bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/42727/3/bab ii.pdf · 2018. 12....
TRANSCRIPT
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan penguatan dalam penelitian ini ada 3
penelitian, dalam penelitian terdahulu peneliti hanya menggunakan penelitian
dengan alat analisis dan objek dengan jenis yang sama. Penelitian terdahulu dan
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
No Penelitian Terdahulu Uraian
1 Judul Penelitian Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor
Wilayah V Manado. (Fernanda M.B Tuhumena dkk,
2017)
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah pelatihan dan motivasi kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
karyawan pada PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah
V manado.
Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
PT. Pegadaian (persero) kantor wilayah V manado.
Teknik pengalmbilan sampel dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh dengan 44 responden. Metode yang
digunakan yaitu analisis regresi linier berganda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
-
10
No Penelitian Terdahulu Uraian
1 Hasil Penelitian Hasil penelitian dan hipotesis menunjukkan bahwa
pelatihan dan motivasi kerja secara simultan dan parsial
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan pada PT. Pegadaian (persero) Kantor
Wilayah V Manado.
2 Judul Penelitian Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompensasi Terhadap
Kinerja Karyawan di PT. Samuudra Bahari Utama
(Hendri dan Roy Setiawan, 2017)
Tujuan Penelitian Bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi kerja dan
kompensasi terhadap kinerja karyawan.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan 80 responden. Data dikumpulkan
menggunakan metode kuisioner dan analisis data yang
adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil Penelitian Motivasi kerja dan kompensasi berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja karyawan. Secara parsial motivasi
kerja memberikan pengaruh lebih dominan dari pada
kompensasi dalam meningkatkan kinerja karyawan.
3
Judul Penelitian Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)
(Sindi Larasati, 2014)
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi kerja
yang terdiri dari kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi
dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja karyawan
Witel Bekasi.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan
kausal. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif, analisis regresi linier berganda, uji hipotesis
secara simultan (uji F), uji hipotesis secara parsial
-
11
No Penelitian Terdahulu Uraian
3 Metode Penelitian (uji t), dan koefisien determinasi. Teknik sampel yang
digunakan adalah Proportionate Stratified Random
Sampling
Hasil Penelitian Motivasi Kerja (X) yang terdiri dari Kebutuhan Prestasi
(X1), Kebutuhan Afiliasi (X2) dan Kebutuhan
Kekuasaan (X3) secara simultan dan parsial
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Dari tabel penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas, peneliti
menemukan adanya persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu yang
sudah dilakukan dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:
1. Penelitian oleh Fernanda M.B Tuhumena, dkk (2017) ditemukan
perbedaan penelitian yaitu objek penelitian sedangkan persamaannya yaitu
variabel bebas adalah pelatihan dan motivasi, variabel terikatnya adalah
kinerja kemudian pada metode yang digunakan yaitu teknik sampling
jenuh dan metode analisis data yang digunakan adalah metode alanisis
regresi linier berganda.
2. Penelitian oleh Hendri dan Roy Setiawan (2017) ditemukan perbedaan
penelitian yaitu objek penelitian,variabel bebas yaitu kompensasi
sedangkan persamaannya yaitu menggunakan variabel bebas yaitu
motivasi dan variabel terikat kinerja kemudian menggunakan metode
-
12
sampel jenuh dan metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis regresi linier berganda.
3. Penelitian oleh Sindi Larasati (2014) ditemukan perbedaan penelitian yaitu
objek penelitian dan teknik sampel yang digunakan yaitu propotionate
stratefied random sampling sedangkan persamaannya terletak pada
variabel bebas yaitu motivasi dan variabel terikat kinerja kemudian
analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda.
B. Tinjauan Teori
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Wibowo (2007) menyebutkan kinerja berasal dari kata performance
yang berarti hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Namun perlu dipahami
bahwa kinerja itu bukan sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi
juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung.
