bab ii kajian pustaka a. kajian teoritis 1. pengertian...

29
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudijono (Syaiful Sagala, 2011, hlm. 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu aka ada perubahan prilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan olah guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subjek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelolaan atau “director of learning.”Menurut Husdarta, Saputra (2010, hlm. 1). Menurut Sukiyadi (2006, hlm. 139) yaitu: Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system pembelajaran. Konsep dan pemahaman pembelajaran dapat dipahami dengan menganalisis aktivitas komponen pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur, dan proses belajar. Konsep awal dalam memahami pembelajaran ini dapat dipandang dari pada “Belajar”. Perubahan dan munculnya beberapa konsep dan pemahamannya merupakan suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari kebenaran, menggunakan kebenaran dan mengembangkannya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan upaya merubah prilaku, sikap,pengetahuan, dan pemaknaan terhadap tugas-tugas selama hidupnya. Dalam proses pembelajaran terdapat unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil belaja, 16

Upload: hahanh

Post on 19-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi

kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang

membantu. Menurut Dimyati dan Mudijono (Syaiful Sagala, 2011, hlm. 62)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,

untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.

Proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu

usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan tujuan yang diharapkan.

Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa

sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh

siswa, dan melalui kegiatan itu aka ada perubahan prilakunya, sementara kegiatan

pembelajaran dilakukan olah guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua

peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola

hubungan antara dua subjek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai

pengelolaan atau “director of learning.”Menurut Husdarta, Saputra (2010, hlm.

1).

Menurut Sukiyadi (2006, hlm. 139) yaitu:

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen

system pembelajaran. Konsep dan pemahaman pembelajaran dapat

dipahami dengan menganalisis aktivitas komponen pendidik, peserta didik,

bahan ajar, media, alat, prosedur, dan proses belajar. Konsep awal dalam

memahami pembelajaran ini dapat dipandang dari pada “Belajar”.

Perubahan dan munculnya beberapa konsep dan pemahamannya merupakan

suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari kebenaran, menggunakan

kebenaran dan mengembangkannya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan

hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan upaya merubah prilaku,

sikap,pengetahuan, dan pemaknaan terhadap tugas-tugas selama hidupnya. Dalam

proses pembelajaran terdapat unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil belaja,

16

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

17

melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan sehingga

segala sesuatu yang di butuhkan manusia akan terpenuhi.

Menurut Husdarta, Saputra (2010, hlm. 9) yaitu:

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tentunya memiliki

tujuan. Dalam bentuk pembelajaran tersebut mempunyai tingkatan mulai

dari tujuan ideal sampai tujuan khusus yang konkrit dan dapat diukur.

Tujuan yang terukur ini harus dapat di capai pada tingkat mikro kelas.

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa pendidikan itu sangat

berperan penting dalam kehidupan, dan tujuan mengajar agar terjadi proses

belajar, siswa harus terus diberi motivasi untuk lebih berperan.

Pembelajaranmerupakan sesuatu yang kompleks, yang bukan hanya

menyangkut kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga

menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan.Seperti halnya dikemukakan

oleh Gagne (Raharjo, 2011, hlm. 15) mengatakan bahwa aspek-aspek kemampuan

yang bisa ditingkatkan melalui pembelajaran adalah meliputi :

a. Keterampilan intelektual,

b. Kemampuan mengungkapkan informasi dalam bentuk verbal,

c. Strategi berfikir, dan

d. Keterampilan gerak emosi dan perasaan.

Pembelajaran juga merupakan suatu proses, fungsi, dan juga hasil, maka di

dalam istilah belajar terkandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

1) Belajar adalah proses yang bisa menghasilkan,

2) Pembelajaran bisa menghasilkan perubahan-perubahan pada diri seseorang

dalam berbagai macam kemampuan atau sifat yang ada pada dirinya,

3) Perubahan dalam pembelajaran terjadi karena pengalaman, berbuat berulang-

ulang atau berlatih, dan

4) Perubahan yang terjadi karena belajar bisa bertahan dalam jangka waktu yang

relatif lama.

Definisi tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan pengertian

pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan beberapa definisi, maka pengertian

belajar bisa menjadi lebih jelas. Dengan kata lain definisi tersebut digunakan dan

saling melengkapi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

18

2. Konsep Pendidikan Jasmani

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006, hlm. 175) bahwa

tujuan pendidikan jasamani adalah sebagai berikut:

Pendidikan jasamani dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengmbangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup

sehatmelalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan pisikis yang lebih

baik.

c. Meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-

nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan.

d. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.

e. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dai informasi untuk

mencapai pertumbuhan fisik yangsempurna, pola hidup sehat dan

kebugaran, serta memiliki sikap yang positif.

Tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan umum pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan

dalam pembelajaran.

Menurut Muhadi (2001, hlm. 5) mengemukakan bahwaTujuan umum

Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar adalah memacu kepada pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya

membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar menanamkan nilai,

sikap dan membiasakan hidup sehat.

Diantara tujuan-tujuan tersebut ialah sebagai berikut:

1) Memacu perkembangan dan aktivitas sistem: peredaran darah, pencernaan dan

pernapasan.

2) Memacu pertumbuhan jasmani seperti bertambahnya tinggi dan berat badan.

3) Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportivitas, tenggang rasa.

4) Meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan

memiliki sikap yang positif terhadap pentingnya melakukan aktivitas jasmani.

5) Meningkatkan kesegaran jasmani.

6) Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.

7) Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

19

Tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan umum pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Menurut Lutan (Safari, 2011: 8) mengatakan bahwa:

Tujuan pendidikan yang begitu luhur akan dicapai, setelah mencapai masa

yang cukup lama‟. Hal ini disebut tujuan jangka panjang. Boleh jadi, masa

yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, selama berpuluh tahun.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan jangka panjang itu, ada seperangkat

tujuan antara, yang menjadi penengah antara tujuan jangka panjang dan

tujuan jangka pendek.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan jasmani

itu pembelajaran yang akan di capai keberhasilannya dalam jangka panjang dan

baik untuk kesehatan anak.

