bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 metode
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Pembelajaran Mind Mapping
Metode pembelajaran mind mapping merupakan temuan Tony Buzan.
Buzan, yang oleh banyak kalangan disetarakan kehebatannya dengan Stephen
Hawking (jika Hawking ahli mengeksplorasi ruang angkasa, Buzan ahli dalam
mengeksplorasi otak), menemukan mind mapping pada 1970-an. Sejak 1975,
bersama Micahel J. Gelb, Buzan mengembangkan mind mapping sebagai alat
untuk melatih orang berpikir dengan lebih berdayaguna.
Metode pembelajaran mind mapping adalah sistem penyimpanan,
penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakan raksasa, yang
sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan ( Tony Buzan, 2010: 12).
Selain itu mind mapping menurut Tony Buzan (2010: 4) adalah cara termudah
untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar
dari otak-mind Maping adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah
akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Dengan mind mapping daftar informasi
yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan
mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam melakukan
berbagai hal.
DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa mind mapping
menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, dan merencanakan. mind mapping ini dapat membangkitkan
ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
Metode pembelajaran mind mapping adalah cara paling efektif dan efisien
untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward,
2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah
cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam mind
8
mapping sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai
dengan kealamian cara berpikir manusia. mind mapping membuat otak manusia
ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak
manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam mind mapping, kedua sistem
otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan
pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2010:
9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan
merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk
diingat.
Ada beberapa petunjuk dan langkah – langkah dalam membuat metode
pembelajaran mind mapping, sebelum membuat sebuah peta dan pensil warna,
otak serta imajinasi. pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak
bergaris, pena dan pensil warna,otak serta imajinasi, Buzan (2010:15)
mengemukakan ada tujuh langkah untuk membuat mind mapping yaitu sebagai
berikut:
1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar,karena memulai dari tengah memberi kebebasan pada otak untuk
menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih
bebas dan alami.
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena sebuah gambar bermakna
seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan
lebih menarik kita tetap terfokus,membantu kita berkonsentrasi,dan
mengaktifkan otak.
3. Menggunakan warna yang menarik,karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar, warna membuat mind mapping lebih hidup menambah energi
pada pemikiran yang kreatif dan menyenangkan.
4. Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-
cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya.
Karena otak berkerja menurut asosiasi. Otak seneng mengaitkan dua atau tiga
9
atau empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan
lebih mudah mengerti dan mengingat.
5. Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus karena akan
membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti
cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena dengan kata kunci tunggal
dapat memberi banyak daya dan flksibilitas kepada mind Map.
7. Gunakan gambar,karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna
seribu kata.
Adapun kelebihan langkah – langkah diatas adalah memberi bentuk
ringkas sebuah materi yang luas,menarik dan memberi kebebasan otak untuk
berkreasi. Sedangkan kekurangannya adalah ketika mengaitkan empat hal
sekaligus sehingga membuat mind map hanya akan dipahami oleh pembuat,
sementara itu orang lain yang membaca butuh waktu cukup lama untuk
mempelajarinya karena hanya dibantu satu kata kunci tiap garisnya. Solusinya
kata kunci dibantu atau ditambahi dua atau lebih kata keterangan.Selain itu
penggunaan gambar dalam mind map yang bisa bermakna seribu kata. Hal ini
terkadang bisa menimbulkan perbedaan penafsiran orang yang satu dengan
lainnya. Oleh karena itu penggunaan gambar dalam mind map sebaiknya
dilengkapi dengan kata di bawah gambar yang menerangkan gambar apa itu.
Langkah – langkah membuat mind mapping menurut Muhammad Noer
(http://www.Muhammadnoer.com) dalam membuat mind mapping adalah sebagai
berikut:
1. Buatlah judul di tengah-tengah catatan yang hendak kita buat, dengan
menggunakan warna yang disukai anak .
2. Buatlah cabang-cabang utama, Setiap cabang sebaiknya menggunakan warna
yang berbeda-beda untuk memudahkan asosiasi.
3. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan menambahkan gambar atau
ilustrasi untuk memudahkan setiap asosiasi pada tiap cabang.
10
4. Mengembangkan cabang – cabang berikutnya dengan menambahkan gambar-
gambar.
