir kritis siswa terhadap
suatu masalah.
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yan tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan
dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pada
hakikatnya, pembelajaran IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang alam. Dalam
Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam yang diklasifikasikan
menjadi tiga bagian antara lain:
Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, ialah kumpulan hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang sudah
dikaji sebagai kegiatan empiris dan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara
lain:
a. Fakta dalam IPA, peryataan-peryataan tentang benda yang nyata,
peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.
7
b. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA
yang saling berhubungan.
c. Prinsip IPA adlah generalisasi tentang hubungan di antara konsep.
d. Hukum-hukum alam, prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun
juga bersifat tentatif (bersifat sementara, akan tetapi karena mengalami
pengujian yang berulang-ulang maka hokum alam bersifat kekal
selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis).
e. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep,
dan prinsip yang saling berhubungan.
Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, adalah untuk menggali dan
memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta
dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori
yang akan digeneralisasikan oleh ilmuwan. Proses dalam memahami IPA disebut
dengan keterampilan proses sains, diantaranya adalah mengamati, mengukur,
mengklasifikasi dan menyimpulkan. Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai
sikap. Menurut Sulistyorini (2006), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari
sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat
sesuatu yang baru, sikap kerja keras, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas
diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.
Menurut Jacobson dan Bergman (1980) terdapat beberapa karakteristik
untuk memahami IPA, diantaranya:
a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena
alam, termasuk juga penerapannya.
c. Sikap peneguhan hati keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap
rahasia alam.
d. IPA dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa
saja.
e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan objektif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mempelajari IPA tidak
hanya dengan menghafal dari kumpulan materi yang telah diterima melainkan
8
harus melakukan uji coba untuk menambah pengalaman pada saat belajar dikelas
sehingga materi yang disampaikan guru mudah diterima oleh siswa.
2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Konsep IPA dalam sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,
karena belum dipisah secara tersendiri, seperti: kimia, fisika dan biologi. Adapun
tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam badan nasional standar
pendidikan (BNSP: 2006), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebersamaan Tuhan Yang Maha Esa
berdasakan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
ketergantungannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.1.2. Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari Bahasa
latin medium yang berarti tengah. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu
perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Beberapa hal yang termasuk dalam media adalah film, televisi, diagram, media
cetak, dan lain-lain. Media bisa dijadikan media pembelajaran jika dapat
membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, harus ada keterkaitan antara media, metode, dan materi pembelajaran.
Menurut NEA (National Education Association/ Asosiasi Pendidikan Nasional)
9
menyatakan bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak
maupun audiovisual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Sedangkan menurut
AECT (Association Education And Technology/ Asosiasi Teknologi Dan
Komunikasi Pendidikan) media ialah segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.
Menurut Gagne media pembelajaran adalah wujud dari adanya berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Lislie J. Brings (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam bentuk buku, film,
rekaman video, dan lain-lain. Kemudian menurut Miarso, media yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sarana yang dapat menyampaikan pesan atau materi
pembelajaran kepada siswa dengan lebih menarik perhatian siswa untuk belajar.
Dalam menggunakan media pembelajaran kita perlu memperhatikan tujuan
menggunakannya. Berikut adalah tujuan menggunakan media pembelajaran :
a. Mempermudah proses belajar-mengajar.
b. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar.
c. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.
d. Membantu konsentrasi siswa.
Selain memperhatikan tujuan menggunakan media, menurut Gerlach dan
Ely (1971) mengemukakan ada tiga ciri menggunakan media pembelajaran,
diantaranya yaitu:
a. Ciri Fiksatif (fixative propertiy)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Peristiwa yang
dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video
tape, disket komputer, dan film.
b. Ciri manipulatif (manipulative property)
10
Transformasi suatu kejadian atau objek memungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-
hari dapat disajikan kepada siswa dalam dua atau tiga menit dengan teknik
penggambilan gambar time-lapse recording. Misalnya: bagaimana proses
larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat
dengan teknik merekam fotografi tersebut.
c. Ciri distributive (distributive property)
Media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan
melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian
itu. Misalnya: rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar
keseluruh penjuru tempat yang diinginkan.
