bab ii abortus inkomplit
DESCRIPTION
tinjauan teri abortusTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Abortus Inkomplit
2.1.1 Pengertian
a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Hal. 145).
b. Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Wiknjosastro, 2005).
c. Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).
2.1.2 Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit
Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah :
1. Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus.
2. Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap
corpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
3. Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules.
4. Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.
2.1.3 Diagnosa Abortus Inkomplit
Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat
diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudahmenonjol dari ostium uteri
eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan (Winkjosastro, 2005).
5
2.1.4 Penanganan Abortus Inkomplit
Menurut Saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
Abortus inkomplit sebagai berikut :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evaluasi dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M.
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau
Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
2.1.5 Perawatan Pasca Tindakan
Menurut Saifuddin (2005), perawatan pasca tindakan meliputi :
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi
apabila terjadi kelainan/ komplikasi.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.
4. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
6
5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan
dan kondisi yang harus dilaporkan.
2.1.6 Pemantauan Pasca Abortus
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan
merupakan hal yang biasa terjadi dan terjadi paling sedikit 15% (satu dari tujuh
kehamilan) dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah keyakinan
akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut, kecuali jika terdapat
sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada
kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi) (Saifuddin, 2005).
Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus
inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia
benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling
merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang
tidak diinginkan beberapa metode konsepsi dapat segera dimulai (dalam waktu 7 hari)
dengan syarat :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membuuthkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling aman. Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya yang dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita
mungkin membutuhkan :
a. Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
b. Jiwa riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 IM
diikuti dengan Tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
c. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
d. Penapisan kanker servik (Saifuddin, 2005).
2.2 Menejemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney
Manajemen kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh
bidan dalam pemecahan masalah klien, penulis menerapkan manajemen
7
kebidanan yang telah dikembangkan oleh Varney terdiri dari : Pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi (Varney, 2004).
2.2.1 Pengkajian Data
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada pasien dan merupakan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu
proses sistematis dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2004).
1) Data subjektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh
perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
a) Biodata
Biodata adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Identitas meliputi :
Nama : Untuk mengetahui dan mengenal pasien.
Umur : Untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting
dalam pemberian KIE.
Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
Suku bangsa : Dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya
pasien.
Alamat : Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal pasien.
b) Keluhan utama
Dikaji untuk mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan Abortus
inkomplit dan untuk keperluan penegakan diagnosa dari Abortus inkomplit.
Adapun keluhan yang berhubungan dengan Abortus inkomplit yaitu:
perdarahan, nyeri perut bagian bawah, keluar sebagian hasil konsepsi dari
8
jalan lahir (Saifuddin, 2005).
c) Riwayat Kebidanan
a. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak,
sudah beberapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005).
b. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernah disminorhoe (Ambarwati dan Wulandari,
2008).
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Wiknjosastro, 2005).
d. Riwayat kehamilan, persalinan saat ini
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya
penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut
(Wiknjosastro, 2005).
Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan kala
I, II, III, IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, komplikasi persalinan ibu
dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan sekarang adalah sectio
caesarea (Wiknjosastro, 2005).
d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
9
e) Pola kebiasaan selama sehari-hari
1. Pola nutrisi
Untuk mengetahui pola makan dan minum frekuensi, banyaknya jenis
makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008).
2. Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum
dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan
bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah
(Manuaba, 2007).
3. Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur.
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati, 2008).
4. Pola Aktifitas
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah abortus inkomplit disebabkan
karena aktivitas secara berlebihan (Saifuddin, 2005).
5. Pola Personal hygine
Untuk mengetahui bagaimana pasien menjaga kebersihan dirinya
terutama daerah genetalianya. Karena jika kebersihan genetalianya
kurang, dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada
tractur genetalis dapat menyebabkan abortus (Kasdu, 2005).
b. Data objektif
Data objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
pasien yang meliputi :
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, buruk.
b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,
apatis, apakah somnolen atau koma (Alimul, 2006).
c. Tanda vital
Tekanan darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas normal
10
tekanan darah antara 90/80 mmHg sampai 130/90
mmHg (Prawirohardjo, 2005).
