bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/42727/3/bab ii.pdf · 2018. 12....

29
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan penguatan dalam penelitian ini ada 3 penelitian, dalam penelitian terdahulu peneliti hanya menggunakan penelitian dengan alat analisis dan objek dengan jenis yang sama. Penelitian terdahulu dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini. No Penelitian Terdahulu Uraian 1 Judul Penelitian Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V Manado. (Fernanda M.B Tuhumena dkk, 2017) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah pelatihan dan motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah V manado. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah V manado. Teknik pengalmbilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh dengan 44 responden. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu yang dijadikan penguatan dalam penelitian ini ada 3

    penelitian, dalam penelitian terdahulu peneliti hanya menggunakan penelitian

    dengan alat analisis dan objek dengan jenis yang sama. Penelitian terdahulu dan

    hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

    No Penelitian Terdahulu Uraian

    1 Judul Penelitian Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap

    Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor

    Wilayah V Manado. (Fernanda M.B Tuhumena dkk,

    2017)

    Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah pelatihan dan motivasi kerja

    berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

    karyawan pada PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah

    V manado.

    Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan

    PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah V manado.

    Teknik pengalmbilan sampel dalam penelitian ini adalah

    sampling jenuh dengan 44 responden. Metode yang

    digunakan yaitu analisis regresi linier berganda.

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  • 10

    No Penelitian Terdahulu Uraian

    1 Hasil Penelitian Hasil penelitian dan hipotesis menunjukkan bahwa

    pelatihan dan motivasi kerja secara simultan dan parsial

    berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

    kinerja karyawan pada PT. Pegadaian (persero) Kantor

    Wilayah V Manado.

    2 Judul Penelitian Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompensasi Terhadap

    Kinerja Karyawan di PT. Samuudra Bahari Utama

    (Hendri dan Roy Setiawan, 2017)

    Tujuan Penelitian Bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi kerja dan

    kompensasi terhadap kinerja karyawan.

    Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

    kuantitatif dengan 80 responden. Data dikumpulkan

    menggunakan metode kuisioner dan analisis data yang

    adalah analisis regresi linier berganda.

    Hasil Penelitian Motivasi kerja dan kompensasi berpengaruh terhadap

    peningkatan kinerja karyawan. Secara parsial motivasi

    kerja memberikan pengaruh lebih dominan dari pada

    kompensasi dalam meningkatkan kinerja karyawan.

    3

    Judul Penelitian Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

    Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)

    (Sindi Larasati, 2014)

    Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi kerja

    yang terdiri dari kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi

    dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja karyawan

    Witel Bekasi.

    Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan

    kausal. Analisis data yang digunakan adalah analisis

    deskriptif, analisis regresi linier berganda, uji hipotesis

    secara simultan (uji F), uji hipotesis secara parsial

  • 11

    No Penelitian Terdahulu Uraian

    3 Metode Penelitian (uji t), dan koefisien determinasi. Teknik sampel yang

    digunakan adalah Proportionate Stratified Random

    Sampling

    Hasil Penelitian Motivasi Kerja (X) yang terdiri dari Kebutuhan Prestasi

    (X1), Kebutuhan Afiliasi (X2) dan Kebutuhan

    Kekuasaan (X3) secara simultan dan parsial

    berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y).

    Dari tabel penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas, peneliti

    menemukan adanya persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu yang

    sudah dilakukan dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

    1. Penelitian oleh Fernanda M.B Tuhumena, dkk (2017) ditemukan

    perbedaan penelitian yaitu objek penelitian sedangkan persamaannya yaitu

    variabel bebas adalah pelatihan dan motivasi, variabel terikatnya adalah

    kinerja kemudian pada metode yang digunakan yaitu teknik sampling

    jenuh dan metode analisis data yang digunakan adalah metode alanisis

    regresi linier berganda.

    2. Penelitian oleh Hendri dan Roy Setiawan (2017) ditemukan perbedaan

    penelitian yaitu objek penelitian,variabel bebas yaitu kompensasi

    sedangkan persamaannya yaitu menggunakan variabel bebas yaitu

    motivasi dan variabel terikat kinerja kemudian menggunakan metode

  • 12

    sampel jenuh dan metode analisis data yang digunakan adalah metode

    analisis regresi linier berganda.