Di samping ciri-ciri media pembelajaran di atas, terdapat pula peranan
media pembelajaran yang dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengaran, serta
sarana dan prasarana yang tersedia. Adapun peranan media pembelajaran menurut
Rohani (1997:7), antara lain:
a. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.
b. Dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.
c. Dapat mengatasi apabila suatu benda secara langsung tidak dapat
diamati karena terlalu kecil.
d. Dapat mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat,
sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa.
e. Dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian
demi bagian untuk diamati secara terpisah.
f. Dapat mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara
langsung melalui telinga.
g. Dapat mengatasi peristiwa-peristiwa alam.
h. Memungkinkan terjadi kontak langsung dengan masyarakat atau
dengan keadaan alam sekitar.
i. Dapat memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap
suatu yang pada awal pengamatan siswa berbeda-beda.
11
j. Dapat membangkitkan minat belajar siswa yang baru dan dapat
membangitkan motivasi kegiatan belajar siswa.
Dalam model perencanaan penggunaan media yang efektif perlu
memperhatikan ASSURE. ASSURE adalah singakatan dari Analyze learner
characteristics, State objective, Select, or Modify media, Utilize, Require learner
response, and Evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam
perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Menganalisis karakter umum dan khusus, karakter umum kelompok
sasaran, seperti: tingkatan belajar, usia, jenis kelamin, latar belakang
sasaran. Sedangkan karakter khusus sasaran, meliputi: pengetahuan,
keterampilan, sikap awal mereka.
2. Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Merancang, memodifikasi, memilih dan mengembangkan media
pembelajaran yang telah tersedia agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
4. Menggunakan materi dan media.
5. Meminta tanggapan siswa tentang apa yang telah dipelajari bersama.
6. Mengevaluasi proses belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektivan
media, pendekatan, dan guru sendiri.
Untuk menggunakan media seorang guru tidak hanya memperhatikan
tujuan penggunaan media, ciri-ciri media saja, namun seorang guru juga harus
memperhatikan kriteria pemilihan media. Kriteria pemilihan media bersumber
dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara
keseluruhan. Berikut adalah kriteria dalam memilih media pembelajaran:
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip
dan generalisasi.
c. Praktis, luwes, dan bertahan. Guru harus memilih media yang ada, mudah
diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru, media yang digunakan
12
dapat digunakan dimana saja, kapan saja dengan peralatan yang ada
disekitarnya.
d. Guru terampil dalam menggunakannya. Apa pun media yang digunakan
seorang guru harus mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar dikelas.
e. Pengelompokan sasaran.
f. Mutu teknis.
Sementara Gagne, Bringgs, and Wager (1992) merekomendasikan agar
para pendidik menerapkan kriteria pengeluaran (exclusions) dan pemasukan
(inclusion) dalam menyeleksi media sehingga mendapatkan berbagai hasil
pembelajaran. Kriteria tersebut antara lain:
Tabel 2.1. Penerapan pengeluaran dan pemasukan dalam menyeleksi media.
Hasil pembelajaran Pengeluaran Proses Pemilihan
Keterampilan
intelektual
Mengeluarakan media
yang tidak mempunyai
fitur interaktif.
Menyeleksi media
yang memberikan
umpan balik bagi
respon siswa.
Strategi kognitif Mengeluarkan media
yang tidak mempunyai
fitur interaktif.
Menyeleksi media
yang memberikan
umpan balik bagi
respon siswa.
Informasi verbal Mengeluarkan
peralatan atau
simulator yang tidak
memiliki penyertaan
verbal.
Menyeleksi media
yang mampu
menghadirkan pesan-
pesan verbal dan
elaborasinya.
Sikap Mengeluarkan
peralatan atau
simulator yang tidak
memiliki penyertaan
verbal.
Menyeleksi media
yang mampu
menghadirkan gambar
realistik dan pesan dari
model manusia.
Keterampilan motorik Mengeluarkan media
yang tidak mempunyai
ketentuan bagi respons
siswa dan umpan balik.
Menyeleksi media
yang membuat praktik
keterampilan langsung
yang memungkinkan
dengan impan balik
informatif.
