bab ii kajian pustaka 2.1 hasil penelitian terdahulurepository.untag-sby.ac.id/586/3/bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan mengenai kajian
cyberlove dan tehnis analisi wacana. Penelitian-penelitian tersebut akan
dijadikan bahan rujukan bagi peneliti agar peneliti memperoleh tambahan
informasi mengenai topik pembahasan penelitian yang akan dilakukan. Dalam
kajian penelitian terdahulu ini berikut peneliti paparkan melalui abstrak
penelitian.
2.1.1 Merry Fridha, Meria Octavianti, KONSTRUKSI MAKNA KENCAN DI
SITUS PENCARIAN JODOH TINDER Studi Fenomenologi Pada Pria
Pengguna Tinder Di Jakarta (Universitas Islam Balitar, Universitas
Padjajaran)
Penggunaan aplikasi pencarian jodoh saat ini sedang ramai digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aplikasi
pencarian jodoh seperti beetalk, meowchat, okcupid, tinder dan masih
banyak lagi yang lainnya. Situs pencarian jodoh dipercaya dapat memberi
solusi akan kecepatan dan ketepatan datangnya jodoh bagi penggunanya.
Fenomena ini membuat pergeseran makna akan kencan dimana pada masa
lalu kencan akan dilakukan oleh pasangan yang telah melalui tahap
perkenalan, pendekatan, penjajakan baru dilanjutkan dengan kencan.
Namun dewasa ini tahapan tersebut dipersingkat menjadi perkenalan
melalui aplikasi pencarian jodoh tinder, lalu bertemu untuk kencan.
Sehingga kencan yang dilakukan merupakan kencan buta (blind date)
sebab kedua orang berkencan tanpa mengenal dengan baik lawan
kencannya. Hal ini menarik perhatian peneliti sehingga peneliti tergelitik
untuk mengetahui bagaimana konstruksi makna kencan di situs pencarian
jodoh Tinder (Studi Fenomenologi pada Pria Pengguna Tinder di Jakarta).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Computer
Mediated Communication (CMC) dan Teori Penetrasi Sosial. Dengan
metodologi penelitian Kualitatif dan Pendekatan Fenomenologi, penelitian
10
berparadigma Konstruktivis ini memberikan gambaran akan adanya
pergeseran makna kencan bagi laki-laki pengguna aplikasi pencarian
jodoh di aplikasi tinder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nara sumber
laki-laki pengguna tinder di Jakarta akan memilih teman kencan, seperti
layaknya memilih barang yang disukai di online shop. Bila mereka
menyukai perempuan tersebut maka mereka akan mengajak bertemu dan
hubungan dapat bergerak cepat menuju tahap kencan. Makna kencan yang
diidentikkan dengan tahapan hubungan “intim” menjadi lebih singkat
tahapannya.
2.1.2 Cristiany Juditha, POLA KOMUNIKASI DALAM CYBERCRIME
(KASUS LOVE SCAMS) (Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI))
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memunculkan
fenomena baru yang dikenal dengan cybercrime. Berdasarkan laporan dari
State of The Internet 2013 menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki
banyak catatan kasus kejahatan dunia internet terbesar dan masuk
peringkat kedua dunia untuk kasus kejahatan cybercrime. Salah satu kasus
cybercrime yang banyak dialami perempuan Indonesia adalah love scams
(penipuan hubungan cinta melalui internet). Pola komunikasi yang
dilancarkan pelaku cybercrime (scammers) yang baru dikenal korban
justru lebih dipercaya, dibanding komunikasi langsung dari orang yang
telah dikenal dekat. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola
komunikasi dalam kasus cybercrime. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis isi kualitatif dengan menggunakan Computer Mediated
Communication (CMC) Models yang terdiri dari impersonal, interpersonal
dan hyperpersonal. Penelitian ini menyimpulkan ketiga pola ini terbangun
dalam kasus love scam. Faktor sumber pesan (scammers) memiliki kontrol
yang besar terhadap dirinya sendiri dan berada dalam pengaturan
komunikasi dengan korban-korbannya yang sama sekali tidak tahu siapa
sebenarnya mereka. Karena itu scammers umumnya mencoba
menyampaikan unsur-unsur diri yang terbaik, termasuk kepribadian,
prestasi, dan bahkan penampilan (foto) melalui saluran komunikasi
internet. Penerima pesan (korban) yang sedang kesepian dan mencari
jodoh biasanya langsung tersanjung dengan pesan cinta dan tanpa pikir
panjang melakukan umpan balik. Komunikasi secara intens pun terjalin
hingga korban terjerumus dan masuk perangkap penipuan dan kehilangan
uang hingga ratusan juta rupiah.