Menurut Mangkunegara (2006) “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Rivai (2005) menyebutkan bahwa kinerja adalah kesediaan seseorang
atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
-
13
seperti yang diharapkan. Rivai juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya
kinerja merupakan prestasi yang dicapai.
b. Indikator Kinerja
Kinerja dari karyawan sebuah perusahaan dapat diukur melalui
indikator-indikator yang sudah ditetapkan, dari indikator tersebut
karyawan menunjukkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai karyawan
tersebut dalam bekerja. Untuk menjadi pedoman manajemen dalam
menetapkan apa yang menjadi indikator kinerja dalam praktek kadang
hanya memuat 3 sampai 10 indikator. Tetapi masing-masing organisasi
dapat mengembangkan sesuai misi dan tujuan organisasi tersebut.
Menurut Mangkunegara (2006) indikator kinerja dapat diukur dengan
kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu :
1. Kuantitas, indikator ini mengukur jumlah yang harus diselesaikan
atau dicapai.
2. Kualitas, indikator ini mengukur kemampuan dalam menyelesaikan
tugas.
3. Ketepatan waktu, indikator ini mengukur sesuai tidaknya dengan
waktu dalam menyelesaikan tugas dengan yang direncanakan
c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja menurut Payaman S
Simanjuntak (2005), kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak
-
14
faktor yang dapat di golongkan dalam 3 kelompok yaitu kompetensi
individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan
manajemen. Untuk variabel pelatihan dan variabel motivasi menjadi
faktor yang mempengaruhi kinerja pada point 1 yaitu faktor kompetensi
individu
1. Faktor Kompetensi Individu
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan
melakukan kerja. Kompetensi seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
a. Kemampuan dan Keterampilan Kerja.
Kemampuan dan keterampilan kerja setiap orang
dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan jiwa individu yang
bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, serta
pengalaman kerjanya.Kesehatan fisik dan jiwa individu
membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan lama.
Sebaliknya, pekerja yang kekurangan gizi akan cepat lemah
dan lelah, serta tidak mampu melakukan pekerjaan berat.
Demikian juga dengan gangguan kejiwaan akibat rasa
frustasi dan masalah–masalah sosial ekonomi membuat
yang bersangkutan tidak konsisten dan tidadwk
terkonsentrasi melakukan pekerjaan.
-
15
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari
investasi sumber daya manusia (human
investment).Semakin lama waktu yang digunakan seseorang
untuk pendidikan dan pelatihan maka semakin tinggi
kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan, dan
demikian semakin tinggi kinerjanya.
b. Motivasi dan Etos Kerja
Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong
semangat kerja.Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh
latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan
nilai – nilai agama yang dianutnya. Seseorang yang melihat
pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaaan
akanmempunyai kinerja yang rendah. Sebaliknya, seseorang
yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, tantangan
dan prestasi akan menghasilkan kinerja yang tinggi.
2. Faktor Dukungan Organisasi
Kinerjasetiap orang juga tergantung pada dukungan
organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan
prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan
kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian
dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap orang tentang
sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk
-
16
mencapai sasaran tersebut. Setiap orang perlu memiliki dan
memahami uraian jabatan dan tugas yang jelas.
Demikian juga penyediaan sarana dan alat kerja langsung
mempengaruhi kinerja setiap orang. Penggunaan peralatan dan
teknologi maju sekarang ini bukan saja dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk
memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja.
3. Faktor Dukungan Manajemen
Kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang juga sangat
tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen atau
pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan
industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan
mengembangkan kompetensi pekerja, pengembangan kompetensi
dapat dilakukan dengan pelatihan, demikian juga dengan
menumbuhkan motivasi dan mobilisasi seluruh karyawan untuk
bekerja secara optimal.
Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja
karyawan dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai.
Faktor – faktor intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai
terdiri dari pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia,
keterampilan, emosi dan spiritual. Sedangkan faktor ekstrinsik
yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical dan horizontal,
-
17
kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban
kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.
2. Pengertian Pelatihan
Pada dasarnya tujuan pelatihann yaitu ingin mengembangkan
karyawan untuk terampil, terdidik, dan terlatih secara professional dan
siap pakai dalam bidangnya masing-masing. Hasibuan (2010)
mengatakan bahwa pelatihan adalah suatu usaha meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan
latihan.
Pelatihan berhubungan dengan menambah pengetahuan
keterampilan dan kecakapan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Istilah pelatihan ini digunakan untuk menunjukkan setiap proses
keterampilan atau kecakapan dan kemampuan para pegawai, sehingga
mereka lebih baik menyesuaikan dengan lingkungan kerja yang
mereka geluti.