13
Selain kriteria diatas terdapat beberapa kunci yang harus dipertimbangkan
pada saat memilih media pembelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh Strauss
dan Frost (1999) yang diantaranya adalah: batasan sumber daya institusional,
kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa,
perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya, sasaran pembelajaran dan mata
pelajaran, hubungan pembelajaran, lokasi pembelajaran, waktu, dan tingkat
keragaman media. Faktor-faktor tersebut dapat dibuat dalam gambar berikut:
Gambar 2.1.2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat memilih media
2.1.3. Media Audio Visual
Media Audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara. Pesan yang disampaikan hanya berupa kata-
kata, musik, sound effect. Contoh dari media ini, seperti radio dan rekaman suara
yang sebelumnya sudah direkam dan diputar dengan mesin pemutar suara, baik
melalui kaset ataupun pita perekam magnetik atau disk. Manfaat media audio
dalam pembelajaran biasanya digunakan dalam:
a. Pengajaran music literary (pembacaan sajak), dan kegiatan
dokumentasi.
b. Pengajaran bahasa asing, apakah secara audio maupun secara audio
visual.
Sasaran pembelajaran:
1. Kognitif: pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
2. Keterampilan: komunikasi oral dan
tertulis, pemecahan masalah, kreativitas,
komputer, tim, kepemimpinan.
3. Sikap: motivasi belajar dan senang
terhadap topik yang diajarakan.
Banyaknya
media: teks
biasa, melalui
multimedia.
Waktu:
kesinkronan,
ketidaksinkro
nan.
Lokasi:
bersama-
sama atau
terpisah.
Hubungan:
guru-murid,
murid-murid,
orang luar-
murid.
Guru:
filsafat
pengajaran,
keterampilan
teknologi.
Batasan Institusional:
ketersediaan
media/peralatan, ruang
kelas, konektivitas,
perangakt lunak, dan
ketersediaan bahan.
Pembelajaran:
saluran sensoris,
kemampuan
kognitif,
motivasi,
ukuran kelas.
Isi Mata Pelajaran:
keseluruhan pelajaran,
sesi individu
14
c. Pengajaran mengunakan radio atau radio pendidikan.
d. Paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi yang memungkinkan
siswa dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.
Pengembangan media audio sama halnya dengan pengembangan media
lainnya, yang secara garis besar meliputi: kegiatan perencanaan merupakan
kegiatan-kegiatan menentukan tujuan, menganalisis keadaan sasaran, penentuan
materi, format yang akan digunakan dan penulisan skrip. Produksi adalah kegiatan
perekaman bahan, sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat
direkam dalam pita suara atau piringan suara. Evaluasi dimaksudkan sebagai
kegiatan untuk menilai program, apakah program tersebut bisa dipakai atau perlu
revisi lagi. Berdasarkan pengambangan media audio ini terdapat beberapa
karakteristik yang dapat dicapai saat menggunakan media ini antara lain:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian siswa.
b. Mengikuti pengarahan pada saat mengikuti pelajaran.
c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka
dengar.
d. Perolehan arti dari suatu konteks.
e. Memisahkan kata atau informasi yang relevan dengan yang tidak
relevan.
f. Mengingat dan mengemukakan kembali ide-ide atau bagian-bagian
cerita yang mereka dengar.
Media audio ini dapat digunakan pada saat pembelajaran dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah persiapan
a. Persiapan dalam merencana, berkonsultasi tentang materi dan
perencanaan, mencatat beberapa hal yang bias membangkitkan
interes, bahan diskusi, dan cara-cara mengkaji pemahaman atau
apersepsi.
b. Berikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa
yang akan dikemukakan dalam materi.
15
c. Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah perorangan atau
kelompok kecil, atau besar.
d. Usahakan sasaran harus dalam keadaan siap.
e. Periksa peralatan yang akan digunakan.
2. Langkah penyajian
a. Sajikan dalam waktu yang tepat dengan kebiasaan atau cara
mereka mendengarkan.
b. Atur situasi ruangan.
c. Berikan semangat untuk memulai mendengarkan dan mulai
konsentrasi terhasap permasalahan yang akan dihadapi. Usahakan
agar mereka:
1. Mendengarkan dalam situasi tenang.
2. Memusatkan perhatian untuk mendengarkan materi dan apa
saja yangdikatakan serta apa artikan.