11
2.1.3 Nur Janah, 091211056, KESETARAAN JENDER PADA RUBRIK
SAKINAH DALAM MAJALAH ASY SYARIAH EDISI 66–77 TAHUN
2010-2011 (Analisis Wacana Sara Mills) (Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang)
Penelitian ini berjudul Kesetaraan Jender pada Rubrik Sakinah dalam
Majalah Asy Syariah edisi 66-77 tahun 2010-2011. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konstruksi Majalah Asy Syariah dalam kasus
Kesetaraan Jender pada Rubrik Sakinah edisi 66 – 77 Tahun 2010 – 2011.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis
wacana pendekatan francis. Adapun model wacana yang dipilih adalah
model wacana yang dikembangan oleh Sara Mills yang sering disebut
sebagai prespektif feminisme. Selanjutnya metode ini memiliki dua bagian
yaitu posisi subyek – obyek dan posisi pembaca. Kesimpulan skripsi ini
adalah Majalah Asy Syariah dalam rubrik Sakinah tidak hanya
menampilkan pendapat kaum laki – laki saja tetapi juga kaum wanita yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama baik itu dalam bidang domestik
maupun publik. Jadi tidak semua rubrik Sakinah menggambarkan seorang
istri dan wanita begitu di hormati dalam melakukan semua aktivitas sesuai
dengan syariat Islam Al-Quran dan Sunnah tetapi pihak laki-laki juga
mempunyai hak dan kewajiban sama sesuai syariat Islam. Laki – laki
maupun suami dilarang melakukan kekerasan terhadap wanita baik dalam
bentuk fisik maupun non fisik dan juga memberikan peluang atau
kesempatan untuk mengapai cita – citanya. Sedangkan Majalah Asy
Syariah ikut berperan dalam mengikis bias jender yang ada dalam
masyarakat, meskipun seluruh karyawannya dari pihak laki –laki tetapi
majalah tersebut tidak lupa menambahkan satu rubrik khusus yaitu
Sakinah yang membahas lembar untuk wanita dan keluarga.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Interaksionis Simbolik
2.2.1.1 Interaksi Simbolik: Sosiologi
Komunikasi yang berlangsung dalam tatanan interpersonal
tatap muka dialogis timbal balik dinamakan interaksi simbolik
(Symbolic Interac- tion/SI). Kini, Interaksi simbolik telah menjadi
istilah komunikasi dan sosiologi yang bersifat interdisipliner. Obyek
12
material (objectummaterial)- nya pun sama, yaitu manusia, dan
perilaku manusia (human behavior).
Interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi; sedangkan
simbolik adalah garapan komunikologi atau ilmu komunikasi.
Kontribusi utama sosiologi pada perkembangan ilmu psikologi
sosial yang melahirkan perspektif interaksi simbolik.
Perkembangan ini bisa dikaitkan dengan aliran Chicago.
Perkembangan sosiologi di Amerika sejauh ini didahului oleh
penyerapan akar sosiologi yang berkembang luas di Eropa.
