bab ii kajian pustaka a. 1. rujukan a. · penikmat musik jenis klasik biasanya adalah golongan...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan
a. Tulisan Terdahulu
Biola merupakan alat musik yang banyak diperbincangkan
dikalangan masyarakat. Tak sedikit pihak yang membahas dan mengulik
lebih dalam tentang biola. Setiap tulisan yang ditulis memiliki sudut
pandang yang berbeda menurut penulis itu sendiri. Pertama pembahasan
mengenai William Harnett, pelukis yang lahir di Irlandia ini pada tahun 10
Agustus 1848 merupakan seorang pelukis beraliran realisme. Pada karya-
karyanya menampilkan bentuk-bentuk benda maupun manusia yang dibuat
menyerupai aslinya. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Old
Violin, karya ini dibuat pada tahun 1886 dengan media cat minyak di atas
kanvas. Ukuran dari lukisan tersebut adalah 96 cm x 60 cm. Fokus utama
dalam lukisan ini adalah gambar biola yang berada di tengah, karya ini
menampilkan biola dan penggesek biola digantung di pintu kayu berwarna
hijau. Di belakang biola terdapat sebuah teks partitur lagu dan terdapat
sebuah surat pada bagian kiri bawah.
Lukisan ini menampilkan biola tua yang sudah tidak digunakan lagi,
dimana menceritakan perubahan waktu, dimana dahulu biola tersebut
digunakan untuk memainkan berbagai macam musik populer dan akhirnya
7
ketika sudah tua, semua yang tersisa hanya sebuah memori dan perjalanan
masa lalu biola tersebut, maka untuk mengenang memori itu biola tersebut
digantung bersama teks partitur lagu dan sebuah surat tentang cerita masa
lalu agar memori tersebut tetap dapat diingat. Harnett menampilkan gambar
biola secara realis menyerupai aslinya baik warna maupun bentuknya.
Selain dalam karya realis tentang biola, terdapat pula karya lukis
yang menampilkan cello yang merupakan salah satu jenis biola sebagai
sumber ide penciptaan. Karya yang berjudul Blue Night ditampilkan pada
pameran Jakarta’s Properties (Properti Jakarta). Seperti ditulis di majalah
Gambar 1 The Old Violin karya William Harnett
Sumber: www.nga.gov (National Gallery of Art)
8
Galeri: Media Komunikasi Galeri Nasional Indonesia, pameran ini
dimaksudkan untuk memahami Jakarta melalui objek-objek yang biasa
dikenal oleh masyarakat, maksudnya tak ada yang disembunyikan dari hal
yang terlihat di Jakarta : barang, bangunan, pemandangan atau keadilan,
semua seakan nampak jelas.
Karya Blue Night yang diciptakan oleh Joedo Prasetijo dibuat
dengan menggunakan akrilik di atas kanvas dengan ukuran 150 cm x 200
cm. Karya ini menampilkan cello yang mengalami perubahan bentuk
Gambar 2 Blue Night karya Joedo Prasetijo
Sumber: Majalah Galeri : Media Komunikasi Galeri Nasional Indonesia
Hal. 57
9
menjadi badan seorang wanita, dimana nada-nadanya berubah menjadi
kaleng sarden. Latar yang ditampilkan adalah awan bernuansa biru dan
putih.
Setiap orang memiliki alasan untuk mengambil suatu tema dalam
karya yang akan mereka buat, begitu pula dengan penulis, penulis tidak akan
membuat karya tentang biola dengan menggunakan teknik melukis dan
penulis tidak menampilkan biola dengan gambaran yang realis. Penulis
mengangkat biola sebagai tema berdasarkan pengalaman dan mimpi saat
masih kecil serta ketertarikan penulis terhadap bentuk biola. Berbeda
dengan karya-karya sebelumnya, penulis membuat konsep ide biola ini ke
dalam bentuk karya seni grafis. Selain itu penulis menampilkan biola baik
secara keseluruhan maupun bagian-bagian tertentu saja yang digunakan.
Penulis juga menggabungkan unsur-unsur tangga nada ke dalam karya
penulis. Penulis akan menampilkan bentuk-bentuk close up biola yang
memiliki makna sebagai keindahan biola yang dilihat secara dekat.
b. Biola
Biola merupakan alat musik yang berasal dari Eropa. “Biola dalam
bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16. Alat musik
gesek konon berasal dari para penunggang kuda yaitu suku bangsa nomaden
di kawasan Mongolia dan Turki. Alat musik ini mempunyai dawai yang
terbuat dari surai kuda. Pada zaman itu setiap kepala kuda selalu dihiasi
ukiran kepala kuda (Herry, 2013:9).