Tujuan pendidikan jasmani dalah hanya meningkatkan keterampilan siswa

untuk berolahraga. Mungkin pula kawan anda yang lain mengatakan tujuannya

adalah agar anak mencapai taraf kesehatan yang memuaskan atau ada pula yang

berpendapat, kegiatan itu untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Semuanya

benar, namun pendapat itu kurang lengkap, sebab masih ada lagi tujuan lainnya

yang tidak kalah pentingnya. Tujuan pendidikan jasamani dan olahraga sudah

tercakup dalam pemaparan di atas, yaitu memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan

potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, soslial, emosional dan moral.

Menurut Paturusi (2012, hlm. 12).

Tujuan belajar adalah menghasilkan perubahan prilaku yang melekat. Proses

belajar dalam pendidikan jasmani, juga bertujuan untuk menimbulkan perubahan

prilaku. Guru mengajar dengan maksud agar terjadi proses belajar. Melalui proses

tersebut, maka terjadi perubahan yang relatif melekat. Setelah beberapa lama,

hasil belajar mulai teramati dan bahkan dapat diungkapkan, misalnya ketika

diadakan evaluasi terhadap hasil belajar.

Mardiana dalam (Safari, 2011, hlm. 9) mengatakan bahwa, „Bahan ajar yang

diperlukan dalam pengajarannya adalah aktivitas jasmani dapat berupa permainan,

tari-tarian dan latihan‟. Untuk mendapatkan aktivitas jasmani tersebut, terdapat

perbedaan-perbedaan yang besar dalam tiap lingkungan budaya :

a. Penyesuaian geografik. Gunung, danau dan sungai, perairan yang tenang

memberikan kesempatan untuk aktivitas-aktivitas yang spesifik sesuai dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

20

keadaan fisik geografik, renang, berkelana, mendayung, memanjat atau

kegiatan lain.

b. Tergantung dari pola budaya akan dijumpai aktivitas dalam rangka upacara

agama, sebagai pelepas keterangan bersama yang mengikat dengan peraturan-

peraturan yang sangat ketat. Kadang-kadang aktivitas keagamaan dan hiburan

itu merupakan aktivitas yang sama.

c. Aktivitas-aktivitas tradisional, yang fungsi kemasyarakatannya sudah hilang

namun sebagai tradisi masih terus hidup.

d. Aktivitas yang berubah karena pengaruh kemasyarakatan atau politik.

e. Kontak dengan dunia luar, orang-orang dengan lingkungan budaya lain, akan

menyebabkan ditirunya aktivitas-aktivitas hanya karena hal tersebut menarik

hati.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SD

Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan

keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, diartikan bahwa melalui fisik,

aspek mental dan emosional punturut terkembangkan, bahkan dengan penekanan

yang cukup dalam. Menurut Husdarta dalam (Paturusi, 2012, hlm. 7)

Menurut Husdarta (2009, hlm. 132-133).

Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dua istilah yang saling brkaitan

dan berdampak sangat kuat terhadap perkembangan dan berfungsian nilai-

nilai sosial olahraga, yaitu. Istilah pendidikan jasamni sudah tidak asing lagi

bagi siswa dan guru di lingkungan persekolahan dan istilah olahraga telah

terkenal lebih luas yaitu samping di sekolah juga di masyarakat. Pentingnya

memahami konsep pendidikan jasmani dan olahraga akan sangat membantu

dalam memahami nilai-nilai olahraga. Oleh karena itu, belum membahas

nilai-nilai sosial dalam olahraga akan di paparkan lebih dahulu dua istilah

tersebut.

Pendidikan jasmani dan kesehatan dilingkungan sekolah yang berpedoman

pada isi kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) menjelaskan cabang-cabang olahraga yang dipelajari

disekolah antara lain, atletik, senam, dan permainan. Menurut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (dalam jurnal, 2012, hlm. 35)

Menurut Paturusin (2012, hlm. 7)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

21

Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) untuk menghasilkan perubahan

holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta

emosional.

Dapat disimpulkan dari pengertian di atas pendidikan jasmani sangat

bermanfaat bagi anak dan tidak terpisah dalam pembelajaran apapun, dengan

olahraga siswa dapat merubah fisik, mentalnya dan prilakunya menjadi lebih baik

untuk menjadi dari yang baik lebih baik kedepannya.

Pendidikan jasmani di sekolah diberikan pada setiap smester mulai dari

kelas satu sampai kelas enam. Pembelajarannya lebih ditekankan pada usaha

untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,

mental, emosional dan sosial.Beberapa macam ruang lingkup materi pendidikan

jasmani yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang mengacu

pada Depdiknas (2006, hlm. 175) meliputi :

1) Permainan dan Olahraga

Berisikan tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan, baik

terstruktur maupun tak terstruktur yang dilakukan secara perorangan maupun

beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan system nilai seperti

kerjasama, sportivitas, juga berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang

berlaku.

2) Aktivitas Pengembangan

Berisikan tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang

ideal dan pengembangan kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang terkandung

di dalamnya, seperti kekuatan, daya tahan, kelenturan, keseimbangan dan lain-

lain.

3) Uji Diri / Senam

Berisikan tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti,

senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya, yang bertujuan untuk

melatih keberanian dan kapasitas diri.

4) Aktivitas Ritmik

Berisikan tentang kegiatan seni gerak berirama. Dalam proses pembelajaran

menfokuskan pada kesesuaian dan keterpaduan antara gerak dan irama.

5) Akuatik (Aktivitas air)

Berisikan tentang kegiatan di air seperti ; permainan air, renang dan

keselamatan di air serta estetika di kolam renang.