2.2.1.2 Pemikiran Herbert Blumer
Dalam penjelasan konsepnya tentang interaksi
simbolik, Blumer menunjuk kepada sifat khas dari tindakan atau
interaksi antarmanusia. Kekhasannya bahwa manusia saling
menerjemahkan, mendefenisikan tindakannya, bukan hanya reaksi
dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang,
tidak dibuat secara langsung atas tindakan itu, tetapi didasarkan
atas “makna” yang diberikan. Olehnya, interaksi dijembatani oleh
penggunaan simbol, penafsiran, dan penemuan makna tindakan orang
lain. Dalam konteks ini, menurut Blumer, actor akan memilih,
memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformasikan
makna sesuai situasi dan kecenderungan tindakannya (Basrowi
dan Sukidin, 2002). Pada bagian lain, Blumer dalam Soeprapto
(2002) mengatakan bahwa individu bukan dikelilingi oleh
13
lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkan dan
membentuk perilakunya, sebaliknya ia membentuk obyek-obyek itu.
Dengan begitu, manusia merupakan actor yang sadar dan reflektif,
yang menyatukan obyek yang diketahuinya melalui apa yang
disebutnya sebagai self-indication. Maksudnya, proses komunikasi
yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu,
menilainya, memberi makna dan memberi tindakan dalam konteks
sosial. Menurutnya dalam teori interaksi simbolik mempelajari
suatu masyarakat disebut “tindakan bersama”.
Dalam perspektif Blumer, teori interaksi simbolik
mengandung beberapa ide dasar, yaitu:
1. Masyarakat terdiri atas manusia yang bertinteraksi.
Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan
bersama, membentuk struktur sosial;
2. Interaksi terdiri atas berbagai kegiatan manusia yang
berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi
nonsimbolis mencakup stimulus respons, sedangkan
interaksi simbolis mencakup penafsiran tindakan-tindakan;
3. Obyek-obyek tidak memiliki makna yang intrinsik. Makna
lebih merupakan produk interaksi simbolis. Obyek-obyek
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu
obyek fisik, obyek sosial, dan obyek abstrak;
14
4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal. Mereka
juga melihat dirinya sebagai obyek;
5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat
manusia itu sendiri;
6. Tindakan tersebut saling berkaitan dan disesuaikan oleh
anggota-anggota kelompok. Ini merupakan “tindakan
bersama”. Sebagian besar “tindakan bersama” tersebut
dilakukan berulang-ulang, namun dalam kondisi yang
stabil. Kemudian di saat lain ia melahirkan kebudayaan
(Bachtiar, 2006:249-250).
2.2.1.3 Interaksionisme Simbolik dalam Kehidupan Masyarakat
Maya
Mengutip pemikiran Argyo Demartoto dalam situsnya
memaparkan bahwa kata-kata dan gambar digunakan sebagai alat
interaksi oleh masyarakat cyber. Bentuk interaksi bermacam-
macam sesuai kebutuhan dan kesukaan, interaksi bisa berupa senda
gurau, debat, terlibat dalam wacana intelektual, melakukan
perdagangan, saling tukar pengetahuan, saling memberikan
dorongan emosional, membuat rencana, brainstorming, gossip,
pertengkaran, jatuh cinta, protes terhadap siapa saja, kritik
terhadap siapa saja. Mencari teman, kekasih, bermain game,
bermesraan, menciptakan karya seni, atau pun hanya sekedar
15
berinteraksi tanpa tujuan yang jelas. Melalui e-mail, pengguna
internet dapat menuliskan pesan-pesan, mengkritik, membalas
surat cinta ataupun tujuan lainnya.