    3. Penelitian oleh Sindi Larasati (2014) ditemukan perbedaan penelitian yaitu

    objek penelitian dan teknik sampel yang digunakan yaitu propotionate

    stratefied random sampling sedangkan persamaannya terletak pada

    variabel bebas yaitu motivasi dan variabel terikat kinerja kemudian

    analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda.

    B. Tinjauan Teori

    1. Kinerja

    a. Pengertian Kinerja

    Wibowo (2007) menyebutkan kinerja berasal dari kata performance

    yang berarti hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Namun perlu dipahami

    bahwa kinerja itu bukan sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi

    juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung.

    Menurut Mangkunegara (2006) “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja)

    adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

    karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

    yang diberikan kepadanya.

    Rivai (2005) menyebutkan bahwa kinerja adalah kesediaan seseorang

    atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan

    menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil

  • 13

    seperti yang diharapkan. Rivai juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya

    kinerja merupakan prestasi yang dicapai.

    b. Indikator Kinerja

    Kinerja dari karyawan sebuah perusahaan dapat diukur melalui

    indikator-indikator yang sudah ditetapkan, dari indikator tersebut

    karyawan menunjukkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai karyawan

    tersebut dalam bekerja. Untuk menjadi pedoman manajemen dalam

    menetapkan apa yang menjadi indikator kinerja dalam praktek kadang

    hanya memuat 3 sampai 10 indikator. Tetapi masing-masing organisasi

    dapat mengembangkan sesuai misi dan tujuan organisasi tersebut.

    Menurut Mangkunegara (2006) indikator kinerja dapat diukur dengan

    kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu :

    1. Kuantitas, indikator ini mengukur jumlah yang harus diselesaikan

    atau dicapai.

    2. Kualitas, indikator ini mengukur kemampuan dalam menyelesaikan

    tugas.

    3. Ketepatan waktu, indikator ini mengukur sesuai tidaknya dengan

    waktu dalam menyelesaikan tugas dengan yang direncanakan

    c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja menurut Payaman S

    Simanjuntak (2005), kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak

  • 14

    faktor yang dapat di golongkan dalam 3 kelompok yaitu kompetensi

    individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan

    manajemen. Untuk variabel pelatihan dan variabel motivasi menjadi

    faktor yang mempengaruhi kinerja pada point 1 yaitu faktor kompetensi

    individu

    1. Faktor Kompetensi Individu

    Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan

    melakukan kerja. Kompetensi seseorang dipengaruhi oleh beberapa

    faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :

    a. Kemampuan dan Keterampilan Kerja.

    Kemampuan dan keterampilan kerja setiap orang

    dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan jiwa individu yang

    bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, serta

    pengalaman kerjanya.Kesehatan fisik dan jiwa individu

    membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan lama.

    Sebaliknya, pekerja yang kekurangan gizi akan cepat lemah

    dan lelah, serta tidak mampu melakukan pekerjaan berat.

    Demikian juga dengan gangguan kejiwaan akibat rasa

    frustasi dan masalah–masalah sosial ekonomi membuat

    yang bersangkutan tidak konsisten dan tidadwk

    terkonsentrasi melakukan pekerjaan.

  • 15

    Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari

    investasi sumber daya manusia (human

    investment).Semakin lama waktu yang digunakan seseorang

    untuk pendidikan dan pelatihan maka semakin tinggi

    kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan, dan

    demikian semakin tinggi kinerjanya.

    b. Motivasi dan Etos Kerja

    Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong

    semangat kerja.Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh

    latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan

    nilai – nilai agama yang dianutnya. Seseorang yang melihat

    pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaaan

    akanmempunyai kinerja yang rendah. Sebaliknya, seseorang

    yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, tantangan

    dan prestasi akan menghasilkan kinerja yang tinggi.

    2. Faktor Dukungan Organisasi

    Kinerjasetiap orang juga tergantung pada dukungan

    organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan

    prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan

    kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian

    dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap orang tentang

    sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk

  • 16

    mencapai sasaran tersebut. Setiap orang perlu memiliki dan

    memahami uraian jabatan dan tugas yang jelas.

