bab ii kajian pustaka 2.1 tinjauan umum salak...9 bab ii kajian pustaka 2.1 tinjauan umum salak...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Salak
Salak merupakan salah satu satu jenis buah tropis asli Indonesia yang
banyak digemari masyarakat, karena rasa buahnya yang manis, masir dan enak.
Selain dimakan sebagai buah segar, juga dapat diolah menjadi manisan dan asinan
sehingga tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama. Bentuk buah salak yang
unik serta kulit buah yang bersisik sering disebut orang luar Indonesia sebagai
“snake fruit” karena kulit buah yang menyerupai sisik ular. Untuk lebih
mengetahui lebih jelas mengenai klasifikasi dan morfologi salak dapat dilihat
pada sub bab selanjutnya.
2.1.1 Klasifikasi salak
Tanaman salak termasuk kelompok tanaman palmae yang tumbuh
berumpun, umumnya tumbuh berkelompok. Tanaman salak dapat ditanam di
daerah dataran rendah mulia dari tanah ngarai, daerah pesisir dan tepi pantai
sampai ke dataran tinggi di lereng-lereng bukit atau pegunungan sampai pada
ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Untuk tumbuh, idealnya tanaman
salak menghendaki tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung humus.
Berikut ini klasifikasi ilmiah dari tanaman salak jenis Salacca edulis :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
10
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Salacca
Spesies : Salacca edulis
2.1.2 Morfologi
Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh
pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi daun-daun yang
tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), bahkan masyarakat
Sibetan (Bali) menyebut tanaman salak tidak pernah tua. Hal ini menunjukkan
bahwa bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat
diremajakan kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk
menumbuhkan tunas-tunas atau tanaman baru. Variasi genetik dalam pembungaan
dibedakan dua macam tanaman salak, yaitu tanaman berumah satu dan berumah
dua (Rukmana, 1999). Tanaman salak berumah satu (monoecious) ditandai
dengan terdapatnya bunga jantan dan bunga betina pada satu pohon. Tanaman
salak berumah dua (dioecious) ditandai dengan bunga jantan dan bunga betina
terpisah masing-masing pada pohon yang berlainan. Penampilan fenotip
pembungaan salak terdapat tiga tipe, yaitu sebagai berikut.
1. Salak jantan, ditandai dengan tongkol bunga yang hanya terdapat bunga
jantan saja.
2. Salak tipe A, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan
dan bunga sempurna (hermaphrodite).
11
3. Salak tipe B, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan
rudimenter dan bunga sempurna yang kelamin jantan rudimenter, hingga
seolah-olah pohon betina.
Pembungaan salak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama
iklim atau musim. Pada musim hujan, tanaman salak cenderung menghasilkan tipe
bunga A, sedangkan pada musim kemarau tipe bunga B. Adanya variasi tipe
bunga menyebabkan buah salak menghasilkan biji beragam, yaitu ada salak
berbiji satu, dua, dan berbiji tiga. Secara genetik, 60 % dari biji menghasilkan
tanaman salak jantan dan 40% menjadi tanaman salak tipe bunga A atau tipe
bunga B. Oleh karena itu, perbanyakan tanaman salak dengan biji sering
dihasilkan turunan yang menyimpang dan sifat induknya, yaitu sebagian besar
menjadi tanaman salak jantan. Bunga salak tersusun dalam landan yang disebut
tongkol. Penyerbukan bunga salak dibantu oleh serangga penyerbuk seperti
Curculionidae, Siptera. dan Staphilinidae. Hasil penelitian Puslitbang
Hortikultura (1994) dalam Rukmana (1999) menunjukkan bahwa serangga
Curculionìdae berperan sebagai polinator pada persarian bunga salak. Investasi 10
ekor Curculionidae dapat menggantikan peran tenaga manusia dan persarian
bunga salak. Buah salah bentuknya bulat atau bulat telur terbalik dengan ujung
runcing. Buah terangkai rapat dalam tandan yang muncul dan ketiak-ketiak
pelepah daun. Kulit buah tersusun dan sisik-sisik tipis, berwarna cokelat
kekuning-kuningan sampai cokelat kehitam-hitaman. Daging buahnya tebal,
berwarna putih atau putih kekuning-kuningan sampai kuning kecokelat-cokelatan
dan tidak berserat. Butir buah tersusun dalam tandan (domprolan). Jumlah butir
12
buah tiap tandan bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas salak. Rasa daging
buah salak bervariasi, ada yang manís dan masir, manis masam sampai manís
agak sepet. Biji salak berbentuk hampir bulat dan bersegi-segi, berkeping satu.
dan berwarna cokelat sampai kehitam-hitaman.
2.1.3 Pedoman budidaya
2.1.3.1 Pembibitan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman
salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan
tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat
buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik
tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan
tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari
masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan
salak dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif). Pembibitan
secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh
dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah
sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang
kurang menguntungkan.
Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif sebagai berikut.
a. Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah.
b. Diperoleh bibit yang banyak.
c. Tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama.
13
d. Untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudah.
e. Tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan
rebah dan kekeringan.
f. Memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara generatif sebagai berikut.
a. Kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk
karena mungkin terjadi penyerbukan silang.
b. Agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.
1) Persyaratan Bibit
Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji
yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
a. Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.
b. Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.
c. Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
d. Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
e. Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.
f. Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.
2) Penyiapan Bibit
a. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik.
b. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah.
14
3) Teknik Penyemaian Bibit
a. Bibit dari Biji
1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong
plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di
tempat teduh dan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari.
2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5
gram, tiap 2-3 minggu sekali.
3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari.
b. Bibit dari Anakan dengan pesemaian bak kayu sebagai berikut.
1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm.
3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm.
4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur.
5. Benih direndam dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam,
konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air
6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm.
7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata
tunas berada dibawah.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan
ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit
15
dipindahkan ke polibag. Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan
tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar
telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam
polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok teh.
5) Pemindahan Bibit
Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan
ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bias
dipindahkan ke lapangan.
2.1.3.2 Pengolahan Lahan
1) Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor
kemudahan transportasi dan sumber air.
2) Pembukaan Lahan
a. Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang
serta
b. menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
c. Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu
besar.
2.1.3.3 Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam
1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat juga dibuat 50 x
16
50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi
pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 kg.
2) Cara Penanaman
Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3-4 biji per lubang. Sebulan
kemudian biji mulai tumbuh
3) Lain-lain
Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah
tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamtoro dan sebagainya.
Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman
peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh
disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan
jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.
2.1.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Setelah selesai ditanam, tanaman salak perlu dipelihara dengan benar dan
teratur sehingga diperoleh produksi kebin yang baik dan produktif. Pemeliharaan
ini dilakukan sampai berakhirnya masa produksi tanaman salak.
1) Penjarangan dan Penyulaman
Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah
mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada
bulan ke 4 atau ke 5. Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru
ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya
terlalu banyak tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu
tanaman cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan,
17
yang seumur dengan tanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk
melakukan penyulaman. Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran,
yaitu mengikutsertakan sebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya.
Sewaktu membongkar tanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus
dengan plastik agar akar-akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan,
dilakukan dengan hati-hati.
2) Penyiangan
Penyiangan adalah membuang dan memebersihan rumput-rumput atau
tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu
yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi
tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan
berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun.
Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam
satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
3) Pembubunan
Sambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan
pembumbunan tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk
menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang
digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi
untuk menguatkan akar dan batang tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan
jangan sampai merusak parit yang ada.
18
4) Perempalan dan Pemangkasan
Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga
daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu
banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah
(perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun
sehingga kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang
lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak
hanya ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau
bagian generatif secara seimbang. Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali,
tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita
lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali.
Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah
pengurangan anakan menjelang tanaman berbuah. Satu rumpun salak cukup kita
sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila
lebih dari itu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman.
Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal pelepahnya.
Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian yang
disisakan sebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman. Pemangkasan pada
saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya menggunakan
golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan pada waktu dan
cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh baik dan optimal.
19
5) Pemupukan
Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi
tambahan unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman
disebut pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman
(pupuk akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun
tanaman (pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik.
Pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung
darah dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil,
Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik
yang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang. Umur tanaman :
a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram,
KCl 5 gram.
b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.
c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.
d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.
6) Pengairan dan Penyiraman
Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur
air hujan agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar
akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja
yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi
kebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan akan
air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan
jumlah yang sesuai.
20
7) Pemeliharaan Lain
Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu
untuk menjaga agar tanaman tidak roboh.
2.2 Konsep Persepsi
2.2.1 Definisi persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek , peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh degan menyimpulkan dan melampirkan pesan
(Rakhmat, 2004). Sedangkan persepsi menurut Sunaryo (2004) merupakan proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indera lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian
individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan.
2.2.2 Syarat terjadinya persepsi
Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian sebagai
langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indera sebagai reseptor
penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke
otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan
respons (Sunaryo, 2004).
Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa persepsi
timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan
dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang
merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu
dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat.
21
2.2.3 Macam-macam persepsi
Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception, yaitu persepsi
yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan Self
Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal
dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu
(Sunaryo, 2004).
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Menurut Siagian ( 1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi
yaitu sebagai berikut.
a. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah
karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat,
pengalaman dan harapan.
b. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda,
peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang
yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang
adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran
persepsi.
c. Faktor situasi dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual
artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.
Sementara menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyi arti individu
22
yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi yaitu sebagai berikut.