3. Mendengarkan dengan suatu kemauan yang kuat, meskipun
mereka akan bertemu dengan hal yang bertentangan dengan
kemauan dirinya.
4. Menggunakan apa yang mereka dengar saat itu dengan
pengarahan sebelumnya.
3. Langkah tindak lanjut
Dalam usaha tindak lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah seluruh atau sebagian saja dari hal-hal yang pertanyakan
pada langkah persiapan sebelumnya, terjawab atau terpenuhi? Bila
tidak, apakah langkah yang harus diambil selanjutnya?
b. Apakah para siswa setuju dengan apa yang dikemukakan?
c. Apakah materi yang disajikan telah cocok dengan kemampuan
mereka? Apakah telalu sukar atau terlalu mudah?
d. Apakah masih terjadi kesalahpahaman antara maksud materi
dengan hasil pemangkapan mereka?
e. Tentukan bagian-bagian mana saja atau bahkan keseluruhannya,
yang harus diulang kembalu bila diperlukan.
16
f. Pada bagian materi mana, siswa memerlukan suatu pengayaan
melalui bantuan penyertaan media lainnya.
Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto,
tranparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis dan lain sebagainya. Ada beberapa prinsip dalam menggunakan
media visual antara lain:
a. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan
gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Untuk gambar realistis
harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci
dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali
menganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya
diperhatikan.
b. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat
teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
c. Gunakan grafik untuk menggambar ikhtiar keseluruhan materi
sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh
siswa mengorganisir informasi.
d. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya
ingat.
e. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep.
f. Hindari visual yang tak berimbang.
g. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
h. Visual yang diproyeksikan harus mudah dibaca dan dapat terbaca.
i. Visual, khususnya diagram sangat membantu untuk mempelajari
materi yang agak kompleks.
j. Unsur-unsur pesan dalam visual harus ditonjolkan dan dengan mudah
dapat dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah
pengolahan informasi.
k. Warna harus digunakan secara realistic.
17
l. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan
perhatian dan membedakan komponen-komponen.
m. Keterangan gambar harus disiapkan terutama untuk:
1. Menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti:
kemiskinan, lumpur.
2. Memberi nama orang, tempat, objek.
3. Menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan visual sebelum
atau sesudahnya.
4. Menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan,
pikirkan, dan katakan.
Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis
media yang pertama dan kedua. Dengan menggunakan media ini dapat membuat
proses pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, saat pembelajaran dikelas siswa
tidak hanya mendengar atau melihat gambar saja, tetapi siswa dapat melihat
sekaligus mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Dalam penggunaan media ini akan memberikan pengalaman langsung
untuk siswa selama belajar disekolah. Media audio visual yang biasa digunakan
oleh pihak sekolah berisi video pembelajaran yang berhubungan dengan materi-
materi yang baru disampaikan oleh guru pada waktu itu. Media ini mempunyai
kelebihan dan kelemahan diantaranya adalah:
1. Kelebihan media audio visual antara lain:
a. Memperjelas materi yang disampaikan oleh guru.
b. Membantu siswa agar mempunyai pengalaman secara langsung
selama belajar di sekolah.
2. Kelemahan dari media audio visual:
a) Sistem pembelajaran berpusat pada guru.
b) Partisipasi siswa saat mengikuti pembelajaran kurang dikuasai oleh
guru.
18
c) Sifat komunikasi saat pembelajaran hanya terjadi satu arah dan harus
diimbangi dengan bentuk umpan balik yang lain.
2.1.4. Pengertian Media Power point
Sanaky (2009) menyatakan bahwa microsoft Power point adalah program
aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah
microsoft office program komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan
bantuan LCD projector. Keuntungan dari program ini adalah tidak perlunya
pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office salah satu
program komputer. Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan
sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan
pengembangan pembelajaran dengan komputer. Program yang digunakan dalam
penelitian ini adalah microsoft power point. Program ini adalah salah satu aplikasi
dalam paket microsoft office.