Pengguna internet dapat menggunakan bahasa tertentu
dalam e-mail. lebih lanjut Dr. Argyo memberi penjelasan mengenai
bahasa yang digunakan dalam internet yang memperlihatkan
evolution of discourse dimana termasuk didalamnya adalah bentuk
bahasa tradisional, adaptasi bahasa slang dan bentuk-bentuk non-
standard yang biasa digunakan dalam kehidupan off-line. Adapun
beberapa contoh bahasa yang digunakan dalam internet seperti :
singkatan (A/S/L = Age, Sex, Location; ASAP = As Soon As
Possible; AMBW = All My Best Wishes; AFAIK = As Far As I
Know), Emoticons, yang merupakan lambang atau tanda yang
merepresentasikan emosi seperti : J (tersenyum, bahagia, gembira),
L (sedih, cemberut), (tertawa terbahak-bahak) dan sebagainya
adalah bahasa yang lazim digunakan diinternet. Bahasa ini juga
memainkan peranan penting ketika ingin melihat interaksi yang
terjadi didalam internet.
Esensi teori interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas
yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau
pertukaran simbol yang diberi makna. Herbert Blumer
mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksionisme
simbolik lewat tulisan-tulisannya. Interaksionisme simbolik
16
mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan
masyarakat. Tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan
metodologis dari teori interaksionisme simbolik yaitu:
1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar
dari pengalaman. Persepsi seorang selalu diterjemahkan
dalam simbol- simbol.
2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi diantara orang-
orang. Arti muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol
dalam kelompok-kelompok sosial.
3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya
interaksi di antara orang-orang.
4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh
kejadian-kejadian pada masa lampau saja, tetapi juga
dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri dari sebuah ercakapan internal yang
mereduksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang
dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok
sosial selama proses interaksi
7. Kita dapat memahami pengalaman seorang individu dengan
mengamati tingkah lakunya belaka. Pemahaman dan
pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui
pula secara pasti (Littlejohn, 1998:271).
17
Blumer menekankan bahwa studi terhadap manusia tidak
dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti terhadap benda.
Peneliti seharusnya berempati dengan subjek yang diteliti,
memasuki ruang lingkup pengalamannya dan berusaha mengerti
nilai tersebut. Blumer dan pengikutnya menghindari pendekatan-
pendekatan kuantitatif dan ilmiah dalam mempelajari tingkah laku
manusia. Mereka lebih memfokuskan diri pada sejarah kehidupan,
autobiografi, studi kasus, cacatan-cacatan pribadi, surat-surat dan
berbagai wawancara yang bersifat umum. Blumer secara khusus
menekankan pentingnya seorang partisipan melakukan peninjauan
pada studi komunikasi. Lebih jauh lagi tradisi Chicago
menganggap orang-orang itu kreatif, inovatif, dan bebas untuk
mendefinisikan segala situasi dengan berbagai cara yang tidak
terduga. Pribadi dan masyarakat dipandang sebagai suatu proses
bukan sebagai struktur membekukan proses berarti menghilangkan
inti hubungan individu-masyarakat (Littlejohn, 1998:147).
2.2.2 Teori CMC (Computer Mediated Communication)
Computer mediated communication (CMC) adalah suatu proses
komunikasi yang menggunakan media komputer. Internet adalah sebuah
bentuk CMC yang mana melibatkan manusia yang melakukan proses
komunikasi dan melakukan aktifitas di dalamnya. Perkembangan CMC
memiliki banyak dampak positif bagi perkembangan proses komunikasi.
Komputer mempermudah proses pertukaran pesan.
18
“CMC adalah suatu proses komunikasi atau pertukaran informasi
yang dilakukan melalui medium, dalam hal ini komputer. Dalam
prakteknya, CMC biasanya dikaitkan dengan komunikasi manusia
pada, melalui, atau menggunakan internet dan web.” (Tomic dalam
Astuti dalam Octavia, 2015:17).
Kapasitas atau porsi seseorang untuk melakukan adaptasi
lingkungan dalam CMC lebih rendah dibandingkan pada komunikasi
langsung. Dalam komunikasi face to face, nada bicara, gesture, ekspresi
menjadi hal yang sangat berpengaruh, tetapi dalam CMC, keseluruhan
kondisi tersebut dapat diperbaiki dan diterima sesuai dengan ekspektasi
komunikan. Seseorang tidak perlu memahami kondisi lingkungan sekitar
untuk dapat memahami komunikannya. Pemahamannya akan lebih kecil
dibandingkan dengan komunikasi langsung (Dijk, 1999:228).