1. Adanya objek yang diamati
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor
stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan
dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang
bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera atau reseptor
Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan
sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori.
3. Adanya perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi.
2.2.5 Pengukuran Persepsi
Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun
materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat
diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam system angka. Dua
metode pengukuran sikap terdiri dari metode Self Report dan pengukuran
Involuntary Behavior.
23
1. Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat
menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu
tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui
pendapat atau sikapnya.
2. Involuntary Behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan
oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi
kerelaan responden.
Jika merujuk pada pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir
sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi
untuk mengungkapkan persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi
seseorang positif, atau negative terhadap suatu hal atau obyek.
2.3 Konsep Agrowisata
Menurut Maruti (2009), sebuah agrowisata adalah bisnis berbasis
usahatani yang terbuka untuk umum. Tavare dalam Maruti, 2009 mendefinisikan
agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani setempat menawarkan tur
pada usahataninya dan mengijinkan seseorang pengunjung menyaksikan
pertumbuhan, pemanenan, pengolahan pangan lokal yang tidak akan ditemukan di
daerah asalnya. Sering petani tersebut menyediakan kesempatan kepada
pengunjung untuk tinggal sementara dirumahnya dan program pendidikan.
Brscic (dalam Budiasa, 2011) mengemukakan bahwa agrowisata sebagai
sebuah bentuk khusus pariwisata di lokasi usahatani rumahtangga yang dapat
berdampak ganda terhadap aspek sosial ekonomi dan permukaan areal
(landscape) pedesaan. Berdasarkan hasil penelitiannya tahun 2002, ditunjukkan
24
model pengembangan agrowisata di Istrian County, Croatia. Dari model tersebut
dapat dilihat bahwa aktivitas rumah-tangga agrowisata terdiri atas dua bagian,
yaitu aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. aktivitas rumah-tangga agrowisata
berdampak pada lingkungan pedesaaan. Bahwa agrowisata sebagai pasar potensial
bagi produk-produk yang dihasilkan oleh produsen pertanian lainnya di desa
tersebut. Di samping itu, rumah-tangga agrowisata dapat menjual barang dan jasa
secara langsung atau tidak langsung melalui asosiasi turis, agen-agen turis atau
operator-operator tur.
Secara formal, (Wolfe dan Bullen dalam Budiasa, 2011) mendefinisikan
agrowisata sebagai sebuah aktivitas, usaha atau bisnis yang mengkombinasikan
elemen dan ciri-ciri utama pertanian dan pariwisata dan menyediakan sebuah
pengalaman kepada pengunjung yang mendorong aktivitas ekonomi dan
berdampak pada usahatani dan pendapatan masyarakat. Prince Edward Island
Department of Agriculture & Forestry (2000) dan Kuehn et al. (2000),
menyatakan bahwa agrowisata adalah sebuah pilihan bagi para petani yang ingin
meningkatkan pendapatan usahatani melalui diversifkasi operasional
usahataninya. Agrowisata juga dapat menyediakan lebih banyak aktivitas ekonomi
terhadap petani dan Pasar pariwisata Pizam dan Pokela (Hsu, 2005)
menggolongkan aktivitas agrowisata kedalam dua kategori, yaitu aktifitas
usahatani (farming activities) dan aktivitas yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan usahatani (non-farming activities). Sedangkan, Wood (2006)
menggolongkannya ke dalam on-farm activities dan off-farm activities. Berbagai
aktivitas agrowisata yang sering dijumpai Wolfe dan Bullen dalam Budiasa
25
(2011) adalah berburu dan memancing berbasis fee (fee hunting and fishing),
festival dan pameran pertanian (agriculture related festival and fairs), tur
usahatani (farm tours), wisata petik sayuran dan buah-buahan (U-pick vegetables
and fruit), menunggang kuda (horseback riding), pasar ritel petani/usahatani
(farmers/on-farm retail markets), berlibur di usahatani (farm/on farm vacations),
menginap dan menikmati makan pagi di rumah petani (on-farm bed and
breakfasts), menikmati anggur (wineries), menikmati keunikan binatang/burung
di peternakan (on-farm petting zoos/bird watching), piknik di areal usahatani (on-
farm picnic areas), bersepeda/berjalan di jalan usahatani (biking/hiking trails),
dan program pendidikan usahatani (on-farm educational programs).
