bab ii distribusi frekwensi · bab ii distribusi frekwensi 2.1 pendahuluan kalau kita hendak...

30
BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan hal itu, baik data berupa angka-angka , maupun data berupa keterangan lainnya. Penyelidikan kita lakukan berdasar atau dengan pertolongan data yang sudah terkumpul itu. Data yang baru saja dikumpulkan itu biasanya diperoleh dalam bentuk yang sangat tidak teratur atau tidak tersusundan disebut data kasar. Contoh berikut memberikan gambaran tentang data kasar itu. Pada tanggal 20 Agustus 2010 oleh Fakultas Ekonomi Universitas Lampung telah diadakan ujian dalam mata kuliah Matematika Ekonomi , hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1.1 Hasil Ujian Matematika Ekonomi oleh 90 Mahasiswa FE UNILA 2010 6 6,95 5 4,25 8 2,50 6 6,50 7 0,15 7 7,15 6 7,10 5 5,30 8 3,75 3 5,50 7 0,25 7 7,50 6 7,25 5 6,50 8 4,50 3 5,60 7 1,55 7 8,85 6 7,27 5 6,75 8 5,00 3 9,50 7 2,55 7 9,50 6 7,30 5 6,90 8 6,50 4 2,96 7 2,75 8 0,15 6 7,35 5 7,55 8 8,50 4 4,50 7 3,50 8 0,50 6 7,75 7 4,90 9 0,05 4 7,50 7 4,85 8 1,55 4 8,50 7 4,95 6 5,52 4 7,75 5 8,50 6 3,35 4 9,55 7 5,00 6 5,75 6 7,90 5 9,00 6 3,50 5 0,50 7 5,05 6 5,90 6 8,55 5 9,30 6 4,25 5 0,65 7 5,75 6 5,93 6 8,75 6 0,55 6 4,75 5 1,75 7 5,95 6 6,10 6 9,50 6 1,50 6 5,20 5 2,60 7 6,77 6 6,25 6 9,75 6 1,75 6 5,35

Upload: others

Post on 17-Jul-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

BAB II

DISTRIBUSI FREKWENSI

2.1 Pendahuluan

Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang

berhubungan dengan hal itu, baik data berupa angka-angka , maupun data berupa keterangan lainnya.

Penyelidikan kita lakukan berdasar atau dengan pertolongan data yang sudah terkumpul itu.

Data yang baru saja dikumpulkan itu biasanya diperoleh dalam bentuk yang sangat tidak teratur

atau tidak tersusundan disebut data kasar.

Contoh berikut memberikan gambaran tentang data kasar itu. Pada tanggal 20 Agustus 2010 oleh

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung telah diadakan ujian dalam mata kuliah Matematika Ekonomi ,

hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1.1

Hasil Ujian Matematika Ekonomi oleh 90 Mahasiswa FE – UNILA 2010

66,95

54,25

82,50

66,50

70,15

77,15

67,10

55,30

83,75

35,50

70,25

77,50

67,25

56,50

84,50

35,60

71,55

78,85

67,27

56,75

85,00

39,50

72,55

79,50

67,30

56,90

86,50

42,96

72,75

80,15

67,35

57,55

88,50

44,50

73,50

80,50

67,75

74,90

90,05

47,50

74,85

81,55

48,50

74,95

65,52

47,75

58,50

63,35

49,55

75,00

65,75

67,90

59,00

63,50

50,50

75,05

65,90

68,55

59,30

64,25

50,65

75,75

65,93

68,75

60,55

64,75

51,75

75,95

66,10

69,50

61,50

65,20

52,60

76,77

66,25

69,75

61,75

65,35

Page 2: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

53,15

63,15

66,35

69,90

62,55

65,50

53,19

63,25

66,37

70,00

76,90

91,45

Kita sukar sekali menarik suatu gambaran atau keterangan yang berarti data diatas. Kita dapat

membayangkan betapa sukarnya memperoleh gambaran yang jelas dan sederhana mengenai suatu

peristiwa dari data sedemikian itu andaikata data tersebut terdiri dari ribuan angka-angka

Penyusunan data yang paling sederhana ialah dalam bentuk array. Tabel 1.1.2 menyajikan

kembali data tentang hasil ujian 90 Mahasiswa dalam bentuk array sedemikian itu .

Tabel 1.1.2

Hasil Ujian Matematika Ekonomi oleh 90 Mahasiswa FE – UNILA 2010

35,50

54,25

63,35

66,50

70,15

77,15

35,60

55,30

63,50

66,95

70,25

77,50

39,50

56,50

64,25

67,10

71,55

78,85

42,96

56,75

64,75

67,25

72,55

79,50

44,50

56,90

65,20

67,27

72,75

80,15

47,50

57,55

65,35

67,30

73,50

80,50

47,75

58,50

65,50

67,35

74,85

81,55

48,50

59,00

65,52

67,75

74,90

82,50

49,55

59,30

65,75

67,90

74,95

83,75

50,50

60,55

65,90

68,55

75,00

84,50

50,65

61,50

65,93

68,75

75,05

85,00

51,75

61,75

66,10

69,50

75,75

86,50

52,60

62,55

66,25

69,75

75,95

88,50

53,15

63,15

66,35

69,90

76,77

90,00

53,19

63,25

66,37

70,00

76,90

91,45

Page 3: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Perbedaan antara tabel 1.1.1 dengan tabel 1.1.2 hanya terletak pada cara penyusunannya. Dalam

tabel 1.1.1 data tidak tersusun secara teratur, sedangkan pada tabel 1.1.2 hasil ujian 90 mahasiswa disusun

secara teratur dari nilai ujian terkecil hingga nilai ujian terbesar atau sebaliknya . Bentuk susunan data

sedemikian itu dinamakan array. Dari array diatas, kita segera dapat mengetahui kedua nilai ekstrim dari

jarak (range) dari pada data diatas. Nilai terendah dari nilai ujian diatas, ialah 35.50 sedangkan nilai

tertinggi ialah 91.45. Kedua nilai ujian tersebut adalah nilai ekstrim dari array diatas. Jarak (range)

merupakan beda antara nilai terendah dan nilai tertinggi. Jarak dari 90 nilai diatas ialah sebesar 91.45 –