Proses kegiatan pelatihan sering dilaksanakan oleh suatu
perusahaan setelah terjadi penerimaan karyawan sebab latihan hanya
diberikan pada karyawan dari perusahaan yang bersangkutan. Latihan
adakalanya diberikan setelah karyawan tersebut ditempatkan dan
ditugaskan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
-
18
Pelatihan menurut Rivai & Sagala (2014) adalah proses secara
sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan
pegawai yang berorientasi dalam pelaksanaan pekerjaan saat ini agar
berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Andrew E. Sikula (1981) bahwa pelatihan adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur
sistemanis dan terorganisir di mana pegawai non managerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai
tujuan yang umum.
a. Manfaat dan Tujuan Pelatihan
Simamora (2007) mengatakan bahwa manfaat pelatihan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar
mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima.
3. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih
menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kerja sama yang
lebih menguntungkan
5. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber
daya manusia.
-
19
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan
pemgembangan pribadi mereka
Tujuan Pelatihan Menurut Hasibuan (2010) mengemukakan
bahwa tujuan pelatihan hakikatnya menyangkut hal-hal
berikut :
1. Produktivitas Kerja
Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan
akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin
baik, karena technical skill, human skill dan managerial
skill karyawan semakin baik.
2. Efisiensi
Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi tenaga, waktu, bahan baku dan
mengurangiausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang,
biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing
perusahaan semakin besar.
3. Kerusakan
Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi
kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena
karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan
pekerjaannya.
4. Kecelakaan
-
20
Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat
kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan
yang dikeluarkan perusahaan berkurang.
5. Pelayanan
Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah
perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya penarik yang sangat penting bagi
rekanan-rekanan perusahaan bersangkutan.
6. Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik
karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan
pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
7. Karier
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan
karier karyawan semakin besar, karena keahlian,
keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi
ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi
kerja karyawan.
8. Konseptual
Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat
dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena
-
21
technical skill, human skill dan managerial skill-nya lebih
baik.
9. Kepemimpinan
Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer
akan lebih baik, human relation-nya lebih luwes,
motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama
vertikal dan horizontal semakin harmonis.
10. Balas Jasa
Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, insentif dan
benefits) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja
mereka semakin besar.
11. Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang
baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan
memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.
b. Indikator Pelatihan Kerja
Metode pelatihan yang diterapkan perlu diukur apakah baik
atau tidak. Metode bisa dikatakan baik apabila mencapai sasaran
sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas
karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya.
-
22
Menurut Vietzhal Rivai & Sagala (2009) mengemukakan
bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat diukur dari metode-
metode yang digunakan antara lain:
1. Kesesuaian materi pelatihan
Dengan mengetahui kebutuhan akan pelatihan, sebagai hasil
dari langkah pertama dapat ditentukan materi pelatihan yang
harus diberikan kepada peserta pelatihan.
2. Fasilitas pelatihan
Sarana pendukung Evaluasi pelatihan dimaksudkan untuk
mengukur kelebihan suatu program, kelengkapan, dan
kondisi yang merupakan umpan balik untuk menilai atau
menghasilkan output yang sesuai.
3. Tenaga pengajar
Pelatih harus didasarkan pada keahlian dan kemampuannya
untuk mentransformasikan keahlian tersebut pada peserta
pelatihan.
4. Waktu pelatihan
Pelatihan harus mempertimbangkan waktu pelatihan agar
materi dapat disampaikan secara keseluruhan.
5. Peserta pelatihan
Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran hendaknya
para peserta dipilih yang benar-benar “siap dilatih” artinya
mereka tenaga kerja yang diikutsertakan dalam pelatihan
-
23
adalah mereka yang secara mental telah dipersiapkan untuk
mengikuti program tersebut.
c. Prinsip-prinsip Pelatihan
Prinsip-prinsip program (training) menurut Werther(1993) di bagi
menjadi 5 (lima) bagian antara lain :
1. Participation
Pada pelaksanaan nya pelatihan (trainning) para peserta harus
telibat aktif, karena dengan berpartisipasi para peserta akan
lebih cepat mengetahui apa yang telah diberikan.