2.4 Persyaratan Pengembangan Pusat Agrowisata
Agrowisata dapat dikembangkan oleh individu petani yang memiliki
minimal dua hektar lahan, rumah petani, sumberdaya air dan berminat untuk
menjamu wisatawan (turis). Selain individu petani atau sekelompok petani,
koperasi pertanian, organisasi non-pemerintah (NGO), perguruan tinggi pertanian
dapat mengembangkan pusat agrowisata (Maruti, 2009). Untuk mengembangkan
pusat agrowisata tersebut, infrastruktur dan fasilitas dasar yang perlu disediakan
oleh petani atau kelompok tani pada usahataninya, yaitu: rumah petani yang
dilengkapi fasilitas akomodasi yang memenuhi persyaratan minimal hotel,
sumberdaya air, green house dan koleksi tanaman yang diusahakan petani,
peralatan memasak untuk memasak makanan yang diinginkan oleh wisatawan,
kotak obat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang bersifat darurat, sumur
atau kolam untuk aktivitas memancing atau berenang, dan fasilitas telepon.
26
Fasilitas lainnya yang dapat juga ditawarkan/ditunjukkan adalah (1)
makanan khas daerah tersebut untuk breakfast, lunch, dan dinner; (2) atraksi
pertanian yang dapat dilihat atau diikuti (melibatkan partisipasi wisatawan); (3)
permainan tradisional yang dapat diikuti oleh wisawatan; (4) berbagai informasi
tentang budaya, pakaian, kesenian, kerajinan, tradisi pedesaan, dan berapa
kesenian yang dapat didemonstrasikan; (5) pedati atau kuda untuk dikendarai, (6)
alat pancing untuk kegiatan memancing di kolam milik petani atau danau terdekat;
(7) buah-buahan, jagung, kacang tanah, tebu dan sebagainya; (8) burung atau
binatang lokal atau air terjun terdekat; (9) keamanan bagi wisatawan yang
didukung oleh kerjasama dengan rumah sakit terdekat; (10) tarian khas daerah;
dan (11) berbagai produk pertanianyang dapat dibeli oleh wisatawan.
Lokasi adalah faktor terpenting untuk keberhasilan pengembangan pusat
agrowisata. Lokasi tersebut harus secara mudah diakses dan memiliki keunikan
dan latar belakang panorama yang indah. Akan lebih baik lagi kalau lokasi
agrowisata itu dekat dengan tempat-tempat bersejarah, dam/danau, atau pun
tempat berziarah. Petani atau kelompok tani seharusnya mendisain pusat
agrowisatanya hanya dalam lingkungan yang alami perdesaan dengan latar
belakang panorama alam yang indah untuk menangkap minat wisatawan
perkotaan datang ke agrowisata tersebut, sehingga sehingga wisatawan yang
berasal dari daerah perkotaan akan sangat menikmati panorama alam dan
kehidupan perdesaan.
27
2.5 Strategi Pengembangan
Analisis SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan (Rangkuti,
2005). Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang
sekaligus mengatasi ancaman. Menurut Pearce dan Robinson (1997), yang
dimaksud faktor-faktor analisis SWOT adalah :
1. Kekuatan (strengths)
Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain
terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh
perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan
komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber
daya, keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-
pemasok dan faktor-faktor lain.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja
efektif perusahaan, fasilitas, sumber daya, keuangan, kapabilitas manajemen,
keterampilan pemasaran dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.
3. Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah
satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang awalnya terabaikan,
28
perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi serta
membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang
bagi perusahaan.
4. Ancaman (threats)
Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penggangguan utama pada posisi
sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya
pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar antara pembeli dan
pemasok, perusahaan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat
menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
2.5.1 Analisis lingkungan
Dalam merumuskan strategi, maka terlebih dahulu harus melakukan
analisis lingkungan dengan maksud untuk menyesuaikan dengan keunggulan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Identifikasi lingkungan mencangkup
analisis dan diagnostik lingkungan sehingga penyusun strategi mampu
mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan
(Supriyono, 1998). Menurut Christensen (1973) bahwa lingkungan suatu
perusahan dalam bisnis, seperti halnya pada organisasi lain, adalah pola semua
kondisi-kondisi yang mempengaruhi kehidupan dan pengembangan perusahaan.
Glueck (1980) mendefinisikan bahwa lingkungan meliputi faktor-faktor dalam
dan luar perusahaan yang dapat menuntun ke arah kesempatan-kesempatan atau
ancaman-ancaman pada perusahaan.
29
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, lingkungan perusahaan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan eksternal.
2.5.1.1 Lingkungan internal
Internal organisasi terdiri dari 2 komponen yaitu strength (kekuatan) dan
weakness (kelemahan). Dimana kekuatan dan kelemahan ini terdapat dalam suatu
organisasi, kekuatan dan kelemahan ini menentukan arah mana yang terbaik buat
organisasi tersebut. Menurut Siagian (1998), faktor-faktor internal yang menjadi
kekuatan organisasi diantaranya : saluran distribusi yang handal, posisi kas
perusahaan, lokasi yang menguntungkan, keunggulan dalam penerapan teknologi
yang canggih tetapi sekaligus tepat guna dan struktur atau tipe organisasi yang
digunakan. Untuk kelemahannya dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti
kelemahan manajerial, fungsional, operasional, struktural atau bahkan yang
bersifat psikologis.