35.50 = 55.95

Penyusunan yang sederhana sedemikian itu , jelas satu langkah lebih baik dari pada penyusunan

yang tidak teratur seperti dalam tabel 1.1.1. Meskipun demikian, array itu bukan merupakan cara

penyusunan yang memuaskan guna menggambarkan distribusi data statistik. Dari array diatas kita tidak

dapat melihat berapa jumlah mahasiswa yang nilai ujiannya 40.00 sampai dengan 49.99, berapa jumlah

mahasiswa yang nilai ujiannya kurang dari 50.00 dan sebagainya.

Cara yang lebih baik guna mengatur atau menyusun data ialah dengan membuat atau membentuk

sebuah distribusi frekwensi, data yang berupa deretan atau kumpulan bilangan-bilangan itu kita bagi

kedalam beberapa golongan dan kita menentukan dengan aturan tertentu, bilangan- bilangan mana yang

termasuk ke dalam setiap golongan.

Sebearnya kita mengenal dua macam distribusi frekwensi menurut jenis data yang digolongkan

didalamnya , yaitu distribusi frekwensi bilangan ( numerical frequency distribution) dan distribusi

frekwensi kategoris (categorical frequency distribution). Distribusi frekwensi bilangan itu berisikan data

berupa angka-angka, dimana data itu dibagi atas golongan-golongan yang dinamakan kelas-kelas,

menurut besarnya bilangan-bilangan itu.

Tabel 1.1.3 menyajikan kembali data tentang hasil ujian oleh 90 mahasiswa ke dalam bentuk

distribusi frekwensi bilangan.

Tabel 1.1.3

Distribusi frekwensi nilai ujian

Matematika Ekonomi Deskriptif oleh 90 Mahasiswa FE – UNILA 2010

Nilai Ujian Jumlah

30.00 – 39.99 3

Page 4: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

40.00 – 49.99 6

50.00 – 59.99 15

60.00 – 69.99 36

70.00 – 79.99 19

80.00 – 89.99 9

90.00 – 99.99 2

JUMLAH

90

Dalam menyusun distribusi frekwensi diatas seluruh data telah dikelompokkan kedalam 7 kelas.

Pada umumnya tiap kelas memiliki 2 batas kelas (class limits). Batas kelas ialah nilai batas dari pada tiap

kelas dalam sebuah distribusi dan dipergunakan sebagai pedoman guna memasukkan angka-angka hasil

observasi kedalam kelas yang sesuai. Kelas pertama dari distribusi diatas memiliki batas kelas bawah

(lower class limits) sebesar 30.00 dan batas kelas atas (upper class limits) sebesar 39.99. Secara teoritis

kelas pertama merupakan meliputi semua nilai-nilai antara 29.99 dan 39.99. Kedua batas tersebut

merupakan tepi kelas atau kelas boundaries atau pula batas teoretis (true limits). Secara teoritis , interval

kelas merupakan lebar dari sebuah kelas dan dihitung dari perbedaan antara kedua tepi kelas. Interval

kelas pertama dalam tabel 1.1.3 ialah sebesar 39.99-29.99 = 10. Titik tegah (mid point) atau class mark

dari suatu kelas merupakan rata – rata hitung dari kedua tepi kelasnya ternyata sebesar:

39.99 + 29.99 = 34.99 2

2.2 Pembentukan distribusi frekwensi

Pada umumnya penyusunan distribusi frekwensi dapat dibagi kedalam tiga tahap sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah kelas guna memasukkan angka-angka .

Penentuan jumlah kelas umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang

masuk akal dari pengolah data sendiri. Mengenai hal tersebut metode statistik tidak pernah

memberikan suatu aturan yang tertentu yang secara mutlak harus diikuti namun 3 hal yang perlu

diperhatikan.

Page 5: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

a. Jumlah kelas hendaknya jangan terlalu besar tetapi juga jangan terlalu kecil . Tujuan

pengelompokan data kedalam distribusi frekwensi ialah guna memperoleh gambaran yang

sederhana , jelas dan sistematis mengenai peristiwa yang dinyatakan dalam angka-angka .

Bagi frekwensi dengan 5 sampai dengan 10 kelas sudah dapat dianggap sesuai. Pengelompokan

data kedalam jumlah kelas yang kurang dari 5 atau lebih dari 20 kelas jarang sekali terjadi.