10
Alat musik biola dibawa oleh para pengelana ke Asia Timur, India,
Bizantium dan Timur Tengah. Terdapat tiga alat musik cikal bakal
munculnya biola modern saat ini. tiga alat musik itu yaitu:
1) Rebec, yang merupakan perkembangan dari harpa dan rebab.
2) Vielle yaitu biola yang ada pada Abad Renaisans.
3) Lira da braccio yang merupakan hasil perkembangan dari harpa tangan
Bizantium
Macam-macam jenis biola:
1) Violin sering kita sebut dengan sebutan Biola
2) Viola
3) Violoncello atau sering dikenal dengan nama Cello
4) Double bass atau dikenal dengan sebutan Bassbetot
c. Biola dalam Orkestra
Musik orkestra merupakan suatu musik yang memerlukan banyak
alat musik untuk menciptakan harmoni yang indah. Musik ini menyajikan
musik-musik klasik, namun tak sedikit pula yang menyajikan musik jenis
jazz dan lainnya. Penikmat musik jenis klasik biasanya adalah golongan
masyarakat menengah ke atas karena musik ini termasuk golongan musik
yang mewah. Awal kemunculannya, musik orkestra ini merupakan musik
yang diciptakan untuk menghibur para bangsawan.
Alat-alat musik dalam orkestra dibagi menjadi tiga golongan yaitu
chordophone, aerophone dan idiophone. Biola termasuk dalam golongan
11
chordophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari tali senar, kawat.
Biola mengambil peran penting dalam musik jenis ini. Alunan biola
dimainkan hampir diseluruh bagian lagu. Meskipun biola merupakan salah
satu alat musik orkestra, namun kini biola banyak digunakan untuk
kolaborasi dengan band.
d. Bagian-Bagian Biola :
“Biola yang memenuhi standar atau biola yang dapat menghasilkan
bunyi biola yang baik harus terdiri dari beberapa bagian penting yakni
badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar dan beberapa
macam, perangkat bantuan” (Rere, 2012: 15).
12
Keterangan
Biola
1. Kepala biola
2. Pemutar dawai
3. Ruang putaran dawai
4. Leher biola
5. Bidang pengaturan nada
6. Dawai
7. Tepi badan
8. Bidang depan
9. Badan depan
10. Badan atas
11. Pinggang biola/lengkung c
12. Badan bawah
13. Lubang suara/lubang f
14. Jembatan
15. Penahan dawai
16. Sangkutan penahan dawai
17. Sisi biola
18. Bidang belakang
19. Balok tumpuan
20. Tongkat penunjang (tongkat
resonansi)
Penggesek Biola
21. Kepala penggesek biola
22. Dawai penggesek biola
23. Bagian bawah penggesek
biola
Gambar 3 Biola dan Penggesek Biola
Sumber: Buku Pengantar Pengetahuan Alat Musik
Hal. 148. (Pono Bance)
13
e. Kekaguman Terhadap Alat Musik Biola
Banyak kejadian yang dilalui manusia tiap harinya, diantara
berbagai kejadian ini mungkin ada beberapa kejadian yang membekas hingga
masih diingat ketika dewasa. Pengalaman mengenai biola ini menjadi salah satu
pengalaman yang masih sangat diingat oleh penulis. Jika dihubungkan dengan
sebuah teori, kenangan yang membekas ini memiliki kesamaan dengan teori
yang pernah dipaparkan oleh ahli psikoanalisis Sigmund Freud. Sigmund Freud
mengibaratkan bahwa kesadaran manusia itu seperti sebuah gunung es yang
terapung dimana bagian yang muncul di permukaan air merupakan alam sadar
jauh lebih kecil dibandingkan bagian yang tenggelam alam tak sadar. Kenangan
masa kecil tentang biola ini terjadi ketika masih kecil sehingga secara tak sadar
terbawa hingga di alam tak sadar penulis yang membuat kenangan tersebut
masih membekas hingga sekarang.