2.5.1.2 Lingkungan eksternal
Menurut David (2006), analisis lingkungan eksternal adalah suatu cara
yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menggali dan
mengidentifikasi semua peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang akan
mempengaruhi keberadaan organisasi tersebut. Faktor-faktor yang perlu dianalisis
dalam lingkungan eksternal diantaranya : lingkungan ekonomi, sosial budaya,
demografi, lingkungan politik, lingkungan pemerintah, lingkungan hukum,
lingkungan teknologi, dan lingkungan kompetitif.
30
2.5.2 Perumusan strategi
Perumusan strategi sering sekali ditunjukkan sebagai perencanaan strategis
atau jangka panjang. Proses perumusan berhubungan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Agar ini tercapai, penyusun strategi
harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman kunci) pada situasi sekarang (Hunger, J David, 2001).
Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam perumusan strategi yaitu sebagai
berikut.
2.5.2.1 Matrik IE (Internal-Eksternal)
Matrik Internal Eksternal (IE) bertujuan untuk memperoleh strategi bisnis
yang lebih detail, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Diagram tersebut dapat
mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya
kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu.
1. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2,
dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan (sel 4).
3. Retrenchment Strategy (sel 3, 6,9) adalah usaha untuk memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
31
Gambar 2.1 Matrik Internal Eksternal (Rangkuti, 2005)
Menurut Rangkuti (2005), sembilan strategi yang terdapat pada matrik
internal / eksternal seperti tersebut akan dijelaskan tindakan dari masing-masing
strategi tersebut.
1. Strategi pertumbuhan (Growth Strategy)
Di desain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, profit,
atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan harga,
mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa, atau
meningkatkan akses kepasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan cara meminimalkan biaya (minimize cost), sehingga dapat meningkatkan
profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi perusahaan tersebut
berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan pesaing untuk
melakukan perang harga dalam usaha untuk meningkatkan pangsa pasar.
32
2. Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi
Ada dua strategi dasar, yaitu konsentrasi pada satu industri atau
diversifikasi ke industri lain. Jika perusahaan tersebut memilih strategi
konsentrasi, dia dapat tumbuh melalui integrasi horizontal (horizontal integration)
maupun vertikal (vertical integration), baik secara internal melalui sumber
dayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar.
Jika perusahaan tersebut memilih strategi diversifikasi, dia dapat tumbuh melalui
konsentrasi atau diversifikasi konglomerat, baik secara internal melalui
pengembangan produk baru, maupun eksternal melalui akuisisi. Contoh strategi
pertumbuhan adalah sel 1, 2, 3, 5, 7, dan 8.
3. Konsentrasi melalui Intregasi Vertikal (sel 1)
Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal
dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini
merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif
pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi.
Integrasi vertikal dapat dicapai melalui sumber data internal maupun eksternal.
Integrasi vertikal pada umumnya terdapat dalam industri perminyakan, kimia
dasar, mobil, serta produk yag memanfaatkan hasil hutan.
4. Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal (sel 2 dan 5)
Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan
untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain, dan
meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam
industri yang sangat atraktif (sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan
33
penjualan dan profit, dengan cara memanfaatkan keuntungan economic of scale
baik diproduksi maupun pemasaran. Sementara jika perusahaan berada dalam
moderate attractive industri, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5).
Tujuannya relatif lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan
kehilangan profit.
5. Diversifikasi Konsentris (sel 7)
Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi umumnya dilaksanakan oleh
perusahaan yang memiliki kondisi competitive position sangat kuat tetapi nilai
daya tarik industrinya sangat rendah. Perusahaan tersebut berusaha memanfaatkan
kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien karena perusahaan ini
sudah memiliki kemampuan manufaktur yang baik.
6. Diversifikasi Konglomerat (sel 8)
Strategi pertumbuhan melalui kegiatan bisnis yang tidak saling
berhubungan dapat dilakukan perusahaan menghadapi competitive position yang
tidak begitu kuat (average) dan nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Tetapi
pada saat perusahaan tersebut mencapai tahap matang, perusahaan yang hanya
memiliki competitive position rata-rata cenderung akan menurun kinerjanya.
Untuk itu strategi diversifikasi konglomerat sangat diperlukan. Tekanan strategi
ini lebih pada financial synergy dari pada product market synergy (seperti yang
terdapat pada strategi deversifikasi konsentris).
2.5.2.2 Matriks Grand Strategy
Matriks Grand Strategy merupakan tahapan pencocokan (matching stage)
pada proses formulasi strategi. Matrik ini didasarkan pada dua dimensi evaluasi
34
yaitu posisi kompetitif (competitive position) dan pertumbuhan pasar (market
growth). Strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan suatu organisasi terdapat
pada urutan daya tariknya dalam masing-masing kuadran matrik. Matriks Grand
Strategy ini digunakan agar dapat diketahui posisi perusahaan diantara empat
kuadran yang tersedia serta dapat diketahui strategi alternatif yang dapat
digunakan untuk mengembangkan usaha.