Suhu : Untuk mengambil suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 360C sampai 370C (Sulistyawati,2005).
Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis
melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih
cepat (Ambarwati, 2008).
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit (Prawirohardjo, 2005).
d. Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari
145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Nursalam,
2004).
e. Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan
pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-
rata
0,3 – 0,5 kg/ minggu, tetapi nilai normal untuk
penambahan berat badan selama kehamilan 9 – 12
kg (Wiknjosastro, 2005).
f. Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau
tidak, termasuk resti atau tidak (Alimul, 2006).
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala dan
karakteristik seperti rambut bersih, rontok atau tidak (Nursalam,
2007).
Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema
apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
Mata : Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata
cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada
stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak dan pada gigi
terdapat karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
11
Leher : Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar gondok (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Dada : Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, puting susu
menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI atau kolostrum (Farrer,
2004)
Axilla : Untuk mengetahui adanya pembengkakan, benjolan dan nyeri
(Wiknjosastro, 2006).
Perut : Untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak (Saifuddin
2006).
Vulva : Untuk mengetahui apakah ada luka perinium, apakah terdapat tanda-
tanda infeksi dan apakah ada lochea sesuai dengan masa nifas
pada ibu post section cesarean (Saifuddin, 2006).
Anus : Untuk mengetahui apakah ada hemoroid (Ambarwati & Wulandari,
2008).
Ekstremitas :Untuk mengetahui ada tidaknya varices (Alimul, 2006).
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa
seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2004).
2.2.2 Interpretasi Data
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang
diperoleh dengan teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.
Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan
(Prawirohardjo, 2005).
1) Diagnosa kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Prawirohardjo, 2005). Diagnosa pada kasus ini ditegakkan Ny. X
G...P...A... Umur.... hamil dengan Abortus inkomplit.
Dasar:
a. Data subyektif
12
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah
bergumpal dari jalan lahir.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang sekarang kapan
menstruasi terakhir.
3. Riwayat kehamilan persalinan apakah ibu atau dalam keluarga ada
riwayat abortus. (Manuaba, 2007)
b. Data obyektif
1. HPL.
2. TFU sesuai umur kehamilan.
3. Banyaknya perdarahan pervaginam.
4. Adanya pembukaan servik (Saifuddin, 2005).
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari
pengkajian (Varney, 2004). Masalah pada pasien Abortus inkomplit adalah
perasaan cemas karena ada rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan
banyak (Taber, 2003).
3) Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah (Varney, 2004). Kebutuhan pada pasien Abortus inkomplit
adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang Abortus inkomplit
(Taber, 2003).
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifikasi
(Varney, 2004). Pada kasus Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan
terus menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, dapat
menyebabkan infeksi, dan Abortus inkomplit (Wiknjosastro, 2005).
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
13
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2004). Mengumpulkan dan
mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan
segera. Menurut Saifuddin (2005), meliputi :
1. Penanganan perdarahan
2. Penanganan syok
3. Dilakukan curettage
4. Penanganan infeksi pasang infus, beri cairan kistoloid isotonik dengan kecepatan
30 – 40 tetes per menit, beri antibiotika.
2.2.5 Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau
diantisipasi (Manuaba, 2002). Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien
dapat Abortus inkomplit menurut Saifuddin (2005), yaitu :
1. Jika perdarahan tidak banyak dan kehamikan kurang dari 16 minggu evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum.
2. Beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral dan infus
oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV.
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
4. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
5. Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
2.2.6 Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan secara efisien dan aman
(Saifuddin, 2002).
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk
kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter,
dan keluarga. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
14
yang telah diberikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat
membantu untuk mengetahui terpenuhinya bantuan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dari masalah. Tujuan
evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre,
2003). Evaluasi yang diharapkan pada abortus inkomplit adalah keadaan umum
baik, tidak terjadi anemi, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus,
syok, infeksi, perdarahan, cidera intra abdomen (Varney, 2007).
Menurut Varney, (2004) pendokumentasian data perkembangan asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu:
Subyektif : Pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Obyektif : Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasl lab
dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assesment.
Analisa : Pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyekti dan
obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:
Diagnosa atau masalah.
Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.
Planning : Pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan,
berdasarkan assesment.
15