Komunikasi menggunakan CMC juga memiliki kelemahannya
sendiri. Bahasa dan tanda yang datang melalui sebuah layar berbeda
dengan bahasa dan tanda yang datang secara langsung.
Terdapat empat aspek yang merupakan ciri utama dari computer
mediated communication (Dijk, 1999:228), yaitu:
1. Partner komunikasi tidak harus berada di satu tempat yang sama.
2. Tidak harus berkomunikasi dalam waktu yang bersamaan.
3. Komputer atau media dapat menjadi pengganti manusia sebagai partner
komunikasi, baik hanya sebagian atau keseluruhan.
4. Proses mental selama berkomunikasi dapat tergantikan oleh alat proses
informasi.
19
2.2.3 Analisis Wacana
2.2.3.1 Batasan Wacana
Wacana memiliki sudut pandang yang sama bagi para pakar
bahasa yaitu merupakan satuan bahasa terlengkap dan satuan
gramatikal tertinggi. Samsuri (1988:1) mengemukakan bahwa
sebuah wacana memiliki rekaman kebahasaan yang utuh tentang
peristiwa komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Wacana
mengasumsikan adanya penyapa (addressor) dan pesapa
(addressee). Dalam wacana lisan penyapa disebut pembicara dan
pesapa disebut pendengar, sedangkan dalam wacana tulis pesapa
adalah penulis dan pesapa adalah pembaca.
2.2.3.2 Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan (Stubbs, 1983:1).
Penggunaan bahasa secara alamiah yang dimaksud oleh
stubbs adalah penggunaan bahasa yang digunakan dalam
komunikasi sehari-hari. Dalam kajiannya penggunaan bahasa
dalam analisis wacana lebih ditekankan pada konteks sosial, yaitu
interaksi antarpenutur yang terjadi dalam masyarakat pemakai
bahasa.
20
Rani (2004:24) melalui hasil rangkumannya dari berbagai
pendapat para pakar mendapat kesimpulan bahwa analisis wacana
berusaha menginterpretasikan makna sebuah penuturan atau tulisan
denngan memperhatikan konteks yang melatarinya, yaitu konteks
linguistik dan konteks etnografi. Konteks linguistik yang dimaksud
adalah rangkaian kata yang mendahului atau yang mengikuti
satuan bahasa tertentu. Sedangkan dalam konteks etnografi
melingkupi faktor budaya, tradisi dan adat yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
2.3 Definisi Konsep
2.3.1 Cyberlove
Cyberlove adalah hubungan romantis yang terdiri dari komunikasi
komputer yang dimediasi. Terlepas dari kenyataan bahwa pasangan secara
fisik jauh hingga masih anonim atau belum diketahui identitasnya, dalam
satu aspek penting hubungan ini serupa dengan hubungan romantis
offline-emosi cinta yang dialami sepenuhnya dan sama intensnya seperti
dalam hubungan offline. Komunikasi online lebih cepat dan lebih
mendalam daripada pertemuan tatap muka.
Anonimitas dapat mengurangi tingkat kerentanan vulgar dalam
hubungan online. Orang bisa menjadi anonim sebagian dan sepenuhnya.
Orang bisa mempertaruhkan identitas sejati mereka atau aspek penting
darinya. Anonimitas dalam hubungan online memfasilitasi pengungkapan
diri karena mengurangi resiko terlibat dalam pengungkapan diri lebih
21
intim. Orang bisa mengekspresikan diri lebih bebas karena mereka
anonim.
Cyberlove is a romantic relationship consisting manly of computer
mediated communication. despite the fact that the partner is
physically remote and is to certain extent anonymous, in one
important aspect this relationship is similar to an offline romantic
relationship-the emotion of love is experienced as fully and as
intenselly as in an offline relationship (Aaron B, 2004:4).