Gambar 2.2 Matriks Grand Strategy (Rangkuti, 2005)
Matriks ini terdiri dari empat kuadran, yaitu sebagai berikut.
a. Kuadran I (strategi agresif)
Apabila perusahaan berada pada kuadran dengan strategi agresif maka
perusahaan berada pada posisi yang baik untuk menggunakan kekuatan
internalnya guna memanfaatkan peluang eksternal, menggapai peluang internal,
mengatasi kelemahan internal, menghindari ancaman eksternal.
35
b. Kuadran II (strategi kompetitif / diversifikasi)
Perusahaan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada kelemahan
dan mempunyai ancaman yang lebih besar daripada peluang.
c. Kuadran III (strategi defensif)
Pada posisi ini perusahaan disarankan untuk memperbaiki kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Perusahaan memiliki kelemahan
yang lebih besar daripada kekuatan dan memiliki ancaman yang lebih besar
daripada peluang. Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak menguntungkan
karena perusahaan menghadapi berbagai kendala, sementara sumberdaya yang
dimiliki mempunyai banyak kelemahan.
b. Kuadran IV (strategi konservatif)
Pada kudran ini dengan strategi konservatif mengimplikasikan untuk tetap
berada pada dekat dengan kompetisi dasar perusahaan dan tidak mengambil resiko
yang berlebihan. Strategi konservatif ini seringkali memasukkan penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi konsentrik (David,
2006).
2.5.2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan (Rangkuti, 2005). Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan,
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
36
Pada matriks ini terdapat sembilan kotak di dalam satu persegi, dua kotak
yang berada dipinggir atas merupakan faktor internal yang terdiri dari kekuatan
dan kelemahan, kemudian dua kotak yang berada disamping kanan berisi faktor
eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Empat kotak yang berada
ditengah berisi beberapa alternatif strategi yang berasal dari gabungan antara
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, sedangkan sebuah kotak yang berada
dipojok kiri atas berupakan pembatas antara faktor internal dan eksternal.
Beberapa alternatif strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Strategi S-O (Strength-Opportunities)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi S-T (Strength-Threats)
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi W-O (Weakness-Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi W-T (Weakness-Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
37
2.6 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Teknik QSPM secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana
yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 (matriks EFE dan
IFE) dan hasil pencocokan dari analisis tahap 2 (matriks IE dan matriks SWOT)
untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Yaitu matriks EFE
dan IFE yang membentuk tahap 1, digabung dengan matriks IE dan matriks
SWOT, yang membentuk tahap 2, memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
membuat QSPM (tahap 3). Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang
paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internal-
eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Adapun langkah-langkah
pengembangan suatu QSPM adalah sebagai berikut :
a. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan di
kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFE dan EFE.
b. Memberi bobot pada masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini
identik dengan yang dipakai dalam matrik EFE dan IFE.
c. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari analisis SWOT.
Kemudian mencatat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM
d. Menetapkan attractiveness score (AS) untuk setiap strategi berdasarkan peran
faktor tersebut terhadap setiap alternatif strategi. Batasan nilai attractiveness
score adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik,
4 = sangat menarik.
38
e. Menghitung total attractiveness score (TAS) dengan mengalikan bobot
dengan attractiveness score (AS)
Menghitung jumlah seluruh total attractiveness score (TAS) untuk setiap
alternatif strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari
alternatif strategi yang tertinggi menunjukan bahwa alternatif strategi itu yang
menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukan bahwa alternative
strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Analisis SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan (Rangkuti,
2005). Menurut Pearce dan Robinson (1997), yang dimaksud faktor-faktor
analisis SWOT adalah :
1. Kekuatan (strengths)
Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain
terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh
perusahaan.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, keterampilan dan kapabilitas.
3. Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan.
39
4. Ancaman (threats)
Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian pada dasarnya adalah bertujuan untuk membentuk suatu strategi
yang sesuai untuk mengembangkan agrowisata. Seperti pada penelitian kali ini
yang bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat demi mengembangkan
Agrowisata Salak. Oleh sebab itu dibutuhkan kajian penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut Mudita (2009), membahas tentang strategi pengembangan
tentang agrowisata Desa Tenganan yang berlandaskan Tri Hita Karana yang
bertujuan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman serta merumuskan strategi alternatif dalam pengembangan
agrowisata dan merumuskan stategi kebijakan dalam pengembangan agrowisata.
