bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. pengembanganeprints.umm.ac.id/55354/3/bab ii.pdf · dan...
TRANSCRIPT
-
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengembangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya
untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah ada atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan adalah suatu proses yang
dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk Guruan. Penelitian ini
mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah penelitian atau proses
pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkaan temuan-temuan tersebut,
melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai,
dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan (Setyosari, 2013)
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya Guruan baik formal maupun non
formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,terarah, teratur, dan bertanggungjawab
dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu
dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan
bakat, keinginan serta kemampuan sebagai bekal atas prakasa sendiri untuk menambah,
meningkatkan, mengembangkan diri kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Wiryokusumo, 2013).
-
13
Dapat disumpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa pengembangan
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan tearah untuk
membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk
meningkatkan dan mendukung serta meningkatkan kualitas sebagai upaya menciptakan
mutu yang lebih baik.
2. Bahan Ajar Tematik
a. Pengertian Bahan Ajar Tematik
Komponen penting dalam pembalajaran tematik adalah bahan ajar. Untuk
mempersiapkan bahan ajar yang baik maka perlu memahami secara baik apa yang
dimaksud dengan bahan ajar. Pada dasarnya pembelajaran tematik memerlukan bahan
ajar yang lebih lengkap dan memperlihatkan wawasan yang luas dibanding dengan
pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, dibutukan beberapa sumber
balajar yang sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum 2013 (Trianto dalam Prastowo,
2013).
Sumber belajar yang utama dapat menggunakan buku, majalah atau berupa
lingkungan sekitar seperti lingkungan alam atau lingkungan sosial. Guru harus
memperhatikan rujukan yang di ambil seperti buku atau pedoman yang berkaitan, lalu
dikumpulkan atau disiapkan guna menyusun materi untuk silabus pembelajaran.
Pencarian melalui teknologi informasi juga bermanfaat seperti multimedia dan internet
(Trianto dalam Prastowo, 2013).
Bahan pembelajaran yang digunakan dapat berbentuk buku sumber utama atau
buku penunjang lainnya. Selain itu, ada bacaan penunjang berupa bacaan seperti jurnal,
-
14
hasil penelitian, majalah, koran, serta semua yang terkait dengan indikator dan
kompetensi dasar yang ditetapkan. Bahan penunjang seperti CD atau kaset yang berkaitan
dengan bahan yang dipadukan. Dalam hal ini, Guru dituntut untuk rajin dan kreatif
mencari serta mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran
(Prastowo, 2013).
Keberhasilan seorang Guru dalam pembelajaran tergantung dari wawasan,
pengetahuan, pemahaman dan tingkat kreatifitas dalam mengelola bahan ajar. Semakin
banyak bahan ajar yang digunakan maka semakin luas wawasan yang didapat.
Banyaknya bahan ajar maka perlu dipilah, dikelompokan, dan disusun kedalam indikator
dari kompetensi dasar. Selanjutnya seorang Guru mempelajari dengan teliti dan
mendalam mengenai isi bahan ajar (Trianto dalam Prastowo, 2013).
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa bahan tematik adalah bahan ajar yang
didapat dari berbagai sumber buku, multimedia atau internet. Semakin luas sumber bahan
ajar maka wawasan dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik semakin luas
pula. Selanjutnya, bahan ajar tematik adalah bahan ajar yang mengandung karakteristik
pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran
tematik.
Menurut National Center for Vocation Education Research Lts., bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu Guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran dikelas. Bahan ajar bisa berupa bahan tertulis atau tidak tertulis.
Selanjutnya menurut Pannen, bahan ajar adalah materi-materi yang disusun secara
sistematis digunakan pada saat proses pembelajaran. Dalam website Dikmenjur bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis dan
-
15
memperlihatkan kompetensi yang akan dikuasi oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan bahwa peserta didik dapat mempelajari
suatu kompetensi dengan sistematis dan runtut, sehingga mampu menguasi semua
kompetensi secara untuh dan terpadu (Prastowo, 2013). Bahan ajar tematik merupakan
segala bahan yang disusun secara sistematis yang memperlihatkan kompetensi yang akan
dikuasai peserta didik melalui proses pembelajaran. Mendorong peserta didik untuk
mengetahui (learning to know), melakukan (learning to do), menjadi (learning to be),
dan hidup bersama (learning to life togheter) serta holistik dan autentik (Prastowo, 2013).
Bahan ajar didapat dari berbagai sumber buku, jurnal, internet dan lain-lain.
Sebagai Guru harus memperhatikan berbagai bahan ajar yang dapat digunakan pada saat
proses pembelajaran selain buku utama yaitu buku tematik. Bahan ajar penunjang dapat
membantu dalam pencapaian tujuan kompetensi yang akan dicapai. Semakin banyak
wawasan pengetahuan seorang Guru dalam proses pembelajaran, peluang keberhasilan
peserta didik dalam pemahaman materi pembelajaran akan lebih banyak.
b. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Tematik
Ada dua klasifikasi utama pembagian fungsi bahan ajar yaitu menurut pihak yang
memanfaatkan bahan ajar dan menurut strategi pembalajaran yang digunakan (Prastowo,
2013).
1) Menurut Pihak yang Memanfaatkan Bahan Ajar
Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu fungsi bagi Guru dan bagi peserta didik.
-
16
a) Bagi Guru
1. Menghemat waktu dalam proses pembelajaran.
2. Mengubah Guru dari seorang pengajar sebagai fasilitator.
3. Meningkatkan proses pembalajarn menjadi lebih efektif dan interaktif.
4. Pedoman bagi Guru yang mengarahkan semua aktivitasnya ke dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan
kepada peserta didik.
5. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil belajar.
b) Bagi peserta didik.
1. Dapat belajar tanpa harus dengan Guru atau teman.
2. Dapat belajat kapan saja dan kapan saja peserta didik kehendaki.
3. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
4. Dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri.
5. Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri.
6. Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang harusnya
dipelajari atau dikuasai.
2) Menurut Startegi Pembelajaran yang Digunakan.
Berdasarkan pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu pembelajaran klasikal, individual dan kelompok.
a) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal.