Media Power point adalah suatu alat atau program yang dapat
meningkatkan kualitas prestasi dengan menggunakan teks kualitas tinggi, grafik,
gambar. Presentasi biasanya disusun dengan hanya menampilkan point-point yang
relevan selama pembicaraan dan pembicara menggarisbawahi point-point ini
secara mendalam. Media ini biasanya disusun oleh dosen-dosen, guru, pembicara
dalam konferensi dan para pelaku bisnis. Dengan bantuan media Power point,
seorang guru dapat mempresentasikan materi ajar kepada siswa bisa lebih mudah
dalam mentransformasikan ilmunya melalui presentasi yang diberikan oleh
seorang guru kepada anak didiknya di kelas. Disamping memudahkan seorang
guru menguasai kelas dan membantu anak-anak didik untuk tetap fokus dengan
apa yang diterangkan oleh seorang guru. Selain itu, dengan menggunakan media
ini proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa untuk belajar.
Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk melatih siswa mengembangkan
kemampuan menulis dan berbicara, serta cara berpikir kritis dan analitis.
Power point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan, berikut
tipe penggunaan Power point:
a. Personal presentation. Power point digunakan dalam pembelajaran
klasik, seperti: kuliah, pelatihan, seminar, workshop. Pada penyajian
19
ini Power point menjadi alat bantu bagi pengajar dalam menyajikan
materi, dan kontrol pengajaran dan pembelajaran terletak pada guru,
dosen, dan pembicara.
b. Stand alone. Power point disusun secara khusus untuk pembelajaran
individu secara interaktif. Walaupun tingkat interaktif siswa tidak
terlalu tinggi, namun Power point mampu menampilkan umpan balik
yang sudah diprogramkan.
c. Web based. Power point dapat diformat menjadi file web (html),
sehingga program yang muncul berupa browser dapat menampilkan
internet. Hal ini ditunjang dengan adanya fasilitas dari Power point
untuk mempublikasikan hasil pekerjaan kita ke dalam web.
Keunggulan Microsoft Power point antara lain: 1. praktis, dapat
dipergunakan untuk semua ukuran kelas; 2. memberikan kemungkinan tatap muka
dan mengamati respons siswa 3. memiliki variasi teknik penyajian yang menarik
dan tidak membosankan; 4. dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture,
warna, animasi dan suara, sehingga membuat siswa lebih tertarik. 5. dapat
dipergunakan berulang-ulang.
2.1.5. Hasil Belajar
2.1.5.1 Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1989) belajar ialah proses dimana terjadi perubahan
perilakunya melalui sebuah pengalaman yang dibantu oleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku dengan adanya interaksi antar individu dan reaksi
terhadap lingkungan (menurut E.R.Hilgard (1962) dalam Ahmad Susanto 2013:3).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku yang terjadi karena interaksi antar individu dan lingkungan. Menurut
Gagne terdapat beberapa kategori dalam belajar, diantaranya:
1. Keterampilan motoris: keterampilan yamg diperlihatkan dari
berbagai gerakan badan. Contoh: menulis, berjalan, berlari,
bertepuk tangan.
20
2. Informasi verbal: informasi yang dipengaruhi oleh kemampuan
otak atau intelegensi seseorang. Sma seperti halnya seseorang
memahami sesuatu denan berbicara, menulis, menggambar, yang
berupa simbol yang tampak.
3. Kemampuan intelektual: selain menggunakan simbol verbal,
manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar
melalui kemampuan intelektualnya, misalnya: mampu
membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif: keterampilan ini diperlukan untuk belajar
mengingat dan berpikir.
5. Sikap: sikap saat belajar sangat mempengaruhi hasil yang
diperoleh. Sikap akn sangat tergantung pada pendirian,
kepribadian, dan keyakinan, tidak dapat dipelajari atau dipaksa,
tidak perlu kesadaran diri yang penuh.
2.1.5.2 Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Secara sederhana hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diterima siswa setelah kegiatan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berikut adalah beberapa aspek dalam
hasil belajar:
21
1. Pemahaman konsep (aspek kognitif)
Menurut Bloom (1979: 89) pemahaman diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari.