    Demikian juga penyediaan sarana dan alat kerja langsung

    mempengaruhi kinerja setiap orang. Penggunaan peralatan dan

    teknologi maju sekarang ini bukan saja dimaksudkan untuk

    meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk

    memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja.

    3. Faktor Dukungan Manajemen

    Kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang juga sangat

    tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen atau

    pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan

    industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan

    mengembangkan kompetensi pekerja, pengembangan kompetensi

    dapat dilakukan dengan pelatihan, demikian juga dengan

    menumbuhkan motivasi dan mobilisasi seluruh karyawan untuk

    bekerja secara optimal.

    Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja

    karyawan dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai.

    Faktor – faktor intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai

    terdiri dari pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia,

    keterampilan, emosi dan spiritual. Sedangkan faktor ekstrinsik

    yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari lingkungan fisik

    dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical dan horizontal,

  • 17

    kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban

    kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.

    2. Pengertian Pelatihan

    Pada dasarnya tujuan pelatihann yaitu ingin mengembangkan

    karyawan untuk terampil, terdidik, dan terlatih secara professional dan

    siap pakai dalam bidangnya masing-masing. Hasibuan (2010)

    mengatakan bahwa pelatihan adalah suatu usaha meningkatkan

    kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai

    dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan

    latihan.

    Pelatihan berhubungan dengan menambah pengetahuan

    keterampilan dan kecakapan untuk melakukan pekerjaan tertentu.

    Istilah pelatihan ini digunakan untuk menunjukkan setiap proses

    keterampilan atau kecakapan dan kemampuan para pegawai, sehingga

    mereka lebih baik menyesuaikan dengan lingkungan kerja yang

    mereka geluti.

    Proses kegiatan pelatihan sering dilaksanakan oleh suatu

    perusahaan setelah terjadi penerimaan karyawan sebab latihan hanya

    diberikan pada karyawan dari perusahaan yang bersangkutan. Latihan

    adakalanya diberikan setelah karyawan tersebut ditempatkan dan

    ditugaskan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

  • 18

    Pelatihan menurut Rivai & Sagala (2014) adalah proses secara

    sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan

    organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan

    pegawai yang berorientasi dalam pelaksanaan pekerjaan saat ini agar

    berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya.

    Menurut Andrew E. Sikula (1981) bahwa pelatihan adalah suatu

    proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur

    sistemanis dan terorganisir di mana pegawai non managerial

    mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai

    tujuan yang umum.

    a. Manfaat dan Tujuan Pelatihan

    Simamora (2007) mengatakan bahwa manfaat pelatihan

    sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.

    2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar

    mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima.

    3. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih

    menguntungkan.

    4. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kerja sama yang

    lebih menguntungkan

    5. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber

    daya manusia.

  • 19

    6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan

    pemgembangan pribadi mereka

    Tujuan Pelatihan Menurut Hasibuan (2010) mengemukakan

    bahwa tujuan pelatihan hakikatnya menyangkut hal-hal

    berikut :

    1. Produktivitas Kerja

    Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan

    akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin

    baik, karena technical skill, human skill dan managerial

    skill karyawan semakin baik.

    2. Efisiensi

    Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan

    efisiensi tenaga, waktu, bahan baku dan

    mengurangiausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang,

    biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing

    perusahaan semakin besar.

    3. Kerusakan

    Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi

    kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena

    karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan

    pekerjaannya.

    4. Kecelakaan

  • 20

    Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat

    kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan

    yang dikeluarkan perusahaan berkurang.

    5. Pelayanan

    Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

    yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah

    perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik

    merupakan daya penarik yang sangat penting bagi

    rekanan-rekanan perusahaan bersangkutan.

    6. Moral

    Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik

    karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan

    pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk

    menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

    7. Karier

    Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan

    karier karyawan semakin besar, karena keahlian,

    keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi

    ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi

    kerja karyawan.

    8. Konseptual

    Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat

    dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena

  • 21

    technical skill, human skill dan managerial skill-nya lebih

    baik.

