bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori dan … ii.pdf · pengembangan ekowisata yang...

47
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, adalah : Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto (2011), dalam Jurnal Ilmiah Pariwisata yang berjudul “Strategi Pengembangan Ecotourism Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo memiliki potensi wisata yang unik dan menarik, berupa: potensi sumber daya alam hayati (SDAH), keindahan alam sekitar, jenis-jenis hutan, keanekaragaman flora, satwa khas Baluran serta tipe ekosistemnya. Dilihat dari potensi yang dimiliki Taman Nasional Baluran, maka sangat layak untuk dikembangkan sebagai daya tarik ecotourism yang merupakan jenis pariwisata ramah lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap pemberdayaan masyarakat lokal. Sejauh ini, peran serta masyarakat lokal dalam pengembangan ecotourism Taman Nasional Baluran masih belum optimal, karena selama ini masyarakat tidak dilibatkan dalam pengembangan kepariwisataan tersebut. Untuk mensukseskan program pengembangan ecotourism, maka sangat perlu adanya pelibatan dan peran serta masyarakat lokal dalam pengembangannya.

Upload: hanhan

Post on 27-Jun-2019

270 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

10

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam

penelitian ini, adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto (2011), dalam Jurnal Ilmiah

Pariwisata yang berjudul “Strategi Pengembangan Ecotourism Taman Nasional

Baluran di Kabupaten Situbondo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman

Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo memiliki potensi wisata yang unik dan

menarik, berupa: potensi sumber daya alam hayati (SDAH), keindahan alam

sekitar, jenis-jenis hutan, keanekaragaman flora, satwa khas Baluran serta tipe

ekosistemnya. Dilihat dari potensi yang dimiliki Taman Nasional Baluran, maka

sangat layak untuk dikembangkan sebagai daya tarik ecotourism yang merupakan

jenis pariwisata ramah lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap

pemberdayaan masyarakat lokal. Sejauh ini, peran serta masyarakat lokal dalam

pengembangan ecotourism Taman Nasional Baluran masih belum optimal, karena

selama ini masyarakat tidak dilibatkan dalam pengembangan kepariwisataan

tersebut. Untuk mensukseskan program pengembangan ecotourism, maka sangat

perlu adanya pelibatan dan peran serta masyarakat lokal dalam

pengembangannya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

11

 

Strategi umum yang diimplementasikan dalam pengembangan ecotourism

Taman Nasional Baluran adalah strategi konservasi via integratif vertikal, yaitu

mengintegrasikan aktivitas hulu dan aktivitas hilir. Aktivitas hulu terkait dengan

segala sesuatu yang diperlukan untuk memudahkan wisatawan dalam

mengunjungi ecotourism Taman Nasional Baluran yaitu, penyediaan prasarana

dan sarana pariwisata. Adapula strategi alternatif pengembangan ecotourism

Taman Nasional Baluran, meliputi: pengembangan produk ecotourism,

peningkatan keamanan pengembangan ecotourism, pengembangan prasarana dan

sarana pokok maupun sarana penunjang pariwisata, serta pengembangan

kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) pariwisata terhadap

pengembangan ecotourism Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswanto,

adalah mengkaji tentang strategi pengembangan ekowisata, dan alat yang

digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah menggunakan matrik

SWOT, yakni bersifat mengeksplorasi atau menggali dan merumuskan kebijakan

dan program-program berdasarkan kondisi internal berupa kekuatan (strengths)

dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki serta kondisi eksternal, berupa peluang

(opportunities) dan ancaman (threats). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu, adalah pada penguraian tahapan analisis internal dan

eksternal lebih menggunakan value atau nilai pembobotan dan pemeringkatan

terhadap faktor-faktor tersebut oleh para responden, sementara penelitian ini

penguraian strategi SWOT menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal

ini, jenis data yang digunakan oleh Siswanto merupakan gabungan antara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

12

 

kualitatif dan kuantitatif, yakni lebih banyak menggunakan tabel dalam

penjelasannya. Perbedaan lainnya terdapat pada kajian penelitian, dalam

penelitian terdahulu mengkaji pengembangan ekowisata secara keseluruhan

terkait dengan prinsip-prinsip ekowisata yang mampu memberikan manfaat

ekonomi menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat, memajukan kebudayaan

masyarakat, pelestarian alam, lingkungan sumber daya lainnya, serta mengacu

pada keberlanjutan ekologis, sedangkan dalam penelitian ini menspesifikasikan

pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

Pariwisata yang berjudul “Desa Wisata Berbasis Masyarakat Sebagai Model

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pinge”. Dalam penelitian ini, mengemukakan

tentang produk Desa Wisata Pinge yang dilihat dari atraksi wisata dan amenitas

atau fasilitas wisata yang terdapat di Desa Pinge. Desa Wisata Pinge memiliki

potensi alam dengan hawa yang sejuk dan memiliki letak yang strategi dekat

dengan berbagai destinasi wisata lainnya di Bali. Desa Pinge juga memiliki

potensi alam pedesaan dengan bangunan tradisional Bali dan merupakan salah

satu daya tarik wisata yang memiliki panorama yang indah. Dilihat dari tata letak

desa yang teratur memanjang dan dibelah oleh satu jalan besar dengan arsitektur

yang rapih dan sejajar, Desa Wisata Pinge menyimpan pula potensi budaya

terutama potensi arkeologi di sebuah pura yaitu Pura Natar Jemeng. Beberapa

kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan di Desa Wisata Pinge, adalah

hiking, tacking, cycling dan car touring. Terdapat beberapa amenitas atau fasilitas

wisata di Desa Wisata Pinge, berupa akomodasi (home stay), coffee break, toilet,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

13

 

arena pementasan kesenian, dan souvenir shop. Ketersediaan fasilitas tersebut

cukup mendukung kepariwisataan Desa Pinge.

Dalam penelitian ini, menjelaskan permasalahan yang diteliti tentang

model pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan produk Desa Wisata

Pinge yang dianggap sangat penting dalam kerangka pengembangan

kepariwisataan. Untuk memfasilitasi keterlibatan dan optimalisasi manfaat Desa

Wisata Pinge bagi masyarakat lokal, maka model yang dirumuskan dalam

pengembangan Desa Wisata Pinge diarahkan pada: (1) penguatan kapasitas dan

peran masyarakat Desa Pinge untuk turut serta aktif dalam kegiatan dan proses

pembangunan desa wisata, berupa kapasitas institusi masyarakat dan pelibatan

masyarakat dalam proses pengembangan yang dimulai dari perencanaan,

implementasi dan monitoring atau evaluasi. (2) penguatan akses dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat Desa Pinge untuk meningkatkan manfaat ekonomi desa

wisata, berupa peningkatan suplai terhadap fasilitas penunjang pariwisata,

menyediakan pemasukan tambahan bagi penyedia barang dan jasa layanan

pariwisata, meningkatkan permintaan pasar terhadap produk lokal, menggunakan

tenaga kerja asli dan tenaga ahli lokal, membuka sumber dana bagi usaha

perlindungan atau konservasi sumber daya alam dan budaya, serta menumbuhkan

kesadaran masyarakat lokal terhadap nilai-nilai lokalitas budaya dan keunikan

alam.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Adikampana, adalah adanya harapan dalam pengembangan berbagai produk

wisata yang tentu melibatkan masyarakat lokal untuk berpastisipasi penuh dalam

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

14

 

proses perencanaan, pengembangan dan pengelolaan suatu kegiatan pariwisata.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan manfaat positif terhadap

perekonomian masyarakat lokal menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan memajukan kebudayaan masyarakat. Terdapat persamaan lainnya, yakni

awalnya menjelaskan tentang komponen produk wisata yang tersedia di lokasi

penelitian. Adapula perbedaan ini dengan penelitian terdahulu, adalah dalam

penelitian terdahulu tidak menggunakan konsep ekowisata sebagai patokan dalam

pembahasannya, namun lebih spontanitas menjelaskan tentang pemberdayaan

masyarakat lokal, yakni meneliti tentang desa wisata berbasis ekowisata,

sedangkan penelitian ini meneliti tentang ekowisata berbasis masyarakat.