Kelebihan pada langkah – langkah di atas adalah Bentuk cukup sederhana
sehingga lebih memudahkan dalam penafsiran.Menarik dan tidak membosankan
karena penggunaan gambar dan garis dengan warna berbeda. Sedangkan
kekurangan penggunaan warna berbeda pada cabang utama terkadang bisa
membuat otak menjadi pusing dan muncul ketidakpahaman atas maksud dari
cabang utama tersebut.Solusinya adalah akan lebih baik jika kita menggunakan
warna yang sama pada cabang utama agar menyamakan persepsi. Variasi warna
bisa kita lakukan ketika membuat cabang dari cabang utama,garisnya kita beri
warna berbeda dari warna garis cabang utama, demikian seterusnya. Kita akan
mendapatkan variasi warna berbeda dari kelompok tiap cabang.
Langkah-langkah membuat mind mapping menurut Gordon Dryden dan
jeannette,vos (http://setyo1984.blogspot.com) adalah sebagai berikut:
1. Bayangkan sel-sel otak (neuron) Anda seperti pohon, masing-masing
menyimpan informasi yang berhubungan pada cabang-cabangnya.
2. Susunlah kembali poin-poin kunci, dari topik mana pun yang ingin Anda
keluarkan atau Anda serap, di atas selembar kertas putih sebagaimana bentuk
pohon (neuron) yang bercabang-cabang.
3. Mulailah dengan gagasan inti, biasanya dengan satu simbol, di tengah
halaman, lalu gambarlah cabang-cabangnya menyebar di sekelilingnya.
4. Usahakan mencatat hanya satu kata atau simbol untuk setiap poin yang ingin
Anda ingat atau tampakkan, satu tema utama untuk setiap cabang.
5. Letakkan poin-poin yang berhubungan pada cabang utama yang sama,
masing-masing membentuk sub cabang.
6. Gunakan pensil atau spidol berwarna untuk topik-topik yang berhubungan.
7. Lukislah sebanyak mungkin gambar atau simbol.
8. Ketika Anda melengkapi setiap cabang, lingkari dengan garis batas berwarna.
11
9. Kembangkan terus setiap cabang secara teratur. Ada kemungkinan cabang
yang membesar dan banyak dapat kita pisahkan untuk menjadi mind mapping
yang baru, dan seterusnya.
Kelebihan dari langkah-langkah di atas adalah Kita bisa menghasilkan
mind map sebanyak mungkin dan tiap kajian akan terus dikaji sampai pada batas
maksimal. Selain itu akan menarik karena berbentuk pohon yang berwarna.
Sementara kekurangan dari langkah- langkah diatas adalah bisa melebar dan
keluar dari ide pokok yang ditentukan pada mulanya, akibat dari tidak terbatasnya
pengembangan tiap cabang. Sehingga terkadang penekanannya tidak pada topik
utama tapi pada topic lain yang dianggap lebih menarik setelah dikaji. Solusinya
adalah penentuan dan penetapan batasan pengembangan mind map. Batasannya
adalah pengembangan mind map dihentikan ketika pengembangannya sudah
keluar dari topik utama yang akan dibahas.
Dari beberapa pendapat di atas, langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kertas kosong kepada siswa.
2. Menuliskan judul/tema pada kertas kosong tersebut dengan sisi yang
panjangnya diletakkan secara mendatar.
3. Membuat cabang-cabang utama dengan garis tebal dengan berbagai warna
yang berbeda.
4. Siswa menuliskan kata kunci untuk setiap cabang bisa dalam bentuk tulisan
maupun simbol.
5. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan garis melengkung.
6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
Dalam membuat mind mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas
yang tinggi. Variasi dengan huruf kapital, warna, garis bawah atau simbol-simbol
yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan mind mapping
yang telah dibuat akan lebih mengesankan.
12
Metode pembelajaran mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran mind mapping juga
merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk
menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan
sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bias
diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu mind
mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa
untuk perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menajubkan. mind mapping
bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya
dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang
telah dipelajari. mind mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan
gaya belajar visual. mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja
otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua
belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya
kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima. mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat
bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan
perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan mind mapping. Dengan demikian, guru diharapkan
dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama
dalam proses pembuatan mind mapping. Proses belajar yang dialami seseorang
sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar
dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan
hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif
maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.
Kegunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping
Menurut Michael Michalko dalam Buzan (2010:6), metode pembelajaran
mind mapping dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang termasuk
13
bidang pendidikan. Kegunaan metode pembelajaran mind mapping dalam bidang
pendidikan:
a. Mengaktifkan seluruh otak.
b. Membereskan akal dari kekusutan mental.
c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.
d. Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling
terpisah.
e. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.
f. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita
membandingkannya.
g. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang
membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke
ingatan jangka panjang.
Selain itu menurut Buzan (2010:54-130). Disamping itu, Metode
pembelajaran mind mapping juga dapat bermanfaat untuk :
1. Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.
2. Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali belajar.
3. Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan.
4. Membuat rencana atau kerangka cerita.
5. Mengembangkan sebuah ide.
6. Membuat perencanaan sasaran pribadi.
7. Memulai usaha baru.
8. Meringkas isi sebuah buku.
9. Fleksibel.
10. Dapat memusatkan pemahaman.
11. Menigkatkan pemahaman.
12. Menyenangkan dan mudah diingat.
14
Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind
mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah
ringkasan dari Law of Mind Mapping:
a. Kertas polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3
dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-
tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.
b. Garis lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis
akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan
panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya.
Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c. Menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus
selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang
semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
d. Menggunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan
ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau
memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.
e. Menggunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda
untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.
f. Menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di tengah-tengah
kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs
umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam
dimulai dari arah jam 1.
Terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis mind
mapping, yaitu:
a. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses
pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran
umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk
15
pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan
kegiatan untuk membuat Master mind mapping yang merupakan rangkuman
dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya
sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah
mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka
peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah
atau di perpustakaan.
b. Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga
gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan
dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa
diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik
dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk
bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga
langsung masuk ke langkah Inview.
c. Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan
mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi,
konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk
membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
d. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan
berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada
informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh
siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-
ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review
dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya
untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.
16
Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Mind Mapping
Dilihat dari hakikat dan karakteristik, kelebihan metode pembelajaran mind
mapping dapat dikekumukakan sebagai berikut:
a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.
b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.
c. Catatan lebih padat dan jelas.
d. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
e. Catatan lebih terfokus pada inti materi.
f. Mudah melihat gambaran keseluruhan .
g. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan .
h. Memudahkan penambahan informasi baru.
i. Pengkajian ulang bisa lebih cepat.
j. Bersifat unik.
Sedangkan kelemahan metode pembelajaran mind mapping adalah:
1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2. Tidak sepenuhnya terjadi proses pada siswa yang kurang antusias.
3. Mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa
mind mapping siswa.
2.1.2 Hasil Belajar.
Menurut Sudjana, (2004 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Pengalaman belajar ini akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya menurut Sudjana, (2004 : 22) dibedakan menjadi tiga
macam kemampuan (hasil belajar) yaitu : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar
(kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat
17
dari dua sisi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999).
Ia memandang dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.Untuk
memperoleh hasil belajar, diperlukan penilaian/ dilakukan evaluasi pada siswa
yang merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga
dengan evaluasi pendidik juga dapat mengukur tentang perubahan tingkah laku
siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan
tujuan pengajaran. Jadi penilaian atau evaluasi hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu ( Samsul Hadi dan Rukiyah, 2009)
Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk
menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses
belajar selama satu periode tertentu. Menurut Hamalik (2002: 146) hasil belajar
itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran d sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh
dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faKtor
kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik, dan psikis (Susianha, 2009).
18
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar, yaitu kemampuan keterampilan dan kebiasaan, kemampuan
keterampilan dan kebiasaan, kemampuan pengetahuan dan pengarahan serta
kemampuan sikap dan cita-cita, yang dipandang dari dua sisi yaitu siswa dari
siswa ( ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor) dan sisi dari guru yaitu
terselesainya bahan pelajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
antara lain : faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, misalnya
kecerdasan, bakat, minat, dan motifasi. Faktor ekstern adalah faktor yang berada
di luar siswa, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dll yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat
untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,
kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat
relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Menurut Cangelosi
(1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir
prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium,
dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut
suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan
pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal
dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi
19
pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang
dihasilkan adalah data kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,
perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan
instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes,
lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.
Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk
mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) siswa. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen
pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes
dan non tes, antara lain:
1. Tes
Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek
tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes merupakan salah satu upaya
pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan
kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan
dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas sejumlah
soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada
suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau
soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Jadi kesimpulan dari
pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dan menggunakan langkah – langkah dan kriteria - kriteria yang sudah
ditentukan. Berikut ini adalah teknik tes :
20
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal
maupun jawabannya.
2. Tes Lesan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya
dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak
menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang
lain.
3. Tes Unjuk Kerja
Pada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator
pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
1. Tes Esai (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan
gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2. Tes Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta
menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan
jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-
kata lepas maupun angka-angka.
3. Tes objektif
Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut
dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu:
21
2. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
3. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian siswa.
4. Task Analysis (Analisis Tugas)
Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan
menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar
komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
5. Komposisi dan Presentasi
Siswa menulis dan menyajikan karyanya.
6. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk
individu maupun kelompok
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang
dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan
dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila
cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran
dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan
instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala
sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai
alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun
kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor
22
siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan
presentasi.
Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-
kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau
matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik
atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang
kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman
menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Dalam menyusun kisi-kisi
soal menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan bahwa
Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal
yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus
memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan
jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll
(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi
(C6).
2.1.3 Pembelajaran Tematik
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2009:1) menyatakan Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
a. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran
tidakdibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari,
mencakup berbagai mata pelajaran.
23
b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
c. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbgai
aspek kehidupan.
d. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang.
e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi
bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
b. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
d. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga
maningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan
Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD
pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang
harus dicakup adalah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa
Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuna sosial, seni
budaya dan keterampilan, dan pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan.
Berdasar ketentuan yang terdapat di dalam struktur KTSP, pembelajaran di
kelas I SD menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik diajarkan
24
kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada
perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman
holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih
bermakna. Dalam pembelajaran tematik,, muatan masing-masing mata pelajaran
sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.
Huda (2009:1-2) menyebutkan dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran tematik, ada beberapa tahap kegiatan yang perlu diperhatikan, yaitu
a. Analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar
kompetensi masing-masing mata pelajaran.
b. Tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi berbagai
mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang
utuh, padu, dan bermakna.
c. Tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata
pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang
telah ditentukan.
d. Tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah
ditentukan.
e. Berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar,
tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai
dengan tema yang telah ditentukan.
f. Rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar
yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media dan metode
pembelajaran, serta evaluasi.
Direktorat Pendidikan Tinggi (2009:3-4) menyatakan pembelajaran
tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil
dengan baik. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
pembelajaran tematik, yaitu:
a. memilih tema
b. mengorganisir tema
25
c. mengumpulkan bahan dan sumber
d. merancang kegiatan dan proyek
e. mengimplementasikan satuan pelajaran
Pencapaian tujuan pembelajaran tematik yang dapat dimiliki oleh
kemampuan siswa yang standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke
dalam kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas II
Semester 2 disajikan lebih rinci dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik
Kelas II Semester 2 Tema Lingkungan Sekitar
Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar
I. PKN
3. Menampilkan sikap demokratis PKN:
3.2 Menghargai suara terbanyak
II. IPS
2. Memahami kedudukan dan
peran anggota dalam keluarga
dan lingkungan tetangga
IPS:
2.3 Mendeskripsikan kedudukan dan
peran anggota keluarga
III. IPA
3. Mengenal berbagai sumber
energi yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari dan
kegunaannya
IPA:
3.1 mengidentifikasi sumber energi (
panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang
ada di lingkungan sekitar.
IV. Matematika
3.Melakukan perkalian dan
pembagian bilangan sampai dua
angka.
Matematika :
3.1 Melakukan perkalian bilangan
yang hasilnya bilangan dua angka
V. Bahasa Indonesia
Berbicara :
Mengungkapkan secara lisan
beberapa informasi dengan
mendeskripsikan benda dan
bercerita.
Menulis :
Menulis permulan dengan
mendeskripsikan benda di
sekitar dan menyalin puisi anak.
VI. Bahasa Indonesia
Berbicara :
Mendeskripsikan tumbuhan atau
binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya
dengan menggunakan kalimat yang
mudah di pahami orang lain.