Pada tahun 1926, H.A. Struges mengemukakan sebuah rumus guna menentukan jumlah kelas

yang sebaikkan dipergunakan dalam penggolongan data. Rumus tersebut kemudian terkenal

dengan nama KRITERIUM STURGES dan diberikan sebagai berikut:

K = 1 + 3,322 log n

Keterangan : K = Banyak kelas (dibulatkan menjadi bilangan asli)

n = Banyak data yang diselidiki

Bila kita berpedoman pada rumus Sturges guna menghitung jumlah kelas yang seharusnya digunkan

dalam penyusunan distribusi tabel 1.1.1 maka hasilnya menjadi:

K = 1 + 3,322 log 90

= 1+3,322 (1,9542)

= 7,4918 atau 7

Penyusunan distribusi diatas menghendaki penggolongan data ke dalam 8 kelas. Besarnya

interval kelas dapat diperkirakan sebagai berikut:

i = Jarak

banyak kelas

Bila membulatkan kedua nilai ekstrim masing-masing adalah 35.50 dan 91.50 guna

mempermudah perhitungan maka hasil interval kelasnya menjadi:

I = 91.50-35.50 = 8

Page 6: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

7

Penggolongan data ke dalam 7 kelas dengan interval kelas sebesar 8 menghasilkan skema 1.2.1

Skema 1.2.1

Nilai Catatan Jumlah

35,50 - 43,49

43,50 - 51,49

51,50 - 59,49

59,50 - 67,49

67,50 - 75,49

75,50 - 83,49

83,50 - 91,50

Jumlah

b. Besarnya interval kelas bagi tiap-tiap kelas dalam distribusi sebaiknya

diusahakan agar sama serta dalam bilangan yang praktis. Umumnya, bilangan yang praktis ialah

bilangan yang mudah dipergunakan dalam perhitungan atau sebagai pedoman guna menentukan

batas kelas.

Interval kelas yang sama bagi tiap-tiap kelas disamping mempermudah perhitungan

statistik juga mempermudah penggambaran grafik distribusinya. Selain dari pada itu, penyajian

distribusi frekwensi umumnya lebih mudah dibaca bila distribusinya mempergunkan interval

kelas yang sama bagi tiap-tiap kelas.

c. Penentuan batas kelas sebaiknya diusahakan sedemikian rupa agar:

- Tidak ada satu angka pun dari data asal yang tak dapat dimasukkan kedalam kelas yang

tertentu dan

- Tidak terdapat keragu-raguan dalam pemasukan angka-angka ke dalam kelas yang

sesuai .

Page 7: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

2. Memasukkan angka-angka kedalam kelas-kelas yang sesuai serta kemudian

menghitung frekwensinya

Memasukkan angka-angka sedemikian itu sebenarnya tidak usah menggunakan data yang telah

disusun kedalam bentuk array. Penyusunan array bagi tujuan sedemikian itu tidak berguna bahkan

menghabiskan waktu saja. Setelah pemasukan angka-angka selesai, pengolah baru dapat menghitung

jumlah frekwensi dari jumlah tanda catat yang telah dibuatnya.

Prosedur selengkapnya dapat dilihat pada skema 1.2.2

Skema 1.2.2

Nilai Catatan Jumlah

35,50 – 43,49 IIII 4

43,50 – 51,49 IIII II 7

51,50 – 59,49 IIII IIII III 13

59,50 – 67,49 IIII IIII IIII IIII IIII III 28

67,50 – 75,49 IIII IIII IIII IIII 19

75,50 – 83,49 IIII IIII II 12

83,50 – 91,50 IIII II 7

Jumlah 90

3. Membuat tabel distribusi frekwensi .

Setelah pekerjaan tahap kedua selesai maka dapatlah dibuat tabel distribusi frekwensi sebagaimana tampak dalam tabel 1.2.1

Tabel 1.2.1

Distribusi Frekwensi Nilai ujian Matematika Ekonomi deskriptif oleh 90 mahasiswa

FE – UNILA 2010

Nilai Jumlah

35,50 - 43,49 4

43,50 - 51,49 7

Page 8: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Nilai Jumlah

51,50 - 59,49 13

59,50 - 67,49 28

67,50 - 75,49 19

75,50 - 83,49 12

83,50 - 91,50 7

Jumlah 90

2.3 Penyajian grafik frekwensi

Dalam metode statistik , grafik frekwensi sering kali dipergunakan dalam analisa statistik ialah

(1) Histogram (2) Poligon frekwensi dan (3) Kurva Frekwensi .

2.3.1. Histogram Frekwensi

Salah satu fungsi histogram yang terpenting ialah menggambarkan beda antara kelas-kelas dalm sebuah distribusi. Penggambaran histogram akan dipermudah apabila distribusi frekwensi memiliki interval kelas yang sama bagi tiap-tiap kelas.

Diagram 2.3.1

Hasil Ujian Akuntansi oleh 90 Mahasiswa/i FE-UNILA Th 2010

y = Jumlah Mahasiswa/i 30

28

25

20

19

15

13 1

2

10

7 7

5 4

Page 9: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

x = Jumlah Nilai

35.5

0

43.5

0

51.5

0

59.5

0

67.5

0

75.5

0

83.5

0

91.5

0

2.3.2 Poligon Frekwensi

Penggambaran poligon frekwensi sangat berguna bila kita ingin melakukan perbandingan antara

dua atau beberapa distribusi frekwensi.

Diagram 2.3.2

Hasil Ujian Akuntansi oleh 90 Mahasiswa/i FE-UNILA Th 2010

y = Jumlah Mahasiswa/i 30

28

25

20

19

15

13

12

10

7

7

5

4

x = Jumlah Nilai

35.5

0

43.5

0

51.5

0

59.5

0

67.5

0

75.5

0

83.5

0

91.5

0

Page 10: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

2.3.3 Kurva Frekwensi

Pengrataan grafik frekwensi dapat dilakukan secara matimatis maupun dengan penggambaran

secara bebas. Pada diagram 2.3.3 kami telah menyajikan pengrataan grafik frekwensi dengan cara

penggambaran secara bebas. Pada azasnya luas yang terdapat dibawah kurva tersebut seharusnya kurang

lebih sama dengan seluruh luas histogramnya.