Cyberlove mempunyai kemiripan dengan sahabat pena dalam
menjalin hubungan, hubungan ini bisa menjadi romantis, platonis, atau
bahkan berdasarkan urusan bisnis. cyberlove umumnya dipertahankan
untuk waktu tertentu sebelum memasuki hubungan yang serius. Perbedaan
utama di sini adalah bahwa cyberlove ditopang melalui komputer atau
layanan online, dan individu dalam hubungan mungkin tidak pernah
bertemu satu sama lain secara pribadi. Jika tidak, istilah ini cukup luas dan
dapat mencakup hubungan berdasarkan teks, video, audio, atau bahkan
karakter virtual. Hubungan ini bisa terjadi diantara orang-orang di
berbagai daerah, berbagai negara, sisi yang berbeda dari dunia, atau
bahkan orang-orang yang tinggal di daerah yang sama tapi tidak
berkomunikasi secara langsung.
Media online yang memfasilitasi terjadinya cyberlove :
1. Situs dan aplikasi kencan online
Situs kencan online menawarkan jasa perjodohan bagi orang untuk
menemukan cinta atau apapun yang dingin mereka cari. Penciptaan
internet dan inovasi progresif telah membuka pintu bagi orang untuk
bertemu orang lain yang mereka mungkin sangat baik.
22
2. Sosial media
Sosial media mempermudah seseorang untuk berkenalan dan
berhubungan dengan siapapun di seluruh belahan dunia. Sosial media
menjadi fasilitas cyberlove kedua yang paling banyak terjadi
dikarenakan dengan sosial media seseorang dapat mengamati sifat-sifat
orang yang dia sukai dari postingan-postingan yang diunggahnya dan
juga akan lebih mudah menemukan kriteria.
3. Game Online
Permainan menciptakan ruang sosial untuk orang-orang dari berbagai
usia, dengan userbases sering melintasi kelompok usia. Sebagian besar
game-game ini memungkinkan individu untuk chatting dengan satu
sama lain, serta membentuk kelompok dan klan. Interaksi ini dapat
menyebabkan komunikasi lebih lanjut, berubah menjadi persahabatan
atau hubungan romantis.
4. Forum online
Forum ini menimbulkan komunikasi antara individu, tidak peduli
lokasi, jenis kelamin, etnis, dll meskipun beberapa lakukan termasuk
batasan umur. Melalui forum ini orang mungkin mengomentari topik
atau benang masing-masing, dan dengan komunikasi lebih lanjut
membentuk persahabatan, kemitraan, atau hubungan romantis.
5. Chatroom
penggunaan chatroom seperti yahoo messenger yang sempat populer
yang kini sudah tergantikan dengan whatsapp sebagai aplikasi chat
23
yang paling banyak diminati, membuat seseorang lebih mudah
mengungkapkan perasaan dan lebih terbuka. Karena interaksi secara
virtual lebih meningkatkan kepercayaan diri dari pada interaksi secara
langsung atau face to face.
Efek positif media cyberlove :
1. Membantu para para lajang atau single parent yang ingin
mendapatkan pasangan, namun lebih banyak kesibukan sehingga
kurang ada waktu untuk bersosialisasi secara langsung.
2. Membantu si tipe tertutup dalam menemukan pasangan.
3. Interaksi secara virtual dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri.
4. Lebih banyak peluang menemukan pujaan hati dengan banyak
kriteria.
Efek Negatif media cyberlove :
1. Perselingkuhan.
2. Cybersex.
Cybersex umumnya dapat dipahami sebagai pengalaman seksual
yang dimediasi komputer yang menyebabkan kepuasan kausal.
Bentuk dapat dibedakan. Tapi tulisan ini mempunyai dua varian
berbeda (lihat Waskul:2004). Pertama, cybersex berbasis teks
sebagai interaksi semiotik murni yang mendukung masturbasi.