-
17
1. Sebagai sumber informasi dalam pembelajaran, serta peserta didik pasif dan
belajar sesuai dengan kecepatan Guru dalam mengajar.
2. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran.
b) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual.
1. Media utama dalam proses pembelajaran.
2. Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses pembelajaran
peserta didik.
3. Penunjang media pembelajaran individual lainya.
c) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok
1. Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan
memberikan informasi latar belakang materi, informasi tentang peran peserta
didik dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran
kelompoknya sendiri.
2. Sebagai bahan pendukung bahan ajar utama yang dirancang sedemikian rupa
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Banyak fungsi bahan ajar dalam pembelajaran tematik bagi Guru dan peserta
didik salah satunya sebagai pedoman bagi Guru dan peserta didik pada proses
pembelajaran. Selain itu fungsi bahan ajar juga dapat dilihat dari startegi pembelajaran
yang digunakan seperti fungsi dalam pembelajaran klasikal, individual maupun
kelompok.
-
18
c. Klasifikasi Bahan Ajar Tematik
Bahan ajar tematik meliputi buku ajar, modul, LKS, audio pembelajaran, video
pembelajaran dan lain sebagainya (Prastowo, 2013). Macam-macam bahan ajar tersebut
jika dikelompokan akan menemukan beberapa klasifikasi.
1) Macam-macam Bahan Ajar Berdasarkan Proses Pembelajaran
Menurut Trianto dalam Prastowo (2013), bahwa klasifikasi bahan ajar tematik
dibedakan menjadi tiga macam.
a) Guru sebagai Fasilitator dan Peserta Didik Belajar Sendiri.
Belajar sendiri adalah kegiatan peserta didik belajar mandiri menggunakan bahan
ajar yang sudah didesain khusus. Bahan ajar ini dapat berupa salah satu kombinasi
program media, bahan cetak, film, dan komputer. Sebagai fasilitator Guru bertugas
mengontrol peserta didik, memberi motivasi, memberi petunjuk bagi yang kesulitan
dan menyelenggarakan tes.
b) Guru sebagai Sumber Tunggal dan Peserta Didik Belajar dari Guru.
Dalam proses pembelajaran disini Guru sebagai sumber tunggal pada saat proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Guru
sebagai satu-satunya sumber bahan ajar dan sekaligus sebagai penyaji isi
pembelajaran. Pada saat pembelajaran peserta didik mengikuti dengan
mendengarkan ceramah, mencatat, dan mengerjakan tugas-tugas oleh Guru.
c) Guru sebagai Penyaji Bahan Ajar yang Dipilihnya.
-
19
Bahan ajar tersebut berdasarkan kesesuaianya dengan strategi pembelajaran yang
telah disusun menggunakan strategi menambah atau mengurangi materi yang ada.
Dalam hal ini, bahan pembelajaran harus dipersiapkan oleh pengembang sendiri dari
garis-garis besar program pengajaran, bahan pembelajaran yang ada dilapangan,
serta relevan dengan strategi yang telah disusun.
2) Macam-macam Bahan Ajar yang Lain.
Selain klasifikasi tersebut, pada dasarnya ada pengelompokan jenis bahan ajar
lainnya (Prastowo, 2013). Beberapa diantaranya adalah bahan ajar berdasarkan
bentuk, cara Kegiatan, sifat dan substansi (isi materi).
a) Menurut Bentuk Bahan Ajar.
Dari segi bentuknya dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1. Bahan Cetak (printed) yaitu bahan yang disipkan dalam kertas berfungsi sebagai
penyampaian informasi. Contoh : buku, modul, lembar Kegiatan peserta didik,
brosur, foto/gambar, model dan maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) yaitu system yang menggunakan sinyal radio secara
langsung yang dapat didengar oleh sekelompok orang. Contoh : radio, kaset,
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) yaitu sinyal radio yang dapat
dikomunikasikan dengan gambar bergerak. Contoh : video, film dan compact disk.
b) Menurut Cara Kegiatan Bahan Ajar.
Menurut cara Kegiatannya, dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1. Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat
proyektor untuk memproyeksikan isi didalamnya. Sehingga, peserta didik dapat
-
20
mempergunakan langsung (membaca, melihat, mengamati) bahan ajar. Contoh : foto,
diagram, display, model.
2. Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang memerlukan proyektor agar dapat
dimanfaatkan oleh pengguna. Contoh : slide, filmstrip, overhead transparencies, dan
proyeksi komputer.
3. Bahan ajar audio. Bahan ajar yang berupa sinyal radio yang direkam dalam suatu
media rekam. Untuk penggunaannya memerlukan alat media rekam. Contoh : CD,
DVD, multimedia player.
4. Bahan ajar video. Bahan ajar yang memerlukan alat pemutar berbentuk video tape
player sama dengan audio memerlukan alat media perekam. Namun, hanya
menampilkan gambar dan suara. Contoh : video, film.
5. Bahan (media) computer. Sejenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan computer
untuk menayangkan sesuatu untuk proses pembelajaran. Contoh : computer mediated
instruction (CMI) dan computer based multimedia atau hypermedia.
c) Menurut Sifat Bahan Ajar.
Menurut Rowntree dalam Belawati dkk., sifat bahan ajar diikelompokan menjadi
empat macam, yaitu :
1. Bahan ajar berbasiskan cetak. Seperti buku, pamphlet, bahan tutorial, buku Kegiatan
peserta didik, peta, bahan dari majalah atau koran.
2. Bahan ajar berbasiskan teknologi. Seperti, audiocassette, siaran radio, slide,
filmstrip, film, video, video interaktif dan lain sebagainya.
3. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Seperti, kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara dan lain sebagainya.
-
21
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi (terutama pada jarak jauh).
Seperti, telepon, video conferencing, dan lain sebagainya.
d) Menurut Substansi Materi Bahan Ajar.
Bahan ajar (instruction materials adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
harus dipelajari agar mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Dengan katan lain, materi pembelajaran dibedakan menjadi tiga jenis
materi yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3) Karakteristik Bahan Ajar Tematik.
a) Karakteristik Dasar Pembelajaran Tematik
Bahan ajar tematik harus memunculkan karakteristik dasar yaitu meransang peserta
didik agar aktif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberi materi
yang holistic dan pengalaman langsung kepada peserta didik (Prastowo, 2013).