Penelitian dilakukan oleh Soedigdo dan Priono (2013), dalam Jurnal

Perspektif Arsitektur yang berjudul “Peran Ekowisata dalam Konsep

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Pada Taman Wisata Alam (TWA)

Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi produk ekowisata yang terdapat di TWA Bukit Tangkiling dan

mempelajari karakter produk dan pasar ekowisata yang berbasis masyarakat yang

dapat digunakan untuk mengembangkan community based ecotourism di

Kecamatan Bukit Batu dan mengetahui sejauh mana ekowisata berpengaruh

dalam pemberdayaan masyarakat Kecamatan Bukit Batu.

Adapun fenomena yang terjadi dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis

Mayarakat di TWA Bukit Tangkiling diantaranya, adalah: (1) masyarakat belum

terlibat secara maksimal dalam penyediaan jasa layanan bagi wisatawan, seperti

pengelolaan jasa akomodasi, transportasi dan penjualan produk lokal. (2) tingkat

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

15

 

komitmen dan kepedulian wisatawan domestik yang mengunjungi TWA Bukit

Tangkiling tidak kuat, apresiatif dan terbuka terhadap isu-isu yang terkait dengan

alam, lingkungan dan kesehatan. (3) masyarakat masih terbatas dalam

mengembangkan potensi yang dimiliki terkait dengan keterbatasan akses

masyarakat dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk ekowisata Bukit Tangkiling

secara keseluruhan termasuk dalam spektrum Intermediate Ecotourism. Spektrum

ini merupakan dimensi yang ramah terhadap pemberdayaan masyarakat, banyak

masyarakat yang terlibat dalam penyediaan jasa layanan bagi wisatawan, seperti

pengelolaan jasa transportasi (perahu, sampan dan kapal). Pasar (wisatawan)

ekowisata Bukit Tangkiling, khususnya wisatawan domestik, merupakan kalangan

Eco–Generalist dengan karakteristik segmen pasar Modern Idealist. Segmen pasar

modern idealist merupakan segmen pasar yang relatif peduli terhadap

perlindungan alam dalam skala yang terbatas dan memiliki toleransi terhadap

keterlibatan masyarakat lokal. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa

ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat Desa Bukit Tangkiling berperan

hanya secara pasif.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedigdo

dan Priono adalah mengkaji tentang ekowisata dengan menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Selanjutnya pada kajian penelitian, yakni secara bersamaan

mengkaji tentang ekowisata berbasis masyarakat, karena dilihat dari fenomena

yang terjadi bahwa dalam pengembangan pariwisata dalam penelitian ini dan

penelitian terdahulu belum melibatkan masyarakat dalam pengembangan dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

16

 

pengelolaannya. Adapun perbedaan penelitian ini terdapat pada sistematika

pembahasan, dimana pembahasan yang dipaparkan secara keseluruhan

menggunakan tabel, sedangkan dalam penelitian ini mendeskripsikan dan

menguraikan secara rinci terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryawan (2013), dalam Jurnal Analisis

Pariwisata yang berjudul “Pengelolaan Potensi Ekowisata di Desa Cau Belayu

Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan”. Dalam penelitian ini, mengemukakan

tentang potensi dan kendala yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan potensi

ekowisata di Desa Adat Cau Belayu, diantaranya: potensi fisik (adanya tebing,

aliran sungai dan pola perkampungan), potensi budaya (lokasi kegiatan upacara

keagamaan, keberadaan Pura Titi Gantung dan Pura Duku Sulandri, serta potensi

ekologis (tumbuhan liar dan jalur pelintasan monyet dari Hutan Sangeh). Kendala

pengembangan potensi ekowisata yang dihadapi, yaitu kendala fisik, berupa

kemungkinan longsor, kondisi jalan yang buruk, kondisi topografi pada daerah

pinggir sungai dan kekeringan. Kendala SDM yang ada, berupa kurangya

kompetensi dari masyarakat, tidak ada struktur organisasi dan waktu pelayanan

wisata yang kurang dimiliki masyarakat. Kendala kebijakan yang terdiri atas

kebijakan kawasan konservasi, kebijakan fungsi kawasan, kebijakan regulasi

kelembagaan. Kendala motivasi berupa keinginan masyarakat untuk

mengoptimalkan lahan pertanian untuk kegiatan wisata. Kendala adat istiadat

berupa pengambilan keputusan melalui paruman seluruh krama dan tidak adanya

reward terhadap pengelolaan aset desa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

17

 

Dilihat dari kondisi Desa Adat Cau Belayu pada kondisi eksisting, belum

ada mekanisme pengelolaan potensi ekowisata yang dilakukan baik oleh desa

dinas maupun oleh desa adat. Hingga kini, aparat Desa Adat Cau Belayu dan Desa

Dinas Cau Belayu belum mengupayakan penyusunan rencana pengelolaan potensi

ekowisata. Realisasi kegiatan hanya pada penyusunan program penanganan tebing

pada daerah pinggiran Sungai Penet. Sedangkan pada tingkat masyarakat, isu dan

aspirasi terkait dengan pemanfaatan daerah tebing untuk pembangunan akomodasi

wisata, mengintegrasikan kegiatan wisata dan penegasan pemanfaatan daerah

untuk kegiatan wisata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi SO: Merumuskan biaya

dasar kegiatan wisata termasuk penuangan nilai partisipasi pemilik lahan,

pemanfaatan SDM lokal sebagai tour guide dan posisi lain dalam rencana

kegiatan wisata yang akan dilakukan, pengikutsertaan masyarakat dalam

pelayanan wisata sebagai bentuk partisipasi dan pemberdayaan masyarakat,

penyusunan rencana promosi dan pemberitaan mengenai produk ekowisata yang

ada di Desa Adat Cau Belayu kepada semua pihak/ target market yang akan

disasar di Desa Adat Cau Belayu. Strategi WO: Pembentukan lembaga pengelola

potensi ekowisata yang sah, penyusunan sistem perekrutan pekerja wisata pada

periode tertentu sehingga dapat ditentukan pekerja yang bertugas/ siaga untuk

melayani wisatawan yang datang, peningkatan penggunaan media promosi yang

bersifat global, berupa internet dan telepon oleh pelaku pemasaran terhadap

produk ekowisata di Desa Adat Cau Belayu, penyediaan papan informasi sebagai

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

18

 

papan penunjuk arah sekaligus sebagai media promosi kegiatan wisata yang

ditawarkan.

Strategi ST: Pemanfaatan fasilitas yang ada di permukiman penduduk

untuk melayani kebutuhan wisatawan baik untuk tempat makan siang, beristirahat

sejenak, lokasi daya tarik wisata atau kegiatan lain, penyusunan program

pengurangan pemanfaatan tenaga kerja luar secara bertahap sejalan dengan

jalannya kegiatan wisata yang ada, pelatihan dan pengembangan kesepahaman

terhadap potensi dan materi guiding yang akan diberikan kepada wisatawan agar

tidak menyimpang, optimalisasi pelibatan masyarakat dalam pelayanan wisata

utamanya pada tempat dan waktu tertentu yang berpotensi kerawanan bahaya/

bencana. Strategi WT: dibutuhkan pembangunan jaringan kerjasama dengan

pelaku usaha wisata, perbaikan sejumlah fasilitas utamanya jalur wisata yang

rusak atau kurang layak agar dapat dimanfaatkan dengan baik, memberikan

kesempatan tenaga kerja dibidang wisata dari luar (yang dibawa oleh tour

operator) pada tahap awal sekaligus memberikan kesempatan praktek kerja

lapangan bagi tenaga kerja wisata lokal yang sedang berlatih.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryawan,

adalah pada analisis data yang digunakan menggunakan analisis matrik SWOT.