Menulis :
Menyalin puisi anak dengan huruf
tegak bersambung yang rapi
26
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Noor Jehhan dengan judul Penerapan Metode Mind mapping untuk
Meningkatkatkan Berfikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa dengan Tema Peristiwa
pada siswa kelas III SD N Malang Tahun 2009/2010. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa dengan tema peristiwa
pada siswa kelas III SD N malang Tahun 2009/2010. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan desain penelitian
yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas III SD N
Malang yang berjumlah 16 siswa. Pengumpulan data dilaksanakan dengan angket,
observasi dan wawancara. Data yang terkumpul disusun dalam bentuk tabel dan
grafik dan selanjutnya dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisis kualitatif. Analisis kualitatif mendeskripsikan data hasil
angket, observasi dan wawancara selama pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas dapat meningkatkan
kreatifitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan tema
Peristiwa. Hal ini didasarkan pada hasil angket, observasi dan wawancara.
Ketuntasan nilai siswa untuk pra siklus 45,75% , siklus I menjadi 87,50% dan
pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 93,75%. Kelebihan dalam penelitian
ini meningkatkan kekreativitasan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik dengan tema Peristiwa. Kekurangan dalam penelitian ini adalah
membutuhkan waktu yang cukup agar pemahaman siswa tentang materi semakin
jelas . Solusinya ditetapkan waktu yang sesuai dengan kegiatan belajar
mengajarnya.
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Tri Indah Mariana
dengan judul Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare Kabupaten
Malang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan penerapan metode
Mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
(2) Mendeskripsikan hasil belajar dengan menggunakan metode Mind mapping
27
dalam pembelajaran PKn. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011,. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare
Kabupaten Malang dengan jumlah siswa 24. Rancangan penelitian ini mengacu
pada model Kemmis dan Taggart. Dilaksanakan dalam 2 siklus. Di setiap siklus
terdapat 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes dan observasi, dokumentasi,wawancara.
Analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh
adalah sebagai berikut: (1) penerapan metode mind map dilaksanakan 2 siklus.
Kegiatan inti meliputi pemberian rangkuman materi, Tanya jawab tentang materi
yang telah dibaca, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan LKK,
siswa memperhatikan contoh mind map yang dibuat guru seperti contoh tapi lebih
dikembangkan lagi, pembahasan hasil kerja kelompok. Kegiatan akhir meliputi
menyimpulkan materi dan mengerjakan soal evaluasi. (2) Hasil belajar siklus I
dan II menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode mind
mapping mampu meningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I Ketuntasan hasil
belajar mencapai 50% dengan rata-rata kelas 61,62. Hasil belajar meningkat lagi
pada siklus II menjadi 80,3% dengan rata-rata 76,79. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bahwa penerapan pembelajaran metode mind mapping dalam
pembelajaran PKn materi pemerintahan desa dapat meningkatkan hasil belajar,
khususnya di SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare Kabupaten
Malang. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan metode mind
mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara kekurangan dari
penelitian tersebut adalah nilai ketuntasannya masih terlalu rendah.
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Rani Mahardika yang
berjudul Penggunaan Mind Mapping untuk Meningkatkan Keaktiffan dan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahun Sosial (IPS) pada Siswa Kelas VA di SDN Tanjungrejo
5 Malang. Penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan penggunaan mind
mapping untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui dua siklus dan setiap siklus
terdiri dari dua pertemuan. Data yang diambil meliputi: (1) penggunaan mind
28
mapping, (2) keaktifan siswa selama pembelajaran melalui observasi, (3) hasil
belajar siswa yang diperoleh melalui pre tes dan post tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan mind mapping dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN Tanjungrejo 5 Malang. Hal ini ditandai
pada hasil keaktifan dan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Hasil observasi
keaktifan belajar siswa menunjukkan peningkatan dari siklus I dengan persentase
60,95% meningkat menjadi 79%. Siswa yang awalnya tidak memperhatikan
pembelajaran dan kurang aktif dalam pembelajaran pada siklus I menjadi aktif
dalam proses pembelajaran, siswa kreatif dalam menggunakan mind mapping,
akan tetapi ada beberapa kelompok yang kurang percaya diri saat diminta maju ke
depan mempresentasikan hasil buatannya. Pada siklus II peneliti membagi
kelompok secara heterogen karena pada siklus I beberapa kelompok menunjukkan
tidak percaya diri dan siswa dilibatkan langsung seperti menggunakan mind
mapping dan presentasi. Sehingga pada siklus II siswa saling membantu
memberikan gagasan dalam menyelesaikan masalah, lebih percaya diri, lebih aktif
dalam pembelajaran, dan siswa lebih kreatif dalam menggunakan mind mapping.