Bahan ajar tematik dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1. Aktif. Bahan ajar yang menekankan kepada peserta didik dalam pembelajaran baik
secara fisiki, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya pembelajaran
yang optimal.
2. Menarik atau Menyenangkan. Bahan ajar memiliki ketertarikan, banyak manfaat
sehingga peserta didik terangsang untuk belajar terus-menerus.
3. Holistik. Memuat fenomena dari berbagai bidang sekaligus dari sudut pandang yang
berbeda. Dengan demikian, bahan ajar memungkinkan peserta didik memahami
suatu fenomena dari berbagai sisi.
4. Autentik. Menekankan pada pengalaman langsung yang diperoleh oleh peserta didik
sendiri. Selain itu, memberi informasi yang konsektual dengan fenomena sosial
-
22
budaya di sekitar peserta didik. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi
yang dipelajari.
b) Prinsip Pembelajaran dalam Penyusunan Bahan Ajar.
Untuk mengembangkan bahan ajar, beberapa prinsip harus diperhatikan
(Prastowo, 2013). Terdapat beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan
untuk penyusunan bahan ajar, yaitu :
1. Memulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit. Pemahaman dimulai dari
yang konkret sesuatu yang nyata dilingkungan peserta didik kemudian untuk
memahami yang abstrak. Misalnya, konsep kegiatan jual-beli yang ada disekitar
lingkungan. Setelah itu, berbicara mengenai berbagai kegiatan jual-beli lainnya.
2. Pengulangan atau memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, informasi yang
disampaikan kepada peserta didik yang diulang-ulang akan membekas dalam ingatan
peserta didik. Namun, dalam penulisan bahan ajar harus disajikan dengan tepat dan
bervariasi, sehingga tidak membosankan.
3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik.
Respon yang diberikan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti
perkataan “ya bagus” atau “ ya cerdas” akan menimbulkan kepercayaan diri peserta
didik. Sebaliknya apabila respon Guru negatif maka akan memtahkan semangat
peserta didik.
4. Motivasi belajar yang tinggi. Merupakan satu faktor penentu keberhasilan seseorang.
Salah satu tugas dari Guru adalah memberikan motivasi belajar guna memberikan
dorongan agar peserta didik terus semangat dalam belajar. Seperti memberi pujian,
-
23
harapan, menjelaskan tujuan dan manfaat. Contohnya menceritakan yang membuat
peserta didik senang dalam belajar.
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga. Dalam proses belajar tentunya akan mencapai
standar kompetensi yang tinggi. Guru harus menyusun tujuan pembelajaran secara
tepat, dapat dirumuskan dengan indikator kompetensi pembelajaran.
6. Mengetahui hasil yang telah dicapai. Hal tersebut akan mendorong peserta didik
dalam mencapai tujuan. Misalnya diibaratkan dalam sebuah perjalanan, Guru sebagai
pemandu dengan menjelaskan bahwa dalam perjalanan akan melewati berbagai kota.
Sehingga, peserta didik paham sampai dimana dan seberapa jauh berjalan. Dalam
pembelajaran, peserta didik akan mencapai tujuan dengan kecepatannya masing-
masing dan dengan waktu yang berbeda-beda.
Bahan ajar pendukung yang digunakan oleh Guru berupa bahan ajar cetak
(printed) yaitu Lembar Kegiatan Peserta Didik dimana Guru menggunakan strategi
menambah materi yang ada. Bahan pembelajaan terdapat dilapangan, serta relevan
dengan strategi yang telah disusun. Selain itu harus memperhatikan materi pembelajaran
yang menyangkut dalam tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Lembar
Kegiatan Peserta Didik juga menekankan empat macam karakteristik dari bahan ajar
yaitu aktif, menarik, holistik dan autentik.
-
24
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik
a. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar Kegiatan Peserta Didik merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dikembangankan oleh Guru sebagai fasilitor dalam kegiatan pembelajaran. Suatu bahan
ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaraan yang harus dicapai (Prastowo dalam
Mahmuda, 2017).
Lembar Kegiatan Peserta Didik adalah panduan peserta didik untuk melakukan
kegiatan penyelidikan peserta didik atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan aspek pembelajaran dalam bentuk eksperimen atau demonstrasi. Lembar
Kegiatan Peserta Didik memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan
oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya untuk pembentukan
kemampuan dasar sesuai dengan indikator belajar yang harus ditempuh (Trianto dalam
Mahmudah, 2017).
Lembar Kegiatan Peserta Didik merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi
peserta didik untuk melakukan kegiatan terprogram. Merupakan alat belajar peserta didik
yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik secara aktif.
Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Oleh
karena itu Lembar Kegiatan Peserta Didik berkaitan dengan pilihan strategi pembelajaran
yang menyatu dalam keseluruhan proses pembelajaran (Trianto dalam Rohmah, 2018).
-
25
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Lembar Kegiatan Peserta Didik adalah suatu bahan ajar cetak sebagai fasilitator yang
menjadi panduan, pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Berupa
lembar-lembar kertas yang terdiri dari materi, ringkasan, kegiatan berupa eksperimen dan
petunjuk-petunjuk panduan pelaksanaan tugas yang harus diKegiatankan oleh peserta
didik untuk memahami materi yang dipelajari dan memecahkan masalah tersebut dengan
mengacu pada kompetensi yang harus dicapai.
b. Komponen-Komponen Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar Kegiatan peserta didik terdiri dari bahan kegiatan individu yang akan
dilakukan peserta didik bersamaan dengan belajar topik dan akan memungkinkan peserta
didik untuk mengambil tanggungjawab untuk pembelajaran mereka sendiri dengan
langkah-langkah proses yang diberikan terkait dengan kegiatan (Toman, 2013). Dapat
dilihat dari strukturnya, bahwa lembar Kegiatan peserta didik lebih sederhana daripada
modul (Prastowo, 2011) yaitu :
1. Judul
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi dasar atau materi pokok
4. Informasi pendukung
5. Tugas atau langkah Kegiatan
6. Penilaian
Berdasarkan pendapat diatas, bahwa komponen dari Lembar Kegiatan Peserta
Didik dalam kegiatan individu akan memungkinkan peserta didik untuk mengambil
-
26
tanggungjawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Lembar Kegiatan peserta didik akan
membantu proses belajar, dengan adanya komponen-komponen seperti judul, materi
pembelajaran, kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai, informasi pendudukung.