6) Pendidikan luar sekolah (Out Door Education)

Berisikan tentang kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya

seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian atau

nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung,

menelusuri sungai dan lain-lain) serta unsur prilaku yang berkaitan dengan

alam bebas.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

22

Program pendidikan jasmani disesuaikan dengan tahap perkembangan

keterampilan gerak anak. Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari

program pendidikan jasmani di SD, yang diartikan sebagai perkembangan dan

penghalusan aneka keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan olahraga.

Keterampilan gerak ini dikembang dan dihaluskan sehingga tahap tertentu untuk

memungkinkan siswa mampu melakukan dengan tenaga yang hemat dan sesuai

dengan keadaan lingkungan. Kemampuan gerak dasar yang berkembang dapat

diterapkan dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari.

4. Teori Belajar Pendidikan Jasmani

a. Teori belajar

Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik.

Perkembangan motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan

intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan anak dan lingkungan ikut berperan

dalam perkembangan motorik anak, perkembangan motorik anak langsung secara

bertahap tapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap

anak.

Menurut Husdarta (2013, hlm. 6) mengemukakan bahawa:

Belajar merupakan merupakan gejala yang wajar, seperti insan manusia

akan belajar. Namun, kondisi belajar dapat diatur dan diubah guna

mengembangkan. Bentuk tingkah laku tertentu atau meningkatkan

kemampuan pada seseorang. Terjadi perubahan tingkah laku pada seseorang

tersebut dapat diakibatkan oleh berlangsungnya apa yang disebut dengan

proses belajar. Bagaimana proses belajar itu berlangsung, maka timbullah

berbagai macam teori belajar.

Belajar menurut Piaget (2014, hlm. 1) mengemukakan bahwa Belajar adalah

interaksi individu yang dilakukan terus menerus dengan lingkungan yang

menyebabkan fungsi intelektual individu semakin berkembang.

Belajar menurut Rogers (2014, hlm. 8)Belajar harus berpusat pada anak,

proses belajar harus sesuai dengan perkembangan potensi anak secara fisik,

mental, dan sosial.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

23

Teori belajar mempunyai landasan ilmiah masing-masing. Bila dilihat dari

landasan itu,teori belajar dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu teori

belajar asosiasi dan teori belajar gestalt.

1) Teori belajar asosiasi

Menurut psikologi asosiasi bahwa tingkah laku individu pada hakikatnya

terjadi karena adanya keterkaitan antara S→R S adalah situasi yang memberi

stimulasi (rangsangan), sedangkan R adalah respon atas stimulus itu. Anak

berjalan karena di depannya ada mainan yang menarik yang menarik

perhatiannya. Contoh ini menggambarkan mengenai hubungan antara stimulus

dan respon.

2) Teori belajar gestalt

Menurut psikologi gestalt, belajar itu terjadi apabila diperoleh pemahaman.

Pemahaman merupakan proses untuk mengorganisasi kembali pengalaman

yang muncul secara tiba-tiba. Belajar melalui pemahaman inilah yang menjadi

dasar dan teori getstalt. Teori ini lebih banyak menekankan pada aspek

kognitif. Kemampuan kognitif inilah yang harus lebih dahulu dikembangkan

pada anak didik dalam proses belajar.

3) Arti teori belajar bagi pembelajaran

Kedua teori belajar ini mempunyai dampak bagi pembelajaran. Bagi guru teori

belajar tersebut, dapat memperjelas fungsinya dalam mengolah proses belajar.

Teori asosiasi banyak menekankan pada ikatan antara S→R. Pembentukan ini

dilakukan agar siswa dapat merespons setiap stimulasi yang di berikan guru.

Teori gestalt ini lebih banyak menekankan pada pengalaman yang akan

diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu proses pembelajaran

dalam teori ini lebih diarahkan agar siswa banyak atau lebih sering melakukan

tugas-tugas ajar, melalui aneka usaha yang menggabungkan antara pemahaman

dan bekerja, kemudian Dari bekerja itulah siswa belajar dari kenyataan. Prinsip

ini disebut Learning by doing.

Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari beberapa pandangan

mengenai teori belajar. Berikut adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan

oleh Yulaelawati (2007, hlm. 60-67):

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

24

a) Teori Behavioris

Teori ini berdasarkan pada perubahan perilaku. Behavioris menekankan pada

pola perilaku baru yang diulang- ulang sampai menjadi otomatis. Hal tersebut

sejalan dengan apa yang dikatakan Pavlov (Yulaelawati, 2007,hlm. 63) yang

mengatakan bahwa „behavioris menekankan perhatian pada perubahan tingkah

laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan‟

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teori behavioris

lebih menekankan pada tingkah laku apa yang harus dikerjakan siswa bukan

pada pemahaman siswa terhadap sesuatu.

b) Teori Kognitif

Teori kognitif adalah sebuah teori yang berdasarkan proses berpikir dibelakang

perilaku. Dimana perubahan perilaku ini diamati dan digunakan sebagai

indikator terhadap apa yang terjadi pada siswa.

Menurut Yulaelawati (2007, hlm. 64) mengatakan beberapa hal mengenai

teori kognitif, diataranya adalah:

(1) Semua gagasan dan citraan diwakili oleh skema

(2) Jika semua informasi sesuai dengan skema akan diterima, jika tidak maka akan

disesuaikan atau skema yang disesuaikan

(3) Belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali struktur

kognitif dimana seseorang memproses dan menyimpan informasi.

c) Teori Konstruktivis

Teori ini mengatakan bahwa pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang

yang berpikir. Menurut Schuman (Yulaelawati, 2007, hlm. 65) mengatakan

„konstuktif dikemukakan dengan dasar pemikiran bahwa semua orang

membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman individual‟.