Penelitian dilakukan di Desa Tenganan pengambilan sample menggunakan
purposive sampling dan hasil yang didapat adalah : yang termasuk kekuatan
diantaranya ada kesadaran masyarakat tentang potensi yang dimiliki untuk
pengembangan agrowisata, faktor kelemahannya adalah ada tanggapan negatif
sebagian masyarakat terhadap pengembangan agrowisata. Faktor ancaman
terjadinya pola pikir individual dan material. Faktor peluang Adanya dukungan
Pemda dalam pengembangan agrowisata. Alternatif Strategi yang dirumuskan
pada strategi SO adalah pengembangan peran desa Adat dan Pemda dalam
membangun aktivitas agrowisata, pada strategi ST adalah pengembangan motivasi
40
dalam pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan , pada strategi WO adalah
membangun dukungan kerjasama dan keberpihakan kepada masyarakat. Strategi
WT adalah membangun pemahaman dan ketahanan masyarakat.
Strategi yang dirumuskan sebagai suatu kebijakan dalam pengembangan
agrowisata Desa Tenganan : a) pengembangan agrowisata berbasis pada budaya
petani, b) Pengembangan agrowisata dengan bernuansa alami, c) mempertahankan
tanah atau lahan agama hindu, d) Pembangunan diwariskan, e) Pembangunan
berpegang pada landasan hidup masyarakat, f) Pelaksanaan pembangunan
berbasis peraturan adat atau awig-awig, g) Pengembangan agrowisata
mengedepankan spesifik lokalita, h) Pembangunan berwawasan agribisnis, i)
Pembangunan berpihak kepada petani.
Menurut Indiyani (2010) membahas strategi pengembangan agrowisata di
Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung yang bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi agrowisata di Desa Tihingan guna merumuskan
strategi dan program pengembangan agrowisata tersebut. Metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari observasi wawancara mendalam dan
studi dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis Internal-Eksternal dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tihingan memiliki agrowisata
berupa lahan pertanian yang masih produktif dengan dikembangkan beberapa
jenis tanaman hortikultura dan palawija. Berdasarkan analisis SWOT dihasilkan
strategi alternatif yaitu strategi pengembagan produk agrowisata, strategi promosi,
strategi pengembangan sarana, dan prasarana pokok maupun penunjang, strategi
41
peningkatan keamanan dan kenyamanan dan strategi pengembangan kelembagaan
dan sumberdaya manusia pada obyek wisata Desa Tihingan.
Menurut Sarjana (2014) membahas tentang strategi pengembangan wisata
di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan yang bertujuan untuk
mengetahui potensi dan strategi pengembangan desa wisata wisata di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini bersumber dari observasi, wawancara, metode kepustakaan, dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis faktor internal dan
analisis faktor eksternal di identifikasikan potensi yang dimiliki desa wisata di
Desa Belimbing Kecamatan Pupuan ditinjau dari (a) kekuatan (keindahan SDA,
keunikan SDA, Kelestarian SDA, atraksi wisata, kondisi lingkungan yang sejuk,
berbagai jenis usaha masyarakat lokal, aksebilitas, sikap masyarakat, pendapatan
masyarakat luas, pengamanan pihak aparat), (b) kelemahan (sarana dan prasarana,
layanan pegawai pemda, keterampilan masyarakat dalam berbahasa inggris yang
fasih, manajemen pengelolaan objek, dukungan dana, kebersihan lingkungan,
pemanfaatan SDM sebagai pemandu wisata, dan penataan lingkungan), (c)
peluang (kunjungan wisatawan, letak strategis dengan objek wisata lain, adanya
kepastian hukum, konsep pengembangan pariwisata alami, lahan pertanian yang
dijadikan objek wisata, kebutuhan wisata alternatif, daerah tujuan wisata di Bali,
terjalinnya kerjasama, dukungan pelaku wisata, otonomi daerah yang
diberlakukan pemerintah, nilai budaya masyarakat setempat), (d) ancaman
(persaingan dengan daerah lain dalam pengembangan desa wisata, berubahnya
pola pikir dan perilaku masyarakat, adanya pedagang acung, adanya penduduk
42
pendatang, dan tercemarnya lingkungan). Berdasarkan kesimpulan dari matriks
SWOT, maka prioritas yang dapat dilakukan adalah mengembangkan desa wisata
dan mempertahankan daya tarik dengan mempersiapkan paket wisata,
mempersiapkan rute/peta tracking, dan penataan kawasan.