2. Repetition
Pada pelaksanaan pelatihan (training) harus selalu diadakan
pengulangan- pengulangan, sebab melalui pengulangan-
pengulangan itu para peserta akan lebih cepat menerima
tentang apa yang telah di berikan.
3. Relevan
Materi pilihan yang diberikan harus saling berhubungan,
sebagai contoh dimana peserta diberikan penjelasan secara
umum mengenai suatu pekerjaan sebelum mereka
mempelajari hal yang khusus dari pekerjaan itu.
4. Transference
-
24
Program pelatihan (trainning) harus sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang nantinya akan dihadapi dalam
pekerjaan sebenarnya.
5. Feed Back
Setiap program yang dijalankan senantiasa memerlukan feed
back, yang berguna untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan program tersebut, dengan adanya feed back
mereka dapat meningkatkan semangat dan motivasi kerja
d. Metode Pelatihan
Menurut Handoko (2006) mengatakan bahwa ada dua
kategori pokok program latihan dan pengembangan manajemen
yaitu:
1. Metode praktis (on the job training)
Teknik-teknik “on the job training” merupakan metode
pelatihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih
tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang
pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai
macam teknik ini biasanya digunakan dalam praktek adalah
sebagai berikut:
a. Rotasi Jabatan
-
25
Memberikan pada karyawan pengetahuan tentang bagian-
bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam
keterampilan manajerial.
b. Pelatihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada
pekerjaan dan digunakan terutama untuk melatih para
karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka
sekarang.
c. Magang (Apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang
yang lebih berpengalaman. Pendekatan ini dapat
dikombinasikan dengan latihan “offthe job training”.
d. Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka.
Teknik ini dapat mengubah sikap peserta dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan antar pribadi (Inter-personal skill).
e. Business Games
Bussiness (management) games adalah simulasi pengambilan
keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi
kehidupan bisnis nyata. Tujuannya adalah untuk melatih para
-
26
karyawan atau manajer dalam pengambilan keputusan dan cara
mengelola operasi-operasi perusahaan.
f. Vestibule Training
Bentuk latihan ini dilaksanakan oleh pelatih-pelatih khusus
dengan mempergunakan area-area terpisah yang dibangun
dengan berbagai jenis peralatan sama seperti yang akan
digunakan pada pekerjaan sebenarnya.
g. Teknik Laboraturium (Laboratory Training)
Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang
terutama digunakan untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan antar pribadi. Latihan ini juga berguna untuk
mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab
pekerjaan di waktu yang akan datang.
2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi
(off the job training).
Tujuan utama teknik-teknik presentasi atau penyajian
informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau
keterampilan kepada para peserta. Metode-metode yang biasa
digunakan:
a. Kuliah
Ini merupakan suatu metode tradisional dengan kemampuan
penyampaian informasi, banyak peserta dan biaya relatif
-
27
murah. Kelemahannya adalah tidak atau kurang adanya
partisipasi dan umpan balik. Teknik kuliah cenderung lebih
bergantung pada komunikasi, bukan modeling.
b. Presentasi Video
Metode ini biasanya digunakan sebagai bahan atau alat
pelengkap bentuk- bentuk latihan lainnya.
c. Metode Konperensi
Metode ini analog dengan bentuk kelas seminar di
perguruan tinggi, sebagai pengganti metode kuliah.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan kecakapan dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dan untuk
mengubah sikap karyawan.
d. Programed Instruction
Metode ini menggunakan sikap pengajar atau komputer
untuk memperkenalkan kepada peserta topik yang harus
dipelajari dan merinci serangkaian langkah dengan umpan
balik langsung pada penyelesaian setiap langkah.
e. Self Study
Teknik ini biasanya menggunakan manual-manual, modul-
modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape rekaman.
Teknik ini berguna bila para karyawan tersebar secara
geografis atau bila proses belajar hanya memerlukan sedikit
interaksi.
-
28
3. Pengertian Motivasi
Menurut George dan jones, “motivasi kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu dorongan secara psikologis kepada seorang yang
menentukan arah dari perilaku (direction of behavior) seseorang
dalam organisasi, tingkat usaha (level of effort), dan tingkat kegigihan
atau ketahanan di dalam menghadapi suatu halangan atau masalah
(level of persistence)”. Sedangkan menurut Wibowo (2014) Motivasi
adalah dorongan terhadap serangkaian proses prilaku manusia pada
pencapaian tujuan.