“…. Menurut teori Sigmund Freud dipaparkan bahwa kepribadian
manusia dibagi menjadi tiga tahapan yaitu id, ego dan superego,
diawali dengan id yang memiliki arti yaitu bagian pikian yang
didiami oleh insting-insting primitif dan impuls-impuls liar. Ia
didominasi oleh prnsip kesenangan, “kawah dari napsu yang
menggelegak”. Kedua ego yang merupakan sang “Aku” atau bagian
pemikiran yang memerintah, bagian pemikiran yang dikembangkan
oleh manusia purba dalam proses menjadi beradab. Ego secara terus
menerus mengupayakan perdamaian antara keinginan tubuh dan
tuntutan dunia luar “Ego melambangkan apa yang kita sebut dengan
nalar dan akal, berlawanan dengan id yang berisikan napsu”. Ketiga
adalah superego yaitu bagian yang bertindak sebagai penilai kinerja
ego. Bagian dari ego tempat kita menerima aturan-aturan dan
otoritas dari dunia luar…. (Baker, 2007:172)”
Berdasarkan teori tersebut dihubungkan dengan pengalaman tentang
biola yaitu pada fase id, penulis merasakan kecintaan terhadap biola, dimana
kecintaan ini diawali ketika duduk dibangku Sekolah Dasar. Pertemuan awal
14
dengan biola diawali dengan adanya ekstrakurikuler orchestra dimana tiap
tahunnya orchestra ini selalu mengadakan sebuah konser. Keinginan untuk
dapat memainkan alat music ini sangat meluap-luap sehingga ketika kelas 1 SD,
penulis seringkali meminta kepada orang tua untuk dapat mengikuti les tersebut.
Tidak terpenuhinya keiinginan ini dikarenakan faktor biaya membuat penulis
mulai menerima situasi yang ada dan pada saat itu penulis memasuki fase ego.
Penulis mulai memahami bahwa kesempatan untuk dapat mengikuti
ekstrakurikuler biola ini agak sulit, sehingga untuk memuaskan hasrat
kekaguman terhadap biola ini diwujudkan dengan cara melihat beberapa konser
orchestra di sekolah, selain itu terkadang meminjam biola tersebut kepada
teman dan mencoba untuk menggunakannya. Pada fase terakhir penulis
memasuki tahap superego yang merupakan bagian penilai dari ego, untuk
memenuhi hasrat kekaguman terhadap biola dirasa kurang tersalurkan sehingga
dalam penuhan hasrat tersebut penulis ingin menyalurkan kekaguman tersebut
ke dalam sebuah karya seni grafis, dimana ini merupakan salah satu cara positif
untuk memenuhi kecintaan penulis terhadap biola.
Teori Sigmund Freud juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan
obsesi. Obsesi adalah ambisi pada ide atau aktivitas tertentu, menunjukkan
adanya keinginan terepresi (Backer, 2007:178). Represi sendiri adalah ketika
keinginan, pemikiran atau perasaan yang menyebabkan konflik diingkari dari
kesadaran manusia, sehingga keinginan tersebut tertekan terus dan mendesak
pengungkapannya. Keinginan bermain biola menjadikan sebuah obsesi
terhadap biola itu sendiri, sehingga perasaan yang tak dapat tersalurkan ini,
15
ingin penulis salurkan melalui sebuah karya seni rupa yaitu seni grafis, yang
awalnya bermula dari obsesi penulis tentang biola itu sendiri.
2. Referensi
a. Prinsip Pengorganisasian
1) Kesatuan (unity)
Di dalam desain, terjadi suatu proses perkembangan menyatu
berbagai unsur baik unsur visual maupun unsur fisik sehingga didapatkan
suatu kesatuan “bentuk ciptaan” secara utuh (Arfial, 1987:4).
2) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan,
sehingga memberi kesan stabil (Arfial, 1987:6).
3) Proporsi (proportion)
Proporsi adalah perbandingan dari suatu ukuran yang dinyatakan
dengan bilangan dan simbol. Suatu komposisi visual dinyatakan baik
apabila memiliki proporsi yang pas, apa pun bentuk dan gaya karya seni
tersebut (Bambang dan Pricilla, 2013:41).
4) Penekanan (domination)
Dominan akan menjadi titik perhatian yang menonjol di dalam suatu
karya (Arfial 1987:19). Dominan merupakan hal yang paling banyak atau
menonjol pada suatu karya seni, sehingga menjadi pusat utama dalam karya
itu sendiri.
16
5) Pertentangan (contras)
Kontras atau pertentangan adaalah esensi dinamis pada semua
eksistensi dan pada semua bentuk seni sebagai dramatisasi kehidupan
manusia. Merupakan variasi di dalam ruang komposisi sehingga komposisi
tidak monoton dan terasa hambar (Arfial, 1987:27).
b. Elemen-Elemen Unsur Visual
1) Garis
Garis mempunyai dimensi ukuran dan arah tertentu. Ia bisa pendek,
panjang, halus, tebal berombak, lurus, melengkung barangkali masih
bersifat yang lain (Nooryan, 2014: 99).
2) Bidang (shape)
Bidang adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis
secara umum garis dikenal dalam dua jenis yaitu bidang geometris dan
bidang organis (Nooryan, 2014:100).