Berdasarkan pendapat yang di atas bahwa teori konstruktif menekankan pada

pembangunan pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan

yang telah ada sebelumnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

25

5. Perkembangan dan Karakteristik Anak Kelas 5 SD

a. Aspek Penilaian

Dalam tugas penelitian ini, peneliti melakukan analisis proses terhadap guru

dan siswa-siswi kelas V SDN Mukti Usman dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani menggunakan model STAD. Perlu diketahui pula tentang

kemampuan atau kompetensi siswa kelas V SD dalam implementasi mata

pelajaran Penjas. Di lihat dari sisi Perkembangan anak pada usia kelas 5 SD

meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam

perkembangan ketiga aspek tersebut, anak memiliki ciri-ciri seperti yang

dijelaskan oleh Gagne (Raharjo, 2011, hlm. 39) di bawah ini:

1) Aspek kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat

susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir. Pada periode usia ini anak

menyadari perbedaan perspektif masing-masing orang. Anak sudah mampu

bekerja sama. Anak berusaha mengikuti peraturan-peraturan permainan dan

berusaha menang mengikuti peraturan tersebut. Berangsur-angsur anak

meninggalkan label hidup padaobjek-objek yang bergerak, dan melabelkannya

pada tumbuhan dan hewan. anak menyadari kalau mimpi bukan hanya tidak

nyata, namun juga tidak terlihat dari luar, berasal dari dalam.

2) Aspek afektif adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi

keadaan perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan

perasaan (tentang tata bahasa atau makna). Pentahapan psikososial manusia

pada usia kelas 5 SD temasuk pada tahap latensi dimana pada tahap ini anak

belajar untuk menguasai kemampuan kognitif dan sosial yang penting. Anak

belajar untuk bekerja sama dan bermain bersama teman sebayanya.

3) Aspek psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak

fisik yang berkaitan dengan proses mental. Pada usia kelas 5 SDaspek

psikomotornya sudah memasuki tahap gerakan keahlian aplikasi dimana pada

tahap ini anak memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif, afektif dan

pengalaman, dikombinasikan dengan keaktifan anak secara alami

mempengaruhi semua aktivitasnya. Peningkatan kognitif dan pengalaman anak

dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk belajar dan peran anak dalam

berbagai jenis aktivitas, individu dan lingkungan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

26

b. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan

yangsangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6

– 12tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan:

1) Perkembangan Fisik Siswa SD

Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot

dantulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan

beratbadannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu

12 ‐13tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada lakilaki, Sumantri

dkk(2005, hlm. 6).

a) Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan

daripertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang

lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun

tahundi SD.

b) Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang

lebihsama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek.

c. Perkembangan Kognitif Siswa SD

Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan

polapikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui

empatstadiumSensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks

bawaan

medorong mengeksplorasi dunianya.

1) Praoperasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan

danmerepresentasikanobjek dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap

pemikirannya yang lebih simbolistetapi tidak melibatkan pemikiran

operasiaonal dan lebih bersifat egosentrisdan intuitif ketimbang logis

2) Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini

telahmemahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Operasional

Formal (12‐15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak,menalar

secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia

d. Perkembangan Psikososial

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

27

Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosiindividu.

J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harussejalan

dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis,moral

dan sosial.Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan

berpikirbertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa

ini, anakpada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka

adalahrumah keluarga, dan taman kanak‐kanaknya.Selama duduk di kelas kecil

SD, anak mulai percaya diri tetapi juga seringrendah diri. Pada tahap ini mereka

mulai mencoba membuktikan bahwa mereka"dewasa". Mereka merasa "saya

dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanyatahap ini disebut tahap "I can do it

my self". Mereka sudah mampu untuk diberikansuatu tugas.Daya konsentrasi anak

tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapatmeluangkan lebih banyak waktu

untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkalimereka dengan senang hati

menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnyatindakan mandiri,

kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara carayang dapat diterima

lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainanyang jujur.Selama

masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri

denganmembandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah

menggunakanperbandingan sosial (social comparison) terutama untuk

norma‐norma sosial dan4kesesuaian jenis‐jenis tingkah laku tertentu. Pada saat

anak‐anak tumbuh semakinlanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan

sosial untuk mengevaluasidan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.

Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak padakelas

besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin

diperlakukansebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti

dalam kehidupansosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki‐laki

dan perempuanmenganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan

perasaan bahwadirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa

pada masalahemosional yang serius Teman‐teman mereka menjadi lebih penting

daripadasebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi.

Remajasering berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka

dengananggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

28

Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD

kelasrendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal

awaltahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa

yangmenceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan

kepadaorang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai

model.Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang

tidakmereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak

mungkin

secara terbuka menentang gurunya.Salah satu tanda mulai munculnya

perkembangan identitas remaja adalahreflektivitas yaitu kecenderungan untuk

berpikir tentang apa yang sedangberkecamuk dalam benak mereka sendiri dan

mengkaji diri sendiri. Mereka jugamulai menyadari bahwa ada perbedaan antara

apa yang mereka pikirkan danmereka rasakan serta bagaimana mereka

berperilaku.Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan‐kemungkinan.

Remajamudah dibuat tidak puas oleh dirimereka sendiri. Mereka mengkritik sifat

pribadimereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba

untuk5mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun,

umumnyatelah mengembangkan suatu status pencapaian identitas.

e. Karakteristik Siswa Kelas Rendah

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas

rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga,

sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi,

1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai

12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9

tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anakusia

dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi

kehidupanseseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki

anak perlu didorongsehingga akan berkembang secara optimal. Berkaitan dengan

hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah (Makmun, 1995,

hlm. 68), diantaranya:

1) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi

kehidupan sehari-hari.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

29

2) Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai.

3) Mencapai kebebasan pribadi.

4) Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-

institusi sosial. Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah

mencapai tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan

rentang usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, 1995, hlm. 116-119).

Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu social-help skills dan play

skill. Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah,

dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi.

Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai

anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif).

Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapatmenunjukkan keakuannya tentang

jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya,mempunyai sahabat,

mampu berbagi, dan mandiri. Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan

motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang

terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan

di masyarakat. Anaktelah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat

mengendarai sepeda roda dua, dapatmenangkap bola dan telah berkembang

koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegangpensil maupun memegang

gunting.Pertumbuhan fisik sebagai salah satu karakteristik perkembangan siswa

kelas rendahbiasanya telah mencapai kematangan. Anak telah mampu mengontrol

tubuh dankeseimbangannya. Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun

biasanya telah dapatmengekspresikan reaksi terhadap orang lain, mengontrol

emosi, mau dan mampu berpisahdengan orang tua, serta mulai belajar tentang

benar dan salah. Perkembangan kecerdasan siswakelas rendah ditunjukkan dengan

kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan

obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,

senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman

terhadap ruang dan waktu.

f. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah

Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran

yang telah dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

30

sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian

sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu

proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru

memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa

menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak

membutuhkan perhatian karena focks konsentrasinya masih kurang, perhatian

terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan

kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam

menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan

kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut

schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman

terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek

tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek

dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses

memanfaatkan konsepkonsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua

proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama

dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap

anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh

aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak

mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi

diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan

operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku

belajar sebagai berikut:

1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke

aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

2) Mulai berpikir secara operasional.

3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-

benda.

4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

31

5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan

belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

a) Konkrit

Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit

yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik

penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan

lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna

dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang

sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih

bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.

b) Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai

suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai

disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari

hal umum ke bagian demi bagian.

c) Hierarkis

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap

mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis,

keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

6. Model Kooperatif

a. Definisi pembelajaran kooperatif

Model dapat di artikan sebagai kerangka atau pedoman dalam melakukan

suatu kegiatan. Menurut Soekamto (Trianto, hlm. 22)

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas

belajar.

Menurut Husdarta, Saputra (2010, hlm. 39) yaitu:

Model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang di manfaatkan untuk

merancang pengajaran. Isi yang terkandung didalam model pembelajaran

adalah berupa strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

32

intruksional. Contoh strategi pembelajaran yang bias guru terapkan pada

saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan

siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaraan.

Depdiknas (2003, hlm. 5) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok

kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar”.

Selain itu menurut Suprijono (2009, hlm. 176) “model pembelajaran adalah

pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tutorial”.

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rancangan yang di buat dalam merencanakan

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan

yang di tentukan untuk melancarkan pembelajaran.

Menurut Yuda, dalam (Safari, 2011, hlm. 3).

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang

berfungsi untuk menggali dan membagi-bagi ide pada anak strategi

pembelajaran ini mendorong anak untuk melakukan kegiatan dalam bentuk

kerjasama dan sikap tanggung jawab kepada teman satu kelompoknya dan

juga sikap tanggung jawab dengan dirinya.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme, dimana siswa harus

membangun pengetahuannya sendiri.

Strategi belajar dalam pembelajaran kooperatif yaitu dengan

menempatkan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingka kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran, memecahkan masalah yang dihadapi serta mencapai

tujuan yang mereka inginkan.

Menurut Robert E (2009, hlm. 103) yaitu:

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap

masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak

dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda.

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan untuk terjadinya kontak

personal diantara para siswa dengan latar belakang yang berbeda.Ketika guru

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

33

memberikan tugas kepada para siswa dari kelompok yang berbeda untuk bekerja

sama.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan

kehidupan nyata masyarakat, sehingga dengan secara bersama-sama diantara

sesame anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan

perolehan belajar.

b. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Menurut Huda (2011, hlm. ) yaitu:

1) Formal Cooperative Learning Group (Pembelajaran kooperatif formal),yaitu

pembelajaran yang di dalamnya siswa beekerja sama,dalam beberapa minggu

ke depan,untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menyelesaikan masalah.

2) Informal Cooperative Learning Group (Pembelajaran kooperatif informal),

adalah pembelajaran yang di dalamnya siswa bekerja sama dalam kelompok-

kelompok kecil sementara untuk beberapa menit atau satu pertemuan saja.

3) Cooperatif Base Group (Kelompok besar kooperatif merupakan kelompok

prmbelajaran kooperatif dengan jumlah anggota yang stabil dan beragam,yang

biasanya ditugaskan untuk bekerja sama selama satu semester atau satu tahun.

4) Integrated Use of Cooperative Learning Group (Gabungan kelompok

kooperatif),tiga jenis kelompok pembelajaran kooperatif yang telah kita

pelajari sebelumnya dapat dipadukan menjadi satu.Satu kelas memiliki satu

kesempatan untuk memadukan ketiganya sekaligus.Bahkan,untuk setiap materi

pembelajaran pun,ketiga kelompok pembelajaran kooperatif tersebut dapat

dipadukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi itu.

c. Metode-metode pembelajaran kooperatif

Beberapa metode-metode pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011,

hlm. 116-124),yaitu:

1) Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan

membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh

guru,dalam hal ini guru pendidikan jasmani.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

34

2) Team Game Tournament (TGT)

Metode TGT menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan

tim kerja yang sama seperti dalam STAD,tetapi menggantikan tugas gerak dan

turnamen mingguan,dimana siswa memainkan game dengan anggota tim lain

untuk menyumbang poin bagi skor timnya.

3) STAD

Metode STAD kegiatannya adalah para siswa ditugaskan untuk membaca

bab,buku kecil pendidikan jasmani, atau materi pendidikan jasmani

lainnya,biasanya di bidang studi pendidikan jasmani, bidang

sosial,biografi,atau materi-materi yang bersifat.

4) Team Accelerated Intruction

Dalam TAI,para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes

penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka

sendiri.Secara umum,anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang

berbeda.