Langkah Kegiatan dan tugas atau soal latihan.
c. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Lembar Kegiatan Peserta Didik
Mengingat pentingnya Lembar Kegiatan Peserta Didik dalam kegiatan
pembelajaran, maka tidak akan lepas dari fungsi, tujuan dan manfaat Lembar Kegiatan
Peserta Didik. Berikut penjelasan mengenai kajian tersebut (Prastowo, 2011).
1) Fungsi Lembar Kegiatan Peserta Didik
a) Bahan ajar yang dapat meminimalkan peran Guru dan membuat peserta didik aktif
dalam proses pembelajaran.
b) Bahan ajar yang dapat mempermudah dalam pemahaman peserta didik terhadap
materi yang diberikan oleh Guru.
c) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan berbagai tugas yang mangasah otak peserta
didik untuk berlatih.
d) Memudahkan pelaksanaan kepada peserta didik.
2) Tujuan Lembar Kegiatan Peserta Didik
a) Bahan ajar digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam materi yang
didapatkan.
b) Bahan ajar menyajikan tugas-tugas untuk meningkatkan penguasaan materi yang
didapatkan oleh peserta didik.
c) Melatih kemandirian belajar peserta didik.
-
27
d) Memudahkan Guru dalam proses pembelajaran saat pemberian tugas kepada peserta
didik.
3) Manfaat Lembar Kegiatan Peserta Didik
a) Memancing peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangan ketrampilan proses.
c) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
d) Melatih peserta didik dalam berfikir untuk memecahkan masalah.
e) Mempercepat proses pembelajaran.
f) Mengehmat waktu bagi Guru dalam proses pembelajaran.
d. Macam-macam bentuk Lembar Kegiatan Peserta Didik
Dikarenakan adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada
Lembar Kegiatan Peserta Didik, terdapat lima macam bentuk (Prastowo, 2013), yaitu :
1) Lembar Kegiatan Peserta Didik yang Membantu Peseta Didik Menemukan Suatu
Konsep
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme bahwa peserta didik akan aktif dalam
mengonstruksi pengetahuan dalam fikirannya. Dalam implementasi pembelajaran,
Lembar Kegiatan Peserta Didik mengetengahkan suatu fenemona bersifat konkret,
sederhana dan berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Lembar Kegiatan Peserta
Didik memuat apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, meliputi malakukan,
mengamati dan menganalisis. Tanya jawab antara Guru dan peserta didik akan
membantu mengkaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang dirasa oleh
peserta didik.
-
28
2) Lembar Kegiatan Peserta Didik yang Membantu Peserta Didik Menerapkan dan
Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang telah Ditemukan
Lembar Kegiatan Peserta Didik membantu menerapkan konsep demokrasi dalam
kehidupan sehari-sehari. Penugasan dalam pembelajaran kepada peserta didik untuk
melakukan diskusi, kemudian berlatih dalam mengemukakan pendapat yang
bertanggungjawab. Peserta didik dilatih untuk menghormati pendapat orang lain dan
bertanggungjawab atas pendapatnya.
3) Lembar Kegiatan Peserta Didik yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar
Peserta didik dapat mengerjakan dibuku tersebut setelah membaca ringkasan materi,
sehingga berfungsi membantu peseta didik mengahafal dan memahami materi
pembelajaran.
4) Lembar Kegiatan Peserta Didik yang Berfungsi sebagai Penguatan
Lembar Kegiatan Peserta Didik apat digunakan setelah pembelajaran selesai. Materi
mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat dalam
buku. Selain sebagai pembelajaran pokok, juga untuk pengayaan.
5) Lembar Kegiatan Peserta Didik yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum
Dalam Lembar Kegiatan Peserta Didik, petunjuk praktikum merupakan salah satu
konten atau isi.
-
29
e. Langkah-langkah Aplikatif Membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar Kegiatan Peserta Didik kreatif dan inovatif akan menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi semua peserta didik. Peserta didik akan lebih
tertantang untuk membuka lembar demi kembar halamanya (Prastowo, 2013). Berikut
langkah-langkah penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik, yaitu :
1) Analisis Kurikulum
Langkah pertama dalam analisis kurikulum adalah menentukan materi-materi pokok
yang diperlukan, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya ,
mencermati kompetensi yang dimiliki peseta didik.
2) Menyusun Peta Kebutuhan Lembar Kegiatan Peserta Didik
Peta kebutuhan digunakan untuk melihat sekuensi Lembar Kegiatan Peserta Didik
dalam menentukan prioritas penulisan.
3) Menentukan Judul-Judul Lembar Kegiatan Peserta Didik
Judul ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman
belajar yang terdapat dari kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan satu
judul apabila cakupan dari kompetensi tidak terlalu besar. Jika kompetensi dasar
terlalu besar dan dapat diuraikan menjadi beberapa materi pokok (MP)
memanfaatkan maksimal 4 MP, namun jika lebih dari 4 MP maka harus dipikirkan,
kemudian dijadikan ke dalam beberapa judul Lembar Kegiatan Peserta Didik.
4) Penulisan Lembar Kegiatan Peserta Didik
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu :
-
30
a) Merumuskuan kompetensi dasar, dengan melakukan langsung dari kurikulum yang
berlaku.
b) Menentukan alat penilaian pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
kompetensi, didasarkan pada penguasaan kompetensi. Alat penilaian yang cocok dan
sesuai dengan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Pokok (PAP) atau
Criteretion Referenced Assesment.
c) Menyusun materi perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dicapai,
informasi pendukung, sumber materi dan pemilihan kalimat yang jelas dan tidak
ambigu.
d) Memperhatikan struktur, meliputi enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-
langkah, serta penilaian.
f. Mengembangkan Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar Kegiatan Peserta Didik yang adalah yang kaya akan manfaat. Bahan ajar
yang menarik akan mendorong peserta didik untuk belajar keras dan belajar cerdas.