Diagram 2.3.3

Hasil Ujian Akuntansi oleh 90 Mahasiswa/i FE-UNILA Th 2010

y = Jumlah Mahasiswa/i 30

28 25

20

19

15

13 12

10

7

7

5

4

x = Jumlah Nilai

39

.50

47

.50

55

.50

63

.50

71

.50

79

.50

87

.50

Page 11: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

2.4 Distribusi frekwensi kumulatif dan kurva ogive

Dalam beberapa jenis analisa statistik, distribusi frekwensi kumulatif umumnya lebi banyak

digunakan dari pada distribusi frekwensi biasa. Distribusi frekwensi kumulatif banyak sekali

kegunaannya bagi analisa tentang upah, perpajakan, penjualan dan sebagainya.

Ada dua jenis distribus i frekwensi kumulatif yaitu distribusi kumulatif “kurang dari “dan

distribusi frekwensi kumulatih “ atau lebih “, sebagaimana tampak dalam tabel 2.4.1 pada halaman

berikut ini .

Tabel 2.4.1

Distribusi Frekwensi Kumulatif “ Kurang dari “ nilai ujian matemaika ekonomi oleh 90

mahasiswa FE – UNILA 2010

Nilai Ujian Jumlah Mahasiswa

Kurang dari 35.50 0

kurang dari 43.50 4

kurang dari 51.50 11

kurang dari 59.50 24

kurang dari 67.50 52

kurang dari 75.50 71

kurang dari 83.50 83

Kurang dari 91.50 90

Tabel 2.4.2 Distribusi Frekwensi Kumulatif “atau lebih “ nilai ujian Matematika Ekonomi Oleh 90

Mahasiswa FE UNILA 2010

Page 12: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Nilai Ujian Jumlah Mahasiswa

35.50 atau lebih 90

43.50 atau lebih 86

51.50 atau lebih 89

59.50 atau lebih 66

67.50 atau lebih 38

75.50 atau lebih 19

83.50 tau lebih 7

91.50 atau lebih 0

Penggolongan data diatas dilakukan dengan menggunakan batas kelas. Pada azasnya

penggolongannya dapat juga dilakukan dengan menggunakan tepi kelas.

Penyajian secara grafis dari distribusi frekwensi kumulatif “kurang dari” atau “atau lebih” dapat

dilakukan dengan menggambarkan poligon frekwensinya. Poligon distribusi frekwensi disebut juga

ogive.

Diagram 2.4.1

Poligon Frekwensi kumulatif “kurang dari” dan “atau lebih” nilai ujian Matematika

Ekonomi 90 mahsiswa FE – UNILA 2010

90

80

70

60

50

40

30

Page 13: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

20

10

3

5.5

0

43.5

0

51.5

0

59.5

0

67.5

0

75.5

0

83.5

0

91.5

0

2.5 Distribusi Frekwensi Relatif

Ada kalanya analisa data statistik berhubungan erat dengan soal yang bersangkut paut dengan

perbandingan secara persentatif . Dalam hal sedemikian itu, frekwensi distribusi perlu dinyatakan dalam

bentuk persentasi atau fraksi. Distribusi yang berfrekwensi sedemikian itu dinamakan frekwensi relatif

atau distribusi persentasi

Tabel 2.5.1

Distribusi frekwensi relatif nilai ujian Matematika ekonomi mahasiswa FE – UNILA 2010

Nilai Ujian Jumlah Presentasi dari jumlah

keseluruhan

35,50 - 43,49 4 4.44

43,50 - 51,49 7 7.77

51,50 - 59,49 13 14.44

59,50 - 67,49 28 31.11

67,50 - 75,49 19 21.11

75,50 - 83,49 12 13.33

83,50 - 91,50 7 7.77

Jumlah 90 100

BAB III

UKURAN TENDENSI SENTRAL (RATA – RATA)

3.1 Pendahuluan

Jika kita mempunyai sekumpulan data berbentuk angka-angka , kita sering ingin tahu nelai-nilai

tertentu . Salah satu dari nilai demikian ialah nilai disekitar mana data berupa angka-angka tersebut

tersebar. Nilai disekitar mana sekumpulan angka-angka tersebar dinamakan harga rata-rata (average) dari

pada angka-angka itu. Harga rata-rata itu mempunyai beberapa bentuk atau macam, masing – masing

dengan arti yang berbeda-beda. Oleh karena itu jika kita membicarakan harga rata- rata , haruslah kita

nyatakan dengan jelas dan tegas harga rata-rata yang mana yang kita maksudkan.

Page 14: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Harag rata-rata adalah suatu harga yang dapat dipakai untuk mewakili sekumpulan data, suatu

harga yang representatif. Tentu sekumpulandata itu tidaklah sepenuhnya dapat diterangkan oleh hrag rata

– rata nya.

Ada beberapa macam harga rata-rata, sedang yang akan kita bicarakan disini ialah harga harag

rata-rata hitung (arithmetic mean), median (harga pertengahan), modus, harga rata-rata ukur (geometric

mean) dan harag rata-rata harmonis dan masing-masing mempunyai kebaikan dan keburukan didalam

mewakili sekumpulan data.