Kedua penelitian ini mengidentifikasi terlebih dahulu potensi ekowisata yang ada,

selanjutnya menjabarkan kondisi lingkungan internal dan eksternal lokasi

penelitian serta merancang dan merumuskan suatu strategi yang tepat dalam

pengembangan dan pengelolaan daya tarik ekowisata.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

19

 

Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adalah

pada sistematika penggunaan analisis data, dimana untuk menyusun strategi

pengelolaan ekowisata menetapkan formulasi strategi yang terdiri dari 4 (empat)

tahap pengerjaan, yaitu setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal,

tahapan selanjutnya menganalisis EFAS dan IFAS untuk mengetahui posisi usaha

dan kesesuaian strategi fungsional, serta analisis SWOT dengan menggunakan

matrik SWOT yang akan menghasilkan alternatif strategi induk dan menggunakan

analisis QSPM untuk merumuskan stategi prioritas. Instrumen penelitian lainnya

yang digunakan penelitian terdahulu, yaitu tabel Attractive Score yang berfungsi

untuk memberikan tingkat ketertarikan strategi pengelolaan dalam proses analisis

QSPM. Dalam artian, penelitian terdahulu lebih menggunakan nilai atau hitungan

sebagai patokan perumusan strategi, sedangkan pada penelitian ini lebih

menganalisis dan menguraikan dengan kata-kata. Terdapat perbedaan lainnya

antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu

membahas tentang strategi pengelolaan ekowisata sedangkan pada penelitian ini

baru dimulai dari tahapan strategi untuk mengembangkan suatu daya tarik wisata

berbasis ekowisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Dos Santos Guterres (2014), dalam Jurnal

Master Pariwisata yang berjudul “Pengembangan Daya Tarik Wisata Berbasis

Masyarakat di Pantai Vatuvou, Distrik Liquisa, Timor Leste”. Dalam penelitian

ini menjelaskan bahwa Desa Vatuvou memiliki potensi alam yang beragam,

berupa pantai yang indah dengan hamparan pasir yang bersih dan halus, ombak

yang bagus untuk para peselancar dan dapat menyaksikan pesona tenggelamnya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

20

 

matahari (sunset) pada sore hari serta keindahan dan kekayaan alam bawah laut

berupa terumbu karang yang masih lestari. Terdapat pula potensi sosial budaya

yang menarik minat wisatawan, diantaranya keramahtamahan masyarakat Desa

Vatuvou, industri kerajinan, kesenian rakyat, seperti tari-tarian (tebe-tebe, bidu,

dahur), serta upacara dan ritual adat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Vatuvou turut

berpartisipasi dalam pengembangan Pantai Vatuvou yang dimulai dari tahap

perencanaan, pengembangan, dan tahap evaluasi kegiatan yang telah

dilaksanakan. Pada saat memulai perencanaan di daya tarik wisata Vatuvou,

masyarakat dilibatkan dalam penyusunan rencana tahap awal melalui musyawarah

pastisipatif untuk merencanakan dan mengatasi masalah-masalah yang akan

dirasakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada. Adapun

partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pantai Vatuvou, dimana dalam

pengembangan ini masyarakat lokal sebagai pemilik dan pengelolanya.

Masyarakat bekerjasama dengan LSM Haburas Foundation dalam menyediakan

sarana akomodasi, toilet umum, parkir, membangun akses jalan menuju ke daya

tarik wisata Pantai Vatuvou, menjaga keamanan, kebersihan serta menunjukkan

sikap keramahtamahan terhadap wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan

wisata Pantai Vatuvou. Selanjutnya adalah partisipasi masyarakat dalam tahap

evaluasi kegiatan pariwisata yang diadakan setiap akhir tahun bersama pihak

Haburas Foundation yang bertujuan untuk membahas tentang hasil yang telah

dicapai, serta kendala yang dihadapi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

21

 

oleh masyarakat pengelola wisata Pantai Vatuvou, serta merencanakan kegiatan

yang akan datang.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu, adalah menganalisis

peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Pada

point pembahasan mengkaji dan menganalisis komponen produk wisata yang

tersedia di lokasi penelitian. Persamaan lainnya terdapat pada teknik analisis data,

yakni menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT yang awalnya

mendeskripsikan dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal

lokasi penelitian serta merumuskannya dalam bentuk SWOT. Adapun perbedaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam pengembangan Pantai

Vatuvou masyarakat telah turut berpastisipasi mulai dari tahap perencanaan,

pengembangan dan tahap evaluasi, sedangkan dalam penelitian ini baru

menganalisis bagaimana partisipasi masyarakal lokal dalam pengembangan DTW

Air Terjun Oehala yang dilihat dari fenomena yang terjadi bahwa saat ini

Pemerintah Kabupaten TTS yang berpartisipasi secara umum dalam

pengembangan pariwisata Air Terjun Oehala.

2.2 Konsep Penelitian

2.2.1 Konsep Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi merupakan suatu proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan

keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen

bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada

masa depan (Marpaung, 2000:52).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

22

 

Menurut Hatten (1998) dalam Salusu (1998:7), menyatakan konsep

strategi selalu memberikan perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan

sasaran organisasi. Sedangkan, Amirullah (2004:4) juga menyatakan bahwa

strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk

mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan

lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005:538),

mendefinisikan pengembangan sebagai suatu proses, cara, perbuatan

mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna,

sehingga pengembangan merupakan suatu proses/ aktivitas memajukan sesuatu

yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau

memelihara yang sudah berkembang agar menjadi menarik dan lebih berkembang.

Menurut Suwantoro (2002:88-89), pengembangan adalah memajukan dan

memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Lebih lanjut, Suwantoro

memaparkan mengenai prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan,

yaitu :

1) Harus dibantu oleh proses perencanaan dan partisipasi masyarakat.

2) Harus ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial

budaya dan masyarakat.

3) Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola

sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

23

 

4) Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang

tidak dapat diterima oleh masyarakat.

5) Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan berskala

kecil atau sedang.

6) Pada lokasi harus ada keharmonisan antara hubungan wisatawan, tempat

dan masyarakat setempat.

7) Keberhasilan pada setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan antara

pemerintah, masyarakat setempat dan industri pariwisata.

8) Pendidikan yang mengarah pada sosio-cultural pada setiap tingkatan

masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga

perilaku wisatawan harus serius diorganisasikan.

9) Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus

dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasinya.

10) Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan,

norma dan nilai tempat. Sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak

negatif dihindarkan dan dampak positifnya dimanfaatkan.

Yoeti (1997:104), memaparkan pengembangan pariwisata pada suatu

daerah memiliki tiga tujuan utama, yaitu :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

24

 

1) Pengembangan perekonomian daerah, yakni pengembangan

kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan

dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat banyak.

2) Pengembangan pariwisata juga bersifat non ekonomis, yakni dengan

majunya pembangunan dan pengembangan pariwisata di suatu daerah

tujuan wisata, hasrat dan keinginan masyarakat setempat untuk

memelihara semua aset wisata yang ada di daerah itu semakin meningkat,

sehingga suasana yang nyaman, bersih dan indah serta lingkungan yang

terpelihara akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi wisatawam

yang mengunjungi daerah itu.

3) Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata juga untuk

meningkatkan penerimaan suatu negara, mendorong pembangunan daerah,

mengenal sikap dan budaya orang lain (wisatawan) sehingga terjalin

interaksi antara masyarakat dengan para wisatawan, juga terpadunya

antara pemerintah, badan usaha dan masyarakat dalam mengelola potensi

pariwisata.

Menilik beberapa konsep tersebut, yang dimaksud dengan strategi

pengembangan pariwisata dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana atau

upaya yang bersifat komprehensif dan terpadu untuk memajukan, memperbaiki

dan meningkatkan kondisi kepariwisataan pada suatu daya tarik wisata. Proses ini

diawali dengan perencanaan yang matang dan bersifat holistik dengan

memperhatikan berbagai potensi dan kondisi riil setempat sehingga dapat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

25

 

memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan

potensi wisata yang ada di Air Terjun Oehala sehingga menjadi suatu daya tarik

wisata yang berbasis ekowisata.

2.2.2 Konsep Potensi Wisata

Potensi adalah suatu aset yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata atau

aspek wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak

mengesampingkan aspek sosial budaya. Dengan demikian potensi wisata secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yakni :

1) Site Attraction, adalah suatu tempat yang dijadikan objek wisata seperti

tempat-tempat tertentu yang menarik dan keadaan alam.

2) Event Attraction, adalah suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan

moment kepariwisataan seperti pameran, pesta kesenian, upacara

keagamaan, konvensi dan lain-lain (Yoeti, 1998).