Kedua, cybersex berbasis video sebagai "permainan tubuh" yang
ditampilkan dengan tujuan kepuasan yang sama (Johannes L,
2011:2).
3. Melemahnya ikatan sosial.
4. Memberi peluang romance scammer.
Romance scammer adalah penipuan yang mengatas namakan cinta.
Dalam buku SCAMS - and how to protect yourself from them:2012,
24
dipaparkan bahwa penipuan romansa tradisional kini telah beralih
ke situs kencan internet. Pelaku aktif membina hubungan romantis,
yang kerap melibatkan janji pernikahan. Setelah beberapa lama
terjadilah pembahasan bahwa pelaku ingin berkunjung ke negara
pasangannya, namun tidak mempunyai cukup biaya. Penipuan
kemudian menjadi penipuan tingkat lanjut atau penipuan cek.
Beragam alasan dilakukan agar sang pasangan mau membiayai
perjalanannya. Setelah pasangan mengirimkan uang, si pelaku
akan hilang bersama akun palsunya.
5. Menjadi target cyberbullying, cyberstalking dan predator.
Cyberbullying adalah saat seseorang menggunakan teknologi,
seperti telepon dan komputer, untuk menggertak seseorang.
Sebagian besar waktu terjadi di internet. Ini sangat mirip dengan
jenis intimidasi lain yang terjadi secara langsung. Yang biasanya
dimaksudkan untuk menyakiti, mempermalukan, atau mengancam
seseorang (Drew N, 2013:6).
Cyberstalking menggambarkan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi untuk melecehkan satu atau lebih korban.
Tindakan pelecehan bisa termasuk pengiriman pesan email yang
bersifat menyerang atau menyakitkan, pencurian identitas, dan
kerusakan data atau peralatan (Paul B, 2006:160).
2.3.2 Wanita Indonesia
Tabloid Nova pada tahun 2015 melalui wawancaranya dengan
Adinda Reska Budiani, Psikolog Muda lulusan Universitas Atma Djaya,
mengemukakan bahwa Bagi sebagian wanita Indonesia, berpacaran atau
mengencani pria asing atau bahkan menikahi pria asing seakan menjadi
sebuah kebanggaan serta kemajuan dalam hal lingkup sosial, terutama
25
menyangkut persoalan finansial. Setidaknya fenomena ini menjadi stigma
yang melekat, disamping alasan memperbaiki keturunan dengan memiliki
anak hasil pernikahan dengan pria asing yang ganteng rupawan. Beberapa
alasan yang dikemukakan yaitu karena menganggap pria asing lebih
‘bebas’, lebih serius dan fokus, lebih romantis dan bisa diajak ke Negara
tempat si pria tinggal. “Lima kali berpacaran dengan pria bule, saya selalu
diajak berlibur dan bertemu keluarga mereka disana. Terakhir saya
mengunjungi Paris setahun lalu bersama pasangan. Enaknya juga karena
kurs uang dan gaji mereka dolar, jadi mereka mampu membiayai semua
pengeluarannya,” terang Putri D. Yuhana (30), Karyawati.
2.3.3 Pria Pakistan
Budaya percintaan dalam adat Pakistan adalah hal yang hampir
mustahil dan sulit tercapai. Pria Pakistan yang ingin menjalin cinta dengan
wanita Pakistan harus mempunyai modal yang besar, Modal yang
dimaksud adalah si pria harus makmur secara ekonomi, punya pekerjaan
yang layak dan berkendaraan setidaknya mobil. Selain itu si pria juga
harus berhadapan dengan kedua orang tua dan keluarga si wanita, si pria
tidak akan diterima jika tidak sesuai dengan kriteria keluarga. Orang
Pakistan lebih memilih pernikahan sesama ras. Hampir semua pernikahan
di Pakistan terjadi atas hasil dari perjodohan. Perjodohan biasanya sudah
dilakukan oleh kedua pihak orang tua sejak si anak masih kecil. sisanya
adalah pernikahan karena cinta. Pernikahan karena cinta termasuk hal
yang memalukan.