3.2 Rata-rata hitung

Didalam berbagai bentuk dari harga rata-rata , harag rata – rata hitung (aritmetic mean) inilah yang

paling banyak dipakai dalam ilmu statistik dan didalam kehidupan sehari-hari.

3.2.1 Rata – Rata hitung data tak tersusun

Data tak tersusun yaitu data yang belum / tidak disusun distribusi frekwensinya. Rata-rata hitungnya

diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai data yang bersangkutan dan kemudian membagikannya

dengan banyaknya data dalam kumpulan itu.

Rumus:

_

X = X1 + X2 + .........+ Xn

N

_

X =

Contoh soal :

Carilah Nilai rata-rata dari 10 nilai Mahasiswa UM th 2010 sebagai berikut : 35.50 ,35.60 , 43.50, 51.50 , 59.00. 59.50 ,67.50, 75.50, 83.50 ,91.50 _ X = 35.50+35.60+43.50+51.50+59,00+59.50+67.50+75.50+83.50+91.50 10 = 60.26

3.2.2 Rata – Rata hitung data tersusun

∑ x i

n

Page 15: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Kalau kita telah membentuk distribusi frekwensi dari kumpulan data kita, maka bilangan-

bilangan atau nilai-nilai itu tidak lagi kita pertimbangkan satu persatu, melainkan dipertimbangkan

didalam kelas-kelas. Oleh karena sebuah itu bukanlah sebuah nilai, maka haruslah kita dapat mengambil

nilai atau nilai-nilai tertentu untuk mewakili kelas-kelas itu untuk memungkinkan perhitungan rata-rata

hitung. Pada umumnya orang memakai titik tengah kelas untuk mewakili kelas itu. Ini berarti bahwa titik

tengah kelas itu dianggap sebagai rata-rata dari data didalam kelas itu, sebagai harga rata-rata hitung dari

data itu seluruhnya dapat dicari dengan dengan mencari rata-rata hitung tertimbang dari titik tengah-titik

tengah, yang terdapat didalam distribusi frekwensi itu.

Misanya kita mempunyai sebuah distribusi frekwensi sebagai berikut

Tabel 3.22

Hasil Ujian Akuntansi oleh 90 Mahasiswa/i FE-Universitas Muhammadyah Th 2010

Nilai Ujian Frekwensi

35,50 - 43,49 4

43,50 - 51,49 7

51,50 - 59,49 13

59,50 - 67,49 28

67,50 - 75,49 19

75,50 - 83,49 12

83,50 - 91,50 7

Jumlah 90

Kita dapat mencari rata – rata hitungnya sebagai berikut :

Prosedure 3.2.2.1

Perhitungan rata-rata hitung nilai Mahasiswa FE UNILA

Data kelas X1 F1 I x i

35.50 - 43.49 39.50 4 158

43.50 – 51.49 47.50 7 332.50

Page 16: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

51.50 – 59.49 55.50 13 721.50

59.50 – 67.49 63.50 28 1778

67.50 – 75.49 71.50 19 1358.50

75.50 – 83.49 79.50 12 954

83.50 – 91.50 87.50 7 612.50

Jumlah 90 90 5915

Rumus X = fixi fi

_ X = 5915 = 65.722 90

Menghitung mean dari suatu distribusi frekwensi kadang-kadang masih memerlukan hitungan-

hitungan yang banyak, terutama kalau titik tengahnya Xi merupakan bilangan yang besar ataupun dengan

beberap[a angka dibelakang koma. Maka untuk meringan kan pekerjaan menghitung ini, ditemukan suatu

cara yaitu untuk menggunakan skal baru. Disini skala x (titik tengah interval) dirubah menjadi skala u

(angkaangka kecil), misalnya -2,-1,0,1,2 . Titik 0 biasanya ditempatkan ditengah dalam deretan titik

tengah-tengah itu, atau kira-kira ditengah , atau bersesuaian dengan titik tengah yang mempunyai

frekwensi tertinggi, demi untuk memperkecil hitungan-hitungan yang dilakukan . Maka kalau Xo = titik

tengah interval yang bersesuaian dengan titik 0 dari skala baru, i = panjang kelas interval, amka mean

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

_

X = Xo + i ∑fiui

∑fi

Prosedure 3.2.2.2

Perhitungan rata – rata Nilai mahasiswa UNILA

Page 17: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Titik tengah Frekwensi f

f u Skala x Skala u

39.50 -3 4 -12

47.50 -2 7 -14

55.50 -1 13 -13

63.50 0 28 0

71.50 1 19 19

79.50 2 12 24

87.50 3 7 21

90 25

_

X = 63.50 + 8 ( 25 ) 90 = 63.50 + 2.222

= 65.722

3.3 Median

Kita membicarakan juga perhitungan median dari data yang tersusun dan data yang tidak tersusun secara terpisah .

3.3.1 Median data tak tersusun

Median adalah suatu bilangan yang bersifat bahwa setengah dari data, setelah disusun menurut

besarnya, lebih kecil dari atau sama besar dengan bilangan itu, sedangkan setengahnya lagi akan lebih

besar dari atau sama dengan bilangan tersebut. Jika banyaknya data bilangan genap, maka median adalah

sama dengan harga rata-rata hitung dari dua data yang letaknya ditengah.

Misalkan kita diminta menghitung rata-rata 5 nilai mahasiswa UNILA masing-masing 85.50 , 90.50, 55.50 , 39.50 , & 47.50 . Dengan menggunakan rumus Akan didapat nilai 63.70

Marilah kita bandingkan harga rata-rata itu dengan nilai 5 orang mahasiswa

tersebut. Ternyata bahwa 3 nilai mahasiswa jauh lebih rendah dari pada 63.70 dan 2 orang bernilai jauh

lebih tinggi dari pada harga rata-rata itu.