Menurut Pendit (1994:63), potensi wisata merupakan segala sesuatu yang

terdapat di Daerah Tujuan Wisata atau istilah dalam bahasa Inggrisnya disebut

“Tourism Resort”. Daerah tujuan wisata (Tourism Resort) adalah daerah atau

tempat yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas

kepariwisataan menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek

kunjungan wisatawan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

26

 

Secara umum potensi wisata yang ada dapat dijabarkan, sebagai berikut :

1) Potensi alamiah merupakan potensi yang ada di masyarakat, seperti

potensi fisik dan geografis, seperti potensi alam.

2) Potensi budaya merupakan potensi yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat, yakni kehidupan sosial budaya masyarakat, kesenian, adat

istiadat, mata pencaharian dan lainnya.

2.2.3 Konsep Daya Tarik Wisata

Kegiatan wisata di sebuah wilayah tidak lengkap tanpa adanya daya tarik

wisata atau tourist attraction. Daya tarik wisata merupakan fokus utama

pergerakan pariwisata di sebuah destinasi. Dalam artian, daya tarik wisata sebagai

penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat,

serta daya tarik wisata juga menjadi fokus orientasi bagi pembangunan wisata

terpadu (Ismayanti, 2010:147).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan pada pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa :

Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Oleh karena itu,

daya tarik wisata harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungan dan

kesinambungannya terjamin.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

27

 

Suatu daya tarik wisata pada prinsipnya harus memenuhi tiga syarat,

adalah sebagai berikut :

1) Something to see (ada yang dilihat)

Di tempat tersebut harus ada objek dan daya tarik wisata yang berbeda

dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain, daerah tersebut harus

memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan

“entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam,

kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.

2) Something to do (ada yang dikerjakan)

Di tempat selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus

disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal

lama di tempat itu.

3) Something to buy (ada yang dibeli/ souvenir)

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama

barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa

pulang ke tempat asal (Bagyono, 2014:23).

Adapun daya tarik wisata yang merupakan sasaran perjalanan wisata,

adalah sebagai berikut :

1) Daya tarik wisata alam atas ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud

keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, iklim,

cuaca, gunung, pantai, bukit, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis,

serta binatang-binatang langka.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

28

 

2) Daya tarik wisata yang merupakan hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya. Ada

juga daya tarik buatan manusia yang bisa juga berupa perpaduan buatan

manusia dan keadaan alami, seperti: agrowisata (pertanian), wisata tirta

(air), wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.

3) Sasaran minat khusus seperti: berburu, mendaki gunung, goa, industri dan

kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai deras, tempat-tempat ibadah, dan

tempat-tempat ziarah (Ismayanti, 2010:148).

2.2.3 Konsep Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang

mempunyai tujuan seiring dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu

pembangunan pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak

secara ekonomi dan adil secara etika, memberikan manfaat sosial terhadap

masyarakat guna memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan

kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda

sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya.

Coy (1998:180), mengemukakan lima faktor pokok yang mendasar dalam

menentukan batasan prinsip utama ekowisata, yaitu :

1) Lingkungan; Ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya

yang relatif belum tercemar dan terganggu.

2) Masyarakat; Ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial

dan ekonomi langsung kepada masyarakat tuan rumah.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

29

 

3) Pendidikan dan pengalaman; Ekowisata harus dapat meningkatkan

pembangunan akan lingkungan alam dan budaya terkait sambil

memperoleh pengalaman yang mengesankan.

4) Keberlanjutan; Ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi

keberlanjutan ekologi dari lingkungan tempat kegiatan.

5) Manajemen; Ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang dapat

menjamin daya hidup jangka panjang bagi lingkungan alam dan budaya

yang terkait di daerah tempat kegiatan ekowisata.

The International Ecotourism Society (2002) dalam Sudiarta (2009:82),

mendefinisikan ekowisata sebagai: Ecotourism is “responsible travel to natural

areas that conserves the inveronment and sustains the well-being of local

people”. Dari definisi tersebut, ekowisata merupakan perjalanan wisata yang

berbasis alam yang mana dalam kegiatannya sangat tergantung kepada alam,

sehingga lingkungan, ekosistem dan kearifan lokal yang ada didalamnya harus

dilestarikan keberadaannya (www.world-ecotourism.org.omt/ecotourism).

Beberapa peneliti memberikan konsep tentang ekowisata, yakni: Fandeli

(2000:5) memberikan batasan ekowisata, yaitu suatu bentuk wisata yang

bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat

secara ekonomis dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat

setempat. Berdasarkan pengertian tersebut, bentuk ekowisata pada dasarnya

merupakan satu gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk. Sementara,

Organisasi The Ecotourism Society (2000:15), mengatakan ekowisata adalah suatu

bentuk perjalanan wisata ke daerah alami yang dilakukan dengan aturan mengenai

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

30

 

konservasi lingkungan dan pelestarian kehidupan serta kesejahteraan penduduk

setempat. Eplerwood (1999:23), mengungkapkan bahwa ekowisata adalah bentuk

baku dari perjalanan bertanggungjawab di daerah alami dan berpetualangan yang

dapat menciptakan industri pariwisata. Eplerwood juga menemukan delapan (8)

prinsip ekowisata, diantaranya adalah :

1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

alam dan budaya.

2) Pendidikan konservasi lingkungan, artinya mendidik wisatawan dan

masyarakat setempat akan pentingnya konservasi.

3) Pendapatan langsung untuk kawasan, artinya pendapatan yang diperoleh

dipergunakan untuk membina melestarikan dan meningkatkan kualitas

kawasan pelestarian alam.

4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, artinya masyarakat diajak

dalam merencanakan pengembangan ekowisata termasuk melakukan

pengawasan.

5) Penghasilan masyarakat, artinya keuntungan secara nyata diterima

masyarakat dari kegiatan ekonomi dapat mendorong masyarakat menjaga

kelestarian kawasan alam.

6) Menjaga keharmonisan dengan alam, artinya semua upaya pengembangan

termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga

keharmonisan dengan alam.

7) Daya dukung lingkungan, artinya dalam pengembangan ekowisata harus

tetap memperhitungkan daya dukung lingkungan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

31

 

8) Peluang penghasilan negara porsinya cukup besar.

Berikut ini dijelaskan kriteria ekowisata menurut Wind (2000:137) dalam

Candra (2005), yaitu :

1) Potensi alam, yaitu potensi ekowisata dengan obyek berupa keadaan

lingkungan sebagai tempat kegiatan wisata alam, seperti daerah aliran

sungai, air terjun, pegunungan, danau, goa dan lainnya.

2) Potensi biologi, yaitu potensi ekowisata yang obyeknya berupa

keaneragaman hayati, baik flora maupun fauna seperti satwa liar, vegetasi

hutan dengan jenis yang mendominasinya, kawasan hutan lindung,

kawasan plasma nutfah.

3) Potensi budaya, yaitu potensi ekowisata yang berasal dari masyarakat

setempat akibat adanya aktivitas dan atraksi budaya, seperti upacara adat,

kegiatan perladangan, kerajinan tangan dan lain-lain.

4) Potensi lainnya adalah obyek potensi ekowisata di luar potensi alam,

biologi dan budaya seperti terowongan batu bara, camping ground, kolam

renang, persemaian dan sebagainya.

Dari definisi-definisi tentang ekowisata di atas dapat disarikan bahwa

terdapat unsur-unsur pokok yang mendasar dalam aktivitas ekowisata, yaitu :

1) Perjalanan ke kawasan alamiah.

Kawasan alamiah yang dimaksud adalah kawasan dengan kekayaan hayati

dan bentang alam yang indah, unik, dan kaya. Kawasan ini dapat berupa

taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman hutan raya, taman

laut dan kawasan lindung lainnya.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

32

 

2) Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah.

Dampak yang ditimbulkan harus ditekan sekecil mungkin. Dampak dapat

dihasilkan dari pengelola wisata, wisatawan, penginapan dan sebagainya.

Semua pihak dituntut untuk meminimalkan dampak yang mempunyai

peluang, menyebabkan pencemaran dan penurunan mutu habitat atau

destinasi wisata.

3) Membangun kepedulian terhadap lingkungan.

Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan kekayaan hayati

di habitat aslinya dan melakukan pendidikan konservasi secara langsung.