Pemahaman yang dimaksudkan adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, meyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada siswa, serta mengerti apa yang ia baca, lihat, alami atau
yang dirasakan berupa hasil penelitian langsung yang ia lakukan.
Sementara Carin dan Sund menyatakan bahwa aspek belajar
mempunyai beberapa kriteria, diantaranya:
a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu. Secara sederhana dapat diarikan
bahwa pemahamn merupakan kemampuan untuk menjelaskan
kembali apa yang sudah ia terima.
b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui melainkan ia mampu
memberikan ilustrasi yang lebih luas dan mendalam.
c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman
melibatkan proses mental yan dinamis, sehingga siswa tersebut
mampu memahami apa yang ia dapat dan mampu menjelaskan
kepada orang lain dengan ilustrasi yang sesuai dengan kondisi
saat ini.
d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-
masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti:
menerjemahkan, menginterpretasikan, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi.
Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman
konsep guru dapat mengevaluasi produk. W.S. Winkel (2007:540)
menyatakan bahwa melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai
berapa jauh suatu tujuan intruksional telah tercapai, semua tujuan itu
merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa.
2. Keterampilan proses (aspek psikomotor)
22
Usman dan Setiawan (1993:77) menyatakan bahwa keterampilan
proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan
kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Dalam
melatih keterampilan ini, harus secara bersamaan dikembangkan pula
sikap-sikap yang dikehendaki, seperti: kerjasama, kreativitas,
bertanggungjawab sesuai dengan penekanan mata pelajaran yang
bersangkutan.
Sementara Indrawati (1993: 3) merumuskan bahwa keterampilan
proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik
kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori. Dalam keterampilan
ini terdapat enam aspek yang meliputi: observasi, klasifikasi,
pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap
suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen. Keterampilan ini juga
mempunyai dua tingkatan yaitu: keterampilan proses tingkat dasar
(observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan
inference), dan keterampilan proses terpadu (menentukan, variabel,
menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel,
memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan
dan melakukan eksperimen).
3. Keterampilan sikap (aspek afektif)
Menurut Lange dalam Azwar (1998:3), sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup aspek fisik
juga. Dalam keterampilan ini juga terdapat tiga komponen yang saling
menunjang diantarnya: komponen kogitif ialah respresentasi apa yang
dipercayai ole individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan
perasaan yang menyangkut emosional, dan komponen konatif adalah
aspek berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
seseorang. Bany dan Johnson dalam Yousda dan Arifin (1993:68)
23
mengungkapkan berbagai model yang dapat mencakup tiga aspek
diatas, yaitu:
a. Teknik pelaporan diri sendiri (self-report technique). Teknik ini
merupakan bentuk respon seseorang terhadap sejumlah
pertanyaan.
b. Obsevasi terhadap perilaku yang tampak (observation of
behavior). Dengan model ini, sikap ditafsirkan dari perilaku
seseorang yang tampak dengan memperhatikan tiga dimensi,
yaitu: arah perilaku derajat yang memperlihatkan kontinuitas,
dan intensitas sikap tersebut untuk memunculkannya dalan
perilaku.
c. Sikap yang disimpulkan dari perilaku orang yang bersangkutan.
2.1.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah, seperti:
kondisi yang prima, tidak dalam keadaan lelah, tidak cacat jasmani, dan
faktor psikologis, yang meliputi: intelegensi, minat, bakat, motivasi,
motif belajar, dan daya nalar siswa.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor
eksternal meliputi: faktor lingkungan (lingkungan fisik dan sosial), dan
faktor instrumenal adalah faktor yang dirancang sesuai dengan hasil
yang diharapkan. Faktor ini berupa: kurikulum, sarana, dan guru.
Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya (2006: 51), terdapat sejumlah aspek
yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru,
antara lain:
1. Teacher formative experience (latar belakang guru)
24
2. Teacher training experience (pengalaman yang berhubungan dengan
latar belakang guru)
3. Teacher properties (sifat yang dimiliki oleh guru)
Sedangkan menurut Ruseffendi (1991:7) terdapat sejumlah faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah:
1. Kecerdasan Anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap
cepat lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya
suatu pemasalahan. Kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian
hasil belajar yang dibawa sejak lahir. Alfred Binnet membagi intelegensi
dalam tiga aspek: direction, artinya: kemampuan untuk memusatkan
kepada suatu masalah yang dipecahkan. Adaptation, ialah kemampuan
untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapi secara
fleksiel di dala menghadapi masalah. Criticism, adalah kemampuan untuk
mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap
dirinya sendiri.