Jadi jika dalam kelompok data terdapat data yang nilainya sangat besar dibandingkan dengan

kebanyakan data lainya, maka harga rata-rata yang didapat berdasarkan harga rata-rata hitung dengan

rumus tersebut kurang dapat mewakili sebagai hrag gejala pusat. Jika begitu halnya, maka diperlukan

suatu perbaikan dapat dilakukan oleh median yang sebenarnya merupakan ukuran letak.

∑ x i

n

Page 18: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Bila jumlah bilangan itu genap , misalnya kita mempunyai sederetan bilangan :

2.6.7.9.10.13.17.18

Maka mediannya : 9+10 = 9.5 2

3.3.2 Median Data tersusun

Marilah kita lihat sekarang median dari data yang telah kita susun didalam sebuah distribusi

frekwensi. Jika kita menggambarkan histogram dari distribusi frekwensi tersebut, maka median adalah

suatu bilangan yang terdapat pada sumbu horizontal sebagai titik kaki dari garis vertikal yang membagi

luas histogram atas dua bagian yang sama.

Diagram 3.3.2

Histogram Frekwensi Nilai Mahasiswa UNILA 2010

y = Jumlah Mahasiswa/i

30

28

25

20

19

15

13

12

10

7 7

5

4

x = Jumlah Nilai

35.5

0

43.5

0

51.5

0

59.5

0

67

.50

75.5

0

83.5

0

91.5

0

Dengan demikian bisa kita ketahui bahwa garis tegak lurus sumbu x (=1) yang akan membagi dua

sama besar luas histogram itu akan memotong sumbu x antara nilai 59.50 dan 67.50. Maka luas empat

Page 19: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

persegi panjang yang bergaris-garis haruslah sama dengan 15, dan harga median yang kita cari = (59.50

+a ), dimana a adalah jarak antara titik potong garis 1 dengan sumbu x dan 59.50

Median dapat juga dihitung dengan cara lain

Dalam tabel 3.2.2 kita mempunyai n = 90. Oleh karena itu median ditunjukkan oleh nilai yang ke

45. Nilai yang ke 45 ini terdapat pada kelas ke 4, oleh karena itu dalam kelas 1.2. dan ke 3, hanya terdapat

24 buah nilai saja. Jadi median ditunjukkan oleh nilai yang ke 21 dari nilai-nilai yang terdapat di kelas ke

4. Kita anggap nilai-nilai dalam kelas itu mempunyai jarak yang sama maka dapatlah kita menghitung

median itu sebagai berikut:

Median = 59.50 + 8 . 45 – 24 28 = 59.50 + 6 = 65.50 Untuk hal yang umum dapatlah kita tuliskan rumus untuk menghitung median itu sebagai berikut:

Rumus Median =

Dimana `B = tepi bawah kelas median (kelas dimana median itu terletak) i = interval kelas s = selisih antara nomor frekwensi median dengan frekwensi kumulatif dari

kelas-kelas dimuka (sebelum ) kelas median Fmd = Frekwensi kelas median Median juga dapat dihitung dari tepi atas kelas median dengan rumus sebagai berikut

Dimana A = tepi atas kelas median

S‟= selisih antara frekwensi kumulatif dari kelas-kelas sampai dengan kelas median

dikurangi dengan nomor frekwensi median.

3.3.3 Kwartil, Desil dan Persentil

B + I S

Fmd

Md = B + i S‟

Fmd

Page 20: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Kwartil adalah nilai yang membagi distribusi frekwensi menjadi empat bagian yang sama , sehingga

terdapatlah tiga harga kwartil. Kwartil kedua = median.

Desil adalah nilai yang membagi distribusi frekwensi menjadi 10 bagian yang sama, maka ada 9 desil /

Desil kelima = median.

Persentil adalah nilai yang membagi distribusi frekwensi menjadi 100 bagian yang sama, maka ada 99

persentil. Persentil ke 50 = median.

Rumus :

Ki = Bi + I S

Fki

K1 = 51.50 + 8 . 22.5 – 11 13 = 51.50 + 7.07 = 58.57 . K2 = 59.50 + 8 . 45 – 24 28 = 59.50 + 6 = 65.50

D3 = 59.50 + 8 27 – 24 28 = 59.50 + 0.857 = 60.357 D6 = 67.50 + 8 54 – 52 19 = 67.50 + 0.842 = 68.34 P25 = 51.50 + 8 . 22.5 – 11 13 = 51.50 + 7.07 = 58.57 P70 = 67.50 + 8 . 63 - 52 19

Page 21: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

= 67.50 + 4.631 = 72.131

3.4 Modus

3.4.1 Modus data tak tersusun

Jika kita mempunyai sekumpulan data yang terdiri dari bilangan, maka bilangan yang terbanyak

terdapat didalam kumpulan itu dinamakan modus dari kumpulan data tersebut.

Andaikan keadaan pasaran Motor Honda Scoopy untuk tiap akhir bulan selama tahun 2011

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4.1

Pasaran Honda Scoopy tiap akhir bulan th 2011

Bulan Harga

ribuan (Rp) Bulan

Harga ribuan (Rp)

Jan 150 Jul 200

Feb 200 Agus 210

Mar 210 Sep 215

Apr 200 Okt 200

Mei 200 Nov 195

Jun 190 Des 190

Dalam tabel itu terdapat harga pasaran Rp 200.000,- untuk bulan-bulan feb, April, Mei, Juli dan

Oktober . Harga ini adalah yang terbanyak terdapat didalam tabel jika dibandingkan dengan harga akhir

bulan-bulan lainnya. Dengan demikian modus harga pasaran Honda Scoopy untuk akhir-akhir bulan

selama tahun 2011 adalah Rp 200.000,-.