Untuk itu perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah-langkah
pengembangannya (Prastowo, 2013), yaitu :
1) Menentukan Desain Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mendesain, yaitu tingkat
membaca peserta didik dan pengetahuan peserta didik. Batasan umum yang
dijadikan pedoman saat mendesain adalah sebagai berikut :
-
31
a) Ukuran.
Ukuran yang digunakan dapat mengakomodasikan kebutuhan pembelajaran oleh
peserta didik. Contohnya dengan membuat bagan maka kertas A4 lebih baik dari
kertas A5.
b) Kepadatan Halaman
Guru harus mengusahakan agar halaman tidak dipadati oleh tulisan. Karena, halaman
yang terlalu padat akan tulisan akan membuat peserta didik tidak fokus.
c) Penomoran
Pemberian nomor akan mencegah timbulnya kesulitan untuk memahami materi
secara keseluruhan. Dengan adanya penomoran, maka peserta didik akan memahami
judul, subjudul dan anak subjudul.
d) Kejelasan
Hasil cetakan yang sesuai dengan materi dan instruksi haruslah jelas dibaca oleh
peserta didik, untuk membuat kenyamanan dalam membacannya.
2) Langkah-langkah Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik
a) Menentukan Tujuan Pembelajaran yang Akan Diuraikan dalam Lembar Kegiatan
Peserta Didik
Desain Lembar Kegiatan Peserta Didik ditentukan mengacu pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Perhatikan ukuran, kepadatan halaman, penomoran
halaman dan kejelasan.
-
32
b) Pengumpulan Materi
Materi dan tugas harus sejalan dengan tujun pembelajaran. Bahan dapat
dikembangkan sendiri dengan memanfaatkan materi yang sudah ada. Selain itu, ada
pula ilustrasi guna memperjelas naratif yang diajarkan.
c) Penyusunan Elemen atau Unsur-Unsur
Langkah ini adalah tahap untuk mengintregasikan desain (hasil tahap pertama)
dengan tugas (hasil tahap kedua).
d) Pemeriksaan dan Penyempurnaan
Setelah melakukan tiga langkah diatas, perlu dilakukan pemeriksaan dan
penyempurnan. Terdapat empat variable yang harus dicermati pada langkah-langkah
ini, yaitu :
1. Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian materi dan tujun pembelajaran.
3. Kesesuaian elemen atau unsur-unsur dengan tujuan pembelajaran.
4. Kejelasan penyampaian. Dengan melakukan evaluasi sebelum dan sesudah
diberikan kepada peserta didik. Sebelum Lembar Kegiatan Peserta Didik dicetak
diperlukan evaluasi dari para ahli, kemudian revisi, dan diujikan kepada peserta
didik. Respon dari peserta didik setelah mengejarkan dijadikan masukan untuk
mengembangkan Lembar Kegiatan Peserta Didik yang dihasilkan agar lebih baik.
Lembar Kegiatan Peserta Didik tematik sebagai bahan ajar pendukung guna
membantu untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. Dalam
-
33
pembelajaran tematik memungkinkan bahwa peserta didik, baik individu atau kelompok
aktif dalam menggali dan menemukan konsep, serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan otentik (Majid, 2014).
Pembelajaran bermakna akan diperoleh apabila peseta didik belajar sesuai dengan
lingkungan budaya sosialnya. Unsur budaya tidak lepas dari rancangan pembelajaran.
Secara umum Guru menggunakan bahan ajar seperti buku tematik dan buku penunjang
seperti Lembar Kegiatan Peserta Didik tetapi sedikit mengutamakan unsur budaya sekitar
atau budaya lokal, sehingga Guru harus menyiapkan bahan ajar yang memperhatikan
kondisi lingkungan dan budaya (Laksana dalam Niftalia dkk, 2016).
Tabel 2.1 Pengembangan LKPD Tematik dalam Kegiatan di Kelas
No. Langkah-Langkah Kegiatan di Kelas
1. Pembelajaran 1
Kegiatan 1
Peserta didik berdiskusi dengan teman
kelompok
Berdiskusi gambar yang menunjukan keunikan
budaya khas Kota Batu
Peserta didik menjelaskan didepan kelas Menjelaskan mengenai gambar yang sudah di
diskusikan
Kegiatan 2
Peserta didik membaca teks Candi
Songgoriti
Membaca secara individu
Peserta didik mengerjakan dengan
kelompok
Menggambar alur cerita teks bacaan dan memberi
sedikit deskripsi kegiatan pada gambar
Peserta didik menyebutkan watak tokoh Menyebutkan watak tokoh yang ada di teks bacaan
Kegiatan 3
Peserta didik mengamati gambar Mengamati gambar yang ada di buku
Peserta didik menjawab pertanyaan Bersama kelompok menjawab pertanyaan di buku
Peserta didik mencoba kegiatan Percobaan mengakyuh sepeda bersama kelompok
Peserta didik mendiskusikan hasil
percobaan
Berdiskusi bersama kelompok
2. Pembelajaran 2
Kegiatan 1
Peserta didik bernyanyi Menyanyikan lagu Menanam Jagung bersama
Peserta didik mengamati gambar note lagu Mengamati gambar contoh note lagu
Peserta didik berkelompok Menjawab pertanyaan yang ada dibuku
Kegiatan 2
Peserta didik membaca teks Membaca teks cerita
Peserta didik diminta melakukan
percobaan
Kegiatan percobaan dilakukan dirumah masing-
masing
Kegiatan 3
Peserta didik berkelompok Mencari jawaban yang benar dengan mencocokan
-
34
No. Langkah-Langkah Kegiatan di Kelas
pertanyaan
Kegiatan 4
Peserta didik melakukan percobaan Mendorong meja dan menjawab pertanyaanyang
ada
4. Pembelajaran 3
Kegiatan 1
Peserta didik mengamati gambar Memberi tanda checklist, menyampaikan kegiatan
ekonomi yang ada Kota Batu, menyebutkan contoh
mata pencaharian
Peserta didik diberi tugas Wawancara mengenai kegiatan ekonomi
Kegiatan 2
Peserta didik membaca teks bantengan Membaca secara individu, encontohkan permainan
bantengan, dan menjawab pertanyaan yang ada.