Seringkali kesadaran terhadap lingkungan hidup akan mudah dimunculkan

pada pelajaran-pelajaran di luar kelas, karena sentuhan-sentuhan

emosional yang langsung dapat dirasakan. Dengan demikian, usaha

ekowisata harus mampu membawa seluruh pihak yang terlibat dalam

ekowisata mempunyai kepedulian terhadap konservasi lingkungan hidup.

4) Memberikan dampak keuntungan ekonomi secara langsung bagi

konservasi.

Dalam hal ini, ekowisata dengan sebuah mekanisme tertentu, harus

mampu menyumbangkan aliran dana dari penyelenggaraannya untuk

melakukan konservasi habitat.

5) Memberikan dampak keuangan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata yang

dikembangkan, seperti sanitasi, pendidikan, perbaikan ekonomi, dan

dampak-dampak lainnya. Unit-unit bisnis pendukung wisata seperti pusat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

33

 

penjualan cinderamata, usaha penginapan harus dikendalikan oleh

masyarakat lokal. Hal itu untuk menjamin keikutsertaan masyarakat lokal

dalam pertumbuhan ekonomi setempat, karena aktivitas wisata.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Strategi Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis dan

rasional kegiatan-kegiatan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu dan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya

dengan sumber-sumber yang ada secara lebih efektif dan efisien. Perencanaan

dasar dengan menyediakan kerangka perencanaan yang umum dan menekankan

pada konsep perencanaan menjadi berkesinambungan, berorientasi sistem,

menyeluruh, terintegrasi dan ramah lingkungan serta fokus pada keberhasilan

pengembangan yang dapat mendukung keterlibatan masyarakat. Inskeep (1991)

dalam Ridwan (2012:4).

Menurut Paturusi (2008:27), perencanaan pariwisata adalah suatu proses

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu destinasi atau

atraksi wisata. Ini merupakan suatu proses dinamis dalam penentuan tujuan, yang

secara bersistem mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai

tujuan serta implementasinya terhadap alternatif terpilih dan evaluasinya. Proses

perencanaan mempertimbangkan lingkungan (politik, fisik, sosial dan ekonomi)

sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan

yang lainnya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

34

 

Ridwan (2012:38), menjelaskan beberapa prinsip-prinsip yang perlu

diperhatikan dalam melakukan perumusan perencanaan pengembangan pariwisata

yaitu, sebagai berikut :

1) Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah merupakan suatu

kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan

perekonomian, sosial dan budaya.

2) Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah dilakukan secara terpadu

dengan sektor-sektor lainnya yang berkaitan dengan bidang pariwisata.

3) Perencanaan pengembangan pariwisata daerah haruslah di bawah

koordinasi perencanaan fisik daerah secara keseluruhan.

4) Perencanaan fisik pengembangan pariwisata harus didasarkan suatu studi

atau penelitian dan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan

alam dan budaya di sekitar wilayah pengembangan.

5) Perencanaan fisik pengembangan pariwisata tidak hanya dilihat dari segi

administrasi, tetapi harus sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan

memperhatikan faktor geografis yang lebih luas.

6) Perencanaan pengembangan pariwisata tidak hanya memperhatikan

masalah dari ekonomi saja, tetapi juga harus memperhatikan masalah dari

segi sosial dan budaya yang ditimbulkannya.

7) Perencanaan pengembangan pariwisata salah satu tujuannya adalah untuk

memberikan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan

pengembangan pariwisata harus memperhatikan peningkatan kerjasama

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

35

 

dengan negara-negara lain yang saling menguntungkan khususnya

dibidang pariwisata.

Lebih lanjut, Ridwan (2012:39) menjelaskan 5 (lima) pendekatan

perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan diaplikasikan

dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu: (1) Pendekataan

pemberdayaan masyarakat lokal, (2) Pendekatan berkelanjutan, (3) Pendekatan

kesisteman, (4) Pendekatan kewilayahan, (5) Pendekatan dari sisi penawaran

(supply) dan Permintaan (demand). Ke-lima pendekatan perencanaan tersebut

akan dijelaskan, sebagai berikut :

1) Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Lokal.

Pariwisata Indonesia adalah pariwisata berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat, untuk itu dalam perencanaan pengembangan pariwisata

harus melibatkan masyarakat setempat (lokal) khususnya yang berada

disekitar objek dan daya tarik wisata (ODTW), karena masyarakat

setempat merupakan pemilik dan juga mereka lebih mengetahui mengenai

ODTW tersebut. Selain dari pada itu, agar masyarakat setempat

mendapatkan keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata, dan juga

masyarakat setempat akan selalu menjaga kebersihan, ketertiban,

keamanan, dan kelestarian ODTW tersebut, yang pada akhirnya akan

memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap wisatawan yang akan

mengkonsumsi ODTW tersebut.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

36

 

2) Pendekatan Berkelanjutan.

Perencanaan pengembangan pariwisata berkelanjutan pada hakekatnya

adalah pengembangan pariwisata yang harus menjaga kelestarian

lingkungan sumber daya alam (ekologi) dan budaya yang ada di daerah

pengembangan. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan pada Pasal 2 disebutkan diantaranya bahwa kepariwisataan

diselenggarakan berdasarkan asas berkelanjutan, asas kelestarian, dan asas

partisipatif. Ada 3 (tiga) aspek yang penting dalam pembangunan

berkelanjutan, yaitu: aspek ekonomi mengenai upaya meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan mengubah pola produksi serta konsumsi kearah

yang seimbang. Aspek sosial-budaya mengenai penyelesaian masalah

kependudukan, perbaikan pelayanan masyarakat, kesehatan masyarakat,

peningkatan pendidikan dan lain-lain. Aspek lingkungan mengenai upaya

konservasi dan preservasi sumber daya alam, serta pengurangan dan

pencegahan polusi maupun limbah.

3) Pendekatan Kesisteman

Pariwisata merupakan multisektoral, dimana kegiatan pariwisata terbentuk

dari berbagai sektor dan unsur-unsur yang saling terkait satu sama lain

didalam mendukung serta memajukan suatu pariwisata. Oleh karena itu,

dalam perencanaan pengembangan pariwisata, sangat tepat menggunakan

metode pendekatan kesisteman.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

37

 

4) Pendekatan Kewilayahan.

Kegiatan pariwisata berada di dalam ruang wilayah atau dapat dikatakan

bahwa aktifitas pariwisata membutuhkan ruang yang berada di dalam

wilayah. Di dalam wilayah terdapat unsur-unsur pembentuk pariwisata

yang telah terintegrasi dengan sistem kewilayahan. Oleh karena itu,

perencanaan pengembangan pariwisata harus melalui pendekatan

kewilayahan.

5) Pendekatan Penawaran (Supply) dan Permintaan (Demand).

Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah untuk

mencari titik temu antara penawaran dan permintaan. Oleh karena itu,

dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata seharusnya

terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisata (penawaran) yang ada di

daerah tujuan wisata dan pasar wisatawan (permintaan), baik yang aktual

maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis untuk kedua aspek

tersebut, sehingga titik temu kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan

demikian, produk wisata yang akan dijual sesuai dengan permintaan

(kebutuhan dan keinginan wisatawan).

Sementara, ada 8 (delapan) model pendekatan perencanaan pariwisata

menurut (Inskeep 1991:29) dalam (Paturusi 2008:45), adalah :

1) Pendekatan Berkesinambungan, Inkremental, dan Fleksibel (Continous,

Incremental and Fleksible Approach).

Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik di tingkat

nasional maupun regional. Perencanaan pariwisata dilihat sebagai suatu

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

38

 

proses berkesinambungan yang perlu dievaluasi berdasarkan pemantauan

dan umpan balik dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan

pengembangan pariwisata.

Hasil evaluasi diharapkan menjadi umpan balik untuk penyempurnaan

perencanaan. Dengan demikian perencanaan tidak pernah berakhir

(continous). Dalam penyempurnaan rencana, kadang diperlukan tambahan

item perencanaan untuk penyempurnaan (increment). Dengan demikian

perencanaan yang dibuat harus lentur untuk menerima perbaikan (flexible).

2) Pendekatan Sistem (System Approach).