Mengambil sebuah contoh lagi , marilah kita perhatikan deret-deret bilangan sebagau berikut:

2, 3, 4, 5, 6, 7 , 8, 9, 10

Setiap bilangan hanya muncul satu kali di salam deretan itu dan oleh karena itu deretan bilangan

tersebut dianggap tidak mempunyai modus.

Page 22: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Kita perhatikan kumpulan bilangan lain:

7 , 8 , 9 , 9 ,9 ,11 , 12, 14, 14, 14 , 15, 16

Didalam deretan bilangan ini setiap bilangan hanya muncul satu kali , kecuali bilangan 9 dan 14

yang keduanya muncul 3 kali masing-masing. Oleh karena itu deretan bilangan diatas dianggap saja

bermodus dua buah (bimodal). Kumpulan data yang mempunyai satu modus saja dinamakan bermodus

tunggal (uni modal), sedang data yang modusnya lebih dat i satu dinamakan bermodus banyak.

3.4.2 Modus Data Tersusun

Jika sekumpulan data telah tersusun didalam sebuah distribusi frekwensi, maka penentuan

modusnya tidak lagi semudah seperti telah kita uraikan diatas untuk data yang tak tersusun. Benar, kita

dapat melihat kelas mana yang berisi frekwensi paling banyak. Kelas dengan frekwensi paling tinggi itu

dinamakan kelas modus karena pada umumnya dan kita anggap selalu berisi modus. Ahli- ahli statistik

sudah sependapat untuk memakai rumus yang berikut di dalam penentuan modus:

Mo = B + i

d1

d1 + d2

Dimana B = tepi bawah kelas modus

dI = selisih antara frekwensi disalam kelas modus dengan frekwensi dikelas

yang mendahului nya .

d2 = selisih antara frekwensi didalam kelas modus dengan frekwensi dikelas

berikutnya.

i = interval

Rumus diatas tidak berlaku untuk data yang bermodus dua atau lebih .

Dari tabel berikut kita dapat menghitung modus sebagai berikut:

Nilai Ujian Frekwensi

Page 23: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Nilai Ujian Frekwensi

35,50 - 43,49 4

43,50 - 51,49 7

51,50 - 59,49 13

59,50 - 67,49 28

67,50 - 75,49 19

75,50 - 83,49 12

83,50 - 91,50 7

Jumlah 90

„d1 = 28-13 = 15

D2 = 28-19 = 9

Mo = 59.49 + 8 ( 15 )

15+9

= 59.49 + 5

= 64.49

Kita juga dapat mencari modus melalui histogram frekwensi

Diagram 3.4.2

Histogram frekwensi nilai Mahasiswa UNILA 2010

30 28

Q R

PQ = d1

25

RS = d2

20

19

S

15 13

12

P 10

7

7

Page 24: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

5

4

35,4

9

43,4

9'

51,4

9

59,4

9

67,4

9'

75,4

9

83,4

9

91,4

9

Didalam diagram tersebut kita menunjukkan cara menggambarkan modus itu. Hubungkan titik P

dengan R dengan sepotong garis lurus demikian juga titik Q dengan titik S. Kedua garis itu berpotongan

pada titik T. Untuk menentukan modus, proyeksikan titik T ke sumbu u mendatar.

Titik Proyeksi dari T itu adalah modus.

3.4.3 Hubungan antara mean, median dan modus

Bila suatu distribusi frekwensi simetris, maka mean = median = modus. Sedangkan bila

distribusinya tidak simetris, maka mean ≠median ≠modus . Hubungan yang bersifat empiris antara ketiga

statistik sampel di atas, telah dikemukakan oleh Karl Pearson, sebagai berikut:

Mo = x - 3 ( x – Md )

Untuk distribusi frekwensi yang tidak simetris, letak ukuran-ukuran tersebut yang memenuhi

hubungan rumus diatas dapat dilihat pada diagram berikut:

Mo Md x

x Md Mo

3.5 Rata – rata ukur

Page 25: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

3.5.1 Rata-Rata ukur data tak tersusun

Rata – Rata ukur serangkaian nilai – nilai observasi x1, x2, ...... xn dirumuskan sebagai berikut:

=

Rata-rata ukur sedemikian itu umumnya dipergunakan bagi pengrata-rataan ratio. Sebuah contoh yang

sederhana akan diberikan guna menjelaskan perhitungan rata-rata ukur di atas. Tabel dibawah ini

menyajikan tentang perkembangan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan guna keperluan industri,

konsumsi dan sebagainya di Indonesia selama 2000-2007.

Tabel 3.5.1

Jumlah keseluruhan tenaga listrik yang dibangkitkan di Indonesia ( 2000 – 2007 )

Tahun Tenaga yang

dibangkitkan (x 1,000 Kwh)

Pertambahan relatif dari tahun

ke tahun

2000 684,6

2001 752 752/684,6

2002 783,3 783,3/752

2003 872,2 872,2/783,3

2004 1000,8 1000,8/872,2

2005 1070,4 1070,4/1000,8

2006 900 900/1070,4

2007 905 905/900

=

=

= 1,0406

Bila pertimbangan rata-rata di atas ingin dinyatakan dalam persentase, maka hasil diatas seharusnya

dikalikan pula dengan seratus (100) ,guna memperoleh hasil 1.0406 x 100 = 104,06

Cara yang praktis guna menghitung rata-rata ukur ialah dengan menggunakan logaritma.