Kegiatan 3
Peserta didik mengamati gambar
mengenai keberagaman fisik dan sifat
Mencari berbagai macam keberagaman fisik pada
keluarga dan teman kelas
4. Budaya
Budaya dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah „abhyudaya‟ dalam bahasa
Sansekerta menegaskan bahwa hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba lengkap
untuk menunjukkan kebahagiaan, kesejahteraan, moral dan rohani, maupun material
jasmani (Bakker dalam Kusumohamidjojo, 2009). Kebudayaan berasal dari kata budh
dalam bahasa Sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi budhi (tunggal) atau
budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal
manusia (Supartono dalam Kusumohamidjojo, 2009).
Istilah Budaya sabagai: 1) pikiran; akal budi: hasil
budaya; 2) adat istiadat; memiliki bahasa dan budaya; 3)
sesuatu mengenai kebudayaan yang berkembang
(beradab, maju): jiwa yang budaya; 4) cak sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.
Sedangkan istilah Kebudayaan dijelaskan sebagai: 1)
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2) antar
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah
lakunya (KBBI dalam Kusumohamidjojo, 2009).
-
35
Budaya merupakan dari hasil pikiran akal sehat manusia yang berkembang
menjadi kebiasaan yang sukar diubah sehingga memiliki adat istiadat dan bahasa sendiri
disetiap titiknya. Sedangkan kebudayaan merupakan batin (akal budi) manusia yang
memiliki kepercayaan, sehingga menjadi pedoman dalam pemahaman akan pengetahuan
sebagai makhluk sosial, lingkungan serta pengalaman yang terjadi pada dirinnya.
Kebudayaan muncul dari setiap pikiran manusia atau masyarakat yang kemudian
disatukan oleh masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya masyarakat berinteraksi
dengan manusia lainnya sehingga munculah kebudayaan dari beberapa pemikiran. Dari
munculnya kebudayaan tersebut perlahan akan muncul kebahagiaan, kesejahteraan,
moral, jasmana, maupun rohani.
Kebudayaan merupakan hasil interaksi dalam kehidupan manusia. Manusia
sebagai masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Dalam proses
pengembangannya, kreatifitas dan tingkat peradaban masyarakat sesungguhnya
merupakan cerminan dari kemajuan peradaban masyarakat tersebut. Perbedaan dari
setiap manusia sebagai makhluk yang memiliki akal pikiran sehingga mampu
menciptakan hal-hal yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Manusia juga harus
beradaptasi dengan lingkungan serta mengembangkan pola-pola perilaku yang akan
membantu usahanya dalam memanfaatkan lingkungan. Manusia membuat perencanaan-
perencaan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Semua yang dihasilkan dan
diciptakan memenuhi berbagai kebutuhan hidup disebut kebudayaan. (Teng, 2017)
-
36
Sedangkan menurut pemahaman dari beberapa ahli yaitu :
a. Menurut Koentjaraningrat
Budaya adalah semua ide, gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh
manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang akan dijadikan sebagai cara belajar.
b. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Budaya adalah segala karya, rasa dan cipta masyarakat meliputi, produk teknologi
dan kebendaan lainnnya. Rasa meliputi jiwa manusia yang selaras dengan norma dan
nilai sosial, sedangkan cipta meliputi kemampuan kognitif dan mental untuk
mengamalkan apa yang diketahuinnya.
c. Ralp Linton
Budaya adalah segala pengetahuan, pola pikir, perilaku, ataupun sikap yang menjadi
kebiasaan masyarakat dimana hal tersebut dimiliki serta diwariskan oleh para nenek
moyang secara turun-temurun.
d. Edward Burnett Tylor
Budaya adalah kompleksitas yang menyeluruh dari ilmu pengetahuan, kesenian,
kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, dan lain sebagainya didapat oleh individu
sebagai anggota masyarakat.
e. Levi Staruss
Budaya adalah suatu perwujudan komponen struktur sosial yang berasal dari alam
pikiran manusia dan dilakukan secara berulang hingga membentuk kebiasaan.
-
37
f. Melville J. Herskovits
Budaya adalah produk manusia sebagai bagian dari lingkungannya. Maksudnya
adalah manusia senantiasa berada di dalam suatu lingkungan dan menghasilkan
produk berupa budaya.
Dapat disimpulkan arti budaya dari beberpa ahli yaitu budaya adalah dari segala
pola pikiran manusia, ide, rasa, cipta, tindakan, perilaku, karya, kepercayaan, adat istiadat
dijadikan cara belajar manusia yang selaras dengan norma dan nilai sosial. Manusia
mengamalkan apa yang diketahui dengan kemampuan kognitif dan mental yang dimiliki.
Melalui pengalaman yang diamalkan maka akan menjadi kebiasaan yang sudah
diwariskan oleh para nenek moyang secara turun-menurun.
5. Budaya Khas Kota Batu
Kota Batu adalah sebuah kota di Propinsi Jawa Timur bagian dari kawasan
Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang) dan yang paling menonjol dari Batu ini
adalah aspek alam dan potensi wisatanya. Selain itu, Batu dikenal dengan kawasaan
agropolitan, sehingga mendapat julukan Kota Agropolitan. Kota Batu menghasilkan
buah-buahan, sayur-mayur dan rempah-rempah. Batu memiliki sumber air yang tidak
sedikit, sehingga sebagai daerah yang subur dan lahan yang bagus guna bercocok tanam
(Sulistyo dkk, 2012).
Sejak zaman prasejarah wilayah Batu telah menjadi daerah pertanian yang telah
berlangsung kegiatan pembudidayaan tanaman. Batu terus berkembang dengan
datangnya penduduk baru dari tempat lain atau migran. Penduduk baru membawa ilmu
baru dan tradisi baru dan bertukar pengetahuan yang membawa pengaruh pada budidaya
-
38
tanaman. Bertani merupakan mata pencaharian para masyarakat setempat (Sulistyo,
2012).