Pariwisata dilihat sebagai suatu sistem yang saling berhubungan

(interrelated system); demikian halnya dalam perencanaan dan teknik

analisisnya. Komponen pariwisata sangatlah kompleks, dimana setiap

komponen juga merupakan suatu sistem. Keterkaitan sistem perencanaan

dalam pariwisata sifatnya bukan keterkaitan mekanis (non-mecanical

system), seperti pada kendaraan. Namun, misalnya perubahan penggunaan

lahan di suatu kawasan akan berpengaruh pada model pengembangan

wisata di kawasan tersebut; (bisa sebagai obyek wisata atau kawasan

wisata).

3) Pendekatan Menyeluruh (Comprehencive Approach).

Pendekatan ini bisa juga disebut sebagai pendekatan holistik. Seperti pada

pendekatan sistem, seluruh aspek yang terkait dalam perencanaan

pariwisata, yang mencakup institusi, lingkungan, dan implikasi sosial

ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara menyeluruh.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

39

 

4) Integrated Approach.

Pendekatan ini mirip dengan pendekatan sistem dan pendekatan

menyeluruh, pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu

sistem yang terintegrasi baik ke dalam maupun ke luar. Dalam

perencanaan suatu kawasan wisata, kawasan sekitarnya tidak bisa

diabaikan, bahkan dipandang sebagai bagian integral perencanaan. Potensi

dan masalah di setiap kawasan diharapkan saling menutupi dan saling

melengkapi (bersinergi).

5) Pendekatan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan dan

Berkelanjutan (Environmental and Sustainable Development Approach).

Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisis

daya dukung merupakan bagian yang paling penting dalam pendekatan ini.

Komponen utama dalam pendekatan ini, yaitu: industri pariwisata,

lingkungan dan masyarakat, ketiganya direncanakan secara terpadu. Ciri

pendekatan ini adalah: (1) Mengedepankan “kualitas pengalaman”

(learning of experience); (2) Menekankan pada keadilan sosial dan peran

serta masyarakat; (3) pengembangan disesuaikan dengan “Limit” atau

keterbatasan sumber daya; (4) Menawarkan kegiatan yang luas mencakup

elemen rekreasi, pendidikan, dan budaya; (5) menonjolkan “karakter”

wilayah; (6) Memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk

mengambil pelajaran, mengenali wilayah yang dikunjunginya; (7) Tidak

berkompetisi dengan (mematikan) sektor industri lain yang ingin

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

40

 

berkelanjutan; dan (8) Terpadu dengan rencana dan prioritas kabupaten,

provinsi, dan nasional.

6) Pendekatan Swadaya Masyarakat (Community Approach).

Pendekatan ini melibatkan sebesar-besarnya masyarakat mulai dari proses

perencanaan, membuat keputusan, pelaksanaan, sampai pengelolaan

pengembangan pariwisata.

Ciri pendekatan ini, adalah: (1) Skala kecil; (2) Dimiliki oleh

anggota/kelompok masyarakat setempat, sehingga memberikan manfaat

pada masyarakat tersebut; (3) Memberikan kesempatan kerja dan peluang

ekonomi pada ekonomi setempat; (4) Lokasinya tersebar, tidak

terkonsentrasi disuatu tempat; (5) Desain dan kegiatannya mencerminkan

karakter wilayah setempat; (6) Mengedepankan kelestarian wawasan

budaya (cultural heritage); (7) Tidak mematikan industri dan kegiatan

lainnya dan bersifat saling melengkapi; (8) Menawarkan ‘pengalaman

yang berkualitas’ pada wisatawan; dan (9) Merupakan kegiatan usaha yang

menguntungkan.

7) Pendekatan Implementasi (Implementable Approach).

Kebijakan, rencana, rekomendasi, dan rumusan pengembangan pariwisata

dibuat serealistis mungkin dan dapat diterapkan. Rumusan perencanaan

dibuat jelas sehingga bisa direncanakan.

Pendekatan yang diimplementasikan memiliki ciri : (1) Logis, yaitu bisa

dimengerti dan sesuai dengan kenyataan dan fakta yang ada; (2) Luwes

(fleksibel) dan tanggap mengikuti dinamika perkembangan; (3) Objektif,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

41

 

yaitu didasari tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang

bersistem dan ilmiah; (4) Realistis, dapat dilaksanakan, memiliki rentang

rencana: jangka panjang, menengah, dan pendek.

8) Penerapan Proses Perencanaan yang Bersistem (Application of Systematic

Planning Process).

Pendekatan ini dilakukan berdasar logika tahapan kegiatan, di mana

tahapan ini bisa berdasarkan atas dimensi waktu (jangka pendek,

menengah, dan panjang); sumber pembiayaan (APBN, APBD, Swasta,

Swadaya, dst); sektoral berdasarkan departemen atau instansi internal atau

eksternal pariwisata. Kesemua pembagian tahapan ini terapannya dalam

perencanaan pariwisata dapat dipadukan sebagai suatu sistem dalam

bentuk matriks perencanaan.

Menurut Gunn (1994:60), ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan

dalam perencanaan daya tarik wisata, diantaranya :

1) Penciptaan dan pengelolaan daya tarik wisata

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik wisata

adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum ada

pengelolaan yang baik, daya tarik wiata belum dapat difungsikan dan

dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan

merusak sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata, perlu juga

diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang lain, seperti :

tempat parkir, tour dan interpretasi.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

42

 

2) Pengelompokan daya tarik wisata.

Sebuah daya tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak waktu

dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati

wisatawan. Sistem pariwisata massal seperti kereta api cepat dan

transportasi udara mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan

perjalanan sebelum puas menikmati daya tarik wisata yang sedang

dikunjungi dengan baik. Alat-alat tansportasi ini juga mendorong

perencanaan beberapa daya tarik wisata harus berdekatan. Karena itu

kunjungan ke daya tarik wisata utama sebaiknya dikelompokkan atau

digabung dengan daya tarik wisata pelengkap yang lain. Contoh:

Kunjungan ke Taman Nasional sebagai atraksi utama, menawarkan banyak

atraksi alam pelengkap seperti pemandangan, hiking, konservasi

kehidupan liar, topografi yang menantang dan tempat rekreasi di luar

ruangan.

3) Gabungan atraksi dan pelayanan.

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah

pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan

dukungan pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa

kurang lengkap apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung,

seperti: akomodasi dan restoran, dan pelayanan pelengkap, seperti:

penjualan film, obat-obatan dan cinderamata. Karena itu, daya tarik wisata

yang agak jauh atau terpencil minimal menyediakan pelayanan makanan,

toilet, dan pusat-pusat pelayanan pengunjung (visitor center).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

43

 

4) Lokasi daya tarik wisata ada di daerah pedesaan dan perkotaan.

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat mendukung

pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar ada yang

lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah pedesaan.

Karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan control terhadap

daya tarik wisata yang masih alami,seperti: perkebunan dan jalan-jalan

pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat-tempat ini cocok untuk

pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu

penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah

paket perjalanan.

2.3.2 Teori Komponen Produk Wisata

Menurut Kotler (2001) dalam Ridwan (2012:48), produk segala sesuatu

yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup

objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan

suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat

ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk

wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Jadi,

produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu

jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi

sosial/ psikologis) dan jasa alam. Produk wisata juga merupakan gabungan dari

berbagai komponen, antara lain: (1) Atraksi suatu daerah tujuan wisata. (2)

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

44

 

Fasilitas/ amenities yang tersedia. (3) Aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan

wisata (Suwantoro, 2004:48).

Beberapa para ahli mendeskripsikan tentang teori komponen produk

wisata, antara lain: Menurut Ridwan (2012:48), memaparkan 3 (tiga) komponen

atau elemen dalam produk wisata yang biasa disebut dengan triple A, yaitu :

1) Atraksi, yakni sesuatu yang memiliki daya tarik terhadap wisatawan.

2) Amenities/ Fasilitas, yakni sesuatu yang memenuhi kebutuhan wisatawan

selama berada di daerah tujuan wisata (Destinasi Pariwisata).

3) Aksesibilitas, yakni sesuatu yang memberikan kemudahan untuk

menghubungkan wisatawan dari negara/ daerah asal ke negara/ daerah

tujuan, dan selama berada di daerah tujuan pariwisata (destinasi

pariwisata) tersebut.