    9. Kepemimpinan

    Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer

    akan lebih baik, human relation-nya lebih luwes,

    motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama

    vertikal dan horizontal semakin harmonis.

    10. Balas Jasa

    Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, insentif dan

    benefits) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja

    mereka semakin besar.

    11. Konsumen

    Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang

    baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan

    memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.

    b. Indikator Pelatihan Kerja

    Metode pelatihan yang diterapkan perlu diukur apakah baik

    atau tidak. Metode bisa dikatakan baik apabila mencapai sasaran

    sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas

    karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya.

  • 22

    Menurut Vietzhal Rivai & Sagala (2009) mengemukakan

    bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat diukur dari metode-

    metode yang digunakan antara lain:

    1. Kesesuaian materi pelatihan

    Dengan mengetahui kebutuhan akan pelatihan, sebagai hasil

    dari langkah pertama dapat ditentukan materi pelatihan yang

    harus diberikan kepada peserta pelatihan.

    2. Fasilitas pelatihan

    Sarana pendukung Evaluasi pelatihan dimaksudkan untuk

    mengukur kelebihan suatu program, kelengkapan, dan

    kondisi yang merupakan umpan balik untuk menilai atau

    menghasilkan output yang sesuai.

    3. Tenaga pengajar

    Pelatih harus didasarkan pada keahlian dan kemampuannya

    untuk mentransformasikan keahlian tersebut pada peserta

    pelatihan.

    4. Waktu pelatihan

    Pelatihan harus mempertimbangkan waktu pelatihan agar

    materi dapat disampaikan secara keseluruhan.

    5. Peserta pelatihan

    Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran hendaknya

    para peserta dipilih yang benar-benar “siap dilatih” artinya

    mereka tenaga kerja yang diikutsertakan dalam pelatihan

  • 23

    adalah mereka yang secara mental telah dipersiapkan untuk

    mengikuti program tersebut.

    c. Prinsip-prinsip Pelatihan

    Prinsip-prinsip program (training) menurut Werther(1993) di bagi

    menjadi 5 (lima) bagian antara lain :

    1. Participation

    Pada pelaksanaan nya pelatihan (trainning) para peserta harus

    telibat aktif, karena dengan berpartisipasi para peserta akan

    lebih cepat mengetahui apa yang telah diberikan.

    2. Repetition

    Pada pelaksanaan pelatihan (training) harus selalu diadakan

    pengulangan- pengulangan, sebab melalui pengulangan-

    pengulangan itu para peserta akan lebih cepat menerima

    tentang apa yang telah di berikan.

    3. Relevan

    Materi pilihan yang diberikan harus saling berhubungan,

    sebagai contoh dimana peserta diberikan penjelasan secara

    umum mengenai suatu pekerjaan sebelum mereka

    mempelajari hal yang khusus dari pekerjaan itu.

    4. Transference

  • 24

    Program pelatihan (trainning) harus sesuai dengan

    kebutuhan-kebutuhan yang nantinya akan dihadapi dalam

    pekerjaan sebenarnya.

    5. Feed Back

    Setiap program yang dijalankan senantiasa memerlukan feed

    back, yang berguna untuk mengukur sejauh mana

    keberhasilan program tersebut, dengan adanya feed back

    mereka dapat meningkatkan semangat dan motivasi kerja

    d. Metode Pelatihan

    Menurut Handoko (2006) mengatakan bahwa ada dua

    kategori pokok program latihan dan pengembangan manajemen

    yaitu:

    1. Metode praktis (on the job training)

    Teknik-teknik “on the job training” merupakan metode

    pelatihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih

    tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang

    pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai

    macam teknik ini biasanya digunakan dalam praktek adalah

    sebagai berikut:

    a. Rotasi Jabatan

  • 25

    Memberikan pada karyawan pengetahuan tentang bagian-

    bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam

    keterampilan manajerial.

    b. Pelatihan Instruksi Pekerjaan

    Petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada

    pekerjaan dan digunakan terutama untuk melatih para

    karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka

    sekarang.

    c. Magang (Apprenticeships)

    Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang

    yang lebih berpengalaman. Pendekatan ini dapat

    dikombinasikan dengan latihan “offthe job training”.

    d. Coaching

    Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan

    kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka.