Hasil belajar siswa meningkat dari siklus I 73,18% (27 siswa) dengan nilai
rata-rata 70, terdapat 17 siswa yang belum tuntas belajar. Ini dikarenakan siswa
tidak memperhatikan pembelajaran dan kurang aktif dalam pembelajaran sehingga
siswa kurang menguasai materi. Pada siklus II guru mewajibkan semua kelompok
maju menjelaskan mengenai mind mapping yang telah dibuatnya dan guru
membimbing langsung dalam kegiatan Tanya jawab sehingga ketuntasan belajar
siswa meningkat menjadi 81,48% (27 siswa) dengan nilai rata-rata 82. Kelebihan
dari penelitian tersebut adalah keaktifan siswa meningkat dan hasil belajar pun
meningkat, kekurangan dari penelitian ini adalah banyak siswa yang belum aktif
dan sering ngobrol sendiri.
Selain penelitian di atas penelitian serupa juga pernah di lakukan oleh
Tutiek Yunita Rachmawati dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Menulis Cerpen dengan Metode Mind mapping pada Siswa Kelas IX di SMP Al
Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Dari penelitian tersebut bahwa
metode mind mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis
29
cerpen. Hal ini ditandai dengan prosentase yang selalu meningkat dalam setiap
siklus. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 54%, minat dan motivasi
sebesar 65% sedangkan perhatian dan konsentrasi sebesar 65%. Pada siklus II
keaktifan siswa naik sebesar 81%, perhatian dan konsentrasi sebesar 85%,
sedangkan minat dan motivasi siswa sebesar 85%. Pada siklus III keaktifan siswa
meningkat sebesar 92%, perhatian dan konsentrasi sebesar 100% sedangkan minat
dan motivasi siswa meningkat sebesar 100%. Penerapan metode mind mapping
juga dapat meningkatkan nilai siswa yang meningkat pada setiap siklus, yaitu
pada siklus I sebesar 60,2; pada siklus II 67,5; sedangkan pada siklus III 71,9.
Perbedaan dari penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dengan penelitian ini adalah
salah satu variabel yang diteliti yaitu kualitas pembelajaran menulis cerpen,
subyek penelitiannya pada siswa kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun
Ajaran 2007/2008, penelitianya berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari
penelitiannya adalah metode mind mapping dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis cerpen. Kelebihan dari penelitian ini adalah metode mind
mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen,
sedangkan kekurangannya penilaian pada proses kurang maksimal. Solusiya
adalah meningkatkan penilaian pada pada prosesnya.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Ari Murti, dengan judul
Penggunaan Teknik Mencatat Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas X SMA
NEGERI 1 ROWOSARI Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2010/2011. Desain
atau rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus dimana hasilnya diperoleh dari hasil tes dan
non tes. Pada siklus I nilai rata-rata kelas posttest mencapai 65,96 dengan
ketuntasan belajar klasikal sebesar 52,63%, kemudian pada siklus II diperoleh
nilai rata-rata kelas posttest mencapai 71,40 dengan ketuntasan belajar klasikal
55,26%, dan pada siklus III nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74,74 dan
ketuntasan belajar klasikal mencapai 81,58%. Dalam penggunaan model
pembelajaran Mind Mapping juga mampu meningkatkan keaktifan siswa dan guru
selama proses pembelajaran. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 47,22%,
30
dengan keaktifan guru 68%, kemudian pada siklus II keaktifan siswa 63,88%,
dengan keaktifan guru 74%, kemudian pada siklus III keaktifan siswa mencapai
72,22%, dengan keaktifan guru 78%. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa model
pembelajaran mind mapping mampu membantu tercapainya hasil belajar yang
lebih baik, karena nilai rata-rata yang diperoleh sebelum menggunakan mind
mapping adalah < 70 dan setelah menggunakan mind mapping nilai rata-rata kelas
menjadi > 70. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Sejarah menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat
meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Rowosari
Kabupaten Kendal. Kelebihan dengan penggunaan model Pembelalajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar, sementara kekurangan dari penelitian tersebut
adalah kenaikan ketuntasan siswa begitu rendah. Solusinya perlu diperhatikan
guru saat menganjar menggunakan mind mapping agar siswa lebih fokus pada
mata pelajaran yg diajarkan sehingga penguasaan materi lebih baik.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang kami lakukan karena
sama-sama menggunakan metode mind mapping sebagai variable untuk
menyelesaikan masalah. Pada penelitian. Namun, hasil yang diamati pada
penelitian peneliti lebih menekankan pada variabel hasil belajar siswa dan subjek
yang digunakan adalah siswa kelas II SD Kristen 01 Wonosobo.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memiliki ciri yang
sangat mencolok yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Metode yang sering
digunakan yaitu ceramah, guru menjelaskan materi sedangkan siswa hanya
berperan pasif, siswa mendengarkan penjelasan serta ceramah dari guru, setelah
guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa,
siswa mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berbekal apa yang ia baca dan
ia dengar dari penjelasan guru sebelumnya. Akhirnya hasil belajar yang diperoleh
siswa rendah, banyak siswa yang tidak tuntas belajar karena nilai yang diperoleh
kurang dari KKM yang ditentukan.