Mason (2000:46) dalam Ariani (2012), telah membuat rumusan tentang

komponen-komponen produk wisata, antara lain :

1) Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan

manusia, seperti festival atau pentas seni.

2) Aksesibilitas, yaitu kemudahan untuk mencapai tempat tujuan wisata.

3) Amenities, yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan, dalam hal ini

dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan (tangible

and intangible products).

4) Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang

ditawarkan baik lokal, nasional, maupun internasional.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

45

 

Menurut Cooper, dkk (1995:81), terdapat empat (4) komponen yang harus

dimiliki suatu daya tarik wisata, yaitu :

1) Atraksi (attraction)

Atraksi wisata dapat dibagi menjadi dua macam, yakni: (1) Natural

Resources (alami), seperti: Gunung, Danau, Pantai, dan Bukit; (2)

Attraction Feature (buatan), seperti: Culture (Museum, galeri seni, sirkus

arkeologi), Traditions (cerita rakyat, ritual keagamaan, festival), Event

(sport activities dan event budaya).

2) Fasilitas (aminities)

Secara umum pengertian aminities adalah segala macam sarana dan

prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di DTW. Sarana

dan prasarana yang dimaksud seperti: Penginapan (accommodation),

rumah makan (restaurant), transportasi dan agen perjalanan.

3) Aksesibilitas (accessibility)

Sesuatu yang memberikan kemudahan untuk menghubungkan wisatawan

dari negara/ daerah asal ke negara/ daerah tujuan selama berada di

destinasi wisata tersebut. Jalan masuk atau pintu utama ke suatu destinasi

wisata merupakan akses penting dalam kegiatan pariwisata yakni

infrastruktur, seperti: bandar udara, pelabuhan kapal, terminal bus dan taxi,

stasiun kereta api dan jalan. Transportasi, seperti: udara, laut, darat

(pesawat, kapal pesiar, bus pariwisata, kereta api dan taxi).

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

46

 

4) Pelayanan Tambahan (ancillary service)

Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisatawan seperti destination marketing management

organization conventional dan visitor bureau.

Adapun 5 (lima) komponen produk wisata yang terdapat di suatu daerah

tujuan wisata menurut Madiun (2014), yang dijelaskan pada mata kuliah Geografi

Pariwisata yakni, “4A” plus “1C” (Attraction, Amenities, Accessibility, Ancillary

Services, and Community Partisipation). Komponen produk wisata ini merupakan

salah satu konsep yang digunakan sebagai pendukung dan pelengkap teori

komponen produk wisata yang diuraikan berdasarkan permasalahan yang diteliti,

sehingga penjelasan dalam membedah permasalahan, terarah dan mudah

dipahami.

Pengunaan teori komponen produk wisata dalam penelitian ini bertujuan

untuk membedah permasalahan terkait dengan pengembangan produk wisata yang

tersedia di DTW Air Terjun Oehala yang dianalisis dan dideskripsikan

berdasarkan komponen produk wisata yang dikemukakan oleh kedua para ahli,

yaitu Cooper dkk (1995) dan Madiun (2014) yang membahas tentang “4A”

(Attractions, Amenities. Accessibility, Ancillary Services) plus “1C” (Community

Partisipation).

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

47

 

2.3.3 Teori Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

Teori ini menekankan kepada partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan pariwisata mulai dari perencanaan, pengembangan, pengelolaan,

dan penguatan kelembagaan untuk menjamin keberlangsungan hidup masyarakat.

Pitana (1999:76) melihat pembangunan pariwisata kerakyatan berbeda

dengan pariwisata konvensional. Pembangunan ini lebih dikenal dengan model

bottom up, pembangunan sebagai social learning yang menuntut adanya

partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan dan pengelolaannya.

Menurut Kit (2000:4), ada empat (4) tujuan yang diinginkan dengan

berlakunya konsep pariwisata yang berbasis masyarakat, yaitu :

1) Pariwisata berbasis masyarakat harus berkontribusi untuk meningkatkan

dan atau memperbaiki konservasi alam atau sumber daya budaya,

termasuk keanekaragaman hayati.

2) Pariwisata berbasis masyarakat harus berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi lokal sehingga meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi

masyarakat.

3) Pariwisata berbasis masyarakat harus melibatkan partisipasi masyarakat

lokal.

4) Pariwisata berbasis masyarakat harus mempunyai tanggung-jawab kepada

wisatawan untuk memberikan produk yang peduli terhadap lingkungan

alam, sosial maupun budaya.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

48

 

Pariwisata yang berbasis budaya harus memperhatikan keterlibatan

masyarakat lokal yang merupakan syarat mutlak untuk tercapainya pembangunan

pariwisata berkelanjutan. Pengelolaan tersebut harus dilakukan oleh masyarakat

yang hidup dan kehidupannya dipengaruhi oleh pembangunan tersebut (Pitana,

2002:55), sehingga akan mengarah pada sistem pengelolaan yang berbasis

masyarakat sebagai pelaku utama dalam pariwisata.

Paturusi (2008:48) menyatakan karakteristik kepariwisataan berbasis

masyarakat, yakni: (1) berskala kecil; (2) dimiliki oleh anggota/ kelompok

masyarakat setempat, sehingga memberi manfaat pada masyarakat setempat; (3)

memberikan kesempatan kerja dan peluang ekonomi pada ekonomi setempat; (4)

lokasinya tersebar tidak terkonsentrasi di suatu tempat; (5) desain dan kegiatan

mencerminkan karakter wilayah setempat; (6) mengedepankan kelestarian

wawasan budaya; (7) tidak mematikan industri dan kegiatan lainnya saling

melengkapi; (8) menawarkan pengalaman yang berkualitas bagi wisatawan; (9)

merupakan kegiatan usaha yang menguntungkan.

Menurut Suansri dalam Kusuma Dewi (2013:35), mendifinisikan

Community Based Tourism (CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan

aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan alat untuk

mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Adapun 5 dimensi

dalam aspek utama pengembangan CBT, yakni :

1) Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk

pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

49

 

pariwisata dan timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor

pariwisata.

2) Dimensi sosial, dengan indikator meningkatnya kualitas hidup;

peningkatan kebanggaan komunitas; pembagian peran yang adil antara

laki-laki, perempuan, generasi muda dan tua; membangun penguatan

organisasi komunitas.

3) Dimensi budaya, dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk

menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran

budaya, budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal.

4) Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carrying capacity

area, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan kepedulian akan

perlunya konservasi.

5) Dimensi politik, dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk

lokal, peningkatan kepuasan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak

dalam pengelolaan sumber daya alam.

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata berbasis

masyarakat adalah kegiatan yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat

dalam proses perencanaan, pengembangan dan pengelolaan pariwisata, sehingga

dapat mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, yakni dapat

memberikan manfaat positif terhadap perekonomian masyarakat menuju

peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, memajukan kebudayaan masyarakat,

serta melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya lainnya.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

50

 

2.3.4 Teori Siklus Hidup Destinasi Pariwisata

Dalam perkembangan sebuah destinasi pariwisata berjalan menurut siklus

evolusi yang terdiri dari 6 (enam) tahapan atau tingkatan siklus hidup pariwisata,

yakni: 1) Exploration (Explorasi/Pertumbuhan Spontan dan Penjajakan). 2)

Involvement (Keterlibatan). 3) Development (Pengembangan dan Pembangunan).

4) Consolidation (Konsolidasi dan Interelasi). 5) Stagnation (Stagnasi/ Mandek).

6) Decline (Penurunan) atau Rejuvenation (Peremajaan). Tujuan utama dari

penggunaan model siklus hidup destinasi (destination life cycle model) adalah

sebagai alat untuk memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata.

Tahapan siklus hidup destinasi pariwisata ini dikemukakan oleh Butler

(1980) sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Destination Life Cycle

Sumber : Butler (1980) dalam Cooper and Jackson (1997)

Model Butler dalam Pitana (2009:132), memaparkan dan menjelaskan

tahapan siklus hidup destinasi pariwisata seperti terlihat pada Gambar 2.1, adalah

sebagai berikut :

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

51

 

1) Exploration

Sebagai tahapan awal exploration (eksplorasi atau penemuan) mulai

ditandai dengan kunjungan wisatawan yang terbatas dan sporadic dari

orang yang ingin berpetualang, terjadi kontrak yang intensif dengan

penduduk lokal dan menggunakan fasilitas yang dimiliki penduduk dengan

dampak sosial dan ekonomi yang sangat kecil.