Beberapa bentuk pembelajaran kooperatif tersebut bertujuan agar para siswa

menjalankan peran-peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok

mengenai rangkaian gerak di pelajari.

7. Model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

Menurut Slavin (Taniredja, 2011, hlm. 64) model STAD merupakan “salah

satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan

model yang paling sederhana,dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi guru yang baru menggunakan metode kooperatif”.Disamping itu

metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan didalam berbagai macam

mata pelajaran.Selanjutnya menurut Trianto (2009, hlm. 68) bahwa:

model pembelajaran STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota 4-5 orang secara heterogen”.

Metode yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetensi” antar

kelompok.Siswa di kelompokkan secara beragam berdasakan kemampuan,

gender,ras,dan etnis.Pertama-tama,siswa mempelajari materi bersama dengan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

35

teman-teman satu kelompoknya,kemudian mereka diuji secara individual melalui

kuis-kuis.

Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh

kelompok mereka.Jadi,setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal

dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi.Slavin

menyatakan bahwa metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi

pelajaran,termasuk sains,yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya

memiliki satu jawaban yang benar.

STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan

membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh

guru,dalam hal ini guru pendidikan jasmani.

Menurut Suprijono (2009, hlm. 133) bahwa strategi prlaksanaan STAD

(Student Teams-Achievement Divisions) adalah sebagai berikut ini:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2) Guru menyajikan pembelajaran.

3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok.

4) Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab

kuit tidak boleh saling membantu.

5) Memberi evaluasi.

6) Kesimpulan.

Menurut Huda (2011, hlm. 116) yaitu :

Metode Student Team-Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan

oleh slavin ini melibatkan “kompetisi” antar kelompok. Siswa

dikelompokan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan

etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-

teman satu sekelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual

melalui kuis-kuis.

Menurut Slavin (dalam Jurnal, 2014, hlm. 37) menjelaskan bahwa

permainan pembelajaran kooperatif dengan model STAD adalah siswa

ditempatkan dalam kelompok belajarberanggotakan empat atau lima orang

siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,

sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa berprestasi tinggi, sedang,

dan rnedah atau variasi jenis kelamin, kelompok, ras, dan etnis, atau

kelompok social lainnya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

36

Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa metode STAD dapat

melibatkan atau berkompetisi dalam pembelajaran dengan melihat kemampuan,

jenis kelamin untuk membentuk kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang di bentuk secara berkelompok dan di bagi secara

heterogen berdasarkan kemampuan, jenis kelamin. Meningkatkan kebersamaan

dalam belajar mudah menyerap materi yang di ajarkan, memupuk kerjasama

dalam kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD.

8. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement

Divisions) Dalam Pembelajaran Pendidikkan Jasmani

Siswa harus di beri penerapan pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD untuk mempermudah melakukan pembelajaran. Dengan

menggunakan model tersebut jadi siswa dibagi kelompok oleh guru untuk saling

kerjasama antar kelompok yang dibagi secara heterogen berdasarkan kemampuan,

jenis kelamin, untuk mencapai pembelajaran yang maksimal.

Pembelajaran pendidikan jasamni menggunakan model kooperatif tipe

STAD sangat menguntungkan bagi siswa. Adanya pembelajaran menggunakan

model untuk mempermudah siswa saling mengenal dengan teman atau

kelompoknya merasa lebih dekat dalam pembelajaran. Dalam penerapan

pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan model kooperatif

tipeSTAD dilakukan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di

dalam metode model kooperatif tipe STAD itu sendiri, dimana yang harus

menjadi patokannya adalah menciptakan suasana pembelajaran yang tidak biasa

dan yang akan mempermudah siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang

sedang dibahas.

Ketentuan atau peraturan di dalam model kooperatif tipe STAD tersebut

berlaku pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani pada setiap siklus dengan

materi atau praktek pembelajaran pendidikan jasmani yang berbeda pada setiap

siklusnya, yang nantinya diharapkan pada setiap siklus dengan materi yang

berbeda-beda pada setiap pembelajaran pendidikan jasmanni tersebut dapat

meningkat hasil yang akurat dan berhasil sesuai harapan peneliti.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

37

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Hidayat, (2014) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model

Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Pembelajaran Aktivitas Ritmik

Terstruktur Bebas”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

aktivitas ritmik terstruktur bebas. Pembelajaran pada kelas IV SDN 1

Lemahabang Kulon. Peneliti ini menggunakan metode penelitian tindakan

kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini siswa kelas IV Lemahabang

Kulon. Berdasarkanhasil yang di peroleh simpulkan bahawa: Dengan

perencanaan pembelajaran seperti itu, kita dapat melihat kelebihan dan

kekurangan hasil dari penelitian ini sebesar 71,75% kemudian pada siklus II

meningkat sebesar 92,6% dan sikuls III telah memenuhi target dengan

persentase 100%. Proses pelaksanaan pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur

bebas melalui penerapan model kooperatif tipe STAD diikuti dengan kinerja

atau pelaksanaan guru yang optimal dalam memberikan bimbingan serta

motivasi kepada siswa melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang jelas dan

koreksi yang tepat baik secara khusus maupun mendapatkan hasil yang

optimal. Pada siklus I pada pelaksanaan kinerja guru yaitu pada siklus 1

77,92%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 94,17%, dan siklus III

meningkat menjadi 100% dan telah mencapai target bias. Dalam

memaksimalkan aktivitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran pemberian

motivasi siswa harus diberikan saat pembelajaran berlangsung agar aktivitas

siswa dapat meningkat. Dapat dilihat dari data siklus I yang mendapatkan

kriteria baik 53,85%, kriteria cukup 46,15%, siklus II siswa yang mendapatkan

kriteria baik 81%, cukup 19%, dan siklus III cukup mendapatkan kriteria baik

93,2%, cukup 6,8%. Aktivitas siswa yang mendapatkan kriteria baik

mengalami peningkatan. Penerapan pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur

bebas melalui penerapan model kooperatif tipe STAD menunjukan adanya

peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pembelajaran aktivitas ritmik

pada data awsal menunjukkan 14,9% atau hanya 7 siswa yang tuntas dalam

pembelajaran aktivitas ritmik dari 47 siswa, kemudian meningkat setelah di

beri tindakan pada siklus I menjadi 64,1%, kemudian pada siklus II meningkat

lagi menjadi 83,3%, dan siklus III dengan persentase ketuntasan 95,5%.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