Bertani adalah mata pencaharian masyarakat setempat dari dahulu hingga
sekarang. Kegiatan bertani merupakan kebiasaan yang sukar untuk ditinggalkan oleh
masyarakat Kota Batu, akan tetapi masyarakat mulai berkembang dengan adanya
budidaya buah-buahan. Terkenal dengan keripik apelnya, Kota Batu kini merupakan Kota
Agropolitan yang sudah membuat keripik dari berbagai buah-buahan. Hal ini yang
menjadi kebiasaan dari Kota ini, hal ini yang disebut dengan budaya khas Kota Batu
sebagai Kota Agropolitan.
Selain itu, budaya kesenian yang khas ada dikota ini adalah bantengan dan
sandukan. Bantengan dikenal dalam Bahasa Jawa memiliki nama lain Tambadau atau bos
Javanicus adalah hewan yang sekerabat dengan sapi. Merupakan binatang asli Asia
Tenggara. Banteng sampai sekarang masih di kembangkan dengan baik. Banteng di
Indonesia di lestarikan di Taman Suaka Nasional seperti Taman Nasional Ujung Kulon,
Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo
dan Taman Nasional Baluran (Sulistyo, 2014).
Banteng dapat mencapai tinggi sekitar 1,6 m dibagian pundaknya dan panjang
badan sekitar 2,3 m dengan berat badan sekitar 680 – 810 kg. Binatang herbivora atau
memakan rumput, buah-buahan, dedaunan atau memakan rumput. Kepercayaan
masyarakat bahwa banteng sangat sensitif dengan warna merah (Darah). Di Negara
Spanyol dikenal dengan pertunjukan manusia melawan banteng yang disebut dengan
Matador (Sulistyo, 2014).
-
39
Matador merupakan olahraga yang berbahaya mempermainkan banteng yang
dilakukan seorang Torero (Toreador). Dengan menggunakan kain merah untuk
mengalihkan atau mengecoh banteng marah. Kemudian Torero yang sangat ahli dapat
naik tingkat untuk menjadi matador. Antara Banteng dan Torero melakukan pertarungan
sengit dan memenangkannya yang disebut sebagai pertarungan alternatif (Sulistyo,
2014).
Pulau Jawa tersebarnya kesenian bantengan tepatnya di pedesaan atau pinggiran
Kota. Kesenian Bantengan dikenal sejak Kerajaan Singhasari. Seni Banteng memberikan
tontonan seru dan menghibur. Menampilkan kegagahan dan kelincahan aksinya.
Indonesia menempatkan bantenng sebagai binatang yang tidak boleh dibunuh. Banteng
dilestarikan dan dilindungi (Sulistyo, 2014).
Secara kewilayahan Batu pada jaman Kerajaan Singhasari merupakan wilayah
perbatasan antara Kerajaan Kadiri dengan kerajaan Singhasari. Kesenian bantengan yang
berkembang di Batu dari generasi ke generasi mengalir begitu saja. Setelah mengalami
sentuhan lokal kedaerahan, penambahan dan pengurangan berdasarkan kebutuhan
masyarakat kesenian bantengan, mengalami pergeseran fungsi dari masa ke masa.
Semula sebagai bagian dari ritual keagamaan sampai saait ini berfungsi sebagai hiburan.
Bagi masyarakat Batu yang masih kental dengan ciri khas masyarakat agraris ada acara di
desa yang selalu menampilkan pertunjukan ini baik sebagai sarana ritual maupun hiburan
(Sulistyo, 2014).
Menurut Agus Tubrun (Tubrun dalam Sulistyo, 2014) Seni Tradisional Bantengan
adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendratari,
olah kanuragan, music dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.
-
40
Pelaku pemain bantengan yakni bahwa pemainnya akan semakin menarik apabila telah
masuk tahap “trance” yaitu tahapan pemain memegang kepala bantengan menjadi
kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan).
Gerak tarian bantengan diambil dari gerakan hewan banteng seperti langkahnya,
gelengan kepala dan lain sebagainya. Unsur leluhur adalah yang terpenting dalam
kesenian bantengan ini mulai dari awal membuat kelapa bantengan sampai dengan saat
pertunjukannya. Sebelum memulai bantengan, para pemain akan mengadakan upacara di
punden tempat akan dilaksanakannya pertunjukan. Pada saat pertunjukkan bantengan
diiringi dengan musuik gamelan jawa, pemain bantengan akan menari-nari dengan
mengenakan kepala bantengan di linggih kan didalam kepala bantengan, karena beratnya
bisa mencapai 20 kg, hampir mustahil pemain dapat menari dengan mengenakan
kepalabantengan (Tubrun dalam Sulistyo, 2014).
Kesenian bantengan ini adalah kesenian lokal daerah warisan nenek moyang
yang perlu dilestarikan keberadaanya. Sejak zaman Majapahit dan Batu sebagai salah
satu daerah bagian dari Kerajaan Majapahit, kesenian bantengan ini sudah berkembang.
Seni bantengan yang banyak berkembang di Kota Batu adalah Bantengan Klasik .
Bantengan Trance. Hal ini dikarenakan pemain bantengan klasik tidak memerlukan
waktu untuk belajar khusus menggunakan gerakan-gerakkanya. Jika pemain mengalami
Trance, maka yang mengendalikan geraknya adalah faktor di luar dirinya sendiri, karena
telah termasuki Roh bantengan. Sedangkan dalam pertunjukan Kontemporer penari harus
sesuai yang dikehendaki oleh keroegrafernya (Tubrun dalam Sulistyo, 2014).
Batu juga dikenal dengan keseniannya, terdapat banyak sanggar lukis dan galeri
seperti Batu Night Spectaculer, Jatim Park, Museum Satwa dan Museum Angkut.
-
41
Dikenal dengan kota wisata dengan keseniannya, terdapat banyak wisata air terjun atau
wisata alam pada Kota Batu.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terdahulu merupakan penelitian yang digunakan sebagai acuan
pembanding terhadap penelitian yang akan dilakukan. Data pada penelitian ini didukung
oleh penelitian yang hamper serupa yaitu terkait lembar Kegiatan peserta didik tematik.