    Teknik ini dapat mengubah sikap peserta dan mengembangkan

    keterampilan-keterampilan antar pribadi (Inter-personal skill).

    e. Business Games

    Bussiness (management) games adalah simulasi pengambilan

    keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi

    kehidupan bisnis nyata. Tujuannya adalah untuk melatih para

  • 26

    karyawan atau manajer dalam pengambilan keputusan dan cara

    mengelola operasi-operasi perusahaan.

    f. Vestibule Training

    Bentuk latihan ini dilaksanakan oleh pelatih-pelatih khusus

    dengan mempergunakan area-area terpisah yang dibangun

    dengan berbagai jenis peralatan sama seperti yang akan

    digunakan pada pekerjaan sebenarnya.

    g. Teknik Laboraturium (Laboratory Training)

    Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang

    terutama digunakan untuk mengembangkan keterampilan-

    keterampilan antar pribadi. Latihan ini juga berguna untuk

    mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab

    pekerjaan di waktu yang akan datang.

    2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi

    (off the job training).

    Tujuan utama teknik-teknik presentasi atau penyajian

    informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau

    keterampilan kepada para peserta. Metode-metode yang biasa

    digunakan:

    a. Kuliah

    Ini merupakan suatu metode tradisional dengan kemampuan

    penyampaian informasi, banyak peserta dan biaya relatif

  • 27

    murah. Kelemahannya adalah tidak atau kurang adanya

    partisipasi dan umpan balik. Teknik kuliah cenderung lebih

    bergantung pada komunikasi, bukan modeling.

    b. Presentasi Video

    Metode ini biasanya digunakan sebagai bahan atau alat

    pelengkap bentuk- bentuk latihan lainnya.

    c. Metode Konperensi

    Metode ini analog dengan bentuk kelas seminar di

    perguruan tinggi, sebagai pengganti metode kuliah.

    Tujuannya adalah untuk mengembangkan kecakapan dalam

    pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dan untuk

    mengubah sikap karyawan.

    d. Programed Instruction

    Metode ini menggunakan sikap pengajar atau komputer

    untuk memperkenalkan kepada peserta topik yang harus

    dipelajari dan merinci serangkaian langkah dengan umpan

    balik langsung pada penyelesaian setiap langkah.

    e. Self Study

    Teknik ini biasanya menggunakan manual-manual, modul-

    modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape rekaman.

    Teknik ini berguna bila para karyawan tersebar secara

    geografis atau bila proses belajar hanya memerlukan sedikit

    interaksi.

  • 28

    3. Pengertian Motivasi

    Menurut George dan jones, “motivasi kerja dapat didefinisikan

    sebagai suatu dorongan secara psikologis kepada seorang yang

    menentukan arah dari perilaku (direction of behavior) seseorang

    dalam organisasi, tingkat usaha (level of effort), dan tingkat kegigihan

    atau ketahanan di dalam menghadapi suatu halangan atau masalah

    (level of persistence)”. Sedangkan menurut Wibowo (2014) Motivasi

    adalah dorongan terhadap serangkaian proses prilaku manusia pada

    pencapaian tujuan.

    Menurut Mangkunegara (2014) adalah suatu kondisi yang

    menggerakkan karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.

    Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan

    potensi bawahan agar mau bekerja sama secara produktif berhasil

    mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.Ira

    Rahmadita (2013) mengemukakan motivasi kerja adalah suatu proses

    dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan

    serangkaian kegiatan yang mengarah tercapainya tujuan tertentu.

    Tujuan yang jika berhasil dicapai maka akan memuaskan atau

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

    1. Teori Maslow New Hierarchy

    Abraham Maslow mengatakan bahwa hierarki kebutuhan

    manusia yaitu :

  • 29

    a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan,

    minum, perlindungan fisik, bernafas, seksial. Dari

    kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah.

    b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan

    dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

    c. Kebutuhan untuk rasa memiliki, ada kebutuhan untuk

    diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan

    kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

    d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk

    dihormati dan dihargai oleh orang lain

    e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan

    untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi.