38

2. Rophul Cahya, Tri Agusta, (2013). Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achivment Division) Untuk

Meningkatkan HasilBelajar Chest Pass Pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA

NEGERI 5Surakarta. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret 2013. Penelitian ini bertujuan

Untuk meningkatkan hasil belajar chest pass siswasiswi kelas XI IPS 3 SMA

Negeri 5 Surakarta tahun 2012/2013 dengan penerapan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (student team achievementdivision).Penelitian

ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian inidilaksanakan

dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3SMA N 5

Surakarta yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 13 siswa putra dan19

siswa putri. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari guru dan

siswa.Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi dan penilaian hasil

belajarchest pass. Pembelajaran cooperative learning tipe STAD (student team

achievement division) dapat meningkatkan hasil belajar belajar chest pass dari

pra tindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.Dari hasil analisis yang

diperoleh peningkatan yang signifikan dari pratindakan ke siklus I dan dari

siklus I ke siklus II. Pada pratindakan, siswa belum menunjukan hasil belajar

yang baik, dengan kategori baik 31,3% atau 10 siswa dari 32 siswa, cukup

prosentase 21,9 % atau 7 siswa dari 32 siswa, kategori kurang dengan

prosentase 46,9 % atau 15 siswa dari 32 siswa. Pada siklus I Sangat Baik

dengan prosentase 18,8% atau 6 siswa dari 32 siswa, Baik dengan prosentase

34,4% atau 11 siswa dari 32 siswa, Cukup dengan prosentase 15,6% atau 5

siswa dari 32 siswa, Kurang dengan prosentase 25% atau 8 siswa dari 32 siswa,

Sangat Kurang dengan prosentase 6,3% atau 2 siswa dari 32 siswa, dari data

tersebut bisa di dapat ada Sejumlah 17 siswa telah mencapai kriteria Tuntas

sedangkan 15 siswa Tidak Tuntas. Pada siklus II menunjukan hasil belajar

chest pass bola basket siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Ajaran 2012 / 2013 setelah diberikan Tindakan II adalah Sangat Baik 53,1%

atau 17 siswa dari 32 siswa; Baik 28,1% atau 9 siswa dari 32 siswa; Cukup

15,63% atau 5 siswa dari 32 siswa; Kurang 3,13% atau 1 siswa dari 32 siswa;

Sangat Kurang 0%. Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa 26

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

39

Siswa mencapai kriteria Tuntas sedangkan 6 siswa Tidak Tuntas dengan

jumlah murid 32 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II

menimbulkan terjadinya proses pembelajaran yang aktif, efektif, efisien dan

menyenangkan sehingga dapat mendukung terjadinya suatu pembelajaran yang

berkualitas. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (student team achievement division) dapat

meningkat.

3. Wakhidun, (2012). Model Pembelajaran Kelincahan dan Kecepatan Dalam

Penjasorkes. Melalui pendekatan Metode Student Teams Achievement Division

pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidorejo Kecamatan Brangsong Kabupaten

Kendal tahun pelajaran 2011-2012. Skripsi jurusan pendidikan jasmani

kesehatan dan rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan air Universitas Negeri

Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengembangan model kelincahan dan kecepatan dalam penjasorkes melalui

metode student Temas Achievement Division Pada siswa kelas V SD Negeri 1

Sidorejo Kecamatan Brangsong tahun pelajaran 2011-2012. Dari permasalahan

tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model

pembelajaran kelincahan dan kecepatan yang sesuai dengan karakteristik siswa

kelas V SD Negeria 1 Sidorejo dengan metode STAD. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian pengembangan yang mengacu pada model

pengembangan dari Borg dan Gall yang telah dimodifikasi yaitu (I) melakukan

penelitian pendahluan, pengumpulan informasi dan analisis kebutuhan

termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) mengembangkan bentuk

produk awal (berupa model pembelajaran kelincahan dan kecepatan Drible

bola), (3) evaluasi para ahli dengan menggunakan satu ahli pensorkes dan satu

ahli pembelajaran, serta uji coba pada kelompok dengan menggunakan

kuesioner yang kemudian dianalisis, (4) revisi produk pertama Siklus I

berdasarkan hasil evaluasi ahli sebagai bahan perbaikan terhadap produk awal

Siklus I yang dibuat oleh peneliti, (5) uji keterampilan yang melibatkan 26

siswa, (6) revisi produk akhir (Siklus II) yang dilakukan berdasarkan uji

ketrampilan, (7) hasil akhir model pembelajaran dengan pendekatan metode

Student Teams Achievement Division (STAD). Kelincahan dan kecepatan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

40

drible bola bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sidorejo. Pengumpulan data

Dilakukan dengan menggunakan Kuisioner yang diperoleh dari evaluasi ahli.

Uji kelincahan dan kecepatan 26 siswa kelas V SD Negeri 1 Sidorejo. Data

yang diperoleh berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk

perbaikan produk dan hasil pengisian kuesioner oleh siswa. Teknik analisis

data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengungkap aspek

prikomotorik, kognitif dan afektif siswa setelah menggunakan produk. Dari

hasil uji coba diperoleh data evaluasi ahli dari 4 (kategori baik) presentase hasil

uji coba awal hasilnya 61.23% dari KKM yang telah ditentukan dan prosentase

pada Siklus I 69.23% sedangkan pada Siklus II 88.46% dari KKM.