Tabel 2.2 Kajian Penenitian Relevan
Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Siskalia (2017) Pengembangan
Lembar Kerja
Peserta Didik
Berbasis Budaya
Lokal Provinsi
Lampung pada
Tema Tempat
Tinggalku pada
Siswa KelasIV SD
Negeri 1
Langkapura Bandar
Lampung
Menghasilkan prosuk
berupa Lembar Kerja
Peserta Didik berbasis
budaya lokal Provinsi
Lampung pada tema
tempat tinggalku yang
efektif meningkatkan
hasil belajar siswa kelas
IV SD
1.Sama-sama
penelitian
pengembangan.
2. Melakukan
penelitian dikelas
IV
3. Sama-sama
berbasis budaya
local
1.Penelitian
terdahulu
berbasis budaya
lokal provinsi
lampung dan
penelitian yang
sekarang budaya
khas kota batu.
Ana Ayu
Ningtyas
(2018)
Pengembangan
LKPD Menulis Teks
Narasi Berbasis
Kearifan Lokal
Masyarakat
Lampung untuk
Siswa Kelas VII
SMP
1.Mengembangkan
bahan ajar berupa
LKPD Menulis Teks
Narasi Berbasis
Kearifan Lokal
MAsyrakat Lampung
2.Kelayakan LKPD
secara keseluruhan
dinyatakan sangat
layak oleh ahli
materi, ahli media,
dan praktisi dengan
presentase penilaian
94,8
1. Sama-sama
penelitian
pengembangan.
2.Penelitian dengan
kearifan lokal
1.Penelitian
terdahulu
menggunakan
model penelitian
Borg and Gall
2. Peneliti
terdahulu
melakukan
penelitian
dikelas VII SMP
Irama Niftalia
( 2016)
Pengembangan
Bahan Ajar Tematik
SD Kelas IV
Berbasis Kearifan
Lokal Masyarakat
Ngada
1. Konteks kearifan
lokal masyarakat
ngada
2. Karakteristik bahan
ajar tematik berbasis
kearifan lokal
3. Tanggapan Guru
terhadap bahan ajar
tematik
4. Tanggapan peserta
didik terhadap bahan
1.Sama-sama
penelitian
pengembangan
2. Menggunakan
bahan ajar tematik.
3.Melakukan
penelitian dikelas
IV.
4.Menggunakan
model ADDIE
5.Menggunakan
1.Peneliti terdahulu
berbasis kearifan
lokal masyarakat
Ngada dan
peneliti sekarang
budaya khas
Kota Batu
-
42
Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan
ajar tematik Tema 8 yaitu
Daerah Tempat
Tinggalku
Pertama, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siskalia (2017) dengan Judul
“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Budaya Lokal Provinsi Lampung
pada Tema Tempat Tinggalku pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Langkapura Bandar
Lampung”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu menghasilkan produk berupa Lembar
Kerja Peserta Didik berbasis budaya lokal Provinsi Lampung yang efektif meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV. Adapun persamaan dan perbedaan yang terdapat pada
penelitian tersebut. Persamaan yang pertama, sama menggunakan penelitian
pengembangan. Persamaan kedua, melakukan penelitian dikelas IV Sekolah Dasar.
Persamaan ketiga, berbasis budaya lokal. Adapun perbedaan yang terdapat pada
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti terdahulu
berbasis budaya lokal Provinsi Lampung sedangkan peneliti sekarang Budaya Khas Kota
Batu.
Kedua, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ana Ayu Nintyas (2018) dengan
Judul “Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat
Lampung untuk Siswa Kelas VII SMP”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu
mengembangkan bahan ajar berupa LKPD menulis teks narasi berbasis kearifan lokal
masyarakat lampung, kelayakan LKPD secara keseluruhan dinyatakan “sangat layak”
oleh para ahli materi, ahli media, dan praktisi. Adapun persamaan dan perbedaan yang
terdapat pada penelitian tersebut. Persamaan yang pertama, menggunakan penelitian
pengembangan. Persamaan kedua, penelitian berbasis kearifan lokal. Adapun perbedaan
yang pertama terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
-
43
yaitu peneliti terdahulu menggunakan model penelitian Borg and Gall sedangkan peneliti
sekarang menggunakan model penelitian ADDIE. Perbedaan kedua, peneliti terdahulu
meneliti dikelas VII SMP sedangkan peneliti sekarang meneliti kelas IV SD.
Ketiga, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irama Niftalia (2016) dengan
Judul “Pengembangan Bahan Ajar Tematik SD Kelas IV Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Ngada”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu konteks kearifan lokal
masyarakat Ngada, karakteristik bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal, tanggapan
Guru terhadap bahan ajar tematik dan tanggapan peserta didiki terhadap bahan ajar
tematik. Adapun persamaan dan perbedaan yang terdapat pada penelitian tersebut.
Persamaan yang pertama, penelitian pengembangan. Persamaan kedua, menggunakan
bahan ajar tematik. Persamaan ketiga, dilakukan dikelas tinggi yaitu kelas IV. Persamaan
keempat, menggunakan model penelitian ADDIE. Persamaan kelima, menggunakan
Tema 8 yaitu Daerah Tempat Tinggalku. Adapun perbedaan yang terdapat pada
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti terdahulu
berbasis kearifan lokal masyarakat Ngada sementara peneliti sekarang budaya khas Kota
Batu.
-
44
C. Kerangka Pikir
Kondisi Ideal :
1. Pembelajaran bermakna apabila peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan
sosialnya dan budaya lokal. Dalam hal
ini akan membantu peserta didik untuk
menghubungkan hal yang telah dan
sedang terjadi
2. Guru perlu menyiapkan bahan ajar yang
memperhatikan kondisi lingkungan dan
budaya lokal.
Kondisi Lapang :
Belum maksimalnya bahan ajar dengan
unsur budaya lokal yang didapat.
Analisis Kebutuhan :
1. LKPD cenderung belum mengutamakan unsur budaya lokal.
2. LKPD yang digunakan oleh peserta didik belum menarik perhatian peserta didik karena kertas yang
digunakan kertas buram dan gambar yang terdapat pada buku tidak berwarna.
Pendekatan :
ADDIE ( Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation )
Teknik Pengumpulan Data:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket
4. Dokumentasi
Teknik Analisis Data:
1. Kualitatif
2. Kuantitatif
Lembar Kegiatan Peserta Didik Tematik Budaya Khas Kota Batu Kelas IV Tema 8 Subtema 1 di
Sekolah Dasar