bab ii
DESCRIPTION
hgjfjnbnrnbkgnbgnk gnbgngnl gknbgn fngbn kjfnrln knbr fnbrnr k blgrblenenbfbtrgjbh nbgnbgnknnrnrnbrbnnb norn kfnt gk rn knk n n knr frnkrnbgn kna kvbnkrfv jf brkkdn aku dk bisa lagi prcya sama orng yng mngecewakan njrbwreuifsvgihtr4nvh54tuhgtrr4hturteTRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber Energi dan Pembangkit Listrik
Secara umum, listrik diperoleh dengan mengubah energi kinetik menjadi
generator listrik. Energi kinetik untuk menggerakkan generator bisa diperoleh dari
uap yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi fosil, seperti minyak,
batubara dan gas atau bisa juga dari aliran air atau dari aliran udara. Intinya adalah
energi listrik dihasilkan dari pengubahan sumber energi lain.
Sumber-sumber energi untuk listrik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Sumber energi fosil mudah diperoleh namun bersifat polutif dan cadangannya
terbatas. Sementara sumber energi aliran air atau angin relatif bersih, tak terbatas
(renewable) namun tidak selalu ada.
Kebutuhan listrik di Indonesia saat ini sebagian besar disuplai dari sumber
energi fosil. Dalam beberapa waktu terakhir harga bahan bakar minyak
mengalami kenaikan yang sangat berarti. Cadangan minyak bumi pun semakin
menipis dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun mendatang. Cadangan batubara
dan gas pun jumlahnya terbatas (unrenewable).
Disamping itu, saat ini terjadi pemanasan global akibat polusi yang
ditimbulkan dari pembakaran sumber energi fosil. Hal ini menuntut kita mencari
sumber energy alternatif yang bersih dan tidak terbatas untuk menghasilkan
listrik. Bicara soal energi listrik tentu tak terlepas dari pembangkit listrik.
Pembangkit listrik (powerplant) adalah suatu stasiun untuk membangkitkan
tenaga listrik dengan menggunakan berbagai macam sumber energi sebagai bahan
8
2.2 Sistem tenaga listrik
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P
pemakain, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang
terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama
tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda fase sebesar 120°listrik,
sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat
dihubungkan. Secara bintang ( Y,WYE ) atau segitiga (delta,Δ,D)
Gambar1.sistem3fase.
Gambar 1 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fase. Bila fasor-fasor
tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan
jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut-
turut untuk fase V1, V2 dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang
mempunyai urutan fasa a – b – c.sistem tegangan 3 fase dibangkitkan .
2.3 HubunganBintang (Y,wye)
9
pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan
menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua
terminal dari tiga terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa
yang berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral.
Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).
Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung
terhadap saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang
seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase
Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang
sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic
2.4. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang
10
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang
diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap
fase. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali
daya fase, karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.
Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.
2.5 Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang
Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor
dari ketiga tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah
phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban
dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak
sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan
beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada
beban.
Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).
11
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari
pemecahan permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan membahas
mengenai ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.
Gambar 5. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase.
2.6 Profile Mesin Wartsila 20V34SG
Engine Wartsila type 20V34SG
PLTMG Sei Gelam Peaker
2.7 Data Mesin
1. Manufacturer : Wartsila Finland Oy
2. Type : 20V34SG
12
3. Jumlah Silinder : 20 Silinder
4. Speed : 750 rpm
5. Berat : 130.430 kg
6. Dimensi (PxLxT) : 12.917 m x 3.345 m x 4.251 m
7. Power Output : 9730 kW (ISO)
8. Heat Rate : 8110 btu/kwh (ISO)
9. Jumlah unit : 11 Unit
2.9 Spesifikasi Mesin
- Firing Order : A1 - B1 - A7 - B7 - A3 - B3 -
A9 - B9 -A5 - B5 - A10 - B10 - A4 - B4 - A8 - B8 - A2 - B2 - A6 - B6
- Tipe Block : V Engine
- Jumlah Silinder : 20 silinder
- Putaran Mesin : 750 rpm
- Jumlah Katup : 4 buah / silinder
- Silinder stroke : 400 mm
- Silinder bore : 340 mm
- Piston speed : 9,6 m/s – 10,0 m/s
- volume Minyak Pelumas : 4680 liter
- Volume air Cooling : 920
- Maen effective pressure : 22,0 bar
- Natural Gas Metane number : 50-90
- Lower heating value : min 28 MJ/nm2. 5,0 bar
- Out put silinder : 500 kw