Berdasarkan data tersebut maka model pembelajaran kelincahan dan kecepatan

dapat dipergunakan untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Sidorejo Kecamatan

Brangsong Kabupaten Kendal.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk

menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai

konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran

pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi

pelajaran. Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat di

benak siswanya. Khususnya dalam pembelajaran praktek. Siswa kurang mampu

menganalisis pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru

menyampaikan materi secara verbal, adapun demontrasi atau contoh kurang bias

ditangkap oleh siswa secara optimal. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar

bagi siswa. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan

kemampuan berfikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi

pembelajaran. Permasalahan umum dalam pembelajaran penjaskes adalah

kurangnya saran prasarana dan kurangnya peran aktif siswa dalam dalam kegiatan

belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujutkan adanya

partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai obyek pembelajaran, yang

hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang di sampaikan guru. Selain itu

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

41

16 pembelajaran kurang menoptimalkan penggunaan modifikasi pembelajaran

yang dapat memancing peran aktif siswa.

Penggunaan model nyata yang dapat di amati dan di pegang secara langsung

oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam belajar. Model

nyata yang digunakan dalam pembelajaran. Kurangnya kreatifitas guru dapat

mempengaruhi Hasil belajar siswa tidak memenui KKM yang telah ditentukan,

untuk itu kreatifitas guru pendidikan jasmani perlu ditanamkan agar dapat

mengembangkan model–model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan

pembelajaran yang menyenangkan siswa akan lebih bergairah dan semangat untuk

mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Kerangka penelitian adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis

besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini peneliti membuat kerangka penelitian sebelum dilakukannya penelitian

sebagai gambaran/ rencana dan acuan pada saat akan melakukan penelitian.

Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat di dalam sebuah diagram di bawah ini :

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

42

Diagram 2.1

Diagram Kerangka Penelitian

Kondisi Saat Ini

Tindakan

Tujuan/ Hasil

Pembelajaran monoton

Belum ditemukan strategi pembelajaran

yang tepat

Kurangnya semangat, kerja sama, percaya

diri, sportivitas, dan kejujuran dari siswa-

siswi

Rendahnya kualitas proses/ hasil KBM

Penjelasan pembelajaran kooperatif

Pelatihan pembelajaran kooperatif tipe

STAD

Simulasi pembelajaran kooperatif tipe

STAD

Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe

STAD di kelas dan di lapangan

Guru mampu melaksanakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD

Kualitas KBM, baik proses maupun hasil

meningkat

Evaluasi Awal

Diskusi Pemecahan

Masalah

Evaluasi Efek

Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD

Evaluasi Akhir

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

43

D. Asumsi

Beberapa asumsi yang muncul dalam permasalahan.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani

akan menumbuhkan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam melakukan dan

menyampaikan materi pelajaran dalam proses pengajarannya. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zaini (2008, hlm. 56) mengemukakan

bahwa “Model pembelajaran STAD merupakan strategi yang menarik untuk

digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian

dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi

ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus

mengajarkan kepada orang lain”.

Menurut Slavin (Taniredja, 2011, hlm. 64) model STAD merupakan “salah

satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan

model yang paling sederhana,dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi guru yang baru menggunakan metode kooperatif”.Disamping itu

metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan didalam berbagai macam

mata pelajaran.Selanjutnya menurut Trianto (2009, hlm. 68) bahwa:

1. Model pembelajaran STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota 4-5 orang secara heterogen”.

2. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat mengintegrasikan

aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor, merupakan pendekatan yang dapat

membentuk siswa secara utuh atau menyeluruh sesuai dengan tujuan

pendidikan secara umum yaitu untuk menjadikan manusia sebagai manusia

yang seutuhnya.

3. Pedoman oprasional tentang pendekatan pendidikan jasmani yang dapat

mengintegrasikan ketiga aspek secara bersamaan dalam waktu pembelajaran

dan meneraapkan dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupan yang lebih luas

akan memberikan kemudahan baik bagi siswa maupun guru pendidikan

jasmani dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam penilaian saat

pembelajaran pendidikan jasmani dengan secara menyeluruh.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengertian ...repository.upi.edu/19766/4/s_pgsd_penjas_1104546_chapter2.pdf · melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran biasa berkelanjutan

44

4. Dalam rangka pemecahan masalah dalam pembelajaran pendidikan jasmani di

perlukan tindakan-tindakan dalam kegiatan pembelajaran, selain dapat

mempermudah siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang terkandung

dalam nilai-nilai olahraga. Guru harus memberikan pendekatan yang sangat

erat pada siswa dalam pembelajaran dan penilaian pendidikan jasmani. Jadi

tujuan penjas dapat saling mendukung satu sama lainnya.

E. Hipotesis Penelitian

Rumusan hipotesis penelitian ini adalah:

1. Jika pembelajaran Pendidikan jasmani menggunakan model kooperatif

tipeSTAD (Student Teams-Achievement Divisions) dapat meningkatkan

pelakasanaan belajar siswa di kelas V SDN Mukti Usman Kecamatan

Tanjungsiang Kabupaten Subang maka hasilnya akan meningkat.

2. Jika pendidikan jasmani menggunakan model kooperatif tipeSTAD (Student

Teams-Achievement Divisions) dapat meningkatkan perencanaan belajar siswa

di kelas V SDN Mukti Usman Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang

maka hasilnya akan meningkat.

3. Jika pendidikan jasmani menggunakan model kooperatif tipeSTAD (Student

Teams-Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas V

SDN Mukti Usman Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang maka

hasilnya akan meningkat.

4. Jika pendidikan jasmani menggunakan model kooperatif tipeSTAD (Student

Teams-Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas

V SDN Mukti Usman Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang maka

hasilnya akan meningkat.