3) Tekstur
Tekstur atau barik adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan
lukisan atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan suatu
lukisan atau gambar (Nooryan, 2014:101).
4) Warna
Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat
mempengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga jenis dimensi dasar
yaitu hue, nilai (value) dan intensitas (intensity) (Nooryan, 2014:100).
5) Komposisi
17
Komposisi adalah suatu realisasi dari suatu aktivita pencipta dalam
mewujudkan idenya, pada dasarnya komposisi menyangkut hal “tata-susun”
dalam melahirkan suatu bentuk ungkapan atau ide (Arfial, 1987:37).
6) Irama (Rhytm)
Ritme atau irama adalah suatu istilah yang biasanya dipakai I dalam
pusis dan music, di dalam seni rupa memiliki arti susunan teratur yang
timbul dari pengulanagan sebuah atau beberapa unsur sehingga
menimbulkan kesan keterhubungan yang kontinu serta kesan gerak (Arfial,
1987:18).
c. Kajian Seni Grafis
Seni grafis merupakan salah satu cabang seni rupa. Seni grafis
merupakan seni yang hasil karyanya berupa karya dua dimensi,. Berbeda
dengan cabang seni rupa seperti seni lukis, seni patung dan seni kriya,
cabang ilmu ini mempelajari persoalan cetak mencetak, usaha untuk
memperbanyak karya. Dalam seni grafis terdapat empat kelompok
pencetakan yang dikelompokkan berdasarkan teknik yang dilakukan untuk
mencetaknya, salah satunya stensil prints.
Stensil prints ialah jenis pembuatan cetakan memanfaatkan bagian
dari material yang dapat ditembus tinta. Teknik ini dapat menggunakan
bahan kertas atau kain sutera/nylon. Teknik seperti ini sering disebut cetak
saring atau serigraphy (Mulyadi, 1999:9). Cetak saring merupakan teknik
grafis yang memanfaatkan screen sebagai media untuk mencetak.
18
B. Sumber Ide
Dalam proses pencarian sumber ide pembuatan karya, penulis mendapatkan
beberapa refrensi karya, yang pernah dibuat beberapa seniman tentang biola,
berikut karya bertemakan biola :
1. M. Emanuel Ologeanu
Merupakan seorang seniman yang dalam karya-karyanya banyak
menggunakan alat musik sebagai objek gambar. Selain biola ia juga
menggunakan saxophone, trompet, gitar sebagai objek gambar. Penulis teride
pada karya ini karena M. Emanuel Ologeanu menggambarkan bentuk biola
tidak secara realis namun ketika melihat karyanya kita dapat mengetahui
bahwa fokus utamanya adalah biola. Yang menjadi sumber refrensi bagi
penulis terdapat pada cara Ologeanu dalam menggambarkan sebuah biola tidak
secara utuh dan dibuat seperti puzzle.
Gambar 3 “Broken Violin” karya M. E. Ologeanu
Sumber: https://cubistart.wordpress.com/
19
2. Pablo Picasso
Picasso merupakan seniman kelahiran Spanyol, yang banyak berkarya di
Perancis. Terkenal dengan lukisan kubismenya yang mendunia. Selain
menggunakan wanita sebagai objek dari karya lukisnya, Picasso juga
menggunakan alat musik biola dibeberapa karyanya. Penulis tertarik pada cara
Picasso menempatkan objek biola secara bagian demi bagian dan terdapat
pengulangan pada bentuk biola tersebut.
3. Marc Chagall
Marc Chagall merupakan seniman Rusia Perancis yang karya-karya
sangat terkenal. Salah satunya yaitu adalah Green Violinist, merupakan karya
lukisan beraliran kubisme. Lukisan ini menggambarkan seorang berwajah
hijau yang sedang bermain biola. Cukup berbeda dengan karya M.E. Ologeanu
Gambar 4 “Violin and Grapes” karya Pablo Picasso
Sumber : http://travelphotobase.com/v/USNYC/NYMF071.HTM
20
dan Picasso, karya ini menampilkan sosok manusia, namun dari semua itu yang
menjadi sumber refrensi penulis adalah terletak pada penggunaan warna. Karya
Ologeanu menggunakan warna biru muda dan Picasso cenderung
menggunakan warna-warna coklat dan senada, namun Marc Chagall
menggunakan warna coklat muda hanya pada bagian latar. Ia menggunakan
warna mencolok pada objek utama yaitu violinist.
Gambar 5 “Green Violinist” karya Marc Chagall
Sumber : http://www.guggenheim.org/new-york/collections/collection-
online/artwork/802