Menurut Yulistriani (2009), membahas tentang strategi pengembangan
agrowisata pada perkebunan teh PT. Mitra Kerinci Nagari Lubuk Gadang Selatan,
Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kondisi, mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor internal
dan eksternal serta merumuskan strategi pengembangan agrowisata pada
perkebunan teh PT. Mitra Kerinci yang didasarkan pada tiga daerah yaitu daerah
asal, daerah antara dan daerah tujuan wisata. Masing-masing daerah ditinjau dari
beberapa aspek yaitu aspek sumberdaya manusia, aspek promosi, aspek
sumberdaya alam dan lingkungan, aspek sarana dan prasarana dan aspek
kelembagaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Untuk mengamati variabel-variabel yang mempengaruhi
pengembangan Agrowisata dilakukan wawancara dengan pihak- pihak terkait
(stakeholder Agrowisata) yang terdiri dari pengunjung dengan metode
convenience sampling yaitu ketika responden yang dijadikan sampel sedang
berada di lokasi penelitian dan stakeholder tokoh-tokoh masyarakat yang
dianggap mempengaruhi pengembangan Agrowisata dengan metode purposive
(sengaja).
Pemilihan informan kunci (para pakar) dilakukan secara sengaja
(purposive) sebanyak empat orang pakar. Data dianalisis secara deskriptif
43
kuantitatif dan deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan metode analisa
matrik IFE (Internal Factor Evaluation), matrik EFE (Eksternal Factor
Evaluation), matrik IE (Internal Eksternal) dan matrik SWOT (Strengths,
Weakness,Opportunities,Threats). Hasil analisa matrik IFE menunjukkan
agrowisata PT. Mitra Kerinci cukup kuat dalam mengatasi kelemahan dan
menggunakan kekuatan untuk pengembangan agrowisata, namun dari hasil analisa
matrik EFE menunjukkan Agrowisata PT. Mitra Kerinci mempunyai respon yang
rendah dalam menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
yang timbul.
Hasil analisa matrik IE menghasilkan bahwa strategi terbaik yang
dilakukan adalah startegi hold and mantain atau strategi stabilitas. Strategi yang
bisa dilakukan pada posisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Hasil analisa matrik IFE, EFE, dan IE diperkuat dengan
matrik SWOT yang menghasilkan beberapa strategi di daerah asal, daerah antara
dan daerah tujuan. Di daerah tujuan wisata memerlukan sebuah divisi khusus
pengelola Agrowisata agar program pengembangan lebih terarah, peningkatan
sumberdaya manusia peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan promosi
serta produk wisata. Didaerah antara perlu strategi peningkatan koordinasi antar
lembaga wisata dalam meningkatkan pelayanan dan promosi wisata. Daerah asal
perlu peningkatan kerjasama antar daerah dalam mempermudah akses wisata ke
daerah tujuan wisata.
Menurut Rinawati (2014), membahas tentang Strategi Pengembangan
Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII. Penelitian ini bertujuan untuk
44
mengidentifikasi karakteristik dan penilaian pengunjung, mengidentifikasi
lingkungan faktor internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi untuk
pengembangan usaha Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII. Desain
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan metode study kasus. Informan
dalam penelitian ini sebanyak 7 orang pengelola agrowisata yang ditentukan
dengan metode purposive sampling. Responden dalam penelitian ini sebanyak 100
orang pengunjung yang ditentukan dengan convenience sampling. Analisis data
yang digunakan adalah matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Hasil
penelitian menunjukan bahwa karakteristik pengunjung Agrowisata Perkebunan
Gunung Mas PTPN VIII yaitu berusia antara 20-29 tahun dengan pendidikan
perguruan tinggi serta berprofesi sebagai karyawan dan memiliki pendapatan di
atas Rp 3.000.000. Sebagian besar pengunjung berminat untuk berkunjung
kembali. Secara keseluruhan penilaian pengunjung terhadap 7 bauran pemasaran
dan pengelolaan layout sudah baik, namun untuk kegiatan berkuda dinilai kurang
baik. Hasil identifikasi kondisi lingkungan internal terdiri dari 10 kekuatan dan 10
kelemahan, sedangkan kondisi lingkungan eksternal terdiri dari 11 peluang dan 11
ancaman.
Pemetaan matriks IE menempatkan posisi Agrowisata Perkebunan
Gunung Mas PTPN VIII pada sel II yang dapat dikelola menggunakan strategi
tumbuh dan bina yang terdiri dari strategi intensif dan integrasi. Hasil analisis
terhadap matriks SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi pengembangan.
Alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat direkomendasikan
45
berdasarkan matriks QSPM yaitu meningkatkan kinerja pemasaran dan efektivitas
promosi untuk menjaring pengunjung yang lebih banyak.
Dari beberapa tinjauan penelitian terdahulu di atas, pada penelitian ini
akan mengkaji tentang persepsi masyarakat dan strategi pengembangan
agrowisata salak dengan menggunakan metode yang hampir sama dengan
beberapa metode yang digunakan pada penelitian terdahulu. Akan tetapi pada
penelitian ini terdapat sedikit perbedaan yaitu adanya pembahasan persepsi
masyarakat yang bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang
adanya pengembangan agrowisata salak di Desa Sibetan.