26
Mohammad Zaman, profesor sosiologi di Quaid-e-Azam
University di Islamabad, yang telah menulis sebuah buku tentang
pernikahan, mengatakan bahwa pernikahan yang diatur keluarga
mendominasi Pakistan. “Pernikahan karena internet adalah tren baru yang
muncul di Pakistan. Kemajuan teknologi telah masuk ke rumah-rumah
kami dan tabu tradisi perlahan-lahan memudar dalam keluarga-keluarga
berpendidikan,” kata Zaman. Lewat online, mereka bisa berbagi informasi
personal dan memasang foto – hal-hal yang dilarang dalam pemilihan
pasangan secara tradisional. “Ada semacam emansipasi dalam masyarakat
dan orang-orang muda ingin melakukan sendiri dalam memilih pasangan
mereka,” kata Zaman meski ia mengakui orangtua lebih mudah menerima
pilihan anak lelaki daripada anak wanita.
Fakta-fakta di atas kurang lebih menggambarkan bagaimana
sulitnya seorang pria Pakistan yang ingin menjalin kasih dengan seorang
wanita yang ia sukai. Internet membawa jalan bagi pria-pria Pakistan
untuk menjalani hubungan percintaan tanpa terbebani syarat-syarat dan
adat istiadat meski hanya melalui dunia maya. Itulah kiranya yang
membuat situs atau aplikasi kencan online lebih banyak dipenuhi pria
Pakistan atau bahkan lewat sosial media.
27
2.4 Kerangka Dasar Pemikiran
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir
Analisis wacana Sara Mills mengacu pada perspektif feminisme yang
mana lebih menekankan pada bagaimana perempuan digambarkan dalam sebuah
Analisis Wacana
Sara Mills
Posisi
Subjek-Objek
Posisi
Penulis-Pembaca
Artikel “Bila Wanita
Indonesia Punya Hubungan
dengan Pria Pakistan”
Teori :
1. Interaksionis Simbolik
2. Computer Mediated
Communication (CMC)
Wacana yang direpresentasikan
dalam artikel “Bila Wanita
Indonesia Punya Hubungan
dengan Pria Pakistan”
28
teks, gambar atau media. Sara Mills juga menempatkan pembaca pada posisi
yang penting dalam sebuah analisanya dan memusatkan perhatian pada
bagaimana seorang pembaca menempatkan dirinya dalam sebuah teks tersebut.
Analisis wacana Sara Mills ini yang akan digunakan peneliti dalam
membedah artikel Ratnawati Utami yang berjudul “Bila Wanita Indonesia Punya
Hubungan dengan Pria Pakistan” pada blog Amiratnawatiutami.blogspot.com.
Artikel ini akan peneliti analisis menggunakan teori computer mediated
communication (CMC) dan teori Interaksionis Simbolik.
Analisis wacana secara teoritis juga tidak dapat dipisahkan dengan
pendekatan interaksi simbolis, karena prinsip yang melandasi filsafatnya dan
pendekatan metodologinya sama (Burhan B, 2003:156).
Analisi wacana sangat dekat dengan prinsip metode interaksi simbolik
dalam muhadjir, 1998:137:
1. Simbol dan interaksi itu menyatu.
2. Simbol dan makna tidak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek
dapat di tangkap.
3. Peneliti harus sekaligus mengaitkan antara simbol dengan jati diri dengan
lingkungan sosialnya.
4. Hendaknya direkam situasi yang menggambarkan simbol dan maknanya.
Dengan dua teori tersebut maka akan ditemukan wacana-wacana
cyberlove antara wanita Indonesia dengan pria Pakistan hasil representasi
dari tulisan Ratnawati Utami tersebut.