2) Involvement

Pada tahap involvement (keterlibatan) ditandai dengan meningkatnya

pengunjung yang mendorong penduduk lokal menawarkan fasilitas secara

eksklusif kepada pengunjung, kontak dengan penduduk lokal tetap tinggi

dan beberapa dari mereka mulai menyesuaikan pola sosialnya untuk

mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi akibat keberadaan

wisatawan, dan pada tahap ini juga promosi destinasi wisata mulai

diinisiasi.

3) Development

Pada tahap development (pembangunan dan pengembangan), investor luar

mulai tertarik untuk menanamkan modalnya guna membangun berbagai

fasilitas pariwisata di destinasi tersebut seiring dengan berkembangnya

pemasaran destinasi, aksesibilitas mengalami perbaikan, advertising

semakin intensif dan fasilitas lokal mulai diisi dengan fasilitas modern dan

terbaru. Hasilnya adalah semakin menurunnya partisipasi dan kontrol oleh

penduduk lokal, atraksi buatan mulai muncul khusus diperuntukkan

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

52

 

wisatawan, tenaga kerja dan fasilitas import mulai dibutuhkan untuk

mengantisipasi pertumbuhan pariwisata yang begitu cepat.

4) Consolidation

Pada tahap consolidation (konsolidasi) ini porsi terbesar dari ekonomi

lokal berhubungan dan bersumber dari pariwisata, level kunjungan tetap

meningkat namun dengan rata-rata kenaikan yang semakin menurun.

Usaha pemasaran semakin diperluas untuk menarik wisatawan yang

bertempat tinggal dari sebelumnya, fasilitas yang sudah tua sekarang

menjadi ketinggalan zaman dan kurang diminati.

5) Stagnation

Pada tahap stagnation (Stagnasi/ Mandek) ditandai dengan kapasitas

maksimal dari faktor penunjang telah mencapai batas maksimum atau

terlampaui, menyebabkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan,

jumlah puncak kunjungan wisatawan tercapai, atraksi buatan

menggantikan atraksi alam dan budaya, dan destinasi tidak dianggap lagi

menarik.

6) Decline and Rejuvenation

Pada tahap decline (penurunan) ini wisatawan tertarik dengan destinasi

lain yang baru, fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non pariwisata,

atraksi wisata menjadi semakin kurang bermanfaat, keterlibatan

masyarakat lokal mungkin meningkat seiring penurunan harga fasilitas

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

53

 

pariwisata dan penurunan pasar wisatawan, daerah destinasi menjadi

terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata. Sedangkan

pada tahap rejuvenation (peremajaan) ditandai dengan terjadinya

perubahan dramatis dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya

pariwisata, terjadi penciptaan seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau

penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksplorasi sebelumnya.

2.4 Model Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian

ini, maka diperlukan suatu model penelitian yang merupakan abstraksi dan

sintesis dalam kajian pustaka. Secara kualitatif penelitian ini diawali dari

penetapan Provinsi NTT sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia.

Kebijakan tersebut merupakan peluang untuk mengembangkan potensi wisata

yang dimiliki Kabupaten TTS yang didukung dengan kebijakan otonomi daerah.

Dalam penelitian ini, mendeskripsikan adanya permasalahan yang muncul

bahwa pengembangan pariwisata Air Terjun Oehala belum terealisasi dengan

baik. Meskipun Air Terjun Oehala telah ditetapkan sebagai salah satu daya tarik

wisata, namun belum terlihat pengembangannya. Sejauh ini, pengembangan yang

dilakukan oleh pihak pemerintah hanya menyediakan beberapa fasilitas wisata di

lokasi wisaya Air Terjun Oehala, namun fasilitas yang pernah dibangun ada

beberapa yang mengalami kerusakan. Dalam konteks pengembangan tersebut,

pemerintah kabupaten tidak melibatkan masyarakat lokal sehingga pengembangan

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

54

 

yang dilakukan belum mampu berkembang sesuai dengan harapan. Hal ini

disebabkan karena lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal di

bidang pariwisata sehingga masyarakat lokal tidak dilibatkan dalam

pengembangan pariwisata Air Terjun Oehala.

Untuk mengembangkan DTW Air Terjun Oehala sebagai salah satu daya

tarik ekowisata berbasis masyarakat, sebelumnya perlu mengidentifikasi

komponen produk wisata yang dikaji berdasarkan komponen produk wisata “4A”

plus “1C” yakni Attractions, Amenities, Accessibility, Ancillary Services,

Community Partisipation, sebagai modal pengembangan pariwisata Air Terjun

Oehala. Dalam hal ini, pengembangan pariwisata tidak bisa bertumbuh tanpa

adanya kerjasama yang baik antar pihak stakeholder, sehingga perlu pelibatan dan

partisipasi masyarakat lokal secara aktif dalam pengembangan dan pengelolaan

lokasi wisata tersebut. Selanjutnya, dilakukan analisis antara faktor lingkungan

internal dan eksternal lokasi wisata Air Terjun Oehala. Dari kedua faktor tersebut,

kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, Threats). Matrik SWOT menghasilkan beberapa strategi dan

program yang relevan untuk pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang

dilihat dari kekuatan dan peluang pengembangannya. Tujuan mengembangkan Air

Terjun Oehala sebagai daya tarik ekowisata berbasis masyarakat karena dilihat

dari keunggulan potensi wisata yang dimiliki maka layak untuk dikembangkan

sebagai daya tarik wisata yang mampu memberikan manfaat positif terhadap

perekonomian masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat,

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

55

 

memajukan kebudayaan masyarakat, pelestarian alam dan lingkungan, sumber

daya lainnya, serta mengacu pada keberlanjutan ekologis.

Secara teoritis pengembangan pariwisata Air Terjun Oehala akan melewati

siklus hidup destinasi pariwisata. Untuk memahami evolusi dan tahapan

pengembangan pariwisata Air Terjun Oehala dengan menggunakan salah satu

teori siklus hidup destinasi pariwisata yang dikemukakan oleh Butler (1980),

yakni model siklus hidup destinasi (destination life cycle model) dan teori strategi

perencanaan dalam menyediakan kerangka perencanaan yang umum dan

menekankan pada konsep perencanaan menjadi berkesinambungan, berorientasi

sistem, menyeluruh, terintegrasi dan ramah lingkungan serta fokus pada

keberhasilan pengembangan yang dapat mendukung keterlibatan masyarakat.

Selanjutnya, digunakan teori komponen produk wisata yang membedah

permasalahan terkait dengan produk wisata Air Terjun Oehala dan bentuk

partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan DTW Air Terjun Oehala.

Dalam mendukung keterlibatan masyarakat lokal agar turut berpartisipasi dalam

pengembangan dan pengelolaan DTW Air Terjun Oehala, maka digunakan teori

pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism).

Berikut dapat digambarkan model penelitian mengenai strategi

pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di DTW Air Terjun Oehala, seperti

yang terlihat pada Gambar 2.2.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Adikampana (2012), dalam Jurnal Analisis

56

 

Gambar 2.2 Model Penelitian

Pariwisata Nusa Tenggara Timur

Pariwisata Kabupaten Timor Tengah Selatan

Pengembangan Daya Tarik Wisata Air Terjun Oehala

Komponen Produk Wisata Air Terjun Oehala:

(Attractions, Amenities, Accessibility, Ancillary Services,

Community Partisipation)

Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal (IFAS/ EFAS) :

Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats

Strategi dan Program Pengembangan (SWOT)

Teori Komponen Produk Wisata

Teori Community Based Tourism

Permasalahan

Minimnya penyediaan sarana dan prasarana

Tidak melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan Air Terjun Oehala

Lemahnya SDM Pariwisata

Teori Strategi Perencanaan

Teori Siklus Hidup Destinasi Pariwisata

Rekomendasi