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau
organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Aspek ini erat
hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
3.Bakat anak
Menurut Chaplin bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Kemauan belajar
Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab
yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang
diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam
mencapai keberhasilan belajar.
5.Minat
Minat berarti kecendurungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh
25
minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya.
6. Model penyajian materi pembelajaran
Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan,
menarik, dan mudah mengeri sangat membantu keberhasilan hasil belajar
siswa.
7. Pribadi dan sikap guru
Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya
melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi juga mencontoh yang baik
dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan oleh guru.
8. Suasana pengajaran
Suasana yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dan
guru, serta menumbuhkan suasana yang aktif antara siswa dan guru dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
9. Kompetensi guru
Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu
yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
10. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku dan
berbagai macam latar belakang pendidikan, sehingga mempengaruhi hasil
belajar siswa.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningsih dengan judul Efektivitas
Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Power point pada
Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN 01 Bringin
Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013, dengan hasil penelitian rata-rata posttest
kelompok kontrol 81,9130 dan kelompok eksperimen 88,8846. Hasil perhitungan
ini didapat signifikansi sebesar 0,003 dan 0,004 dan thitung sebesar 3,110 dan
3,077> ttabel 2,011. Signifikan kurang dari 0,05 sehingga hipotesis diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan
26
proses dengan media Power point pada pembelajaran IPA efektif terhadap hasil
belajar siswa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Supriadi dengan judul Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Power point Terhadap Keaktifan dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kabupaten
Semarang Semester Genap Tahun 2011/2012 dinyatakan berhasil mempengaruhi
dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan hasil penelitian rata-rata nilai
posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest siswa
kelas kontrol, yaitu 81,53 > 70,50. Perbedaan rata-rata (mean difference) dari rata-
rata nilai posttest antara kedua kelas tersebut sebesar 11,038, dengan t hitung > t
tabel (4,852 > 4,637) dan angka probabilitas di bawah atau kurang dari (< 0,05),
yaitu sebesar 0,000. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa media
pembelajaran Power point dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Bugel 02.
2.3. Kerangka Berpikir
Dengan menggunakan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Caranya adalah dengan melatih guru IPA, kemudian
mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan
proses pembelajaran di kelas tidak lagi kurang menarik dan menggunakan metode
pembelajaran kurang bervariasi, serta prestasi belajar IPA siswa juga akan
meningkat, pembelajaran yang berlangsung dikelas juga akan optimal.
Dalam materi pelajaran ada yang tidak dapat dipelajari dengan melakukan
percobaan. Materi tersebut akan lebih menarik dan tepat sasaran apabila
disampaikan dengan menggunakan media yang tepat. Media Power point dapat
menghasilkan gambar yang bersumber dari komputer untuk mengvisualisasikan
ide-ide sehingga informasi yang disajikan lebih jelas dan menarik. Selain itu dapat
juga disajikan dengan menggunakan video, karena video tidak hanya
menghasilkan gambar namun juga suara sehingga dapat membantu memperjelas
materi yang disajikan oleh guru pada saat pembelajaran.
27
Gambar 2.3.1. Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Penelitian
Diduga terdapat pengaruh yang efektivitas penerapan media audiovisual
dan powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Kemitir 02
dan SDN 2 Kalimanggis tahun ajaran 2014/2015.
Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar antara penerapan media audiovisual
dan powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN
Kemitir 02 dan SDN 2 Kalimanggis tahun ajaran 2014/2015.
Ha : ada perbedaan hasil belajar antara penerapan media audiovisual dan
powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN
Kemitir 02 dan SDN 2 Kalimanggis
Dapat digunakan
untuk berulang kali
Lebih praktis Lebih menarik
perhatian siswa
Media audio visual
dan powerpoint
Hasil
belajar
Gambar terlihat
lebih nyata