    Kebutuhan untuk bebas berpendapat dengan menyampaikan

    ide-ide serta memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

    2. Teori Herzberg

    Pada teori 2 faktor ini yang dikembangkan oleh Frederick

    Herzberg menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas

    yaitu faktor higienis dan faktor pemotivasian. Faktor dari

    kepuasan dapat menimbulkan kepuasan bagi pekerja

    sedangkan faktor dari ketidakpuasan bukan menimbulkan

    kepuasan tetapi bila ditingkatkan dapat mengurangi

    ketidakpuasan.

  • 30

    Faktor pemelihara mencegah merosotnya semangat atau

    efisiensi. Perbaikan pada faktor pemelihara akan mengurangi

    atau menghilangkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor

    ekstrinsik yang menyebabkan ketidakpuasan kerja sebagai

    faktor-faktor higienis (hygiene factors). Ketika faktor-faktor

    ini memadai, orang tidak akan tidak puas, tetapi mereka juga

    tidak akan puas (termotivasi). Untuk memotivasi orang,

    Herzberg menyarankan untuk menekankan motivator, faktor-

    faktor intrinsik yang berkaitan dengan pekerjaan itu

    sendiri.Berikut ini adalah bagian faktor pemotivasian dan

    pemeliharaan dalam kerja.

    a. Faktor Higienis (pemeliharaan)

    Faktor-faktor ekstrinsik yang menyebabkan

    ketidakpuasan kerja, yaitu :

    1. Pengawasan

    2. Kebijakan perusahaan

    3. Hubungan dengan penyelia

    4. Kondisi Kerja

    5. Gaji

    6. Hubungan dengan rekan kerja

    7. Kehidupan pribadi

    8. Hubungan dengan bawahan

    9. Status

    10. Keamanan

    b. Faktor Motivator

  • 31

    Faktor-faktor intrinsik yang berkaitan dengan pekerjaan

    itu sendiri, yaitu :

    1. Prestasi

    2. Pengakuan

    3. Pekerjaan itu sendiri

    4. Tanggung jawab

    5. Kemajuan

    6. Pertumbuhan

    b. Teknik Motivasi

    Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa terdapat dua

    teknik memotivasi kerja pegawai yaitu:

    1. Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai, fundamen yang

    mendasari perilaku kerja, kita tidak mungkin dapat

    memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang

    dibutuhkan.

    2. Teknik komunikasi persuasif

    Dalam teknik ini dilakukan dengan cara mempengaruhi

    pegawai secara ekstralogis

    C. Hubungan Antar Variabel

    1. Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja

    Hasibuan (2010) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu usaha

    meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan

    sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan

    latihan. Ketika pelatihan tersebut mampu meningkatkan kemampuan

  • 32

    teknis, teoritis, konseptual maupun moral karyawan bagi karyawan

    tersebut maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut pada

    perusahaan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Fernanda M.B Tuhumena., dkk

    (2017) dengan judul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap

    Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V

    Manado menunjukkan adanya pengaruh pelatihan terhadap kinerja

    karyawan. Maka dengandiberikannya pelatihan akan berpengaruh secara

    signifikanterhadap kinerja karyawan.

    2. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja

    Mangkunegara (2000), menyimpulkan bahwa ada hubungan positif

    antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja. Artinya pimpinan,

    manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan

    mencapai kinerja tinggi dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah

    disebabkan karena motivasi kerjanya rendah.

    Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sindi

    Larasati(2014) dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

    Karyawan Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)menunjukan

    adanya pengaruh pemberian motivasi terhadap kinerja karyawan. Maka

    dari itu jika seorang karyawan mempunyai motivasi yang tinggi maka

  • 33

    akan berdampak kepada kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang

    karyawan mempunyai motivasi yang rendah maka akan berdampak kinerja

    yang buruk untuk perusahaan. Pemberian motivasi setiap perusahaan akan

    berbeda-beda menyesuaikan keadaan dan kebutuhan.

    3. Hubungan antara Pelatihan, Motivasi Kerja dan Kinerja

    Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja karyawan

    dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor – faktor

    intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan,

    pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual.

    Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri

    dari lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical

    dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas,

    pelatihan, beban kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.