31
Berpijak bahwa asumsi belajar adalah mengalami sesuatu. Proses belajar
adalah berbuat, bereaksi, mengalami serta, menghayati situasi-situasi yang
sebenarnya dan dengan serius terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan
yang nyata bagi siswa sehingga akhirnya siswa mendapatkan pengalaman sebagai
kompetensi. (Revans, 1980) Seperti halnya proses pembelajaran kontekstual yang
menghubungkan dan melibatkan siswa dengan dunia nyata, model ini pun lebih
mengedepankan model connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan
dengan dunia nyata), dengan demikian pembelajaran dianggap sebagai bagian
integral dari sebuah kehidupan. Perubahan paradigma dari pembelajaran
konvensional/biasa menjadi siswa yang aktif dalam pembelajaran yang sesuai
dengan apa yang diharapkan di kurikulum 2006 dimana siswa dituntut lebih aktif
dalam setiap pembelajaran. Untuk mengatasi paragidma ini, guru mencoba
menggunakan mind mapping. Mind mapping adalah sebuah pembelajaran yang
menggunakan gambar peta konsep dengan gambar dan simbol-simbol sehingga
pembelajaran membuat siswa aktif dan menarik bagi siswa. Langkah-langkah
mind mapping sebagai berikut :
a. Penjelasan tentang tugas
Pembelajaran awal kepada siswa tentang topik dengan memberikan latar
belakang dan proses pembuatan mind mapping
b. Langkah membuat mind mapping
1. Memberikan kertas kosong kepada siswa.
2. Menuliskan judul/tema pada kertas kosong tersebut dengan sisi yang
panjangnya diletakkan secara mendatar.
3. Membuat cabang-cabang utama dengan garis tebal dengan berbagai warna
yang berbeda.
4. Siswa menuliskan kata kunci untuk setiap cabang bisa dalam bentuk
tulisan maupun simbol.
5. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan garis melengkung.
6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,
maka pengukuran dilakukan dengan adanya penilaian proses dan tes formatif .
32
Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Tematik dengan Tema Lingkungan sekitar di bawah ini.
33
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
Siswa pasif mendengarkan
penjelasan
Guru menyampaikan materi
dengan ceramah
Guru memberikan evaluasi
HASIL BELAJAR < KKM
PEMBELAJARAN TEMATIK
KELAS II TEMA LINGKUNGA
SEKITAR DENGAN METODE
PEMBELAJARAN MIND
MAPPING
FASILITATOR/
PENDAMPING
MEMBERIKAN KERTAS KOSONG
MENULISKAN JUDUL
MEMBUAT CABANG-CABANG UTAMA
MENULISKAN KATA KUNCI
MENGEMBANGKAN CABANG UTAMA DENGAN GARIS
MELENGKUNG
MENGGUNAKAN KATA KANCI UNTUK SETIAP GARIS
PENILAIAN
PROSES
PENILAIAN
HASIL
HASIL
BELAJAR
≥ KKM
TES TERTULIS
34
2.4 Hipotesis
Peningkatan hasil belajar tema lingkungan sekitar diduga dapat dicapai
melalui penggunaan metode pembelajaran mind mapping siswa kelas II SD
Kristen 01 Wonosobo semester 2 tahun 2011/2012.