Log = ∑log x i

N

Prosedure 3.5.1

Perhitungan rata – rata ukur perkembangan tenaga listrik di Indonesia

Page 26: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Tahun Xi = % Perkembangan dari tahun ke

tahun log xi

2000

2001 107,4071 2,03103

2002 102,4803 2,01064

2003 108,8285 2,03674

2004 101,0855 2,00468

2005 106,5115 2,02739

2006 81,3531 1,91037

2007 104 2,01703

Jumlah 14,03788

Log = 14,03788 = 2,005411

7 = 101,253 atau 1,25 %

3.5.2 Rata – rata ukur data tersusun

Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekwensi rumus harga rata-rata

ukurnya agak berlainan sedikit . Jika x1, x2,..........xk adalah titik-titk tengah kelas-kelas interval dengan

frekwensi berturut-turut f1,f2,.........fk, maka:

=

Atau

Dimana ∑fi

log = = ∑(fi log xi)

n

Page 27: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Contoh :

Prosedure 3.5.2

Perhitungan rata-rata usia penduduk urban priya yang berusia 15-19 tahun dan yang efektif dapat

dikerjakan tahun 2000

Golongan Umur xi fi logxi fi log xi

15-19 18 102 1,25527 128,03754

20-24 23 107 1,36172 145,70404

25-29 28 105 1,44715 151,95075

30-34 33 161 1,51851 244,48011

35-39 38 133 1,57978 210,11074

40-44 43 102 1,63346 166,61292

45-49 48 137 1,68124 230,32988

847 1277,22598

Log = 1.277,22598 = 1,5079409 847

= 32,2063

3.5.3 Rata-rata ukur sebagai pengukuran tingkat pertumbuhan (rate of growth)

Pada contoh kita yang baru lalu, rata-rata pertambahan atau tingkat pertambahan tenaga listrik ialah sebesar kali dan diperoleh dari perhitungan:

Atau = (1,0406 )7 905 = 684.6 (1,0406)7

905 = 684.6 ( 1+ 0,0406 )7

Bila P7 = 905 ; Po = 684.6; r = 0.0406

Maka persamaan diatas dapat dituliskan menjadi:

Pn = Po (1 + r )n

Page 28: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

Rumus diatas sebetulnya sama dengan rumus bunga berganda dimana P =

jumlah pokok yang diperbungakan pada periode permulaan to, r = tingkat bunga, n = jumlah

periode uang tersebut diperbungakan dan Pn = jumlah uang pada akhir periode.

Misalkan Po = Rp 1.000,00 , n = 10, sedangkan r = 4%, maka pada akhir 10

tahun jumlah uang yang diperbungakan menjadi:

P10 = Rp 1.000,00 (1+0.04)10

= Rp 1.480,24

Rumus diatas dapat dirubah menjadi :

r = - 1

Perumusan diatas juga dinamakan perumusan bagi rata-rata pertumbuhan (average growth) Contoh:

Bila GNP Th 2000 ialah sebesar Rp 350 Milyar , sedangkan th 2004 menjadi Rp 600 milyar,

maka tingkat pertumbuhan GNP pertahunnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas:

r =

r = 1,1442 - 1

= 0,1442 atau 14.4 %

3.6 Rat-rata harmonis

Harag rata-rata harmonis itu sangat jarang dipakai di dalam statistik. Perhitungannya tak

semudah seperti menentukan harga rata-rata hitung. Meskipun demikian rata-rata harmonis ini dapat memberikan jawaban yang memuaskan untuk macam soal tertentu.

Rata-rata harmonis untuk sekelompok data didefinisikan sebagai kebalikan nilai-nilai data tersebut. Jika rata-rata harmonis dinyatakan dengan H dan data dengan x1, x2, ........xn

Maka:

H =

Atau

Page 29: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan

H =

Contoh :

Andai kata seseorang bepergian sejauh 18 km, pulang-pergi. Kecepatan waktu pergi 6 km per

jam, dan kecepatan waktu kembali 9 km per jam. Berapakah kecepatan rata-rata perjam pulanng-

pergi?

Jawab yang otomatis adalah ½ (6+9)km/jam. Ini jawaban salah sebab jarak 18 km dengan

kecepatan pertama ditempuh selama 3 jam dan jarak 18 km dengan kecepatan kedua ditempuh

selama 2 jam. Jumlah waktu: (3 + 2) jam = 5 jam untuk menempuh 36 km. Kecepatan rata-

ratanya menjadi 1/5 x 36 km/jam = 7.2 km/jam.

Harga 7.2 ini tidak lain dari pada harga rata-rata harmonis:

H = = 7.2

Untuk data yang disusun dalam distribusi frekwensi, maka rumus nya menjadi:

H =

Dimana x1, x2,........xk adalah titik tengah kelas interval dan f1,f2, .......ik adalah frekwensi-

frekwensi kelas yang bersangkutan.

3.7 Hubungan antara ẋ , U dan H

ẋ > U > H

Page 30: BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI · BAB II DISTRIBUSI FREKWENSI 2.1 Pendahuluan Kalau kita hendak menyelidiki suatu hal-, maka biasanya kita mengumpulkan dahulu data yang berhubungan dengan