    Jadi pelatihan dan motivasi menurut pendapat Mangkuprawira dan

    Hubeissangat berpengaruh terhadap kinerja.

    Penelitian yang dilakukan oleh Fernanda M.B Tuhumena., dkk

    (2017) dengan judul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap

    Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V

    Manadoyang menunjukkan bahwa pelatihan, motivasi dan kinerja

    karyawan berada pada tingkat hubungan yang kuat.Maka dengan

    diberikannya pelatihan dan motivasi kepada karyawan berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, tentu akan membuat

    organisasi semakin baik dan semakin produktif.

  • 34

    D. Kerangka Pikir

    Kerangka pikir pada penelitian ini menjelaskan tentang indikator-

    indikator yang dipakai untuk penelitian. Ada 3 variabel dalam penelitan ini

    yaitu variabel kinerja, pelatihan dan motivasi kerja.Menurut

    Mangkunegara(2006) “Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan

    kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

    sesuai dengantanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    Rival & Sagala (2009) mengatakan pelatihan adalah proses secara

    sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.

    Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai yang

    berorientasi dalam pelaksanaan pekerjaan saat ini agar berhasil dalam

    melaksanakan pekerjaannya.Jadi pelatihan dianggap sebagai pembelajaran

    singkat dengan tujuan membentuk keterampilan kerja yang di dalamnya

    meliputi physical skill, intellectual skill, social skill dan manajerial skill.

    Teori motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg teori 2

    faktor meluas pada pertengahan tahun 1960-an hingga awal tahun 1980-an

    menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas yaitu faktor higienis

    (pemeliharaan) dan faktor pemotivasian.Mangkuprawira dan Hubeis (2007)

    menyebutkan kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik

    pegawai. Faktor – faktor intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri

    dari pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi

    dan spiritual. Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai

  • 35

    terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical

    dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan,

    beban kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.

    Pada kerangka pikir dibawah dapat dijelaskan bahwa kinerja terdiri dari

    3 indikator yang digunakan yaitu kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu

    menurut Mangkunegara (2006), dari kinerja 3 indikator tersebut akan

    dipengaruhi oleh variabel pelatihan terdiri dari5 indikator menurut Rivai &

    Sagala (2005)dan motivasi terdiri dari 2 indikator menurut Frederick Herzberg

    (Dikembangkan pada tahun 1960-an).Berdasarkan landasan teori yang telah

    dipaparkan, kerangka pikir secara sistematik dalam penulisan ini dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2.1 Kerangka pikir

    Pelatihan (X1)

    - Kesesuaian materi

    pelatihan

    - Fasilitas pelatihan

    - Tenaga pengajar

    - Waktu pelatihan

    Motivasi (X2)

    - Faktor higienis

    - Faktor motivator

    Kinerja Karyawan (Y)

    - Kualitas

    - Kuantitas

    - Ketepatan waktu

  • 36

    Keterangan :

    X1 : Pelatihan

    X2 : Motivasi

    Y : Kinerja Karyawan

    E. Hipotesis

    Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja karyawan

    dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor – faktor

    intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan,

    pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual.

    Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari

    lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical dan

    horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban

    kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya. Jadi pelatihan dan

    motivasi menurut pendapat Mangkuprawira dan Hubeis (2007) berpengaruh

    terhadap kinerja.

    Hubungan pelatihan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada

    penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian yaitu Fernanda dkk

    (2017) mengemukakan bahwa pelatihan dan motivasi memiliki hubungan

    positif dan signifikan terhadap variabel kinerja. Berdasarkan pendapat

    Mangkuprawira dan Hubeis (2007) dan Fernanda dkk (2017) maka dibuat

    hipotesis sebagai berikut:

    H1 : Ada pengaruh antara pelatihan dan motivasi kerja terhadap kinerja

    karyawan PT. XYZ.

  • 37

    Berdasarkan hasil penelitian oleh Hendri dan Roy Setiawan (2017)

    mengemukakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh paling kuat terhadap

    kinerja, sehingga hipotesis ke 2 yaitu

    H2 : Motivasi kerja mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap kinerja

    karyawan PT. XYZ.