Menurut Mangkunegara (2014) adalah suatu kondisi yang
menggerakkan karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan
potensi bawahan agar mau bekerja sama secara produktif berhasil
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.Ira
Rahmadita (2013) mengemukakan motivasi kerja adalah suatu proses
dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang mengarah tercapainya tujuan tertentu.
Tujuan yang jika berhasil dicapai maka akan memuaskan atau
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
1. Teori Maslow New Hierarchy
Abraham Maslow mengatakan bahwa hierarki kebutuhan
manusia yaitu :
-
29
a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan,
minum, perlindungan fisik, bernafas, seksial. Dari
kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan
dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.
c. Kebutuhan untuk rasa memiliki, ada kebutuhan untuk
diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk
dihormati dan dihargai oleh orang lain
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan
untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi.
Kebutuhan untuk bebas berpendapat dengan menyampaikan
ide-ide serta memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2. Teori Herzberg
Pada teori 2 faktor ini yang dikembangkan oleh Frederick
Herzberg menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas
yaitu faktor higienis dan faktor pemotivasian. Faktor dari
kepuasan dapat menimbulkan kepuasan bagi pekerja
sedangkan faktor dari ketidakpuasan bukan menimbulkan
kepuasan tetapi bila ditingkatkan dapat mengurangi
ketidakpuasan.
-
30
Faktor pemelihara mencegah merosotnya semangat atau
efisiensi. Perbaikan pada faktor pemelihara akan mengurangi
atau menghilangkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor
ekstrinsik yang menyebabkan ketidakpuasan kerja sebagai
faktor-faktor higienis (hygiene factors). Ketika faktor-faktor
ini memadai, orang tidak akan tidak puas, tetapi mereka juga
tidak akan puas (termotivasi). Untuk memotivasi orang,
Herzberg menyarankan untuk menekankan motivator, faktor-
faktor intrinsik yang berkaitan dengan pekerjaan itu
sendiri.Berikut ini adalah bagian faktor pemotivasian dan
pemeliharaan dalam kerja.
a. Faktor Higienis (pemeliharaan)
Faktor-faktor ekstrinsik yang menyebabkan
ketidakpuasan kerja, yaitu :
1. Pengawasan
2. Kebijakan perusahaan
3. Hubungan dengan penyelia
4. Kondisi Kerja
5. Gaji
6. Hubungan dengan rekan kerja
7. Kehidupan pribadi
8. Hubungan dengan bawahan
9. Status
10. Keamanan
b. Faktor Motivator
-
31
Faktor-faktor intrinsik yang berkaitan dengan pekerjaan
itu sendiri, yaitu :
1. Prestasi
2. Pengakuan
3. Pekerjaan itu sendiri
4. Tanggung jawab
5. Kemajuan
6. Pertumbuhan
b. Teknik Motivasi
Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa terdapat dua
teknik memotivasi kerja pegawai yaitu:
1. Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai, fundamen yang
mendasari perilaku kerja, kita tidak mungkin dapat
memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang
dibutuhkan.
2. Teknik komunikasi persuasif
Dalam teknik ini dilakukan dengan cara mempengaruhi
pegawai secara ekstralogis
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja
Hasibuan (2010) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu usaha
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan
latihan. Ketika pelatihan tersebut mampu meningkatkan kemampuan
-
32
teknis, teoritis, konseptual maupun moral karyawan bagi karyawan
tersebut maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut pada
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fernanda M.B Tuhumena., dkk
(2017) dengan judul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V
Manado menunjukkan adanya pengaruh pelatihan terhadap kinerja
karyawan. Maka dengandiberikannya pelatihan akan berpengaruh secara
signifikanterhadap kinerja karyawan.
2. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja
Mangkunegara (2000), menyimpulkan bahwa ada hubungan positif
antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja. Artinya pimpinan,
manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan
mencapai kinerja tinggi dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah
disebabkan karena motivasi kerjanya rendah.
Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sindi
Larasati(2014) dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)menunjukan
adanya pengaruh pemberian motivasi terhadap kinerja karyawan. Maka
dari itu jika seorang karyawan mempunyai motivasi yang tinggi maka
-
33
akan berdampak kepada kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang
karyawan mempunyai motivasi yang rendah maka akan berdampak kinerja
yang buruk untuk perusahaan. Pemberian motivasi setiap perusahaan akan
berbeda-beda menyesuaikan keadaan dan kebutuhan.
3. Hubungan antara Pelatihan, Motivasi Kerja dan Kinerja
Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja karyawan
dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor – faktor
intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan,
pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual.
Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri
dari lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical
dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas,
pelatihan, beban kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.
Jadi pelatihan dan motivasi menurut pendapat Mangkuprawira dan
Hubeissangat berpengaruh terhadap kinerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Fernanda M.B Tuhumena., dkk
(2017) dengan judul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V
Manadoyang menunjukkan bahwa pelatihan, motivasi dan kinerja
karyawan berada pada tingkat hubungan yang kuat.Maka dengan
diberikannya pelatihan dan motivasi kepada karyawan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, tentu akan membuat
organisasi semakin baik dan semakin produktif.
-
34
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir pada penelitian ini menjelaskan tentang indikator-
indikator yang dipakai untuk penelitian. Ada 3 variabel dalam penelitan ini
yaitu variabel kinerja, pelatihan dan motivasi kerja.Menurut
Mangkunegara(2006) “Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengantanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Rival & Sagala (2009) mengatakan pelatihan adalah proses secara
sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai yang
berorientasi dalam pelaksanaan pekerjaan saat ini agar berhasil dalam
melaksanakan pekerjaannya.Jadi pelatihan dianggap sebagai pembelajaran
singkat dengan tujuan membentuk keterampilan kerja yang di dalamnya
meliputi physical skill, intellectual skill, social skill dan manajerial skill.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg teori 2
faktor meluas pada pertengahan tahun 1960-an hingga awal tahun 1980-an
menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas yaitu faktor higienis
(pemeliharaan) dan faktor pemotivasian.Mangkuprawira dan Hubeis (2007)
menyebutkan kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik
pegawai. Faktor – faktor intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri
dari pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi
dan spiritual. Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai
-
35
terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical
dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan,
beban kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya.
Pada kerangka pikir dibawah dapat dijelaskan bahwa kinerja terdiri dari
3 indikator yang digunakan yaitu kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu
menurut Mangkunegara (2006), dari kinerja 3 indikator tersebut akan
dipengaruhi oleh variabel pelatihan terdiri dari5 indikator menurut Rivai &
Sagala (2005)dan motivasi terdiri dari 2 indikator menurut Frederick Herzberg
(Dikembangkan pada tahun 1960-an).Berdasarkan landasan teori yang telah
dipaparkan, kerangka pikir secara sistematik dalam penulisan ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka pikir
Pelatihan (X1)
- Kesesuaian materi
pelatihan
- Fasilitas pelatihan
- Tenaga pengajar
- Waktu pelatihan
Motivasi (X2)
- Faktor higienis
- Faktor motivator
Kinerja Karyawan (Y)
- Kualitas
- Kuantitas
- Ketepatan waktu
-
36
Keterangan :
X1 : Pelatihan
X2 : Motivasi
Y : Kinerja Karyawan
E. Hipotesis
Mangkuprawira dan Hubeis (2007) menyebutkan kinerja karyawan
dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor – faktor
intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan,
pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual.
Sedangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertical dan
horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban
kerja, prosedur kerja, system hukuman dan sebagainya. Jadi pelatihan dan
motivasi menurut pendapat Mangkuprawira dan Hubeis (2007) berpengaruh
terhadap kinerja.
Hubungan pelatihan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada
penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian yaitu Fernanda dkk
(2017) mengemukakan bahwa pelatihan dan motivasi memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap variabel kinerja. Berdasarkan pendapat
Mangkuprawira dan Hubeis (2007) dan Fernanda dkk (2017) maka dibuat
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh antara pelatihan dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan PT. XYZ.
-
37
Berdasarkan hasil penelitian oleh Hendri dan Roy Setiawan (2017)
mengemukakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh paling kuat terhadap
kinerja, sehingga hipotesis ke 2 yaitu
H2 : Motivasi kerja mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap kinerja
karyawan PT. XYZ.